• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN e-ktp (ELEKTRONIK KARTU TANDA PENDUDUK), DI KELURAHAN MANISREJO, KECAMATAN TAMAN, KOTA MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN e-ktp (ELEKTRONIK KARTU TANDA PENDUDUK), DI KELURAHAN MANISREJO, KECAMATAN TAMAN, KOTA MADIUN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN e-KTP

(ELEKTRONIK KARTU TANDA PENDUDUK), DI KELURAHAN MANISREJO,

KECAMATAN TAMAN, KOTA MADIUN Bambang Martin Baru

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun

Abstract

ID Card is very important function in the life of the state, nation and society, and even the issue of ID cards that are particularly vulnerable to social conflicts. Policies e-ID card with actionable through the Minister of Home Affairs, No. 9 of 2011 on Guidelines for Issuance of National Identity Card-Based Identity Number Population Nationally, expected to be a population database that is integrated nationally, so it can be demographic data that is valid and also become the security identity of the population to use the parties are not responsible. However, implementation is still going on problems which most people have not done the maintenance of the e-ID Card.

Keywords: policy implementation, population, E-ID card

A. Pendahuluan

Kemajuan tehnologi informasi telah mendorong pemanfaatannya dalam bidang pemerintahan (e-government) guna menunjang pelayanan publik. Salah satu diantaranya program e-KTP (Elektronik Kartu Tanda Penduduk), dengan penduduk yang besar sangat diperlukan data kependudukan yang akurat dan valid guna memetakan secara tepat dalam rangka menyusun suatu kebijakan. Banyak kebijakan yang dihasilkan pemerintah kurang tepat sasaran karena disebabkan kurang memiliki data kependudukan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dengan e-KTP dimaksudkan untuk

membangun database kependudukan secara nasional dan sekaligus untuk memberikan identitas masyarakat yang terintegrasi secara nasional.

Memandang aspek pentingnya membangun database kependudukan tersebut, kini pemerintah tidak henti-hentinya melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengurus Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP). Sementara, banyak masyarakat belum memahami e-KTP itu, terlihat masih banyak pula masyarakat yang belum melakukan pengurusan e-KTPnya. Program e-KTP sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk menghindari terjadinya pemalsuan KTP yang dapat

(2)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

2 dimanfaatkan oleh pihak-pihak lain

untuk berbuat kejahatan. Terdapat beberapa manfaat dari e-KTP itu sendiri, yaitu: (1)dapat menjadi identitas diri tunggal yang menjadi dasar satu-satunya tanda pengenal diri sebagai warga negara, (2) program e-KTP tidak dapat digandakan sehingga dapat menjamin kepastian sebagai identitas diri, (3) Tidak dapat dipalsukan karena kartu e-KTP telah dilengkapi dengan kartu pengaman yang menjamin, dan (4) Dapat digunakan sebagai data pemilihan suara dalam pemilu.

Program e-KTP, sebenarnya mendapat sambutan yang positip dari masyarakat pada umumnya, karena e-KTP dapat memberikan kepastian pengamanan diri untuk disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Namun demikian masih ada sebagian masyarakat yang berpikiran negatip karena adanya kekhawatiran dengan kartu e-KTP tidak dapat digunakan untuk mendapatkan beberapa layanan dari pemerintah maupun swasta dikarenakan data pribadi telah terintegrasi kedalam sistem database nasional. Kekhawatiran masyarakat tersebut terlalu berlebihan justru dengan e-KTP dapat menjamin kepastian dan kelancaran dalam aktifitas

masyarakat pada umumnya. “Esensi dari e-KTP merupakan salah satu bentuk identitas yang terprogram secara online dan sangat membantu untuk proses pengungkapan suatu tindak kejahatan, dengan mendapat petunjuk secara online melalui registrasi nomor identitas kependudukan (NIK), di mana pertama ada kode kabupaten/kota, tanggal lahir dan nomor aslinya. Jika kita masukkan nomor tersebut tentu dapat mempermudah untuk melacak seseorang yang berkaitan langsung aktivitas kejahatan, terutama saat ini sering terjadinya berbagai jaringan, seperti trans national crime (jaringan kejahatan nasional) . Maka dengan adanya e-KTP itu dapat membantu dalam mengungkapkan suatu kasus. Penting e-KTP yang saat ini sedang diprogram pemerintah, dengan tujuan untuk mengakuratkan data statistik kependudukan sehingga tidak terkesan adanya kepemilikan identitas ganda. Kedua, dapat membantu warga dalam berbagai urusan yang lain, dan hal ini tentu banyak manfaatnya” (fardinlaia.blogspot.com/2013/

05/proposal- penelitian-tentang.html). Kota Madiun, melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DUKCAPIL), akhirnya peluncuran

(3)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

3 pembuatan e-KTP dilakukan secara

serentak di Kecamatan Taman, namun diakui masih banyak kendala yang menghambat pembuatan e-KTP tersebut, salah satu diantaranya adalah terbatasnya kemampuan petugas dalam program e-KTP. Untuk itu, perlu mendapat perhatian pemerintah kota guna mempermudah untuk melanjutkan program kerja dalam penerapan e-KTP. Dikhawatirkan jika tidak direspon oleh pemerintah kota, e-KTP tidak dapat berjalan dengan lancar dan hanya fakum tanpa ada proses kerja yang berjalan.

Permasalahan yang menyangkut implementasi Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, yaitu sampai saat ini belum dapat terselesaikan secara tuntas, pada hal persoalan KTP sangat penting dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Atas dasar identifikasi masalah diatas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi Penerbitan Kartu Tanda Penduduk

Berbasis Nomor Induk

Kependudukan Secara Nasional, di Kelurahan implementasi Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara

Nasional, di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun? 2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi

penghambat dan pendorong implementasi Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun?

B. Tinjauan Pustaka

a. Implementasi Kebijakan.

Thomas Dye dalam Kridawati (2011:169), bahwa kebijakan publik adalah apapun yang diputuskan pemerintah untuk melakukan atau pun tidak melakukan sesuatu. Apapun yang dimaksudkan segala bentuk peraturan termasuk didalamnya program, proyek, dan kegiatan-kegiatannya. Suatu kebijakan akan bernilai apabila kebijakan itu dilaksanakan, dengan tujuan untuk mewujudkan tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Lebih lanjut, Mazmanian dan sabatier, dalam Solichin Abdul Wahab (2002:68) menjelaskan bahwa: Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang

(4)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

4 penting atau keputusan badan peradilan.

Lazimnya keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi menyebutkan secara tegas tujuan/sasaran yang ingin dicapai, dan

berbagai cara untuk

menstrukturkan/mengatur proses implementasinya. Proses ini berlangsung melalui sejumlah tahapan-tahapan pengesahan undang-undang.. Dengan demikian, implementasi kebijakan publik adalah proses pelaksanaan keputusan suatu kebijakan dapat berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan daerah, Keputusan Bupati, dll, sehingga dapat menimbulkan dampak terhadap sesuatu sebagaimana yang diharapkan.

Implementasi kebijakan publik adalah birokrasi, seperti dijelaskan oleh Ripley dan Franklin dalam Kridawati (2011:171), bahwa: “Bureaucracies are dominant the implementation of programs and policies and have varying degrees of importance in other stages of the policy process. In policy and program formulation and legitimation activities, bureaucratic units play a large role, although they are not dominant”. Dengan begitu birokrasi memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan publik.

Menurut Bernadine R. Wijaya & Susilo Supardo (2006:81), mengatakan bahwa implementasi adalah proses mentransformasikan suatu rencana ke dalam praktik. Implementasi sebagai kegiatan untuk menjabarkan suatu kebijakan publik kedalam kegiatan-kegiatan yang riil dan terprogram. Akan tetapi, implementasi kebijakan publik sesungguhnya tidak sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam prosedur birokrasi, melainkan lebih dari itu, menyangkut masalah konflik ke dalam prosedur birokrasi, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Abdul Wahab, 2002:59). Oleh karena itu, implementasi kebijakan publik dipandang sebagai salah satu bagian atau tahapan yang penting dalam keseluruhan proses kebijakan publik. Udoji dalam Abdul Wahab (1997:60) menekankan, “The execution of policys as if not more important than policies making. Policies will remain dream or blue print file jackets, uncless they are implemented”. (pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana

(5)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

5 bagus yang tersimpan rapi dalam arsip

jika tidak diimplementasikan). Secara ekplisit kebijakan publik itu baru mempunyai arti dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat jika diimplementasikan secara benar.

Implementasi kebijakan bersifat dinamis, artinya pelaksanaan kebijakan dilakukan terus menerus guna tercapainya tujuan atau sasaran kebijakan, sebagaimana dinyatakan oleh Leo Agustino, dalam Irfan Islamy (2000:65) bahwa: ”Implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktifitas atau kegiataan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan sutau hasil atau sasaran kebijakan itu sendiri”. Menurut William N. Dunn, dalam Irfan Islamy (2000:65) merumuskan: ”Implementasi kebijaksanaan berarti pelaksanaan dan pengendalian arah tindakan dan kebijaksanaan sampai dicapainya hasil kebijaksanaan”.

Dalam implementasi tidak hanya berkaitan dengan prosedur dari keputusan politik semata, melainkan berkenaan pula dengan berbagai kepentingan-kepentingan yang dikorbankan, dan atau diuntungkan. Untuk itu dalam implementasi perlu

dijabarkan secara meluas terhadap elemen-elemen masyarakat yang terlibat dan terkena dampak akibat kebijakan itu, karena jika kurang dapat diperhatikan dapat mengganggu implementasi kebijakan. Kemampuan atau capacity lembaga pemerintah perlu adanya kesiapan, agar sasaran kebijakan publik dapat tercapai sebagaimana mestinya. Hal ini

disampaikan pula oleh Walter William, dalam Abdul Wahab (2002:64) bahwa: ”Implementacy Capacity, adalah: kemampuan suatu organisasi/aktor untuk melaksanakan keputusan kebijaksanaan (Public decition) sedemikian rupa sehingga ada jaminan bahwa tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen formal kebijaksanaan dapat dicapai”.

Tachjan (2006) dalam Kridawati (2011:181), juga mengemukakan program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri dari beberapa tahap yaitu:

1. Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya dan waktu,

2. Melaksanakan (application) program dengan mendayagunakan

(6)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

6 struktur dan personalia, dana serta

sumber-sumber lainnya, prosedur dan metode yang tepat.

3. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-sarana pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan.

Dari pandangan tersebut, menunjukkan bahwa implementasi kebijakan publik tidak hanya berkaitan dengan perilaku birokrasi yang bertanggungjawab atas pelaksanaannya, melainkan juga menyangkut kekuatan-kekuatan masyarakat yang diharapkan dapat memberikan dukungan dan respon yang positip, sehingga kebijakan publik dapat menimbulkan dampak yang positip bagi masyarakat pada umumnya. Sedangkan Brian W Hogwood dan Lewis A Gunn, dalam Abdul Wahab (1997:67), memberikan syarat-syarat keberhasilan dalam implementasi kebijakan itu adalah:

1. Kondisi external yang dihadapi oleh badan/institusi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.

2. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup.

3. Perpaduan sumber yang diperlukan benar-benar tersedia.

4. Kebijaksanaan yang

diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kualitas yang handal. 5. Hubungan kualitas bersifat langsung

dan adanya sedikit mata rantai penghubungnya.

6. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.

7. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

8. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat. 9. Komunikasi dan koordinasi yang

sempurna.

10. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Dengan demikian dalam implementasi kebijakan publik harus memperhatikan berbagai kekuatan-kekuatan yang terlibat didalamnya, agar implementasi kebijakan dapat dilakukan dengan baik dan benar, dan pada gilirannya dapat memberikan dampak yang positip bagi masyarakat.

b. Elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP).

(7)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

7 Program e-KTP sebagai suatu

kebijakan kependudukan yang terintegrasi secara nasional kedalam data base, sehingga dapat menjamin pengamanan dan sekaligus dapat digunakan sebagai data kependudukan secara nasional. Sementara pemerintah belum memiliki data kependudukan secara akurat, sehingga membuat pemerintah seringkali kurang tepat sasaran dalam mengambil kebijakan-kebijakannya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dijelaskan bahwa: "penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup". Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan, yang berbunyi:

1. KTP berbasis NIK memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi data jati diri penduduk;

2. Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan; 3. Rekaman seluruh sidik jari tangan

penduduk disimpan dalam basis data kependudukan;

4. Pengambilan seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan permohonan KTP berbasis NIK, dengan ketentuan : Untuk WNI, dilakukan di kecamatan; dan untuk orang asing yang memiliki izin tinggal tetap dilakukan di instansi pelaksana;

5. Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk tangan kanan penduduk yang bersangkutan; 6. Rekaman seluruh sidik jari tangan

penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

(8)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

8

7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perekaman sidik jari diatur oleh

Peraturan Menteri

(eprints.upnjatim.ac.id/6235/1/file1.pdf).

Pada umumnya kartu identitas (e-ID) menggunakan biometrik yaitu ciri identitas penduduk melalui pengenalan karakteristik fisik dan tingkah laku. Terdapat beberapa alternatif dalam pengamanan identitas penduduk, seperti sidik jari (fingerprint), retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk gigi, namun dalam program e-KTP identitas penduduk dilakukan melalui identitas sidik jari dengan data chipnya hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sedangkan dalam struktur e-KTP terdapat 9 (sembilan) layer untuk meningkatkan pengamanan dari KTP. Chip ditanam di antara plastik putih dan transparan pada dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antena didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang akan dikenali oleh alat pendeteksi e-KTP sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di tangan orang yang benar atau tidak. Untuk menciptakan e-KTP dengan sembilan layer, tahap pembuatannya cukup banyak, diantaranya:

1. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip. 2. Pick and pressure, yaitu

menempatkan chip di kartu.

3. Implanter, yaitu pemasangan antenna. 4. Printing,yaitu pencetakan kartu. 5. Spot welding, yaitu pengepresan kartu

dengan aliran listrik.

6. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman.

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional.

Peraturan Presiden RI Nomor: 35 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor: 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, menunjukkan tekad pemerintah untuk menuntaskan problem kependudukan nasional. Atas dasar Peraturan Pemerintah RI tersebut dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional.

Kartu Tanda Penduduk (KTP), merupakan identitas resmi penduduk

(9)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

9 sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nomor induk kependudukan secara nasional (NIK), adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia. Dengan demikian KTP berbasis NIK atau yang disebut dengan KTP Elektronik adalah KTP yang memiliki spesifikasi dan format KTP Nasional dengan

sistem pengamanan khusus yang berlaku sebagai identitas resmi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.

Tata cara penerbitan KTP Elektronik dilakukan secara massal bagi penduduk WNI, dengan prosedur sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota membuat dan menyerahkan daftar penduduk WNI wajib KTP kepada Camat atau nama lain;

2. Camat atau nama lain menandatangani surat panggilan penduduk berdasarkan daftar sebagaimana dimaksud pada huruf a;

3. Petugas di kecamatan atau nama lain melalui kepala desa/lurah atau nama lain menyampaikan surat panggilan sebagaimana dimaksud pada huruf b kepada penduduk berdasarkan daftar Penduduk WNI wajib KTP;

4. Penduduk yang telah menerima surat panggilan sebagaimana dimaksud pada huruf b, mendatangi tempat pelayanan KTP Elektronik dengan membawa surat panggilan dan KTP lama bagi yang sudah memiliki KTP; 5. Petugas di tempat pelayanan KTP

Elektronik melakukan verifikasi data penduduk secara langsung di tempat pelayanan KTP elektronik;

6. Petugas operator melakukan pengambilan dan perekaman pas photo, tanda tangan, dan sidik jari penduduk;

7. Petugas sebagaimana dimaksud huruf e membubuhkan tanda tangan dan stempel tempat pelayanan KTP Elektronik pada surat panggilan penduduk;

8. Surat panggilan penduduk sebagaimana dimaksud pada huruf g sebagai bukti telah dilakukan verifikasi, pengambilan dan perekaman pas photo, tanda tangan dan sidik penduduk sebagaimana dimaksud pada huruf e dan huruf f;

(10)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

10 9. Petugas operator melakukan

penyimpanan data sebagaimana dimaksud pada huruf f dan biodata penduduk ke dalam database di tempat pelayanan KTP Elektronik; 10. Data yang disimpan dalam database

sebagaimana dimaksud pada huruf i dikirim melalui jaringan komunikasi data ke serve Automated Fingerprint Identification System di pusat data kementrian dalam negeri;

11. Data penduduk sebagaimana dimaksud pada huruf i disimpan dan dilakukan proses identifikasi ketunggalan jatidiri seseorang; 12. Hasil identifikasi sidik jari

penduduuk sebagaimana dimaksud pada huruf k apabila: 1) identitas tunggal, data dikembalikan ketempat pelayanan KTP elektronik, dan 2) identitas ganda, dilakukan klarifikasi dengan tempat pelayanan KTP Elektronik;

13. Kementrian dalam Negeri melalui Direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil melakukan personalisasi data yang sudah diidentifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf l angka 1 ke dalam blangko KTP Elektronik; 14. Setelah dilakukan personalisasi

sebagaimana dimaksud huruf m,

Kementrian Dalam negeri melalui direktorat Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil mendistribusikan KTP Elektronik ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mendistribusikan KTP Elektronik ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota untuk diteruskan ke tempat pelayanan KTP Elektronik; 15. Petugas ditempat pelayanan KTP

Elektronik, menerima KTP Elektronik dan melakukan verifikasi melalui pemadanan sidik jari penduduk 1 : 1;

16. Hasil verifikasi sidik jari penduduk sebagaimana dimaksud pada huruf o apabila: 1) datanya sama, maka KTP Elektronik diberikan kepada penduduk, 2) datanya tidak sama maka KTP Elektronik tidak diberikan kepada penduduk;

17. Dalam hal datanya tidak sama sebagaimana dimaksud pada huruf p angka 2 petugas di tempat pelayanan KTP Elektronik mengembalikan KTP Elektronik ke Kementrian Dalam negeri melalui Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.

Pemerintah menerbitkan KTP elektronik untuk mewujudkan

(11)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

11 kepemilikan satu KTP untuk satu

penduduk yang memiliki kode keamanan dan rekaman elektronik data kependudukan berbasis NIK secara nasional. Dalam penerbitan KTP elektronik dapat dilakukan melalui: 1. Penerbitan KTP Elektronik secara

massal,

2. Penerbitan KTP Elektronik secara reguler;

3. Penerbitan KTP Elektronik bagi penduduk yang tidak mampu datang/melapor ke tempat pelayanan KTP Elektronik.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena berusaha memahami arti setiap peristiwa yang berkaitan dengan implementasi Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional, di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2000:3), menjelaskan bahwa: “Penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.

Penelitian ini selain dilakukan proses pengambilan data juga dituntut penjelasan yang berupa uraian dan analisis yang mendalam. Penelitian yang berupa diskriptif diharapkan hasil penelitiannya mampu memberikan gambaran riil mengenai kondisi di lapangan tidak hanya sekedar sajian data, melainkan juga penelitian kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman.

Dalam penelitian kualitatif, sumber informan sangat penting karena kesalahan dalam penentuan sumber informan dapat mengakibatkan informasi/data yang diperoleh kurang valid. Sumber informan ditentukan dengan menggunakan tehnik ”Purposive sampling”. Menurut Sugiyono, (2002:62), dijelaskan bahwa: “Purposive sampling adalah tehnik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja”. Adapun sumber informan dalam penelitian ini, meliputi:

1. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Madiun.

(12)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

12 2. Kepala Bagian di lingkungan Dinas

Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Madiun.

3. Camat Taman dan Petugas terkait di Kecamatan Taman, Kota Madiun. 4. Lurah Manisrejo, Kecamatan Taman,

Kota Madiun.

5. Masyarakat/penduduk Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

Sedangkan tehnik pengumpulan data dilakukan melalui beberapa metode agar data yang diperoleh dapat terjamin akurasinya. Tehnik pengumpulan data meliputi 3 (tiga) tehnik yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hanya yang menjadi fokus lebih banyak dalam pengumpulan data melalui tehnik wawancara (interview).

Setelah data penelitian terkumpul dari hasil pengamatan tersebut kemudian diadakan suatu analisis data dengan menggunakan model interaktif. Menurut Matthew B. Miles dan Michael Huberman dalam Moleong (2000), menjelaskan bahwa: dalam melakukan proses analisis komponen utama yang perlu diperhatikan setelah pengumpulan data adalah :

a. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari catatan–

catatan tertulis di lapangan hingga laporan akhir lengkap tersusun.

b. Penyajian data, yaitu sekumpulan informasi yang tersusun agar dapat memberi kemungkinan dapat menarik kesimpulan. Dalam penyajian dataini dilakukan setelah melakukan reduksi data yang akan dipergunakansebagai bahan laporan.

c. Menarik kesimpulan atau verifikasi, yaitu berupa intisari dari penyajian data yang merupakan hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian.

Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling terkait, model analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah "Analisis Interaksi", artinya analisis ini dilakukan dalam bentuk interaksi pada tiga komponen tersebut.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

a. Mekanisme Pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP)

E-KTP (Elektronik Kartu Penduduk) suatu bentuk kartu penduduk yang diproses melalui mesin elektronik dan ditulis dengan data digital. e-KTP merupakan sebuah kebijakan pemerintah dalam rangka memvaliditas daya

(13)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

13 kependudukan, diharapkan dengan

e-KTP pemerintah dapat langsung mengetahui data penduduk tanpa harus menunggu data yang harus disensus terlebih dahulu. e-KTP dipandang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan KTP biasanya.

Pelaksanaan e-KTP di Kota Madiun, dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Khususnya pelaksanaan e-KTP secara massal, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, bekerja sama dengan MADCOMS Madiun, dalam penanganan tehnis operatornya. Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan e-KTP secara massal dilakukan secara bertahap melalui kecamatan-kecamatan.

Pelaksanaan kebijakan kependudukan (e-KTP), di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan tahapan dalam pelaksanaannya. Tata cara penerbitan e-KTP secara massal di Kecamatan Taman, meliputi:

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun, membuat dan menyerahkan daftar penduduk WNI wajib KTP kepada Camat. Dan selanjutnya camat menandatangani surat panggilan

penduduk berdasarkan daftar penduduk dari Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. 2. Camat Taman melakukan rapat

koordinasi bersama Lurah, untuk menyampaikan kebijakan kependudukan (e-KTP), dan sekaligus memberikan undangan pemanggilan kepada warga masyarakat melalui kepala kelurahan.

3. Lurah menyampaikan surat panggilan kepada warga masyarakat melalui rapat koordinasi bersama RW/RT.

Pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Taman dilakukan mulai tanggal. 12 April 2012 sampai dengan 18 Juni 2012, bertempat di Ruang Pertemuan Kecamatan Taman. Sedangkan petugas pelaksanaan E-KTP, terdiri dari UPTD Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kecamatan Taman, Staf pegawai Sub Bagian Tata Usaha, dan Mahasiswa

MADCOMS Madiun. Dalam

pelaksanaannya warga masyarakat membawa surat panggilan wajib KTP untuk diserahkan kepada petugas dari UPTD Kependudukan dan pencatatan Sipil, serta dari Staf pegawai Sub Bagian Tata Usaha kecamatan Taman, guna dilakukan verifikasi daftar nama-nama yang wajib KTP pada saat itu.

(14)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

14 Setelah selesai dilakukan verifikasi

data penduduk, warga masyarakat langsung menuju petugas operator untuk pengambilan dan perekaman pas photo, tanda tangan, dan sidik jari penduduk. Setelah selesai pengambilan data penduduk, petugas operator melakukan penyimpanan dalam database, dan selanjutnya data dikirim melalui jaringan komunikasi ke Automated Finger Identification System di Pusat Data Kementerian Dalam Negeri.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP)

Dalam proses implementasi kebijakan kependudukan (Kartu Tanda Penduduk Elektronik), di Kota Madiun, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaannya adalah: faktor komunikasi. Faktor sumberdaya, faktor disposisi atau sikap, dan faktor struktur organisasi.

a) Komunikasi

Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP), sebab melibatkan unsur manusia didalam pelaksanaannya, sehingga tidak

menutup kemungkinan terjadinya ketidakjelasan yang akhirnya dapat menjadi kendala dalam proses pelaksanaannya. Kegiatan komunikasi dalam pelaksanaan e-KTP di Kelurahan Ronowijayan, Kecamatan Taman, dapat berjalan dengan lancar.

1. Dari aspek sosialisasi yang dilakukan oleh Camat Taman kepada kepala kelurahan di lingkungan kerjanya berjalan dengan baik, sebab terjadi umpan balik dalam proses komunikasi, dimana lurah menyampaikan informasi yang terkait dengan hal-hal yang mungkin untuk mendukung kelancaran dalam pelaksanaan e-KTP di Kecamatan. 2. Lurah Manisrejo menindaklanjuti

melalui rapat kelurahan yang dihadiri seluruh RW/RT di lingkungan wilayahnya, untuk menyampaikan informasi yang terkait dengan pelaksanaan e-KTP. 3. Ketua RT melakukan sosialisasi

pada saat rapat RT, yang dihadiri oleh seluruh warga RT, untuk menyampaikan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Taman, dan sekaligus

(15)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

15 menyampaikan undangan kepada

warga desa. b. Sumber Daya

Sumber daya merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan, faktor sumber daya dimaksud meliputi sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya manusia ( non-human resources). Sumber daya dalam mendukung pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Taman, Kota Madiun, secara keseluruhan dapat dinilai cukup memadai, sehingga dapat menunjang kelancaran dalam pelaksanaannya.

1) Dari aspek sumberdaya manusia (pelaksana).

Pelaksana e-KTP di Kecamatan Taman, Kota Madiun, dilihat dari aspek kuantitas atau jumlah pegawai kurang memadai, sehingga pelaksanaan e-KTP membutuhkan waktu yang relatif lama. Jumlah pelaksana (Implementor) kebijakan e-KTP berjumlah 12 orang, yang terdiri dari 3 orang dari UPTD Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 3 orang staf pegawai Sub Bagian Tata Usaha Kecamatan

Taman, dan 6 mahasiswa dari MADCOMS Madiun untuk membantu dalam pelaksanaan tehnis operatornya. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kecamatan Taman sebesar 12.346.476 KK, maka tidak sebanding dengan pelaksana e-KTP yang berjumlah 13 orang. Namun demikian, jika dilihat dari pendidikan pelaksana e-KTP di Kecamatan siman, cukup mendukung kelancaran dalam pelaksanaan e-KTP. Tingkat pendidikan pelaksana e-KTP di Kecamatan Taman, terdiri dari 2 orang berpendidikan SMP, 7 orang berpendidkan SMA, dan berpendidikan sarjana (S-1/S-2) 3 orang. Dengan demikian pendidikan para pelaksana e-KTP cukup memadai, minimal berpendidikan SMA. Dan bahkan para pelaksana ditunjang pula dengan keterampilan yang memadai dalam mengoperasionalkan komputer.

2) Dari aspek sumber daya non manusia (Sarana dan Prasarana) Tempat pelaksanaan e-KTP cukup memadai kondisinya,

(16)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

16 sebab pelaksanaannya

ditempatkan dalam ruangan pertemuan dengan kondisi cukup luas, dan ber AC, sehingga warga masyarakat yang menunggu giliran dalam suasana yang santai dan tidak menjenuhkan. Sedangkan dari fasilitas kerja untuk mendukung pelaksanaan e-KTP di kecamatan taman cukup baik, terdiri dari 3 komputer, dan 2 buah foto digital, dengan kondisi masing-masing cukup baik. Demikian pula dari aspek anggaran untuk mendukung pelaksanaan e-KTP cukup memadai, sebab telah dianggarkan khusus untuk mendukung pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Taman, Kota Madiun.

c. Disposisi Implementor

Keberhasilan dalam

pelaksanaan e-KTP, tidak hanya dibutuhkan kemampuan dan fasilitas kerja yang memadai, melainkan juga kemauan para pelaksana untuk mendukung kelancaran dalam pelaksanaannya. Kemauan atau komitmen pelaksana e-KTP di Kecamatan Taman cukup mendukung, terlihat dari:

1) Sikap pelaksana e-KTP dalam

menghadapi berbagai

permasalahan dalam pelayanan warga kelurahan cukup sabar. 2) Kepatuhan para pelaksana untuk

mendukung pelaksanaan e-KTP juga diwujudkan dalam bentuk komitmen yang baik untuk menyelesaikan tugasnya bahkan sering bekerja sampai di luar jam kerja.

d. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi merupakan komponen yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan dalam implementasi kebijakan. Struktur birokrasi dari pelaksanaan e-KTP tidak jelas hanya camat sebagai pimpinan bertanggungjawab atas kelancaran dalam pelaksanaan e-KTP yang berlangsung di wilayah kerjanya.

Dalam rangka pelaksanaan e-KTP, dilakukan oleh UPTD Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kecamatan, dan didukung oleh staf pegawai di Sub Bagian Tata Usaha Kecamatan Taman, serta dibantu oleh mahasiswa dari MADCOMS Madiun Namun dalam rangka pelaksanaannya secara tehnis operasionalnya terdapat pembagian tugas, yang meliputi tugas

(17)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

17 administrasi dilakukan oleh petugas

dari staf pegawai Sub Bagian Tata Usaha, dan pegawai dari UPTD Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kecamatan Taman, sedangkan untuk tehnis operatornya adalah mahasiswa dari Madcoms Madiun. Dengan pembagian tugas secara tidak langsung diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya sesuai dengan yang sudah dijadwalkan.

Dukungan Camat dan Kepala Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil, menjadi prasyarat keberhasilan dalam pelaksanaan e-KTP. Camat sebagai pimpinan memiliki tanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan e-KTP dilingkungan wilayah kerjanya, untuk itu camat harus memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan pelaksana dalam memperlancar pelaksanaan e-KTP. Perhatian Camat Taman, dalam kaitannya dengan pelaksanaan e-KTP melalui kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan e-KTP. Demikian halnya dengan dukungan dari Kepala Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun, sebab Kepala Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan leding sektor pelaksanaan e-KTP. Bentuk dukungan Kepala Kantor

Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dilakukan melalui pemantauan langsung ketempat pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Taman.

E. Kesimpulan

Dalam rangka pelaksanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik, dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor: 9 Tahun 2011, tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional. Kartu Tanda Penduduk Elektronik, dimaksudkan untuk mempermudah pemerintah dalam mengambil data penduduk, karena dengan e-KTP pemerintah bisa langsung melihat data dari KTP elektronik tersebut tanpa harus menunggu data yang harus disensus terlebih dahulu. Dengan e-KTP dapat memberikan keaslian yang valid atas data orang yang membuat E-KTP tersebut dan penduduk pun tidak bisa membuat kepalsuan data pribadinya.

1. Mekanisme Pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP), di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

Pelaksanaan e-KTP di Kabupaten Ponorogo, dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan

(18)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

18 Pencatatan Sipil. Khususnya

pelaksanaan e-KTP secara massal, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, bekerja sama dengan MADCOMS Madiun, dalam penanganan tehnis operatornya. Dalam mendukung kelancaran pelaksanaan E-KTP secara massal dilakukan secara bertahan melalui kecamatan-kecamatan.

Pelaksanaan kebijakan kependudukan (e-KTP), di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan tahapan dalam pelaksanaannya. Tata cara penerbitan e-KTP secara massal di Kecamatan Taman, meliputi:

1) Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun, membuat dan menyerahkan daftar penduduk WNI wajib KTP kepada Camat. Dan selanjutnya camat menandatangani surat panggilan penduduk berdasarkan daftar penduduk dari Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

2) Camat Taman melakukan rapat koordinasi bersama Lurah, untuk menyampaikan kebijakan kependudukan (e-KTP), dan

sekaligus memberikan undangan pemanggilan kepada warga masyarakat melalui kepala kelurahan.

3) Lurah menyampaikan surat panggilan kepada warga masyarakat melalui rapat koordinasi bersama RW/RT. 4) Warga masyarakat membawa

undangan kekantor Kecamatan Taman sesuai dengan tanggal, dan jadwal waktunya.

5) Pelaksana administrasi melakukan verifikasi data penduduk dan selanjutnya warga masyarakat mendatangi petugas operator, untuk dilakukan pengambilan dan perekaman pas photo, tanda tangan, dan sidik jari.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP)

Dalam proses implementasi kebijakan kependudukan (Kartu Tanda Penduduk Elektronik), di Kota Madiun. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaannya adalah: faktor komunikasi, faktor sumberdaya, faktor disposisi atau sikap, dan faktor struktur organisasi.

(19)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

19 Komunikasi dalam pelaksanaan

e-KTP di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, dapat berjalan dengan lancar, baik dari aspek transmisi, maupun keakuratan dan kejelasan dalam proses sosialisasi. b. Faktor Sumber Daya

Sumber daya dalam mendukung pelaksanaan e-KTP di Kecamatan Taman, Kota Madiun, secara keseluruhan dapat dinilai cukup memadai, sehingga dapat menunjang kelancaran dalam pelaksanaannya. Walaupun dilihat dari aspek kuantitas atau jumlah pegawai kurang memadai, namun dengan didukung oleh kemampuan para pelaksana dapat berjalan dengan baik.

c. Faktor Disposisi Implementor

Sikap para pelaksana e-KTP di Kecamatan Taman cukup mendukung, terlihat dari kesabaran dan komitmennya terhadap tanggung jawab untuk mensukseskan pelaksanaan e-KTP.

d. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dari pelaksanaan e-KTP tidak jelas hanya camat sebagai pimpinan bertanggungjawab atas kelancaran dalam pelaksanaan e-KTP yang berlangsung di wilayah kerjanya. Walaupun demikian

pelaksanaan e-KTP dapat berjalan dengan baik, melalui perhatian Camat Taman dan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Madiun.

F. Saran

Dari hasil penelitian ada beberapa hal yang masih perlu dilakukan perbaikan, agar dapat mendukung kelancaran dalam pelaksanaan e-KTP, di Kelurahan Manisrejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun.

1. Pelaksana (implementor) dari pelaksanaan e-KTP masih kurang memadai, sehingga pelaksanaan membutuhkan waktu yang relatif lama. Olek karena itu, peneliti menyarankan perlunya penambahan pelaksana e-KTP agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

2. Fasilitas kerja perlu dilakukan penambahan agar tidak terjadi antrian yang panjang dalam pelaksanaan e-KTP.

3. Struktur organisasi pelaksana e-KTP diperlukan agar masing-masing pelaksana dapat memahami tugasnya.

(20)

| Volume 16 Nomor 2, September 2015 I

SOSIAL

20 Islamy, Irfan, 2000, Policy Analisys,

Pustaka Universitas Brawijaya Malang

Moleong, Lexy, Y, 1998, Metode Penelitian Kualitatif Pustaka Remaja Rosdakarya, Bandung. Sadhana, Kridawati, 2011, Realitas

Kebijakan Publik, Pustaka Universitas Negeri Malang (University Press), Malang.

Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Administrasi, Pustaka Albert, Bandung

Wahab, Solichin, Abdul, 2002, Analisis Kebijaksanaan: dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun

2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 09 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional. eprints.upnjatim.ac.id/6235/1/file1.pdf

fardinlaia.blogspot.com/2013/05/propos al-penelitian-tentang.html

Referensi

Dokumen terkait

The challenges faced by the Elementary school teachers in teaching English in the classrooms lead the project team to conduct a training not only to teach but also to prepare the

Praktik Pengalaman Lapangan yang selanjutnya disebut PPL adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan

Sehingga berdasarkan tingkat kebutuhan yang tinggi dan perlu untuk menambah referensi orangtua dalam mencari buku pedoman yang tepat, maka buku cerita bergambar

Dari perkara kepailitan yang dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kedudukan hukum penjamin atau personal guarantee apabila debitor utama

Dari hasil penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa transaksi penitipan dana Tax Amnesty pada Bank Syariah Mandiri Area Surabaya Jemur Handayani hampir sama dengan

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang diberikan, maka dapat dikemukakan saran untuk pelatih dan atlet yang diharapkan dapat memahami pentingnya kondisi fisik

sesuai kebutuhanya. Dengan adanya pelatihan yang beragam, organisasi dapat memperbaiki kinerja karyawan dari berbagai devisi pekerjaan. Jenis-jenis pelatihan dan

dengan menggunakan sistem ilearning survey pada Perguruan Tinggi Raharja bermanfaat untuk menilai kinerja pelayanan dari operator iDUHelp!.Dengan penggunaan sistem ilearning