• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN KASUS DAN TERSANGKA VEKTOR MALARIA DI DAERAH PEDALAMAN MALINAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN KASUS DAN TERSANGKA VEKTOR MALARIA DI DAERAH PEDALAMAN MALINAU"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

9

GAMBARAN KASUS DAN TERSANGKA VEKTOR MALARIA

DI DAERAH PEDALAMAN MALINAU

Liestiana Indriyati1*, Juhairiyah1, Windy Tri Yuana1 1

Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Kawasan Perkantoran Pemda Tanah Bumbu, Gunung Tinggi-Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan

Abstract

Malaria is a re-emerging disease that still become a global problem because it attacks the productive age and causes the death of infants, toddlers and women. In Indonesia, there were 374 malaria endemic districts in 2011 with the number of cases as many as 256.592 people out of 1.322.451 cases of suspected malaria were examined with an incidence rate of 1,75/1000 population/year. The result of a health survey in South Malinau district in 2007 shows SPR malaria (13.33%). The report of Malinau District Health Office in 2008 there were 9 mortality because of malaria in Long Loreh Health Center. The research objective was to determine the situation of malaria (update cases) during the course of the research activities. Descriptive study was conducted with a cross sectional method in Sungai Uli South Malinau District of Long Loreh Health Center in August 2012. In 2010 and 2011 there were no malaria cases in Long Loreh Health Center. The results of the examination of 103 people, 24 people suffering malaria (SPR 23,3%) consisted of 7 malaria falciparum, 15 malaria vivax and 2 mix infection malaria falciparum and vivax, 11 of them are children aged 3-11 years that showed local transmission (indigenous). The discovery of malaria cases in this study indicate the occurrence of re-emerging diseases malaria in Long Loreh Health Center or the formation of population immunity in that area so people with malaria do not go to health services and not recorded in the health center data. Based on the mosquitoes species were found, age and density, the potential mosquito vectors are Anopheles nigerrimus (Hyrcanus group), Anopheles barbirostris and

Anopheles umbrosus group.

Keywords : malaria, vector, Plasmodium, Anopheles

THE VIEW OF CASES AND VECTOR SUSPECT OF MALARIA

IN INLAND AREA OF MALINAU

Abstrak

Malaria merupakan re-emerging diseases yang masih menjadi masalah global karena selain menyerang usia produktif juga banyak menyebabkan kematian pada bayi, anak balita dan wanita. Di Indonesia, pada tahun 2011 terdapat 374 kabupaten endemis malaria dengan jumlah kasus sebanyak 256.592 orang dari 1.322.451 kasus tersangka malaria yang diperiksa dengan tingkat kejadian 1,75 per 1000 penduduk/tahun. Hasil survei kesehatan pemberantasan penyakit bersumber binatang di daerah perbatasan di Kecamatan Malinau Selatan Tahun 2007 menunjukkan SPR malaria sebesar 13,33% dan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau pada tahun 2008 terdapat 9 kasus meninggal dunia akibat malaria di wilayah kerja Puskesmas Long Loreh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui situasi malaria (update kasus) pada saat tahun berlangsungnya kegiatan penelitian. Penelitian deskriptif dilaksanakan dengan metode potong lintang di Desa Sungai Uli Kecamatan Malinau Selatan wilayah kerja Puskesmas Long Loreh pada bulan Agustus 2012, dengan jumlah sampel sebanyak 103 penduduk Desa Sungai Uli. Hasil pemeriksaan, sebanyak 24 orang dinyatakan positif malaria dari 103 orang yang diperiksa (SPR 23,3%) terdiri atas 7 malaria falciparum, 15 malaria vivax

*

(2)

10

dan 2 mix infection malaria falciparum dan vivax. Sebanyak 11 orang diantaranya anak-anak berumur 3 sampai dengan 11 tahun yang menunjukkan adanya transmisi lokal (indigenous). Ditemukannya kasus malaria menandakan terjadinya re-emerging malaria di wilayah kerja Puskesmas Long Loreh. Terbentuknya imunitas penduduk di daerah tersebut sehingga penderita malaria tidak menimbulkan gejala dan berobat ke pelayanan kesehatan sehingga tidak tercatat pada laporan puskesmas. Berdasarkan spesies nyamuk yang ditemukan, umur dan tingkat kepadatan, nyamuk yang berpotensi sebagai vektor yaitu Anopheles nigerrimus

(hyrcanus group), Anopheles barbirostris dan Anopheles umbrosus group. Kata Kunci : Malaria, vektor, Plasmodium, Anopheles

Naskah masuk: tanggal 4 Oktober 2016; Review I: tanggal 4 Oktober 2016 ; Review II: tanggal 21 November 2016; Layak Terbit: tanggal 27 Desember 2016

PENDAHULUAN

Penyakit yang ditularkan oleh vektor (vektor borne diseases) merupakan salah satu masalah utama kesehatan di Indonesia. Sebagian vektor borne diseases khususnya malaria, dengue, chikungunya,

limphatic filariasis, Japanese encephalitis

dan arbovirus merupakan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB yang berdampak pada tingkat kesehatan dan ekonomi.1 Malaria merupakan re-emerging

diseases yang masih menjadi masalah

global karena selain menyerang usia produktif juga banyak menyebabkan kematian pada bayi, anak balita dan wanita.2

Di Indonesia, hingga tahun 2011 terdapat 374 kabupaten endemis malaria dengan jumlah kasus sebanyak 256.592 orang dari 1.322.451 kasus suspek malaria yang diperiksa dengan tingkat kejadian 1,75 per 1000 penduduk/tahun.1 Hasil survei

kesehatan survei kesehatan

pemberantasan penyakit bersumber binatang di daerah perbatasan di Kecamatan Malinau Selatan oleh Loka

Litbang Pemberantasan Penyakit

Bersumber Binatang (P2B2) Tanah Bumbu di Kabupaten Malinau Kecamatan Malinau Selatan Tahun 2007 menunjukkan SPR malaria (13,33%), dari hasil survei tersebut merupakan masalah yang serius di Malinau Selatan.3 Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau pada tahun 2008 terdapat 9 kasus meninggal dunia akibat malaria di wilayah kerja Puskesmas Long Loreh.4 Kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan malaria antara lain kegiatan Indoor Residual Spraying (IRS),

pembagian kelambu berinsektisida dari

Global Fund dan pelatihan petugas malaria

baik pengelola program maupun tenaga kesehatan yang diperbantukan di laboratorium. Pada tahun 2009 kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Long Loreh mulai menurun bahkan pada tahun 2010 dan 2011 tidak lagi ditemukan kasus malaria.5,6,7

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui situasi malaria (update kasus) pada saat tahun berlangsungnya kegiatan penelitian. Pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau menganggap data yang diperoleh secara passive case detection di pelayanan kesehatan tersebut

memerlukan konfirmasi dengan data active

case detection sehingga penelitian Studi

Epidemiologi penyakit malaria, filariasis, kecacingan dan kebijakannya di wilayah lintas batas Indonesia-Malaysia di Kabupaten Malinau oleh Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu tahun 2012 diarahkan ke wilayah kerja Puskesmas Long Loreh untuk mengetahui spesies parasit dan tersangka vektor malaria di Kabupaten Malinau.

METODE

Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional, dilakukan di Desa Sungai Uli Kecamatan Malinau Selatan wilayah kerja Puskesmas Long Loreh Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur pada bulan Agustus 2012. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2008 pernah terjadi KLB

(3)

11

di lokasi tersebut dengan kasus 9 orang meninggal dunia dan sebagian besar korban adalah anak-anak. Beberapa tahun terakhir terjadi penurunan kasus yang

kemungkinan disebabkan oleh

dilaksanakannya kegiatan Indoor Residual

Spraying (IRS) dua kali setahun, dan

pembagian kelambu berinsektisida oleh

Global Fund (GF). Variabel yang diamati

adalah aspek parasitologi dan entomologi. Populasi parasitologi adalah seluruh penduduk Desa Sungai Uli dengan Sampel diambil secara purposive sampling. Data parasitologi diperoleh survei darah jari kepada 103 penduduk kemudian diperiksa secara mikroskopis untuk diketahui parasite

rate malaria. Data entomologi dihasilkan

dengan cara spot survei penangkapan

nyamuk Anopheles sp yang dilakukan pada pukul 18.00-06.00 dengan jumlah penangkap 4 orang dengan metode penangkapan umpan orang dalam (UOD) dan umpan orang luar (UOL) yang mengacu pada Depkes RI.

HASIL

Data Sekunder Puskesmas

Data kasus malaria di Kabupaten Malinau pada tahun 2009 dan 2010 ditampilkan pada Tabel 1, sedangkan data kasus malaria berdasarkan jumlah pemeriksaan dan jumlah kasus positif pada tahun 2011 di Kabupaten Malinau ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Kasus malaria di Kabupaten Malinau Tahun 2009-2010

Nama Instansi Tahun 2009 Malaria Klinis Tahun 2010 Malaria Positif

Puskesmas Malinau Kota 28 2

Puskesmas Malinau seberang 11 3

Puskesmas Tanjung Lapang 85 3

Puskesmas Pulau Sapi 19 0

Puskesmas Long Loreh 8 0

Puskesmas Pujungan 57 2

Puskesmas Long Nawang 11 1

Puskesmas Data Dian 5 0

Puskesmas Sungai Boh 2 0

Puskesmas Long Ampung 1 0

Puskesmas Long Alango 5 0

Puskesmas Mentarang Hulu 0 0

RSUD 38

Jumlah 232 49

Tabel 2. Data penderita malaria Kabupaten Malinau Tahun 2011

Nama Instansi Mikroskopis Pemeriksaan Sediaan Darah Rapid Diagnostik Test Positif Malaria

Puskesmas Malinau Kota 17 217 2

Puskesmas Malinau Seberang 75 156 12

Puskesmas Tanjung Lapang 4 52 3

Puskesmas Pulau Sapi 0 10 0

Puskesmas Long Loreh 2 64 0

Puskesmas Pujungan 2 11 1

Puskesmas Long Nawang 6 31 3

Puskesmas Data Dian 0 10 0

Puskesmas Sungai Boh 0 0 0

Puskesmas Long Ampung 0 0 0

Puskesmas Long Alango 24 48 2

Puskesmas Long Berang 0 27 0

Puskesmas Setulang 0 104 2

RSUD 2371 228 32

Jumlah 2501 958 57

(4)

12

Data malaria pada tahun 2011 yang didapatkan pada profil Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau ditemukan positif sebanyak 57 kasus positif malaria yang terjaring melalui unit pelayanan puskesmas dan RSUD Malinau. Ditinjau dari pemeriksaan yang dilakukan, RSUD Malinau merupakan unit pelayanan kesehatan yang paling banyak melakukan pemeriksaan yaitu mencapai 2.371 pemeriksaan secara mikroskopis dan 958

pemeriksaan menggunakan rapid

diagnostic test dengan 32 kasus positif

malaria. Letaknya yang strategis menjadikan RSUD Malinau sebagai rujukan dari puskesmas di kabupaten lain. Dari 32 penderita positif malaria yang teridentifikasi oleh RSUD Malinau sebanyak 10 kasus berasal dari luar Kabupaten Malinau (9 kasus dari Kabupaten Nunukan dan 1 kasus dari Tana Tidung). Berikut peta wilayah Kabupaten Malinau yang berbatasan dengan Kabupaten Tana Tidung dan Nunukan:

Gambar 1. Peta wilayah Provinsi Kalimantan Utara

Data malaria di wilayah kerja lokasi penelitian Puskesmas Long Loreh ditampilkan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, penemuan kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Long Loreh didominansi oleh pemeriksaan melalui

Rapid Diagnostic Test (RDT) daripada

pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis. Sumber daya manusia/tenaga kesehatan yang tersedia di Puskesmas Long Loreh secara kuantitas masih kurang dan tenaga analis kesehatan yang sangat diperlukan untuk penegakan diagnosis malaria secara mikroskopis tidak tersedia.

RSUD Nunukan

(5)

13 Tabel 3. Data pemeriksaan malaria perbulan Puskesmas Long Loreh Kecamatan Malinau

Selatan Tahun 2011

No .

Bulan Klinis

Pemeriksaan Sediaan Darah Total Upaya Penemuan Penderita Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Rapid Diagnostik Test 1. Januari 0 0 0 0 0 2 Pebruari 0 1 0 1 0 3 Maret 0 0 0 0 0 4 April 0 0 2 2 0 5 Mei 0 0 0 0 0 6 Juni 0 0 3 3 0 7 Juli 0 1 32 33 0 8 Agustus 0 0 0 0 0 9 September 0 0 0 0 0 10 Oktober 0 0 13 13 0 11 November 0 0 11 11 0 12 Desember 0 0 3 3 0 Jumlah 0 2 64 66 0

Sumber : Profil Puskesmas Long Loreh 2011 Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yaitu Desa Sungai Uli salah satu desa yang ada di Kecamatan Malinau Selatan berjarak +130 km dari ibukota kabupaten. Letak desa ini agak terpencil, sehingga untuk menuju dan keluar dari desa ini sangat sulit karena tidak ada transportasi rutin (reguler) ke desa ini. Desa Sungai Uli dihuni oleh 312 jiwa yang tersebar pada 65 kepala keluarga dengan mayoritas Suku Dayak dengan mata pencaharian sebagai petani dan pekebun.

Pemeriksaan Parasitologi

Hasil pemeriksaan dari 103 penduduk yang diperiksa 24 orang positif menderita malaria (SPR 23,3%) yang terdiri atas 7 orang malaria falciparum dan 15 orang malaria vivax dan 2 orang mix infection

malaria falciparum dan vivax. Dari 24 orang penderita positif malaria tersebut, 11 orang diantaranya adalah anak-anak yang berumur 3 s/d 11 tahun.

Penangkapan nyamuk

Kegiatan penangkapan nyamuk mendapatkan nyamuk An. nigerrimus dan

An. peditaeniatus (hyrcanus group), An. barbirostris dan An. umbrosus group.

Nyamuk yang tertangkap dilakukan pembedahan abdomen untuk mengetahui umur nyamuk serta untuk mengetahui sudah pernah bertelur atau belum. Dari hasil pembedahan abdomen 96% nyamuk

Anopheles sp yang tertangkap sudah

pernah bertelur.

Hasil penangkapan nyamuk dan nilai

Man Hour Density (MHD) nyamuk tersaji

(6)

14 Keterangan: UOD: Umpan Orang Dalam; UOL: Umpan Orang Luar

Gambar 2. Hasil penangkapan nyamuk pada survei entomologi malaria di Desa Sungai Uli

Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten Malinau Tahun 2012

Keterangan: UOD: Umpan Orang Dalam; UOL: Umpan Orang Luar

Gambar 3. Persentase Man Hour Density (MHD) pada survei entomologi malaria di Desa Sungai Uli Kecamatan Malinau Selatan Kabupaten MalinauTahun 2012

BAHASAN

Sebagian kasus malaria yang terjadi di Kabupaten Malinau merupakan kasus impor atau penderita impor dari kabupaten lain seperti Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Tana Tidung. Kasus/penderita impor tersebut disebabkan oleh kondisi geografis Kabupaten Malinau yang

berbatasan langsung dengan kabupaten tersebut. Berdasarkan peta dapat kita ketahui bahwa RSUD Malinau merupakan RS yang memiliki akses terdekat dengan daerah-daerah perbatasan dengan Kabupaten Nunukan dan Tana Tidung sehingga dijadikan RS rujukan bagi penderita malaria dari

kabupaten-0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

An.umbrosus gr An.hyrcanus gr An.barboristris

Ju m lah N yam u k Spesies Anopheles sp UOD UOL 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 An.umbrosus gr An.hyrcanus gr (An.peditaeniatus) An.barboristris N ilai M H D Spesies Anopheles sp UOD UOL 0.11 0.33 0.5 0.11 0.27 0.05

(7)

15

kabupaten tersebut. Penegakan diagnosis malaria di RSUD Malinau lebih banyak menggunakan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis yang merupakan gold

standard bagi pemeriksaan malaria daripada rapid diagnostic test sedangkan di puskesmas lebih banyak menggunakan

rapid diagnostic test. Hal ini disebabkan

karena tidak adanya tenaga analis laboratorium di puskesmas-puskesmas. Tingginya rujukan dari Kabupaten Nunukan dimungkinkan juga akibat tidak tersedianya tenaga analis laboratorium di Puskesmas Mansalong dan Puskesmas Sebuku yang berada di daerah perbatasan dengan Kabupaten Malinau.8

Hasil pemeriksaan parasit pada 103 penduduk di Desa Sungai Uli didapatkan 24 orang positif menderita malaria (SPR 23,3%). Dibandingkan dengan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau, data malaria menunjukkan penurunan kasus pada tahun 2009 hingga tidak adanya kasus pada tahun 2010 dan 2011 di wilayah kerja Puskesmas Long Loreh.5,6,7 Gejala ini dapat menunjukkan dua kemungkinan, kemungkinan pertama yaitu adanya

re-emerging malaria diseases di wilayah

tersebut. Dengan ditemukannya kembali kasus malaria, dapat menjadi pemicu tingginya kembali angka prevalensi malaria sehingga daerah tersebut berpotensi kembali menjadi daerah endemis malaria (pernah terjadi KLB pada tahun 2008). Kemungkinan kedua yaitu adanya faktor imunitas penduduk di daerah tersebut. Imunitas penduduk di daerah endemis akan meningkat sehingga tidak menunjukkan gejala kelainan klinis seperti pada umumnya orang yang terserang malaria.9 Gejala yang tidak nampak ini menyebabkan penderita malaria tidak terjaring dan tercatat pada

passive case detection puskesmas karena

penderita tidak berobat ke pelayanan kesehatan. Kemungkinan ketiga, tidak pernah dilakukan pemeriksaan secara

active case detection mengingat lokasi yang

sangat terpencil sehingga tidak ada laporan tentang kasus malaria di lokasi tersebut.

Jenis parasit Plasmodium yang ditemukan pada penderita malaria di Desa Sungai Uli terdiri atas 7 orang malaria falciparum, 15 orang malaria vivax dan 2 orang mix malaria falciparum dan vivax.

Ditemukannya Plasmodium falciparum

mengindikasikan adanya penularan baru dan kemungkinan penularan masih berlangsung di lokasi tersebut, sedangkan dominannya Plasmodium vivax yang merupakan kasus kambuhan (rekurensi) menandakan daerah merupakan daerah endemis malaria.10

Dari 24 penderita positif malaria di Desa Sungai Uli, 11 orang diantaranya adalah anak-anak berusia balita dan usia sekolah yaitu 3 s/d 11 tahun yang jarang bepergian keluar daerah sehingga dimungkinkan terjadi transmisi lokal pada daerah tersebut (indigenous).10 Hal ini didukung oleh letak Desa Sungai Uli yang terpencil dan sulit untuk menuju dan keluar dari desa ini karena tidak ada transportasi regular sehingga mobilitas penduduk untuk masuk dan keluar desa sangat terbatas.

Pada kegiatan penangkapan nyamuk di Desa Sungai Uli didapatkan nyamuk An.

hyrcanus group, An. barbirostris dan An. umbrosus. An. hyrcanus group terdiri atas An. sinensis, An. crawfordi, An. lesteri paraliae, An. nigerrimus, An. nitidus, An. peditaeniatus dan An. argyropus.11 Data hasil penelitian Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu pada tahun 2007 juga ditemukan nyamuk An. nigerrimus sebagai tersangka vektor malaria di Desa Gong Solok Kecamatan Malinau Selatan.12 Menurut Bonne-Webster dan Zwellgrebel (1953), An.

nigerrimus dan An. balabacencis

merupakan vektor malaria di Kalimantan sedangkan Venhuis (1939) dalam Reid menyatakan bahwa An. nigerrimus

merupakan vektor malaria di Sulawesi dan Jawa.13 Spesies nyamuk yang sama yaitu

An. hyrcanus group dan An. barbirostris

juga ditemukan sebagai tersangka vektor di Kecamatan Sembakung, yaitu salah satu kecamatan di Kabupaten Nunukan yang letaknya berdekatan dengan Kabupaten Malinau.14 Hasil yang didapatkan berbeda dengan data sebaran nyamuk Anopheles.

sp di Kalimantan Timur antara lain An. balabacencis, An. letifer, An.maculatus dan An. sundaicus. Sedangkan menurut Namru

2 nyamuk yang terbukti sebagai vektor di Kalimantan Timur adalah An. balabacensis dan An. sundaicus.15

(8)

16

Suatu spesies nyamuk bisa menjadi vektor apabila memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain umur nyamuk, kepadatan, kontak dengan manusia, tahan terhadap parasit dan adanya sumber penularan. Untuk bisa menjadi vektor malaria umur nyamuk harus cukup lama sehingga parasit bisa menyelesaikan siklus hidupnya di dalam tubuh nyamuk. Perkiraan lamanya pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk yaitu 7 hari untuk Plasmodium

vivax, 10 hari untuk Plasmodium falciparum

dan 14-16 hari untuk Plasmodium malariae.9 Berbagai cara dikembangkan untuk menaksir umur nyamuk dan salah satunya adalah dengan cara pembedahan abdomen untuk melihat bentuk ujung-ujung

tracheolus. Bentuk ujung tracheolus masih

agak melingkar maka nyamuk belum pernah bertelur disebut nulliparous

sedangkan bentuk ujung tracheolus lurus menandakan nyamuk sudah pernah bertelur disebut parous. Nyamuk betina

Anopheles mempunyai umur rata-rata 25,6

hari,16 sedangkan waktu/umur siklus hidup nyamuk yang diperlukan dari telur sampai menetas hingga menjadi nyamuk dewasa sekitar 12-14 hari, sehingga nyamuk yang telah mengalami beberapa kali siklus gonotropic (beberapa kali bertelur) dimungkinkan dapat berperan sebagai vektor malaria.

Berdasarkan hasil pembedahan abdomen nyamuk yang ditemukan di Desa Sungai Uli, 96% nyamuk Anopheles sp yang ditemukan sudah pernah bertelur atau

parous sehingga dari faktor umur nyamuk

baik An. umbrosus, An. hyrcanus group dan

An.barbirostris memungkinkan berperan

sebagai vektor malaria. Leonard Jan Bruce-Chwatt menyatakan bahwa kepadatan vektor yang dapat menularkan malaria adalah 0,025 ekor/orang/jam. Berdasarkan umur nyamuk dan kepadatan vektor, maka

Anopheles sp yang tertangkap di Desa

Sungai Uli baik An. umbrosus, An. hyrcanus

group dan An. barbirostris memenuhi syarat

untuk berperan sebagai vektor malaria.

An. barbirostris tersebar di seluruh

Indonesia dan berperan sebagai vektor malaria di daerah Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur.13,17,18 An. nigerrimus

merupakan vektor malaria di Sumatra dan Sulawesi,17,18 sedangkan di Pulau

Kalimantan nyamuk yang berperan sebagai vektor yaitu An. balabacencis, An. leucosphyrus dan An. sundaicus dan yang

berpotensi sebagai vektor adalah An. letifer dan An. tesselatus.18 An. umbrosus

merupakan nyamuk yang berpotensi sebagai vektor di Pulau Sumatera.18

Berbagai literatur yang ada, sebagian besar tidak menyatakan An. barbirostris,

nigerrimus dan An. umbrosus sebagai

vektor malaria di Kalimantan, kecuali Bonne-Webster dan Zwellegrebel yang menyatakan bahwa An. nigerrimus di Pulau Kalimantan.13 Hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut dengan melakukan konfirmasi vektor baik menggunakan metode pembedahan saliva, elisa maupun PCR terhadap ketiga spesies nyamuk tersebut diatas agar diketahui nyamuk yang berperan sebagai vektor di Kabupaten Malinau.

KESIMPULAN

Ditemukan kasus malaria falciparum dan malaria vivax di Desa Sungai Uli yang bersifat transmisi lokal (indigenous) dengan SPR 23,3%. Nyamuk yang berpotensi sebagai vektor malaria di Desa Sungai Uli Kecamatan Malinau Selatan antara lain An.

nigerrimus, An. barbirostris dan An. umbrosus.

SARAN

Perlu lebih ditingkatkan upaya promosi kesehatan dan active case detection serta pengobatan penderita dengan tepat yang dilakukan oleh instansi kesehatan. Perlu dilakukan upaya pencegahan malaria di Kabupaten Malinau seperti pencegahan gigitan nyamuk, pemeriksaan diri ke pelayanan kesehatan jika ditemukan tanda dan gejala malaria. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk konfirmasi vektor malaria di Kabupaten Malinau sehingga upaya pengendalian vektor dan malaria dapat dilaksanakan dengan lebih efektif dan efisien.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pengelola program dinas

(9)

17

Kesehatan Kabupaten Malinau yang mendampingi pelaksanaan penelitian, teknisi Litkayasa Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu serta Tim penelitian yang membantu terlaksananya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Munif A, Ariati Y. Tabel kehidupan

Anopheles aconitus di Laboratorium.

Media Litbang Kesehatan.

2007;17(2):1–7.

2. Hakim L, Ipa M. Sistem kewaspadaan dini KLB malaria berdasarkan curah hujan, kepadatan vektor dan kesakitan malaria di Kabupaten Sukabumi. Media Libang Kesehatan. 2007;XVII(2):39–40. 3. Loka Litbang P2B2 Tanah Bumbu.

Laporan hasil epidemiologi malaria di Kabupaten Malinau Tahun 2007. 2007. 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau. Laporan bulanan kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Malinau Tahun 2008. 2008.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau Tahun 2009. 2009.

6. Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau Tahun 2010. 2010.

7. Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau Tahun 2011. 2011.

8. Waris L, dkk. Laporan hasil penelitian epidemiologi penyakit bersumber binatang (malaria, filariasis dan kecacingan) di Daerah Lintas Batas Indonesia-Malaysia (Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur). Tanah Bumbu; 2010.

9. Munif A, Sudomo M, Soekirno. Bionomi

Anopheles sp di Daerah endemis

malaria di Kecamatan Lengkong,

Kabupaten Sukabumi. Buletin

Penelitian Kesehatan. 2007;35(2):57– 80.

10. Harijanto, P N. Malaria epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis dan penanganan. Jakarta: EGC; 2000. 11. O’Connor C. The Anopheles hyrcanus

group in Indonesia. Mosquito Systematics. 1980;12(3):293-205. 12. Waris L, Nuhung H, Rahman A,

Cahyadi H. Survey kesehatan pemberantasan penyakit bersumber binatang (P2B2) di Daerah Perbatasan (Kabupaten Malinau) Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2007. Jurnal Buski. 2008;1(1):13–7.

13. Reid J. The Anopheles hyrcanus Group in South-East Asia (Diptera:Culicidae). Buletin Entomological Research. 1953; 44(1):5–76.

14. Waris L. Potret Vektor Malaria dan Filariasis di Kecamatan Sembakung

Kabupaten Nunukan Propinsi

Kalimantan Timur. Vektora. 2011; 3(2): 122-136

15. Departemen Kesehatan RI. Modul pengendalian vektor malaria di Indonesia. Ditjen P2MPL. Jakarta. 2004.

16. Munif A. Nyamuk vektor malaria dan hubungannya dengan Aktivitas kehidupan manusia di Indonesia. Aspirator. 2009;1(2):94–102.

17. Hoedojo. Vector of malaria and filariasis in Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. 1989;17(2):180–90.

18. Munif A, Rusmiarto S, Aryati Y, Andris H, Stoops C. konfirmasi status

Anopheles vagus sebagai vektor pendamping saat kejadian luar biasa malaria di Kabupaten Sukabumi Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008;7(1):689–96.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan nilai-nilai parameter karakteristik yaitu kecepatan, kerapatan, dan tingkat arus pejalan kaki dengan metode Greenshields serta nilai

•Berapa nilai laju korosi pada pipa ter-coating yang terdapat goresan pada permukaannya •Bagaimana morfologi permukaan daerah cacat coating pada spesimen dengan menggunakan foto

Penyitaan terbesar (94%) terdapat di wilayah Cina dan Indonesia. 2) Berdasarkan Laporan UNODC Asia Pasifik, Global Smart Update 2012, sepertiga dari ATS global dan setengah

Diharapkan kepada petani padi sawah di Nagari Guguak Kuranji Hilir Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman meningkatkan keuntungan, seperti: memproduksi padi sawah

Klisney (2003), mengembangkan model pembelajaran matematika mengacu pada model siklus belajar dari Kolb yang disebut pembelajaran matematika empat tahap. Adapun tahap-tahap

Duta Wisata kota Salatiga merupakan salah satu upaya promosi pariwisata Salatiga dibawah naungan Dinas Perhubungan Komunikasi Kebudayaan dan

Hal yang diteliti meliputi bagaimana merangkai alat yang menghasilkan pirolisis lambat, berapa banyak minyak yang dihasilkan dari limbah plastik tersebut, bagaimana

banyak orang tua menjadi takut. 5) Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat