• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Yandra (2007) berjudul Analisis perencanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Yandra (2007) berjudul Analisis perencanaan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Yandra (2007) berjudul Analisis perencanaan strategis Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan pada PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai menyimpulkan bahwa perencanaan strategis sumber daya manusia yakni recruitment, pengembangan karyawan,jenjang karir, dan kompensasi memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan terletak pada variabel Y. penelitian yang saya lakukan bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh antara perencanaan strategis sumber daya manusia terhadap kepuasan kerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Farida Lubis (2007) berjudul Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan pada bagian Ekspor Import Luar Negri, Bank Indonesia-Jakarta menyimpulkan bahwa bila semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan karyawan akan imbalan instrinsik, maka tingkat kepuasan kerja karyawan akan semakin tinggi dan hal tersebut akan berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan kepuasan kerja karyawan. Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan terletak pada variabel X. Penelitian terdahulu hanya mengukur pengaruh kompensasi, sementara penelitian yang saya lakukan mengukur pengaruh perencanaan strategis sumber daaya manusia dimana indikatornya adalah rekruitmen, pelatihan dan pengembangan karyawan, jenjang karir dan kompensasi.

(2)

B. Landasan Teori

1. Perencanaan Strategis SDM

a. Pengertian Perencanaan Strategis SDM.

Menurut Nawawi (2001:100) perencanaan strategis SDM ialah : proses analisis dan identifikasi tersedianya kebutuhan akan sumber daya manusia sehingga organisasi itu dapat mencapai tujuannya, sedangkan menurut Malayu (2005:188) perencanaan strategis SDM merupakan suatu proyeksi dan kunci bagaimana perusahaan memperoleh dan mendayagunakan sumber daya manusia yang dimiliki dan menjadi dasar dari keseluruhan sumber daya manusia.

Menurut Malthis (2002:4) peran manajemen SDM terdiri atas :

a. Peran administrative dengan fokus pada proses penyimpanan data, untuk waktu yang bersifat jangka pendek, dengan jenis kegiatan berupa; menafsirkan manfaat tenaga kerja, menjalankan orientasi tenaga kerja baru, menafsirkan kebijakan dan prosedur SDM, serta menyiapkan laporan kerja yang sama.

b. Peran operasi, dengan fokus pendukung kegiatan, untuk jangka waktu menengah, dengan kegiatan; mengelola progam komprnsasi, merekrut dan memposisikan jabatan yang lowong, menjalankan pelatihan yang aman, dan mengatasi keluhan kerja.

c. Peran strategis, dengan fokus organisasi luas global untuk jangka waktu lebih panjang ,dengan jenis kegiatan; menilai kecenderungan permasalahan tenaga kerja,melakukan rencana pengembangan, membantu organisasi dalam melakukan restrukturisasi dan perampingan, memberi nasehat merger dan akuisisi, rencana strategis kompensasi.

(3)

Peran manajeman SDM semakin komplek terutama dalam mengatur unsure “manusia” dalam organisasi, maka organisasi harus menyusun suatu perencanaan strategis SDM dalam upaya menjadikan sumber daya manusia memiliki nilai dan kompetensi inti yang lebih terarah dan terukur sesuai dengan kebutuhan perusahaan. b. Proses Perencanaan Strategis SDM dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan.

1). Perekrutan Tenaga Kerja.

Menurut Hariandja (2002:97) perekrutan merupakan suatu proses mendapatkan pegawai yang tepat guna mengisi jabatan yang kosong. Proses ini mendorong calon yang mempunyai potensi untuk mengajukan lamaran, tentu harus sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan perusahaan. Agar perekrutan dapat berjalan baik , maka perusahaan harus menentukan terlebih dahulu beberapa kebutuhan tenaga kerja untuk mengisi jabatan kosong, kemudian persyaratannya, dan bagaimana perekrutannya. Setelah perusahaan mengetahui proyeksi pegawai yang dibutuhkan dan bagaimana cara perekrutannya, maka selanjutnya perusahaan menentukan kualifikasi atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon pegawai sehingga sesuai dengan perencanaan strategis SDM yang telah disusun.

Penentuan kualifikasi SDM ini bukan saja untuk pengetahuan keterampilan dan keahlian kerja, tetapi juga kemampuan manajerial yang berbeda untuk setiap lini. Implementasi dan kualifikasi itu mencakup persyaratan akademis (D3, S.1, S.2, dan S.3) serta persyaratan pelatihan, pengalaman, inisiatif dan kreativitas dalam jabatan atau pekerjaan bisnis yang relevan. Oleh karena itu, terdapat variasi kualifikasi SDM didalam satu perusahaan dan antar perusahaan.

Penyusunan standar SDM di perusahaan harus sesuai dengan jenjang jabatan dan implementasi terhadap pegawai yang memiliki tingkat pendidikan akademis tertentu,

(4)

sehingga dengan begitu bentuk program peningkatan prestasi yang akan diberikan pada pegawai bisa disesuaikan juga dengan kualifikasi pegawai yang ada.

Menurut Nawawi (2001:145) kualifikasi yang ditetapkan dalam perencanaan strategis SDM dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kualifikasi umum yang dapat digunakan oleh semua jenis organisasi/perusahaan seperti: pengetahuan umum, intelegensi, kepribadiaan, kesehatan,dan lain-lain. 2. Kualifikasi umum yang ditingkatkan untuk jenis pekerjaan dan jabatan tertentu

seperti: kejujuran, pendengaran, penglihatan, tidak mudah stress, hubungan masyarakat.dll.

3. Kualifikasi khusus: yang ditetapkan sesuai dengan bidang bisnis yang menjadi kegiatan operasional organisasi/perusahaan berupa keterampilan dan keahlian tertentu: seperti ahli kimia, manajeman, akuntasi,dan lain-lain.

Perencanaan strategis SDM akan sia-sia apabila tidak diikuti dengan kegiatan rekruitmen dan seleksi yang berpedoman dengan kualifikasi SDM yang dibutuhkan. Tes atau interview yang dipergunakan harus difokuskan pada usaha mengungkapkan, apakah calon-calon pegawai memenuhi kualifikasi yang ditetapkan dalam perencanaan SDM.

Menurut Hariandja (2002:108) ada dua sumber memperoleh tenaga kerja yaitu : a. Sumber internal

Merupakan cara memperoleh karyawan dari dalam perusahaan dengan memindahkan karyawan yang memenuhi spesifikasi pekerjaan jabatan tersebut, pemindahan karyawan bersifat vertikal (promosi dan demosi) maupun horizontal (mutasi).

(5)

Merupakan sumber tenaga kerja yang berasal dari luar perusahaan untuk mengisi posisi dengan spesifikasi atau persyaratan tertentu.

Menurut Hariandja (2002:108) ada beberapa metode perekrutan karyawan dari luar perusahaan :

a. Inisiatif Pelamar (Walk In)

Pelamar datang atas inisiatif sendiri ke perusahaan, kemudian mengisi formulir lamaran yang disediakan perusahaan.

b. Rekomendasi Pegawai (Employee referral)

Penarikan yang dilakukan dengan rekomendasi dari pegawai yang ada, dengan harapan mereka mengenal orang-orang yang memiliki potensi untuk melakukan pekerjaan yang sama.

c. Iklan (Advertising)

Pendekatan ini melalui iklan di media massa, baik media cetak maupun media elektronik.

d. Lembaga Swasta (Private Placement Agencies)

Perusahaan ini mencari keuntungan dengan membantu perusahaan yang butuh tenaga kerja mencari tenaga kerja.

e. Lembaga Pemerintahan (State Employment Secuity Agencies)

Lembaga yang membantu pencari kerja atau menghubungkannya dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja.

f. Lembaga Pendidikan (Education Intitution)

Lembaga pendidikan baik umum maupun kejuruan yang membantu lulusannya mencari pekerjann.

(6)

g. Asosiasi Profesi (Profesional Association)

Lembaga yang dibentuk para profesional seperti dokter, akuntan, insinyur, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk mencari para professional.

h. Organisasi Buruh (labour Organization)

Menarik tenaga kerja dari organisasi buruh yang memiliki spesifikasi yang diinginkan.

i. Lembaga Militer (Military operation)

Anggota militer yang telah meninggalkan masa dinasnya dapat digunakan sebagai sumber tenaga kerja.

2). Pelatihan dan Pengembangan Karyawan a). Pengertian Pengembangan Tenaga Kerja

Menurut Malayu (2005:68) pengembangan tenaga kerja merupakan suatu usaha terencana dari organisasi untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Pengembangan didasarkan pada kenyataan bahwa seorang pegawai akan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang berkembang supaya bekerja dengan baik.

b). Pendidikan dan Pelatihan.

Menurut Soeprihanto (2001:85) pendidikan adalah suatu kegiatan memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan umum, termasuk peningkatan teori pengambilan keputusan dalam menghadapi persoalan karyawan, sedangkan pelatihan adalah cara yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.

c). Metode Pengembangan Karyawan

(7)

1. On The Job Training a. Job Instruction Training.

Bentuk pelatihan ditentukan seseorang (supervisor) tang berrtindak sebagai pelatih untuk menginstruksikan bagaimana melakukan pekerjaan tertentu dalam proses kerja.

b. Coaching

Bentuk pengembangan yang dilakukan si tempat kerja oleh atasan dengan membimbing petugas melalui pekerjaan secara informal, misalnya bagaimana melakukan pekerjaan.

c. Job Rotation

Program formal dengan cara menugaskan pegawai pada beberapa pekerjaan dan dalam bagian yang berbeda untuk menambah pengetahuan mengenai pekerjaan. d. Aprenticheship

Pelatihan dengan mengkombinasikan antara pelajaran di kelas dengan praktek dilapangan, teori yang diberikan dipraktekkan di lapangan.

2. Off The Job Training a. Lecture

Presentasi yang diberikan pelatih kepada kelompok pendengar, dan memberikan kesempatan kelompok bertanya lewat diskusi.

b. Video presentation.

Pelajaran yang diberikan lewat film, TV, atau video tentang pengetahuan bagimana melakukan suatu pekerjaan.

c. Vestibule Training.

Pelatihan yang diberikan di sebuah tempat khusus yang dirancang menyerupai tempat kerja dan juga peralatannya.

(8)

d. Case Study.

Pelajaran dengan memberikan peserta beberapa kasus, kemudian diminta memecahkan kasus tersebut.

e. Self Study

Peserta diminta belajar sendiri melalui rancangan materi yang disusun dengan baik seperti bahan bacaan, video, dan kaset.

d). Manfaat Pengembangan.

a. Meningkatkan produktivitas baik kualitas maupun kuantitas.

b. Meningkatkan moral kerja karyawan lewat pengembangan yang diselenggarakan sesuai tingkat kebutuhan dalam organisasi.

c. Menurunkan pengawasan, karena pekerja sudah yakin akan kemampuannya. d. Meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas karyawan.

e. Mengembangkan pertumbuhan pribadi. 3). Pengembangan Karir

Menurut Siagian (2003:206) karir adalah keseluruhan pekerjaan yang dilakukan dan jabatan yang d pangku selama bekarya, sedangkan menurut Malthis (2002:62) karir adalah urutan posisi yang terkait dengan pekerjaan yang diduduki seseorang sepanjang hidupnya.

Pengembangan karir merupakan gabungan dari kebutuhan pelatihan dimasa akan datang dan perencanaan SDM. Dari sudut pandang pegawai, pengembangan karir memberikan gambaran mengenai jalur karir dimasa yang akan datang. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan, pengembangan karir memberikan jaminan bahwa akan tersedia pegawai-pegawai yang akan mengisi posisi yang akan lowong di masa akan datang.

(9)

Menurut Nawawi (2001:307) ada tiga fase dalam mendesain program pengembangan karir, yaitu :

a. Fase Perencanaan.

Merupakan aktivitas yang menyelaraskan rancangan pegawai dan perusahaan mengenai pengembangan karir dilingkungannya. Tujuan dari fase ini adalah mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pegawai dalam melaksanakan tugas. b. Fase pengarahan

Fase ini bermaksud untuk membantu pegawai agar mampu mewujudkan perencanaannya menjadi kenyataan yaitu dengan memantapkan tipe karir yang diinginkan dan mengatur langkah-langkah yang harus di tempuh melalui dua pendekatan yaitu :

1). Pengarahan dengan menyelenggarakan konseling karir.

2). Menyelenggarakan pelayanan pemberian informasi yang mencakup kegiatan : a. Sistem pemberitaan pekerjaan secara terbuka.

b. Menyediakan informasi inventarisasi kemampuan pegawai. c. Informasi tentang aliran karir.

c. Fase Pengembangan

Fase ini adalah tenggang waktu yang di pergunakan pegawai untuk memenuhi persyaratan yang memungkinkannya melakukan gerak dari suatu posisi ke posisi lain yang di inginkan .Selama fase ini pegawai dapat melakukan kegiatan memeperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau keahlian dan sikapnya sebagaimana dipersyaratkan oleh posisi tersebut.

Kegiatan dalam fase pengembangann antara lain : 1. Penyelenggaraan system mentor.

(10)

3. Program beasiswa atau ikatan bisnis.

4). Kompensasi

a. Pengertian Kompensasi.

Menurut Malayu (2005:117) kompensasi merupakan semua yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan balas jasa yang diberikan perusahaan.

Menurut Nawawi (2001:307) kompensasi bagi perusahaan berarti penghargaan atau ganjaran kepada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuan perusahaan melalui kegiatan yang disebut bekerja.

b.Jenis-jenis Kompensasi.

Menurut Gouzaly (1996:234) bentuk dan jenis kompensasi yang diberikan kepada karyawan adalah :

1). Gaji

Salah satu jenis balas jasa atau imbalan financial yang diberikan kepada karyawan secara periodic dan teratur, seperti tahunan, caturwulan, bulanan dan mingguan. 2). Upah.

Imbalan financial yang langsung dibayarkan kepada pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan, atau banyaknya pelayanan yang diberikan, berbeda dengan gaji, upah dibayarkan harian setelah sip kerja.

3). Tunjangan

Imbalan tidak langsung yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok karyawan sebagai bagian dari keanggotaannya di perusahaan. Tunjangan dapat berupa tunjangan keluarga, tunjangan kesehatan, pendidikan, jabatan, perumahan dan lain sebagainya.

(11)

4). Insentif atau bonus.

Pada dasarnya merupakan tambahan penghasilan yang diberikan kepada karyawan tertentu. Pemberian insentif atau bonus biasanya didasarkan atas keberhasilan atau prestasi yang di capai oleh karyawan yang melebihi prestasi rata-rata yang ditentukan, seperti komisi, insentif eksekutif, dan lain-lain.

2. Kepuasan Kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Pada pikiran yang paling mendasar, kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang (Malthis dan Jackson, 2001:98).

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individuil. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya (As’ad, 1998 : 104).

Locke (dalam Luthans,2006:243) memberikan defenisi komprehensive dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif, dan evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting.

Malayu (2005:202), menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan dalam pekerjaan adalah kepuasan yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperolah pujian

(12)

hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik. Kepuasan di luar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang dinikmati di luar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari hasil kerjanya, agar dia dapat membeli kebutuhan-kebutuhannya. Kepuasan kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.

Handoko (2000:193) menyatakan kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para keryawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Kepuasan kerja adalah tingkat perasaan seseorang akan kesukaan dan ketidaksukaannya dalam memandang pekerjaannya, artinya seorang karyawan akan menyukai atau tidak menyukai pekerjaannya dapat terlihat dari sikapnya terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Smith, et al (Munandar, 2004:74), menyatakan ada lima dimensi dari kepuasan kerja yaitu :

a. Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, dimana hal itu terjadi bila pekerjaan tersebut memberikan kesempatan individu untuk belajar sesuai dengan minat serta kesempatan untuk bertanggung jawab.

b. Kepuasan terhadap imbalan, dimana sejumlah uang gaji yang diterima sesuai dengan beban kerjanya dan seimbang dengan karyawan lain pada organisasi tersebut.

c. Kesempatan promosi yaitu kesempatan untuk meningkatkan posisi pada struktur organisasi.

(13)

d. Kepuasan terhadap supervis, bergantung pada kemampuan atasannya untuk memberikan bantuan teknis dalam memotivasi.

e. Kepuasan terhadap rekan kerja yaitu seberapa besar rekan sekerja memberikan bantuan teknis dan dorongan sosial.

c. Konsekuensi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins (2001:151) konsekuensi dari kepuasan kerja ada tiga yaitu : a. Kepuasan dan produktivitas

Seorang pekerja yang bahagia adalah seorang pekerja yang produktif. Jika karyawan melakukan suatu pekerjaan yang baik, secara intrinsik karyawan merasa senang dengan hal itu. Lagi pula, dengan mengandaikan bahwa organisasi memberikan ganjaran untuk produktivitas, produktivitas yang lebih tinggi seharusnya meningkatkan pengakuan verbal, tingkat gaji, dan probabilitas untuk dipromosikan. Ganjaran-ganjaran ini, selanjutnya, menaikkan kepuasan karyawan pada pekerjaan.

b. Kepuasan dan kemangkiran

Seorang karyawan yang puas dengan pekerjaannya akan memiliki tingkat absensi yang rendah, namun tidak menutupi kemungkinan bahwa karyawan yang memiliki kepuasan dalam bekerja juga dapat memiliki absensi yang tinggi. Supaya tidak terjadi hal demikian, sebaiknya perusahaan memberikan kompensasi yang menarik seperti pemberian cuti masa kerja di luar hari besar / hari libur nasional.

c. Kepuasan dan tingkat keluar-masuknya karyawan

Salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk mempertahankan karyawannya yang handal yaitu dengan memberikan kepuasan dalam bekerja kepada karyawan tersebut. Dengan demikian, karyawan yang mempunyai kepuasan kerja tinggi tidak akan keluar / meninggalkan perusahaan itu.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Lebih jauh dikemukakan bahwa penggunaan pupuk bukan sekedar memberikan pupuk, tetapi harus didasarkan pada: (1) kemampuan tanah menyediakan hara untuk mencapai hasil tinggi

Bedasarkan penelitian mengenai pengaruh Gaya Hidup dan harga terhadap Keputusan Pembelian handphone merek iphone di marketplace shopee juga dapat disimpulkan bahwa di dalam

Ide perancangan tempat SPA ini didapatkan dari beberapa dasar pemikiran yaitu : Diantaranya adalah dengan melihat bahwa Kota Bandung menjadi salah satu kota tujuan wisata

Setelah calon karyawan melaksanakan wawancara user, maka pewawancara akan membuat laporan hasil tes wawancara dengan menggunakan form hasil akhir proses seleksi

Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi tomat dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan luas panen, produksi,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Sifat penata yang senang menyendiri, tidak percaya diri dan suka memendam perasaan merupakaan watak yang terdapat pada watak melankolis yang sempurna dan