• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OUTLOOK KOMODITI TOMAT"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

                                           

(2)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i

OUTLOOK

KOMODITI TOMAT

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian

2014

(3)
(4)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian iii

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

ISSN : 1907-1507

Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 84 halaman

Penasehat : Ir. M. Tassim Billah, MSc.

Penyunting :

Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc. Ir. Noviati, M.Si

Naskah :

Roydatul Zikria, S.Si Design dan Layout : Roydatul Zikria, S.Si Design Sampul : Suyati, S.Kom

Diterbitkan oleh :

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2014

(5)
(6)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian v

KATA PENGANTAR

Guna mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditi Hortikultura.

Publikasi Outlook Komoditi Tomat Tahun 2014 menyajikan keragaan data series komoditi tomat secara nasional dan internasional selama 10-30 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019.

Publikasi ini disajikan dalam bentuk hard copy sedangkan untuk bentuk soft copy dapat dengan mudah diperoleh atau diakses melalui website Pusdatin yaitu http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id.

Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi komoditi tomat secara lebih lengkap dan menyeluruh.

Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.

Jakarta, Desember 2014 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,

Ir. M. Tassim Billah, MSc. NIP.19570725.198203.1.002

(7)

vi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

(8)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian vii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN ... 2

1.3. RUANG LINGKUP ... 2

BAB II. METODOLOGI ... 3

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI ... 3

2.2. METODE ANALISIS ... 4

2.2.1. Analisis Keragaan ... 4

2.2.2. Analisis Penawaran ... 4

2.2.3. Analisis Permintaan ... 7

2.2.4. Kelayakan Model ... 7

2.2.5. Program Pengolahan Data ... 8

BAB III. KERAGAAN NASIONAL ... 9

3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI INDONESIA ... 9

3.1.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Indonesia ... 9

3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tomat di Indonesia ... 11

3.1.3. Sentra Produksi Tomat Dalam dan Tomat Hibrida di Indonesia ... 13

3.2. PERKEMBANGAN HARGA TOMAT DI INDONESIA ... 18

3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TOMAT DI INDONESIA ... 19

(9)

viii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Indonesia .. 22

3.4.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Indonesia ... 23

3.4.3. Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia .... 24

3.4.4. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Tomat Indonesia ... 25

BAB IV. KERAGAAN DUNIA ... 27

4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA ... 27

4.1.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Asean ... 28

4.1.2. Perkembangan Produksi Tomat di Asean ... 28

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Asean ... 30

4.1.4. Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia ... 30

4.1.5. Sentra Luas Panen Tomat di Dunia ... 31

4.1.6. Perkembangan Produksi Tomat di Dunia ... 32

4.1.7. Sentra Produksi Tomat di Dunia ... 33

4.1.8. Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia ... 33

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA ... 34

4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di ASEAN ... 34

4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di ASEAN ... 36

4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Dunia ... 37

4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Dunia ... 40

4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA ... 40

4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Tomat di ASEAN ... 40

(10)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian ix

BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN ... 43

5.1. PROYEKSI PENAWARAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN 2014-2019 .... 43

5.2. PROYEKSI PERMINTAAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN 2014-2019 .... 46

5.3. PROYEKSI NERACA PENAWARAN DAN PERMINTAAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN 2014-2019 ... 48

5.4. PROYEKSI KETERSEDIAAN TOMAT DI ASEAN 2012-2019 ... 50

5.5. PROYEKSI KETERSEDIAAN TOMAT DI DUNIA 2012-2019 ... 51

(11)
(12)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ... 3 Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Panen Tomat di

Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun 1990–2013 ... 10 Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Tomat di

Jawa, Luar Jawa dan Indonesia Tahun 1990–2013 ... 12 Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Terkait Produksi Komoditi Tomat

di Indonesia ... 44 Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Penawaran Tomat di Indonesia Tahun 2014-2019 .... 45 Tabel 5.3. Hasil Proyeksi Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan Rumah

Tangga di Indonesia Tahun 2014-2019 ... 47 Tabel 5.4. Proyeksi Neraca Penawaran dan Permintaan Tomat di

Indonesia Tahun 2014-2019 ... 49 Tabel 5.5. Proyeksi Ketersediaan Tomat di ASEAN Tahun 2012-2019 ... 51 Tabel 5.6. Proyeksi Ketersediaan Tomat di Dunia Tahun 2012-2019 ... 52

(13)
(14)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan

Indonesia Tahun 1990-2013 ... 10 Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan

Indonesia Tahun 1990-2013 ... 11 Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Jawa, Luar Jawa dan

Indonesia Tahun 1990-2013 ... 13 Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra di

Indonesia Tahun 2009-2013 ... 14 Gambar 3.5. Perkembangan Produksi Tomat di Provinsi Sentra

Tahun 2011-2013 ... 14 Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 ... 15 Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2013 ... 16 Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013 ... 17 Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013 ... 18 Gambar 3.10. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Tomat Sayur

di Indonesia Tahun 2005-2013 ... 19 Gambar 3.11. Perkembangan Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan Rumah

Tangga di Indonesia Tahun 2002-2013 ... 20 Gambar 3.12. Perkembangan Ketersediaan Tomat di Indonesia

Tahun 2002-2013 ... 21 Gambar 3.13. Perkembangan Perkembangan Penggunaan Ketersediaan

Tomat Sayur di Indonesia Tahun 2002-2013 ... 22 Gambar 3.14. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia

(15)

xiv Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia

Tahun 2000-2013 ... 24 Gambar 3.16. Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia

Tahun 2000-2013 ... 24 Gambar 3.17. Negara Tujuan Ekspor Tomat Indonesia Tahun 2013 ... 25 Gambar 3.18. Negara Asal Impor Tomat Indonesia Tahun 2013 ... 26 Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di ASEAN Tahun 1980-2012 .... 27 Gambar 4.2. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di ASEAN

Tahun 2008–2012 ... 28 Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Tomat di ASEAN Tahun 1980-2012 ... 29 Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di ASEAN

Tahun 2008–2012 ... 29 Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Tomat di ASEAN

Tahun 1980-2012 ... 30 Gambar 4.6. Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia Tahun 1980-2012 ... 31 Gambar 4.7. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2008–2012 ... 32 Gambar 4.8. Perkembangan Produksi Tomat di Dunia Tahun 1980-2012 ... 32 Gambar 4.9. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2008-2012 ... 33 Gambar 4.10. Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia

Tahun 1980-2012 ... 34 Gambar 4.11. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN

Tahun 1980-2011 ... 35 Gambar 4.12. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di ASEAN

Tahun 2007-2011 ... 35 Gambar 4.13. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN

Tahun 2007-2011 ... 36 Gambar 4.14. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN

(16)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xv Gambar 4.15. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Dunia

Tahun 1980-2011 ... 38 Gambar 4.16. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2007-2011 ... 39 Gambar 4.17. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2007-2011 ... 39 Gambar 4.18. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Dunia

Tahun 1980-2011 ... 40 Gambar 4.19. Perkembangan Ketersediaan Tomat di ASEAN

Tahun 1980-2011 ... 41 Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Tomat di Dunia

(17)
(18)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan

Indonesia Tahun 1990-2013. ... 57 Lampiran 2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan

Indonesia Tahun 1990-2013 ... 58 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Jawa, Luar Jawa

dan Indonesia Tahun 1990-2013 ... 59 Lampiran 4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra di

Indonesia Tahun 2009-2013 ... 60 Lampiran 5. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2013 ... 60 Lampiran 6. Kabupaten Sentra Produksi Tomat di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2013 ... 61 Lampiran 7. Kabupaten Sentra Produksi Tomat Dalam di Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2013 ... 61 Lampiran 8. Kabupaten Sentra Produksi Tomat Dalam di Provinsi

Jawa Timur Tahun 2013 ... 62 Lampiran 9. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Tomat Sayur

di Indonesia Tahun 2005-2013 ... 63 Lampiran 10 Perkembangan Konsumsi Tomat Sayur di Indonesia

Tahun 2002-2013 ... 63 Lampiran 11 Perkembangan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia

Tahun 2002-2013 ... 64 Lampiran 12. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia

Tahun 2000-2013 ... 65 Lampiran 13. Negara Tujuan Ekspor Tomat Indonesia Tahun 2013... 66 Lampiran 14. Negara Asal Impor Tomat Indonesia Tahun 2013 ... 66 Lampiran 15. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

(19)

xviii Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Lampiran 16. Kontribusi Luas Panen Tomat di Beberapa Negara di ASEAN Tahun 2008-2012 ... 68 Lampiran 17. Kontribusi Produksi Tomat di Beberapa Negara di ASEAN

Tahun 2008-2012 ... 68 Lampiran 18. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas

Tomat di Dunia Tahun 1980-2012 ... 69 Lampiran 19. Kontribusi Luas Panen Tomat di Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2008-2012 ... 70 Lampiran 20. Kontribusi Produksi Tomat di Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2008-2012 ... 70 Lampiran 21. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN

Tahun 1980-2011 ... 71 Lampiran 22. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di

ASEAN Tahun 2007-2011 ... 72 Lampiran 23. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN

Tahun 2007-2011 ... 72 Lampiran 24. Perkembangan Ekspor dan Impor Tomat di Dunia

Tahun 1980-2011 ... 73 Lampiran 25. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2007-2011 ... 74 Lampiran 26. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di Dunia

Tahun 2007-2011 ... 74 Lampiran 27. Ketersediaan Tomat di ASEAN Tahun 1980-2011 ... 75 Lampiran 28. Ketersediaan Tomat di Dunia Tahun 1980-2011 ... 76 Lampiran 29. Hasil Pengolahan Proyeksi Tomat di Indonesia

Menggunakan Model Regresi Berganda ... 77 Lampiran 30. Hasil Pengolahan Proyeksi Luas Panen Tomat di Indonesia

Menggunakan Model Double Exponential Smoothing ... 78 Lampiran 31. Hasil Pengolahan Proyeksi Harga Produsen Tomat Sayur di

Indonesia Menggunakan Model Double Exponential

(20)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian xix Lampiran 32. Hasil Pengolahan Proyeksi Volume Impor Tomat di

Indonesia Menggunakan Model Trend Exponential Growth ... 80 Lampiran 33. Hasil Pengolahan Proyeksi Volume Impor Tomat di

Indonesia Menggunakan Model Trend Exponential Growth ... 81 Lampiran 34. Hasil Pengolahan Proyeksi Konsumsi Tomat untuk Rumah

Tangga di Indonesia Menggunakan Model Trend Quadratic ... 82 Lampiran 35. Hasil Pengolahan Data Ketersediaan Tomat di ASEAN

Menggunakan Model Double Exponential Smoothing ... 83 Lampiran 36. Hasil Pengolahan Data Ketersediaan Tomat di Dunia

(21)
(22)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tomat (Lycopersicon esculentum Miil) merupakan sayuran buah yang tergolong tanaman semusim berbentuk perdu dan termasuk ke dalam famili

Solanacea. Buahnya merupakan sumber vitamin dan mineral. Penggunaannya

semakin luas, karena selain dikonsumsi sebagai tomat segar dan untuk bumbu masakan, juga dapat diolah lebih lanjut sebagai bahan baku industri makanan seperti sari buah dan saus tomat (Wasonowati, 2011). Tomat menjadi salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya (Hanindita, 2008).

Tomat sangat potensial dibudidayakan di Indonesia. Tergantung jenis atau varietasnya, tanaman ini dapat ditanam secara luas dari mulai dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman tomat yang cocok dikembangkan di dataran rendah adalah varietas atau kultivar yang tahan suhu panas dan juga tahan terhadap penyakit layu bakteri (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2004).

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2007-2011, prospek perkembangan tomat Indonesia di kancah ASEAN cukup baik mengingat Indonesia merupakan negara dengan luas panen dan produksi terbanyak untuk tomat di ASEAN. Selain itu Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara eksportir tomat ASEAN setelah Malaysia. Namun di tingkat dunia, luas panen dan produksi tomat Indonesia masih kalah bersaing dibandingkan negara-negara lain.

Untuk mengetahui sejauh mana prospek komoditi tomat dalam mendukung sektor pertanian di Indonesia, berikut ini akan disajikan perkembangan luas panen, produksi, produktivitas nasional dan dunia, harga produsen dan konsumen, konsumsi, ekspor dan impor, serta proyeksi penawaran dan permintaan tomat tahun 2014-2019.

(23)

2 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 1.2. TUJUAN

Melakukan Penyusunan Buku Outlook Komoditi Tomat yang berisi keragaan data series di Indonesia, ASEAN, dan dunia, serta dilengkapi dengan hasil proyeksi penawaran dan permintaan tomat di Indonesia, proyeksi ketersediaan tomat di ASEAN dan di dunia.

1.3. RUANG LINGKUP

Kegiatan yang dicakup dalam penyusunan outlook komoditi tomat adalah:

 Identifikasi peubah-peubah yang dianalisis mencakup luas areal, produksi, produktivitas, harga, konsumsi, ekspor, impor, negara tujuan ekspor, negara asal impor, dan situasi komodi tomat di Indonesia, ASEAN, dan di dunia.

 Penyusunan analisis komoditi tomat serta penyusunan proyeksi permintaan dan penawaran tomat di Indonesia tahun 2014-2019, serta proyeksi ketersediaan tomat di ASEAN tahun 2012-2019 dan proyeksi ketersediaan tomat di dunia tahun 2012-2019.

(24)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 3

BAB II. METODOLOGI

2.1. SUMBER DATA DAN INFORMASI

Buku Outlook Komoditi Tomat Tahun 2014 disusun berdasarkan data dan informasi yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Food and Agriculture Organization (FAO). Jenis variabel, periode dan sumber data secara rinci disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data

No Variabel Periode Sumber

Data Keterangan 1. Luas Panen Tomat

di Indonesia 1990-2013 BPS 2. Produksi Tomat di

Indonesia 1990-2013 BPS Buah Segar 3. Produktivitas Tomat di Indonesia 1990-2013 BPS 4. Harga Produsen dan Konsumen Tomat di Indonesia 2005-2013 BPS Tomat Sayur 5. Konsumsi Tomat di Indonesia 2002-2013 Susenas, Neraca Bahan Makanan

Total Tomat (Tomat Sayur dan Tomat Buah) 6. Ekspor Impor Tomat di Indonesia 2000-2013 BPS Kode HS 0702000000 (Tomat segar/dingin) 8. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Tomat

2013 BPS

9. Luas Panen Tomat

di ASEAN 1980-2012 FAO 10. Produksi Tomat di

ASEAN 1980-2012 FAO

11. Produktivitas

(25)

4 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

No Variabel Periode Sumber Data Keterangan 12. Ekspor Impor

Tomat di ASEAN 1980-2011 FAO 13. Luas Panen Tomat

di Dunia 1980-2012 FAO 14. Produksi Tomat di

Dunia 1980-2012 FAO

15. Produktivitas

Tomat di Dunia 1980-2012 FAO 16. Ekspor Impor

Tomat di Dunia 1980-2011 FAO 17. Jumlah Penduduk

Indonesia 2014-2019 BPS Hasil Proyeksi BPS

2.2. METODE ANALISIS

Metode yang digunakan dalam penyusunan Outlook Komoditi Tomat adalah sebagai berikut:

2.2.1. Analisis Keragaan

Analisis keragaan atau perkembangan komoditi tomat dilakukan berdasarkan ketersediaan data series yang yang mencakup indikator luas panen, produksi, produktivitas, harga, konsumsi, dan ekspor-impor dengan analisis deskriptif sederhana. Analisis keragaan dilakukan untuk data series tomat di Indonesia, ASEAN, dan dunia.

2.2.2. Analisis Penawaran

Penawaran/penyediaan komoditi tomat yang dianalisis adalah dari hasil perhitungan produksi tomat dalam negeri ditambah impor dikurangi ekspor. Pendekatan penawaran ini mengikuti neraca bahan makanan (NBM) yang disusun Badan Ketahanan Pangan (BKP) dan BPS, dengan rumus perhitungan penawaran/penyediaan (Supply)

Pw = P + I – E Dimana :

Pw = total penyediaan dalam negeri I = impor

(26)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 5

Stok tidak merupakan komponen penawaran pada komoditas tomat karena sifatnya yang mudah busuk sehingga tidak distok.

Analisis penawaran dilakukan dengan memproyeksikan produksi, volume impor dan volume ekspornya.

Penelusuran model untuk fungsi produksi tersebut dilakukan dengan pendekatan persamaan Regresi Linier Berganda (Multiple Linear

Regression). Persamaan regresi tersebut memetakan peubah

penjelas/bebas terhadap peubah respons/tak bebas. Dalam regresi linier berganda, parameter yang diduga bersifat linier serta jumlah peubah bebas dan atau tak bebas yang terlibat di dalamnya lebih dari satu.

Secara umum regresi linier berganda dapat dinyatakan dengan model berikut:

n j j j n n

X

b

b

X

b

X

b

X

b

b

Y

1 0 2 2 1 1 0

...

dimana : Y = Peubah respons/tak bebas Xn = Peubah penjelas/bebas

n = 1,2,…

b0 = nilai konstanta

bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi

untuk peubah xn

 = sisaan

Dengan memperhatikan ketersediaan data, fungsi produksi dimodelkan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan dimana produksi pada periode ke-t diduga merupakan fungsi dari luas panen dan harga produsen periode ke-t.

Untuk peubah-peubah bebas (luas panen dan harga produsen) yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi melalui analisis deret waktu (time series analysis). Pada dasarnya analisis deret waktu merupakan analisis regresi variabel

(27)

6 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

data atas variabel waktu dimana dalam fungsi regresinya keterlibatan besaran autokorelasi (autocorrelation) dapat dibuktikan keberadaannya. Jika besaran ini tidak ada maka analisis regresi yang dilakukan adalah analisis regresi sederhana biasa, yaitu analisis regresi data atas waktu. Sedangkan jika ada (signifikans) maka analisis yang dilakukan adalah analisis regresi data deret waktu, yaitu analisis antar nilai amatan.

Dalam teori statistika, setiap data deret waktu dibangun atas komponen trend (T), siklis (S), musiman (M untuk data bulanan), dan

variasi residu (R). Bentuk hubungan antara nilai data dengan

komponen-komponen tersebut dapat bermacam-macam dan bentuk hubungan yang sering digunakan adalah linier dan multiplikatif.

Jika xt adalah nilai data pada waktu ke-t dan hubungan dengan

komponenya linier, maka persamaannya adalah

t t t t t

T

S

M

R

x

, jika t : bulanan t t t t

T

S

R

x

, jika t : tahunan

dan jika hubungannya multiplikatif, maka persamaannya adalah

t t t t t

T

S

M

R

x

, jika t : bulanan t t t t

T

S

R

x

, jika t : tahunan

Pengetahuan terhadap komponen pembentuk data deret waktu sangat penting dalam pemodelan, keberadaan komponen-kompenen tersebut dapat menjadi indikasi metode terbaik yang bisa digunakan. Beberapa metode yang digunakan dalam pemodelan data deret waktu adalah Metode Rata-rata bergerak (Moving Average), Regresi Linier dengan data deret waktu, Pemulusan Eksponensial, metode Winters, dsb. Peubah bebas dalam fungsi produksi terdiri dari luas panen dan harga produsen, dimana proyeksi kedua peubah bebas tersebut menggunakan model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential

Smoothing). Sedangkan proyeksi volume impor dan volume ekspor tomat

(28)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 7 2.2.3. Analisis Permintaan

Permintaan tomat didekati dari ketersediaan per kapita tomat untuk konsumsi yang bersumber dari data neraca bahan makanan (NBM). Komponen penggunaan pangan meliputi kebutuhan untuk pakan, bibit, industri dan ketersediaan bahan pangan untuk konsumsi penduduk dengan rumus perhitungan permintaan/pengunaan (Utilization) :

Pg = Pk + Bt + Id + Tc + K Dimana :

Pg = total penggunaan Id = industri Pk = pakan Tc = tercecer

Bt = bibit K = ketersediaan bahan makanan Ketersediaan bahan makanan untu konsumsi rumah tangga diperoleh dari hasil SUSENAS. Kebutuhan bibit merupakan proporsi 8,83% terhadap produksi sedangkan tercecer merupakan proporsi 0,71% terhadap produksi, proporsi ini bersumber dari besaran konversi (persentase terhadap penyediaan dalam negeri) pada Neraca Bahan Makanan. Kebutuhan untuk ketersediaan lainnya contohnya kebutuhan untuk industri dan lain-lain, dihitung dari penawaran – kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga – kebutuhan bibit – tercecer. Dikarenakan keterbatasan data, proyeksi konsumsi tomat untuk rumah tangga diproyeksi dengan model Trend

quadratic dengan MAPE 10,73. 2.2.4. Kelayakan Model

Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t dan koefisien determinasi (R2).

Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:

Total

SS

egresi

R

SS

R

2

dimana : SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total

(29)

8 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Sementara, untuk model time series baik analisis trend, pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing) maupun model time series lainnya, ukuran kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik MAPE (mean absolute percentage error) atau kesalahan persentase absolut rata-rata yang diformulasikan sebagai berikut:

dimana: Xt adalah data aktual

Ft adalah nilai ramalan.

Semakin kecil nilai MAPE maka model time series yang diperoleh semakin baik.

2.2.5. Program Pengolahan Data

Pengolahan data untuk analisis penawaran dan permintaan menggunakan software statistik Minitab Release 15. Software ini digunakan untuk pemodelan regresi berganda dan time series, seperti analisis trend atau pemulusan eksponensial berganda.

(30)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 9

BAB III. KERAGAAN NASIONAL

3.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI INDONESIA

3.1.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Indonesia

Pola perkembangan luas panen tomat di Indonesia selama periode tahun 1990-2013 cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 1,91% per tahun (Gambar 3.1). Pada tahun 1990 luas panen tomat di Indonesia 40.306 Ha kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 59.758 Ha. Pada periode 1990-1998 rata-rata pertumbuhan luas panen tomat naik sebesar 2,09% per tahun sedangkan selama periode 1999-2013 rata-rata pertumbuhannya sebesar 1,81% per tahun. Luas panen tomat tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 61.154 Ha atau naik 9,44% terhadap tahun sebelumnya.

Berdasarkan wilayah pengembangannya, komoditi tomat sebagian besar dikembangkan di Luar Jawa (Gambar 3.1). Luas panen tomat di Luar Jawa pada tahun 1990-2013 menunjukkan pola perkembangan meningkat sebagaimana pola perkembangan luas panen tomat di Indonesia dengan kontribusi luas panen tomat di Luar Jawa lebih dari 63% total luas panen tomat di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan luas panen tomat di Jawa selama tahun 1990-2013 mencapai 2,12% per tahun. Pada tahun 1990-1998 rata-rata pertumbuhan luas panen tomat di Jawa naik mencapai 2,09% per tahun, demikian juga pada tahun 1999-2013 rata-rata pertumbuhannya naik sebesar 2,14% per tahun. Sedangkan untuk wilayah Luar Jawa, rata-rata pertumbuhan luas panen selama periode 1990-2013 sebesar 2,03% per tahun. Rata-rata pertumbuhan 2,34% per tahun dicapai pada periode 1990-1998 dan pada 1999-2013 luas panen tomat naik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,86% per tahun.

(31)

10 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990-2013

Dari sisi kontribusi, luas panen tomat di Luar Jawa selama lima tahun terakhir (2009-2013) memberikan kontribusi sebesar 63,64% terhadap total luas panen tomat Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama, luas panen tomat di Jawa hanya memberikan kontribusi 36,36% terhadap total luas panen tomat Indonesia (Tabel 3.1). Secara rinci perkembangan luas panen tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia disajikan dalam Lampiran 1.

Tabel 3.1. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990–2013

Jawa Luar Jawa Indonesia Pertumbuhan (%) 1990-1998 2,09 2,34 2,09 1999-2013 2,14 1,86 1,81 1990-2013 2,12 2,03 1,91 2009-2013 4,86 1,31 2,53 Kontribusi (%) 1990-1998 36,58 63,42 100,00 1999-2013 37,22 62,78 100,00 1990-2013 36,95 63,05 100,00 2009-2013 36,36 63,64 100,00

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Luas Panen Tahun

(32)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 11 3.1.2. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tomat di Indonesia

Seiring dengan perkembangan luas panennya, perkembangan produksi tomat di Indonesia juga cenderung meningkat (Gambar 3.2). Pada periode 1990-2013, produksi tomat Indonesia meningkat dengan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,27% per tahun. Pada periode 1990-1998 rata-rata pertumbuhan produksi tomat sebesar 8,80% per tahun sedangkan selama kurun waktu 1999-2013 kenaikan rata-rata pertumbuhan produksi tomat sebesar 4,65% per tahun. Secara umum terjadi peningkatan produksi tomat di Indonesia dari 303.039 ton pada tahun 1980 menjadi 992.780 ton pada tahun 2013 dimana produksi tomat tertinggi dicapai pada tahun 2013 yaitu sebesar 992.780 ton atau naik 11,12% terhadap tahun 2012.

Pada tahun 1990-1999 produksi tomat di Luar Jawa lebih banyak dibandingkan Jawa, hal ini dimungkinkan karena selama dua dekade lebih (1990-2013) luas panen tomat didominasi oleh luas panen dari di luar jawa. Namun sejak tahun 2000-2009 produksi tomat di Jawa melebihi produksi Luar Jawa. Produksi tomat terbanyak di Jawa maupun Luar Jawa dicapai pada tahun 2011 yaitu masing-masing sebesar 488.543 ton dan 504.237 ton. Secara rinci perkembangan produksi tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia disajikan dalam Lampiran 2.

Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990-2013

(33)

12 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Seperti halnya pada luas panen, kontribusi produksi tomat selama periode 2009-2013 sebesar 50,10% berasal dari Luar Jawa, sedangkan 49,90% merupakan kontribusi dari Jawa (Tabel 3.2).

Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990-2013

Jawa Luar Jawa Indonesia Pertumbuhan (%) 1990-1998 11,04 7,93 8,80 1999-2013 4,82 6,00 4,65 1990-2013 7,26 6,75 6,27 2009-2013 6,13 7,68 6,76 Kontribusi (%) 1990-1998 41,56 58,44 100,00 1999-2013 37,22 62,78 100,00 1990-2013 49,19 50,81 100,00 2009-2013 49,90 50,10 100,00

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Produksi Tahun

Seperti halnya perkembangan luas panen dan produksinya, perkembangan produktivitas tomat di Indonesia selama kurun waktu 1990-2013 juga cenderung meningkat (Gambar 3.3). Tahun 1990 produktivitas tomat di Indonesia mencapai 7,52 Ton/Ha kemudian pada tahun 2013 produktivitasnya meningkat menjadi 16,61 Ton/Ha. Rata-rata laju pertumbuhan produktivitas tomat selama periode 1990-2013 sebesar 4,39% per tahun dimana produktivitas tomat tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 16,65 Ton/Ha atau naik 14,20% terhadap tahun sebelumnya. Mulai tahun 1995 hingga tahun 2013 produktivitas tomat di Jawa lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Luar Jawa dan bahkan Indonesia. Tahun 2013 produktivitas tomat di Jawa sebesar 21,59 Ton/Ha sedangkan di Luar Jawa 13,58 Ton/Ha. Produktivitas tomat di Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 3.

(34)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 13

Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, Tahun 1990-2013

3.1.3. Sentra Produksi Tomat di Indonesia

Sentra produksi tomat di Indonesia selama kurun waktu 2009-2013 didominasi oleh lima provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Barat. Kelima provinsi tersebut hanya memberikan share kumulatif sebesar 66,41%, hal ini berarti bahwa budidaya tomat menyebar di beberapa provinsi dan tidak hanya berada di provinsi tertentu. Kontribusi produksi terbesar untuk tomat di Indonesia berasal dari Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 35,26%, diikuti oleh Sumatera Utara (10,78%), Jawa Tengah (7,48%), Jawa Timur (6,68%) dan Sumatera Barat (6,22%). Sisanya sebesar 33,59% merupakan kontribusi produksi dari provinsi lainnya (Gambar 3.4). Kontribusi produksi tomat beberapa provinsi sentra di indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 4.

(35)

14 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra di Indonesia, Tahun 2009-2013

Perkembangan produksi tomat di lima provinsi sentra selama tiga tahun terakhir (2011-2013) didominasi oleh Jawa Barat. Tahun 2011-2013 Jawa Barat menempati urutan pertama sebagai sentra produksi tomat, diikuti oleh Sumatera Utara pada urutan kedua (Gambar 3.5). Tahun 2012-2013 produksi tomat Sumatera Barat berada di urutan ketiga meskipun pada tahun 2011 produksinya lebih rendah dibandingkan produksi tomat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perkembangan produksi tomat di provinsi sentra selama tiga tahun terakhir disajikan secara rinci pada Lampiran 4.

Gambar 3.5. Perkembangan Produksi Tomat di Provinsi Sentra, Tahun 2011-2013

(36)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 15

Jawa Barat merupakan provinsi dengan produksi tomat terbanyak di Indonesia pada Tahun 2013. Sebaran produksi tomat terbesar di Jawa Barat terdapat di 5 kabupaten (Gambar 3.6). Kabupaten dengan produksi tomat terbanyak adalah Kab. Garut dengan produksi 125.302 ton atau 35,46% dari total produksi tomat Provinsi Jawa Barat. Kabupaten penghasil tomat terbesar lainnya di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur dengan produksi sebesar 93.384 ton (26,43%), Kabupaten Bandung 64.103 ton (18,14%), Kabupaten Sukabumi 19.678 ton (5,57%), dan Kabupaten Bndung Barat 15.600 ton (4,42%). Sedangkan sisanya sebesar 9,98% (35.274 ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya. Kabupaten sentra produksi tomat di Jawa Barat dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 5.

Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2013

Di Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013 Kabupaten Karo adalah kabupaten penghasil tomat dengan produksi terbesar yaitu mencapai 74.573 ton atau 65,32% dari produksi tomat di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten penghasil tomat terbesar lainnya adalah Kabupaten Simalungun dengan produksi sebesar 19.593 ton (17,16%), Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 6.404 ton (5,61%), Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 2.974 ton (2,60%), dan Kabupaten Tapanuli

(37)

16 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Selatan sebesar 2.314 ton (2,03%). Sedangkan sisanya sebesar 7,28% (8.310 ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya (Gambar 3.7). Kabupaten sentra produksi tomat di Sumatera Utara dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 6.

Gambar 3.7. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2013

Untuk Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2013 sebanyak 12.506 ton atau 18,70% produksi tomat di provinsi tersebut berasal dari Kabupaten Semarang. Kabupaten berikutnya dengan produksi terbesar untuk tomat di Jawa Tengah adalah Kabupaten Wonosobo 11.039 ton (16,51%), Kabupaten Magelang 9.570 ton (14,31%), Kabupaten Pemalang 8.355 ton (12,49%), Kabupaten Temanggung 5.749 ton (8,60%), dan Kabupaten Tegal 4.615 ton (6,90%). Sedangkan sisanya sebesar 22,50% (15.044 ton) merupakan kontribusi dari kabupaten lainnya (Gambar 3.8). Kabupaten sentra produksi tomat di Jawa Tengah dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 7.

(38)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 17

Gambar 3.8. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2013

Provinsi sentra produksi tomat selanjutnya adalah Provinsi Jawa Timur dimana pada tahun 2013 sebanyak 25.048 ton atau 39,49% produksi tomat Provinsi Jawa Timur berasal dari Kabupaten Malang (Gambar 3.9). Kabupaten penghasil tomat terbesar selanjutnya adalah Kabupaten Kediri dengan 9.029 ton (14,23%), Kota Batu sebesar 4.937 ton (7,78%), Kab. Lumajang sebesar 3.500 ton (5,52%), Kab. Magetan sebesar 3.472 ton (5,47%), dan Kabupaten Probolinggo sebesar 2.605 ton (4,11%). Sedangkan kabupaten lainnya berkontribusi 23,39% (14.839 ton) dari total produksi tomat di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten sentra produksi tomat di Jawa Timur dan kontribusinya disajikan secara rinci pada Lampiran 8.

(39)

18 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.9. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013

3.2. PERKEMBANGAN HARGA TOMAT DI INDONESIA

Berdasarkan data dari BPS, perkembangan harga produsen tomat sayur di Indonesia pada tahun 2005-2013 cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,08% per tahun (Gambar 3.10). Tahun 2005 harga produsen tomat sayur sebesar Rp. 2.655 per Kg kemudian naik menjadi Rp. 6.405 per Kg pada tahun 2013. Harga tomat tertinggi dicapai pada tahun 2013 dengan pertumbuhan 3,76% terhadap tahun 2012.

Sedangkan perkembangan harga tomat sayur Indonesia di tingkat konsumen selama periode 2005-2013 juga cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 17,33% per tahun (Gambar 3.11). Pada tahun 2005 harga konsumen tomat sayur sebesar Rp. 4.144 per Kg. Tahun 2013 harganya meningkat menjadi Rp. 14.195 per Kg. Sebagaimana pada harga produsen, harga konsumen tomat tertinggi juga dicapai pada tahun 2013 dengan pertumbuhan 5,44% terhadap tahun 2012.

Selama tahun 2005-2013 terdapat disparitas harga tomat di tingkat produsen dan konsumen yang semakin besar dari tahun ke tahun. Tahun 2005 disparitas harganya sebesar Rp. 1.489/Kg dan semakin meningkat seiring bertambahnya tahun, dan pada tahun 2013 disparitas harga tomat sebesar Rp. 7.790/Kg. Disparitas harga tomat selama periode

(40)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 19

2005-2013 meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 26% per tahun. Secara rinci harga tomat sayur tingkat produsen dan konsumen di Indonesia disajikan pada Lampiran 9.

Gambar 3.10. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Tomat Sayur di Indonesia, Tahun 2005-2013

3.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI TOMAT DI INDONESIA

Konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga diperoleh dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan BPS, konsumsi tomat ini terdiri dari tomat sayur dan tomat buah. Pola perkembangan konsumsi tomat sayur pada periode 2002-2013 cenderung fluktuatif (Gambar 3.11) dengan rata-rata pertumbuhan 12,19% per tahun. Konsumsi tomat sayur tahun 2002 sebesar 1,54 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2013 konsumsinya meningkat menjadi 1,72 kg/kapita/tahun. Konsumsi tomat sayur tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 2,23 kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi tomat buah selama periode 2002-2013 cenderung datar dan tidak terjadi banyak peningkatan. Tahun 2002 konsumsi tomat buah sebesar 0,02 kg/kapita/tahun dan meningkat menjadi 0,05 kg/kapita/tahun pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan 27,78% per tahun. Konsumsi tomat buah tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 0,06

(41)

20 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

kg/kapita/tahun. Sedangkan perkembangan konsumsi total tomat yang merupakan total konsumsi dari tomat sayur dan tomat buah cenderung berfluktuatif menyerupai perkembangan konsumsi tomat sayur. Hal ini menunjukkan konsumsi tomat didominasi oleh tomat sayur. Tahun 2002 konsumsi tomat sebesar 1,55 kg/kapita/tahun dan meningkat menjadi 1,76 kg/kapita/tahun dengan rata-rata pertumbuhan 3,66%/tahun. Secara rinci perkembangan konsumsi tomat untuk kebutuhan rumah tangga di Indonesia disajikan pada Lampiran 10.

Gambar 3.11. Perkembangan Konsumsi Tomat untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Indonesia, Tahun 2002-2013

Ketersediaan tomat merupakan representasi dari total konsumsi baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan sektor industri, bibit, tercecer, dan kebutuhan lainnya. Ketersediaan tomat untuk total konsumsi merupakan data dari Neraca Bahan Makanan (NBM), dimana data yang tersedia tomat sayur sedangkan data ketersediaan tomat buah tidak tersedia. Data tahun 2002-2012 adalah angka tetap sedangkan tahun 2013 adalah angka sementara. Perkembangan ketersediaan tomat sayur pada periode 2002-2013 cenderung meningkat (Gambar 3.12) dengan rata-rata pertumbuhan 4,24% per tahun. Ketersediaan tomat sayur tahun 2002 sebesar 2,46 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2013 merupakan konsumsi terbanyak untuk tomat sayur yaitu

(42)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 21

sebesar 3,76 kg/kapita/tahun. Secara rinci perkembangan ketersediaan tomat sayur di Indonesia disajikan pada Lampiran 11.

Gambar 3.12. Perkembangan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia, Tahun 2002-2013

Penggunaan dari ketersediaan tomat sayur (NBM) adalah untuk pakan, bibit, diolah untuk makanan dan bukan makanan, tercecer, dan bahan makanan. Data tahun 2002-2012 adalah angka tetap sedangkan tahun 2013 adalah angka sementara. Pada tahun 2002-2013 perkembangan ketersediaan tomat cenderung meningkat (Gambar 3.13) dengan rata-rata pertumbuhan 5,50% per tahun. Tahun 2002 ketersediaan tomat sayur sebesar 574 ribu ton dan meningkat menjadi 1 juta ton pada tahun 2013. Sebagian besar ketersediaan tomat sayur tersebut digunakan untuk bahan makanan dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk bibit dan tercecer. Secara rinci perkembangan penggunaan ketersediaan tomat sayur di Indonesia disajikan pada Lampiran 11.

(43)

22 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.13. Perkembangan Penggunaan Ketersediaan Tomat Sayur di Indonesia, Tahun 2002-2013

3.4. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR TOMAT DI INDONESIA

3.4.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Indonesia

Perkembangan volume ekspor tomat selama periode 2000-2013 cenderung fluktuatif (Gambar 3.14). Kode HS yang digunakan untuk tomat adalah 0702000000 (tomat segar/dingin). Pada tahun 2000 volume ekspor tomat Indonesia sebesar 2.373 ton dan turun menjadi 365 ton pada tahun 2013 atau meningkat sebesar 54,65% per tahun. Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2000 (Lampiran 12).

Sementara itu perkembangan volume impor tomat Indonesia selama periode 2000-2013 juga cenderung fluktuatif sebagaimana perkembangan volume ekspornya (Gambar 3.14). Rata-rata pertumbuhan volume impornya sebesar 62,66% per tahun. Tahun 2000 volume impor tomat sebesar 607 ton dan pada tahun 2013 volume impornya turun menjadi 11 ton. Volume impor tertinggi dicapai pada tahun 2002 yaitu sebesar 1.711 ton dengan laju pertumbuhan 654,28% terhadap tahun 2001 (Lampiran 12).

(44)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 23

Gambar 3.14. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia Tahun, 2000-2013

3.4.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Indonesia

Perkembangan nilai ekspor dan impor tomat cenderung fluktuatif pada periode 2000-2013 (Gambar 3.15). Pada tahun 2000 nilai ekspor tomat Indonesia 655 ribu US$ dan turun mencapai 454 ribu US$ pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 44,69% per tahun. Nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2007 dimana nilai ekspornya naik sebesar 694,57% terhadap tahun sebelumnya (Lampiran 12).

Rata-rata pertumbuhan nilai impor tomat Indonesia pada periode 2000-2013 lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan nilai ekspornya, yaitu sebesar 15,73% per tahun. Tahun 2000 nilai impor tomat sebesar 223 ribu US$ dan turun menjadi 56 ribu US$ pada tahun 2013. Nilai impor tertinggi dicapai pada tahun 2002 yaitu sebesar 552 ribu US$ dengan laju pertumbuhan 209,33% terhadap tahun sebelumnya (Lampiran 12).

(45)

24 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 3.15. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Indonesia, Tahun 2000-2013

3.4.3. Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia

Perkembangan neraca perdagangan tomat di Indonesia tahun 2000-2013 cenderung positif kecuali pada tahun 2002, 2003 dan 2006 dimana neraca perdagangannya negatif (Gambar 3.16). Pada tahun 2000, surplus neraca perdagangan tomat sebesar 431 ribu US$, dan pada tahun 2013 surplus menjadi 398 ribu US$. Defisit neraca perdagangan tomat pada tahun 2002, 2003 dan 2006 masing-masing sebesar 250 ribu US$, 21 ribu US$, dan 108 ribu US$. Rata-rata defisit neraca perdagangan tomat di Indonesia pada tahun 2000-2013 sebesar 155,76% per tahun (Lampiran 12).

Gambar 3.16. Perkembangan Neraca Perdagangan Tomat di Indonesia, Tahun 2000-2013

(46)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 25 3.4.4. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Tomat di Indonesia

Negara tujuan utama ekspor tomat Indonesia adalah Singapura dengan volume ekspor sebesar 24.813 ton atau berkontribusi 67,91% terhadap total ekspor tomat Indonesia pada tahun 2013 (Gambar 3.17). Negara tujuan ekspor tomat Indonesia berikutnya adalah Malaysia dan Pakistan masing-masing dengan volume ekspor sebesar 8.929 ton (24,44%) dan 2.700 ton (7,39%). Negara lainnya hanya berkontribusi 0,26% terhadap volume ekspor tomat Indonesia tahun 2013. Negara tujuan ekspor tomat Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 13.

Gambar 3.17. Negara Tujuan Ekspor Tomat Indonesia, Tahun 2013 Sedangkan negara asal impor tomat Indonesia pada tahun 2013 adalah Australia dan Turkey masing-masing dengan volume impor sebesar 825 ton dan 276 ton (Gambar 3.18). Negara asal impor tomat Indonesia disajikan secara rinci pada Lampiran 14.

(47)

26 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

(48)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 27

BAB IV. KERAGAAN DUNIA

4.1. PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI, DAN PRODUKTIVITAS TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA

4.1.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Asean

Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO), perkembangan luas panen tomat di ASEAN selama periode 1980-2012 cenderung naik (Gambar 4.1). Selama tahun 1980-2012 rata-rata pertumbuhan luas panen tomat meningkat sebesar 1,79% per tahun. Pada tahun 1980 total luas panen tomat di ASEAN sebesar 52.663 ha dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 79.360 ha. Luas panen tertinggi dicapai pada tahun 1989 dengan pertumbuhan sebesar 16,56% terhadap tahun 1988. Perkembangan luas panen tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 15.

Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di ASEAN, Tahun 1980-2012

Berdasarkan data rata-rata luas panen tomat selama lima tahun terakhir (2008-2012), terdapat tiga negara yang memberikan kontribusi luas panen tomat di ASEAN hingga 98,43%. Indonesia berkontribusi paling besar terhadap luas panen tomat ASEAN yaitu sebesar 69,85% (Gambar 4.2). Urutan kedua adalah Filipina dengan kontribusi 21,59% diikuti

(49)

28 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Thailand dengan kontribusi 6,99%. Besarnya kontribusi luas panen tomat beberapa negara di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 16.

Gambar 4.2. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di ASEAN, Tahun 2008–2012

4.1.2. Perkembangan Produksi Tomat di Asean

Seperti halnya dengan perkembangan luas panen tomat, perkembangan produksi tomat di ASEAN juga cenderung naik (Gambar 4.3). Menurut data FAO, selama tahun 1980-2012 rata-rata pertumbuhan produksi tomat meningkat sebesar 5,14% per tahun. Tahun 1980 produksi tomat di ASEAN sebesar 350.616 ton kemudian meningkat hingga pada tahun 2012 produksinya menjadi 1.337.045 ton. Produksi tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 1.434.207 ton dengan pertumbuhan 4,36% terhadap tahun 2010. Perkembangan produksi tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 15.

(50)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 29

Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Tomat di ASEAN, Tahun 1980-2012 Selama lima tahun terakhir (2008-2012) rata-rata produksi tomat Indonesia berada di urutan pertama di ASEAN dengan kontribusi 66,82% (Gambar 4.4) atau rata-rata produksi 863.632 ton. Negara-negara lainnya yang memberikan kontribusi produksi tomat di ASEAN adalah Filipina (15,57%) dan Thailand (10,54%). Besarnya kontribusi produksi tomat beberapa negara di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 17.

Gambar 4.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di ASEAN, Tahun 2008–2012

(51)

30 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

4.1.3. Perkembangan Produktivitas Tomat di Asean

Perkembangan produktivitas tomat di ASEAN tahun 1980-2012 cenderung naik (Gambar 4.5). Berdasarkan data FAO, selama tahun 1980-2012 rata-rata pertumbuhan produktivitas tomat meningkat sebesar 3,94% per tahun. Tahun 1980 produktivitas tomat di ASEAN sebesar 6,66 ton/ha dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 16,85 ton/ha pada tahun 2012. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu sebesar 17,46 ton/ha dengan pertumbuhan produktivitas sebesar 9,50% terhadap tahun 2010. Perkembangan produktivitas tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 15.

Gambar 4.5. Perkembangan Produktivitas Tomat di ASEAN, Tahun 1980-2012

4.1.4. Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia

Perkembangan luas panen tomat di dunia berdasarkan data FAO tahun 1980-2012 cenderung naik (Gambar 4.6) dengan rata-rata pertumbuhan 2,18% per tahun. Tahun 1980 total luas panen tomat di dunia sebesar 2,44 juta ha dan pada tahun 2012 naik menjadi 4,80 juta ha. Luas panen tertinggi dicapai pada tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 1,71% terhadap tahun 2011. Perkembangan luas panen tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 18.

(52)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 31

Gambar 4.6. Perkembangan Luas Panen Tomat di Dunia, Tahun 1980-2012

4.1.5. Sentra Luas Panen Tomat di Dunia

Berdasarkan data rata-rata luas panen tomat selama lima tahun terakhir (2008-2012), terdapat lima negara yang memberikan kontribusi luas panen tomat terbesar di dunia. Lima negara tersebut secara total memberikan kontribusi kumulatif sebesar 53,66% terhadap total luas panen tomat di dunia. Cina memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 20,52% (Gambar 4.7) terhadap luas panen tomat di dunia. Urutan kedua adalah India dengan kontribusi 15,46% diikuti Turki (6,83%), Nigeria (5,87%), dan Mesir (4,97%). Indonesia menempati urutan ke-16 dengan kontribusi sebesar 1,24% atau rata-rata luas 56.701 ha. Negara-negara lainnya memberikan kontribusi 46,34% terhadap total luas panen tomat di dunia. Besarnya kontribusi negara-negara dengan luas panen tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 19.

(53)

32 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.7. Kontribusi Luas Panen Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun 2008–2012

4.1.6. Perkembangan Produksi Tomat di Dunia

Perkembangan produksi tomat di dunia tahun 1980-2012 cenderung naik (Gambar 4.8) sebagaimana perkembangan luas panennya. Pada tahun 1980 produksi tomat di dunia sebesar 52,65 juta ton dan meningkat menjadi 161,79 juta ton pada tahun 2012. Produksi tertinggi dicapai pada tahun 2012 dengan pertumbuhan 1,71% terhadap tahun 2011. Secara umum rata-rata pertumbuhan produksi tomat di dunia periode 1980-2012 sebesar 3,64%. Perkembangan produksi tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 18.

(54)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 33 4.1.7. Sentra Produksi Tomat di Dunia

Berdasarkan data FAO tahun 2008-2012 terdapat lima negara sentra produksi tomat terbesar di dunia yaitu Cina, India, USA, Turki, dan Mesir. Cina menempati urutan pertama sebagai negara produsen tomat di dunia dengan rata-rata produksi 46,06 ton atau berkontribusi 30,02% (Gambar 4.9) terhadap produksi tomat dunia. Urutan kedua ditempati oleh India dengan kontribusi 8,89% diikuti oleh USA (8,54%), Turki (7,06%), dan Mesir (5,83%). Negara-negara lainnya memberikan kontribusi kurang dari 4% terhadap total produksi tomat di dunia. Indonesia menempati urutan ke-21 sebagai negara dengan produksi tomat terbanyak di dunia. Besarnya kontribusi negara-negara produsen tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 20.

Gambar 4.9. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun 2008–2012

4.1.8. Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia

Seperti halnya perkembangan luas panen dan produksinya, tahun 1980-2012 perkembangan produktivitas tomat di dunia juga naik (Gambar 4.10) dengan rata-rata pertumbuhan 1,44% per tahun. Produktivitas tomat dunia tahun 1980 sebesar 21,55 ton/ha dan naik menjadi 33,68 ton/ha pada tahun 2012. Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 2009 dengan produktivitas sebesar 33,93 ton/ha atau naik 2,20% terhadap

(55)

34 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

tahun sebelumnya. Perkembangan produktivitas tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 18.

Gambar 4.10. Perkembangan Produktivitas Tomat di Dunia, Tahun 1980-2012

4.2. PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA 4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Asean

Berdasarkan data FAO tahun 1980-2011, perkembangan volume ekspor tomat di ASEAN cenderung naik (Gambar 4.11) dengan rata-rata pertumbuhan 6,06%. Tahun 1980 volume ekspor tomat di ASEAN sebesar 7.592 ton dan naik menjadi 34.181 ton pada tahun 2011, dimana volume ekspor tomat tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan pertumbuhan 5,05% terhadap tahun 2010.

Seperti halnya perkembangan volume ekspornya, perkembangan volume impor tomat di ASEAN juga cenderung naik pada tahun 1980-2011 (Gambar 4.11). Tahun 1980 volume impor tomat sebesar 7.951 ton dan naik menjadi 35.754 ton pada tahun 2011, dimana volume impor tertinggi dicapai pada tahun 2011 dengan pertumbuhan sebesar 8,85% terhadap tahun sebelumnya. Secara umum rata-rata pertumbuhan volume impor tomat periode 1980-2011 sebesar 5,74%. Perkembangan volume ekspor dan impor tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 21.

(56)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 35

Gambar 4.11. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN, Tahun 1980-2011

Berdasarkan rata-rata realisasi ekspor tahun 2007-2011 menunjukkan bahwa Malaysia menempati urutan pertama sebagai negara eksportir tomat di ASEAN dengan kontribusi sebesar 94,54% (28.448 ton) terhadap total volume ekspor tomat ASEAN (Gambar 4.12). Indonesia berada diurutan kedua dengan rata-rata volume ekspor selama lima tahun terakhir sebesar 917 ton atau berkontribusi 3,05% terhadap volume ekspor tomat ASEAN. Volume ekspor tomat di ASEAN juga merupakan kontribusi dari Thailand dan Singapura masing-masing dengan kontribusi sebesar 1,75% (525 ton) dan 0,67% (202 ton). Kontribusi volume ekpor beberapa negara di ASEAN disajikan pada Lampiran 22.

Gambar 4.12. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di ASEAN, Tahun 2007-2011

(57)

36 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Dari sisi impor, terlihat bahwa Singapura menempati urutan pertama sebagai negara importir tomat terbesar di ASEAN pada tahun 2007-2011 dengan rata-rata volume impor sebesar 29.115 ton atau berkontribusi 88,20% terhadap volume impor tomat ASEAN (Gambar 4.13). Urutan berikutnya yaitu Malaysia (9,42%), Thailand (1,08%), Filipina (0,58%), dan Brunei Darussalam (0,43%). Indonesia menempati urutan keenam sebagai negara importir tomat di ASEAN dengan kontribusi hanya 0,29% (94 ton) terhadap total volume impor tomat ASEAN. Kontribusi impor tomat di ASEAN juga disumbang oleh Kamboja sebesar 0,001%. Kontribusi volume impor tomat beberapa negara di ASEAN disajikan pada Lampiran 23.

Gambar 4.13. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di ASEAN,Tahun 2007-2011

4.2.2. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Asean

Seperti halnya pada perkembangan volume ekspor impor tomat di ASEAN, perkembangan nilai ekspor impornya pada periode 1980-2011 juga cenderung naik (Gambar 4.14). Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor tomat di ASEAN masing-masing sebesar 11,03% dan 12,84% per tahun. Pada tahun 1980 nilai ekspor tomat di ASEAN sebesar 1,63 juta US$ sedangkan nilai impornya sebesar 1,87 juta US$ kemudian meningkat menjadi masing-masing sebesar 23,27 juta US$ dan 29,37 juta US$ pada tahun 2011. Baik nilai ekspor maupun nilai impor tertingginya dicapai

(58)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 37

pada tahun 2011. Perkembangan nilai ekspor dan impor tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 21.

Gambar 4.14. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di ASEAN, Tahun 1980-2011

4.2.3. Perkembangan Volume Ekspor Impor Tomat di Dunia

Perkembangan volume ekspor tomat di dunia berdasarkan data FAO tahun 1980-2011 cenderung naik (Gambar 4.15). Tahun 1980 volume ekspor tomat di dunia sebesar 1,79 juta ton dan naik menjadi 7,45 juta ton pada tahun 2011, dimana volume ekspor tertinggi dicapai pada tahun 2011. Secara umum rata-rata pertumbuhan volume ekspor tomat dunia periode 1980-2011 sebesar 4,91% per tahun.

Perkembangan volume impor tomat di dunia tahun 1980-2011 juga cenderung naik sebagaimana perkembangan volume impornya (Gambar 4.15). Volume impor tomat di dunia tahun 1980 sebesar 1,80 juta ton dan naik menjadi 6,83 juta ton pada tahun 2011, dimana volume impor tertinggi dicapai pada tahun 2011. Rata-rata pertumbuhan volume impor tomat di dunia pada tahun 1980-2011 sebesar 4,50% per tahun. Perkembangan volume ekspor dan impor tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 24.

(59)

38 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.15. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Tomat di Dunia, Tahun 1980-2011

Rata-rata volume ekspor tomat di dunia tahun 2007-2011 menunjukkan bahwa Meksiko menempati urutan pertama sebagai negara eksportir tomat di dunia. Berdasarkan data FAO lima tahun terakhir (2007-2011), kontribusi ekspor tomat Meksiko sebesar 18,22% (1,25 juta ton) terhadap total volume ekspor tomat di dunia. Negara-negara eksportir tomat berikutnya adalah Belanda (13,74%), Spanyol (12,68%), Turki (7,30%), Syria (6,04%), Yordania (5,88%), Maroko (5,30%) dan USA (3,41%). Kedelapan negara tersebut berkontribusi 72,57% terhadap total volume ekspor tomat di dunia, sisanya sebesar 27,43% merupakan konmtribusi dari negara lainnya (Gambar 4.16). Indonesia menempati urutan ke-69 sebagai negara eksportir tomat di dunia dengan kontribusi hanya 0,01% (917 ton) terhadap total volume ekspor tomat dunia. Kontribusi volume ekpor beberapa negara di dunia disajikan pada Lampiran 25.

(60)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 39

Gambar 4.16. Kontribusi Volume Ekspor Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun 2007-2011

Dari sisi impor, terlihat bahwa USA menempati urutan pertama sebagai negara importir tomat terbesar di dunia pada tahun 2007-2011 dengan kontribusi impor 20,14% (Gambar 4.17). Urutan berikutnya yaitu Jerman (10,59%), Rusia (10,54%), Perancis (7,96%), United Kingdom (6,41%), Irak (4,40%), Kanada (3,05%), dan Belanda (2,94%). Indonesia berada di urutan ke-120 sebagai negara importir tomat di dunia. Kontribusi volume impor beberapa negara di dunia disajikan pada Lampiran 26.

Gambar 4.17. Kontribusi Volume Impor Tomat Beberapa Negara di Dunia, Tahun 2007-2011

(61)

40 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

4.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor Impor Tomat di Dunia

Perkembangan nilai ekspor impor tomat di dunia periode 1980-2011 cenderung naik (Gambar 4.18). Rata-rata pertumbuhan nilai ekspor dan impor tomat di dunia masing-masing sebesar 7,52% dan 6,79% per tahun. Tahun 1980 nilai ekspor tomat di dunia sebesar 1,12 juta US$ sedangkan nilai impornya sebesar 1,35 juta US$ kemudian meningkat menjadi masing-masing sebesar 8,50 juta US$ dan 8,59 juta US$. Baik nilai ekspor maupun nilai impor tertingginya dicapai pada tahun 2011. Perkembangan nilai ekspor dan impor tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 24.

Gambar 4.18. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Tomat di Dunia, Tahun 1980-2011

4.3. PERKEMBANGAN KETERSEDIAAN TOMAT DI ASEAN DAN DUNIA 4.3.1. Perkembangan Ketersediaan Tomat di Asean

Karena keterbatasan data, maka ketersediaan tomat di ASEAN dihitung dari produksi dikurangi volume ekspor ditambah volume impor. Perkembangan ketersediaan tomat di ASEAN selama periode 1980-2011 cenderung naik (Gambar 4.19) dengan rata-rata pertumbuhan 5,51%. Ketersediaan tomat di ASEAN tahun 1980 sebesar 351 ribu ton dan naik menjadi 1,44 juta ton pada tahun 2011, ketersediaan tomat ASEAN

(62)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 41

tertinggi dicapai pada tahun 2011. Perkembangan ketersediaan tomat di ASEAN disajikan secara rinci pada Lampiran 27.

Gambar 4.19. Perkembangan Ketersediaan Tomat di ASEAN, Tahun 1980-2011

4.3.2. Perkembangan Ketersediaan Tomat di Dunia

Sebagaimana ketersediaan tomat di ASEAN, ketersediaan tomat di dunia juga dihitung dari produksi dikurangi volume ekspor ditambah volume impor. Selama periode 1980-2011 perkembangan ketersediaan tomat di dunia cenderung naik (Gambar 4.20) dengan rata-rata pertumbuhan 3,67% per tahun. Tahun 1980 ketersediaan tomat di dunia sebesar 52,67 juta ton dan naik menjadi 157,40 juta ton pada tahun 2011, ketersediaan tomat dunia tertinggi dicapai pada tahun 2011. Perkembangan ketersediaan tomat di dunia disajikan secara rinci pada Lampiran 28.

(63)

42 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Gambar 4.20. Perkembangan Ketersediaan Tomat di Dunia, Tahun 1980-2011

(64)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 43

BAB V. PENAWARAN DAN PERMINTAAN

5.1. PROYEKSI PENAWARAN TOMAT DI INDONESIA TAHUN 2014-2019

Dengan menggunakan metode regresi linier berganda yang telah dijelaskan di Bab II, proyeksi tomat dilakukan dengan pemodelan fungsi penawaran yang diperoleh dari perhitungan proyeksi produksi + proyeksi volume impor – proyeksi volume ekspor. Data yang digunakan untuk pemodelan fungsi produksi meliputi data produksi, luas panen, dan harga produsen tomat sayur dengan series data tahun 1990-2013. Pada model proyeksi produksi tomat, peubah tak bebasnya adalah produksi sedangkan peubah bebasnya adalah luas panen dan harga produsen tomat sayur. Berdasarkan model proyeksi yang diperoleh, produksi tahun ke-t diduga dipengaruhi oleh luas panen tahun ke-t dan harga produsen tomat tahun ke-t. Hasil pengolahan proyeksi produksi tomat menggunakan model regresi berganda disajikan pada Lampiran 29. Sedangkan luas panen dan harga produsen diproyeksi dengan Double Exponential Smoothing (DES) masing-masing dengan MAPE sebesar 5 dan 8,4. Hasil pengolahan data luas panen tomat menggunakan model DES disajikan pada Lampiran 30. Sedangkan hasil pengolahan data harga produsen tomat sayur menggunakan model DES disajikan pada Lampiran 31.

Selain melakukan proyeksi produksi, luas panen dan harga produsen tomat, dilakukan juga proyeksi terhadap volume impor dan volume ekspor tomat untuk tahun 2014-2019. Berbeda halnya dengan proyeksi variabel lainnya, proyeksi volume impor dan volume ekspor menggunakan Trend

Exponential Growth masing-masing dengan MAPE sebesar 48 dan 66. Hasil

pengolahan proyeksi volume impor tomat disajikan pada Lampiran 32 sedangkan hasil proyeksi volume ekspor tomat disajikan pada LampiraN 33.

Hasil analisis fungsi respon terkait produksi komoditi tomat di Indonesia disajikan pada Tabel 5.1.

(65)

44 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian

Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Terkait Produksi Komoditi Tomat di Indonesia

No Model Fungsi R2 F Sig. F

1. Respon produksi Ln Prodt = -2,97+ 1,39 Ln LPt + 0,16 Ln HPt t Stat : -0,80 3,84 4,26 p-value : 0,43 0,00 0,00 0,87 70,53 0,00 2. Smoothing Luas Panen MAPE : 5 3. Smoothing Harga Produsen MAPE : 8,4 4. Trend volume Impor Yt = 939,924 * (0,7695**t) MAPE : 66 5. Trend volume Ekspor Yt = 806,837 * (0,9589**t) MAPE : 48 Keterangan :

Prodt : Produksi tahun t (Ton)

LPt : Luas Panen tahun t (Ha)

HPt : Harga Produsen tahun t (Rp/Kg)

t : tahun

Berdasarkan model-model pada Tabel 5.1 diperoleh hasil proyeksi produksi tomat sebagaimana tersaji pada Tabel 5.2.

(66)

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 45

Tabel 5.2. Hasil Proyeksi Penawaran Tomat di Indonesia Tahun 2014-2019 Tahun Panen Luas

(Ha) Harga Produsen (Rp/Kg) Produksi (Ton) Volume Impor (Ton) Volume Ekspor (Ton) Penawaran (Ton) 2014 60.132 6.776 970.918 18 487 970.449 2015 60.950 7.150 998.130 14 467 997.677 2016 61.769 7.524 1.025.386 11 448 1.024.949 2017 62.587 7.898 1.052.700 8 430 1.052.278 2018 63.406 8.272 1.080.087 6 412 1.079.681 2019 64.224 8.646 1.107.558 5 395 1.107.168 Rata-rata Pertumb. (%/tahun) 1,33 4,99 2,67 -22,52 -4,10 2,67

Keterangan: Tahun 2014–2019 Angka Hasil Proyeksi Pusdatin

Luas panen tomat selama enam tahun terakhir (2014-2019) diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 1,33% per tahun. Luas panen tomat di Indonesia tahun 2014 diproyeksikan sebesar 60.132 Ha, tahun 2015 sebesar 60.950 Ha, tahun 2016 sebesar 61.769 Ha, tahun 2017 sebesar 62.587 Ha, tahun 2018 sebesar 63.406 Ha dan tahun 2019 luas panennya diproyeksikan menjadi 64.224 Ha.

Seperti halnya pada luas panen, harga produsen tomat selama periode 2014-2019 juga diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 4,99% per tahun. Tahun 2014 harga produsen tomat diproyeksikan sebesar Rp. 6.776/Kg, kemudian naik pada tahun 2015 menjadi Rp. 7.150/Kg, tahun 2016 sebesar Rp. 7.524/Kg, tahun 2017 sebesar Rp. 7.898/Kg, tahun 2018 sebesar Rp. 8.272/Kg dan tahun 2019 harga produsen tomat diproyeksikan sebesar Rp. 8.646/Kg.

Produksi tomat di Indonesia selama periode 2014-2019 diproyeksikan naik dengan rata-rata pertumbuhan 2,67%% per tahun. Tahun 2014 produksi tomat diproyeksikan sebesar 970.918 ton, tahun 2015 naik menjadi 998.130 ton, tahun 2016 sebesar 1.025.386 ton, tahun 2017 sebesar 1.052.700 ton,

Gambar

Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Tomat di Jawa, Luar Jawa   dan Indonesia, Tahun 1990-2013
Gambar 3.2. Perkembangan Produksi Tomat di Jawa, Luar Jawa   dan Indonesia, Tahun 1990-2013
Gambar 3.4. Kontribusi Produksi Tomat Beberapa Provinsi Sentra   di Indonesia, Tahun 2009-2013
Gambar 3.6. Kontribusi Produksi Tomat di Provinsi Jawa Barat,   Tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengoordinasikan Perangkat Daerah dan Instansi Pemerintah di Kota dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan operasional Badan Narkotika Nasional [BNN] di

Al-dzahabi beranggapan bahwa Ibn Jarir at-Thabari dipandang sebagai tokoh terpenting dalam tradisi keilmuan Islam klasik, yaitu dalam ilmu fiqih, hadis,

Dengan demikian banyak hal yang bisa didapatkan melalui metode eksperimen yang akan menggiring siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih jauhnya

Hubungan kerja sama antarnegara (internasional) di dunia diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional,

Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan dalam diri anak didik dari TK dan SD melalui pengembangan konsep moral, sikap moral dan perilaku moral setiap

(1986) menggunakan L- band dari Shuttle Imaging Radar-B (SIR-B) untuk mengidentifikasi aliran lava dan deposit piroklastika terbaru pada aliran lava gunungapi Kilauea, Hawaii

Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mengetahui efektivitas model Experiential Jelajah Alam Sekitar ( E JAS) dengan pendekatan science edutainment terhadap

kompresor yang dapat menyebabkan lose atau tidak dapat menghasilkan kompresi yang standar sehingga mengakibatkan sistem tidak dapat bekerja maksimal dan temperatur