PENGARUH PENAMBAHAN ZINK OKSIDA (ZnO)
TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA
KOMBINASI OKSIBENSON DAN OKTILMETOKSISINAMAT
DALAM BASIS VANISHING CREAM
SKRIPSI
OLEH:
SISKA THERESIA S. NIM: 050804064
FAKULTAS FARMASI
PENGARUH PENAMBAHAN ZINK OKSIDA (ZnO)
TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA
KOMBINASI OKSIBENSON DAN OKTILMETOKSISINAMAT
DALAM BASIS VANISHING CREAM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SISKA THERESIA S. NIM: 050804064
FAKULTAS FARMASI
PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN ZINK OKSIDA (ZnO)
TERHADAP EFEKTIVITAS SEDIAAN TABIR SURYA
KOMBINASI OKSIBENSON DAN OKTILMETOKSISINAMAT
DALAM BASIS VANISHING CREAM
OLEH:
SISKA THERESIA S. NIM: 050804064
Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : Maret 2010
Pembimbing I Panitia Penguji
(Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.) (Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt.)
NIP : 195107031977102001 NIP : 130672239
Pembimbing II
(Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.) NIP : 195107031977102001
(Drs. Fathur Rahman H., M.Si., Apt.) NIP : 195201041980031002
(Drs. Suryanto, M.Si., Apt.) NIP: 196106191991031001
(Drs. Syafruddin, MS., Apt.) NIP: 194811111976031003
Medan, Maret 2010 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena limpahan berkat
dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul ”Pengaruh Penambahan Zink Oksida (ZnO) Terhadap Efektivitas
Sediaan Tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat dalam Basis
Vanishing Cream”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Utara.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui pengaruh
penambahan zink oksida terhadap efektivitas sediaan tabir surya kombinasi
oksibenson dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream. Melalui
penelitian diketahui bahwa penambahan zink oksida dapat meningkatkan
efektivitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat.
Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi informasi mengenai pengaruh
penambahan zink oksida terhadap efektivitas sediaan tabir surya kombinasi
oksibenson dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan
yang tulus kepada kedua orang tua, Ayahanda A. Sinabutar dan Ibunda B.br
Sitanggang tercinta, serta Kak Vera, Kak Elisa, Bang Posman, Nixon, dan seluruh
keluarga yang tidak dapat dituliskan satu persatu atas doa, dorongan dan
pengorbanan baik moril maupun material dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman H., M.Si.,
penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra,
Apt., yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan, dan juga kepada
Ibu Dra. Herawati Ginting M.Si., Apt., selaku dosen wali yang telah memberi
bimbingan dan dorongan kepada penulis selama perkuliahan, dan kepada Ibu Dra.
Juanita Tanuwijaya, Apt., Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., Bapak Drs.
Syafruddin, MS., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi ini, kepada seluruh staf Laboratorium Tekonologi Formulasi
Resep dan Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Farmasi untuk fasilitas yang
diberikan demi kelancaran penelitian ini.
Dan tidak lupa juga penulis menyampaikan terimakasih kepada
teman-temanku, Intan dan Susan sebagai teman seperjuangan di Laboratorium Teknologi
Formulasi, kepada teman-teman Lab SBO, Rianti, Hermin, Ernita, Dian, Juni,
Yuli, Anggelia, Riris, Kak Susi, Kak Erlia, Ester, Andi, Harry, Sandri, Tagor,
Iwanto, Januar, Victor, Ana, Yakin, Kak desi, Bang Parna dan seluruh Farmasi
stambuk 2005 yang namanya tidak dapat ditulis satu persatu, yang telah banyak
membantu penulis dalam proses penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Medan, Maret 2010
Penulis,
Pengaruh Penambahan Zink Oksida (ZnO) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat dalam Basis
Vanishing Cream
Abstrak
Sinar matahari terutama UV-A dan UV-B dapat menimbulkan efek negatif
pada kulit berupa eritema, sunburn, pigmentasi hingga penyakit kanker kulit.
Untuk melindungi kulit dari efek buruk tersebut, salah satunya digunakan tabir
surya. Oksibenson dan oktilmetoksisinamat termasuk tabir surya kimia,
sedangkan zink oksida (ZnO) termasuk tabir surya fisik. Kombinasi dari kedua
tabir surya ini dapat mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya.
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efektivitas dengan parameter
nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari suatu sediaan tabir surya kombinasi
oksibenson dan oktilmetoksisinamat (4 : 8 % b/b) dengan penambahan ZnO pada
konsentrasi 5, 10, dan 15 % b/b dalam basis vanishing cream. Sediaan dibuat
dalam 4 formula yaitu Formula I (kontrol), Formula II (5% ZnO), Formula III
(10% ZnO), dan Formula IV (15% ZnO). Penentuan nilai SPF menggunakan
spektrofotometer UV dengan konsentrasi bahan aktif 40 ppm dalam pelarut
isopropanol p.a. Selanjutnya nilai SPF yang diperoleh diuji dengan ANOVA one
way untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan diantara keempat
formula.
Penelitian menunjukkan bahwa nilai SPF sediaan, meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi ZnO yang ditambahkan, dimana nilai SPF
rata-rata dari masing-masing formula sebagai berikut: Formula I (kontrol) = 2,9,
Formula II (5% ZnO) = 3,3648, Formula III (10% ZnO) = 3,7008, Formula IV
(15% ZnO) = 4,1589. Dari uji ANOVA diketahui bahwa Formula I (kontrol)
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan Formula II, III dan IV.
The Influence of Zinc Oxide (ZnO) Addition To The Effectivity of Oxybenzone and Octylmetoxycinamate combination as sunscreen material in
Vanishing Cream Base
Abstract
Sun exposure (ultraviolet radiation) especially UV-A and UV-B has
negative effect to skin such as erytema, sunburn, pigmentation, and also skin
cancer. In order to protect skin from that effect, sunscreen is used. Oxybenzone
and Octylmetoxycinamate were included chemical sunscreen, and zinc oxide were
included physical sunscreen. The combination of these sunscreens would increase
the effectivity.
The aim of this research is to measure the effectivity with SPF value as
parameter of a sunscreen formula oxybenzone and octylmetoxycinamate
combination (4 : 8 % w/w) with addition of zinc oxide (5, 10, 15 % w/w), in
vanishing cream base. Cream was made in 4 formulations which are Formula I
(control), Formula II (5% ZnO), Formula III (10% ZnO), and Formula IV (15%
ZnO). The SPF value evaluated by measuring 40 ppm of active substance in
isopropanol using UV spectrophotometer. Then, the SPF value tested by ANOVA
one way to know whether there was significant difference among the four
formulas.
The research showed that ZnO (5,10,15% w/w) increased SPF value of
oxybenzone and octylmetoxycinamate combination (4 : 8 % w/w) in vanishing
cream base, with the SPF’s value : Formula I (control) = 2,9, Formula II (5%
ZnO) = 3,3648, Formula III (10% ZnO) = 3,7008, Formula IV (15% ZnO) =
4,1589. ANOVA one way test showed that Formula I had significant difference
with Formula II, III and IV.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Hipotesa ... 3
1.4Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Kulit ... 4
2.1.1Fungsi Kulit ... 4
2.1.2Anatomi Kulit ... 4
2.1.3Warna Kulit ... 5
2.3Mekanisme Perlindungan Alami Kulit ... 7
2.4Tabir Surya ... 8
2.4.1Oksibenson ... 10
2.4.2Oktilmetoksisinamat ... 10
2.4.3Zink Oksida ... 10
2.5Emulsi ... 13
2.5.1 Krim ... 13
BAB III. METODE PENELITIAN ... 14
3.1 Alat ... 14
3.2 Bahan ... 14
3.3 Sukarelawan ... 14
3.4 Pembuatan Sediaan ... 15
3.4.1 Pembuatan Dasar Krim ... 15
3.4.2 Pembuatan Formula ... 16
3.4.2.1 Pembuatan Formula I ... 16
3.4.2.2 Pembuatan Formula II, III, IV ... 16
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 17
3.5.1 Uji Homogenitas ... 17
3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi ... 17
3.5.3 Penentuan pH Sediaan ... 17
3.5.4 Penentuan Viskositas Sediaan ... 18
3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 18
3.7 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 18
3.9 Analisa Data ... 19
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
4.1 Mutu Fisik Sediaan ... 20
4.1.1 Homogenitas Sediaan ... 20
4.1.2 Stabilitas Sediaan ... 20
4.1.3 pH Sediaan ... 20
4.1.4 Viskositas Sediaan ... 21
4.2 Tipe Emulsi Sediaan ... 22
4.3 Nilai SPF Sediaan ... 22
4.4 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
5.1 Kesimpulan ... 27
5.2 Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Pengukuran pH Sediaan ... 21
Tabel 2. Harga Viskositas Dari Masing-masing Formula ... 21
Tabel 3. Data Tipe Emulsi Sediaan ... 22
Tabel 4. Data Serapan Formula Terhadap Panjang Gelombang ... 22
Tabel 5. Nilai SPF dari Masing-masing Formula ... 23
Tabel 6. Kategori Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat dalam basis Vanishing Cream ... 24
Tabel 7. Selisih Nilai SPF Rata-rata Antar Formula ... 25
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Grafik Serapan Tabir Surya Terhadap Panjang Gelombang ... 23
Gambar 2a. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 1 ... 41
Gambar 2b. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 2 ... 41
Gambar 2c. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 3... 42
Gambar 2d. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 4 ... 42
Gambar 2e. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 5... 43
Gambar 2f. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 6 ... 43
Gambar 3. Sediaan Formula Tabir Surya ... 47
Gambar 4a. Uji Homogenitas Formula I ... 48
Gambar 4b. Uji Homogenitas Formula II ... 48
Gambar 4c. Uji Homogenitas Formula III ... 48
Gambar 4d. Uji Homogenitas Formula IV ... 49
Gambar 5a. Pengamatan Stabilitas Sediaan Pada Jam Pertama ... 50
Gambar 5b. Pengamatan Stabilitas Sediaan Pada Jam Kedua ... 50
Gambar 5c. Pengamatan Stabilitas Sediaan Pada Jam Ketiga ... 50
Gambar 5d. Pengamatan Stabilitas Sediaan Pada Jam Keempat ... 51
Gambar 5e. Pengamatan Stabilitas Sediaan Pada Jam Kelima ... 51
Gambar 6a. Tipe Emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula I ... 52
Gambar 6b. Tipe Emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula II ... 52
Gambar 6c. Tipe Emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula III ... 52
Gambar 6d. Tipe Emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula IV ... 53
Gambar 8. Viskometer Bola Jatuh Hoppler ... 54
Gambar 9. Mikroskop ... 55
Gambar 10. Alat Sentrifus H1120T Centrifuge ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Pengukuran pH Sediaan ... 30
Lampiran 2. Data Penentuan Viskositas Sediaan ... 31
Lampiran 3. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 36
Lampiran 4. Data Pengukuran Serapan Masing-masing Formula ... 37
Lampiran 5. Contoh Perhitungan nilai SPF ... 39
Lampiran 6. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya ... 41
Lampiran 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 44
Lampiran 8. Analisis Zat Aktif ... 45
Lampiran 9. Gambar Sediaan Tabir Surya ... 47
Lampiran 10. Gambar Uji Homogenitas Sediaan Tabir Surya ... 48
Lampiran 11. Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi ... 50
Lampiran 12. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Tabir Surya ... 52
Lampiran 13. Gambar Alat yang Digunakan ... 54
Lampiran 14. Perhitungan Statistik Metode ANOVA ... 56
Lampiran 15. Hasil Perhitungan ANOVA ... 60
Pengaruh Penambahan Zink Oksida (ZnO) Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat dalam Basis
Vanishing Cream
Abstrak
Sinar matahari terutama UV-A dan UV-B dapat menimbulkan efek negatif
pada kulit berupa eritema, sunburn, pigmentasi hingga penyakit kanker kulit.
Untuk melindungi kulit dari efek buruk tersebut, salah satunya digunakan tabir
surya. Oksibenson dan oktilmetoksisinamat termasuk tabir surya kimia,
sedangkan zink oksida (ZnO) termasuk tabir surya fisik. Kombinasi dari kedua
tabir surya ini dapat mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya.
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efektivitas dengan parameter
nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari suatu sediaan tabir surya kombinasi
oksibenson dan oktilmetoksisinamat (4 : 8 % b/b) dengan penambahan ZnO pada
konsentrasi 5, 10, dan 15 % b/b dalam basis vanishing cream. Sediaan dibuat
dalam 4 formula yaitu Formula I (kontrol), Formula II (5% ZnO), Formula III
(10% ZnO), dan Formula IV (15% ZnO). Penentuan nilai SPF menggunakan
spektrofotometer UV dengan konsentrasi bahan aktif 40 ppm dalam pelarut
isopropanol p.a. Selanjutnya nilai SPF yang diperoleh diuji dengan ANOVA one
way untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan diantara keempat
formula.
Penelitian menunjukkan bahwa nilai SPF sediaan, meningkat seiring
dengan meningkatnya konsentrasi ZnO yang ditambahkan, dimana nilai SPF
rata-rata dari masing-masing formula sebagai berikut: Formula I (kontrol) = 2,9,
Formula II (5% ZnO) = 3,3648, Formula III (10% ZnO) = 3,7008, Formula IV
(15% ZnO) = 4,1589. Dari uji ANOVA diketahui bahwa Formula I (kontrol)
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan Formula II, III dan IV.
The Influence of Zinc Oxide (ZnO) Addition To The Effectivity of Oxybenzone and Octylmetoxycinamate combination as sunscreen material in
Vanishing Cream Base
Abstract
Sun exposure (ultraviolet radiation) especially UV-A and UV-B has
negative effect to skin such as erytema, sunburn, pigmentation, and also skin
cancer. In order to protect skin from that effect, sunscreen is used. Oxybenzone
and Octylmetoxycinamate were included chemical sunscreen, and zinc oxide were
included physical sunscreen. The combination of these sunscreens would increase
the effectivity.
The aim of this research is to measure the effectivity with SPF value as
parameter of a sunscreen formula oxybenzone and octylmetoxycinamate
combination (4 : 8 % w/w) with addition of zinc oxide (5, 10, 15 % w/w), in
vanishing cream base. Cream was made in 4 formulations which are Formula I
(control), Formula II (5% ZnO), Formula III (10% ZnO), and Formula IV (15%
ZnO). The SPF value evaluated by measuring 40 ppm of active substance in
isopropanol using UV spectrophotometer. Then, the SPF value tested by ANOVA
one way to know whether there was significant difference among the four
formulas.
The research showed that ZnO (5,10,15% w/w) increased SPF value of
oxybenzone and octylmetoxycinamate combination (4 : 8 % w/w) in vanishing
cream base, with the SPF’s value : Formula I (control) = 2,9, Formula II (5%
ZnO) = 3,3648, Formula III (10% ZnO) = 3,7008, Formula IV (15% ZnO) =
4,1589. ANOVA one way test showed that Formula I had significant difference
with Formula II, III and IV.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi kulit adalah sebagai pelindung utama tubuh dari lingkungan hidup
yang terdiri atas berbagai macam faktor, baik faktor fisik maupun kimia yang
dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit. Pada umumnya kulit resisten
terhadap efek toksik dari sebagian besar faktor lingkungan tersebut, tetapi
perlindungan tersebut tidak sempurna dilakukan oleh kulit. Sinar matahari adalah
faktor fisik utama yang dapat membahayakan kulit. Kerusakan kulit terjadi akibat
adanya komponen sinar ultraviolet dari sinar matahari yang mencapai bumi
(Wasitaatmadja, 1997).
Sinar matahari mempunyai dua efek, baik yang menguntungkan maupun
merugikan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit,
intensitas sinar matahari, serta sensitivitas kulit. Efek buruk sinar matahari berupa
eritema kulit yang diikuti oleh warna coklat kemerahan. Pada dasarnya, timbulnya
warna coklat kemerahan merupakan reaksi perlindungan terhadap kerusakan
akibat sinar matahari (Ditjen POM, 1985). Sinar matahari merupakan faktor
penting dalam penuaan kulit dan kanker kulit (Polano, 1987).
Untuk melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari dibuat kosmetika
tabir surya yang dapat membaurkan atau menyerap sinar ultraviolet dari cahaya
matahari secara efektif, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit
Ada 2 macam tabir surya :
1. Tabir surya yang menyerap sinar (tabir surya kimia), terdiri dari penyerap
UVA seperti oksibenson, dan penyerap UVB seperti turunan sinamat
(oktilmetoksisinamat) dan turunan PABA. Tabir surya kimia
mengabsorpsi hampir 95 % radiasi sinar UVB yang dapat menyebabkan
sunburn (eritema dan kerut) namun hampir tidak dapat menghalangi UVA
penyebab direct tanning dan timbulnya kanker kulit.
2. Tabir surya yang memantulkan sinar (tabir surya fisik), misalnya titanium
dioksida, zink oksida. Tabir surya fisik dapat menahan UVA maupun
UVB.
Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan
kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang
menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetika
(Wasitaatmadja, 1997). Zat-zat yang bekerja secara fisik sebenarnya lebih aman,
karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak diketahui akibatnya (Iskandar,
2008).
Dalam penelitian ini digunakan bahan tabir surya kimia, yaitu oksibenson
sebagai penyerap UVA dan oktilmetoksisinamat sebagai penyerap UVB.
Konsentrasi oksibenzon yang umum digunakan adalah 2 – 6% (Lowe &
Friedlander, 1997), sedangkan pemakaian oktilmetoksisinamat mencapai 10%
(Janousek, 1997). Untuk dapat mempertahankan nilai efektivitas sediaan yang
tetap tinggi, maka dalam penggunaannya perlu dikombinasi dengan tabir surya
fisik yaitu zink oksida yang merupakan tabir surya dengan spektrum luas
Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam
faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor/SPF) yaitu perbandingan waktu dari
penyinaran radiasi UV yang diperlukan untuk menimbulkan eritema minimal pada
kulit yang dilindungi oleh tabir surya dengan yang tidak (Lowe & Friedlander,
1997).
1.2 Perumusan Masalah
− Apakah ada pengaruh penambahan zink oksida terhadap efektivitas
sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat.
− Apakah penambahan zink oksida dengan berbagai konsentrasi
memberikan perbedaan nilai SPF yang signifikan diantara masing-masing
formula.
1.3 Hipotesa
− Penambahan zink oksida dapat meningkatkan efektivitas sediaan tabir
surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat.
− Penambahan zink oksida dengan berbagai konsentrasi memberikan
perbedaan nilai SPF yang signifikan diantara masing-masing formula.
1.4 Tujuan Penelitian
− Untuk mengetahui pengaruh penambahan zink oksida terhadap efektivitas
sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat.
− Untuk mengetahui perbedaan nilai SPF yang signifikan diantara sediaan
tabir surya dengan penambahan ZnO dalam berbagai konsentrasi.
1.5 Manfaat Penelitian
− Untuk memperoleh optimasi penggunaan zink oksida terhadap efektivitas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
2.1.1 Fungsi Kulit
Fungsi kulit yang lain adalah:
− Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan
memcegah masuknya mikroorganisme
− Melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh dengan mencegah
terjadinya peguapan air yang berlebihan
− Sebagai pengatur panas
− Tempat penyimpanan provitamin D dan pembentukan vitamin D
− Merupakan salah satu organ ekskresi, yaitu melalui keringat
− Sebagai organ pengindra
− Sebagai pembentukan kolagen (Martini, 2001)
2.1.2 Anatomi Kulit
Kulit tersusun atas:
a. Lapisan Epidermis
Terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum corneum, stratum lucidum, stratum
granulosum, stratum germinativum.
Stratum korneum terdiri dari 15 sampai 30 lapisan keratinosit yang
waktu hidup selama 2 minggu. Permukaan stratum korneum bersifat
kering dan dilapisi minyak yang berasal dari kelenjar sebaseus. Stratum
korneum memiliki pH 5,5-6. Keadaan pH dan lapisan minyak ini
mengahambat pertumbuhan mikroba.
b. Lapisan Dermis
Merupakan jaringan ikat yang terdiri dari jaringan serabut kolagen dan
terletak di bawah stratum germinativum, dengan ketebalan 3-5 mm.
Lapisan ini berfungsi memberi nutrisi lapisan epidermis. Lapisan dermis
terdiri dari lapisan papilari dan lapisan retikuler. Lapisan papilari memiliki
pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan retikuler memiliki serabut
kolagen.
c. Lapisan Hipodermis
Merupakan lembaran lemak yang mengandung jaringan adiposa yang
membentuk agregat dengan jaringan kolagen dan membentuk ikatan
lentur antara struktur kulit dengan permukaan tubuh (Martini, 2001)
2.1.3 Warna Kulit
Warna kulit ditentukan oleh komposisi pigmen dan peredaran darah pada
jaringan kulit. Secara umum epidermis tersusun atas dua pigmen yaitu karoten dan
melanin. Karoten merupakan pigmen yang berwarna kuning orange yang
terakumulasi dalam lapisan epidermis dan terlihat pada stratum korneum orang
yang berkulit cerah, sedangkan melanin adalah pigmen berwarna coklat, kuning
kecoklatan atau hitam yang dihasilkan oleh melanosis. Pigmen melanin berfungsi
2.2Penyinaran Matahari dan Efeknya Pada Kulit
Kulit adalah pelindung tubuh dari pengaruh luar terutama dari sengatan
sinar matahari. Sinar matahari mempunyai 2 efek, baik yang merugikan maupun
yang menguntungkan, tergantung dari frekuensi dan lamanya sinar mengenai
kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas seseorang.
Walaupun berguna untuk pembentukan vitamin D yang sangat berguna
bagi tubuh, sinar matahari dianggap faktor utama dari berbagai masalah kulit,
mulai dari sunburn, pigmentasi kulit, penuaan kulit, hingga kanker kulit. Kulit
yang terkena radiasi sinar UV akan berwarna lebih gelap, berkeriput, kusam,
kering, timbul bercak-bercak coklat kehitaman (melasma), hingga kanker kulit.
Bahkan jauh sebelum efek radiasi itu terlihat oleh mata telanjang, kulit sebenarnya
sudah mengalami kerusakan.
Efek sinar matahari yang merugikan berupa:
o Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan
kerusakan epidermis semetara, gejalanya disebut sengatan surya. Sinar
matahari dapat menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri
pada kasus yang lebih parah.
o Penyinaran langsung dan lama
Sengatan surya yang berlebihan dapat menyebabkan kelainan kulit mulai
dari dermatritis ringan hingga kanker kulit. Sengatan matahari berlebihan
adalah karsinogenik, sinar ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit.
Orang kulit putih lebih mudah terserang kanker kulit dibandingkan dengan
Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang
gelombang yang berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum
ultraviolet. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 400 – 280 nm dapat
menyebabkan sengatan surya dan perubahan warna kulit (Ditjen POM, 1985).
Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian:
1. Ultraviolet A ialah sinar dengan panjang gelombang antara 400 – 315 nm
dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna
coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan sebelumnya disebabkan
oleh adanya oksidasi melanin dalam bentuk leuko yang terdapat pada
lapisan kulit.
2. Ultraviolet B ialah sinar dengan panjang gelombang antara 315 – 280 nm
dengan efektivitas tertinggi pada 297,6nm, merupakan daerah
eritomogenik, dapat menimbulkan sengatan surya dan terjadi reaksi
pembentukan melanin awal.
3. Ultraviolet C ialah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm,
dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh
lapisan ozon dalam atmosfer (Ditjen POM, 1985).
2.3Mekanisme Perlindungan Alami Kulit
Secara alami kulit manusia mempunyai sistem perlindungan terhadap
paparan sinar matahari. Mekanisme pertahanan tersebut adalah dengan penebalan
stratum korneum dan pigmentasi kulit.
Perlindungan kulit terhadap sinar UV disebabkan oleh peningkatan jumlah
melanin dalam epidermis. Butir melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit
kemudian teroksidasi oleh sinar UVA. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan
lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari (Ditjen POM,
1985).
Semakin gelap warna kulit (tipe kulit seperti yang dimiliki ras Asia dan
Afrika), maka semakin banyak pigmen melanin yang dimiliki, sehingga semakin
besar perlindungan alami dalam kulit. Namun, mekanisme perlindungan alami ini
dapat ditembus oleh tingkat radiasi sinar UV yang tinggi, sehingga kulit tetap
membutuhkan perlindungan tambahan (Lestari, 2002).
2.4Tabir Surya
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
membaurkan atau menyerap cahaya matahari secara efektif, terutama daerah emisi
gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan kulit karena cahaya matahari.
Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, asalkan dapat
dioleskan pada kulit, misalnya bentuk larutan dalam air atau alkohol, emulsi,
krim, dan semi padat yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol.
(Ditjen POM, 1985).
Ada 2 macam tabir surya, yaitu:
1. Tabir surya kimia
Merupakan bahan-bahan yang dapat melindungi kulit dengan
mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas. Derivat
sintesis senyawa ini dapat dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu
Tabir surya kimia yang biasa digunakan adalah oktilmetoksisinamat
sebagai UVB filter yang paling banyak digunakan. UVA filter termasuk
benzofenon. Oksibenson adalah benzofenon yang paling luas digunakan,
mengabsorbsi UVA dan UVB. Kedua bahan ini memiliki kekurangan
yaitu bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi (Nguyen & Rigel,
2005). Kandungan tabir surya kimia memungkinkannya terserap ke dalam
tubuh dan bekerja dengan menyerap radiasi sinar UV. Umumnya, tabir
surya kimia hanya menyerap sinar UVB saja, dan agar dapat bekerja
sempurna jenis tabir surya ini harus digunakan minimal 20 menit sebelum
terpapar sinar matahari (Iskandar, 2008).
2. Tabir surya fisik
Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan dan menghamburkan
radiasi UV. Tabir surya fisik secara umum adalah oksida logam. Bahan ini
menunjukkan perlindungan yang lebih tinggi dibandingkan bahan kimia
karena memberikan perlindungan terhadap UVA dan UVB, dan juga
merupakan bahan yang tidak larut dalam air. Sebagai pembanding, bahan
ini kurang diterima oleh kebanyakan orang karena bahan ini biasanya
membentuk lapisan film penghalang pada kulit yang menimbulkan rasa
kurang nyaman. Zink oksida merupakan tabir surya fisik yang lebih efektif
dibandingkan titanium dioksida. Sediaan dengan bahan yang mampu
memantulkan cahaya dapat lebih efektif bagi mereka yang terpapar radiasi
UV yang berlebihan, misalnya para pendaki gunung. Popularitas
bahan-bahan ini meningkat belakangan ini karena toksisitasnya yang rendah.
mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya. Bahan ini juga
stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi fototoksik atau
fotoalergik (Nguyen & Rigel, 2005).
Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan
kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang
menggunakan beberapa macam tabir surya dalam suatu sediaan kosmetika
(Wasitaatmadja, 1997).
2.4.1 Oksibenson
Oksibenson merupakan tabir surya penyerap UV-A yang terbaik yang
diketahui terlebih dahulu. Ini jarang digunakan sendiri, tapi biasa dikombinasi
dengan tabir surya penyaring UV-B untuk menghasilkan nilai SPF yang tinggi.
Oksibenson mempunyai kelarutan yang rendah (Klein & Palefsky, 2005).
2.4.2 Oktilmetoksisinamat
Oktilmetoksisinamat merupakan penyerap UV-B yang terutama. Ini
memberikan absorbansi yang kuat pada pertengahan daerah UV-B (310 nm).
Oktilmetoksisinamat tidak larut dalam air, tidak akan menodai kulit ataupun
pakaian, sangat aman, inert secara kimia dan stabil, tetap tinggal pada kulit,
mempunyai bau yang lemah, tidak merubah warna emulsi, dan relatif murah
(Klein & Palefsky, 2005).
2.4.3 Zink Oksida
Zink oksida adalah tabir surya yang paling aman, efektif, dan berspektrum
luas. Meskipun disetujui oleh FDA, namun penggunaannya sebagai tabir surya
karena tidak mengalami reaksi kimia yang tidak kita ketahui akibatnya (Anonima,
2008).
Syarat-syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu:
a. Efektif menyerap radiasi UV-B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak
demikian akan mengurangi efisiensi, bahkan dapat menjadi toksik atau
menimbulkan iritasi
b. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap
c. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya
d. Tidak berbau atau boleh berbau ringan
e. Tidak toksik, tidak mengiritasi, dan tidak menyebabkan sensitisasi
Syarat-syarat preparat kosmetik tabir surya yaitu:
• Mudah dipakai
• Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan
• Bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur, bahan dasar harus dapat
mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit (Tranggono, 2007).
Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor
proteksi sinar (Sun Protecting Factor / SPF) yaitu perbandingan energi ultraviolet
yang diperlukan untuk menghasilkan eritema minimum pada kulit yang diberi
tabir surya terhadap banyaknya energi ultraviolet yang diperlukan untuk
menghasilkan eritema minimum pada kulit yang tidak diberi tabir surya. Minimal
erythema dose (MED) adalah dosis energi minimum ultraviolet yang diperlukan
untuk menghasilkan eritema kulit minimum yang seragam (Shaat, 1990). Dosis
minimum eritema (MED) diuji oleh setiap panelis pada tes SPF. Waktu/dosis pada
tidak menampakkan kemerahan pada kulit. Nilai MED berbeda-beda berdasarkan
tipe kulit seseorang (Nguyen & Rigel, 2005).
Nilai SPF berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang
dianggap baik berada di atas 15.
Tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut:
1. Minimal, bila SPF antara 2 – 4
2. Sedang, bila SPF antara 4 – 6
3. Ekstra, bila SPF antara 6 - 8
4. Maksimal, bila SPF antara 8 – 15
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15
SPF hanya menunjukkan daya perlindungan terhadap UVB dan tidak
terhadap UVA. Sebab, berbeda dengan UVB yang bekerja pada permukaan kulit
dan menyebabkan kulit terbakar, UVA meresap masuk ke dalam kulit dan
merusak DNA. Ini membuat kekuatan UVA tidak bisa diukur dengan mudah
karena efeknya tidak segera terlihat.
Orang yang berkulit gelap mempunyai banyak pigmen melanin yang
merupakan tabir surya alami. Sebaliknya, orang yang berkulit putih sangat rentan
terhadap kanker kulit karena hanya punya sedikit melanin. Oleh karenanya,
semakin putih kulit seseorang, semakin memerlukan krim dengan SPF yang lebih
tinggi daripada orang yang berkulit hitam agar tidak terbakar. Perlindungan
terbaik terhadap matahari ialah dengan menggunakan tabir surya broad spectrum
2.5Emulsi
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak
bercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Zat emulsi (emulgator) merupakan
komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Ada 2 tipe
emulsi yaitu tipe minyak dalam air (m/a) dank rim tipe air dalam minyak (a/m)
Tipe emulsi ditentukan oleh sifat-sifat emulgator, bila emulgator hanya
dapat atau lebih suka air (sabun, natrium, Tween) maka akan terbentuk tipe emulsi
m/a. Tetapi bila emulgator hanya dapat larut atau lebih suka minyak (sabun
kalsium, span) akan terbentuk tipe emulsi a/m. Dalam penggunaan sebagai
stabilisator emulsi m/a digunakan emulgator tween ditambah arlacel/span sedikit,
sedangkan untuk a/m digunakan span/arlacel dengan tween sedikit. Gunakan
tween dan span dengan nomor seri yang sama (Anief, 1999).
2.4.1 Krim
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM, 1984).
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini
(Lachman, 1994). Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan
sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak
berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream
mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian
krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental.
Metodologi penelitian yaitu uji in vitro yang meliputi pembuatan formula sediaan,
pengujian mutu fisik sediaan yang dihasilkan yaitu homogenitas, stabilitas, pH,
viskositas, dan tipe emulsi sediaan, dan penentuan nilai SPF sediaan melalui
pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV/Vis. Sedangkan
uji in vivo dilakukan untuk menguji iritasi pada kulit sukarelawan. Penelitian ini
dilakukan di Laboratorium Teknologi Formulasi Resep, dan Laboratorium Kimia
Analisa Kwantitatif Dasar Fakultas Farmasi USU.
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas
laboratorium, neraca analitis, mikroskop, alat sentrifugasi, viskometer bola jatuh,
pH meter, spektrofotometer UV-Vis mini 1240 (Shimadzu).
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah oksibenson (Bronson &
Jacobs), oktilmetoksisinamat (Bronson & Jacobs), zink oksida, isopropanol p.a,
asam stearat, setil alkohol, tween 80, span 80, trietanolamin (TEA), sorbitol 70%,
metil paraben, propil paraben, akuades.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 6 orang,
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi
5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi
pada kulit yang sedang diuji (Ditjen POM, 1985).
3.4 Pembuatan Sediaan
3.4.1 Pembuatan Dasar Krim
(Modifikasi Basis Vanishing Cream Menurut Lachman, 1994)
Asam stearat 14%
Setil alkohol 2%
Tween 80 4,5%
Span 80 0,5%
Sorbitol 70% 3%
Metil paraben 0,1%
Propil paraben 0,05%
TEA 1%
Akuades ad 100
Asam stearat dan setil alkohol, dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air pada suhu ±700C (campuran I). Metil paraben dan
propil paraben dilarutkan dengan akuades yang telah dipanaskan yang memiliki
suhu ±700C di dalam gelas beaker, dan setelah larut ditambahkan sorbitol 70%,
TEA, dan tween 80 (campuran II). Ke dalam lumpang panas, dimasukkan
campuran I dan span 80, ditambahkan campuran II sedikit demi sedikit sambil
3.4.2 Pembuatan Formula
Komposisi Formula
No. Nama Zat FI (%) FII (%) FIII (%) FIV (%)
1 Oksibenson 4 4 4 4
2 Oktilmetoksisinamat 8 8 8 8
3 Zink Oksida - 5 10 15
4 Dasar Krim 88 83 78 73
3.4.2.1 Pembuatan Formula I
Ke dalam lumpang dimasukkan oksibenson dan digerus hingga halus.
Ditambahkan sedikit dasar krim, digerus homogen, lalu ditambahkan
oktilmetoksisinamat dan digerus kembali. Terakhir ditambahkan sisa dasar krim,
digerus dan dimasukkan ke dalam wadah.
3.4.2.2 Pembuatan Formula II, III, dan IV
Ke dalam lumpang dimasukkan ZnO dan digerus hingga halus, lalu
ditambahkan sedikit dasar krim, digerus kembali (massa I). Oksibenson digerus
hingga halus, kemudian ditambahkan sedikit dasar krim dan digerus kembali
(massa II). Dicampurkan massa I dan massa II, lalu digerus hingga homogen.
Setelah itu ditambahkan oktilmetoksisinamat dan digerus kembali. Terakhir
3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan
3.5.1 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas, lalu diamati
di bawah mikroskop.
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi
Sebanyak 2 gram krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi lalu
disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam dengan interval waktu
pengamatan setiap 1 jam. Diamati apakah terjadi pemisahan fase minyak dan fase
air dalam setiap interval pengamatan ( Lachman, 1994).
3.5.3 Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter.
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu
dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml akuades. Kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH
3.5.4 Penentuan Viskositas Sediaan
Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer bolah jatuh.
Sediaan dimasukkan ke dalam tabung gelas dalam, kemudian dimasukkan
bola dengan demikian posisi bola berada di puncak tabung gelas dalam. Waktu
yang dibutuhkan bola untuk jatuh di antara dua tanda diukur dengan teliti.
Dihitung nilai viskositasnya (Moechtar, 1989).
3.6 Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan metil biru.
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan
diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan
tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya berupa bintik-bintik biru, berarti
sediaan tersebut tipe emulsi a/m.
3.7 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi terhadap sukarelawan dilakukan dengan cara : sediaan Formula
II dioleskan pada tempat yang tidak mudah terlihat yaitu di belakang telinga,
kemudian dibiarkan selama 24 jam, dilihat perubahan yang terjadi berupa iritasi
pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).
3.8 Penentuan Nilai SPF Sediaan
Penentuan nilai SPF sediaan dilakukan dengan cara melarutkan sampel
dalam isopropanol dengan konsentrasi 40 ppm.
Ditimbang 50 mg sediaan dan dilarutkan dengan pelarut isopropanol
dalam labu tentukur 25 ml. Dari larutan tersebut dipipet 5 ml dan dimasukkan ke
garis tanda. Kemudian dipipet 2,5 ml dari larutan kedua dan dimasukkan ke dalam
labu tentukur 25 ml, selanjutnya diencerkan dengan isopropanol sampai garis
tanda. Larutan yang terakhir diukur serapannya dengan spektrofotometer pada
rentang panjang gelombang 290 nm sampai 360 nm. Luas area di bawah kurva
dihitung dari jumlah serapan pada λn dan serapan pada λn+1 dibagi 2, dikalikan
dengan selisih λn+1 dengan λn. Lalu dihitung nilai log SPF dengan cara membagi
jumlah seluruh luas area di bawah kurva dengan selisih λmax dan λmin lalu
dikalikan dua. Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi nilai SPF. Dilakukan
perlakuan yang sama sebanyak 6 kali untuk masing-masing formula.
3.9 Analisa Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan metode
ANOVA (Analysis of Variance) dengan program SPSS (Statistical Package for
the Social Sciences) dengan taraf tingkat kepercayaan 95 % untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang signifikan diantara keempat formula, dan dilanjutkan
dengan uji HSD (Honestly Significant Difference) untuk mengetahui formula
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sediaan tabir surya yang dihasilkan merupakan krim setengah padat,
dimana sediaan dibuat dalam 4 formula yaitu formula I (kontrol), Formula II (5%
ZnO), Formula III (10% ZnO), Formula IV (15% ZnO). Penggunaan ZnO sebagai
tabir surya dapat mencapai 25% (Klein & Palefsky, 2005), tetapi dalam penelitian
ini tidak dilanjutkan dengan formula mencapai konsentrasi 20% dan 25%, karena
dari hasil orientasi, formula yang diperoleh menghasilkan tekstur yang lebih kaku.
4.1 Mutu Fisik Sediaan
4.1.1 Homogenitas
Hasil uji homogenitas yang dilakukan terhadap keempat formula
menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas, dan terlihat hasil
yang sama rata pada pengamatan di bawah mikroskop, sehingga dapat dikatakan
bahwa semua tabir surya yang dihasilkan adalah homogen.
4.1.2 Stabilitas Sediaan
Hasil pengujian stabilitas sediaan secara sentrifugasi menunjukkan bahwa
keempat formula mempunyai kestabilan yang baik, dimana masing-masing
formula tidak mengalami pemisahan fase minyak dan fase air.
4.1.3 pH Sediaan
Tabel 1. Data Pengukuran pH Sediaan
Perlakuan Formula
I II III IV
1 7,9 7,9 7,9 7,9
2 7,9 7,9 7,9 7,9
3 7,9 7,9 7,9 7,9
Rata-rata 7,9 7,9 7,9 7,9
Tabel 1 menunjukkan bahwa keempat formula mempunyai pH yang sama yaitu
7,9. Hal ini disebabkan karena ZnO tidak mempengaruhi pH sediaan.
4.1.4 Viskositas Sediaan
Hasil penentuan viskositas sediaan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Harga Viskositas Dari Masing-masing Formula
Perlakuan Formula
I (Poise) II (Poise) III (Poise) IV (Poise)
1 66,9011 76,8053 138,5718 228, 4775
2 70,1207 79,6749 139,1108 229,7477
3 67,8977 78,6349 140,0540 230,4020
Rata-rata 68,3065 78,3717 139,2455 229,5424
Dari penentuan viskositas sediaan, didapatkan bahwa nilai viskositas
rata-rata dari masing-masing sediaan yaitu: formula I sebesar 68,3065; formula II
sebesar 78,3717; formula III sebesar 139,2455; dan formula IV sebesar 229,5424.
Dari hasil yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa viskositas dari sediaan
semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi zink oksida yang
ditambahkan, dimana formula IV mempunyai tekstur yang lebih kaku
dibandingkan dengan ketiga formula lainnya. Hal ini disebabkan karena zink
4.2 Tipe Emulsi Sediaan
[image:38.595.183.444.167.239.2]Hasil uji penentuan tipe emulsi sediaan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Jenis Formula Tipe emulsi
1 I m/a
2 II m/a
3 III m/a
4 IV m/a
Keterangan:
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan zink oksida
Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan zink oksida 5%
Formula III : Formula tabir surya dengan penambahan zink oksida 10%
Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan zink oksida 15%
m/a : minyak dalam air
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap keempat sediaan tabir surya
menunjukkan bahwa metil biru tersebar merata pada pengamatan di bawah
mikroskop, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua formula merupakan emulsi
tipe m/a.
4.3 Nilai SPF Sediaan
Hasil pengukuran serapan keempat formula tabir surya pada pengukuran 1
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Serapan Formula Terhadap Panjang Gelombang
Formula Serapan Pada Panjang Gelombang (λ) (nm)
290 300 310 320 330 340 350 360
1 0.3181 0.3186 0.3259 0.2798 0.1758 0.0808 0.0433 0.0189
2 0.3719 0.3729 0.3833 0.3322 0.2115 0.1067 0.0625 0.0367
3 0.3966 0.3982 0.4070 0.3535 0.2328 0.1257 0.0746 0.0509
4 0.4366 0.4373 0.4431 0.3883 0.2604 0.1466 0.0822 0.0656
Grafik hasil pengukuran serapan keempat sediaan tabir surya pada
Grafik Panjang Gelombang vs Serapan 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
290 300 310 320 330 340 350 360
Panjang Gelombang (nm)
S er ap an ( A
) Formula I
Formula II
Formula III
Formula IV
Gambar 1. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Terhadap Panjang Gelombang
Dari pengukuran serapan keempat sediaan tabir surya dengan 6 kali
pengulangan diperoleh nilai SPF dari masing-masing formula, yang ditunjukkan
[image:39.595.145.477.432.567.2]pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai SPF dari Masing-masing Formula
Perlakuan Sun Protecting Factor / SPF
F1 F2 F3 F4
1 2.8435 3.4770 3.8394 4.4160
2 2.9173 3.2138 3.4712 3.8870
3 3.0881 3.3470 3.9862 4.7409
4 3.0539 3.5299 3.7236 4.0915
5 2.6726 3.2804 3.5647 3.9397
6 2.8247 3.3405 3.6195 3.8783
Rata-rata 2.9000 3.3648 3.7008 4.1589
Perhitungan nilai SPF dilakukan dengan mengukur luas area di bawah
kurva pada grafik serapan sediaan tabir surya. Perhitungan dilakukan hanya
sampai pada panjang gelombang 350 nm, karena Formula I (kontrol) sudah
memberikan serapan terendah pada panjang gelombang 350 nm.
Hasil penentuan nilai SPF dari masing-masing sediaan dapat dilihat pada
sebesar 2,90; Formula II mempunyai nilai SPF rata-rata sebesar 3,3648; Formula
III mempunyai nilai SPF rata-rata sebesar 3,7008; dan Formula IV mempunyai
nilai SPF rata-rata sebesar 4,1589. Ini menunjukkan bahwa penambahan ZnO
dapat meningkatkan efektivitas tabir surya dan semakin tinggi konsentrasi ZnO
yang ditambahkan semakin tinggi pula nilai SPF sediaan, dimana nilai SPF
tertinggi terdapat pada formula IV yang mempunyai persentase penambahan ZnO
sebesar 15%. Menurut Klein & Palefsky (2005), kombinasi zink oksida dengan
senyawa tabir surya kimia akan memberikan absorbansi UV dengan spektrum
yang luas.
Adapun kategori untuk sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF yang
diberikan sebagai faktor perlindungan terhadap sinar matahari menurut
Wasitaatmadja (1997), adalah sebagai berikut:
1. Minimal, bila SPF antara 2-4.
2. Sedang, bila SPF antara 4-6
3. Ekstra, bila SPF antara 6-8
4. Maksimal, bila SPF antara 8-15
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15
Berdasarkan kategori tersebut, dapat diperoleh kategori untuk
masing-masing sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF yang diperoleh dari penelitian
yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kategori Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat dalam basis Vanishing Cream
No Formula Nilai SPF Rata-rata Kategori Efektivitas
1 I 2,9 minimal
2 II 3,3648 minimal
3 III 3,7008 minimal
Dari Tabel 6 diketahui bahwa formula IV memberikan proteksi yang
terbaik karena mempunyai nilai SPF tertinggi dibandingkan dengan formula
lainnya.
[image:41.595.140.485.249.324.2]Adapun selisih nilai SPF dari masing-masing formula dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Selisih Nilai SPF Rata-rata Antar Formula
Formula I Formula II Formula III Formula IV
Formula I - 0.4648 0.8008 1.2589
Formula II - 0.3360 0.7941
Formula III - 0.4581
Formula IV -
Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA dengan taraf 0,05 terhadap
nilai SPF Formula I, II, III dan IV diperoleh F hitung = 34,7280 lebih besar dari F
tabel = 3,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
antara nilai SPF dari Formula I, II, III dan IV. Untuk mengetahui formula mana
yang berbeda signifikan, maka dilakukan uji HSD yaitu dengan membandingkan
selisih harga rata-rata nilai SPF antar formula dengan nilai HSD hasil perhitungan.
Apabila selisih nilai SPF rata-rata antar formula lebih besar dari nilai HSD berarti
antar formula berbeda secara signifikan, sebaliknya apabila nilai SPF rata-rata
antar formula lebih kecil dari nilai HSD berarti antar formula tidak berbeda secara
signifikan. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga HSD 0,35758. Pada Tabel 7
dapat dilihat selisih nilai SPF rata-rata formula II, III, dan IV terhadap nilai SPF
rata-rata formula I > harga HSD, berarti nilai SPF formula II, III, dan IV berbeda
secara signifikan dengan nilai SPF formula I. Sedangkan selisih nilai SPF rata-rata
formula III terhadap nilai SPF rata-rata formula II < harga HSD, berarti nilai SPF
selisih nilai SPF rata-rata formula IV terhadap formula II > HSD, berarti nilai
SPF formula IV berbeda secara signifikan dengan formula II. Serta nilai selisih
nilai SPF rata-rata formula III terhadap nilai SPF rata-rata formula IV > harga
HSD, hal ini menunjukkan bahwa nilai SPF formula III berbeda secara signifikan
dengan nilai SPF formula IV.
4.4 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
[image:42.595.127.499.303.395.2]Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No. Reaksi Pada Kulit Sukarelawan
1 2 3 4 5 6
1 Iritasi - - - -
2 Gatal - - - -
3 Kulit menjadi kasar - - - -
Keterangan : - tidak terjadi iritasi
Uji iritasi dilakukan terhadap formula II dengan konsentrasi zink oksida
5% yang mempunyai pH 7,9. Dari data pada tabel di atas menunjukkan tidak
adanya efek samping berupa iritasi, gatal atau pengkasaran pada kulit. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa formula I, III, dan IV yang mempunyai pH
sama, juga tidak menyebabkan iritasi pada kulit, dan dapat dikatakan semua
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penambahan zink oksida dapat meningkatkan efektivitas sediaan tabir surya
kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream,
dimana nilai SPF rata-rata dari Formula I (kontrol) sebesar 2,90; Formula II
(5% ZnO) sebesar 3,3648; Formula III (10% ZnO) sebesar 3,7008; dan
Formula IV (15% ZnO) sebesar 4,1589.
2. Penambahan ZnO dengan berbagai konsentrasi memberikan perbedaan yang
signifikan diantara beberapa formula, dimana Formula I (kontrol) mempunyai
perbedaan yang signifikan dengan Formula II, III dan IV; Formula II berbeda
signifikan dengan Formula I dan IV; Formula III berbeda signifikan dengan
Formula I dan IV; sedangkan Formula IV berbeda signifikan dengan Formula
I, II dan III.
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti sediaan tabir surya
kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat dengan penambahan tabir surya
fisik lain seperti titanium dioksida, untuk melihat pengaruhnya terhadap nilai SPF
DAFTAR PUSTAKA
Anief, (1999). Sistem Dispersi, Formula Suspensi dan Emulsi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 56,63,68-69.
Anonima. (2008). Zinc Oxide. [diakses 17 Februari 2010]; [1 screen]. Diambil dari
URL:HYPERLINK
Ansel. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.387-389.
Ditjen POM. (1984). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 8, 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hal. 32-36, 399.
Iskandar, S. (2008). Bagaimanakah Krim Tabir Surya Bekerja. [diakses 17
Februari 2010]; [1 screen]. Diambil dari URL:HYPERLINK
Janousek,A. (1997). Regulatory Aspects of Sunscreen in Europe. In Sunscreens : Development, Evaluation, and Regulatory Aspects. Eds: Lowe, N.J., Shaat, N.A., Pathak, M.A. Second Edition. Quest International, Asford, Kent. England. P.220
Klein, K. and Palefsky, I. (2005). Formulating Sunscreen Products. In Sunscreens : Regulation and Commercial Development. Eds: Shaat, N.A. Third Edition. Cosmetech Laboratories Inc. New Jersey. USA. P. 380.
Lachman, L., Lieberman, H.,dan Kaning, J.l. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jilid Kedua. Penerbit UI-Press. Jakarta. Hal. 1117.
Lestari, P.M. (2002). Tabir Surya, Jangan Tinggalkan Rumah Tanpanya. [diakses
19 Februari 2010]; [1 screen]. Diambil dari URL:HYPERLINK
Lowe,N.J. & Friedlander, J. (1997). Sunscreen: Rationale for Use to Reduce Photodamage and Phototoxicity. In Sunscreens : Development, Evaluation, and Regulatory Aspects. Eds: Lowe, N.J., Shaat, N.A., Pathak, M.A. Second Edition. Skin Research Foundation of California. California. P. 41, 44.
Nguyen, N., & Rigel, D.S. (2005). Photoprotection and the Prevention of Photocarcinogenesis. In Sunscreens : Regulation and Commercial Development. Eds: Shaat, N.A. Third Edition. Department of Dermatology, New York University School of Medicine. New York. USA. P.157-159.
Petro, A.J. (1981). Correlation of Spectrophotometric Data With Sunscreen Protection Factors. International Journal of Cosmetic Science. P. 185-196.
Polano, M.K. (1987). Terapi Kulit Topikal. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 91-92.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley of Pharmaceutics. 18 Edition. Baillierre Tindall. London. P. 22,35.
Setianingrum, E. (1992). Studi efektivitas In Vivo Bahan Tabir Surya Oktil Metoksisinamat (anti UV-B) dan Oksibenson (anti UV-A) yang diformulasi dalam vanishing cream. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.
Shaath, N.A., (1990), The Chemistry Of Sunscreens, In : N.J. Lowe and N.A. Shaath (Eds.), Sunscreens : Development, Evaluation, and Regulatory Aspects, Marcel Dekker Inc, New York, p. 55-56.
Soerartri. W. (2004). Peningkatan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Kombinasi Tabir Surya Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat Oleh Asam Glikolat. Majalah Farmasi Airlangga. Surabaya. Vol 4. No.2. Hal. 1-2.
Tranggono, R.I., dan Fatma L. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 82.
Wardhani, L. P. (2007). Pengaruh Penambahan ZnO Terhadap Efektivitas In Vitro dan Aseptabilitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson dan Oktildimetil PABA (3:3% b/b) dalam Basis Vanishing Cream. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya.
Lampiran 1. Data Pengukuran pH Sediaan
Perlakuan Formula
I II III IV
1 7,9 7,9 7,9 7,9
2 7,9 7,9 7,9 7,9
3 7,9 7,9 7,9 7,9
Lampiran 2. Data Penentuan Viskositas Sediaan
Harga Viskositas Masing-Masing Formula
Perlakuan Formula
I (P) II (P) III (P) IV (P)
1 66,9011 76,8053 138,5718 228, 4775
2 70,1207 79,6749 139,1108 229,7477
3 67,8977 78,6349 140,0540 230,4020
Rata-rata 68,3065 78,3717 139,2455 229,5424
Keterangan : P = satuan Poise
Perhitungan Viskositas Masing-Masing Formula
Spesifikasi Formula
I II III IV
Berat (gram) 6,506 5,732 5,816 5,846
Volume (ml) 10 10 10 10
Waktu (detik)
t1 3491 3988 7199 11872
t2 3659 4137 7227 11938
t3 3543 4083 7276 11972
Perhitungan Penentuan Viskositas Formula:
(
)
l g r K t f k K 9 2 2 = − = ρ ρ η Keterangan :η : viskositas (Poise)
K : Konstanta viskosimeter
ρk : Berat jenis bola (g/ml) = 16,231 g/ml
ρf : Berat jenis sediaan (krim g/ml)
t : Waktu (detik)
l : Panjang antara 2 tanda (m) = 0,1 m
g : Percepatan grafitasi bumi (9,88 m/s2)
(
)
32 3 10 23 , 1 1 , 0 9 88 , 9 10 5 , 7
2 − −
× = × × × = K Formula I volume massa f = ρ = × ml g 10 506 , 6 ml g 6506 , 0 =
(
16,231 0,6506)
3491 1023 ,
1 3
1 = × − ×
−
ml g
η detik
=66,9011 Poise
(
16,231 0,6506)
3659 1023 ,
1 3
2 = × − ×
−
ml g
η detik
= 70,1207 Poise
(
16,231 0,6506)
3543 1023 ,
1 3
3 = × − ×
−
ml g
η detik
=67,8977 Poise
3 2 1+η +η
η = η
=
(
66,9011+70,1207+67,8977)
PoiseFormula II volume massa f = ρ ml g ml g 5732 , 0 10 732 , 5 = × =
(
16,231 0,5732)
3988 1023 ,
1 3
1 = × − ×
−
ml g
η detik
=76,8053 Poise
(
16,231 0,5732)
4137 1023 ,
1 3
2 = × − ×
−
ml g
η detik
=79,6749 Posie
(
16,231 0,5732)
4083 1023 ,
1 3
3 = × − ×
−
ml g
η detik
=78,6349 Poise
3 2 1+η +η
η = η
=
(
76,8053+79,6749+78,6349)
Poise=78,3717 Poise
(
16,231 0,5816)
7199 1023 ,
1 3
1 = × − ×
−
ml g
η detik
=138,5718 Poise
7227 ) 5816 , 0 231 , 16 ( 10 23 , 1 3
2 = × − ×
−
ml g
η detik
=139,1108 Poise
7276 ) 5816 , 0 231 , 16 ( 10 23 , 1 3
3 = × − ×
−
ml g
η detik
=140,0540 Poise
3 2 1+η +η
η = η
=(138,5718+139,1108+140,0540) Poise
=139,2455 Poise
Formula IV volume massa f = ρ ml g ml g 5846 , 0 10 846 , 5 = × = 11872 ) 5846 , 0 231 , 16 ( 10 23 , 1 3
1 = × − ×
−
ml g
η detik
=228,4775 Poise
11938 ) 5846 , 0 231 , 16 ( 10 23 , 1 3
2 = × − ×
−
ml g
η detik
=229,7477 Poise
11972 ) 5846 , 0 231 , 16 ( 10 23 , 1 3
3 = × − ×
−
ml g
η detik
3 2 1+η +η
η = η
(228,4775+229,7477+230,4020) Poise
Lampiran 3. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No. Formula Tipe Emulsi
1 I m/a
2 II m/a
3 III m/a
4 IV m/a
Keterangan :
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan zink oksida
Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan zink oksida 5%
Formula III : Formula tabir surya dengan penambahan zink oksida 10%
Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan zink oksida 15%
Lampiran 4. Data Pengukuran Serapan Masing-masing Formula
Data Pengukuran Serapan Formula I
Pengulangan Serapan Pada Panjang Gelombang (λ) (nm)
290 300 310 320 330 340 350 360 1 0.3181 0.3186 0.3259 0.2798 0.1758 0.0808 0.0433 0.0189 2 0.3250 0.3250 0.3344 0.2864 0.1792 0.0842 0.0465 0.0178 3 0.3326 0.3329 0.3523 0.3055 0.1927 0.0929 0.0530 0.0228 4 0.3314 0.3317 0.3488 0.3011 0.1895 0.0906 0.0544 0.0275 5 0.2992 0.3013 0.3113 0.2660 0.1604 0.0691 0.0463 0.0160 6 0.3129 0.3107 0.3245 0.2789 0.1741 0.0798 0.0570 0.0233 Rata-rata 0.3199 0.3200 0.3329 0.2863 0.1786 0.0829 0.0501 0.0211
Data Pengukuran Serapan Formula II
Pengulangan Serapan Pada Panjang Gelombang (λ) (nm)
290 300 310 320 330 340 350 360 1 0.3719 0.3729 0.3833 0.3322 0.2115 0.1067 0.0625 0.0367 2 0.3441 0.3480 0.3585 0.3098 0.1987 0.1017 0.0646 0.0356 3 0.3497 0.3501 0.3716 0.3237 0.2101 0.1089 0.0695 0.0398 4 0.3689 0.3682 0.3884 0.3373 0.2169 0.1118 0.0725 0.0447 5 0.3538 0.3580 0.3726 0.3184 0.1978 0.0923 0.0636 0.0323 6 0.3578 0.3574 0.3748 0.3223 0.2036 0.0990 0.0709 0.0358 Rata-rata 0.3577 0.3591 0.3749 0.3240 0.2064 0.1034 0.0673 0.0375
Data Pengukuran Serapan Formula III
Pengulangan Serapan Pada Panjang Gelombang (λ) (nm)
Data Pengukuran Serapan Formula IV
Pengulangan Serapan Pada Panjang Gelombang (λ) (nm)
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Nilai SPF
Panjang gelombang
(λ) ( nm) A
290 0.3181
300 0.3186
310 0.3259
320 0.2798
330 0.1758
340 0.0808
350 0.0433
(
)(
n 1 n)
1 n
n λ λ
2
serapanλ
serapanλ
AUC= + + + −
(
0.318120.3186)
(
300 290)
3.18351 − =
+ X
L
(
0.318620.3259)
(
310 300)
3.22252 + X − =
L
(
0.325920.2798)
(
320 310)
3.02853 − =
+ X
L
(
0.279820.1758)
(
330 320)
2.27804 + X − =
L
(
0.175820.0808)
(
340 330)
1.28305 + X − =
L
(
0.080820.0433)
(
350 340)
0,62056 + X − =
L 6 5 4 3 2
1 L L L L L
L
AUC= + + + + +
=3.1835+3.2225+3.0285+2.2780+1.2830+0.6205
=13.616
Log SPF AUC 2
SPF = Arc. Log SPF
8435 . 2
4538 . 0
Lampiran 6. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya
Gambar 2a. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 1
[image:57.595.166.457.420.663.2]Gambar 2c. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 3
[image:58.595.169.456.394.637.2]Gambar 2e. Grafik Serapan Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran 5
[image:59.595.168.454.394.638.2]Lampiran 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No. Reaksi Pada Kulit Sukarelawan
1 2 3 4 5 6
1 Iritasi - - - -
2 Gatal - - - -
Lampiran 9. Gambar Sediaan Tabir Surya
Lampiran 10. Gambar Uji Homogenitas Sediaan Tabir Surya
Gambar 4a. Uji Homogenitas Formula I (Formula tabir surya tanpa penambahan
[image:64.595.223.403.309.445.2]ZnO)
Gambar 4b. Uji Homogenitas Formula II (Formula tabir surya dengan
penambahan ZnO 5%)
Gambar 4c. Uji Homogenitas Formula III (Formula tabir surya dengan
[image:64.595.222.403.506.642.2]Gambar 4d. Uji Homogenitas Formula IV (Formula tabir surya dengan
Lampiran 11. Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi
[image:66.595.196.429.340.512.2]Gambar 5a. Pengamatan pada jam pertama
[image:66.595.196.430.562.734.2]Gambar 5d. Pengamatan pada jam keempat
[image:67.595.197.430.305.477.2]Lampiran 12. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Tabir Surya
[image:68.595.221.403.302.438.2]Gambar 6a. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula I
Gambar 6b. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula II
[image:68.595.222.402.493.629.2]Lampiran 13. Gambar Alat yang Digunakan
Gambar 7. Neraca Analitis Baeco
[image:70.595.242.385.393.621.2]Gambar 9. Mikroskop
Gambar 10. Alat Sentrifus H1120T Centrifuge
[image:71.595.168.455.551.714.2]Lampiran 14. Perhitungan Statitik Metode ANOVA