• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Asam Laktat Terhadap Nilai SPF Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson Dan oktilmetoksin Oksi Sinamat Dalam Basis Vanishing Cream

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Asam Laktat Terhadap Nilai SPF Sediaan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson Dan oktilmetoksin Oksi Sinamat Dalam Basis Vanishing Cream"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM LAKTAT TERHADAP NILAI SPF SEDIAAN TABIR SURYA KOMBINASI OKSIBENSON DAN OKTILMETOKSISINAMAT DALAM BASIS VANISHING CREAM

SKRIPSI

OLEH : SITI ZULFAH

040804008

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM LAKTAT TERHADAP NILAI SPF SEDIAAN TABIR SURYA KOMBINASI OKSIBENSON DAN OKTILMETOKSI SINAMAT DALAM BASIS VANISHING CREAM

OLEH : SITI ZULFAH

040804008

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : September 2008

Pembimbing I Panitia Penguji

(Dra. Lely Sari Lubis, MSi, Apt.) (Dra. Juanita Tanuwijaya, Apt.) NIP. 131653973

Pembimbing II (Dra. Lely Sari Lubis, MSi, Apt.) NIP. 131653973

(Drs. Fathur Rahman Harun, MSi, Apt) NIP. 130 872 281

(Dra. Saodah, MSc., Apt.)

(Drs. Suryanto, MSi., Apt.) Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan rahmat yang tidak terhingga sehingga penulis dapat Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Ibnu Hajar dan ibunda Nurlela, S. PdI, kedua abangku Muhammad Abduh, SE dan Abdul Khalik, juga kepada Kak Ama dan Bram K.A. Aziz yang telah memberikan cinta, semangat baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih serta penghargaan juga ditujukan kepada :

1. Bapak Dekan dan para Pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, MSi, Apt dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, MSi, Apt. Sebagai Dosen pembimbing atas segala arahan serta nasehat selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Djendakita Purba, MSi, Apt. Sebagai Dosen Penasehat Akademik atas segala nasehat dan bimbingannya selama proses perkuliahan.

(4)

5. Kepala dan para staf Laboratorium Teknologi Formulasi dan laboratorium Anatomi Fisiologi Tumbuhan atas seluruh fasilitas yang diberikan selama proses penelitian dan pengalaman berharga penulis sebagai asisten dosen. 6. Sahabat-sahabat penulis : Dian, Ririn, Mala, Nizar, Nisa, Lela, Fina, Muti,

Paksi, Anes, Myzaneae_num, dedek, Yuyun, serta rekan-rekan Farmasi 2004 yang tidak bisa disebutkan namanya, dan seluruh pihak yang telah memberikan kasih sayang, bantuan, motivasi, dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa-jasa besar mereka.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga membutuhkan banyak masukan dan kritikan. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, September 2008

Penulis

(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan uji pengaruh penambahan asam laktat terhadap efektifitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktil metoksisinamat dalam basis vanishing cream. Krim terdiri dari 4 formula yaitu Formula I sebagai formula tanpa penambahan asam laktat, Formula II sebagai formula dengan penambahan asam laktat 4 %, Formula III sebagai formula dengan penambahan asam laktat 6 %, dan Formula IV sebagai formula dengan penambahan asam laktat 8 %.

Hasil pengamatan mutu fisik masing-masing formula secara organoleptis memberikan hasil yang relatif sama yaitu sediaan berbentuk krim minyak dalam air, berwarna putih, tidak berbau, lembut, dan stabil dalam penyimpanan. Hasil penentuan pH sediaan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan maka pH sediaan akan semakin menurun. Begitu juga dengan penentuan viskositas sediaan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan maka viskositas sediaan akan semakin menurun.

(6)

ABSTRACT

Have test influence of addition of lactic acid to sunscreen efektifity with combination of oksibenson and oktil metoksisinamat in bases of vanishing cream. Cream consist of 4 formula that is Formula I as formula without addition of lactic acid, Formula II as formula with addition of lactic acid 4 %, Formula III as formula with addition of lactic acid 6 %, and Formula IV as formula with addition of lactic acid 8 %.

The result of perception physical quality of each formula by organoleptis give result which is relative same that the formula in form of oil cream in water, white chromatic, odourless, soft, and stabilize in storage. The result of determination of pH indicate that more high concentration of enhanced lactic acid so pH will be downhill progressively. Also with determination of viscosity indicate that more high concentration of enhanced lactic acid so viscosity will be downhill progressively.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ………. ii

ABSTRAK ……….. iii

ABSTRACT ………... iv

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1.Latar belakang………... 1

1.2.Perumusan Masalah………... 3

1.3.Hipotesis……….. 3

1.4.Tujuan Penelitian ……… 3

1.5.Manfaat Penelitian ……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 16

2.1. Alat-Alat ………. 16

2.2. Bahan-Bahan ………... 16

2.3. Pembuatan Formula Sediaan……… 16

2.3.1. Pembuatan Dasar Krim ………. 16

2.3.2. Pembuatan Formula I ……… 17

2.3.3. Pembuatan Formula II ………... 18

2.3.4. Pembuatan Formula III ……….. 18

2.3.5. Pembuatan Formula IV ……….. 19

2.4. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ……….. 19

2.4.1. Penentuan secara Organoleptis……… 19

2.4.2. Penentuan PH Sediaan ……… 19

2.4.3. Penentuan Viskositas Sediaan ……… 20

(8)

2.6. Penentuan Tipe Emulsi ………. 21

2.7. Penetuan Homogenitas Sediaan ……… 21

2.8. Penentuan Efektivitas Sediaan ………. 21

2.9. Analisa Data ………. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………... 31

4.1. Kesimpulan ……….. 31

4.2. Saran ……… 31

DAFTAR PUSTAKA ……… 32

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Hasil Penentuan Mutu Fisik Sediaan Tabir Surya Formula I,

Formula II, Formula III, dan Formula IV ………. 24

2. Data Pengamatan terhadap Kestabilan Sediaan pada Saat Selesai Dibuat, Penyimpanan 4, 8, dan 12 Minggu ……….. 25

3. Data Penentuan Tipe Emulsi ………. 26

4. Hasil Nilai SPF Sediaan Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV………. 27

5. Kategori Efektifitas Sediaan Tabir Surya Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV ………. 29

6. Selisih Nilai SPF Rata-Rata antar Formula ……….. 30

7. Data Hasil Penentuan PH Sediaan ……… 34

8. Data Hasil Penentuan Viskositas Sediaan ……… 35

9. Hasil Data Pengamatan Stabilitas Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV ………. 38

10.Data Hasil Pengukuran Serapan Formula I……… 39

11.Data Hasil Pengukuran Serapan Formula II……….. 39

12.Data Hasil Pengukuran Serapan Formula III………. 40

13.Data Hasil Pengukuran Serapan Formula IV.……… 40

14.Contoh Data Formula I ……….. 41

15.Rancang Acak lengkap ……….. 43

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Grafik Hasil Pengamatan Serapan Sediaan Tabir Surya ………….. 28

2. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-1 …… 50

3. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-2 …… 50

4. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-3……. 51

5. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-4 …… 51

6. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-5 …… 52

7. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-6 …… 52

8. Krim Formula I, II, III, dan IV ………. 58

9. Krim Formula I……….. 58

10.Krim Formula II ……… 58

11.Krim Formula III ……….. 59

12.Krim Formula IV ………. 59

13.Formula Terlihat dari Sisi Atas ……… 59

14.Alat Spektrofotometer UV-Vis ………. 60

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Penentuan PH ……….. 34

2. Data Penentuan Viskositas ………... 35

3. Data Pengamatan Stabilitas Sediaan ……… 38

4. Data Pengukuran Serapan Sediaan ……….. 39

5. Contoh Perhitungan Nilai SPF ………. 41

6. Perhitungan Statistik Metode ANOVA ……… 43

7. Data Perhitungan ANOVA ……… 45

8. Hasil Perhitungan ANOVA ……….. 47

9. Hasil Uji Beda Rata-Rata ………. 48

10.Grafik Hasil Pengamatan Serapan Sediaan Tabir Surya ……….. 50

11.Data Sertifikat Zat Aktif ……….. 53

12.Gambar Sediaan Tabir Surya ………... 58

13.Gambar Alat yang Digunakan ………. 60

(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan uji pengaruh penambahan asam laktat terhadap efektifitas sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktil metoksisinamat dalam basis vanishing cream. Krim terdiri dari 4 formula yaitu Formula I sebagai formula tanpa penambahan asam laktat, Formula II sebagai formula dengan penambahan asam laktat 4 %, Formula III sebagai formula dengan penambahan asam laktat 6 %, dan Formula IV sebagai formula dengan penambahan asam laktat 8 %.

Hasil pengamatan mutu fisik masing-masing formula secara organoleptis memberikan hasil yang relatif sama yaitu sediaan berbentuk krim minyak dalam air, berwarna putih, tidak berbau, lembut, dan stabil dalam penyimpanan. Hasil penentuan pH sediaan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan maka pH sediaan akan semakin menurun. Begitu juga dengan penentuan viskositas sediaan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan maka viskositas sediaan akan semakin menurun.

(13)

ABSTRACT

Have test influence of addition of lactic acid to sunscreen efektifity with combination of oksibenson and oktil metoksisinamat in bases of vanishing cream. Cream consist of 4 formula that is Formula I as formula without addition of lactic acid, Formula II as formula with addition of lactic acid 4 %, Formula III as formula with addition of lactic acid 6 %, and Formula IV as formula with addition of lactic acid 8 %.

The result of perception physical quality of each formula by organoleptis give result which is relative same that the formula in form of oil cream in water, white chromatic, odourless, soft, and stabilize in storage. The result of determination of pH indicate that more high concentration of enhanced lactic acid so pH will be downhill progressively. Also with determination of viscosity indicate that more high concentration of enhanced lactic acid so viscosity will be downhill progressively.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Penelitian

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dalam lingkungan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

Secara normal kulit memiliki perlindungan alami terhadap sengatan sinar matahari yang merugikan dengan penebalan stratum korneum, pengeluaran keringat, dan pigmentasi kulit. Radiasi sinar matahari dapat menambah mitosis sel epidermis yang menyebabkan penebalan stratum korneum. Sedangkan pigmentasi terjadi karena migrasi granul-granul melanin dari sel basal kulit ke stratum korneum di permukaan kulit. Jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari. Karena keterbatasan kulit untuk melawan efek negatif tersebut, maka diperlukan perlindungan buatan, baik perlindungan fisik misalnya penggunaan jaket, topi lebar atau payung, maupun perlindungan kimia misalnya penggunaan tabir surya dalam sediaan kosmetik (Ditjen POM, 1985).

Bahan aktif tabir surya bekerja dengan dua mekanisme yaitu penghambat fisik (physical blocker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3, MgO, dan

(15)

bensofenon antara lain oksibenson, dibensoilmetan, serta anti UV B yaitu turunan salisilat, turunan para amino benzoic acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil parametoksisinamat) dan lain-lain (Purwanti dkk., 2005). Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antara tabir surya kimia dan tabir surya fisik, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor proteksi sinar (Sun Protecting Factor / SPF). Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100 (Wasitaatmadja, 1997).

AHA (Alpha Hydroxy Acid) merupakan asam alamiah yang terdapat dalam tumbuhan tertentu. Asam ini sering digunakan dalam sediaan tabir surya. Kelebihannya adalah karena mempunyai molekul yang kecil sehingga dapat dengan mudak masuk ke lapisan luar (tanduk) kulit dan mencapai lapisan dalam (dermis). Asam ini melarutkan lapisan yang menahan kulit mati, mempercepat pergantian sel, mengelupaskan dengan halus permukaan kulit yang kasar dan kusam, serta mempunyai daya melembabkan. Yang termasuk golongan AHA ini adalah baham-bahan asam glikolat (tebu), asam laktat (asam susu), asam malat (apel), asam tartrat (anggur) serta asam sitrat (jeruk-jerukan) (Anonim, 2001).

(16)

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan asam glikolat pada sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktimetoksisinamat. Berdasarkan acuan tersebut, peneliti melakukan penelitian terhadap sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat dengan penambahan asam laktat.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai pengaruh penambahan asam laktat terhadap peningkatan nilai SPF.

1.2.Perumusan Masalah

Apakah asam laktat yang digunakan dalam penelitian ini dapat meningkatkan nilai SPF sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream.

1.3.Hipotesis

Asam laktat dapat meningkatkan nilai SPF sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream.

1.4.Tujuan Penelitian

(17)

1.5.Manfaat Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan asam laktat yang dapat meningkatkan nilai SPF pada sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat dalam basis vanishing cream.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kulit sebagai lapisan pembungkus tubuh senantiasa mengalami pengaruh lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi dan mekanisme kulit tidak saja harus menghilangkan pengaruh panas matahari, tetapi juga harus dapat mengatasi pengaruh bagian sinar matahari (Rostamailis, 2005).

Penyinaran matahari mempunyai 2 efek, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, tergantung dari frekwensi dan lamanya sinar matahari mengenai kulit, intensitas sinar matahari serta sensitifitas seseorang (Ditjen POM, 1985).

Efek Yang Bermanfaat

Penyinaran matahari yang sedang, secara psikologi dan fisiologi menimbulkan rasa nyaman dan sehat. Dapat merangsang peredaran darah, serta meningkatkan pembentukan hemoglobin. Sinar matahari dapat mencegah atau megobati penyakit ritketsia karena 7-dehidrokolesterol (provitamin D3) yang

terdapat pada epidermis dan diaktifkan menjadi vitamin D3 (Diten POM, 1985).

(19)

tebal sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung tubuh alami terhadap sengatan matahari selanjutnya (Ditjen POM, 1985).

Efek Yang Merugikan

Penyinaran matahari mempunyai efek yang merugikan. Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan kerusakan epidermis sementara, gejalanya biasanya disebut sengatan surya. Sinar matahari menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang nyeri pada kasus yang lebih parah. Penyinaran yang lama akan menyebabkan perubahan degeneratif pada jaringan pengikat dalam korium. Keadaan tersebut menyebabkan kulit akan menebal, kehilangan kekenyalan sehingga kulit kelihatan keriput, ini disebabkan karena kulit kehilangan kapasitas ikat-air (Ditjen POM, 1985).

(20)

menghilang dalam beberapa hari tanpa menimbulkan warna kecoklatan (Ditjen POM, 1985).

Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian :

1. Ultraviolet A (UV A) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 400 – 315 nm dengan efektivitas tetinggi pada 340 nm, dapat menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan kemerahan dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan atas.

2. Ultraviolet B (UV B) yaitu sinar dengan panjang gelombang antara 315 – 280 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6 nm, merupakan daerah eritemogenik, dapat menimbulkan sengatan surya dan terjadi reaksi pembentukan melanin awal.

3. Ultraviolet C (UV C) yaitu sinar dengan panjang gelombang di bawah 280 nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer (Ditjen POM, 1985).

Secara alami kulit sudah berusaha melindungi dirinya beserta organ-organ di bawahnya dari bahaya sinar UV matahari, antara lain dengan membentuk butir-butir pigmen kulit (melanin) yang sedikit banyak memantulkan kembali sinar matahari. Jika kulit terpapar sinar matahari, misalnya ketika seseorang brjemur, maka timbul dua tipe reaksi melanin :

(21)

Jika pembentukan tambahan melanin itu berlebihan dan terus menerus, noda hitam pada kulit dapat terjadi. Ada dua cara perlindungan kulit, yaitu :

1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan panjang, celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan kimia yang melindungi kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya Titan dioksida, Zinc oksida, kaolin, kalsium karbonat, magnesium karbonat, talkum, silisium dioksida dan bahan-bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak (foundation) atau bedak.

2. Pelindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia (Tranggono. 2007). Faktor perlindungan kulit secara alami terhadap sengatan surya ialah dengan penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit. Pada percobaan perlindungan kulit menunjukkan adanya kecepatan mitotik setelah penyinaran dari sel epidermis yang menyebabkan penebalan stratum korneum dalam waktu 4 – 7 hari, sehingga dapat menahan penyinaran yang menyebabkan eritema (Ditjen POM, 1985).

Perlindungan terhadap sengatan surya juga disebabkan melanin yang terbentuk dalam sel basal kulit setelah penyinaran ultraviolet B akan berpindah ke stratum korneum di permukaan kulit, kemudian teroksidasi oleh sinar ultraviolet A. jika kulit mengelupas, butir melanin akan lepas, sehingga kulit kehilangan pelindung terhadap sinar matahari (Ditjen POM, 1985).

(22)

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara emisi gelombang ultraviolet dan inframerah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya mahatari (Ditjen POM, 1985).

Perlu dilakukan pengkajian formulasi sediaan tabir surya terhadap efesiensi sebagai tabir surya. Pengujian daya absorpsi secara spektrofotometri terhadap kadar, kepekatan larutan, dan panjang gelombang. Untuk mengetahui efektivitas bahan tabir surya dilakukan pengujian menggunakan spektrofotometri (Ditjen POM, 1985).

Bahan aktif tabir surya bekerja dengan dua mekanisme yaitu penghambatan fisik (physical bloker), antara lain TiO2, ZnO, kaolin, CaCO3, MgO, dan penyerap kimia (chemical absorber) meliputi anti UV A misalnya turunan benzophenon antara lain oksibenson, dibenzoilmetan, serta anti UV B yaitu turunan salisilat, turunan para amoni benzoic acid (PABA) misalnya oktil dimetil PABA, turunan sinamat (sinoksat, etil heksil parametoksisinamat) dan lain-lain (Purwanti dkk, 2005).

Untuk mengoptimalkan kemampuan dari tabir surya sering dilakukan kombinasi antar tabir surya fisik dan tabir surya kimia, bahkan ada yang menggunakan beberapa macam tabir surya dalam satu sediaan kosmetika (Wasitaatmadja, 1997).

(23)

minimal yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi oleh tabir surya dengan yang tidak. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100 (Wasitaatmadja, 1997). Sediaan tabir surya dikatakan dapat memberikan perlindungan apabila memiliki nilai SPF 2 – 8 (Shaat, 1990).

Pathak membagi tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut : 1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat, antranilat.

2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat, bensofenon. 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivate PABA. 4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.

5. Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non-PABA dan fisik. (Wasitaatmadja, 1997)

(24)

Faktor protektif terhadap sinar (SPF) menunjukkan kelipatan peningkatan toleransi terhadap kontak dengan sinar matahari dengan penggunaan produk ini tanpa menimbulkan eritema. Dengan perkataan lain, SPF 8 akan mengizinkan orang yang biasa menderita eritema setelah berkontak 20 menit untuk bertahan 160 menit terhadap sinar matahari (Landow K., 1984).

Tabir surya dapat dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, misalnya bentuk larutan air atau alkohol, emulsi, krim, dan semi padat, yang merupakan sediaan lipid non-air, gel, dan aerosol (Ditjen POM, 1985).

Syarat-syarat bagi preparat kosmetik tabir surya yaitu : 1. Enak dan mudah dipakai.

2. Jumlah yang menempel mencukupi kebutuhan. 3. bahan aktif dan bahan dasar mudah bercampur.

4. Bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembaban kulit. Syarat-syarat bahan aktif untuk preparat tabir surya yaitu :

1. Efektif menyerap radiasi UV B tanpa perubahan kimiawi, karena jika tidak demikian akan mengurangi efesiensi, bahkan menjadi toksik atau menimbulkan iritasi.

2. Meneruskan UV A untuk mendapatkan tanning.

3. Stabil, yaitu tahan keringat dan tidak menguap.

4. Mempunyai daya larut yang cukup untuk mempermudah formulasinya. 5. Tidak berbau atau boleh berbau ringan.

(25)

Bentuk-bentuk preparat susnscreen dapat berupa : 1. Preparat anhydrous

2. Emulsi (m/a, a/m) 3. Preparat tanpa lemak

(Tranggono, 2007) Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak di dalam air, dan dikenal sebagai “Krim”. Basis vanishing cream termasuk dalam golongan ini (Lachman, 1994). Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena memiliki keuntungan yaitu setelah pemakaian tidak menimbulkan bekas, memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik (Ansel, 1985). Vanishing cream mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis (Ansel, 1989). Humektan (gliserin, propylenglikol, sorbitol 70%) sering ditambahkan pada

vanishing cream dan emulsi m/a untuk mengurangi penguapan air dari

permukaan basis (Banker, 1792).

(26)

sehat akan terhalangi secara sempurna dalam waktu singkat dan pH lingkungan kulit akan tercapai kembali atau bahkan lebih rendah lagi (Voigt, 1995).

Hilangnya krim ini dari kulit atau pakaian dipermudah oleh emulsi minyak di dalam air yang terkandung di dalamnya. Krim dapat digunakan pada kulit dengan luka yang basah, karena bahan pembawa minyak di dalam air cenderung untung menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut. Basis yang dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis semipermiabel, setelah air menguap pada tempat yang digunakan (Lachman, 1994).

Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika : (a) fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan, (b) jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke dasar emulsi tersebut akan mebentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam, dan (c) jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel, 1989). Emulsi dikatakan pecah jika partikel halus yang terdispersi secara spontan bersatu membentuk partikel yang lebih besar atau berkoalesensi, dan akhirnya terpisah menjadi 2 fase (Ditjen POM, 1985).

(27)

bahan alami seperti buah-buahan, sari tebu, susu dan sebagainya yang mengandung asam. Sejauh ini dikenal lima jenis AHA, yaitu glycolic (asam glikolat), lactic (asam laktat), citric (asam sitrat) serta malic dan tartaric

(Anonim, 2001).

AHA sering disebut sebagai zat anti-penuaan dan mampu mengelupas kulit mati tanpa digosok, mengurangi keriput, dan membuat kulit lebih segar. Zat ini juga melembabkan kulit di bawahnya dan merangsang terbentuknya sel-sel baru (Indarti, 2005). AHA berkerja dengan cara meluruhkan (mengelupaskan) lapisan paling luar pada kulit yang terdiri dari tumpukan sel-sel kulit mati. Hal ini dikenal dengan istilah proses eksfoliasi. Efek dari proses ini adalah terlihat lebih segar dan kenyal. Selain itu, hilangnya tumpukkan sel kulit mati ini mengakibatkan berkurangnya penyumbatan pada pori-pori kulit, sehingga memperkecil timbulnya jerawat serta memudahkan tersebrapnya bahanperawatan kulit lainnya. Manfaat lain adalah meningkatkan tampilan tekstur kulit sehingga kulit tampak lebih haluys (yang disebabkan karena bahan AHA ini mempercepat terjadinya peluruhan sel kulit mati yang terjadi secara alami). Juga penggunaan produk AHA membuat kulit wajah tampak lebih cerah (Anonim, 2001).

Jika kulit banyak terkena sinar matahari, maka penggunaan AHA dapat secara perlahan-lahan menghilangkan sebagian tanda dari kerusakan kulit tersebut, sehingga yang terlihat adalah warna kulit lebih rata karena menipisnya bercak-bercak noda kulit akibat sengatan matahari tersebut (Anonim, 2001).

(28)

gatal dan raa panas pada kulit setelah menggunakan produk AHA. Hal ini terjadi pada umumnya orang yang memang peka atau alergi terhadap bahan AHA (Anonim, 2001).

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, lumpang dan alu, aluminium foil, neraca kasar (Ohaus), penangas air, neraca listrik, spektrofotometer UV-Vis mini 1240 (Shimadzu), pH meter (Hanna Instrument), viskosimeter bola jatuh Haake 597.

2.2. Bahan-Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya oksibenson (Bronson and Jacobs), oktilmetoksisinamat (Bronson and Jacobs), asam laktat (E-Merk), asam stearat (E-(E-Merk), stearil alkohol (E-(E-Merk), tween 80 (E-(E-Merk), metil paraben (E-Merk), propil paraben (E-Merk), larutan sorbitol 70% (E-Merk), isopropanol p.a (E-Merk), aquadest.

2.3. Pembuatan Formula Sediaan 2.3.1. Pembuatan Dasar Krim Formula Dasar Krim :

Asam stearat 14 % Setil alkohol 2 %

Tween 80 4,5 %

(30)

Laruran sorbitol (70 %) 3 % Metil paraben 0,1 % Profil paraben 0,05 %

Air ad 100 %

Cara pembuatan : asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan dilebur di atas penangas air (campuran I). Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dengan aquadest yang telah dipanaskan di dalam gelas beaker dan setelah larut, ditambahkan tween 80 dan span 80 (campuran II). Kedalam lumpang hangat, dimasukkan campuran I, gerus, setelah itu ditambahkan campuran II dan digerus kembali. Kemudian ditambahkan larutan sorbitol 70 %, digerus sampai terbentuk dasar krim.

2.3.2. Pembuatan Formula I Formula I :

Oksibenzon 4 %

Oktilmetoksisinamat 8 %

Dasar krim ad 100 %

(31)

2.3.3. Pembuatan Formula II Formula II :

Oksibenzon 4 %

Oktilmetoksisinamat 8 %

Asam Laktat 4 %

Dasar krim ad 100 %

Cara pembuatan : ke dalam lumpang dimasukkan oksibenson dan digerus hingga halus lalu ditambahkan sedikit dasar krim, digerus kembali. Setelah itu ditambahkan sisa dasar krim dan digerus homogen. Kemudian ditambahkan oktilmetoksisinamat dan asam laktat. Digerus hingga homogen dan dimasukkan ke dalam wadah.

2.3.4. Pembuatan Formula III Formula III :

Oksibenzon 4 %

Oktilmetoksisinamat 8 %

Asam Laktat 6 %

Dasar krim ad 100 %

(32)

2.3.5. Pembuatan Formula IV Formula IV :

Oksibenzon 4 %

Oktilmetoksisinamat 8 %

Asam Laktat 8 %

Dasar krim ad 100 %

Cara pembuatan : Sama seperti pada point 2.3.3.

2.4. Penentuan Mutu Fisik Sediaan Penentuan fisik sediaan meliputi : 2.4.1. Penentuan secara Organoleptis

Penentuan fisik sediaan secara organoleptis antara lain : bentuk, warna, bau, dan tekstur sediaan.

2.4.2. Penentuan pH Sediaan

(33)

meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2002). Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali untuk masing-masing formula.

(Data dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 34)

2.4.3. Penentuan Viskositas Sediaan

Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskosimeter bolah jatuh yaitu Sediaan dan bola ditaruh dalam tabung gelas dalam. Tabung dan jacket kemudian dibalik, yang dengan demikian posisi bola berada di puncak tabung gelas dalam. Waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh diantara dua tanda diukur dengan teliti. Dihitung nilai viskositasnya (Moechtar, 1989). Dilakukan perlakukan yang sama sebanyak 3 kali untuk masing-masing formula.

(Data dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 35)

2.5. Pengamatan Stabilitas Sediaan

(34)

2.6. Penentuan Tipe Emulsi

Penentuan tipe emulsi dengan metode warna yaitu ke dalam objek gelas diletakkan sedikit sediaan, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan bahan pewarna dalam air (metilen biru). Jika seluruh emulsi berwarna seragam dan larut sewaktu diaduk maka emulsi yang diuji berjenis m/a, oleh karena air adalah fase luar (Voigt, 1994, Depkes RI., 1985).

2.7. Penentuan Homogenitas Sediaan

Sampel dioleskan pada ojek gelas secara merata, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Diamati secara visual homogenitas sediaan.

2.8. Penentuan Efektivitas Sediaan

Penentuan efektivitas sediaan dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam isopropanol dengan konsentrasi 40 ppm. Diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada rentang panjang gelombang 290 nm sampai pada panjang gelombang yang memberikan serapan minimal 0,05. Luas area dibawah kurva dihitung dari penjumlahan serapan pada λn dan serapan pada λn+1 dibagi 2

kemudian dikalikan dengan pengurangan pada λn+1 dan pada λn. Setelah itu

dihitung nilai log SPF dengan cara membagi jumlah seluruh luas area dibawah kurva dengan selisih λmax dan λmin lalu dikalikan dua. Selanjutnya nilai log SPF

diubah menjadi nilai SPF (Petro, 1981). Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 6 kali untuk masing-masing formula.

(35)

2.9. Analisa Data

Untuk mengetahui adanya perbedaan nilai SPF yang bermakna antar formula dilakukan uji statistik menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) dengan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) dengan taraf tingkat kepercayaan 95 %, dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna dari masing-masing formula dilakukan uji HSD (Honestly Significant Difference).

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penentuan Mutu Fisik

Hasil penentuan mutu fisik setiap formula, dimana Formula I merupakan formula dengan zat aktif oksibenson 4 % dan oktilmetoksisinamat 8 % tanpa penambahan asam laktat, Formula II dengan penambahan asam laktat 4 %, Formula III dengan penambahan asam laktat 6 % dan Formula IV dengan penambahan asam laktat 8 % berupa pengamatan organoleptis, penentuan pH sediaan dan penentuan viskositas sediaan.

Hasil pengamatan organoleptis meliputi bentuk, warna, bau dan tekstur dimana keempat formula tersebut memberikan hasil yang relatif sama. Sediaan berbentuk krim minyak dalam air, berwarna putih, tidak berbau dan bila dioleskan pada kulit terasa lembut dan setelah pengolesan tidak menimbulkan bekas.

Hasil penentuan pH sediaan dari masing-masing Formula yaitu : Formula I sebesar 5,37, Formula II sebesar 4,83, Formula III sebesar 4,43 dan Formula IV sebesar 4,03. Dari data diatas dapat dilihat bahwa pH sediaan berkisar antara 4,03-5,37, tidak berbeda jauh dengan pH kulit yaitu antara 4,0-6,8. Pada pemeriksaan pH terlihat adanya penurunan pH seiring dengan semakin meningkatnya kadar asam laktat dalam sediaan, hal ini merupakan hal yang wajar karena asam laktat yang bersifat asam akan sangat mempengaruhi pH sediaan.

(37)

Formula IV adalah 137,436 P. Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi kadar asam laktat yang ditambahkan dalam sediaan maka viskositasnya semakin rendah. Hal ini terlihat juga dari teksturnya yaitu semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan maka semakin encer sediaan tersebut. Jadi, dari keempat formula tersebut, Formula IV merupakan formula yang paling encer dibandingkan 3 formula lainnya. Perbedaan viskositas akan berakibat pada perbedaan kemudahan penyebaran sediaan krim saat digunakan. Makin rendah viskositas sediaan krim makin mudah penyebarannya; sebaliknya makin tinggi viskositas sediaan krim makin sulit penyebarannya. Namun viskositas yang sangat rendah tidak diinginkan, karena sediaan akan semakin encer dan bukan merupakan bentuk vanishing cream lagi melainkan bentuk lotion. Hasil penentuan mutu fisik Formula I, II, III, dan IV dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penentuan Mutu Fisik Sediaan Tabir Surya Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV

MUTU FISIK JENIS FORMULA

(38)

4.2. Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan

Hasil pengamatan stabilitas sediaan menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 12 minggu memberikan hasil yang baik, dapat dilihat pada Tabel 2. Pengujian stabilitas sediaan menunjukkan bahwa pada formula I, II, III dan IV tidak mengalami perubahan warna, bau, dan juga pemisahan fase. Menurut ansel (1989) suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik, apabila pada penyimpanan terjadi “up ward creaming” yaitu pembentukkan massa krim ke atas yang disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih kecil dari pada berat jenis fase pendispersi, sebaliknya “down ward creaming” yaitu pembentukkan massa krim ke bawah, hal ini disebabkan berat jenis fase terdispersi lebih besar dari pada berat jenis fase pendispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu bahan antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan penambahan antimikroba, yang banyak digunakan adalah kombinasi nipagin dan nipasol.

(39)

Keterangan :

x : Perubahan warna y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi - : Tidak terjadi

4.3. Hasil Penentuan Tipe Emulsi

Hasil penentuan tipe emulsi dapat dilihat pada Tabel 3. Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan metode warna dengan penambahan metilen biru pada sediaan maka diperoleh emulsi yang tersebar merata dan berwarna seragam untuk semua formula dan dapat disimpulkan bahwa semua formula tersebut berjenis m/a.

Tabel 3. Data Penentuan Tipe Emulsi

No. Formula Penambahan Metilen Biru Tipe Emulsi 1. I Emulsi tersebar merata dan berwarna seragam m/a 2. II Emulsi tersebar merata dan berwarna seragam m/a 3. III Emulsi tersebar merata dan berwarna seragam m/a 4. IV Emulsi tersebar merata dan berwarna seragam m/a

4.4. Hasil Penentuan Homogenitas Sediaan

(40)

4.5. Hasil Penentuan Efektivitas Sediaan

Hasil penentuan efektivitas sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF, diperoleh nilai SPF rata-rata Formula I adalah 5,838, nilai SPF rata-rata Formula II adalah 6,6181, nilai SPF rata Formula III adalah 8,4019 dan nilai SPF rata-rata Formula IV adalah 9,2823. Dari data diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi asam laktat yang ditambahkan maka nilai SPF dari sediaan semakin besar. Pada Gambar 1 juga terlihat bahwa luas area Formula I, II, III, dan IV mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penambahan asam laktat pada sediaan tabir surya tersebut dapat meningkat nilai SPF.

Pada penelitian ini digunakan konsentrasi asam laktat mulai dari 4, 6, dan 8 %. Penggunaan AHA (Alpha Hydroxyl Acid) seperti asam laktat dapat digunakan sebagai kosmetik mulai dari konsentrasi 4 % sampai 20% atau lebih (Anonim, 2002). Pada penelitian ini digunakan konsentrasi mulai dari yang terendah yaitu 4 % sampai konsentrasi 8 % karena setelah dilakukan orientasi pada konsentrasi diatas 8 % diperoleh pH yang sangat asam ( < 4 ) dan hal ini dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Tabel 4. Hasil Nilai SPF Sediaan Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV

REPLIKASI JENIS FORMULA

(41)

Rata-Rata 5,838 6,6181 8,4019 9,2823

Gambar 1. Grafik Hasil Pengamatan Serapan Sediaan Tabir Surya

Pembagian kategori tingkat kemampuan tabir surya menurut Wasitaatmadja (1997) sebagai berikut : nilai SPF antara 2-4 disebut kategori tingkat minimal, nilai SPF antara 4-6 disebut kategori tinggat sedang, nilai SPF antara 6-8 disebut kategori tingkat ekstra, nilai SPF antara 8-15 disebut kategori tingkat maksimal, dan nilai SPF lebih dari 15 disebut kategori tingkat ultra. Berdasarkan data yang diperoleh, maka kategori tingkat kemampuan tabir surya untuk Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV dapat dilihat pada Tabel 5.

290 300 310 320 330 340 350 360

Panjang Gelombang

(42)

Tabel 5. Kategori Tingkat Kemampuan Tabir Surya Formula I, Formula II, Formula II, dan Formula IV.

Formula Nilai SPF Rata-Rata Kategori Tingkat Kemampuan I

Dari Tabel 5 terlihat bahwa Formula I dengan tingkat kemampuan sedang, Formula II dengan tingkat kemampuan ekstra serta formula III dan Formula IV dengan tingkat kemampuan maksimal.

4.6. Hasil Analisa Data

Berdasarkan hasil analisis statistik ANOVA One-Way dengan P = 0,05 terhadap SPF Formula I, II, III, dan IV diperoleh Fhitung = 74,345 lebih besar dari

Ftabel = 3,10, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna

antara nilai SPF dari Formula I, II, III, dan IV. Untuk mengetahui formula mana yang berbeda secara bermakna, maka dilakukan uji HSD yaitu dengan membandingkan selisih harga rata-rata nilai SPF antar formula dengan nilai HSD hasil perhitungan. Apabila selisih harga rata-rata nilai SPF antar formula lebih besar dari nilai HSD berarti antar formula ada pebedaan bermakna, sebaliknya apabila selisih harga rata-rata nilai SPF antar formula lebih kecil dari nilai HSD berarti antar formula tidak ada perbedaan bermakna. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga HSD = ± 0,5275. Pada Tabel 6 dapat dilihat selisih harga SPF

(43)

Formula III dan IV terhadap harga SPF rata-rata Formula II > harga HSD, berarti nilai SPF Formula III dan IV berbeda secara bermakna dengan nilai SPF Formula II. Begitu juga dengan selisih harga SPF rata-rata Formula III terhadap harga SPF rata-rata Formula IV > harga HSD, berarti nilai SPF Formula III berbeda secara bermakna dengan nilai SPF rata-rata Formula IV.

Tabel 6. Selisih Nilai SPF Rata-Rata antar Formula

Formula I Formula II Formula III Formula IV Formula I

Formula II Formula III Formula IV

- 0,7801

-

2,5639 1,788

-

3,443 2,6642 0,8804

(44)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Asam laktat dapat digunakan sebagai sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktil metoksisinamat dalam basis vanishing cream dengan konsentrasi 4% - 8%. Sediaan berupa emulsi minyak dalam air, memiliki pH antara 4,03 – 5,37, viskositas antara 137,426 P – 170,477 P, stabil pada penyimpanan selama 12 minggu serta homogen.

Penambahan asam laktat pada sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktil metoksisinamat dalam basis vanishing cream dapat meningkatkan nilai SPF, dengan nilai SPF yaitu Formula I (tanpa penambahan asam laktat) sebesar 5,538, Formula II (dengan penambahan asam laktat 4%) sebesar 6,6181, Formula III (dengan penambahan asam laktat 6%) sebesar 8,4019 dan Formula IV (dengan penambahan asam laktat 8%) sebesar 9,2823.

4.2. Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2001),

http://cyberwoman.cbn.net.id/cbprrtl/Cyberwoman/detail.aspx?x=Beauty&y =Cyberwoman%7CO%7CO%7C11%7C92.

Anonim, (2002), http://vm.cfsan.fda.gov/~dms/cos-aha.html

Ansel, H.C., (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, Hal. 387-389.

Ditjen POM., (1985), Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Hal. 339 – 225.

Indarti, J., (2005), Panduan Kesehatan Wanita, Penerbit Puspa Swara, Jarakta, Hal. 80 – 81.

Lachman, L., Lieberman, H., Kanig, J.L., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Penerbit UI-Press, Jakarta, Hal. 1117-1118.

Landow, K., (1984), Kapita Selekta : Terapi dermatologic, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta, 222 – 223.

Moechtar, (1989), Farmasi Fisik : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi, Gadjah Mada University Press, Hal. 198.

Petro A.J., (1981), Correlation of Spectrophotometric Data With Sunscreen Protection Factors, International Journal of Cosmetic Science, p. 185-196. Purwanti, T., dkk., (2005), Penentuan Komposisi Optimal Bahan Tabir Surya

(46)

Rawlins, E.A., (2003), Bentleys of Pharmaceutics, 18 ed, Baillierre Tindall, London, p. 22,35.

Rostamailis, (2005), Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikan & Berbusana yang Serasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 43 – 45.

Soerartri, W. Dan Tristiana E., (2004), peningkatan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Kombinasi Tabir Surya Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat oleh Asam Glikolat, Majalah Farmasi Airlangga, Agustus, Vol. 4 No. 2.

Tranggono, R.I., (2007), Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Kosmetik, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hal.81 – 83.

Wasitaatmadja, S.M., (1997), Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit UI-Press, Jakarta, Hal. 3,199 – 120.

(47)

Lampiran 1 Data Penentuan pH

Tabel 7. Data Hasil Penentuan pH Sediaan

(48)

Lampiran 2

Data Penentuan Viskositas

a. Data Penentuan Viskositas Sediaan

Tabel 8. Data Hasil Penentuan Viskositas sediaan

Pengulangan Jenis Formula

I II III IV

b. Perhitungan Viskositas Sediaan

Data Viskositas untuk Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV

Spesifikasi Jenis Formula

I II III IV k : Konstanta viskosimeter

ρk : Berat jenis bola (gr/ml) = 16,321 gr/ml ρF : Berat jenis Sediaan Krim (gr/ml) t : waktu (sekon)

r : Jari-jari bola (m) = 0,0075 m

(49)

l : Panjang antara 2 tanda (m) = 0,10 m

g : Percepatan grafitasi bumi (10 m/s2) = 10 m/s2

FORMULA I ρF1 = gram/ml

= 8,865 / 10 = 0,8865 gr/ml η1 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,8865) 8862

= 170,00 P

η2 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,8865) 8905

= 170,803 P

η3 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,8865) 8896

= 170,630 P

η = (η1 + η2 + η3) / 3

= (170,00 + 170,803 + 170,630) / 3 = 170,477 P

FORMULA II

ρF1 = 8,211 / 10 = 0,8211 gr/ml

η1 = 1,25 . 10-3 (16.231-0,8211) 7650

= 147,357 P

η2 = 1,25 . 10-3 (16,231- 0,8211) 7696

= 148,243 P

η3 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,8211) 7701

(50)

η = (147,357 + 148,243 + 149,753) / 3

= 148,455 P FORMULA III

ρF1 = 7,426/10 = 0,7426 gr/ml

η1 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,7426) 7345

= 142,202 P

η2 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,7426) 7364

= 142,570 P

η3 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,7426) 7390

= 143,074 P

η = (142,202 + 142,570 + 142,074) / 3

= 142,615 P FORMULA IV

ρF1 = 7,2742 / 10 = 0,72742 gr/ml

η1 = 1,25 . 10-3 (16,231-0,72742) 7097

= 137,536 P

η2 = 1,25 . 10-3 (16.231-0,72742) 7077

= 137,148 P

η3 = 1,25 . 10-3 (16.231-0,72742) 7100

= 137,594 P

η = (137,536 + 137,148 + 137,594) / 3

(51)

Lampiran 3

Data Pengamatan Stabilitas Sediaan

Tabel 9. Hasil Data Pengamatan Stabilitas Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV.

No. Formula

Pengamatan Sediaan

4 Minggu 8 Minggu 12 Minggu

x y z X y z x y z

1 I - - - - - - - - -

2 II - - - - - - - - -

3 III - - - - - - - - -

4 IV - - - - - - - - -

Keterangan :

(52)

Lampiran 4

Data Pengukuran Serapan Sediaan

Tabel 10. Data Hasil Pengukuran Serapan Formula I

Pengulangan λ (nm)

Tabel 11. Data Hasil Pengukuran Serapan Formula II

(53)

Lampiran 4 (Lanjutan) Tabel 12 Data Hasil Pengukuran Serapan Formula III

Pengulangan λ (nm)

Tabel 13. Data Hasil Pengukuran Serapan Formula IV

(54)

Lampiran 5

Contoh Perhitungan Nilai SPF

Tabel 14. Contoh Data Formula I

(55)

Lampiran 5 (Lanjutan) L4 = 0,4660 + 0,2913 x (330 – 320) = 3,7865

2

L5 = 0,2913 + 0,1437 x (340 – 330) = 2,1750

2

L6 = 0,1437 + 0,0579 x (350 – 340) = 1,008

2

AUC = L1 + L2 + L3 + L4 + L5

= 5,5715 + 5,5180 + 5,0790 + 3,7865 + 2,1750 + 1,008 = 23,138

Log SPF = 23,138 x 2 (350 – 290) = 0,7713

SPF = Arc. 0,7713 = 5,905

(56)

Lampiran 6

Perhitungan Statistik Metode ANOVA

Tabel 15. Rancang Acak Lengkap

Ulangan (r) Perlakuan (t)

I II III IV

1 I1 II1 III1 IV1

2 I2 II2 III2 IV2

3 I3 II3 III3 IV3

4 I4 II4 III4 IV4

5 I5 II5 III5 IV5

6 I6 II6 III6 IV6

Jumlah (TA) ΣI ΣII ΣIII ΣIV

(57)

Lampiran 6 (Lanjutan)

Tabel 16. ANOVA

Sumber Variasi Df SS MS Fhitung Ftabel

Perlakuan t – 1 SST MST MST

MSE

F0,05;(t-1);(n-t)

Error Percobaan n – t SSE MSE

Total SSY

Keterangan :

SST = Treatment of Squares atau Jumlah Kuadrat Perlakuan

SSE = Error Sum of Squares atau Jumlah Kuadrat Error

SSY = Jumlah Kuadrat Total

df = Degree of Fredom atau Tingkat Kebebasan t = Perlakuan

n = Jumlah Subjek dalam percobaan

MS = Mean Squares

MST = SST / t-1

(58)

Lampiran 7

Data Perhitungan ANOVA

Table 17. Nilai SPF untuk Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV

SST =

= 1411,870673 – 1362,670089 = 49,20058

SSE = SSY – SST

= 49,200584 – 45,145003 = 4,055581

REPLIKASI JENIS FORMULA

(59)

Lampiran 7 (Lanjutan)

(60)

Lampiran 8

Hasil Perhitungan ANOVA

Descriptives

SPF

6 5,838000 ,4578551 ,1869185 5,357511 6,318489 5,2475 6,5220 6 6,618133 ,1854032 ,0756905 6,423565 6,812702 6,4348 6,8992 6 8,401983 ,3772806 ,1540242 8,006052 8,797915 7,9824 8,9409 6 9,282333 ,6507117 ,2656519 8,599453 9,965213 8,6053 10,4396 24 7,535113 1,4625853 ,2985490 6,917517 8,152708 5,2475 10,4396 Formula I

Formula II Formula III Formula IV Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

SPF

45,152 3 15,051 74,345 ,000 4,049 20 ,202

(61)

Lampiran 9

Hasil Uji Beda Rata-Rata

HSD = ± f0,05;t;(n-t) / MSE/ r

-,7801333* ,2597710 ,033 -1,507216 -,053051 -2,5639833* ,2597710 ,000 -3,291066 -1,836901 -3,4443333* ,2597710 ,000 -4,171416 -2,717251

,7801333* ,2597710 ,033 ,053051 1,507216

-1,7838500* ,2597710 ,000 -2,510933 -1,056767 -2,6642000* ,2597710 ,000 -3,391283 -1,937117

2,5639833* ,2597710 ,000 1,836901 3,291066

1,7838500* ,2597710 ,000 1,056767 2,510933

-,8803500* ,2597710 ,014 -1,607433 -,153267

3,4443333* ,2597710 ,000 2,717251 4,171416

2,6642000* ,2597710 ,000 1,937117 3,391283

,8803500* ,2597710 ,014 ,153267 1,607433

(J) JENIS FORMULA

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.

(62)

Lampiran 9 (Lanjutan)

Tukey HSDa

6 5,838000

6 6,618133

6 8,401983

6 9,282333

1,000 1,000 1,000 1,000 JENIS FORMULA

Formula I Formula II Formula III Formula IV Sig.

N 1 2 3 4

Subset for alpha = .05

(63)

Lampiran 10

Grafik Hasil Pengamatan Serapan Sediaan Tabir Surya

Gambar 2. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-1

(64)

Lampiran 10 (Lanjutan)

Gambar 4. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-3

(65)

Lampiran 10 (Lanjutan)

Gambar 6. Grafik Panjang Gelombang vs Serapan pada Pengukuran ke-5

(66)

Lampiran 11 Data Sertifikat Zat Aktif

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)

Lampiran 12

Gambar Sediaan Tabir Surya

Gambar 8. Krim Formula I, II, III,dan IV

(72)

Lampiran 12 (Lanjutan)

Gambar 11. Krim Formula III Gambar 12. Krim Formula IV

(73)

Lampiran 13

Gambar Alat Yang Digunakan

1 2

Gambar 14. Alat Spektrofotometer UV-Vis Keterangan : 1. Monitor

2. Printer

(74)

Lampiran 13 (Lanjutan)

1 2

4 5 6

3

Gambar 15. Alat Viskosimeter Bola Jatuh menurut Hoeppler Keterangan : 1. Tudung Penutup

(75)

Lampiran 14

Gambar

Tabel 1. Hasil Penentuan Mutu Fisik Sediaan Tabir Surya Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV
Tabel 2. Data Pengamatan terhadap Kestabilan Sediaan pada Saat Selesai     Dibuat, Penyimpanan 4, 8, dan 12 minggu
Tabel 3. Data Penentuan Tipe Emulsi
Tabel 4. Hasil Nilai SPF Sediaan Formula I, Formula II, Formula III, dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan minyak biji anggur dapat meningkatkan efektivitas sediaan tabir surya dari oksibenzon

Oleh karena itu dalam formulasi krim tabir surya kombinasi avobenson dan oktil metoksisinamat ditambahkan ekstrak etanol daun sirsak, penambahan ekstrak ini selain

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai SPF sediaan, meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi minyak biji anggur yang ditambahkan dengan nilai SPF rata-rata dari

Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari , terutama daerah emisi gelombang ultraviolet

Oleh karena itu dalam formulasi krim tabir surya kombinasi avobenson dan oktil metoksisinamat ditambahkan ekstrak etanol daun sirsak, penambahan ekstrak ini selain

Skripsi berjudul “Optimasi Komposisi Asam Glikolat Dan Asam Malat Terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Benzophenone-3 Dan Octyl Methoxycinnamate” telah

rahmat dan hidayah serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Optimasi Tabir Surya Lemak Kakao dalam Basis Vanishing Cream dengan Humectant

Telah dilakukan penelitian tentang optimasi komposisi asam laktat dan zink oksida terhadap nilai pH dan SPF in vitro krim tabir surya yang mengandung benzophenone-3 dan