PENGARUH ASAM TARTRAT TERHADAP PENINGKATAN NILAI SPF (Sun Protecting Factor) SEDIAAN TABIR SURYA ANTI UV A DAN UV B
DALAM BASIS GEL
SKRIPSI
OLEH :
PARNA PETRUS BARITAULI SIRAIT 040804060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
BAHAN SKRIPSI
PENGARUH ASAM TARTRAT TERHADAP PENINGKATAN NILAI SPF (Sun Protecting Factor) SEDIAAN TABIR SURYA ANTI UV A DAN UV B
DALAM BASIS GEL
SKRIPSI
OLEH :
PARNA PETRUS BARITAULI SIRAIT 040804060
Diajukan Untuk melengkapai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultals Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Terpujila Tuhan pencipta alam semesta dan Maria Bunda Segala bangsa
atas Berkat dan Kasih Karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menjalani
masa perkuliahan dan penelitian hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan
skripsi ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Albert Remigius Sirait dan Ibunda Ruminta br Siallangan, Saudara/I
yang tercinta : Basauli Augustina Br. Sirait, Sr. Sabrina KSFL, Dorkas Acter
Marice Br. Sirait, Endang Putriani Br. Sirait, Roni Vanencius Sirait, Roseva
Angelina Br. Sirait yang telah sabar dan setia memberikan dukungan, doa,
semangat, dan materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Saodah M.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto M.Si., Apt., selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dari
awal penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Saodah M.Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang telah
memberikan motivasi dan bimbingan selama perkuliahan.
3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi
yang telah meyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas
Farmasi.
4. Ibu Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Dra. Djendakita Purba., M.Si, Apt., Dra.
Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku penguji yang telah memberikan kritik dan
5. Dosen-dosen di Fakultas Farmasi yang telah membimbing penulis selama
perkuliahan sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman Kantin DW Portal : Abang Muhammad Karel Abdul Ghani
S.Farm., Jay Muda Taringan S.Farm. Apt., Boy Indrawan S.Farm., Deddy R.
Hutagalung S.Farm., David E. E. Siahaan S.Farm., Apt., Jupatman M.
Nababan S.Farm., Apt., Yhady S.Farm., Apt., Jonson Sitorus S.Farma., Nobel
Hutangalung, Candra , atas kebersamaan, dukungan, semangat dan saling
berbagi satu sama lain.
7. Sahabat-sahabat stambuk 2004, khususnya Trilambok Tambunan, Vini
Syahgustiarini S.Farm., Apt., Jonerikson Simanjuntak S.Farm., Linghuat
Lumbanraja S.Farm., atas dukungan semangat dan kebersamaan selama
perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
8. Abang, kakak, dan adik-adik Fakultas Farmasi atas dukungan dan semangat
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.
Medan, Desember 2009 Penulis,
ABSTRAK
Telah dilakukan uji pengaruh penambahan asam tartrat terhadap
peningkatan nilai SPF (Sun Protecting Factor) sediaan tabir surya anti UV A dan
anti UV B dalam basis gel. Sediaan terdiri dari 4 formula yaitu : formula I sebagai
formula tanpa penambahan asam tartrat, formula II dengan asam tartrat 8 %,
formula III dengan asam tartrat 10 %, formula IV dengan asam tartrat 12 %.
Beberapa pengujian yang telah dilakukan terhadap sediaan tabir surya
antara lain : uji homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan
viskositas, penentuan tipe emulsi, penentuan nilai SPF dan uji iritasi terhadap
kulit sukarelawan.
Hasil dari pengujian diperoleh bahwa semua sediaan tabir surya yang
dibuat homogen, mempunyai stabilitas yang baik, formula I mempunyai pH
4,5667; formula II mempunyai pH 2,9000; formula III mempunyai pH 2,7000;
formula IV mempunyai pH 2,5667; viskositasnya baik dengan nilai viskositas
rata-rata untuk formula I sebesar 649,6883 P; formula II sebesar 590,3361 P;
formula III sebesar 584,9558 P dan formula IV sebesar 564,7728 P. Untuk tipe
emulsi dari sediaan menunjukkan hasil bahwa keempat sediaan tabir surya yang
dihasilkan mempunyai tipe emulsi m/a. Sementara hasil uji iritasi menunjukkan
bahwa sediaan tidak menyebabkan iritasi. Pada penentuan nilai SPF sediaan tabir
surya dari masing-masing formula adalah sebagai berikut : formula I mempunyai
nilai SPF sebesar 2,1279; formula II sebesar 3,5776; formula III sebesar 3,7646
dan formula IV sebesar 4,1458. Nilai SPF dari sediaan meningkat seiring dengan
ABSTRACT
The test of influence from increasing tartaric acid towards the SPF value
sunscreen with anti UV A dan anti UV B from basic gell. Cream consist of 4
formulation that is formula I formula without increasing tartaric acid, formula II
with tartaric acid 8 %, formula III with tartaric acid 10 %, formula IV with tartaric
acid 12%.
Various of test had been done towards the sunscreen among others :
decision of homogenity, decision of stability, decision of pH, decision of type
emulsion, decision of SPF value the sunscreen and the irritation test towards of
skin the volunteer.
Results of the testing were received by the formula of the homogeneous
sunscreen, had the good stability, the formula I had the pH 4.5667; the formula II
had the pH 2.9000; the III formula had the pH 2.7000; the IV formula had the pH
2.5667; there viscosity was good with the average value of the viscosity for the I
formula of 649.6883 P; the formula II 590.3361 P; the III formula as 584.9558 P
and the IV formula as 564.7728 P. For the type of the emulsion from the formula
showed results that the four formula of the sunscreen that was produced were to
be the type of the emulsion m/a. While results of the irritation test showed did not
cause skin coarse. In the determination the SPF value the formula of the sunscreen
from formula was as : the I formula had the SPF value of 2.1279; the formula II
value 3.5776; the III formula of 3.7646 and the IV formula value 4.1458. The SPF
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... . .. ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 3
1.3. Manfaat Penelitian ... 4
1.4. Hipotesa ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Kulit ... 5
2.2. Fungsi Kulit ... 5
2.3. Tabir Surya ... 7
2.4. AHA (Alpha Hydroxy Acids) ... 8
2.5. Gel ... 9
2.6. Proteksi Terhadap Ultraviolet ... 10
2.8. Asam Tartrat ... 12
2.9. Metil paraben ... 13
2.10. Propil Paraben ... 13
2.11. Propilenglikol... 14
BAB III. METODE PENELITIAN ... 15
3.1 Alat ... 15
3.2 Bahan ... 15
3.3. Sukarelawan ... 15
3.4. Pembuatan Formula Sediaan ... 16
3.4.1 Pembuatan Dasar Gel ... 16
3.4.2. Komposisi Formula ... 16
3.4.2.1. Cara pembuatan Formula ... 17
3.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 17
3.5.1. Uji Homogenitas ... 17
3.5.2. Pengamatan Stabilitas Metode Sentrifugasi ... 18
3.5.3. Penentuan pH Sediaan ... 18
3.5.4. Penentuan Viskositas Sediaan ... 18
3.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 18
3.7. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 19
3.8. Penentuan Nilai SPF Sediaan ... 19
3.9. Analisa Data ... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1.1.Uji Homogenitas ... 21
4.1.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan ... 21
4.1.3. Penentuan pH sediaan ... 21
4.1.4.Penentuan Viskositas Sediaan ... 21
4.2. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 22
4.3. Penentuan Nilai SPF Sediaan ... 23
4.4. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29
5.2 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman 1. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ...22 2. Data Serapan Formula Terhadap Panjang Gelombang ...23 3. Hasil Nilai SPF dari Masing-Masing Formula Tabir Surya ...25 4. Kategori Efektivitas Sediaan Tabir Surya Anti UV A dan Anti UV B dalam
Basis Gel. ...26
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran I ... 34
2. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran II ... 34
3. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran III ... 35
4. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran IV ... 35
5. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran V... 36
6. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran VI ... 36
7. Sediaan Formula Tabir Surya ... 51
8. Neraca Analitis Baeco ... 52
9. Mikroskop Elektrik ... 52
10.Sentrifus HC1120T Centrifuge ... 53
11.Spektrofotometer UV-Mini Shimadzu ... 53
12.Printer Spektrofotometer ... 54
13.Viskometer Bola Jatuh Hoppler ... 54
14.Uji Homogenitas Formula I (Tabir surya tanpa penambahan asam tartrat) . 55 15.Uji Homogenitas Formula II (Tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8%) ... 55
16.Uji Homogenitas Formula III ( Tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10% ) ... 56
17.Uji Homogenitas Formula IV (Tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12%) ... 56
18.Pengamatan pada jam pertama ... 57
20.Pengamatan pada jam ketiga ... 58
21.Pengamatan pada jam keempat ... 58
22.Pengamatan pada jam kelima ... 59
23.Tipe emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula I ... 60
24.Tipe emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula II ... 60
25.Tipe emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula III ... 61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Contoh Perhitungan NIlai SPF ... 32
2. Grafik Sediaan Tabir Surya ... 32
3. Data Penentuan Viskositas Sediaan ... 37
4. Data Penentuan Tipe Emulsi ... 42
5. Data Pengukuran Serapan sediaan ... 43
6. Data Perhitungan Anova ... 45
7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 47
8. Sertifikat Analisis Zat Aktif ... 48
9. Gambar Sediaan Tabir Surya ... 51
10. Alat Yang Digunakan ... 52
11.Gambar Uji Homogenitas Sediaan Tabir Surya ... 55
12.Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi ... 57
13.Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Tabir Surya ... 60
14.Hasil Uji Beda Rata-Rata ... 62
15.Perhitungan Statistik Metode Anova ... 63
ABSTRAK
Telah dilakukan uji pengaruh penambahan asam tartrat terhadap
peningkatan nilai SPF (Sun Protecting Factor) sediaan tabir surya anti UV A dan
anti UV B dalam basis gel. Sediaan terdiri dari 4 formula yaitu : formula I sebagai
formula tanpa penambahan asam tartrat, formula II dengan asam tartrat 8 %,
formula III dengan asam tartrat 10 %, formula IV dengan asam tartrat 12 %.
Beberapa pengujian yang telah dilakukan terhadap sediaan tabir surya
antara lain : uji homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan
viskositas, penentuan tipe emulsi, penentuan nilai SPF dan uji iritasi terhadap
kulit sukarelawan.
Hasil dari pengujian diperoleh bahwa semua sediaan tabir surya yang
dibuat homogen, mempunyai stabilitas yang baik, formula I mempunyai pH
4,5667; formula II mempunyai pH 2,9000; formula III mempunyai pH 2,7000;
formula IV mempunyai pH 2,5667; viskositasnya baik dengan nilai viskositas
rata-rata untuk formula I sebesar 649,6883 P; formula II sebesar 590,3361 P;
formula III sebesar 584,9558 P dan formula IV sebesar 564,7728 P. Untuk tipe
emulsi dari sediaan menunjukkan hasil bahwa keempat sediaan tabir surya yang
dihasilkan mempunyai tipe emulsi m/a. Sementara hasil uji iritasi menunjukkan
bahwa sediaan tidak menyebabkan iritasi. Pada penentuan nilai SPF sediaan tabir
surya dari masing-masing formula adalah sebagai berikut : formula I mempunyai
nilai SPF sebesar 2,1279; formula II sebesar 3,5776; formula III sebesar 3,7646
dan formula IV sebesar 4,1458. Nilai SPF dari sediaan meningkat seiring dengan
ABSTRACT
The test of influence from increasing tartaric acid towards the SPF value
sunscreen with anti UV A dan anti UV B from basic gell. Cream consist of 4
formulation that is formula I formula without increasing tartaric acid, formula II
with tartaric acid 8 %, formula III with tartaric acid 10 %, formula IV with tartaric
acid 12%.
Various of test had been done towards the sunscreen among others :
decision of homogenity, decision of stability, decision of pH, decision of type
emulsion, decision of SPF value the sunscreen and the irritation test towards of
skin the volunteer.
Results of the testing were received by the formula of the homogeneous
sunscreen, had the good stability, the formula I had the pH 4.5667; the formula II
had the pH 2.9000; the III formula had the pH 2.7000; the IV formula had the pH
2.5667; there viscosity was good with the average value of the viscosity for the I
formula of 649.6883 P; the formula II 590.3361 P; the III formula as 584.9558 P
and the IV formula as 564.7728 P. For the type of the emulsion from the formula
showed results that the four formula of the sunscreen that was produced were to
be the type of the emulsion m/a. While results of the irritation test showed did not
cause skin coarse. In the determination the SPF value the formula of the sunscreen
from formula was as : the I formula had the SPF value of 2.1279; the formula II
value 3.5776; the III formula of 3.7646 and the IV formula value 4.1458. The SPF
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud
membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari terutama pada daerah
emisi gelombang ultraviolet dan infra merah, sehingga dapat mencegah terjadinya
gangguan kulit karena cahaya matahari (Ditjen POM, 1985).
Ada dua macam komponen sinar ultra violet yang mencapai bumi, yaitu UV A
(320-400 nm) dan UV B (290-320 nm). UV B merupakan komponen yang
mempunyai daya rusak tinggi pada kulit, sedangkan UV A lebih condong dapat
merusak kulit dengan bantuan fotosinsitizer kimia baik alami maupun sintesis
yang terdapat pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Dua cara perlindungan kulit, yaitu :
1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju
lengan panjang, celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan kimia yang
sifatnya melindungi kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai
kulit, misalnya Titan Oksida, Zink Oksida, Kaolin, Kalsium Karbonat,
Magnesium Karbonat, Talkum, dan bahan-bahan lainnya sejenis yang
sering dimasukkan dalam dasar bedak (foundation) atau bedak.
2. Perlindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia. Ada dua
kelompok bahan kimia ini :
a. Bahan kimia yang menimbulkan dan mempercepat proses
dua jam sebelum berjemur. Bahan ini mempercepat pembentukan
melanin di permukaan kulit.
b. Bahan yang menyerap UV B tetapi meneruskan UV A ke dalam
kulit, misalnya Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan derivatnya,
Cinnamates, Anthranilates, Benzophenon, dan Digalloyl Trioleate. Tapi perlu diingat bahwa PABA dan sejumlah bahan tersebut
bersifat photoallergy, phototoxic, disamping pencoklatan kulit
(tanning) yang tidak disukai oleh orang Asia yang menyukai kulit
yang berwarna putih (Tranggono, RI & Fatma L, 2007)
Oksibenson (derivat benzophenon) banyak digunakan sebagai bahan aktif
dalam sediaan kosmetika tabir surya karena dapat menyerap sinar UV A dan UV
B, namun kemampuannya relatif rendah. Untuk meningkatkan efektivitas tabir
surya, dilakukan kombinasi dengan tabir surya lainnya, misalnya
oktilmetoksisinamat yang menyerap UV B (Soerarti, W, 2004)
Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor
proteksi sinar (Sun Protecting Faktor/SPF) yaitu perbandingan antara waktu yang
diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi oleh tabir surya
dengan yang tidak diolesi. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100, dan
kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada di atas 15 (Wasitaatmadja,
1997).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus
cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Polimer-polimer
yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam
semisintetis seperti metilselulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa dan
karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus kerboksil yang
terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur
khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, 1994).
Sebagai bahan tabir surya yang digunakan anti UV A adalah Oksibenson
dan anti UV B Oktilmetoksisinamat. Penentuan efektivitas sediaan tabir surya
dilakukan dengan cara menghitung nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari
sediaan. Selain uji efektivitas, dilakukan juga uji mutu fisik sediaan yang meliputi
organoleptis (bentuk, tekstur, warna dan bau).
Golongan AHA (Alpha Hydroxy Acid) sering digunakan dalan sediaan
tabir surya untuk mencerahkan kulit. Yang termasuk golongan AHA ini yaitu :
asam glikolat, asat sitrat, asam laktat, asam malat, serta asam tartrat. Pada
penelitian sebelumnya, telah digunakan asam glikolat terhadap sediaan tabir surya
kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat. Pada penelitian ini, digunakan
asam tartrat terhadap sediaan tabir surya kombinasi Anti UV A dan UV B dengan
basis gel.
1.2.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan asam
tartrat memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai SPF (Sun Protecting
1.3.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui pengaruh penggunaan
asam tartrat terhadap sediaan tabir surya kombinasi anti UV A dan Anti UV B
dalam basis gel.
1.4.Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah apakah asam tartrat dapat meningkatkan
nilai SPF (Sun Protecting Factor) terhadap sediaan tabir surya kombinasi anti UV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
Kulit sebagai lapisan pembungkus tubuh senantiasa mengalami pengaruh
lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi
dan mekanisme kulit tidak saja harus menghilangkan pengaruh panas matahari,
tetapi juga harus dapat mengatasi pengaruh sinr matahari. (Rostamailis, 2005).
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama : epidermis, dermis, dan subkutan
jaringan. Setiap lapisan memiliki karakteristik dan fungsi spesifik. Meskipun
penelitian mengenai lapisan masih berlangsung, banyak yang sudah diketahui
tentang struktur dari setiap komponen. Penemuan terbaru tentang
komponen-komponen ini sudah mengarah ke diagnosis pralahir banyak mewarisi penyakit
dan untuk meningkatkan terapi. Di masa depan, studi komponen ini
memungkinkan penyempurnaan pemahaman tentang penuaan kulit dan efek dari
produk topikal pada fungsi biologis kulit.
Epidermis adalah lapisan kulit paling dangkal. Hal ini sangat penting dari
segi kosmetik, karena lapisan ini yang memberikan tekstur kulit dan kelembaban,
dan menyumbang pada warna kulit. Jika permukaan epidermis adalah kering atau
kasar, kulit tampak tua. Pengetahuan tentang struktur dasar epidermis yang baik
memungkinkan seorang praktisi untuk meningkatkan penampilan kulit pasien
(Baumann, Leslie., 2009).
Kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, termasuk lapisan korneum,
dermis, dan hipodermis. Dermis mengandung melanosit yang menghasilkan
pigmen melanin yang bertanggung jawab atas warna kulit. Paparan sinar dengan
panjang gelombang dalam UV-A wilayah akan merangsang pembentukan
melanin, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung pada kulit. Kulit ditampilkan
bersama dengan jumlah radiasi UV yang menembus setiap lapisan. Radiasi UV
dekat 300 nm (UV-B) menembus dengan baik stratum corneum dan epidermis
yang energik cukup parah menyebabkan pembakaran (erythema) kulit, terutama
pada individu berkulit putih. Radiasi dengan panjang gelombang lebih panjang
dari 350 nm mulai menembus dermis sehingga merangsang pembentukan melanin
dan menghasilkan (tanning) pencokelatan yang melindungi kulit dari terbakar
langsung akibat paparan sinar matahari. Meskipun sinar UV-A merupakan energi
yang lebih rendah daripada sinar UV-B, yang kenyataannya bahwa mereka dapat
menembus lebih jauh ke dalam hypodermis, menyebabkan elastosis (kekurangan
dukungan struktural dan elastisitas kulit) dan kerusakan kulit lainnya, yang
berpotensi mengarah ke kanker kulit (Shaat, Nadim, A., 2005)
Di samping efek menguntungkan, pemaparan sinar matahari yang
berlebihan juga dapat berdampak buruk karena sinar matahari mengandung sinar
ultra violet (UV). Berdasarkan panjang gelombang dan efek fisiologisnya, sinar UV dibagi atas tiga kelompok, yaitu : UV A, UV B, dan UV C. UV A memiliki
panjang gelombang 320-400 nm yang menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa
terjadi inflamasi sehingga disebut daerah pigmentasi. UV B memiliki panjang
gelombang 290-320 nm sehingga dapat menimbulkan terjadinya iritasi pada kulit.
UV C memiliki panjang gelombang 200-290 nm dan tidak dapat mencapai
permukaan bumi karena sebagian besar telah terserap oleh lapisan ozon.
2.3. Tabir Surya
Tabir surya merupakan sediaan topikal yang dapat mengurangi dampak
radiasi ultraviolet dengan cara menyerap, memantulkan atau menghamburkan
radiasi ultraviolet. Dampak radiasi ultraviolet dapat dicegah dengan menggunakan
tabir surya sebelum terpapar sinar matahari (Shaat, Nadim, A., 2005).
Mekanisme Kerja Tabir Surya
Berdasarkan mekanisme kerjanya, tabir surya digolongkan menjadi
pemblok fisik dan penyerap kimia (Shaath, 2005).
a. Pemblok fisik (Physical blockers)
Tabir surya yang merupakan pemblok fisik bekerja dengan memantulkan
atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Contoh tabir surya yang bersifat pemblok
fisik adalah petrolatum, senyawa anorganik seperti zink oksida dan titanium
oksida. Senyawa-senyawa ini apabila terdapat dalam jumlah yang mencukupi
dapat memantulkan semua spektrum ultraviolet, visibel, dan sinar infra merah.
Ukuran partikel dari logam oksida dengan diameter kurang dari 300 amstrong
dinyatakan mempunyai tingkat perlindungan terhadap sinar matahari yang lebih
tinggi tanpa menimbulkan opasitas yang secara estetika mengganggu penampilan
dan pembentukan aglomerat yang dapat mengurangi efektivitas tabir surya.
Pemblok fisik efektif untuk melindungi kulit terhadap pemaparan radiasi UV A
maupun UV B. Dua senyawa pemblok fisik yang paling umum digunakan adalah
zink oksida dan titanium oksida dimana keduanya inert secara kimia, tidak
UV (Shaat, Nadim, A., 2005).
b. Penyerap kimia (Chemical absorber)
Tabir surya yang merupakan penyerap kimia bekerja dengan menyerap
secara spesifik radiasi UV. Contoh tabir surya yang bersifat sebagai penyerap
kimia adalah turunan para aminobenzoat (PABA), turunan sinamat, dan turunan
salisilat. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang tersusun atas
struktur aromatik yang terkonjugasi dengan gugus karbonil dan dengan gugus
pelepas elektron (amin atau metoksi) yang berada pada posisi para atau orto
terhadap gugus karbonil dalam cincin aromatik.
Senyawa kimia dengan konfigurasi tersebut dapat menyerap radiasi UV
berenergi tinggi dengan panjang gelombang pendek yaitu 250 – 340 nm dan
merubah energi yang tersisa menjadi radiasi dengan panjang gelombang yang
lebih panjang (energi rendah) yaitu 380 nm yang relatif tidak berbahaya. Energi
yang diabsorbsi dari radiasi UV A dan UV B besarnya sama dengan energi
resonansi yang dibutuhkan untuk delokalisasi elektron pada komponen aromatik
(Shaat, Nadim, A., 2005).
2.4. AHA (Alpha Hydroxy Acids)
Hydroxy acids mewakili kelompok zat yang menarik yang termasuk dalam kategori kosmetika. Dalam dua dekade terakhir mereka telah digunakan secara
luas ke berbagai produk perawatan kulit untuk melembabkan, dan efek
organik asam karboksilat ditandai oleh sebuah kelompok hidroksi pada posisi alfa.
Mereka hidrofilik karena struktur alifatik dan linier. Berdasarkan jumlah hidroksi
kelompok, AHA dapat dibagi menjadi tiga subkategori: asam monokarboksilat
(asam glikolat), asam dikarboksilat (asam malat), dan asam trikarboksilat (asam
sitrat) (Barel, A. O., 2006).
Alpha-hydroxyacid disebut juga sebagai asam buah karena kebanyakan dari mereka secara umum terdapat dalam buah ( asam sitrat dalam buah jeruk,
asam malat dalam apel, asam tartarat dalam anggur). Tetapi tidak semua AHA
merupakan komponen dari buah dimana asam glikolat dari sugar cane, dan asam
laktat berasal dari susu (Rawlings, Anthony V., 2002)
2.5. Gel
Menurut definsi USP gel adalah sistem semisolid baik anorganik maupun
organik besar yang berinterpenetrasi dengan cairan. Dalam partikel anorganik
membentuk sistem tiga dimensi dalam keseluruhan (Lieberman, 1998).
Gel memiliki sifat yang khas:
1. Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi
larutan yang mengakibatkan terjadi pertambahan volume.
2. Sineresis, yaitu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam masa gel.
Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel.
3. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan
mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam
tergantung dari komponen pembentuk gel (Lieberman, 1998).
sistem gel. Terdapat gum alam, turunan selulosa dan karbomer. Gel dibedakan ke
dalam anorganik dan organik gel dalam basis fase koloid. Turunan selulosa telah
disintetis dan efektif pembuat gel. Di antaranya adalah natrium
karboksimetilselulosa, hidroksietil selulosa dan hidroksimetil selulosa.
Penggunaan gel dan pembuat gel adalah di farmasetik digunakan sebagai bahan
kosmetik. Dalam bidang kosmetik gel telah digunakan secara luas dalam berbagai
produk, di antaranya sampo, produk pengharum, preparat kulit dan rambut.
(Lieberman, 1998).
Selulosa sebagai bahan dasar penggunaannya harus disesuaikan dengan
konsentrasi maksimum (2 – 3%) untuk memperoleh struktur gel yang diinginkan.
Pada tingkat konsentrasi didapatkan bentuk ideal pada pemakaian (Shaat, Nadim,
A., 2005).
Konsistensi gel dapat menunjukkan sifat tiksotropi atau tidak. Konsistensi
gel dikatakan menunjukkan sifat tiksotropi jika massa gel menjadi kenatal pekat
pada waktu didiamkan dan menjadi cair kembali setelah dikocok, dan tidak segera
mengental ssewaktu didiamkan. Ciri sifat konsistensi ini sangat penting untuk
sediaan kosmetika, karena dengan demikian gel akan mudah merata jika dioleskan
pada rambut atau kulit, sekalipun tanpa penekanan yang berarti (Ditjen POM,
1985).
2.6. Proteksi Terhadap Ultraviolet
Perlindungan dari paparan radiasi UV menyebabkan penurunan risiko
untuk perkembangkan kanker kulit. Oleh karena itu, fotoproteksi optimal secara
menghindari paparan UV jika dimungkinkan. Rekomendasi untuk fotoproteksi
yang mencakup ketiga pendekatan ini paling efektif dalam mengurangi resiko
kanker kulit. Tabir surya bekerja terutama melalui dua mekanisme: (i)
menghamburkan dan refleksi energi UV, dan (ii) penyerapan energi UV.
Banyak tabir surya saat ini mengandung bahan-bahan yang bekerja melalui
kedua mekanisme baik dalam hal perlindungan UV. Assay yang paling penting
untuk menentukan efektivitas tabir surya adalah Sun Protection Factor (SPF).
pengukuran SPF menunjukkan kemampuan tabir surya untuk mencegah terjadinya
eritema pada paparan radiasi UV, terutama UVB. Nilai SPF didefinisikan sebagai
perbandingan energi UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan eritema minimal
pada kulit yang dilindungi dengan eritema yang sama pada kulit yang tidak
dilindungi dalam individu yang sama. Untuk contoh, seorang individu
menggunakan tabir surya SPF 4 akan mengambil empat kali lebih lama untuk
mengalamai eritema pada kutan ketika terpapar radiasi UVB, dibandingkan
dengan ketika individu tidak memiliki perlindungan. Food and Drug
Administration (FDA), yang mengawasi pemasaran dan distribusi produk-produk tabir surya di Amerika Serikat, menyarankan bahwa tabir surya harus
menyediakan setidaknya nilai SPF 2. Kebanyakan di pasaran tersedia produk tabir
surya memiliki nilai SPF yang melebihi perlindungan minimum. Meskipun upaya
oleh FDA untuk mendidik konsumen dan mempromosikan sesuai merek oleh
produsen, tabir surya pelabelan memiliki keterbatasan. Nilai SPF tabir surya
terutama mengukur kemampuan untuk melindungi terhadap radiasi UVB dan
2.7. Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC)
Sinonim : HPMC, Hypromellosum, Methocel, Metolose, Pharmacoat.
Merupakan selulosa yang mengalami O-metilasi dan O-(-2-) hidroksiprolisasi.
Dengan berat molekul kira – kira 10.000 – 1.500.000. Hidroksipropil
metilselulosa berfungsi sebagai penyalut, polimer untuk sediaan lepas lambat,
penstabil, pensuspensi, pengikat tablet dan peningkat viskositas. Dan digunakan
secara luas untuk kosmetik (Rowe, 2009).
Menurut Shaat (2005) penggunaan dasar selulosa dapat disesuaikan
sampai pada konsentrsi tertinggi (2 – 3 %) untuk menghasilkan struktur gel yang
diharapkan. Pada tingkat penggunaan ini mereka dapat mudah digerakkan /tidak
kaku pada saat pembuatan.
Hidroksipropil metilselulosa merupakan serbuk berwarna putih-krem, tidak
berbau, dan tidak berasa. Larutan hidroksipropil metilselulosa 2 % (b/b) memiliki
pH sebesar 5,5-8. Hidroksipropil metilselulosa larut dalam air dingin, praktis larut
dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol dan eter, tetapi larut
dalam campuran etanol-diklormetan, metanol- diklormetan dan air-alkohol,
campuran diklormetan dan propanol-2.
Hidroksipropil metilselulosa merupakan serbuk yang stabil, meskipun
bersifat higroskopis setelah pengeringan. Larutan hidroksipropil metilselulosa
stabil pada pH 3-11. Peningkatan temperatur dapat menurunkan viskositas larutan.
Larutan hidroksipropil metilselulosa dalam air sangat mudah ditumbuhi
mikroorganisme, maka perlu diberi pengawet. Hidroksipropil metilselulosa tidak
sesuai dengan zat-zat pengoksidasi. Penyimpanan HMPC dalam wadah tertutup
2.8. Asam Tartrat
Asam tartarat berbentuk kristal monosiklik, atau putih umumnya
berbentuk serbuk kristal putih, tidak berwarna dan memunyai rasa asam yang
tinggi. Penyimpanan dalam wadah yang tertutup rapat dan kering. Asam tartarat
sangat larut dalam kloroform; 2,5 bagian dalam etanol 95 %; larut dalam gliserin;
10,5 bagian dalam air. Asam tartarat secara luas digunakan dalam produk
makanan dan oral, topikal dan formulasi parental farmasetk. Secara umum tidak
toksik dan tidak mengiritasi. Keberadaan asam tartarat di alam terdapat dalam
buah – buahan sebagai asam bebas. Penggunaannya sebagai (Rowe, 2009).
2.9. Metil paraben
Metil paraben merupakan serbuk kristal tidak berwarna sampai putih dan
tidak berbau dan digunakan sebagai pengawet. Metil paraben larut dalam 3 bagian
etanol 90 %, 5 bagian propilenglikol, 60 bagian gliserin dan 400 bagian air. Metil
paraben aktif pada rentang pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba
spektrum luas. Konsentrasi metil paraben yang biasa digunakan pada sediaan
topikal adalah 0,02-0,3 %. Aktivitas antimikroba efektif pada pH 4 - 8 dan
aktivitas berkurang dengan bertambahnya pH disertai pembentukan anion fenolat.
Larutan metil paraben dalam air dengan pH 3 - 6, stabil dalam penyimpanan
selama 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat
terhidrolisis. Metil paraben inkompatibel dengan surfaktan anionik, bentonit,
magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sorbitol (Rowe, 2009).
Propil paraben merupakan serbuk kristalin putih, tidak berbau, dan tidak
berasa serta berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi propil paraben yang
digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01 - 0,6 %. Propil paraben efektif sebagai
pengawet pada rentang pH 4 - 8, peningkatan pH dapat menyebabkan penurunan
aktivitas antimikrobanya. Propil paraben sangat larut dalam aseton, 1 bagian
dalam etanol, larut dalam 250 bagian gliserin dan sukar larut di dalam air. Larutan
propil paraben dalam air dengan pH 3 - 6, stabil dalam penyimpanan selama 4
tahun pada suhu kamar, sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat terhidrolisis.
Propil paraben inkompatibel dengan surfaktan nonionik. Plastik, magnesium
silikat, magnesium trisilikat, dan pewarna ultramarine blue dapat mengabsorpsi
propil paraben sehingga mengurangi efek antimikrobanya. Propil paraben akan
berubah warna apabila terjadi kontak dengan besi dan hidrolisis terjadi apabila ada
basa lemah dan asam kuat (Rowe, 2009).
2.11. Propilenglikol
Propilenglikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstraksi, dan
bahan pembawa pada parental dan non parental formulasi farmasetik, sebagai
antiseptik namun kurang efektif dibandingkan dengan etanol. Di industri kosmetik
dan makanan sebagai emollient, humektan, merupakan cairan jernih kental, tidak
berwarna, tidak berbau dan memiki rasa manis. Propilenglikol dapat bercampur
dengan etanol, gliserin, dan air, serta tidak bercampur dengan minyak mineral,
tetapi bercampur dengan minyak esensial. Pada suhu rendah, propilenglikol tetap
stabil dalam wadah tertutup rapat, tetapi pada suhu tinggi dan di tempat terbuka,
Propilenglikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat, terhindar dari cahaya, serta di tempat sejuk dan kering.
Propilenglikol inkompatibel dengan zat-zat pengoksidasi seperti kalium
permanganat dan bersifat lebih iritan terhadap kulit dari pada gliserin (Rowe,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat
Alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, neraca analitik Boeco
(Germany), viskometer bola jatuh (Haake 597 Gebruder Berlin), pH meter
(Hanna), Spektrofotometer UV-VIS mini (Shimadzu), sentrifugasi HC1120T
centrifuge, mikroskop elektrik.
3.2. Bahan
Oksibenson (Bronson 7 Jacobs), Oktilmetoksisinamat (Bronson 7 Jacobs),
Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) 4000 (PT. Lawsim Zecha), asam tartrat
merck), isopropanol merck), metil paraben merck), propil paraben
(E-merck), propilenglikol (Chemica), aquadest.
3.3. Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 6 orang,
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-35 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit berhubungan dengan alergi
5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian
sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi
pada kulit yang sedang diuji (Ditjen POM, 1985).
3.4. Pembuatan Formula Sediaan 3.4.1. Pembuatan Dasar Gel
(Basis gel menurut Soerartri, W, 2004)
Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) 4000 1,375 g
Propilenglikol 10 g
Metil paraben 0,075 g
Propil paraben 0,025 g
Aquadest 38,525 g
Cara pembuatan : HPMC 4000 didispersikan terlebih dahulu dengan cara
menaburkan secara merata dalam aquadest, lalu didiamkan selama 24 jam. Pada
waktu ini dianggap HPMC telah terbasahi dengan sempurna. Metil paraben dan
propil paraben dilarutkan dalam propilen glikol, lalu ditambahkan sedikit demi
sedikit dalam HPMC 4000 yang telah terdispersi dengan baik sambil
dihomogenkan.
3.4.2. Komposisi Formula
NO Nama Zat F I (g) F II (g) F III (g) F IV (g)
1 Asam tartrat - 4 5 6
2 Oksibenson 2 2 2 2
3 Oktilmetoksisinamat 4 4 4 4
3.4.2.1 Cara Pembuatan Formula a. Fomula I
Cara Pembuatan : ke dalam lumpang dimasukkan oksibenson lalu
digerus halus, ditambahkan sedikit dasar gel kemudian digerus homogen.
Ditambahkan sedikit demi sedikit oktilmetoksisinamat lalu dihomogenkan.
Ditambahkan sisa dasar gel lalu dihomogenkan.
b. Formula II
Cara Pembuatan : ke dalam lumpang dimasukkan asam tartrat lalu
digerus halus, ditambahkan sedikit dasar gel lalu digerus homogen (massa
I). Oksibenson digerus halus, ditambahkan sedikit dasar gel lalu
dihomogenkan (massa II). Dicampurkan massa I dan massa II lalu
dihomogenkan, ditambahkan sedikit dasar gel. Ditambahkan
oktilmetoksisinamat sedikit demi sedikit dan dihomogenkan ditambahkan
sisa dasar gel lalu dihomogenkan.
c. Formula III
Cara Pembuatan : seperti pada point 2.4.2.1 b
d. Formula IV
Cara pembuatan : seperti pada point 2.4.2.1 b
3.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1. Uji Homogenitas
Cara : sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau
bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang
3.5.2. Pengamatan Stabilitas Metode Sentrifugasi
Cara : sebanyak 2 gram krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifus lalu
disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam dengan interval waktu
pengamatan setiap 1 jam. Diamati fase minyak dan fase air yang terjadi dalam
setiap interval pengamatan ( Lachman, 1994).
3.5.3. Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter
Cara : alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest, lalu
dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Kemudian
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH
sediaan (Rawlins, 2003).
3.5.4. Penentuan Viskositas Sediaan
Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer bola jatuh.
Cara : sediaan dan bola dimasukkan ke dalam tabung gelas dalam. Tabung
dan jaket kemudian dibalik, dengan demikian posisi bola berada di puncak tabung
gelas dalam. Waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh di antara dua tanda diukur
dengan teliti. Dihitung nilai viskositasnya (Moechtar, 1989).
3.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Cara : sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas,
ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan
kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata
berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya berupa bintik-bintik
biru, berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m.
3.7. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi terhadap sukarelawan dilakukan dengan cara : formula sediaan
tabir surya dioleskan pada tempat yang tidak mudah terlihat yaitu di belakang
telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam, dilihat perubahan yang terjadi berupa
iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).
3.8. Penentuan Nilai SPF Sediaan
Penentuan nilai SPF dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam
isopropanol dengan konsentrasi 40 mg/l
Cara : ditimbang 50 mg sediaan dan dilarutkan dengan pelarut isopropanol
dalam labu takar 25 ml, lalu dipipet 5 ml dari larutan tersebut, dimasukkan ke
dalam labu takar 25 ml dan ditambahkan dengan isopropanol hingga garis tanda.
Lalu dipipet 2,5 ml dari labu takar kedua, dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
dan ditambahkan dengan isopropanol sampai garis tanda. Larutan yang terakhir
ini diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada rentang panjang
gelombang 290 nm sampai panjang gelombang yang memberikan serapan
minimal 0,05 A. Luas area di bawah kurva dihitung dari jumlah serapan pada λn
Dihitung nilai log SPF dengan cara membagi jumlah seluruh luas area di bawah
kurva dengan selisih λmax dan λmin lalu dikalikan dua. Selanjutnya nilai log SPF
diubah menjadi nilai SPF (Petro, 1981). Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak
6 kali untuk masing-masing formula.
3.9. Analisa Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan metode
Anova (analysis of Variance) dengan program SPSS (Statistical Package for the
Social Sciences) dengan taraf tingkat kepercayaan 95 %, dilanjutkan dengan metode Duncan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna ke
empat formula, dan dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Difference)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1. Uji Homogenitas
Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap keempat sediaan tabir surya,
hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas,
sehingga dapat dikatakan bahwa semua sediaan tabir surya yang dihasilkan adalah
homogen. (Data dapat dilihat pada lampiran halaman 43,44)
4.1.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan
Hasil pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi diperoleh bahwa
sediaan tidak menunjukkan adanya pemisahan antara fase minyak dengan fase air.
Dengan demikian keempat formula mempunyai stabilitas yang baik (Lachman,
1990). (Data dapat dilihat pada lampiran halaman 45 - 47)
4.1.3. Penentuan pH Sediaan
Hasil penentuan pH sediaan, didapatkan bahwa formula I mempunyai pH
4,6; formula II dengan pH 2,9; formula III dengan pH 2,7serta formula IV dengan
pH 2,6. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pH sediaan tabir surya
menurun seiring dengan bertambahnya asam tartrat yang ditambahkan ke dalam
sediaan tabir surya. Hal ini disebabkan karena asam tartrat memilki pH yang
rendah.
4.1.4. Penentuan Viskositas Sediaan
Hasil penentuan viskositas sediaan formula tabir surya, didapatkan bahwa
formula II sebesar 590,3361 P; formula III sebesar 584,9558 P; dan formula IV
sebesar 564,7728 P. Dari hasil yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa
viskositas dari sediaan tabir surya dengan basis gel akan semakin menurun seiring
dengan bertambahnya konsentrasi asam tartrat yang ditambahkan ke dalam
sediaan. Hal ini disebabkan karena asam tartrat yang memilki sifat yang
higroskopis. Ini menunjukkan bahwa formula IV mempunyai tekstur yang relatif
lebih encer bila dibandingkan dengan ketiga formula yang lainnya. Namun jika
dilihat dari konsistensi sediaan tabir surya setelah penambahan konsntrasi asam
tartarat paling tinggi masih menunjukkan tekstur yang sesuai dengan tekstur gel.
(Untuk perhitungan nilai viskositas masing sediaan formula tabir surya lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 26 – 29).
4.2. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Tabel 1. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Jenis Formula Tipe Emulsi
1 I m/a
2 II m/a
3 III m/a
4 IV m/a
Keterangan :
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat
Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8 %
Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12 %
m/a : Minyak dalam air
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap keempat sedian tabir surya
menunjukkan bahwa metil biru tersebar merata. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua formula merupakan emulsi tipe m/a.
4.3. Penentuan Nilai SPF Sediaan
Hasil pengukuran absorbansi (Tabel 2.) diperoleh peningkatan nilai
absorbansi masing – masing formula tabir surya seiring dengan naiknya
[image:39.595.118.533.386.535.2]konsentrasi asam tartarat pada masing – masing formula.
Tabel 2. Data Serapan Formula Terhadap Panjang Gelombang
No
Nama
Formula
Panjang Gelombang (λ) nm
290 300 310 320 330 340 350 360
1 Formula 1 0,2371 0,2178 0,2141 0,1904 0,1343 0,0814 0,0503 0,0248
2 Formula 2 0,3925 0,3833 0,3865 0,3344 0,2170 0,1145 0,0640 0,0316
3 Formula 3 0,4088 0,3936 0,3961 0,3463 0,2300 0,1272 0,0707 0,0344
4 Formula 4 0,4301 0,4258 0,4338 0,3732 0,2379 0,1207 0,0664 0,0328
(Untuk data serapan formula terhadap panjang gelombang masing – masing
sediaan formula tabir surya, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman
31 – 32)
Hasil penentuan nilai SPF sediaan tabir surya formula I, II, III, dan IV
digambarkan pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa grafik formula IV
mempunyai daerah di bawah kurva (area under curve) atau AUC yang lebih luas
(1981) semakin luas daerah di bawah kurva (AUC) suatu formula, maka makin
tinggi nilai (sun protecting factor) SPF yang dimiliki formula itu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa formula IV lebih baik efektifitasnya
berdasarkan nilai SPF bila dibandingkan dengan ke tiga formula yang lain. Grafik
serapan sediaan tabir surya dapat dilihat di bawah ini :
Grafik panjang gelombang (λ) vs serapan (A)
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
280 290 300 310 320 330 340 350 360 370
Panjang gelombang (λ) nm
S e ra p a n ( A ) Formula I Formula II Formula III Formula IV f
Gambar 21. Grafik Panjang Gelombang (λ) vs Serapan (A).
(Grafik grafik panjang gelombang (λ) vs serapan (A) masing – masing sediaan
formula tabir surya, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 22 –
24).
Dengan menggunakan metode Petro, A. J., (1981) Nilai SPF dari masing –
masing sediaan formula tabir surya diperoleh harga SPF (Tabel 3.). Dengan cara
membagi jumlah seluruh luas area di bawah kurva dengan selisih λmax dan λmin
lalu dikalikan dua kemudian diubah menjadi nilai SPF. Dari grafik di atas
diperoleh nilai SPF dari masing-masing formula, yang ditunjukkan pada tabel di
Tabel 3. Hasil Nilai SPF dari Masing-Masing Formula Tabir Surya
No
Sun Protecting Factor (SPF)
F I F II F III F IV
1 2,1242 3,5850 3,7809 4,1039
2 2,1379 3,5900 3,7792 4,1476
3 2,1522 3,5604 3,7826 4,1361
4 2,1261 3,5817 3,7336 4,1077
5 2,1120 3,5991 3,7239 4,2043
6 2,1154 3,5497 3,7879 4,1754
Jumlah 12,7678 21,4659 22.,8810 24,8750
Rata-rata 2,1279 3,5776 3,7646 4,1458
(Untuk penentuan nilai SPF masing – masing sediaan formula tabir surya, lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 20).
Dari hasil penentuan nilai SPF (Sun protecting Factor) dari sediaan tabir
surya, diperoleh nilai rata-rata SPF dari masing - masing formula yaitu : formula I
mempunyai nilai rata SPF sebesar 2,1279; formula II mempunyai nilai
rata-rata SPF sebesar 3,5776; formula III mempunyai nilai rata-rata-rata-rata SPF sebesar
3,7646; serta formula IV mempunyai nilai rata-rata SPF sebesar 4,1458. Dari
hasil yang diperoleh ini menunjukkan dengan semakin tingginya konsentrasi asam
tartrat yang ditambahkan ke dalam sediaan tabir surya maka semakin tinggi pula
nilai SPF yang diberikan sediaan tabir surya tersebut. Dengan semakin tingginya
nilai SPF suatu sediaan tabir surya tersebut maka semakin tinggi pula tingkat
perlindungan yang diberikan oleh sediaan tabir surya tersebut (Wasitaatmadja,
Menurut Wasitaatmadja, S.M. (1997), adapun kategori untuk
masing-masing sediaan tabir surya berdasarkan nila SPF yang diberikan sebagai faktor
perlindungan terhadap sinar matahari adalah sebagai berikut :
1. Minimal, bila SPF antara 2-4.
2. Sedang, bila SPF antara 4-6
3. Ekstra, bila SPF antara 6-8
4. Maksimal, bila SPF antara 8-15
5. Ultra, bila SPF lebih dari 15
Berdasarkan kategori tersebut untuk masing-masing formula sediaan tabir
surya berdasarkan nilai SPF yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan
[image:42.595.112.437.442.574.2]dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Kategori Efektivitas Sediaan Tabir Surya Anti UV A dan Anti UV B dalam Basis Gel.
No Formula Nilai SPF Rata-rata Kategori Efektivitas
1 I 2,1279 Minimal
2 II 3,5776 Sedang
3 III 3,7646 Sedang
4 IV 4,1458 Sedang
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa formula IV memberikan proteksi
yang terbaik karena mempunyai nilai SPF yang tertinggi dibandingkan dengan
formula yang lainnya. Dari segi tampilan mengenai tekstur dari sediaannya ke
empat formula mempunyai tekstur yang baik karena adanya bahan dasar gel yang
mengandung hidroksipropilmetilselulosa yang sifatnya mempunyai ikatan yang
Adapun selisih nilai SPF dari masing-masing sediaan dapat dilihat pada
[image:43.595.113.456.164.300.2]tabel di bawah ini :
Tabel 5. Selisih Nilai SPF Rata-rata Formula
Formula I Formula II Formula III Formula IV
Formula I - 1,4497 1,6367 2,0179
Formula II - 0,1870 0,5682
Formula III - 0,3812
Formula IV -
Pada uji hasil analisis anova one-way dengan P = 0,05 terhadap nilai SPF
formula I, II, III, dan IV diperoleh F hitung = 6682, 2857 lebih besar dari F tabel
= 2,87; sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara nilai SPF dari keempat formula. Untuk mengetahui formula mana yang
berbeda secara bermakna, maka dilakukan pengujian HSD yaitu dengan
membandingkan selisih harga rata - rata nilai SPF antara formula yang lebih besar
dengan nilai HSD hasil perhitungan. Apabila selisih harga rata-rata nilai SPF antar
formula lebih besar dari nilai HSD berarti antar formula ada perbedaan bermakna,
sebaliknya apabila selisih harga rata - rata nilai SPF antar formula lebih kecil dari
nilai HSD berarti antar formula tidak ada perbedaan yang bermakna. Berdasarkan
perhitungan diperoleh harga HSD =±0,0309. Pada tabel di atas dapat dilihat
selisih harga SPF rata-rata formula II, III, dan IV terhadap harga SPF rata-rata
formula 1 > harga HSD, berarti nilai SPF formula II, III, dan IV berbeda secara
bermakna dengan nilai SPF formula I. Begitu juga dengan selisih harga SPF
formula II. Demikian juga dengan harga SPF rata-rata formula III terhadap harga
rata-rata formula IV > harga HSD, ini menunjukkan bahwa nilai SPF formula III
berbeda secara bermakna dengan nilai SPF formula IV.
Nilai SPF dari oksibenson sebagai anti UV-A dan oktilmetoksisinamat
sebagai anti UV-B dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; pelarut, koefisien ekstingsi,
dan pH. Pada penelitian ini faktor pelarut diabaikan karena digunakan pelarut dan
konsentrasi oksibenson UV A dan oktilmetoksisinamat sebagai anti UV B yang
sama (Soerarti, W., 2004).
(Contoh perhitungan HSD = hasil uji beda rata – rata dapat dilihat pada lampiran
14 halaman 50).
[image:44.595.139.507.440.577.2]4.4. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No Reaksi Pada Kulit
Sukarelawan
1 2 3 4 5 6
1 Iritasi - - - -
2 Gatal - - - -
3 Kulit Menjadi Kasar - - - -
Keterangan - = tidak terjadi iritasi
Formula yang digunakan pada uji iritasi adalah formula IV (formula tabir
surya dengan penambahan asam tartrat 12 % ) dan mempunyai pH 2,6.
berdasarkan data pada tabel di atas tidak menunjukkan adanya efek samping
berupa irittsi, gatal atau pengkasaran pada kulit. Dengan demikian formula I, II,
tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Maka formula sediaan tabir surya yang
diteliti relatif aman untuk digunakan.
Menurut Tranggono. Retno. I., (2007) pengujian dilakukan pada daerah
lengan dan belakang tubuh (telinga) dikarenakan pada daerah ini diasumsikan
cukup aman dan efek yang ditimbulkan jika terjadi dermatitis setempat mudah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Sediaan tabir surya yang dihasilkan semuanya homogen, stabil pada
pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi, mempunyai pH
2,5667-4,5667; dan mempunyai tipe emulsi m/a, serta tidak mengiritasi kulit.
2. Sediaan tabir surya dengan penambahan peningkatan asam tartrat
mempengaruhi viskositas sehingga teksturnya semakin encer, dimana
tekstur yang paling encer pada penambahan asam tartrat 12 %.
3. Penambahan asam tartrat dapat meningkatkan nilai SPF tabir surya anti
UV A dan anti UV B dalam basis gel secara in vitro. Sediaan tanpa
penambahan asam tartrat (Formula I) mempunyai nilai SPF 2,1279;
sediaan dengan penambahan asam tartrat 8% (Formula II) mempunyai
nilai SPF 3,5776; sediaan dengan penambahan asam tartrat 10% (Formula
III) mempunyai nilai SPF 3,7646; sediaan dengan penambahan asam
tartrat 12% (Formula IV) mempunyai nilai SPF 4,1458.
5.2. Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti tabir surya dengan
penambahan ekstrak buah segar yang mengandung senyawa AHA (Alpha
DAFTAR PUSTAKA
Barel, Andre. O., et all., (2006), Handbook of Cosmetic Science and Technology, Second Edition, Informa Healthcare USA, Inc, New York, Page 327.
Barel, Andre. O., et all., (2009), Handbook of Cosmetic Science and Technology, Third Edition, Informa Healthcare USA, Inc, New York, Page 91.
Baumann, Leislie., (2009), Cosmetic Dermatology Principle and Practice, Second Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, New York, Page 3 – 7.
Ditjen POM., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Halaman 33.
Ditjen POM., (1985). Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen Kesehatan RI., Jakarta, Halaman 32-36.
Lachman, L., Lieberman, Kaning, J.l., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Penerbit UI-Press, Jakarta, Halaman 1092, 1120.
Lieberman, Herbert. A., (1998), Pharmaceutical Dosage Form : Disperse Systems, Vol 2, Marcell Dekker Inc., New York, Page 399 - 400, 405
Moechtar, (1989), Farmasi Fisik : Bagian Larutan dan Dispersi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Halaman 198.
Petro, A.J., (1981) Correlation of Spectrophotometric Data With Sunscreen Protection Factors, International Journal of Cosmetic Science, Page 185-196.
Rawlins, E. A., 1977, Bentley's Texbook of Pharnaceutics, 8th edition, Casell & Collin Mcmillan Publishing Ltd, New York, Page 98 - 100.
Rawlings, Anthony. V., (2002), Skin Moisturization, Vol 25, Marcel Dekker, Inc, New York, Page 327.
Rostamailis, (2005), Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikan & Berbusana yang Serasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Hal 43 – 45.
Shaath, Nadim. A., (2005), Sunscreens, Third Edition, Taylor & Francis Group, New York, Page 359,
Soerartri, W., (2004). Peningkatan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Kombinasi Tabir Surya Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat oleh Asam Glikolat, Majalah Farmasi Airlangga, Vol. 4 No.2p. 1-2, Surabaya, Halaman 73.
Tranggono, R.I., dan Fatma L., (2007), Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Halaman 82, 171.
Lampiran 1. Contoh Perhitungan Nilai SPF
Panjang Gelombang
(λ) nm Absorpsi (A)
290 0,2371
300 0,2178
310 0,2141
320 0,1904
330 0,1343
340 0,0814
350 0,0503
(
)(
n 1 n)
1 n
n λ λ
2
serapanλ
serapanλ
AUC= + + + −
(
)
X(
300 290)
2.2745 L1 0,23712+0.2178 − =(
)
X(
310 300)
2,1595L2 0,217820,2141 − =
+
(
)
X(
320 310)
2,0225L3 0,2141+20,01904 − =
(
)
X(
330 320)
1,6235L4 0,0190420,1343 − =
+
(
)
X(
340 330)
1,0785 L5 0,134320,0814 − =+
(
)
X(
350 340)
0,0585 L6 0,08142+0,0503 − =6 5 4 3 2
1 L L L L L
L
AUC= + + + + +
=2,2745+2,1595+2,0225+1,6235+1,0785+0,6585
Log SPF AUC 2 min maks × λ − λ = 2 290 . 350 817 , 9 × =
=0,3272
SPF = Arc . Log SPF
Lampiran 2. Grafik Sediaan Tabir Surya
Gambar 1. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran I
[image:51.595.121.361.435.658.2]Gambar 3. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran III
[image:52.595.132.380.395.610.2]Gambar 5. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran V
[image:53.595.130.386.387.599.2]Lampiran 3. Data Penentuan Viskositas Sediaan
3.1. Harga Viskositas Masing-Masing Formula
Pengulangan Formula
I (P) II (P) III (P) IV (P)
1 662.1193 599.5857 594.9356 572.8316
2 658.7209 599.1109 592.5816 575.7125
3 659.9169 601.0294 595.8848 573.3244
rata-rata 600.2523 599.9086 594.4673 573.9561
3.2. Perhitungan Viskositas Masing-Masing Formula
Replikasi
Formula
I II III IV
Berat (gram) 10.4266 10.343 10.4391 10.6877
volume (ml) 10 10 10 10
waktu (detik)
t1 34875 31564 31339 30224
t2 34696 31539 31215 30376
t3 34759 31640 31389 30250
Perhitungan Penentuan Viskositas Formula I, Formula II, Formula III, dan
Keterangan :
ή : Viskositas (Poise)
K : Konstanta viskometer
ρk : Berat jenis bola (g/ml) = 16,231 g/ml
ρf : Berat jenis sediaan (krim g/ml)
t : Waktu (detik)
r : Jari-jari bola (m) = 7,5 x 10-3 m
l : Panjang antara 2 tanda (m) = 0,1 m
g : Percepatan gravitasi bumi (9,88 m/s2)
(
)
32 3 10 23 , 1 1 , 0 9 88 , 9 10 5 , 7 2 K − − × = × × × = Formula I volume massa = f ρ = × ml g 10 4266 , 10 ml g 0426 , 1 =
(
)
34875ml g 0426 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
1 = × − ×
η − detik
=651,5254Poise
(
)
34696ml g 0426 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
(
)
34759 ml g 0426 , 1 231 , 16 10 23 , 1 33 = × − ×
η − detik
=649,3583Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
651,5254+648,1813+649,3583)
Poise=649,6883Poise
Formula II volmue massa f = ρ ml g 0343 , 1 ml g 10 3430 , 10 = × =
(
)
31564ml g 0343 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
1 = × − ×
η − detik
=589,5924Poise
(
)
31539ml g 0343 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
=589,5251Posie
(
)
31640ml g 0343 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
3 = × − ×
η − detik
=591,4908Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
589,9924+589,5251+591,4908)
PoiseFormula III volmue massa f = ρ ml g 0439 , 1 ml g 10 4391 , 10 = × =
(
)
31339ml g 0439 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
1 = × − ×
η − detik
=585,4166Poise
(
)
31215ml g 0439 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
=583,1003Poise
(
)
31389ml g 0439 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
3 = × − ×
η − detik
=586,3506Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
585,4166+583,1003+586,3506)
Poise=584,9558Poise
(
)
30224 ml g 0687 , 1 231 , 16 10 23 , 1 31 = × − ×
η − detik
=563,6663Poise
(
)
30376ml g 0687 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
=566,5011Poise
(
)
30250ml g 0687 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
3 = × − ×
η − detik
=564,1512Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
563,6663+566,5011+564,1512)
PoiseLampiran 4. Data Penentuan Tipe Emulsi
No Jenis Formula Tipe Emulsi
1 I m/a
2 II m/a
3 III m/a
4 IV m/a
Keterangan :
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat
Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8 %
Formula III : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10 %
Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12 %
Lampiran 5. Data Pengukuran Serapan Sediaan
Data Pengukuran Serapan Formula I
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.2371 0.2178 0.2141 0.1904 0.1343 0.0814 0.0503
2 0.2378 0.2203 0.2166 0.1906 0.1354 0.0824 0.0513
3 0.2405 0.2213 0.2179 0.194 0.1367 0.0833 0.0507
4 0.2362 0.218 0.2133 0.1902 0.1346 0.0824 0.0508
5 0.2347 0.2158 0.2124 0.1888 0.1335 0.0811 0.0508
6 0.2352 0.2168 0.2124 0.1896 0.1334 0.0814 0.0504
rata-rata 0.2369 0.2183 0.2144 0.1906 0.1346 0.0819 0.0507
Data Pengukuran Serapan Formula II
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.3925 0.3833 0.3865 0.3344 0.217 0.1145 0.0634
2 0.3925 0.3842 0.3878 0.3344 0.217 0.1139 0.064
3 0.3912 0.3824 0.3859 0.3322 0.2145 0.1125 0.0632
4 0.3921 0.3822 0.3878 0.3344 0.2163 0.1133 0.0647
5 0.3938 0.3843 0.3888 0.3351 0.2169 0.1149 0.0638
6 0.3893 0.3804 0.3851 0.3315 0.2151 0.1122 0.0637
Data Pengukuran Serapan Formula III
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.4088 0.3936 0.3961 0.3463 0.23 0.1272 0.0707
2 0.4098 0.3944 0.3955 0.345 0.2312 0.126 0.0709
3 0.4119 0.3947 0.3948 0.3453 0.2297 0.1273 0.0714
4 0.4076 0.3905 0.3925 0.342 0.2275 0.1248 0.0708
5 0.4072 0.3899 0.3925 0.3412 0.2268 0.1238 0.0709
6 0.4108 0.3949 0.3965 0.3461 0.2301 0.1265 0.0718
rata-rata 0.4093 0.3946 0.3946 0.3443 0.2292 0.1259 0.071
Data Pengukuran Serapan Formula IV
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.4301 0.4258 0.4338 0.3732 0.2379 0.1207 0.0664
2 0.4359 0.4293 0.436 0.3756 0.2393 0.1221 0.0664
3 0.4344 0.4287 0.436 0.3741 0.2388 0.1218 0.0668
4 0.433 0.4275 0.4338 0.3723 0.2371 0.1208 0.0658
5 0.4402 0.4337 0.4409 0.3784 0.2411 0.1235 0.067
6 0.4364 0.432 0.4387 0.3771 0.2407 0.1221 0.0671
rata-rata 0.435 0.4295 0.4365 0.3751 0.2391 0.1218 0.0665
Lampiran 6. Data Perhitungan Anova
No
Sun Pritecting Factor (SPF)
F I F II F III F IV
1 2.1242 3.5850 3.7809 4.1039
2 2.1379 3.5900 3.7792 4.1476
3 2.1522 3.5604 3.7826 4.1361
4 2.1261 3.5817 3.7336 4.1077
5 2.1120 3.5991 3.7239 4.2043
6 2.1154 3.5497 3.7879 4.1754
Jumlah 12.7678 21.4659 22.5881 24.8750
Rata-rata 2.1279 3.5776 3.7646 4.1458
∑
= − = t t 1 2 i tr Y r X SST(
)
(
)
0329 , 14 0986 , 278 1315 , 292 24 3671 , 6674 6 7894 , 1752 6 4 4.1754 2,1261 2,1522 2,1379 2,1242 6 24,875 22,5881 21,465912,76782 2 2 2 2
SST SSY
SSE= −
0145 , 0 0329 , 14 0474 , 14 = − = 1 t SST MST − = 3776 , 4 3 0329 , 14 = = 1 n SSE MSE − = 00072 , 0 4 24 0145 , 0 = − = F hitung MSE MST = 2857 , 6682 0007 , 0 6776 , 4 = =
F Tabel = {F(0,05);(t-1);(n-t)}
= F(0,05);(4);(24,4)
= F(0,05);(3);(20)
= 2,87
Lampiran 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No Reaksi Pada Kulit sukarelawan
1 2 3 4 5 6
1 Iritasi - - - -
2 Gatal - - - -
3
Kulit menjadi kasar - - - -
Keterangan - = tidak iritasi
Lampiran 8. Sertifikat Analisis Zat Aktif
Lampiran 9. Gambar Sediaan Tabir Surya
Gambar 7. Sediaan Formula Tabir Surya
Keterangan :
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat
Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8%
Formula III : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10%
Lampiran 10. Alat Yang Digunakan
Gambar 8. Neraca Analitis Baeco
[image:69.595.112.341.460.676.2]
Gambar 10. Sentrifus HC1120T Centrifuge
Gambar 12. Printer Spektrofotometer
[image:71.595.113.394.357.616.2]Lampiran 11. Gambar Uji Homogenitas Sediaan Tabir Surya
Gambar 14. Uji Homogenitas Formula I (Formula tabir surya tanpa pe