4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Kabupaten Belitung 4.1.1 Keadaan geografi dan topografi
Kabupaten Belitung adalah bagian dari wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil. Secara administratif, wilayah kabupaten Belitung terdiri atas lima kecamatan yaitu Kecamatan Membalong, Tanjungpandan, Badau, Sijuk, dan Selat Nasik. Luas wilayah daratan kabupaten Belitung mencapai 2.293,69 km2 dengan panjang garis pantai 195 Km.
Tabel 2 Luas Daerah Kabupaten Belitung
No. Kecamatan Luas (km2 ) %
1. Membalong 909,55 39,65 2. Tanjungpandan 378,45 16,50 3. Badau 458,20 19,95 4. Sijuk 413,99 18,05 5. Selat Nasik 133,50 5,82 TOTAL 2.293,69 100,00
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b
urut Kecaan :
Secara astronomi, kabupaten Belitung terletak diantara 107o08’ BT – 107o58,5’ BT dan 02o30’ LS – 03o15’ LS dengan batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan;
2) Sebelah timur berbatasan dengan Selat Karimata; 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa; dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar.
Kabupaten Belitung dengan luas seluruhnya mencapai 229.369 ha atau kurang lebih 2.293,69 km2 mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan bulanan pada tahun 2006 antara 3,3 mm sampai 691,6 mm dengan jumlah hari hujan antara 1 hari sampai 30 hari setiap bulannya. Curah hujan tertinggi pada tahun 2006 terjadi pada bulan Desember yang mencapai 691,6 mm. Rata-rata temperatur udara pada tahun 2006 bervariasi antara 24,0 °C sampai 27,9
oC dengan kelembaban udaranya bervariasi antara 81% sampai 92%, dan tekanan udara antara 1009,1 mb sampai dengan 1011,8 mb.
Pada umumnya kondisi topografi Pulau Belitung adalah bergelombang dan berbukit–bukit. Daerah yang paling tinggi yaitu Gunung Tajam dengan ketinggian ± 510 meter dari permukaan laut. Permukaan tanah umumnya didominasi oleh kwarsa dan pasir, batuan alluvial, dan batuan granit. Untuk daerah hilir (pantai) terdiri atas beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni:
- Sebelah utara oleh DAS Buding,
- Sebelah selatan oleh DAS Pala dan Kembiri, dan - Sebelah barat oleh DAS Brang dan Cerucuk.
4.1.2 Kondisi umum perairan
Perairan Belitung terdiri dari laut, pantai, dan perairan umum (kolong, rawa-rawa, sungai). Perairan laut di sekitar perairan Belitung umumnya tidak terlalu dalam, berkisar antara 10 – 15 meter, sedangkan yang agak jauh mencapai 15 – 30 meter dengan dasar laut umumnya berpasir, berlumpur dan berbatu karang.
Daerah pantai Pulau Belitung umumnya landai dan berpasir. Di pesisir pantai terdapat hutan bakau yang lebat. Hampir semua desa di Belitung dilalui oleh sungai besar atau kecil, sungai-sungai yang tergolong besar mempunyai peranan penting dalam kegiatan perikanan dan perhubungan, seperti: Sungai Cerucuk, Berang, dan Buding.
4.2 Keadaan Umum Perikanan
4.2.1 Kegiatan umum usaha perikanan
Sektor perikanan merupakan mata pencaharian yang sangat dikenal dan banyak dilakukan oleh masyarakat terutama perikanan tangkap. Sistem penangkapannya juga sudah berkembang dari pancing, sero, jaring, bubu, bagan hingga dengan perahu motor mencapai 15 GT. Pada tahun 2007 sebanyak 9.316 orang penduduk kabupaten Belitung merupakan nelayan.
Kegiatan usaha perikanan pada umumnya tercakup pada sektor perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan. Kegiatan perikanan tangkap ini merupakan
sektor dominan di kabupaten Belitung. Hal ini disebabkan sebagian besar hasil tangkapan yang diperoleh nelayan dijual kepada perusahaan pengolahan untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan menjadi salah satu nilai tambah devisa pemerintah untuk meningkatkan pendapatan daerah. Daerah penangkapan ikan di laut dilakukan di sekitar Pulau Belitung yaitu di perairan Selat Gaspar, Selat Nasik, Laut Natuna dan bahkan Laut Jawa.
Sektor perikanan budidaya dan pengolahan mulai dikembangkan secara lebih terfokus diatas tahun 2000. Sektor budidaya ini dibedakan menjadi tiga yaitu budidaya air laut, air payau dan air tawar. Budidaya ikan air laut dikembangkan secara semi intensif sejak teknologi budidaya ikan kerapu mulai dikembangkan. Usaha budidaya ikan air laut diantaranya ikan kerapu (Epinephelus sp.), Napoleon (Cheilinus undulatus) dan udang windu (Penaeus monodon).
Budidaya air tawar mulai diperkenalkan sejak beberapa tahun terakhir ini dengan dibangunnya Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Membalong dan beberapa Unit Pembenihan Rakyat sejak tahun 2007. Usaha budidaya ikan air tawar diantaranya ikan nila (Orheochromis niloticus), lele (Clarias batracus), bawal (Stromateus sp.), patin (Pangasius pangasius), mas (Cyprinus carpio), gurame (Osphronemus
gouramy) dan gabus (Channa striatus).
Bidang pengolahan ikan pada sektor perikanan sangat beragam sifatnya. Usaha pengolahan hasil perikanan banyak dilakukan oleh masyarakat nelayan di pinggir pantai. Pada umumnya pengolahannya bersifat tradisional dan berskala rumah tangga (home industry) dengan jenis pengolahannya seperti ikan asin, kerupuk, abon ikan, bakso ikan, dan terasi.
Ada juga usaha pengolahan yang bersifat skala menengah atau semi modern yaitu dari ikan segar menjadi hasil setengah jadi seperti fillet ikan, daging kepiting, dan pembekuan ikan. Pengolahan ini memanfaatkan fasilitas cold storage yang berskala besar dan dilakukan oleh perusahaan berbadan hukum dengan tujuan untuk luar daerah maupun ekspor. Untuk saat ini sektor pengolahan didukung dengan dibangunnya Unit Pengolahan Perikanan Tanjung Binga yang terletak di desa Tanjung Binga. Pengembangan unit pengolahan ini mulai beroperasi sejak Bulan Mei 2008. Produk yang dihasilkan berupa nugget ikan yang sebagian besar
masih dipergunakan sebagai bahan promosi. Selain itu dikembangkan pula produk bakso ikan dan kaki naga.
Tabel 3 Luas Potensi Untuk Budidaya di Kabupaten Belitung
No. Uraian Lokasi Luas (ha) Komoditas
1. Budidaya Air Laut
Selat Nasik
1. Selat Nasik (antara Pulau Batu
Dinding dan Pulau Mendanau)
20 Ikan kerapu sunu, kerapu macan, kerapu bebek dan napoleon
2. Pulau Nado 20
3. Pulau Sebongkok 20
Badau
Ikan kerapu sunu, kerapu macan, kerapu bebek, dan napoleon
1. Pulau Rengit 100
2. Pulau Ru 20
3. Pulau Bentang 20
4. Pulau Bagu 20
Sijuk Ikan kerapu sunu,
kerapu macan, kerapu bebek, dan napoleon
1. Pulau Pemulut 20 2. Pulau Pembalih
(Pulau Bulu) 20
2. Budidaya Air Payau Kabupaten Belitung 40.000 Kepiting, udang dan bandeng 3. Budidaya Air
Tawar
Kabupaten
Belitung 150
Ikan lele, mas, patin, gurame, nila dan gabus
Total 40.410
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b
4.2.2 Sarana penangkapan ikan
Sarana penangkapan adalah alat yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan. Sarana yang digunakan adalah kapal perikanan, alat tangkap, dan alat bantu. Kapal yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan di perairan Belitung umumnya berjenis motor tempel. Perkembangan jumlah kapal yang ada di wilayah Kabupaten Belitung dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4 Perkembangan jumlah armada kapal enam tahun terakhir No Ukuran kapal motor penangkap Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 < 5 GT 1.945 1.971 1.989 1.786 1.817 1.840 2 5-10 GT 109 112 126 198 198 198 3 >10 GT - 3 3 2 2 2 Jumlah 2.054 2.086 2.118 1.986 2.017 2.040
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b
Tabel 4 menunjukkan penurunan jumlah perahu dengan ukuran < 5 GT. Hal ini disebabkan beralihnya pengusaha perahu atau nelayan pemilik untuk menaikkan ukuran tonnase kapal lebih tinggi menjadi 5-10 GT. Dengan harapan lebih jauh dan luas lagi jangkauan daerah penangkapan ikan.
Tabel 5 Jumlah Alat Tangkap menurut Jenis Alat Tangkap pada Tiap Kecamatan di Kabupaten Belitung pada Tahun 2008
No Jenis Alat Tangkap
Kecamatan
Jumlah Memba
long
Tanjung
pandan Badau Sijuk
Selat Nasik 1 Sodo/Sungkur 20 25 38 2 - 85 2 Bubu ikan 45 1.005 380 255 250 1.935 3 Sero 30 10 55 20 25 140 4 Jaring kepiting 2.400 80 525 50 90 3.145 5 Tangkur/Pentor - 75 475 - - 550 6 Bubu kepiting 675 245 455 - - 1.375 7 Bagan tancap 5 - - 9 3 17 8 Bagan perahu 8 16 3 140 45 212 9 Muroami - 20 - - - 20 10 Payang - - - - 121 121 11 Pukat tepi 235 38 80 125 95 573 12 Pukat udang 294 - - 28 322 13 Gillnet hanyut 45 20 - 18 55 138 14 Pancing 2.060 1.760 1.330 2.550 2.860 10.560 15 Ancau - - 35 55 10 100 16 Lainnya 4.570 3.350 2.550 3.270 3.430 17.170 Jumlah 10.387 6.644 5.926 6.492 6.914 35.945
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b
Alat tangkap ikan yang umum dioperasikan di wilayah perairan Belitung adalah pancing, jaring kepiting, bubu ikan, bubu kepiting, pukat tepi, tangkur
(pentor), pukat udang, bagan perahu, dan alat tangkap lainnya. Gillnet hanyut lebih banyak dioperasikan di perairan Selat Nasik sebanyak 55 buah (Tabel 5).
4.3 Produksi Perikanan
Produksi hasil perikanan di kecamatan Tanjungpandan berasal dari hasil tangkapan nelayan-nelayan yang mengoperasikan kapal atau perahu di sekitar perairan Belitung. Berikut ini disajikan Tabel 6 jumlah produksi ikan basah di Kecamatan Tanjungpandan.
Tabel 6 Jumlah Produksi Ikan Basah di Kecamatan Tanjungpandan
No Jenis Ikan Produksi (ton)/tahun % kenaikan
2007 2008 1 Kwee 234,58 244,72 4,32 2 Kakap merah 633,87 646,47 1,99 3 Manyung 426,21 444,99 4,41 4 Hiu 34,71 38,67 11,41 5 Kurisi 1018,19 1.029,56 1,12 6 Cucut 203,58 209,12 2,72 7 Pari 148,02 165,22 11,62 8 Bawal 21,43 29,84 39,24 9 Selar kuning 125,47 139,80 11,42 10 Tembang 146,57 157,07 7,16 11 Selar hijau 161,34 173,58 7,59 12 Belanak 11,36 18,92 66,55 13 Ilak 33,25 44,74 34,56 14 Lencam 221,11 229,62 3,85 15 Kerapu 144,01 158,24 9,88 16 Napoleon 46,67 54,02 15,75 17 Kembung 372,86 388,25 4,13 18 Tenggiri 280,19 296,04 5,66 19 Tongkol 27,79 46,13 65,99 20 Teri 170,72 177,61 4,04 21 Julung-julung 15,88 20,28 27,71 22 Ekor kuning 1003,98 1.019,16 1,51 23 Seminyak 94,30 107,70 14,21 24 Selar 12,90 27,66 114,42 25 Udang 31,41 40,75 29,74 26 Cumi-cumi 63,50 71,48 12,57 27 Kepiting/rajungan 13,99 19,52 39,53 28 Lain-lain 937,02 954,23 1,84 29 Pisang-pisang - 125,55 - Jumlah 6.634,91 7.078,94 6,69
Jenis ikan dominan yang tertangkap antara lain: kurisi, ekor kuning, kakap merah, manyung, kembung, tenggiri, lencam, kwee, dan cucut. Pada tahun 2007, ikan tenggiri dan tongkol memberikan kontribusi sebesar 4,22% dan 0,42%, sedangkan pada tahun 2008, ikan tenggiri dan tongkol memberikan kontibusi sebesar 4,18% dan 0,65% dari total jumlah produksi ikan basah di Kecamatan Tanjungpandan (Tabel 6).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung (2008), kondisi produksi perikanan kabupaten Belitung disajikan pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7 Produksi Perikanan di Kabupaten Belitung
No Kegiatan / Tahun Tahun (ton)
2004 2005 2006 2007 2008 1. Produksi perikanan tangkap 40.531 40.880 39.220 40.472 41.991 2. Produksi perikanan budidaya 3 3,25 6,31 11,55 24,32 3. Kegiatan ekspor 181 409 594 856 696
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009
Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi perikanan tangkap semakin meningkat pada tahun 2008 mencapai 41.991 ton. Peningkatan produksi perikanan tangkap ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah nelayan dan adanya sarana seperti dermaga tambat labuh, pabrik es, cold storage, galangan kapal serta prasarana penangkapan seperti jumlah perahu, kapal penangkap, kapal pengangkut, dan alat tangkap yang digunakan. Selain itu adanya kemudahan memperoleh BBM dan modal bahan makanan bagi nelayan adalah kunci utama untuk menunjang nelayan melaut setiap harinya, meningkatnya aktivitas di PPN dan PPI serta tersedianya jaringan pemasaran merupakan penunjang jaring-jaring usaha perikanan.
Tabel 8 Produksi Hasil Perikanan di Kabupaten Belitung tahun 2008
No Produksi (Ton) Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 1 Ikan laut 34.479,47 41.238,00 33.351,61 34.419,61 35.640,47 2 Ikan budidaya 3,00 3,25 6,31 11,55 24,32 3 Udang 1.331,23 1.338,34 1.270,50 1.318,00 1.350,26 4 Rajungan 2.740,30 2.747,27 2.664,47 2.735,47 2.756,02 5 Teripang 180,64 180,64 163,68 164,88 179,04 6 Cumi-cumi 1.669,57 1.836,53 1.861,21 1.769,45 1.901,31 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b
Tabel 8 memperlihatkan bahwa produksi hasil perikanan terutama dari ikan laut menunjukkan peningkatan. Peningkatan yang lebih besar terjadi pada tahun 2004 dan 2005. Hal ini disebabkan Kabupaten Belitung masih bersatu dengan Kabupaten Belitung Timur. Sehingga setelah terjadi pemekaran wilayah pada tahun 2005, nilai produksi hasil perikanan pada tahun 2006 mulai menurun di Kabupaten Belitung. Namun secara statistik dari tahun 2006 – 2008 terjadi peningkatan produksi hasil perikanan yang signifikan seperti dapat dilihat pada Tabel 8.
Peningkatan produksi perikanan budidaya yang sangat signifikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ada peran serta aktif pembudidaya baik budidaya ikan air tawar maupun ikan air laut, mudah memperoleh sarana dan prasarana produksi ikan (bibit, pakan, vitamin, obat-obatan, dan teknologi) serta sistem pemasaran yang sudah sangat baik. Hal ini tidak terlepas juga dari peran serta Dinas Kelautan dan Perikanan melalui pembinaan langsung ke lapangan seperti bimtek perikanan dan bantuan modal usaha.
Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh pelaku usaha perikanan tiap tahun menunjukkan hasil yang meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan pasar ditempat tujuan ekspor, yaitu Singapura. Ekspor ikan ke Singapura dilakukan oleh lima perusahaan ikan yang ada di Kabupaten Belitung yaitu CV. Wadah Lautan Makmur, PT. Nelayan Mitra Mandiri, CV. Laut Jaya, PT. Eka Lancar Mandiri, dan PT. Serikat Indo Makmur. Kelima perusahaan tersebut melakukan ekspor ke Singapura karena memiliki izin dan pasar disana. Sedangkan untuk perusahaan ikan dan pengusaha perorangan skala menengah biasa mengirim ikan ke Jakarta atau Bangka. Pada tahun 2008 terjadi penurunan
ekspor ikan dari 856 ton tahun 2007 menjadi 696 ton tahun 2008, hal ini disebabkan turunnya permintaan ikan dari Singapura untuk beberapa komoditas karena adanya isu pemakaian formalin pada ikan.
4.4 Pemasaran Hasil Tangkapan
Sistem pemasaran hasil tangkapan yang dilakukan di PPN Tanjungpandan berbeda dengan pelabuhan lainnya yaitu tanpa melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Mekanisme pendistribusian ikan hasil tangkapan hingga ke konsumen melalui pengumpul ikan, pedagang besar, perusahan pengolahan, dan pengecer. Berikut saluran distribusi pemasaran hasil tangkapan di PPN Tanjungpandan.
Gambar 8 Diagram saluran distribusi pemasaran hasil tangkapan di PPN Tanjungpandan
Ada dua cara pendistribusian hasil tangkapan nelayan jaring insang di PPN Tanjungpandan, yaitu melalui pengumpul ikan atau langsung kepada konsumen. Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan hingga mencapai konsumen sebagian
Nelayan
Konsumen Pengumpul ikan
Pedagang Pengecer Perusahaan pengolahan Pedagang besar Konsumen Pengecer Konsumen Konsumen
besar dijual melalui pengumpul ikan dengan adanya kesepakatan harga antara nelayan dan pengumpul. Pengumpul ikan kemudian menjual lagi ikan tersebut kepada perusahaan pengolahan untuk diolah menjadi fillet ikan atau ikan beku untuk tujuan ekspor atau antarlokal melalui pedagang besar. Pedagang besar kemudian langsung menjual ikan olahan tersebut kepada konsumen. Selain itu pengumpul juga menjual ikan hasil tangkapan kepada pedagang di pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian besar ada juga pengecer yang membeli ikan dari pedagang di pasar atau bahkan langsung dari pengumpul ikan untuk dijual kepada konsumen.
4.5 Sarana dan Prasarana Perikanan
Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan, Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan bertugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.
Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.
Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan antara lain :
1) Fasilitas pokok
Terdiri dari alur pelayaran, kolam pelabuhan, jetty, turap/revetment, jalan komplek, areal pelabuhan dan tanah perumahan.
2) Fasilitas fungsional
Terdiri dari pabrik es, gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI), gudang pengepakan, reservoir (bak air), menara air, sumur, jaringan air, pengolahan air, tangki BBM, kios BBM, bengkel, dok (slipway), rumah mesin derek, balai pertemuan nelayan, gudang pendingin, menara navigasi, shelter nelayan, drainase, gardu PLN, jaringan listrik dan lampu jalan, pos jaga, kantor administrasi, Pos Pelayanan Terpadu, area parkir, gudang peralatan,
showroom produk hasil perikanan, gudang penumpukan, dan gudang es.
3) Fasilitas penunjang
Terdiri dari rumah dinas, mess operator, MCK, alat-alat komunikasi, kendaraan dinas, gerobak motor dan motor roda dua.
Adapun seluruh fasilitas yang tersedia di PPN Tanjungpandan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 7. Pada tahun 2007 terjadi penurunan pendapatan di pelelangan, disebabkan banyaknya nelayan menjual ikan langsung ke perusahaan ikan tanpa melalui pelelangan. Selain itu retribusi pelelangan juga menurun sangat besar dikarenakan pada Bulan Mei 2008 Koperasi Nelayan Sejahtera tidak dapat menyelenggarakan pelelangan. Hal ini disebabkan koperasi tidak dapat memberikan ransum kepada anggotanya untuk melaut sehingga hampir semua anggota koperasi tersebut bermitra dengan perusahaan perikanan atau pengumpul ikan yang menyiapkan bahan makanan serta menampung ikan hasil tangkapan. Pada jasa tambat labuh juga terjadi penurunan penerimaan akibat belum beroperasinya semua tambat labuh milik Dinas Kelautan dan Perikanan Tanjungpandan. Sehingga penerimaan tambat labuh hanya diperoleh dari retribusi tambat labuh di PPI Selat Nasik. Selain itu pemanfaatan tambat labuh juga lebih banyak dimanfaatkan oleh nelayan kecil dengan ukuran kapal 0,5-1 GT. Sedangkan untuk pabrik es, pada tahun 2008 fasilitas ini sudah tidak beroperasi lagi akibat adanya kegiatan rehab dan penggantian mesin pembuat es baru.