• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul Analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul Analisis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Kajian yang relevan dengan penelitian yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Kesepadanan Makna Dan Keberterimaan Bahasa Informal Pada Terjemahan Tuturan Slang Dalam Novel P.S I Love You Karya Cecelia Ahern”. Dalam penelitiannya, Pristinian mengidentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan bahasa slang yang terdapat di novel tersebut. Selain itu, ia juga meneliti tingkat kesepadanan dan keberterimaan makna teks terjemahan bahasa slang yang terdapat dalam novel P.S I Love You karya Cecelia Ahern. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan bentuk content analysis.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data objektif dan afektif. Data objektif dalam penelitian ini berupa tuturan slang yang terdapat dalam novel P.S I Love You dan terjemahannya serta dokumen mengenai slang dalam masyarakat Irlandia (Irish Slang). Selanjutnya, penilaian terhadap pemahaman kualitas serta keberterimaan data dari pembaca awam maupun pengamat ahli digunakan sebagai data afektif. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, ditemukan 95 data yang dibagi menjadi 26 kategori, yaitu bloody, hiya, da, arse, shite, dry shite, jaysus, screw, kip, nuts, quid, ride, scarlet, eejit, dope, feck, feck

(2)

off, local, grand, dodgy, wreck, oddball, dump, knackered, eefing and blinding, dan balls.

Hasil penelitian Yugasmara terbagi menjadi temuan terhadap slang, dan keberterimaan kandungan bahasa informal dalam terjemahan slang. Teknik yang digunakan dalam menerjemahkan bentuk slang dalam novel P.S I Love You adalah reduction, calque, dan variation atau gabungan dari ketiganya. Pada tingkat kesepadanan makna, berdasarkan hasil kuesioner ditemukan 81 (85,56%) data nilai yang sepadan, 11 (12,63%) data kurang sepadan, dan 3 (2,10%) data tidak sepadan. Dari penilaian keberterimaan makna, ditemukan 86 (90,52%) data berterima, 6 (6,31%) data kurang berterima, dan 3 (2,10%) data tidak berterima. Namun terhadap keberterimaan kandungan bahasa informal data, pembaca awam memberikan penilaian berterima terhadap 62 (65,26%) data dan kurang berterima terhadap 33 (34,73%) data.

Dalam kajian ini pun terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Persamaannya adalah terletak pada topik bahasa slang tetapi dalam penelitian Yugasmara juga menganalisis kesepadanan makna dan keberterimaan bahasa informal. Perbedaan lainnya adalah sumber data, pada penelitian sebelumnya digunakan novel berbahasa Inggris dan kuesioner sebagai sumber data, sedangkan pada penelitian ini digunakan komik berbahasa Jepang.

Ary Murti (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Slang Words And It’s Indonesian Translation”. Dalam skripsinya, Ary Murti mengidentifikasikan kata slang dan menganalisis kesetaraan hasil terjemahannya yang berupa bahasa

(3)

Indonesia dengan bahasa aslinya yang berupa bahasa Inggris yang terdapat dalam film Crank Voltage II:High Voltage karya sutradara Neveldine. Penelitian Ary Murti juga menganalisis bagian-bagian dialog yang diperhalus terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini dilandasi teori yang dikemukakan oleh Larson (1998) dan Jay (1992). Data dari penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan dipaparkan secara deskriptif.

Hasil penelitian Ary Murti adalah tidak semua kata-kata slang bisa diterjemahkan secara harfiah dan kata per kata. Kata-kata slang pada dialog film bisa juga diterjemahkan secara konotatif, idiomatik, dan eufemisme. Hal tersebut tergantung pada situasi dan kondisi dalam mencapai tujuan dalam proses penerjemahan. Kegunaan dari eufemisme dalam menerjemahkan beberapa dialog yang tidak sesuai dalam sebuah film sangatlah penting peranannya. Dialog-dialog tersebut tidaklah patut jika diterjemahkan secara langsung untuk menghindari kebingungan pada penonton yang menyaksikan film tersebut.

Dalam kajian ini pun terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Persamaannya adalah terletak pada topik bahasa slang dan sama-sama meneliti prosedur penerjemahan. Namun dalam penelitian sebelumnya peneliti lebih meneliti menggunakan teori eufemisme. Perbedaan lainnya terlihat pada objek penelitiannya, yaitu film berbahasa Inggris dan komik berbahasa Jepang.

Desfriani (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerjemahan Bahasa Vulgar Dari Bahasa Indonesia Ke Bahasa Jepang Dalam Novel Cantik Itu Luka”. Dalam skripsinya, Desfriani mengidentifikasikan prosedur dan metode

(4)

penerjemahan yang menerjemahkan bahasa vulgar dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan dari bahasa Indonesia ke bahasa Jepang yang dalam bahasa Jepang berjudul Bi Wa Kizu serta mengidentifikasi cara norma Jepang memberikan ruang untuk menerjemahkan bahasa vulgar sebagaimana bentuk aslinya. Dalam penelitian ini data penelitian dianalisis menggunakan metode penelitian deskriptif.

Hasil penelitian Desfriani adalah diketahui bahwa metode penerjemahan komunikatif dan dua prosedur penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan bahasa vulgar dalam novel Cantik Itu Luka ke dalam bahasa Jepang. Prosedur penerjemahan yang digunakan penerjemah yaitu pergeseran bentuk (transposisi) dan pergeseran makna (modulasi). Di tengah budaya seksual yang terkenal ekstrim, norma Jepang tidak memberi cukup ruang untuk menerjemahkan bahasa vulgar yang ada di Indonesia sebagaimana makna aslinya. Mereka lebih suka menggunakan penghalusan bahasa (eufemisme) untuk menjelaskan hal-hal yang vulgar tersebut.

Dalam kajian ini pun terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Persamaannya adalah terletak pada topik bahasa vulgar yang juga merupakan bagian dari bahasa slang. Persamaan lainnya adalah dalam penelitian ini juga sama-sama meneliti prosedur dan metode penerjemahan. Perbedaan lainnya terlihat pada objek penelitiannya, yaitu novel dan manga (komik).

Ketiga kajian di atas memberi manfaat yang cukup banyak untuk penelitian ini. Kajian-kajian tersebut dapat menambah pemahaman dan gambaran

(5)

penelitian mengenai metode dan prosedur penerjemahan. Selain itu, menambah referensi teori yang dapat digunakan.

2.2 Konsep

Adapun pada sub bab ini, berikut adalah konsep yang akan dideskripsikan dan akan digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian ini.

2.2.1 Komik

Komik yang dalam bahasa Jepang juga disebut dengan manga, di dalam kamus Kokugojiten, manga memiliki dua arti: (1) gambar yang mengandung sindiran, dilukis dengan garis-garis sederhana dan terlihat melebih-lebihkan sesuatu, (2) suatu kisah yang berpusat pada gambar, atau disebut juga dengan komik (Ono & Tanaka, 1995:1307).

Pada dasarnya, tidak ada perbedaan makna antara manga dan komik (yang berasal dari kata comic dalam bahasa Inggris). Sebagian orang Jepang ada yang mengadaptasi kata komik, yang dalam lafal orang Jepang disebut komikkusu untuk menyebut manga (Schodt, 1983:18)

2.2.2 Bahasa Slang

Bahasa slang merupakan bahasa yang memusatkan kepada sebuah perbedaan dari bahasa pada umumnya. Bahasa slang tidak menggunakan bahasa sastra ataupun bahasa yang mengandung ungkapan puitis yang sering terdapat pada waka (puisi Jepang yang ada sejak akhir abad ke-6 hingga ke-8) ataupun haiku (puisi Jepang yang ada setelah akhir abad ke-19). Namun pada saat ini, bahasa slang telah mengikuti arus jaman dan arti dari bahasa slang itu sendiri pun

(6)

semakin luas. Selain itu, istilah dalam percakapan sehari-hari pun hampir seluruhnya telah menjadi bahasa slang. (Machi, 2000:1)

Menurut Kridalaksana (2008), slang merupakan:

Ragam bahasa tak resmi yang dipakai oleh kaum remaja atau kelompok-kelompok sosial tertentu untuk komunikasi sebagai usaha supaya orang-orang kelompok lain tidak mengerti: berupa kosakata yang serba baru dan berubah-ubah.

Dari definisi tersebut, terlihat bahwa penggunaan slang terbatas pada komunikasi dalam kelompok masyarakat tertentu. Jika bahasa slang dari suatu kelompok digunakan untuk ataupun oleh kelompok lain (dengan catatan bahwa kelompok tersebut tidak menanyakan ataupun mengetahui artinya), dapat dipastikan bahwa tidak akan terjadi komunikasi yang baik. Hal ini didukung dengan definisi dari Abdul Chaer dan Leonie (2004:22) yang menyebutkan bahwa slang adalah “variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia”. Artinya, variasi ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu. Oleh karena itu, kosakata yang digunakan dalam bahasa slang ini selalu berubah-ubah. Slang bersifat temporal, dan lebih umum digunakan oleh kaum muda, meskipun kaum tua pun ada pula yang menggunakannya, dan cenderung mengandung kata-kata kasar ataupun vulgar. Karena slang ini bersifat kelompok dan rahasia, maka timbul kesan bahwa slang ini adalah bahasa rahasianya para penjahat, padahal tidaklah demikian. Faktor kerahasiaan ini menyebabkan pula kosakata yang digunakan dalam slang selalu berubah.

(7)

2.2.3 Penerjemahan

Penerjemahan adalah proses menerjemahkan makna ke suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksud oleh pengarang (Newmark, 1988:5)

2.2.4 Prosedur Penerjemahan

Menurut The Macquarie Dictionary dalam buku Pedoman bagi Penerjemah (Machali, 2009:91-92) disebutkan bahwa pengertian dari prosedur adalah perbuatan atau cara kerja dalam segala tindakan atau proses.

2.2.5 Metode Penerjemahan

Metode penerjemahan lebih kepada sebuah cara yang digunakan oleh penerjemah dalam proses penerjemahan sesuai dengan tujuannya, sehingga metode penerjemahan sangat mempengaruhi hasil terjemahan (Molina dan Albir, 2002:507-508). Perbedaan antara prosedur dan metode penerjemahan terletak pada satuan penerapannya. Metode penerjemahan berkenaan dengan keseluruhan teks, sedangkan prosedur penerjemahan berlaku untuk kalimat dan satuan bahasa yang lebih kecil seperti klausa, frase, dan kata. (Machali, 2009:91-92)

2.3 Kerangka Teori

Dalam sub bab ini dipaparkan teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian ini.

(8)

2.3.1 Prosedur Penerjemahan

Vinay dan Darbelnet (dalam Venuti (ed.) 2000:84-93) telah mengidentifikasikan prosedur penerjemahan menjadi tujuh jenis. Menurut Vinay dan Darbelnet tujuh prosedur tersebut dapat dikategorikan lebih lanjut menjadi dua prosedur penerjemahan, yaitu penerjemahan langsung atau harfiah dan penerjemahan tidak langsung. Tiga bagian pertama prosedur yang akan dijabarkan berikut termasuk ke dalam penerjemahan langsung atau harfiah, dan bagian yang lainnya termasuk ke dalam penerjemahan secara tidak langsung. Berikut adalah penjabaran lebih jelas mengenai ketujuh prosedur penerjemahan menurut Vinay dan Darbelnet.

1. Peminjaman (Borrowing)

Untuk mengatasi kesenjangan, biasanya terdapat pada metalinguistik (misalnya terdapat suatu konsep yang tidak dikenal dalam budaya bahasa target), peminjaman adalah salah satu prosedur penerjemahan yang paling mudah dari semua prosedur yang ada. Peminjaman ini banyak digunakan untuk memperkenalkan “rasa” atau ungkapan dari BSu. Peminjaman tidak hanya digunakan untuk memperkenalkan unsur “warna” dari sebuah BSu, namun pada saat yang sama mungkin saja memiliki efek yang signifikan terhadap pesan yang terkandung. Sebagai contoh, nama makanan Mexico “tequila” dan “tortillas” tetap diterjemahkan begitu saja. Dalam hal ini “tequila” dan “tortillas” adalah pinjaman dari bahasa Spanyol dan menggunakan

(9)

pinjaman ini ke dalam terjemahan bahasa Indonesia, kebudayaan Mexico pun diperkenalkan.

2. Kalke (Calque)

Kalke adalah salah satu jenis khusus dari bentuk borrowing dimana sebuah bahasa meminjam pada bentuk ungkapan lainnya, tapi penerjemah menerjemahkannya secara harafiah dari masing-masing unsur tersebut. Hasilnya adalah baik itu adalah kalke leksikal yang menghormati struktur sintaksis BSa sambil memperkenalkan cara baru untuk mengungkapkan suatu ekspresi. Contoh kalke leksikal bahasa Inggris ke dalam bahasa Prancis:

Compliments of the Season! Salam dari musim! ‘Pujian Musim!’

⟶ Compliments de la saison! Salam dari musim! ‘Pujian Musim!’

Selain itu terdapat kalke struktural, yaitu memperkenalkan kontruksi baru ke dalam suatu bahasa. Contoh kalke struktural bahasa Inggris ke dalam bahasa Prancis:

Science Fiction Ilmu Fiksi ‘Fiksi Ilmiah’ ⟶ Science Fiction Ilmu Fiksi ‘Fiksi Ilmiah’

(10)

3. Penerjemahan Harafiah (Literal Translation)

Yang dimaksud dari penerjemahan harafiah atau penerjemahan kata-demi-kata adalah pemindahan langsung dari teks bahasa sumber (TSu) ke dalam teks bahasa sasaran (TSa) secara gramatikal dan idiomatik, dimana terlihat penerjemah menerjemahkan setiap unsur dari bahasa sumber. Misalnya penerjemahan harafiah dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Prancis:

I left my spectacles on the table downstairs Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah ‘Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah’ ⟶ J’ai laisse mes lunettes sur la table en bas Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah ‘Saya meninggalkan kacamata saya di atas meja di bawah’

4. Transposisi (Transposition)

Transposisi melibatkan penggantian satu kelas kata dengan yang lain tanpa mengubah makna pesan. Ada dua jenis transposisi, yaitu transposisi wajib dan transposisi opsional. Transposisi wajib terjadi ketika bahasa sasaran (BSa) tidak memiliki pilihan lain karena sistem bahasa. Misalnya prosedur transposisi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Prancis:

As soon as he gets up…

Segera setelah dia (laki-laki) bangun… ‘Segera setelah dia (laki-laki) bangun…’ ⟶ Dès son lever… Sejak dia (laki-laki) bangun… ‘Sejak dia (laki-laki) bangun…’

(11)

Sebuah transposisi opsional adalah salah satu prosedur yang dapat dipilih oleh penerjemah untuk kepetingan style (gaya), ataupun jika dikatakan cocok dalam pengucapan bahasa sumber (BSa).

5. Modulasi (Modulation)

Modulasi adalah variasi dari bentuk pesan yang memperoleh pergeseran sudut pandang. Pergeseran ini dapat dibenarkan ketika hasil terjemahan dekat dalam ucapan tata bahasa yang benar, tetapi dianggap tidak cocok, tidak idiomatik atau canggung dalam bahasa sasaran (BSa). Ada dua jenis modulasi, yaitu bebas atau modulasi opsional dan modulasi tetap atau wajib.

Modulasi bebas atau opsional umumnya diadopsi karena alasan non linguistik. Hal ini sebagian besar digunakan untuk menekankan makna, untuk mempengaruhi keselarasan atau untuk mengetahui bentuk alami dalam BSa.

Modulasi wajib atau tetap dipakai ketika sebuah kata, frase atau struktur yang tidak dapat ditemukan dalam BSa. Sebuah kalimat aktif diterjemahkan ke dalam satu pasif adalah turunan dari jenis ini.

6. Persamaan Derajat (Equivalence)

Dalam prosedur ini penerjemah menggunakan struktur yang sama sekali berbeda dengan makna yang berbeda dari teks bahasa sumber (TSu) asalkan dianggap tepat dalam situasi komunikatif dan setara dengan teks bahasa sumber (TSu).

(12)

Like a bull in a china shop Bagai seekor banteng di sebuah Cina toko ‘Bagai seekor banteng di sebuah toko Cina’

⟶ Comme un chien dans un jeu de quilles Bagai seekor anjing di sebuah permainan dari bowling

‘Bagai seekor anjing di sebuah permainan bowling’

7. Adaptasi (Adaptation)

Prosedur ini diadopsi ketika objek atau situasi yang dimaksud dalam pesan bahasa sumber (BSu) tidak dikenal dalam budaya bahasa sasaran (BSa). Dalam kasus seperti ini penerjemah harus menciptakan ekspresi atau ungkapan baru untuk situasi baru yang dapat dianggap setara. Contoh adaptasi dari bahasa Prancis ke dalam bahasa Inggris:

Trois hommes et un couffin Tiga laki-laki dan sebuah boks bayi ‘Tiga laki-laki dan sebuah boks bayi’ ⟶ Three men and a baby Tiga laki-laki dan seorang bayi ‘Tiga laki-laki dan seorang bayi’

2.3.2 Metode Penerjemahan

Newmark telah mengidentifikasikan metode penerjemahan menjadi delapan jenis. Kemudian Newmark membaginya kembali menjadi dua kelompok penerjemahan yaitu (1) metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sumber (BSu) antara lain, penerjemahan kata-demi-kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan setia, dan penerjemahan semantis. (2) metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran (BSa) antara lain, adaptasi, penerjemahan

(13)

bebas, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. (Newmark, 1988:45-47)

1. Penerjemahan Kata-demi-Kata

Dalam metode penerjemahan jenis ini biasanya kata-kata TSa langsung diletakkan di bawah versi TSu. Kata-kata dalam TSu diterjemahkan di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini dipergunakan sebagai tahapan prapenerjemahan pada penerjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme BSu.

2. Penerjemahan Harafiah

Konstruksi gramatikal BSu dicarikan padanannya yang terdekat dalam TSa, tetapi penerjemahan leksikal atau kata-katanya dilakukan terpisah dari konteks. Penerjemahan yang lepas konteks semacam ini selain menghasilkan versi TSa yang tak bermakna, juga menghasilkan versi TSa yang tidak lazim. Maka seperti halnya metode Penerjemahan Kata-demi-Kata, dalam proses penerjemahan, metode ini dapat digunakan sebagai metode pada tahap awal pengalihan, bukan sebagai metode yang lazim. Sebagai proses penerjemahan awal, metode ini dapat membantu penerjemah melihat masalah yang harus diatasi.

3. Penerjemahan Setia

Penerjemahan setia mencoba memproduksi makna kontekstual TSu dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata

(14)

bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan TSu, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang terasa kaku dan asing. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk membantu penerjemahan dalam proses awal pengalihan.

4. Penerjemahan Semantis

Apabila dibandingkan dengan metode penerjemahan setia, penerjemahan semantis lebih luwes, sedangkan penerjemahan setia lebih kaku dan tidak berkompromi dengan kaidah TSa. Penerjemahan semantis harus pula mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit bermuatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional.

5. Adaptasi (Termasuk Saduran)

Adaptasi merupakan metode penerjemahan yang paling bebas dan paling dekat dengan BSa. Istilah “saduran” dapat dimasukkan di sini asalkan penyadurannya tidak mengorbankan hal-hal penting dalam TSu, misalnya tema, karakter, ataupun alur. Biasanya metode ini dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi, yaitu yang mempertahankan tema, karakter, dan alur. Tetapi dalam penerjemahan, terjadi peralihan budaya BSu ke budaya BSa, dan teks asli ditulis kembali serta diadaptasi ke dalam TSa.

(15)

6. Penerjemahan Bebas

Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan bentuk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek daripada aslinya. Metode ini sering dipakai di kalangan media massa.

7. Penerjemahan Idiomatik

Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalam teks BSu, tetapi sering dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan demikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna.

8. Penerjemahan Komunikatif

Metode ini mengupayakan reproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu, versi TSa-nya pun langsung berterima. Sesuai dengan namanya, metode ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Melalui metode ini, sebuah versi TSu dapat diterjemahkan melalui beberapa versi TSa sesuai dengan prinsip-prinsip sebelumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Jika algoritma genetika ini diterapkan untuk menyusun suatu lintasan produksi yang baru, maka harus diperhatikan parameter genetika yang digunakan , seperti jumlah populasi,

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan Standar Kompetensi adalah perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau

[r]

Untuk hal itu akan ditampilkan data nilai kapasitansi dan konstanta dielektrik minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan pada saat sebelum digunakan dan

Pelanggan akan bertanggung jawab atas biaya-biaya yang wajar dan jumlah-jumlah lainnya yang dapat ditanggung oleh IBM terkait dengan setiap informasi tersebut yang diberikan kepada

Ga mbar 6 menje laskan tentang aplikasi AR yang dapat mengenali mark er gedung yang terdapat dala m brosur sehingga dapat menampilkan objek 3D berbentuk gedung. ARCam

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39

Salah satu media yang memiliki kekuatan dalam menanamkan pesan adalah film, sedangkan salah satu film layar lebar Indonesia yang banyak menampilkan unsur