• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN BREAK-EVEN DAN SALES MINIMAL DALAM PRODUKSI BRIKET BATUBARA PADA USAHA KARYA BERSAMA SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN BREAK-EVEN DAN SALES MINIMAL DALAM PRODUKSI BRIKET BATUBARA PADA USAHA KARYA BERSAMA SAMARINDA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://karyailmiah.polnes.ac.id

PENERAPAN BREAK-EVEN DAN SALES MINIMAL DALAM

PRODUKSI BRIKET BATUBARA PADA USAHA KARYA

BERSAMA SAMARINDA

Khairil Akbar

(Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)

Abstrak

KHAIRIL AKBAR: Penerapan Break-Even dan Sales Minimal dalam produksi briket

batubara pada Usaha Karya Bersama Samarinda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan usaha kecil atau industri kecil dalam melakukan usaha produksi dengan mengeluarkan biaya yang sama besarnya dengan penerimaan usaha. Dimana laba (profit) yang diharapkan dapat dilakukan melalui penjualan minimal (Sales Minimal). Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya variabel (Variable Cost).

Proses produksi pembuatan briket melalui tahapan sebagai berikut : Persiapan, Penggerusan, Pencampuran, Pencetakan, Pengeringan dan Pengemasan (Parking). Sedangkan bahan baku yang harus disiapkan adalah batubara, tanah liat dan tepung kanji. Untuk biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 18.667.200,- dengan unit produksi dan dijual minimal sebanyak Rp 26.667 kg atau 26,667 ton atau dalam rupiah sebesar Rp 32.000.000,- jika laba yang diharapkan hanya sebesar Rp 5.000.000,- Padahal keadaan break-even sebanyak 15.556 kg atau 15,556 ton dibulatkan menjadi 16 ton. Pada awal biaya tetap hanya sebesar Rp 7.000.000,- dan biaya varibel sebesar Rp 3.000.000,- secara otomatis perubahan laba yang diharapkan dapat ditentukan dengan jumlah produksi dan dijual sama besarnya. Sales minimal dapat dikurangkan dengan total biaya dimana biaya variabel ikut berubah sering dengan unit penjualan minimal.

Kata Kunci : Pendapatan/Penjualan, Total Biaya, Biaya Tetap, Biaya Variabel, BEP

PENDAHULUAN

Dengan adanya peluang kegiatan industri kecil dalam produksi pembuatan briket dan unit industri dan menengah yang ada serupa sekitar Propinsi Kalimantan Timur pada umumnya dan Kotamadya Samarinda khususnya, timbul gagasan yang dapat mengurangi tenaga kerja yang masih belum bekerja atau menganggur yang jumlahnya tidak sedikit diwiliyah Samarinda. Briket batubara merupakan bahan bakar padat yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini juga merupakan bahan bakar alternative atau merupakan pengganti minyak minyak tanah yang paling murah dan dimungkinkan untuk dikembangkan secara masal

dalam waktu yang relative singkat mengikat tekhnologi dan peralatan yang digunakan secara sederhana.

Dilihat kegiatan industri Usaha Karya Bersama Samarinda pembuatan briket yang dicetak secara manual dengan menggunakan bahan baku batubara dan menggeluarkan biaya cukup memadai dalam memproduksi briket per harinya dengan tipe atau jenis briket telur , briket jengkol maupun briket kaleng.

Sedangkan kita amati dengan benar dalam proses produksi yang dilakukan oleh usaha kecil dan menengah dengan digunakan sebagai alternative pengganti minyak tanah dalam proses produksi briket sebanyak 4.000 kg atau 4 ton. Hal ini sekaligus dapat mengetahui biaya yang

(2)

11.000.000,- . Sebetulnya tekhnik proses produksi briket dengan mengetahui jumlah produksi yang dihasilkan, biaya yang dikeluarkan penghasilan sama besarnya . Sehingga dalam proses pembuatan briket ini yang dapat diperlukan bagaimana proses produksi pembuatan briket ini dapat memberikan keuntungan. Dalam penentuan laba yang dilakukan setiap periodenya maka penjualan yang dilakukan dapat diupayakan tercapai dengan biaya produksi yang dikeluarkan dan jumlah briket yang terjual dapat memberikan keuntungan pula. Mengenai kebutuhan atau permintaan terhadap hasil produksi briket berdasarkan pesanan yang digunakan untuk bahan bakar sebagai alternative pengganti minyak tanah bagi industri kecil dan menengah dalam usahanya mempunyai peluang yang sangat tinggi dibutuhkan usaha kecil dan menengah terutama industri tempe, jamu dan bandeng presto serta lampu pemanas ternak ayam. Terlihat peluang usaha industri kecil briket sehingga bila terjadi konversi minyak tanah ke gas akan menjadi tantangan bagi industri kecil atau Usaha Karya Bersama pembuatan briket dengan bahan baku batubara dalam proses produksinya dimana memerlukan sosialisasi kepada konsumen akhir untuk dapat lebih jelas dalam pemakaian briket batubara salah satu alternative pengganti minyak tanah yang lebih hemat biaya dan menguntungkan bagi usaha industri kecil di daerah-daerah usaha masing-masing sebagai pemakai.

METODOLOGI PENELITIAN

Realisasi Pemecahan Masalah

Untuk mendukung penelitian ini , yang digunakan untuk proses produksi briket dengan analisis break-even dan sales minimal yang dapat diketahui biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi briket dengan menggunakan biaya variabel terdiri dari bahan baku batubara , tanah liat,kapur dan air serta tenaga kerja Sedangkan biaya tetap terdiri sewa lokasi atau tempat dan peralatan untuk proses produksi dari bahan baku dan bahan penolong menjadi barang setengah jadi kemudian menjadi barang jadi berupa briket yang siap dijual.

Sedangkan tujuan proses produksi pembuatan briket dalam program vucer ini adalah : 1. Bahan baku batubara mudah diperoleh untuk

digunakan proses produksi pembuatan briket. 2. Cara proses produksi pembuatan briket

dengan bahan baku batubara non karbonisasi atau type biasa

dan dipasarkan melalui sosialisasi dan promosi dengan memperkenalkan briket Usaha Karya Bersama Samarinda Kalimantan Timur

4. Harapan dapat menghasilkan laba dari investasi dana atau modal yang digunakan dalam pengeluaran biaya produksi briket jenis tipe telur , jengkol dan type kaleng.

5. Bantuan dana dari pihak ke tiga baik Bank maupun non Bank untuk digunakan memperluas usaha briket melalui usaha ikutannya sangat diperlukan.

6. Memperkenalkan mitra kerja industri kecil Usaha Karya Bersama Samarinda dalam produksi briket dengan Departemen Perdagangan dan Industri Samarinda Kalimantan Timur.

7. Salah satu membantu pemerintah untuk mengatasi penggangguran di masyarakat yang mengalami peningkatan dengan memberikan bimbingan bagi tenaga kerja langsung cara pembuatan briket dan sekaligus untuk mendapatkan upah atau pendapatan mereka.

Khalayak Sasaran

Dalam Penelitian ini dilakukan melibatkan sasaran adalah terutama usaha industri kecil Bapak Muchlis sekitar daerah kelurahan kecamatan Samarinda Utara Samarinda Kalimatan Timur. Selain itu diikuti para pemuda setempat , tenaga penyuluh dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian dan Dosen dari Politeknik Samarinda.

Penentuan lokasi dilakukan dekat dengan bahan baku batubara yaitu untuk memudahkan dalam proses produksi briket yang sesuai dengan kapasitas produski kebutuhan konsumen atau masyarakat dan paling penting juga keadaan cuaca yang harus diperhatikan untuk proses pengeringan. Dalam pelaksanaan program vucer ini menggunakan metode cermah dan tanya jawab dari satu tempat ke tempat lain tentang produksi pembuat briket tentang proses produksi. praktek langsung dalam pembuatan briket adalah :

1. Persiapan Lokasi yang tepat 2. Gudang

3. Tenaga Kerja 4. Bahan Baku

5. Pengolahan atau Proses Produksi

6. Pembungkusan dan Pengepakan atau parking.

Tahapan-tahapan proses produksi pembuatan briket adalah :

(3)

http://karyailmiah.polnes.ac.id

Cara pembuatan atau proses produksi briket menggunakan mesin briket adalah 1. Persiapan

Batubara , tanah liat, tepung topioka(Lem) dan Kapur serta Mesin Cetak Briket Batubara

2. Penggerusan

Batubara yang telah disiapkan agar batubara menjadi hancur menjadi butiran-butiran kecil yang siap dicampur dengan tanah liat , topioka dan kapur

3. Pencampuran.

Setelah pengerusan dilakukan pencampuran bahan baku batubara , tanah liat, tepung topioka atau lem , kapur dan air yang siap dicetak

4. Pencetakan

Setelah pencampuran selesai dilakukan pencetakan sesuai dengan tipenya yang dikehendaki seperti telur,tahu, sarang tawon

5. Pengeringan

Proses berikutnya adalah mengeringkan briket batubara dengan cara diangin-anginkan atau di jemur di bawah terik matahari sehingga didapat briket yang sudah jadi untuk dikemas.

6. Pengemasan (Parking)

Pengemasan briket yang telah dikeringkan sesuai dengan waktu ditentukan dan sesuai dengan cuaca panas yang didapatkan sehingga siap dijual.

Alur Produksi Pembuatan Briket Yang Ditawarkan

Pada saat ini produk atau briket yang dihasilkan belum mencapai kualitas yang memuaskan karena dipengaruhi cuaca dalam proses produksi pembuatan briket dan kurang pengetahuan tentang pemilihan kalori batubara yang digunakan untuk memproduksi briket. Untuk keperluan kebutuhan pasar yang harsu dipenuhi cukup dengan cara produksi sekarang berdasarkan pesanan.

Alur produksi briket yang dilaksanakan dalam program vucer adalah;

Aliran Proses Produksi Pebuatan Briket Batubara sebagai berikut:

Proses Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi

Metode Yang Digunakan

Break-even Point dalam jumlah Briket yaitu :

Di mana:

Qs = Jumlah Briket yang dihasilkan dalam keadaan tidak untung atau rugi

FC = Biaya tetap yang dikeluarkan industir kecil atau pengusaha kecil

P = Harga jual per satuan V = Biaya variable per satuan

Sedangkan Break-Even dalam rupiah adalah:

Di mana :

Q Rp = Keadaan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan usaha industri kecil sama besarnya

FC = Biaya tetap yang dikeluarkan VC = Biaya variable yang dikeluarkan

Untuk penjualan minimal dalam jumlah briket adalah :

𝑺𝑴 =𝑭𝑪 + 𝑳 𝑷 − 𝑽 Di mana :

L = Laba diperoleh dari penerimaan setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk produksi.

Sedangkan penualan minimal dalam rupiah adalah:

𝑺𝑴 (𝑹𝒑) = 𝑭𝑪 + 𝑳 𝟏 − (𝑽𝑪𝑺 )

(4)

Hasil Penelitian

Melalui hasil penyuluhan dan praktek analisis break-even dan Sales minimal proses produksi pembuatan briket hasil penelitian oleh peneliti, maka didapatkan hasil sesuai dengan harapan yang diinginkan, yaitu dapat sepenuhnya mendukung program industri kecil atau unit usaha bersama atau usaha kecil dalam proses produksi pembuatan briket dapat dilangsungkan secara terus-menerus, berkesinambungan dengan kualitas atau kalori yang cukup dengan kebutuhan pasar , selanjutnya dapat ditingkatkan penerimaan atau pendapatan para industri kecil itu sendiri.

Selain itu pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen produksi briket ini merupakan hal yang baru serta mempunyai aspek yang sangat bermanfaat bagi peneliti sendiri. Hal ini diketahui dengan banyaknya pertanyaan serta peserta permintaan pasar peserta dalam program seperti ini hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.

Disamping itu peserta kelihatan antusias terhadap program yang ditawarkan dengan selalu mengikuti petunjuk-petunjuk yang disampaikan dengan tidak canggung mereka melakukan praktek dalam proses produksi briket.

Mulai persiapan pengolahan bahan baku batubara, tanah liat, tepung topioka atau lem dan air. Di mana peralatan cetak lengkap dan tenaga kerja langsung dalam proses produksi briket dari sistem produksi briket non karbonisasi atau biasa, jenis yang ini tidak mengalami dikarbonisasi sebelum diproses menjadi briket dan harganyapun lebih murah. Karena zat terbangnya masih terkandung dalam briket batubara maka pada penggunaannya lebih baik menggunakan tungku atau bukan kompor sehingga akan menghasilkan pembakaran sempurna dimana seluruh zat terbang yang muncul dari briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tunggu. Briket ini umumnya digunakan untuk industri kecil seperti usaha tempe, jamu , bandeng presto dan soto banjar bumbu.

Walaupun masih sering adanya keluhan dalam hal penggunaan briket tetapi berkat bimbingan dan bantuan peneliti ini ada beberapa yang penting ingin disajikan dan dibahas yang terkait dengan tingkat keberhasilan dan pendapat industri kecil atau usaha kecil tersebut.

Pengalaman bagi peneliti dari hasil kegiatan produksi melalui tahapan khusus adalah : a. Cara pembuatan atau proses produksi secara

manual dalam produksi briket yaitu:

dan Kapur, serta Mesin Cetak Briket Batubara

2. Penggerusan

Batubara yang telah disiapkan agar batubara menjadi hancur menjadi butiran-butiran kecil yang siap dicampur dengan tanah liat , topioka dan kapur

3. Pencampuran.

Setelah pengerusan dilakukan pencampuran bahan baku batubara , tanah liat, tepung topioka atau lem , kapur dan air yang siap dicetak

4. Pencetakan

Setelah pencampuran selesai dilakukan pencetakan sesuai dengan tipenya yang dikehendaki seperti telur,tahu atau jengkol dan kaleng

5. Pengeringan

Proses berikutnya adalah mengeringkan briket batubara dengan cara diangin-anginkan atau di jemur di bawah terik matahari sehingga didapat briket yang sudah jadi untuk dikemas.

6. Pengemasan (Parking)

Pengemasan briket yang telah dikeringkan sesuai dengan waktu ditentukan dan sesuai dengan cuaca panas yang didapatkan sehingga siap dijual.

Secara umum hasil kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap sebesar Rp 7.000.000,- dan biaya varibel sebesar Rp 3.000.000,- sebagai dasar penggolongan biaya masing-masing dan penerimaan dapat dilihat pada tabel berikutnya (dilampiran). Sedangkan jumlah produksi briket dengan menggunakan bahan baku batubara yang dihasilkan Usaha Karya Bersama Samarinda dalam keadaan break even sebanyak 15.556 kg atau 15,556 ton atau 16 ton dan biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 18.667.200,-

Pembahasan

Hasil Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian mandiri ini dapat dilakukan pembahasan untuk jumlah produksi yang dihasilkan dengan sistem produksi briket non karbonisasi dengan menggunakan tahap-tahapan secara umum yand dapat dilakukan adalah :

1. Sistem Produksi Briket Non Karbonisasi melalui persiapan alat cetak lengkap dan bahan baku batubara serta bahan campuran lainnya hingga tenaga kerja yang siap bekerja secara langsung dalam proses produksi pembuatan briket yang ditawarkan pada penelitian mandiri ini briket batubara tanpa karbonisasi yang

(5)

http://karyailmiah.polnes.ac.id

diterapkan usaha kecil dalam memproduksi kurang lebih sebanyak 4.000 kg 4 ton dengan biaya tetap sebesar Rp 7.000.000,- dan biaya Varibel sebesar Rp 3.000.000,- untuk memenuhi pesanan dari industri kecil lainya yang diharapkan dalam rencana penjualan dan sosialisasi serta promosi yang dilakukan oleh industri kecil dan tim vucer kepada masyarakat pemakai antara lain usaha tempe, jamu , bandeng presto dan warung soto banjar maupun rumah tangga.

2. Keseriusan para peserta penelitian mandiri dalam mengikuti petunjuk dan arahan sangat menunujang keberhasilan program ini, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam proses produksi pembuatan briket pada khususnya tentang biaya produksi yang dilakukan Usaha Karya Bersama Samarinda dengan industri kecil atau usaha kecil.

3. Ketrampilan dalam produksi pembuatan briket batubara dalam penelitian mandiri ini, merupakan suatu bekal sangat berharga bagi industri atau minimal dapat menerapakan metode break-even dan sales minimal dalam penentuan laba yang diharapkan dalam proses produksi maupun penjualan briket.

4. Metode Break-Even dan Sales Minimal secara umum dapat diterima dalam usaha kecil dan menengah untuk penentuan laba yang diharapkan peneliti , sebagai alat untuk merencanakan laba, jumlah produksi briket, biaya yang dikeluarkan sama besar dengan penerimaan sedangkan sales minimal untuk jumlah produksi dengan harapan untuk memperoleh laba. Penjualan minimal yang dilakukan peneliti , sebagai rencana laba yang diharapkan perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melakukan usaha produksi dan usaha lainnya.

5. Dengan adanya produksi pembuatan briket yang dilakukan peneliti dan usaha kecil briket dapat membantu pemerintah mengatasi pengangguran yang terjadi di masyarakat sekaligus memberikan pendapatan bagi tenaga kerja yang belum bekerja untuk mendapatkan upah atau otomatis memberikan pendapatan mereka.

6. Penghematan biaya bahan bakar bagi pelaku usaha kecil dan menengah dalam pemakaian briket.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Sistem produksi briket dalam program ini melalui persiapan alat cetak lengkap manual dan bahan baku batubara serta bahan campuran lainnya hingga tenaga kerja yang siap bekerja secara langsung dalam proses produksi pembuatan briket yang ditawarkan pada penelitian ini briket batubara tanpa karbonisasi yang diterapkan usaha kecil dalam memproduksi kurang lebih sebanyak 4.000 kg 4 ton dengan biaya tetap sebesar Rp 7.000.000,- dan biaya Varibel sebesar Rp 3.000.000,- untuk memenuhi pesanan dari industri kecil lainnya yang diharapkan dalam rencana penjualan dan sosialisasi serta promosi yang dilakukan oleh industri kecil dan tim vucer kepada masyarakat pemakai antara lain usaha tempe, jamu , bandeng presto dan warung soto banjar maupun rumah tangga. 2. Dalam mengikuti petunjuk dan arahan tim

vucer sangat menunujang keberhasilan program ini, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam proses produksi pembuatan briket pada khususnya tentang biaya produksi secara manual yang dilakukan Usaha Karya Bersama Samarinda dengan industri kecil atau usaha kecil.

3. Teknik produksi pembuatan briket batubara dalam program vucer ini, merupakan suatu bekal sangat berharga bagi usaha industri atau minimal dapat menerapakan metode break-even dan sales minimal dalam penentuan laba yang diharapkan dalam proses produksi maupun penjualan briket.

4. Metode Break-Even dan Sales Minimal secara umum dapat diterima dalam usaha kecil dan menengah untuk penentuan laba yang diharapkan , sebagai alat untuk merencanakan laba, jumlah produksi briket, biaya yang dikeluarkan sama besar dengan penerimaan sedangkan sales minimal untuk jumlah produksi dengan harapan untuk memperoleh laba. Penjualan minimal yang harus dilakukan pada penelitian , sebagai rencana laba yang diharapkan perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk melakukan usaha produksi dan usaha lainnya.

5. Perlu adanya mesin produksi pembuatan briket yang dilakukan harus dilakukan tim peneliti dan usaha kecil briket dapat membantu pemerintah mengatasi pengangguran yang terjadi di masyarakat sekaligus memberikan pendapatan bagi tenaga kerja yang belum bekerja untuk mendapatkan upah atau otomatis memberikan pendapatan mereka.

(6)

pemakaian briket.

Saran

Beberapa saran yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah :

1. Untuk dapat menginformasikan, mensosialisasikan dan mempromosikan kegiatan pemakaian bahan bakar briket sebagai bahan bakar alternative pengganti minyak tanah dan gas elpiji.

2. Dapat dilakukan produksi briket dalam sekala besar dengan menggunakan mesin briket seperti yang sedang dilakukan Politeknik Negeri Samarinda sekarang ini.

3. Memberikan bimbingan usaha kecil dan menengah dalam penggunaan briket dan kompor briket yang dilakukan seperti industri keci di Jawa.

4. Melalui pemerintah dapat mengevaluasi penggunaan minyak tanah dan gas elpiji jika kenaikan harga bahan bakar yang dilakukan usaha industri maka altenatif yang diharapkan mengganti bahan bakar briket.

5. Membuat briket dapat juga dilakukan bahan baku sampah kering seperti daun dan ranting serta bahan baku lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus, 2000. Manajemen Produksi: Perencanaan Sistem Produksi. BagianPenerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada ,Yogyakarta. Anonim .1995. Undang-Undangan Republik

Indonesia Nomor 9 tahun 1995 Tentang Usaha Kecil Jakarta: Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil. Anonim. 2007. Kemiskinan dan kerusakan

linkungan, Jakarta.

Aprialiani.Desy P 2007.Jurnal Ekonomi dan Sosial Univestias Udayana Fakultas Ekonomi Bali.

Assauri, Sopyan, 2000. Manajemen Produksi. Lembaga Penerbitan Fakulats Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Harsono. Manajemen Pabrik. Penerbit Balai Aksara, Jakarta.

Harding H A. 2000. Manajemen Produksi. Seri Manajemen, No. 35 Diterjemahkan oleh Magdalena AJ. Penerbit Aksara, Jakarta.

Penerbitan Fakulatas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Edisi Tiga. Jogjakarta. Sigit, Soehardi. 1979. Analisis Break-Even.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Swastha, Basu DH, 2000. Manajemen Barang

Dalam Pemasaran Bagian Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Masa depan Sabah terletak pada keupayaannya untuk meningkatkan infrastruktur fizikal (jalan raya, pelabuhan, elektrik, air dan salinghubungan data) serta infrastruktur tidak

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai unit manajemen pengelolaan hutan mempunyai peran yang strategis dalam memajukan dan memulihkan kondisi hutan. KPH merupakan

Kegiatan pokok yang dilaksanakan PKL adalah (1) pengawasan kebersihan Lingkungan disetiap rumah termasuk sekolah, tempat-tempat umum(TTU) dan tempat-tempat industri (TTI)

Penulis dalam menciptakan karya lukisnya memiliki kesamaan dengan karya galam yang sama-sama menampilkan wajah sebagai objek lukisnya dan juga sama-sama memiliki

Kode akreditasi Kode akreditasi yang diberikan oleh BAN-PT Wajib Diisi Status akreditasi Status akreditasi Perguruan Tinggi Wajib Diisi Keterangan akreditasi Keterangan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. Persentase kontribusi terbesar dicapai pada tahun 2012 yaitu 0,15% atau pada kriteria kontribusi sangat kurang. Pada tahun 2013

Dari penjelasan ayat ini, jelas bahwa ancaman Allah betul-betul ditujukan kepada orang-orang yang terlibat dalam menyampaikan berita hoax, baik orang-orang yang sudah

Berikut ini adalah algoritma untuk Form SMS Server, administrator atau general user diberikan empat pilihan tab yang berisi form – form Tab Pengaturan dan Pesan, Tab