• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

11 biofilm pada bakteri, sedangkan biofilm pada jamur yang berkaitan dengan kedokteran masih sedikit.

Infeksi jamur yang mampu membentuk biofilm biasanya sulit disembuhkan dengan terapi konvensional karena resisten terhadap agent antimikrobial. Biofilm Candida sp menunjukkan resistensi terhadap antifungal spektrum luas yang tersedia saat ini. Hal ini berimplikasi pada kebutuhan obat antimikrobial dengan target yang spesifik terhadap infeksi berkaitan dengan pembentukan biofilm. Penggunaan obat yang efektif untuk melawan infeksi yang berkaitan dengan pembentukan biofilm dapat membawa perkembangan besar pada pengobatan infeksi jamur (Mary A., 2004)

Beberapa pola kepekaan antifungal terhadap Candida sp telah dipelajari dalam beberapa penelitian. Uji aktivitas antifungal dilakukan dengan berbagai macam metode , salah satunya adalah metode dilusi cair . Metode ini digunakan untuk mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimal) yaitu konsentrasi antifungal terkecil yang mampu menghambat pertumbuhan jamur dan mengukur MBC (Minimum Bactericidal Concentration) atau KBM (Kadar Bunuh Minimal) konsentrasi antifungal terkecil yang mampu membunuh pertumbuhan jamur.

Penelitian pada 34 pasien dengan kandidiasis vulvovaginalis (KVV/KVVR) di URJ

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo menunjukkan sebanyak 52,94% disebabkan Candida albicans , sedangkan Candida non-albicans sebagai penyebab pada 41,18% pasien. Pola kepekaan in vitro obat antijamur terhadap beberapa spesies Candida, Candida albicans menunjukkan 16,7% resisten terhadap itrakonazol dan 5,6% resisten terhadap flusitosin. Candida glabrata menunjukkan 50% resisten terhadap itrakonazol. Candida tropicalis menunjukkan 75% resisten terhadap itrakonazol dan 25% resisten terhadap flukonazol ( Srihartati dkk., 2011)

(2)

12 Penelitian uji kepekaan pada kasus Kandidemia menunjukkan hasil uji kepekaan 101 (92,65) isolat masih peka terhadap flukonazol, hanya tiga isolat sensitive depends on dose (SDD) dan lima isolat resisten terhdap flukonazol. Hasil pemeriksaan terhadap vorikonazol 108 (99,08%) isolat peka sedangkan satu isolat SDD dan tidak ditemukan isolat yang resisten. Flukonazol masih tetap dapat digunakan untuk pengobatan kandidemia, sedangkan penggunaan Vorikonazol harus lebih hati-hati karena dalam waktu kurang dari 10 tahun telah ditemukan isolat SDD yang menunjukkan diperlukan dosis yang lebih tinggi untuk pengobatan kandidemia dengan vorikonazol (Wahyuningsih, 2009)

Penelitian tentang Pola Kepekaan Isolat Candida albicans dari Lesi Kandidosis Kutis Terhadap Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol di Poliklinik Mikologi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta terdapat 45 subyek penelitian menunjukkan pola kepekaan isolat C. albicans terhadap ketokonazol 100% sensitif, terhadap itrakonazol 91,1% sensitif, 6,7% intermediate, dan 2,2% resisten, serta terhadap flukonazol 93,3% sensitif dan 6,7% intermediate. ( Agustina, 2010)

Penelitian tentang pola kepekaan antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol terhadap isolat Candida sp yang mampu membentuk biofilm dan melihat perbedaan pola kepekaan antifungal antara isolat Candida sp dalam bentuk Biofilm dengan isolat Candida sp dalam bentuk Planktonik masih jarang dilakukan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apakah isolat klinik Candida sp koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM memiliki kemampuan memproduksi biofilm dan berapakah intensitasnya?

2. Bagaimanakah pola kepekaan isolat klinis Candida sp Planktonik terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol berdasarkan nilai MIC ( Minimal Inhibitory Concentration) ?

(3)

13 3. Bagaimanakah pola kepekaan isolat klinis Candida sp Biofilm terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol berdasarkan nilai MIC ( Minimal Inhibitory Concentration) ?

4. Apakah terdapat perbedaan pola kepekaan isolat klinis Candida sp Planktonik dengan isolat klinis Candida sp Biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol, dan Flukonazol?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji:

1. Kemampuan memproduksi biofilm dan intensitas biofilm isolat klinik Candida sp koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM

2. Pola kepekaan isolat klinik Candida sp planktonik koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol .

3. Pola kepekaan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol .

4. Perbedaan pola kepekaan isolat klinik Candida sp planktonik dengan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol

D. Keaslian Penelitian

Gordon Ramage dkk. ( 2001) meneliti tentang karakteristik pembentukan biofilm Candida albicans.Karakteristik biofilm C albicans pada 96 well microtitre plate diamati secara mikroskopik dan dimonitor aktivitas metabolisme sel biofilm dengan metode colorimetric menggunakan modified tetrazolium salt (2,3-bis(2-methoxy-4-nitro-5-sulfo-phenyl)-2H-tetrazolium-5-carboxanilide, XTT). Karakteristik pembentukan biofilm Candida

(4)

14 albicans terjadi perlekatan awal sejak 0 -2 jam hingga tahap pematangan setelah 24 -48 jam. Pemeriksaan dengan XTT-reduction menunjukkan hubungan yang linear antara kepadatan sel biofilm dengan aktifitas metabolisme C albicans.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan kemampuan memproduksi biofilm berdasarkan nilai OD dan pemeriksaan kepekaan antifungal dengan pengamatan aktivitas metabolisme berdasarkan uji kolorimetri menggunakan 3-(4,5-dimethyl-2-thiazolyl)-2,5-diphenyl-2H-tetrazolium bromide (MTT)

G. Marshall Lyon ( 2010) melakukan penelitian tentang Antifungal Susceptibility Testing of Candida Isolates from the Candida Surveillance Study. Dilakukan pemeriksaan antifungal susceptibility testing untuk memonitor proporsi beberapa spesies Candida yang menyebabkan penyakit invasif. Penelitian meliputi 41 institusi yang terlibat dalam surveillance . Hasil memunjukkan distribusi spesies Candida terbanyak adalah C. Albicans sebanyak 2.567 (43.5%) isolates.Resistensi terhadap fluconazole terjadi pada 1.2% isolat C. albicans dan 5.9% isolat C. glabrata

Dalam penelitian ini dilakukan pemeriksaan Antifungal Susceptibility Testing terhadap isolat klinik Candida sp pada Laboratorium Mikrobiologi dan mengamati proporsi spesies Candida albicans dan Candida non albicans

Dag I. dkk ( 2010) melakukan penelitian “ Evaluation of different detection methods of biofilm formation in clinical Candida isolates" dilakukan skrining terhadap 411 isolat klinis Candida spp menggunakan metode microtiter plate ( MTP), visual tube (TM) dan Congo Red Agar (CRA) untuk menentukan kemampuan membentuk Biofilm dan mengevaluasi reliabilitas metode tersebut sebagai metode skrining yang bisa digunakan. Akurasi metode TM dan CRA juga dievaluasi menggunakan MTP sebagai metode rujukan. Sebanyak 159 ( 38,7%) isolat Candida spp menunjukkan adanya biofilm secara fenotipik

(5)

15 dengan metode MTP. Dari ketiga metode yang diteliti, metode MTP direkomendasikan sebagai metode yang paling sensitif, mudah dikerjakan dan aplikatif untuk pemeriksaan rutin. Dalam penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan produksi biofilm isolat klinik Candida sp dengan metode MTP dan pengukuran produksi biofilm isoalat klinis Candida sp dengan pengecatan Crystal Violet.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberi sumbangan pada disiplin ilmu mikrobiologi maupun untuk para klinisi antara lain:

1. Mengetahui kemampuan isolat klinik Candida sp koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM dalam memproduksi biofilm

2. Mengetahui pola kepekaan isolat klinik Candida sp planktonik dan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol berdasarkan persentase sensitif dan resisten 3. Memberikan informasi tentang perbedaan pola kepekaan isolat klinik Candida sp

planktonik dengan isolat klinik Candida sp biofilm koleksi laboratorium mikrobiologi FK UGM terhadap antifungal Ketokonazol, Itrakonazol dan Flukonazol yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penatalaksanaan kasus infeksi Candida sp dengan memilih pemberian terapi antifungal yang tepat.

(6)

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Candida sp.

Candida adalah jamur tergolong yeast sebagai penyebab utama terjadinya mikosis opportunistik di seluruh dunia. Candida ditemukan sebagai flora normal pada kulit, mulut ,membran mukosa, vagina dan saluran pencerrnaan. Candida juga bersifat patogen atau berkolonisasi, ditemukan pada lingkungan seperti daun, bunga, air dan tanah. Candida sp berkolonisasi pada permukaan mukosa manusia selama atau segera setelah dilahirkan, terkadang terjadi infeksi endogen. Beberapa genus Candida terutama menyebabkan mikosis sistemik Candidiasis, terutama disebabkan oleh C albicans, C tropicalis, C parapsilosis, C glabrata, C guilliermondii, and C dubliniensis ( Jawetz M.A., 2005)

Candida tumbuh sebagai sel-sel ragi bertunas dan oval (berukuran 3-6 µm). Jamur ini juga membentuk pseudohifa ketika tunas-tunas tumbuh tetapi gagal memisahkan diri, menghasilkan rantai sel-sel yang memanjang yang terjepit atau tertarik pada septasi-septasi diantara sel-sel. Candida albicans bersifat dimorfik, yaitu jamur ini juga menghasilkan hifa sejati (Brooks dkk., 2005).

Pada media kultur maupun di dalam jaringan, Candida sp dapat dilihat sebagai sel berbentuk oval atau sel bertunas dengan ukuran 3-6 μm. Jamur ini membentuk pseudohyphae apabila proses budding berlanjut dengan tanpa disertai penglepasan sel bentukan baru. Tidak seperti spesies Candida lainnya C. albicans bersifat dimorfik, sehingga dapat dijumpai pula dalam bentuk hyphae (true hyphae). Candida sp dapat ditumbuhkan di atas medium agar pada 37⁰C atau suhu kamar selama 24 jam akan tumbuh membentuk koloni lembut, dan disertai bau khas ragi (Brooks dkk., 2005).

(7)

17 C. albicans dapat dibedakan dari spesies Candida yang lainnya dengan cara tes morfologi sederhana, yaitu dengan germ tubes test dan pembentukan chlamydospora. Germ tube test dapat dilakukan dengan menginkubasi jamur dengan serum selama 90 menit pada 37 °C. Pada tes ini C. albicans akan mulai untuk membentuk hyphae yang dapat diamati di bawah mikroskop. Pembentukan Clamydospora dapat dilakukan dengan membiakkan C. albicans pada media yang miskin nutrisi. Pemeriksaan menggunakan fermentasi dan asimilasi gula-gula dapat dipakai untuk mengidentifikasi species Candida lain, seperti C. tropicalis, C. parapsilosis, C. guilliermondii, C. kefyr, C. krusei, dan C. lusitaniae. C. glabrata merupakan spesies yang unik karena hanya berbentuk sel ragi tanpa pseudohypha (Brooks dkk., 2005).

Candida merupakan organism dimorfik, karena pada tubuh manusia, Candida dapat ditemukan 2 fenotip yang berbeda, yaitu blastospore (blasroconidia), bentuk fenotip yang bertanggung jawab dalam transmisi dan penyebaran, termasuk pada fase bloodstream dan kolonisasi asimptomatik pada vagina, serta germinated yeast, bentuk fenotip yang dapat menginvasi jaringan dan menimbulkan simptomatik karena bentuk ini dapat menghasilkan mycelia (Wibowo dan Taufik A., 2010).

a. Klasifikasi Kingdom : Fungi Subkingdom : Dikarya Phylum : Ascomycota Subphylum : Saccharomycotina Class : Saccharomycetes Order : Saccharomycetales Genus : Candida

Referensi

Dokumen terkait

Laba dan beban pajak yang rendah dapat menyebabkan nilai ETR juga semakin rendah, dengan demikian dapat dinyatakan semakin besar sales growth maka tingkat tax avoidance suatu

102 Hasil postes kedua kelas dari analisis diatas dapat dikatakan bahwa kemampuan kedua kelompok pembelajaran setelah diberikan perlakuan terdapat perbedaan maka

Tiga minggu yang lalu, dia menjalanin persalinan normal pervaginaan spontan dan telah menyusui tanpa kesulitan sampai 2 hari yang lalu, sekarang pasien merasakan nyeri

Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2011-2016; memuat

Kantor Pos sedangkan dalam kegiatan operasional perusahaan dibantu oleh Kepala Unit Penjualan, Kepala Unit Teknik, Kepala Unit Keuangan, dan Tim Layanan Telkom

Penyiapkan lahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan apabila akan membudidayakan suatu tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Kompetensi penyiapan

Pendanaan dari pemerintah berupa PMN kepada PT Bio Farma (Persero) tersebut bertujuan untuk tercapainya: a) Memperbaiki struktur permodalan dan meningkatkan kapasitas usaha

Informasi tentang PMS yang diperoleh dari responden sebagian besar adalah dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 36 orang (90%), hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan