• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALUAN NEGARA SEBAGAI PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA. Oleh : Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALUAN NEGARA SEBAGAI PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA. Oleh : Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

244 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

HALUAN NEGARA SEBAGAI PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA Oleh :

Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H.

Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstract

The amendment of the 1945 Constitution of 2002 has caused Pancasila to no longer be used as the guiding principle of the administration. It also erodes the noble values of national culture such as kinship, mutual cooperation, brotherhood, tolerance and ethical norms of the Indonesian nation. Of the 1945 Constitution 2002 has made the Indonesian nation has no future in the implementation of the State in realizing national development with the abolition of GBHN as a foundation to realize the ideals of the Indonesian nation that contains the national strategy or national basic policy based as the operational basis in the practice of Pancasila. Evaluation of such circumstances needs to be addressed by restoring the direction and direction of national development in the form of Outlines of State Policy (GBHN) as one of the containers used to strengthen the ideology of Pancasila as the basis of the State.

Key Note : State Policy, Ideology, Pancasila

Abstrak

Perubahan UUD 1945 tahun 2002 telah menyebabkan Pancasila tidak lagi dipergunakan sebagai dasar penuntun penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu juga mengikis nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti kekeluargaan, gotong royong, persaudaraan, toleransi dan norma etika bangsa Indonesia. UUD 1945 2002 telah menjadikan bangsa Indonesia tidak memiliki masa depan dalam penyelenggaraan Negara dalam mewujudkan pembangunan nasional dengan dihapuskannya GBHN sebagai landasan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang memuat strategi nasional atau kebijaksanaan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan operasional dalam pengamalan Pancasila. Evaluasi keadaan demikian perlu disikapi dengan mengembalikan arah dan haluan pembangunan nasional berupa Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai salah satu wadah yang dipergunakan untuk memperkuat idelogi pancasila sebagai dasar Negara.

Kata Kunci : Haluan Negara, Ideologi, Pancasila 1. Pendahuluan

Bangsa Indonesia diciptakan

Tuhan yang Maha Kuasa, sebagai bangsa majemuk atas dasar suku, budaya, ras dan agama. Anugerah tersebut patut disyukuri dengan cara

menghargai kemajemukan yang

hingga saat ini tetap dapat terus

dipertahankan, dipelihara, dan

dikembangkan. Kesadaran

kebangsaan yang mengkristal yang

(2)

245 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

sepenanggungan, akibat penjajahan, telah berhasil membentuk wawasan kebangsaan Indonesia seperti yang tertuang dalam Sumpah Pemuda pada tahun 1928, yaitu tekad bertanah air satu dan berbangsa satu serta menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Tekad bersatu ini kemudian dinyatakan secara politik sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam proklamasi 17 Agustus 1945. Akan tetapi, sejak terjadiya krisis multidimensional, yang mengakibatkan penyimpangan

dalam penyelenggaraan Negara

terhadap ideologi pancasila dan

mekanisme UUD 1945 telah

mengakibatkan ketidakseimbangan

kekuasaan diantara lembaga-lembaga Negara dan makin jauh dari cita-cita demokrasi dan kemerdekaan yang menimbulkan ancaman yang serius

terhadap persatuan bangsa dan

terjadinya kemunduran dalam

pelaksanaan etika kehidupan

berbangsa. Hal itu tampak dari konflik sosial yang berkepanjangan, berkurangnya sopan santun dan budi

luhur dalam pergaulan sosial,

melemahnya kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa,

pengabaian terhadap ketentuan

hukum dan peraturan , dan

sebagainya yang disebabkan oleh berbagai faktor yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri.

Faktor yang berasal dari dalam negeri, antara lain masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama dan munculnya pemahaman terhadap terhadap ajaran agama yang keliru dan sempit, serta tidak harmonisya pola interaksi antara umat beragama, sistem sentralisasi pemerintahan di masa lampau yang mengakibatkan terjadinya penumpukan kekuasaan di Pusat dan pengabaian terhadap kepentingan daerah dan timbulnya

fanatisme kedaerahan, tidak

berkembangnya pemahaman dan

penghargaan atas kebhinekaan dan

kemajemukan dalam kehidupan

berbangsa, terjadinya ketidakadilan ekonomi dalam lingkup luas dan dalam kurun waktu yang panjang, melewati ambang batas kesabaran masyarakat secara sosial yang berasal dari kebijakan publik dan munculnya perilaku ekonomi yang bertentangan dengan moralitas dan etika, kurangnya keteladanan dalam

(3)

246 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

pemimpin dan tokoh bangsa, tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal, dan lemahnya kontrol sosial untuk mengendalikan perilaku yang menyimpang dari etika yang secara alamiah masih hidup di

tengah-tengah masyarakat, adanya

keterbatasan kemampuan budaya lokal, daerah, dan nasional dalam merenspons pengaruh negatif dari

budaya luar, meningkatnya

prostitusi, media pornografi,

perjudian, serta pemakaian,

peredaran, dan penyelundupan obat-obat terlarang.

Faktor-faktor yang berasal dari luar negeri meliputi, antara lain pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dengan persaingan antar bangsa yang semakin tajam, makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional. Factor-faktor penghambat dan yang sekaligus merupakan ancaman tersebut dapat mengakibatkan bangsa Indonesia

mengalami kemunduran dan

ketidakmampuan dalam

mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikiya untuk mencapai

persatuan, mengembangkan

kemandirian, keharmonisan dan

kemajuan. Oleh sebab itu, diperlukan

upaya sungguh-sungguh untuk

mengingatkan kembali warga bangsa dan mendorong revitalisasi khazanah etika dan moral yang telah ada dan bersemi dalam masyarakat sehingga menjadi salah satu acuan dasar dalam kehidupan melalui Haluan Negara dalam upaya memperkuat Ideologi pancasila sebagai landasan Idiin penyelenggaraan Negara Indonesia.

Keseluruhan gambaran tersebut

menunjukan kecenderungan

menurunnya kualitas kehidupan dan jati diri bangsa. Kondisi tersebut menuntu bangsa Indonesia, terutama penyelenggara Negara, para elite politik dan pemuka masyarakat, agar

bersatu dan bekerja keras

melaksanakan reformasi dalam

segala bidang kehidupan untuk meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan bangsa Indonesia. 2. Kedudukan GBHN dalam

Penguatan Ideologi Pancasila GBHN adalah merupakan haluan

negara tentang penyelenggaraan

negara dalam garis-garis besar

sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu.

(4)

247 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

Sebagai haluan negara, maka tentu dapat dipahami bahwa keberadaan GBHN itu sendiri dalam pelaksanaan

roda pemerintahan sangatlah

dibutuhkan. Melalui GBHN, maka arah dan tujuan perjalanan roda

pemerintahan akan dapat lebih

mudah dipahami sehingga cukup

memudahkan dalam mengoreksi

tingkat keberhasilan dan pencapaian

yang ditorehkan oleh suatu

pemerintahan yang sedang berkuasa. Perubahan UUD 1945 tahun 2002 telah menyebabkan Pancasila tidak lagi dipergunakan sebagai dasar

penuntun penyelenggaraan

pemerintahan. Selain itu juga

mengikis nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti kekeluargaan, gotong royong, persaudaraan, toleransi dan norma etika bangsa Indonesia. UUD 1945 2002 telah menjadikan bangsa Indonesia tidak memiliki masa depan

dalam penyelenggaraan Negara

dalam mewujudkan pembangunan

nasional dengan dihapuskannya

GBHN sebagai landasan untuk

mewujudkan cita-cita bangsa

Indonesia yang memuat strategi nasional atau kebijaksanaan dasar nasional yang berkedudukan sebagai

landasan operasional dalam

pengamalan Pancasila.

Pancasila sebagai dasar Negara berarti Pancasila menjadi dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara dan seluruh warga Negara Indonesia. Dalam pembukaan UUD RI 1945 alinea keempat terdapat rumusan sila-sila Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Rumusan sila-sila Pancasila itulah dalam hukum positif

Indonesia secara

yuridis-konstitusional sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga Negara, lembaga masyarakat, dan setiap

warga Negara, tanpa kecuali.

Pancasila sebagai Ideologi Negara,

dapat dimaknai sebagai sistem

kehidupan nasional yang meliputi aspek etika/moral, politik, ekonomi,

social budaya, dan pertahanan

keamanan dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa yang berlandaskan dasar Negara. Intisari Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai bahwa pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Tuhan dan menolak paham anti Tuhan (atheism), bangsa Indonesia

(5)

248 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

wajib menyembah Tuhannya dan

beribadah menurut agama dan

kepercayaannya masing-masing

secara leluasa, berkeadaban, dan

berkeadilan, bangsa Indonesia

melaksanakan perintah agama dan

kepercayaannya masing-masing

dengan tetap mengedepankan

harmoni dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Pada prinsipnya bangsa

Indonesia menjalankan perintah

agama dan kepercayaannya masing-masing dengan cara berbudi pekerti luhur dan sikap saling menghormati. (2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab pada prinsipnya

menegaskan bahwa Indonesia adalah

Negara bangsa yang merdeka,

bersatu dan berdaulat menuju kepada

kekeluargaan bangsa-bangsa di

dunia, menegaskan bahwa bangsa

Indonesia adalah bangsa yang

menghendaki pergaulan

bangsa-bangsa di dunia dengan prinsip

saling menghormati nilai-nilai

nasionalisme setiap bangsa yang tumbuh subur dalam taman sarinya pergaulan bangsa-bangsa di dunia, sila kedua juga menegaskan bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian

dari kemanusiaan universal yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan mengembangkan persaudaraan

dunia berdasarkan nilai-nilai

keadilan dan keadaban. (3) Sila

Persatuan Indonesia menegaskan

bahwa kita mendirikan suatu Negara kebangsaan Indonesia untuk seluruh rakyat Indonesia, bukan Negara untuk satu kelompok maupun satu

golongan, menegaskan bahwa

persatuan Indonesia bernafaskan

semangat kebangsaan yang

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia yang senasib dan sepenanggungan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. (4) Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan

menegaskan bahwa Negara

Indonesia adalah Negara demokrasi yang mengakui dan menjungjung

tinggi kedaulatan rakyat,

menegaskan bahwa bangsa Indonesia

dalam mengambil keputusan

senantiasa dipimin oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan dalam semangat hikmat

kebijkasanaan dalam

(6)

249 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

keadilan. (5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia pada

prinsipnya Negara Indonesia

didirikan untuk bersungguh-sungguh

memajukan kesejahteraan bagi

seluruh rakyat Indonesia baik lahir

maupun bathin, dalam Negara

Indonesia setiap warga Negara

berhak untuk mendapatkan pekerjaan

dan penghidupan yang layak,

bermartabat dan berkeadilan bagi kemanusiaan, serta Negara Indonesia wajib menjamin setiap warga Negara

untuk mendapatkan pendidikan,

pekerjaan dan penghidupan yang layak, bermartabat dan berkeadilan.

Nilai-nilai dasar pancasila

sebagai dasar ideology bangsa

Indonesia telah terdegradasi oleh perkembangan-perkembangan

perilaku bangsa Indonesia yang cenderung mengalami kemerosotan

yang dampaknya menimbulkan

permasalahan-permasalah sosial

dalam kehidupan bernegara seperti

yang diuraikan diatas. Dengan

berkembangnya bentuk system

ketatanegaran yang baru pasca

Amandemen UUD 1945 ke empat tahun 2002 dengan menghilangkan

kedudukan GBHN dalam

penyelenggaraan Negara Indonesia terbukti telah menimbulkan suatu

kebingungan dan bahkan

menyedihkan karena dalam proses penyelenggaraan Negara dilakukan tanpa arah yang jelas. Demokrasi yang tumbuh subur di seluruh daerah

di Indonesia hanya melahirkan

pentas politik berbiaya tinggi namun tidak memiliki dampak dalam upaya mengangkkat derajat kesejahteraan masyarakat yang menyimpang dari prinsip-prinsip dasar dari nilai-nilai Pancasila. Sampai saat ini Pancasila hanya dijadikan sebagai landasan Idiil akan tetapi belum maksimal

dalam penerapan untuk tujuan

penyelengggaraan Negara Indonesia.

Dengan dihapuskannya GBHN

dalam proses penyelenggaraan

Negara menyebabkan Negara

Indonesia tidak memiliki arah yang

jelas dalam melaksanakan

pembangunan nasional. Sehingga tidak mengherankan ketika Negara Indonesia dikatakan sebagai suatu Negara yang kaya salah satunya dalam bidang Sumber Daya Alam, kesantunan dalam bidang etika

berbangsa dan bernegara,

(7)

250 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

mengarah pada dimensi sikap yang individual yang cenderung mengarah pada melemahnya atau ditinggalnya nilai-nilai sila Pancasila. Evaluasi keadaan demikian perlu disikapi dengan mengembalikan arah dan

haluan pembangunan nasional

berupa Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai salah satu wadah yang dipergunakan untuk

memperkuat idelogi pancasila

sebagai dasar Negara. 3. Penutup

Dasar berdirinya Negara

Indonesia adalah Pancasila, yang merupakan tiang penyanngga utama dalam upaya pembangunan nasional bangsa Indonesia yang memenuhi syarat sesuai dengan kondisi bangsa

Indonesia yang bersumber dari

berbagai dimensi kehidupan

masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang beraneka adat serta budaya, serta

memeluk seluruh agama dan

keyakinan sehingga relief untuk memperkuat ideologi Pancasila sesuai dengan kehidupan masyarakat Indonesia penting dalam penyusunan arah pembangunan nasional bangsa

Indonesia melalui amandemen

kelima dalam upaya menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai dasar acuan arah pembangunan nasional disegala bidang kehidupan bangsa Indonesia sebagai langkah penguatan ideology pancasila yang mengandung muatan

visi untuk mensejahterakan

kehidupan bangsa dan rakyat

Indonesia. GBHN adalah instrument sentral dalam system ketatanegaraan

menurut UUD 1945. Secara

ketatanegaraan, mengembalikan

kembali kehadiran GBHN adalah

amanat UUD 1945 sebagai

instrument prencanaan pembangunan yang memiliki fungsi sebagai wadah

permusyawaratan rakyat yang

membahas mengenai rencana

pembangunan nasional kedepan yang idealnya harus dibahas oleh seluruh elemen rakyat melalui berbagai

proses kajian-kajian pemikiran

kebangsaan.

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Moh.Mahfud, M.D., 2013,

Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konsitusi, Raja Grafindo Persada, Jakarta Pramono Anung Wibowo, 2013,

(8)

251 Ni Komang Sutrisni, S.H.,M.H. Haluan …

Memudarnya Ideologi, Kompas, Jakarta

Kaelan, 1999, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Pancasila, Yuridis Kenegaraan: Membahas Proses Reformasi, Paradigma reformasi, Masyarakat Madani, Paradigma, Yogyakarta INTERNET : Muharsono, 2015, Pentingnya GBHN, Jurnal Publiciana V.8 No. I ISSN 1979-0295 http: www.jurnal-unita.org

Referensi

Dokumen terkait

aplikasi jelas , 82,50% anggota Paguyuban dan 87,50% dari anak-anak menyatakan Aplikasi ini membuat Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang gamelan , dan 75,00%

Kami dari kelompok Hi_Mush menyusun suatu konsep budidaya jamur tiram dengan penerapan GAP yaitu panduan umum dalam melaksanakan budidaya jamur tiram secara

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa dari kelima rasio yang diujikan hanya CAR yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba di Bank Syariah Mandiri

Bila suatu titik pada sembarang bidang dari suatu massa tanah memiliki tegangan geser yang sama dengan kekuatan gesernya, maka keruntuhan akan terjadi pada titik

Jika digabungkan dapat menjadi, bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai

Rata-rata nilai peserta didik setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang dikembangkan adalah sebesar 78,26 yang berada pada kategori baik, dengan kategorisasi

Variabel yang diamati meliputi kadar air dengan metode pengeringan (AOAC, 2007), kadar abu dengan metode pengabuan langsung (AOAC, 2007), kadar lemak dengan metode Soxhlet (AOAC,

Adapun materi dan objek komparatif yang dikorelasikan dengannya adalah berupa (a) Gambaran tentang Konsepsi Bunga Padma yang tersurat dalam naskah manuskrip