• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kepemimpinan 1. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama dalam suatu kelompok agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. (Suarli, 2011)

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, memotivasi perilaku bawahan untuk mencapai tujuan, memelihara hubungan kerja sama, dan mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. (Rivai, Veithzal, 2014)

Dari teori diatas disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan sebuah kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Pemimpin

Setiap pemimpin mempunyai kewajiban untuk mencapai tujuan yang diharapkan dan memberi perhatian terhadap kebutuhan para bawahannya. Seorang pemimpin menjalankan pekerjaannya dengan baik, bila :

a. Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya ; b. Menentukan tujuan pelaksanaan kerja yang realistis, dalam artian

kuantitas, kualitas, keamanan, dan lain sebagainya.

c. Mengkomunikasikan kepada para karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka;

(2)

d. Memberikan reward/insentif yang sesuai untuk mendorong prestasi; e. Menunjukkan perhatian kepada para bawahan (Robert C. Millus) f. Meningkatkan motivasi bawahannya.

(S. Suarli dan Yanyan Bahtiar, 2011) 3. Gaya Kepemimpinan

Gaya Kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang diterapkan oleh seorang pimpinan untuk mempengaruhi kinerja bawahannya dalam suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan organisasi. (Rivai, 2014)

Gaya Kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. (Thoha, 2013)

Berdasarkan pengertian dari para ahli di atas, maka disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah salah satu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan berbeda satu dengan yang lain, agar setiap anggotanya mau bekerja sesuai arahannya. Diantaranya kepemimpinan transaksional.

B. Konsep Kepemimpinan Transaksional 1. Definisi Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang pemimpin mendorong para karyawan atau bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumber daya dan penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif. Kepemimpinan transaksional menentukan apa yang harus dikerjakan oleh

(3)

karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut. (Bass 2006 dalam Nur Hillaliyah 2016)

Menurut pendapat Robbins (2010) gaya kepemimpinan transaksional adalah pemimpin yang membimbing dan memotivasi bawahan menuju sasaran yang telah ditetapkan dengan memberikan penghargaan atas kinerjanya. Sedangkan menurut Kusumastuti (2013), kepemimpinan transaksional adalah pemahaman dan perasaan individu mengenai sejauh mana pemimpin dalam sebuah perusahaan memberikan umpan balik yang positif pada kinerja yang dilakukan para pegawainya sehingga penghargaan didapatkan, dan tindakan pemimpin untuk mengawasi penyimpangan aturan dan standar yang ada.

Penjabaran beberapa pendapat ahli di atas dalam definisi teoritik tentang kepemimpinan trnasaksional menghasilkan kesimpulan bahwa kepemimpinan transaksional adalah sebuah proses pertukaran dimana seorang pengikut atau bawahan memiliki kepatuhan terhadap permintaan seorang pemimpin yang memberikan dorongan kepada bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan suatu penghargaan sebagai imbalan untuk memotivasi bawahannya menuju ke sasaran yang telah ditetapkan.

2. Karakteristik Pemimpin Transaksional

Menurut Lomanjaya (2014), menyatakan terdapat indikator dalam kepemimpinan transaksional, diantaranya :

(4)

a. Imbalan kontigen (Contingent Reward), meliputi : 1) Pemimpin mengakui prestasi kerja bawahannya.

2) Pemimpin memberikan imbalan atau reward kepada bawahannya yang berprestasi.

3) Pemimpin mampu mengidentifikasi bentuk imbalan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dibebankan.

4) Pemimpin memberitahu apa yang akan diperoleh bahawahannya jika berhasil melakukan pekerjaan yang telah diberikan.

b. Manajemen aktif dengan pengecualian (active management by exception), meliputi:

1) Pemimpin sering mengawasi dengan ketat pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya.

2) Pemimpin melakukan teguran, dan membimbing bawahannya yang melakukan kesalahan.

C. Konsep Kepemimpinan Kepala Ruangan 1. Definisi Kepala Ruangan

Nursalam (2011) Mendefinisikan bahwa kepala ruangan adalah seseorang yang bertugas dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana dalam melaksanakan program yang telah dibuat agar dapat terlaksana sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Kurniadi (2013) mendefinisikan kepala ruangan adalah seorang yang bertugas sebagai kepala unit pelayanan perawatan yang langsung berhadapan dengan pasien, dimana dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

(5)

menggunakan gaya kepemimpinan dalam menerapkan fungsi manajemen keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat profesional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat dengan menggunakan gaya kepemimpinan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan perawat pelaksana dalam melaksanakan kegiatan pelayanan keperawatan.

2. Tugas dan tanggung jawab kepala ruangan

Menurut Putra (2008) Seorang kepala ruangan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kinerja dan kepuasan tenaga keperawatan, jika melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan bawahan

b. Melengkapi lingkungan kerja dengan menyediakan pelatihan, pembimbingan, dukungan dan reward.

c. Melaksanakan kegiatan meliputi bimbingan, pengarahan, dan pengawasan diberikan secara sistematis dan berkelanjutan agar kemampuan tenaga keperawatan dapat meningkat sehingga dalam menjalankan asuhan keperawatan, sesuai dengan standar yang ditetapkan.

d. Memberikan motivasi terhadap kinerja untuk meningkatkan keterampilan yang dimiliki bawahannya.

(6)

e. Menghindari pemberian instruksi yang berlebihan, karena tenaga keperawatan yang mempunyai kemampuan yang rendah jika diberi instruksi tidak akan mengingkatkan kinerjanya (Cecep Tribowo, 2013). 3. Ranah Kompetensi Perawat

Menurut PPNI (2013) Ranah kompetensi perawat dan kerangka kerja kompetensi perawat Indonesia, dikelompokkan menjadi 3 ranah utama yaitu: a. Praktik professional, etis, legal dan peka budaya: bertanggung gugat

terhadap praktik profesional, melaksanakan praktik keperawatan (secara etis dan peka budaya) dan melaksanakan praktik secara legal.

b. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan: menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan, melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan, melakukan pengkajian keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan, menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman, menggunakan delegasi dan supervisi dan pelayanan asuhan keperawatan.

c. Pengembangan profesional: melaksanakan peningkatan profesional dalam praktik keperawatan, melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan, serta mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi.

Kompetensi keperawatan yang telah diuraikan tersebut wajib dimiliki oleh perawat manajerial maupun perawat pelaksana. Kompetensi pada rumah

(7)

sakit dapat ditandai dengan mutu pelayanan rumah sakit yang tercermin dalam hasil akreditasinya (PPNI, 2013).

Kompetensi dalam Pemberian Asuhan keperawatan berdasarkan kategori perawat menurut PPNI (2013).

No Kompetensi

Kategori perawat

Perawat Ahli Madya Ners

1 Pengkajian Mengumpulkan data obyektif dan subyektif serta menyajikan informasi pasien untuk digunakan sebagai bahan kajian asuhan keperawatan

Melakukan pengkajian dengan sistematis dalam melengkapi data obyekyif dan subyektif yang akurat dan relevan

Mengidentifikasi penyimpangan data yang berpotensi terjadinya masalah kesehatan

Mengorganisasikan,

menganalisis, menerjemahkan data hasil pengkajian dari berbagai sumber, untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan menetapkan rencana asuhan keperawatan Mampu mencatat, melaporkan

data temuan secara akurat dan tepat waktu sesuai dengan standar praktik dan kebijakan pelayanan/ asuhan keperawatan

Mampu sharing data temuan secara akurat dan tepat waktu yang sesuai dengan standar praktik dan kebijakan pelayanan keperawatan

2 Penyusunan Diagnosa

Melakukan validasi diagnosa keperawatan dengan pasien, keluarga, orang/ pihak lain yang berhubungan, dan tenaga

Melakukan validasi diagnosa keperawatan dengan pasien, keluarga, orang/ pihak lain yang berhubungan, dan tenaga kesehatan lain yang terkait

(8)

kesehatan lain yang terkait atas bimbingan nurse generalis. Menyusun pernyataan diagnosa keperawatan yang terdiri dari Masalah, penyebab, tanda dan gejala.

Menyusun pernyataan diagnosa keperawatan yang terdiri dari Masalah, penyebab, tanda dan gejala.

Memformulasikan tujuan bersama pasien dan keluarga yang disusun berdasarkan data, sumber daya yang ada, kemampuan dan budaya pasien.

Memformulasikan tujuan bersama pasien dan keluarga yang disusun berdasarkan data, sumber daya yang ada, kemampuan dan budaya pasien. Menyusun diagnosa keperawatan

yang dikelompokkan masalah aktual, resiko dan promosi kesehatan

Menyusun diagnosa keperawatan yang dikelompokkan masalah aktual, resiko dan promosi kesehatan Melakukan koordinasi dengan

perawat ners atas perubahan prioritas, menambah atau mengurangi diagnosa sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau berdasarkan kondisi pasien.

Melakukan perubahan prioritas, menambah atau mengurangi diagnosa sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau berdasarkan kondisi pasien/ aturan yang berlaku.

Melakukan dokumentasi diagnosa keperawatan

Melakukan dokumentasi diagnosa keperawatan

3 Perencanaan Mampu menyiapkan rencana berdasarkan hasil pengkajian masukan dari anggota tim kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan

komprehensif dengan hasil asuhan yang teridentifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil pengkajian masukan dari anggota tim

(9)

kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan

Menetapkan prioritas tindakan keperawatan bersama perawat ners

Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dan pasien Memberikan informasi yang

akurat kepada pasien tentang rencana tindakan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Melibatkan pasien dan keluarga apabila memungkinkan, untuk mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti, sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan

Melibatkan penasehat atau pendamping dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan bahasa

Melibatkan seorang penasehat atau pendamping apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami hambatan bahasa

Berkoordinasi dengan teman sejawat, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara regular

Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, jika diperlukan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan Klien

Mencatat rencana asuhan terkini secara akurat sesuai tanggung jawabnya

Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan terkait

4 Implementasi Melaksanakan tindakan keperawatan mandiri yang

Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang berada dalam

(10)

direncanakan sesuai dengan standar asuhan keperawatan

lingkup praktik keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan

Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu

Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan tepat waktu

Mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan yang memperburuk kondisi pasien

Merespon perubahan kondisi Klien yang tidak diharapkan secara cepat dan tepat

Melaksanakan prosedur bantuan hidup dasar pada situasi gawat darurat/bencana

Bertanggung jawab pengelolaan tim emergensi pada situasi gawat darurat/Bencana sesuai dengan standar Pelayanan Keperawatan

5 Evaluasi Memonitor dan

mendokumentasikan kemajuan hasil intervensi yang diharapkan secara akurat dan lengkap

Memonitor dan menganalisis kemajuan perkembangan hasil asuhan secara akurat dan lengkap

Memberikan kontribusi kepada tim dalam evaluasi kemajuan terhadap hasil/pencapaian yang ditargetkan

Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang ditargetkan, dengan melibatkan pasien dan keluarga, dan teman sejawat atau tenanga kesehatan yang lain.

Memberikan kontribusi data evaluasi dan saran perbaikan terhadap rencana asuhan kepada perawat generalis

Menggunakan data evaluasi dari berbagai macam sumber untuk modifikasi rencana asuhan

(11)

D. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengertian

Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian pasien dalam merawat dirinya. (UU Keperawatan No.38 tahun 2014)

Menurut PPNI (2010), Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik langsung maupun tidak langsung diberikan kepada pasien, pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan serta berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan adalah asuhan yang diberikan oleh perawat dalam praktek keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan kode etik keperawatan.

2. Kualitas asuhan keperawatan

Asuhan keperawatan yang bermutu adalah asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar yang telah ditentukan dan kriteria profesi keperawatan sehingga dapat diukur dan mampu memenuhi harapan serta tingkat kepuasan klien. Menurut Asmadi (2012), asuhan keperawatan dilaksanakan dengan proses keperawatan yang merupakan salah satu wujud

(12)

tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien yang pada akhirnya pelaksanaan proses keperawatan akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada klien.

Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, pelaksanaan, serta evaluasi tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar, 2011).

Tahapan proses keperawatan meliputi: a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan ketika perawat akan memulai pelayanan keperawatan dengan mengumpulkan informasi dan mengkaji data klien untuk mengembangkan rencana keperawatan. Hasil pengkajian ini kemudian dianalisis dan dibuat keputusan tentang masalah yang alami oleh klien.

Pengkajian memuat data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi klien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.Tahap ini mencakup tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung pada pada tahapan ini.

(13)

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI (2016) Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal.

c. Rencana Keperawatan

Perencanaan mencakup satu rangkaian langkah-langkah dimana perawat menyusun prioritas, tujuan atau hasil yang diharapkan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah-masalah pasien yang telah teridentifikasi sesuai dengan diagnosis keperawatan. Kriteria yang dibuat harus disesuaikan dengan kondisi pasien, libatkan pasien dan keluarga, kaji harapan keluarga terhadap perawatan pasien, kolaborasi antar tim kesehatan lain untuk memberikan perawatan terkoordinasi, rencana kebutuhan perawatan, dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung kebutuhan pasien, kebutuhan pasien akan informasi terkait dengan kondisi dan penyakitnya.

d. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Selama tahap implementasi perawat melaksanankan instruksi keperawatan yang telah ditulis atau mendelegasikan/melimpahkan pada orang yang tepat/ sesuai dan memvalidasi dengan rencana asuhan keperawatan.

(14)

e. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

E. Teori Filosofi Keperawatan Menurut Patricia Banner

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Patricia Banner difokuskan pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan. Dimana kewenangan perawat klinis di Rumah Sakit dideskripsikan sesuai level jenjang karir perawat klinis. Di rumah sakit RSUD Mokoyurli Kabupaten Buol Sulawesi Tengah perawat D3 lebih banyak dibandingkan dengan perawat S1, dimana perawat D3 sesuai Jenjang karir profesional menurut Permenkes no.40 tahun 2017 masuk ke dalam Perawat Klinis I. Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan teknis keperawatan dibawah bimbingan ners generalis.

Level pada perawat klinis I yaitu : 1) Melakukan asuhan keperawatan (pengkajian, menetapkan diagnosis keperawatan, menetapkan intervensi dan melaksanakan tindakan keperawatan serta evaluasi) dengan lingkup keterampilan tehnik dasar. 2) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam asuhan keperawatan. 3) Melakukan komunikasi terapeutik di dalam asuhan keperawatan. 4) Menerapkan caring dalam keperawatan. 5) Menerapkan prinsip keselamatan pasien. 6) Menerapkan prinsip

(15)

Pengendalian dan Pencegahan Infeksi. 7) Melakukan kerjasama tim dalam asuhan keperawatan. 8) Menerapkan prinsip mutu dalam tindakan keperawatan. 9) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien terkait dengan kebutuhan dasar. 10) Mengumpulkan data kuantitatif untuk kegiatan pembuatan laporan kasus klien. 11) Mengumpulkan data riset sebagai anggota tim penelitian. 12) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan. 13) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien. 14) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga. 15) Menunjukkan sikap asertif. 16) Menunjukkan sikap empati. 17) Menunjukkan sikap etik. 18) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman keperawatan. 19) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan sesuai kewenangannya. 20) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan klien. 21) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim dalam pengelolaan asuhan keperawatan. (Permenkes No. 40 Tahun 2017).

Patricia Banner menjelaskan secara sistematis lima tahap penguasaan keterampilan praktek Novice (pemula), Advance Beginner (pemula lanjut), competent (kompeten), proficient (menguasai), dan expert (ahli). Teori “From Novice To Expert” yang dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap peran dan perkembangan profesi meliputi: Novice, Advance Beginner,

(16)

competent, proficient, dan expert. Penerapan teori keperawatan dalam

penelitian ini dalam tahapannya novice sampai dengan expert, dimana dalam meningkatkan kemampuan seorang perawat perlu adanya pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan suatu tugas sebagai ciri perawat profesional.

Menurut Teori dari Patricia Banner tahapan kompeten adalah menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi competent. Tahap competent dari model

Dreyfus ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperkenalkan untuk suatu situasi dan mandiri. Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan pada tahap kompeten. Perawat kompeten dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.

Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang memerlukan perhatian. Kompeten harus mengetahui alasan dalam pembuatan perencanaan dan prosedur pada situasi klinis. Untuk dapat menjadi proficient, kompeten harus di izinkan untuk memandu respon terhadap situasi. Poin pembelajaran yang penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan kompeten adalah untuk melatih perawat membuat transisi dari competent ke proficient (I Wayan Sudarta, 2015).

(17)

F. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Lomanjaya (2014), S. Suarli dan Yanyan B (2011) Cecep Tribowo (2013). I Wayan Sudarta, (2015).

Pelaksanaan asuhan keperawatan (Y) 1. Pengkajian 2. Penetapan Diagnosa 3. Intervensi 4. Pelaksanaan tindakan keperawatan 5. Evaluasi tindakan keperawatan Kepemimpinan

1. Kepuasan terhadap bawahan 2. Menentukan tujuan

3. Mengkomunikasikan yang diharapkan 4. Memberikan reward yang sesuai 5. Perhatian kepada bawahan. 6. Meningkatkan motivasi

Kepemimpinan Kepala Ruangan 1. Memenuhi kebutuhan bawahan

2. Menyediakan pelatihan, pembimbingan, 3. Pemberian reward.

4. Melaksanakan bimbingan dan arahan 5. Memberikan motivasi

6. Menghindari instruksi yang berlebihan, Kepemimpinan Transaksional 1. mengakui prestasi kerja

2. memberikan imbalan atau reward 3. Memotivasi, dan menyampaikan

bentuk reward

4. Mengawasi pekerjaan bawahan 5. Melakukan teguran, dan bimbingan

Teori Patricia Banner 1. Novice 2. Advance 3. Beginner 4. Competent 5. Proficient 6. Expert

Referensi

Dokumen terkait

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :.

Ukuran partikel abu vulkanik yang dibuat dalam dua jenis yaitu abu vulkanik yang lolos ayakan 100 mesh (< 0,15 mm) dan abu vulkanik mikro ( ± 5,6 µ m) cukup mempengaruhi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat dukungan keluarga yang diterima oleh responden adalah kategori baik (95,6%), kepatuhan pasien dalam mengikuti

b. Dengan menggunakan jangka, lukislah dua buah lingkaran kongruen dengan titik pusat A dan B serta berjari-jari sama dengan tali busur AB.. Tentukan titik potong dari kedua

Perbandingan kenaikan lingkar kepala bayi sebelum dan sesudah perlakuan pijat bayi dilakukan dengan uji paired t-test yang menunjukkan bahwa terdapat rata-rata

Zaman tanım alanında yapılacak deprem hesabı için kaydedilmis depremler veya kaynak ve dalga yayılımı özellikleri fiziksel olarak benzestirilmis yer hareketleri kullanılabilir.

Pada keluarga yang mempunyai lahan luas ternyata bahwa kondisi dasar keluarga tidak berpengaruh nyata baik terhadap peluang gerak komutasi maupun sirkulasi, yang berarti bahwa

Selain itu, data juga menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari ibu dengan preeklampsia memiliki risiko lebih besar untuk menderita cerebral palsy dibandingkan dengan anak