• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA

KARYA NOVIA SYAHIDAH

ARTIKEL ILMIAH

YULIANA PUTRI

NPM 11080016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)
(3)
(4)

DIRECTIVE SPEECH ACTS IN NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA WORKS NOVIA SYAHIDAH

By

Yuliana Putri 1, Silvia Marni2, Putri Dian Afrinda3 STKIP PGRI West Sumatera

1) Student of STKIP PGRI West Sumatera

2) and 3) Lecture Language Study Program and Literature Indonesia STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACK

This research study about directive speech acts in Bardic novel Syair Munajat Cinta by Novia Syahidah. This Research aimed to for describe of directive speech acts and strategy say which used pursuant to directive speech acts in Bardic novel Syair Munajat Cinta by Novia Syahidah. This Research benefit by teoretis is to add pragmatic study, specially study act to say directive in Indonesian. While practical benefit from result of this research is to student Education of Ianguage and Art Indonesia to add knowledge pragmatic specially act to say directive and to other researcher result of research can be made as research reference regarding to act to say directively.

This Research is a qualitative research by using descriptive method. Result of this research show to directive speech acts can be seen from the figure speech in Bardic novel Syair

Munajat Cinta by Novia Syahidah. Type directive speech acts contained in the novel include

speech acts asked, recommend speech acts, forbid speech acts, command speech acts, and request speech acts. Besides form the directive speech acts found form other directive speech acts that is directive force.

Keyword: Directive speech, Syair Munajat Cinta

(5)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH

Oleh

Yuliana Putri1, Silvia Marni2, Putri Dian Afrinda3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

2) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang tindak tutur direktif dalam novel Syair Munajat Cinta karya Novia Syahidah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dan strategi bertutur yang digunakan berdasarkan tindak tutur direktif dalam novel Syair Munajat

Cinta karya Novia Syahidah. Manfaat penelitian ini secara teoretis adalah untuk menambah

khazanah kajian pragmatik, khususnya kajian tindak tutur direktif dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah bagi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menambah wawasan mengenai pragmatik khususnya tindak tutur direktif dan bagi peneliti lain hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi penelitian mengenai tindak tutur direktif.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan tindak tutur direktif dapat dilihat dari tuturan para tokoh dalam novel Syair Munajat Cinta karya Novia Syahidah. Jenis tindak tutur direktif yang terdapat di dalam novel tersebut meliputi, tindak tutur meminta, tindak tutur menganjurkan, tindak tutur melarang, tindak tutur memerintah, dan tindak tutur memohon. Selain bentuk tindak tutur direktif tersebut ditemukan bentuk tindak tutur direktif lain yaitu tindak tutur direktif memaksa.

(6)

PENDAHULUAN

Bahasa tidak bisa dilepaskan dari setiap aspek kehidupan manusia. Semua kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan bahasa. Bahasa digunakan untuk menyampaikan gagasan, protes terhadap suatu hal, bermain, dan kegiatan lainnya. Di dalam komunikasi dapat dikatakan bahwa seorang penutur menuturkan tuturan kepada mitra tutur untuk menginformasikan sesuatu dan mengharapkan mitra tutur memahami apa yang disampaikan.

Pada proses komunikasi tersebut terjadi peristiwa tutur dan tindak tutur. Peristiwa tutur merupakan semua yang terdapat di dalam pertuturan (kegiatan komunikasi), baik penutur, lawan tutur, situasi, dan lain-lain. Tindak tutur adalah ujaran atau ucapan yang di dalamnya terdapat tindakan yang harus dilakukan. Jadi, dalam kegiatan komunikasi atau pertuturan tidak hanya terjadi proses penyampaian informasi tetapi terdapat respon berupa tindakan dari lawan tutur atau pendengar.

Chaer dan Agustina (2010:50) menjelaskan tindak tutur merupakan gejala individual bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Yule (2006:82) mendefinisikan tindak tutur merupakan tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan.

Austin (dalam Gunarwan, 2007:7) menyebutkan bahwa dengan mengujarkan kata-kata kita juga melakukan suatu tindakan. Pernyataan tersebut kemudian mendasari lahirnya teori tindak tutur. Tindak tutur terdiri dari tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur ilokusi terbagi atas tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklaratif. Masing-masing tindak tutur ilokusi tersebut memiliki pembagian lagi. Salah satu tindak tutur ilokusi tersebut adalah tindak tutur direktif. Searle (dalam Gunarwan, 2007:23) menjelaskan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang berfungsi mempengaruhi petutur atau pendengar agar melakukan tindakan seperti yang diungkapkan oleh si penutur. Fungsi umum direktif meliputi, menyuruh, memerintah, memohon, mengimbau, menyarankan, dan tindakan-tindakan lain yang diungkapkan oleh kalimat bermodus imperatif menurut aliran formalisme. Yule (2006:93) menjelaskan bahwa tindak tutur direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi, perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran. Leech (1993:327) menyebutkan verba direktif meliputi meminta, memberi perintah, menganjurkan, melarang, dan memohon.

Tindak tutur meminta adalah tindak tutur yang meminta lawan tuturnya untuk melakukan apa yang penutur ucapkan. Rahardi (2005:80) menjelaskan kalimat permintaan adalah kalimat imperatif denga kadar suruhan sangat halus yang ditandai dengan penanda kesantunan tolong,

coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lainnya. Tindak tutur menganjurkan adalah tindak

tutur yang menganjurkan lawan tutur untuk melakukan sesuatu hal yang baik menurut penutur untuk lawan tutur dan penutur sendiri. Menurut Rahardi (2005:114-115), kalimat yang bermakna menganjurkan biasanya ditandai dengan penanda kesantunan kata hendaknya dan sebaiknya.

Tindak tutur melarang adalah tindak tutur yang melarang lawan tutur untuk melakukan sesuatu. Menurut Bach dan Harnish (dalam Syahrul, 2008: 34) tindak tutur direktif larangan juga diwujudkan seperti kelompok permintaan dan perintah. Modalitas yang digunakan misalnya

jangan yang diikuti atau tidak oleh partikel –lah. Rahardi (2005:109) menjelaskan imperatif

dengan makna larangan ditandai oleh pemakaian kata jangan. Tindak tutur memerintah adalah tindak tutur yang memerintah lawar tutur untuk melakukan apa yang penutur ucapkan. Bach dan Harnish (dalam Syahrul, 2008: 34) menjelaskan direktif kelompok perintah diwujudkan dalam struktur yang sama dengan permintaan, tetapi perbedaannya adalah pada modalitas yang melekat pada direktif itu. Modalitas pada direktif perintah misalnya ayo dan hendaklah. Tindak tutur memohon adalah tindak tutur yang meminta dengan sopan agar lawan tutur melakukan apa yang dituturkan oleh penutur. Rahardi (2005:99) menyatakan kalimat yang bermakna memohon itu ditandai dengan hadirnya penanda kesantunan mohon. Selain ditandai dengan hadirnya penanda kesantunan itu, partikel-lah juga digunakan untuk memperhalus kadar tuturan direktif permohonan.

Dalam bertutur masing-masing peserta pertuturan menggunakan strategi dalam bertutur. Strategi bertutur yang digunakan dalam tindak tutur meliputi: (1) Strategi bertutur terus terang tanpa basa basi (BTB), merupakan strategi yang digunakan dalam komunikasi dengan menyatakan

(7)

sesuatu secara jelas. (2) Strategi bertutur dengan basa basi kesantunan positif (BTDBKP), mengacu pada citra diri seseorang yang mempunyai keinginan bahwa apa yang dilakukan dan diyakininya diakui sebagai hal yang baik. Bertutur dengan basa-basi kesantunan positif disingkat dengan BTDBKP terdiri atas 10 strategi, yaitu (a) tuturan menggunakan penanda identitas sebagai anggota kelompok yang sama, (b) tuturan memberi alasan, (c) tuturan melibatkan Pn dan Mt dalam satu kegiatan, (d) tuturan mencari kesepakatan, (e) tuturan melipatgandakan simpati kepada Mt, (f) tuturan berjanji, (g) tuturan memberikan penghargaan kepada Mt, (h) tuturan bersikap optimis kepada Mt, (i) tuturan bergurau, dan (j) tuturan menyatakan saling membantu. (3) Strategi bertutur dengan basa basi kesantunan negatif (BTDBKN), merupakan strategi menyelamatkan muka negatif dari lawan tutur. Strategi ini penutur menyanjung lawan tutur dengan merendahkan si penutur. Bertutur dengan basa-basi kesantunan negatif (BBKN) direalisasikan dalam bentuk substrategi berikut: (a) tuturan ber-pagar, (b) tuturan tidak langsung, (c) tuturan meminta maaf, (d) tuturan meminimalkan beban atau paksaan kepada orang lain, (e) tuturan impersonal, (f) tuturan permintaan dalam bentuk pertanyaan, (g) tuturan yang menyatakan kepesimisan, (h) tuturan yang mengungkapkan pernyataan sebagai aturan umum, dan (i) tuturan yang menyatakan rasa hormat. (4) Bertutur secara samar-samar dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) tuturan yang mengandung isyarat kuat, yang menacu pada tuturan yang mempunyai daya ilokusi kuat dan (2) tuturan yang mengandung isyarat lunak yang mengacu pada tuturan yang mempunyai daya ilokusi lunak. Isyarat kuat ditandai oleh adanya satu ungkapan atau lebih yang secara transparan dapat diasosiasikan dengan maksud Pn. Sebaliknya, isyarat lunak ditandai oleh tidak adanya ungkapan yang secara transparan dapat diasosiasikan dengan maksud Pn. (5) Bertutur dalam Hati (BDH).

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk bentuk tindak tutur direktif yang digunakan dalam novel Syair Munajat Cinta karya Novia Syahidah dan bagaimana strategi bertutur yang digunakan berdasarkan tindak tutur direktif dalam novel Syair Munajat

Cinta karya Novia Syahidah. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskripsi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 April 2015. Data dalam penelitian ini adalah kutipan berupa tindak tutur direktif dan strategi bertutur dalam novel Syair Munajat Cinta karya Novia Syahidah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik catat. Pertama, membaca dan memahami novel secara keseluruhan.

Kedua, menandai tuturan sesuai dengan objek yang diteliti. Ketiga, mengklasifikasikan data yang

telah diperoleh. Keempat, memindahkan data tersebut ke dalam format inventarisasi data. Kelima, mengidentifikasi data yang sesuai dengan bentuk tindak tutur direktif dan strategi bertutur yang ditemukan dalam novel Syair Munajat Cinta karya Novia Syahidah. Keenam, mengkalsifikasikan data yang sudah diidentifikasi.Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu : (1) mendeskripsikan data yang berhubungan dengan bentuk tindak tutur direktif dan strategi bertutur, (2) menganalisis dan membahas data yang telah diklasifikasikan, (3) mencatat dan menyimpulkan hasil penelitian, dan (4) menuliskan laporan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data penelitian ditemukan jenis tindak tutur direktif, yaitu tindak tutur direktif meminta 31 tuturan, tindak tutur direktif menganjurkan 23 tuturan, tindak tutur direktif melarang 15 tuturan, tindak tutur direktif memerintah 33 tuturan, dan tindak tutur direktif memohon 8 tuturan. Selain tindak tutur direktif tersebut, ditemukan jenis tindak tutur direktif lain, yaitu tindak tutur direktif memaksa 5 tuturan. Berdasarkan tindak tutur direktif tersebut ditemukan tiga strategi bertutur yang digunakan, yaitu strategi bertutur terus terang tanpa basa basi (BTB) 71 tuturan, strategi bertutur dengan basa basi kesantunan positif (BTDBKP) 41 tuturan, dan strategi bertutur dengan basa basi kesantunan negatif (BTDBKN) 3 tuturan.

1. Jenis Tindak Tutur Direktif

Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi, tindak tutur direktif meminta, menganjurkan, melarang, memerintah, dan memohon.

(8)

a. Tindak Tutur Direktif Meminta

Tindak tutur direktif meminta merupakan tindak tutur yang meminta lawan tuturnya untuk melakukan apa yang penutur ucapkan. Dalam penelitian ditemukan 31 tuturan meminta. Bentuk tindak tutur direktif meminta dapat dilihat pada contoh dibawah ini.

(D. 47) “Hari ini Nurul mau diajak papanya jalan-jalan. Tolong kamu siapkan segala keperluannya, dan jaga dia baik-baik, ya!” (Syahidah, 2008:82)

Pada (D.47) Tuturan pada kutipan tersebut dilaksanakan oleh Bu Danu ditujukan kepada Dewi. Bu Danu meminta Dewi untuk menyiapkan perlengkapan Nurul. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur meminta yang ditandai dengan adanya aspek modalitas tuturan meminta yaitu tolong pada kalimat Tolong kamu siapkan segala keperluannya, dan jaga baik-baik, ya. Kalimat tersebut disampaikan oleh penutur (Bu Danu) dengan tujuan agar lawan tuturnya (Dewi) menyiapkan keperluan Nurul.

(D. 69) “Ayo sini, Nduk! Mbah lihatkan sesuatu padamu.”(Syahidah, 2008:116)

Pada (D. 69) Tuturan dilaksanakan oleh Mbah Kakung ditujukan pada Dewi. Mbah Kakung meminta Dewi untuk mengikutinya. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif meminta yang ditandai dengan kalimat Ayo sini Nduk. Adanya kata ayo menandakan bahwa tuturan tersebut tergolong kepada tuturan meminta. Kalimat tersebut disampaikan penutur (Mbah Kakung) dengan tujuan agar lawan tuturnya (Dewi) mengikutinya ke dalam kamar.

b. Tindak Tutur Direktif Menganjurkan

Tindak tutur menganjurkan adalah tindak tutur yang menganjurkan lawan tutur untuk melakukan sesuatu hal yang baik menurut penutur untuk lawan tutur dan penutur sendiri. Dalam penelitian ditemukan tindak tutur diriktif menganjurkan sebanyak 25 tuturan. Bentuk tindak tutur direktif menganjurkan dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(D. 1) “Kamu seharusnya bisa menghormati tradisi orang lain, An.”( Syahidah, 2008:9)

Pada (D.1) Tuturan pada kutipan di atas dilaksanakan oleh Sigit ditujukan kepada Andi. Sigit menganjurkan kepada Andi agar menghormati tradisi orang lain apalagi Andi tinggal di daerah itu. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif menganjurkan yang ditandai dengan adanya aspek modalitas penanda tuturan direktif menganjurkan seharusnya pada kalimat Kamu

seharusnya bisa menghormati tradisi orang lai. Kalimat tersebut disampaikan petutur (Sigit)

dengan tujuan agar lawan tuturnya (Andi) menghormati tradisi orang lain.

c. Tindak Tutur Direktif Melarang

Tindak tutur melarang adalah tindak tutur yang melarang lawan tutur untuk melakukan sesuatu. Dalam penelitian ditemukan tindak tutur direktif melarang sebanyak 15 tuturan. Bentuk tindak tutur direktif dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(D. 5) “Hus! Jangan ngomong begitu. Kuwalat kamu, Nduk!” (Syahidah, 2008:11)

Pada (D.5) Tuturan dilaksanakan oleh Bapak ditujukan kepada Dewi. Bapak melarang Dewi untuk berkata asal tentang tempat yang dianggap keramat, yaitu tempat yang sering didatanginya untuk mengantar sesajen. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif melarang, ditandai dengan adanya aspek modalitas jangan sebagai penanda tuturan direktif melarang pada kalimat Jangan ngomong begitu. Kalimat yang disampaikan penutur (Bapak) bertujuan untuk melarang lawan tuturnya (Dewi) agar tidak berbicara asal di tempat keramat itu.

(9)

d. Tindak Tutur Direktif Memerintah

Tindak tutur memerintah adalah tindak tutur yang memerintah lawar tutur untuk melakukan apa yang penutur ucapkan. Dalam penelitian ditemukan tindak tutur direktif memerintah sebanyak 33 tuturan. Bentuk tindak tutur direktif memerintah dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(D. 19) “Sekarang pulanglah, dan ceritakan semua ini pada yang lain, agar mereka tidak mencoba main-main denganku!” (Syahidah, 2008:52)

Pada (D. 19) Tuturan dilaksanakan oleh Bapak (Ki Ireng) yang ditujukan pada Pak Wayan. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif memerintah, ditandai dengan kalimat

Sekarang pulanglah. Adanya partikel –lah menandakan tuturan tersebut merupakan tuturan

memerintah. Kalimat yang disampaikan penutur (Bapak) bertujuan agar lawan tuturnya (Pak Wayan) segera pulang dan menceritakan apa yang akan didapat jika berani melawan Ki Ireng. e. Tindak Tutur Direktif Memohon

Tindak tutur memohon adalah tindak tutur yang meminta dengan sopan agar lawan tutur melakukan apa yang dituturkan oleh penutur.

(D. 23) “Bukan saya, Ki! Tapi anak perempuan

saya. Dia mendengar cerita itu dari orang-orng di jalan, lalu menyampaikan pada saya dan juga pada tetangga. Tapi bukan dia sumber fitnah itu. Sungguh! Tolonglah, Ki! Dia tidak berani datang ke sini karena takut. (Syahidah, 2008: 55)

Pada (D.23) Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif memohon, ditandai dengan kalimat tolonglah, Ki! Dia tidak berani datang ke sini karena takut. Adanya partikel –lah pada tuturan tersebut menandakan tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon yaitu meminta dengan halus lawan tutur untuk melakukan apa yang dituturkan penutur. Kalimat tersebut disampaikan penutur (istri Pak wayan) untuk memohon lawan tutur (Bapak) tidak menyalahkan anaknya.

f. Tindak Tutur Direktif Memaksa

Tindak tutur memaksa merupakan tuturan yang memaksa lawan tutur untuk melakukan apa yang dituturkan oleh penutur. Dalam penelitian ditemukan sebanyak 5 tuturan. Dapat dilihat pada contoh berikut ini.

(D. 12) “Kamu harus menjunjung tinggi sikap

hormat, sopan santun dan budi pekerti yang merupakan ciri khas masyarakat Jaa sejak dulu. Juga mengerti wedi, isin, sungkan, dan

ewuh-pekewuh-nya. Harus mengerti senepan dan pepindhan.” (Syahidah, 2008:34)

Pada (D.12) Tuturan dilaksanakan oleh ibu ditujukan kepada Dewi. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif memaksa, ditandai dengan adanya aspek modalitas harus sebagai penanda tuturan direktif memaksa pada kalimat Kamu harus menjunjung tinggi sikap hormat,

sopan santun, dan budi pekerti. Kata harus merupakan penanda tuturan tersebut dituturkan agar

lawan tutur melakukan sesuai dengan apa yang dituturkan oleh penutur.

2. Strategi Bertutur

Strategi bertutur yang digunakan para tokoh berdasarkan tindak tutur direktif meliputi, strategi bertutur terus terang tanpa basa basi (BTB), strategi bertutur dengan basa-basi kesantunan

(10)

a. Strategi Bertutur Tanpa Basa-Basi (BTB)

Strategi bertutur terus terang merupakan strategi yang digunakan dalam komunikasi dengan menyatakan sesuatu secara jelas. Dalam penelitian ditemukan strategi bertutur tanpa basa-basi sebanyak 71 tuturan. Dapat dilihat pada contoh berikut.

(D. 8) “Beliau mengizinkan, tapi dengan satu

syarat. “Kamu tidak boleh melepas kalung itu, kecuali saat shalat atau membaca Al-Quran wae. (Syahidah, 2008:17)

Pada (D.8) Tindak tutur direktif melarang tersebut menggunakan strategi bertutur terus terang tanpa basa basi. Penutur (Bapak) secara terus terang melarang lawan tuturnya (Dewi) untuk melepaskan kalung yang diberikannya.

b. Strategi Bertutur Dengan Basa-Basi Kesantunan Positif (BTDBKP)

Strategi bertutur dengan basa basi kesantunan positif mengacu pada citra diri seseorang yang mempunyai keinginan bahwa apa yang dilakukan dan diyakininya diakui sebagai hal yang baik. Dalam penelitian ditemukan strategi bertutur tanpa basa-basi sebanyak 41 tuturan. Dapat dilihat pada contoh berikut.

(D. 110) “Tidak Mbakyu. Aku mencoba menegur

Ibu waktu itu. “Tolong Mbakyu jangan salah paham.” (Syahidah, 2008:196)

Pada (D.10) Tindak tutur direktif meminta tersebut menggunakan strategi bertutur dengan basa basi kesantunan positif (menggunakan penanda identitas sebagai anggota kelompok yang sama). Tuturan tersebut menggunakan kata sapaan Mbakyu sebagai penanda bahwa penutur (Pak Haryo) mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota kelompok yang sama dengan lawan tutur (Ibu). Penggunaan kata sapaan tersebut dapat memperhalus tuturan penutur yang meminta lawan tutur untuk tidak salah paham.

c. Strategi Bertutur Dengan Basa-Basi Kesantunan Negatif (BTDBKN)

Strategi bertutur dengan basa basi kesantunan negatif merupakan strategi menyelamatkan muka negatif dari lawan tutur. Strategi ini penutur menyanjung lawan tutur dengan merendahkan si penutur. Dalam penelitian ditemukan strategi bertutur tanpa basa-basi sebanyak 3 tuturan. Dapat dilihat pada contoh berikut.

(D. 91) “ Kita tidak mungkin membiarkannya terus begini, Bu!”

“Lalu apa yang mau kamu lakukan? Menyiramnya lagi? Coba saja!” (Syahidah, 2008:163)

Pada (D.91Tindak tutur direktif memerintah tersebut termasuk ke dalam strategi bertutur dengan basa basi kesantunan negatif (menyatakan kepesimisan), ditandai dengan kalimat Coba

saja. Penutur (Ibu) memerintahka lawan tutur (Dewi) untuk melakukan cara yang ia anggap bisa

menyelamatkan Bapaknya, tetapi dibalik tuturan tersebut penutur tidak yakin dengan cara yang dilakukan lawan tutur akan berhasil. Strategi bertutur tersebut digunakan oleh penutur untuk menjaga muka lawan tutur dan muka penutur sendiri.

PENUTUP

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang tindak tutur direktif yang digunakan para tokoh dalam novel Syair Munajat Cinta karya Novia Syahidah dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, tindak tutur direktif yang dominan yang digunakan para tokoh adalah tindak tutur direktif meminta dan memerintah. Kedua, strategi bertutur yang dominan yang digunakan para tokoh berdasarkan tindak tutur direktif adalah strategi bertutur terus terang tanpa basa basi (BTB).

(11)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. Pertama, disarankan bagi mahasiswa dapat memperdalam ilmunya di bidang pragmatik, khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kedua, bagi peneliti lain, dapat mengkaji pragmatik lebih dalam lagi karena dapat menambah memperluas khazanah ilmu bahasa. Peneltian bahasa tidak hanya meneliti di bidang bahasa lisan saja, tetapi juga bisa di bidang bahasa tulis seperti novel.

KEPUSTAKAAN

Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra Teori dan Terapan. Padang: Citra Budaya Indonesia. Leech, Geoffrey.1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.

Mahsun, MS. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja grafindo Persada.

Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Syahidah, Novia. 2008. Syair Munajat Cinta. Jakarta: Penerbit Jendela.

Syahrul. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa: Menyibak Fenomena Berbahasa Indonesia

Guru dan Siswa. Padang: UNP Press.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan strategi penuturan tindak tutur direktif berimplikatur adalah, dalam bahasa Jepang tindak tutur direktif berimplikatur dituturkan melalui tuturan dengan

Tindak tutur direktif adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu jenis ujaran atau tindak tutur yang dituturkan penutur kepada mitra tutur untuk membuat mitra

Adapun jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Sala Lelimengan karya Suparta Brata adalah sebagai berikut: tindak tutur direktif memaksa terdapat 6 data,

Tuturan menolak yang dituturkan oleh penutur merupakan tindak tutur menolak tidak langsung dengan pernyataan alternatif karena penutur menyatakan alternatif lain

Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif requestives yang fungsinya meminta ( requestives meminta). Verba requesting meminta dapat dilihat dalam tuturan Fitri

Kalimat (27) termasuk contoh tuturan prohibitives melarang. Tuturan tersebut disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur untuk tidak melakukan tindakan seperti.. yang diujarkan

Fungsi memaksa adalah untuk mengekspresikan tuturan mengandung maksud menyuruh atau meminta dengan paksa kepada mitra tutur, agar mitra tutur mau melakukan

Strategi bertutur dengan basa-basi kesantungan negatif banyak ditemukan dalam Kaba Siti Baheram.Alasannya, penutur menggunakan strategi ini untuk mempertahankan muka negatif lawan