• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN (YLPK) BALI DALAM MELINDUNGI KONSUMEN PDAM KOTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FUNGSI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN (YLPK) BALI DALAM MELINDUNGI KONSUMEN PDAM KOTA DENPASAR"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

FUNGSI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN

KONSUMEN (YLPK) BALI DALAM MELINDUNGI

KONSUMEN PDAM KOTA DENPASAR

OLEH :

I KADEK YOKO JUNIANTARA PUTRA

NPM: 1310121007

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

(2)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa sepanjang

pengetahuan saya, didalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah

yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik

di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah di tulis atau ditertibkan oleh orang lain, kecuali yang secara terang

di kutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar

pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat

unsur–unsur jiplakan, saya bersedia Sekripsi ini digugurkan dan gelar

akademik yang telah saya proleh (Sarjana Hukum) dibatalkan serta

diproses sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Denpasar, Februari 2017

Mahasiswa,

I Kadek Yoko Juniantara Putra

NPM.1310121007

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puju syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terahir sebagai mahasiwa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana (S1) pada Fakultas Hukum Universitas Warmadewa. Adapun judul skripsi ini adalah “FUNGSI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN (YLPK) BALI

DALAM MELINDUNGI KEPENTINGAN KONSUMEN PDAM DI KOTA DENPASAR”.

Penulis menyadari bahwa apa yang tersusun dalam skripsi ini jauh dari apa yang diharapkan secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Maka dari itu kritik, saran, bimbingan serta petunjuk – petunjuk dari semua pihak sangat di harapkan guna kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala hormat penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya, kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr Dewa Putu Wijadna, DAP&E, Sp. Par. K. Rektor Universitas Warmadewa

2. Dr Nyoman Putu Budiartha SH.MH, Dekan Fakultas Hukum Unuversitas Warmadewa.

(4)

iv

3. Ida Ayu Putu Widiati SH.,M.Hum, Wakil Dekan I Fakultas Hukum Unuversitas Warmadewa.

4. Anak Agung Sagung Laksmi Dewi SH.MH, Wakil Dekan II Fakultas Hukum Unuversitas Warmadewa.

5. I Ketut Sukadana SH.MH, Wakil Dekan III Fakultas Hukum Unuversitas Warmadewa.

6. Dr Nyoman Putu Budiartha SH.MH Dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan tiada henti memberi arahan dan masukan yang berarti hingga terselesainya skripsi ini.

7. Ni Made Sukaryati Karma SH.MH, Dosen pembimbing II yang dengan penuh perhartian dan berkenan meluangkan waktu serta tenagannya dalam memberikan bimbingan hingga terselesainya skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Warmadewa yang telah mengajar dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Unuversitas Warmadewa.

9. Pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Warmadewa yang telah membantu selama masa perkuliahan.

10. Untuk saya keluarga tercinta, Bapak, Ibu, Kakak, yang sangat saya sayangi dan banggakan yang telah dengan sabar memberikan dorongan semangat dan masukan.

11. Untuk pacar saya Ni Wayan Novita Sari yang telah banyak membantu memberikan arahan dan masukan dari awal proses penyusunan skripsi. 12. Untuk sahabat – sahabat penulis yang telah banyak memberikan

(5)

v

13. untuk teman – teman Fakultas Hukum Unuversitas Warmadewa angkatan 2013 yang telah banyak memberikan dorongan mental dan semangat dalam membuat skripsi.

Akhir kata penulis harapkan skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi perkembangan Ilmu Hukum pada khususnya.

Denpasar, 30 Januari 2017 Penulis

(6)

vi

ABSTRAK

Di Indonesia , gerakan perlindungan konsumen menggema dari gerakan serupa di Amerika Serikat. YLKI yang secara popular dikenal sebagai perintis advokasi konsumen di Indonesia. Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen pada posisi yang lemah. Kerugian – kerugian yang di alami konsumen dapat timbul sebagai akibat dari adanya hukum perjanjian antara konsumen dengan produsen , maupun akibat dari adanya perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh produsen. Adapun rumusan masalah dari sekripsi ini adalah bagaimana kedudukan dan fungsi YLPK dalam melindungi kepentingan konsumen dan hambatan apa saja yang di hadapi YLPK dalam melindungi kepentingan konsumen. Tipe penelitian yang di gunakan di penelitian adalah tipe penelitian hukum empiris yaitu suatu metode yang jenis penelitianya lebih menekankan data primer, yaitu data yang di proleh di penelitian untuk mengkaji penerapan hukum di masyarakat yang bertujuan untuk memahami dengan benar mengenai kedudukan, fungsi dan upaya Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali di dalam melindungi konsumen. Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya masukan baru yang diperlukan dalam wawancara tersebut. Adapun penggunaan pedoman wawancara dimaksudkan untuk efektifitas dan efisiensi yang menjadi target wawancara, sehingga wawancara tersebut tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Adapun simpulan dari dibuatnya skripsi ini adalah fungsi Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali di dalam melindungi kepentingan konsumen adalah sebagai lembaga non pemerintah yang akan memperjuangkan hak – hak konsumen sesuai pasal 4 UU No.8 Tahun 1999 agar kembali terciptanya rasa saling menghargai antara produsen dan konsumen.

Kata Kunci : Fungsi, Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen, Dalam Melindungi, Kepentingan Konsumen

(7)

vii ABSTRACT

In Indonesia, the consumer protection movement echoes from similar movements in the United States. YLKI is popularly known as the pioneer of consumer advocacy in Indonesia. The absence of a balanced protection causes consumers in a weak position. The losses on consumers can arise as a result of a legal agreement between consumers and producers, as well as a result of unlawful acts committed by the producers. The problems of the study in this undergraduate thesis are how is the position and the function of YLPK in protecting the interests of consumers and what the obstaclesthat YLPK faced in protecting the interests of the consumers. Type of research used in this study is a type of empirical legal research. Empirical legal research is a research method that is more emphasis on primary data, where the obtainable data in a study used to assess the application of the law on the public to understand correctly the position, the function and attempts Foundation of Consumers Protection (YLPK) Bali in protecting consumers. Legal materials collection techniques used by the author in this paper is through interviews using a list of questions as a guideline, although it did not rule out a new input required in the interview. The use of interview guidelines are intended for the effectiveness and efficiency of targeted interviews, therefore the interview did not deviate from the planned. The conclusion of this undergraduate thesis is a function of the Foundation of Consumers Protection (YLPK) Bali in protecting the interests of consumers as a non-governmental organization which fight for the rights of the consumers in accordance with Article 4 of Law No. 8 of 1999 in order to re-create a sense of mutual respect between producers and consumers.

Kaywords : Role Consumer Protection Agencies, Organizations Scoiety, The Consumer Interest

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB II PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Masalah ... 1

2 Rumusan Masalah ... 6 3 Tujuan Penelitian ... 6 3.1 Tujuan Umum ... 6 3.2 Tujuan Khusus ... 7 4 Kegunaan Penelitian ... 7 4.1 Kegunaan Teoritis ... 7 4.2 Kegunaan Praktis ... 7 5 Tinjauan Pustaka ... 8 6 Metode Penelitian... 11

6.1 Jenis Dan Pendekatan Masalah ... 11

6.2 Lokasi Penelitian ... 12

6.3 Sumber Data ... 12

(9)

ix

6.5 Analisis Data ... 13

BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN BALI DI DALAM MELINDUNGI KONSUMEN PDAM DI KOTA DENPASAR

2.1 Kedudukan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi konsumen PDAM di kota Denpasar ... 14

2.2 Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota

Denpasar ... 19 2.3 Fungsi Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali

dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota

Denpasar ... 22

BAB III HAMBATAN YANG DIHADAPI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN BALI DI DALAM

MELINDUNGI KONSUMEN PDAM DI KOTA DENPASAR

3.1 Pengertian Perlindungan Konsumen ... 25 3.2 Faktor penyebab terjadinya keluhan konsumen PDAM ... 32 3.3 Hambatan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota Denpasar ... 34 3.4 Upaya yang dilakukan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota

(10)

x

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan ... 41

4.2 Saran ... 42

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu Negara yang berkembang, oleh karena itu untuk dapat mengejar Negara-negara maju, maka adanya suatu beban dipundak rakyat dan pemerintah Indonesia untuk melakukan suatu tugas yaitu, melaksanakan pembangunan yang baik demi terciptanya masyarakat adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD NRI 1945.

Tujuan dari Negara sebagaimana diatur dalam pembukaan UUD NRI 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejatraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.1

Indonesia yang merupakan Negara berkembang, pada perkembangannya tidak hanya dampak positif yang didapat oleh Indonesia, seperti sudah mulai diakuinya beberapa produk yang berasal dari Indonesia, pekerja Indonesia tidak hanya bekerja di bidang yang hanya menggunakan kekuatan fisik saja seperti kuli maupun buruh, tetapi sudah biasa juga menduduki posisi penting di perusahaan-perusahaan asing yang sudah terkenal di dunia global. Akan tetapi dampak negative juga yang diterima, seperti maraknya tindakan yang merugikan

(12)

2

pihak konsumen yang dilakukan oleh pihak produsen, yang dapat dikatakan tindakan hukum melawan perlindungan konsumen.

Hukum perlindungan konsumen dewasa ini mendapat cukup perhatian karena menyangkut aturan-aturan guna mensejahtrakan masyarakat, bukan saja masyarakat selaku konsumen saja yang mendapat perlindungan, namun pelaku usaha juga mempunyai hak yang sama untuk mendapat perlindungan, masing-masing ada hak dan kewajiban. Pemerintah berperan mengatur, mengawasi,dan mengontrol, sehingga tercipta sistem yang kondusif saling berkaitan satu dengan yang lain dengan demikian tujuan mensejahtrakan masyarakat secara luas dapat tercapai.2

Di Indonesia, gerakan perlindungan konsumen menggema dari gerakan serupa di Amerika Serikat. Gerakan YLKI yang secara popular dipandang sebagai perintis advokasi konsumen di Indonesia berdiri yakni pada 11 mei 1973. Gerakan di Indonesia ini termasuk cukup responsive terhadap keadaan bahkan mendahului Revolusi Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC) No.2111 tahun 1978 tentang perlindungan konsumen.3

Sebelum ada Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau yang disingkat YLKI perhatian terhadap konsumen di Indonesia sama sekali terabaikan. Beberapa produk hukum yag ada , bahkan yang diberlakukan sejak zaman kolonial menyinggung sendi-sendi penting perlindungan konsumen. Dilihat dari kuantitas dan materi-materi muatan produk hukum itu dibandingkan dengan keadaan di Negara-negara maju (terutama Amerika Serikat), kondisi di Indonesia masih jauh dari kata menggembirakan mengingat di Negara Indonesia sering

2 Achmad Ali, 1996, Menguak Tabir Hukum, Jakarta, Chandra Pratama hal 13 3 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, Hal 29.

(13)

3

sekali pasal 4 UUPK mengenai Hak konsumen sering tidak didapatkan oleh pasa konsumen, seperti :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa.

b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan .

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskrimainatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Walaupun begitu, keberadaan peraturan hukum buka satu-satunya ukuran untuk menilai keberhasilan gerakan perlindunga konsumen. Gerakan ini seharusnya bersifat missal dan membutuhka kemauan politik yang besar untuk mengaplikasikanya.4

Dan yang terbaru adalah Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali didirikan pada tanggal 1 Agustus 2003 oleh Pendiri I Putu Armaya.SH dengan akta notaris No.1 tahun 2003 yang bernama Yayasan Cipta Bali Pesona. Tujuan di didirikan Yayasan Lembaga Pelindungan konsumen adalah untuk mendorong terciptanya intraksi masyarakat secara sehat dan saling menguntungkan bagi setiap komponen inti didalamnya, yaitu konsumen para pelaku industri perdagangan dan jasa, serta pemerintah.

(14)

4

Di Indonesia, perlindungan hukum konsumen masih belum begitu jelas, karena banyak hal-hal yang membuat konsumen kecewa namun hukum tidak berjalan sebagai mestinya.5 Dalam beberapa hal terutama dalam pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menjadi sesuatu yang tidak diterima dan sulit untuk mendapat pelayanan yang baik dan sesuai dengan hak asasi manusia. Di karenakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang belum memenuhi kewajibanya dengan penuh di dalam mengayomi serta menginformasikan hal-hal yang berpengaruh kepada konsumen seperti pemadaman air bergilir dan kenaikan harga air per bit yang sangat di ketahui oleh konsumen,dan itu semua sudah jelas merugikan kebutuhan konsumen yang sudah melakukan kewajiban sebelumnya,

Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) diharapkan sering melakukan advokasi melalui media massa agar masyarakat selektif serta berani menanyakan haknya bila terjadi masalah yang tidak sesuai atau diharapkan yang merugikan. Hasil temuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) yang di sampaikan oleh masyarakat juga harus mendapat tindak lanjut dan penyelesaian secara tuntas, Diharapkan pula kehadiran Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) bukan justru berpihak kepada pelaku usaha atau penjual dengan mengorbankan konsumen. Berkaitan dengan implementasi perlindungan konsumen, Undang – Undang No.8 tahun 1999 pasal 44 tentang perlindungan konsumen Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) harus

5Mariam Darus Badrul Zaman, 1981, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahanya, Bandung, Banduanga Alumni.Hal 4

(15)

5

melindungi konsumen dengan dasar hukum , yakni sebagai Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat :6

1. Pemerintah mengakui lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat.

2. Lembaga Konsumen Swadaya Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam mewujutkan perlindungan konsumen.

3. Tugas Lembaga Konsumen Swadaya Masyarakat meliputi kegiatan : a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas

hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengonsumsi barang atau jasa.

b. Memberikan nasehat kepada konsumen yang memerlukanya

c. Bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindunga konsumen

d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen

e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas Lembaga Konsumen Swadaya Masyarakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah.

Walaupun Lembaga Konsumen Swadaya Masyarakat dikatakan sebagai lembaga non pemerintah, mengingat Lembaga Konsumen Swadaya Masyarakat yang dimaksud dalam undang-undang ini harus didaftarkan dan mendapat pengakuan pemerintah, dengan tugas-tugas yag masih diatur dengan peraturan pemerintah.7

Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen pada posisi yang lemah. Kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen dapat timbul sebagai akibat dari adanya hubungan hukum perjanjian antara produsen dengan konsumen maupun

6

Celina Tri Siwi, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar Grafika ,hal 120.

7 Ahmadi Miru , 2011, Hukum Perlindunngan Konsumen, Raja Grafindo Persada,

(16)

6

akibat dari adanya perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh produsen, seperti halnya banyaknya konsumen PDAM yang haknya tidak dipenuhi lantaran air yang sering tidak mengalir di beberapa waktu. Dari latar belakang yang telah penulis buat diatas dapat dicari suatu permasalahan yang dapat diangkat menjadi suatu judul proposal skripsi : ” FUNGSI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN (YLPK) BALI DALAM MELINDUNGI KEPENTINGAN KONSUMEN PDAM DENPASAR”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali dalam melindungi Konsumen PDAM di kota Denpasar?

2. Hambatan apakah yang di hadapi dan bagaimana upaya Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLKP) Bali di dalam melindungi konsumen PDAM di denpasar?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

3.1 Tujuan Umum

1. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Warmadewa

(17)

7

2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Khususnya pada bidang penelitian

3. Untuk melatih diri dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis

3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali di dalam melindungi kepentingan konsumen layanan PDAMdi kota Denpasar

2. Dapat mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM denpasar

4. Kegunaan Penelitian

4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian secara teoritis ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktek pekerjaan sosial di bidang ilmu hukum khususnya tentang Hukum Perlindungan Konsumen

4.2 Kegunaan Praktis

Bagi praktisi Hukum, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebuah kontribusi pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai

(18)

8

masukan bagi para pejabat yang berkompeten dalam menangani dan melaksanakan tugas dalam bidang tersebut.8

5. Tinjauan Pustaka

Menurut pasal 1 angka 1 menurut UUPK yang berbunyi Perlindunga Konsumen adalah “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”

Setiap suatu konsep “konsumen” telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu diberbagai Negara dan sampai saat ini sudah puluhan Negara memiliki undang-undang atau peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen termasuk penyediaan sarana peradilanya. Sejalan dengan perkembangan itu, berbagai Negara telah menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan perlindungan konsumen. Disamping itu, telah pula berdiri organisasi konsumen internasional, yaitu International

Organization Of Consumer Union (IOCU). Di Indonesia telah pula berdiri berbagai organisasi konsumen seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) di Jakarta, dan organisasi konsumen lain di bandung. Yogyakarta, Surabaya, dan sebagainya.

Pengertian konsumen dalam UUPK lebih luas dibandingkan dengan 2 (dua) rancangan undang-undang perlindungan konsumen lainnya, yaitu pertama

8 Soerjono Soekamto, 2006, Sistem Hukum di Indonesia dalam percakapan tentang Pendidikan Konsumen, Jakarta, Jurnal Yustika Hal 89.

(19)

9

dalam rancangan Undang-undang Perlindungan Konsumen yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, yang menentukan bahwa :9

“Konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia di masyarakat, bagi kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak untuk diperdagangka kembali”.10

Menurut A.Z konsumen berasal dari bahasa consumer (Inggris-,Amerika) atau consument (Belanda), Srcara harfiah arti kata consumer adalah lawan dari produsen, setiap orang yang menggunakan barang.11

Menurut para ahli hukum, arti Konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka oleh penguasa sedangkan engertian “konsumen” di amerika serikat MEE,kata “konsumen” yang berasal dari consumer sebenarnya berarti “pemakai”. Namun di amerika serikat kata ini diartika lebih luas sebagai “ korban pemakaian produk yang cacat”, baik korban tersebut pembeli,bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban yang bukan pemakai, karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan oleh korban yang bukan pemakai.

Oleh karena itu peranan Yayasan Lembaga Pelindungan Konsumen bali sangat di butuhkan konsumen agar bisa mendorong terciptanya interaksi terhadap masyarakat secara sehat dan saling menguntungkan bagi setiap komponen inti di dalamnya, yaitu konsumen para pelaku industri perdagangan

9 Yayasan Lembaga Konsumen, 1981, Perlindungan Konsumen Indonesia, Suatu

sumbangan Pemikiran tentang Rancangan Undang-undang Perlindunga Konsumen, Yayasan Lembaga Konsumen, Jakarta, , Hal. 2.

10 Ronny Hanitijo, 1983, metode penulisan hukum, cet 1, Ghalian Indonesia, Hal 39 11http://repositiry.usu.ac.id diakses tanggal 12 okteber 2016, jam 20.00 wita.

Agus Brotosusilo, Makalah “Aspek-aspek Perlindungan terhadap Konsumen dalam Sistem Hukum di Indonesia” dalam percakapan tentang Pendidikan Konsumen dan Kurikulum Fakultas Hukum, Editor Yusuf Sofie ,(Jakarta : YLKI-usaid,1998), hal 46.

(20)

10

dan jasa, serta pemerintah. Selain memberikan perlindungan terhadap konsumen, YLPKB juga akan konsisten melakukan pemerdayaan terhadap konsumen yang sebagian besar masih amat belum siap menghadapi laju industri perdagangan barang dan jasa. Untuk itu YLPKB akan melakukan berbagai bentuk kerja sama, baik dengan instansi pemerintah, swasta dan para pelaku usaha serta berbagai media cetak dan elektronik, yang berkaitan dengan perlindungan konsumen.

Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali di dalam melindungi konsumen diantaranya adalah :

1. menciptakan system perlindungan konsumen yang mengandung kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi, seperti memaparkan hak yang harus di dapat konsumen, contohnya konsumen PDAM di denpasar yang hak nya terhadap air mendapatkan keganjalan lantaran adanya kemacetan air terus menerus, maka disini YLPKB akan memaparkan hak-hak konsumen dengan kepastian hukum terhadap keluhanya ke PDAM di kota Denpasar. 2. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha, contohnya YLPKB akan memperjuangkan hak konsumen seperti konsumen PDAM di kota Denpasar agar para pelaku usaha atau PDAM agar saling menghargai dan selalu bersikap jujur serta bertanggung jawab di dalam setiap melakukan kesepakatan.

Di karenakan ada beberapa konsumen khususnya konsumen PDAM di kota Denpasar yang mengeluh atau melaporkan kinerja PDAM yang di nilai kurang mampu memenuhi hak yang seharusnya di dapat oleh konsumen, maka YLPKB selaku Lembaga Perlindungan Konsumen akan berusaha mengupayakan perlindungan konsumen terhadap konsumen dengan cara proses mediasi, disini YLPKB akan memberi kesempatan kepada kedua belah pihak (pihak 1 konsumen PDAM, pihak 2 PDAM) untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya dan

(21)

11

boleh dipotong oleh pihak lain sebelum pihak pertama menyelesaikan penjelasan. Setelah masing-masing menyampaikan masalahnya, maka YLPKB, memberikan waktu untuk klarifikasi dan koreksi tentang apa yang di sampaikan oleh masing-masing pihak. Setelah permasalahanya di ketahui, maka masing-masing-masing-masing pihak berhak menyampaikan opsi atau tuntutan yang diinginkan, sekaligus melakukan negoisasi atas opsi atau tuntuntan tersebut untuk mencapai kesepakatan. Apabila telah dicapai kesepakatan, maka isi kesepakatan itu dituangkan dalam berita acara kesepakatan. Tahap akhir dari proses mediasi adalah mengimplementasikan hasil kesepakatan.

6. Metode Penelitian

Di dalam membuat sebuah karya tulis yang bersifat ilmiah tentunya didukung oleh suatu metode untuk membahas permasalahan yang terjadi, karena tidak benar jika suatu karya ilmiah berdasarkan penafsiran belaka. Tujuannya tiada lain adalah agar karya tulis yang sifatnya ilmiah mempunyai persyaratan dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

6.1 Tipe Penelitian dan Pendekatan Masalah

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Hukum empiris, yaitu suatu metode yang jenis penelitianya lebih menekankan data primer, yaitu data yang di proleh di penelitian untuk mengkaji penerapan hukum di masyarakat yang bertujuan untuk memahami dengan benar mengenai kedudukan, fungsi dan upaya Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali di dalam melindungi konsumen.

(22)

12

Sedangkan pendekatan masalah yang digunakan penulis adalah pendekatan Yuridis Sosiologis, yaitu suatu penelitian yang mengkonsepkan hukum sebagai gejala empiris yang dapat diamati dalam kehidupan.

6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) di jalan Kartanegara, gang banyuatis no 4. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut yaitu karena di Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) memiliki Data yang lengkap terkait judul yang diangkat oleh penulis

6.3 Sumber Data

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dibedakan kedalam dua kelompok yaitu :

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat langsung di lokasi penelitian sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan atau fieldar, dilakukan baik melalui wawancara atau interview

2. Data sekunder

Dalam sekunder berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari (1) bahan Hukum Primer yang disini menggunakan UU no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, (2) bahan hukum sekunder yang terdiri dari doktrin-doktrin yang ada dalam buku, jurnal hukum dan internet, sedangkan.

6.4 Teknik Pengumpulan Data

(23)

13

Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan pedoman wawancara terbuka, yaitu penelitian melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya masukan baru yang diperlukan dalam wawancara tersebut. Adapun penggunaan pedoman wawancara dimaksudkan untuk efektifitas dan efisiensi yang menjadi target wawancara, sehingga wawancara tersebut tidak menyimpang dari yang telah direncanakan.

Data sekunder dalam penulisan ini dengan membaca dan menelaah peraturan perundang-undangan dengan teknik pencatatan dan studi dokumentasi, membaca dan menelaah bahan kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan, seperti artikel-artikel,

6.5 Analisis Data

Data hukum yang dikumpulkan dari penelitian kepustakaan maupun secara kualitatif yaitu hanya mengolah isi atau konten yang di proleh di lokasi penelitian, selanjutnya dituangkan secara deskritif dalam bentuk skripsi.

(24)

14

BAB II

KEDUDUKAN DAN FUNGSI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN BALI DI DALAM MELINDUNGI KONSUMEN PDAM

DI KOTA DENPASAR

2.1 Kedudukan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM kota Denpasar

Di Indonesia, gerakan perlindungan konsumen ditandai dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pada tanggal 11 mei 1973.YLKI ini didirikan dengan tujuan untuk membantu konsumen Indonesia agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi barang atau jasa.

Kehadiran lembaga konsumen, terutama YLKI merupakan langkah maju dalam perlindungan konsumen, karena dalam upaya mencapai tujuanya YLKI melaksanakan berbagai kegiatan yang dilakukan melalui beberapa bidang, yaitu:12

a. Bidang penelitian b. Bidang Pendidikan

c. Bidang Penerbitan, Warta Konsumen dan Perpustakaan13 d. Bidang Pengaduan

e. Bidang Umum dan keuangan

12

(25)

15

Diantara kelima bidang diatas, empat diantaranya sangat terkait dengan perlindungan konsumen, yaitu bidang penelitian, pendidikan, penerbitan, warta konsumen dan perpustakaan, serta bidang pengaduan. Sedangkan umum dan keuangan lebih terkait dengan yayasan lembaga konsumen itu sendiri.

Kegiatan bidang penelitian berguna bagi konsumen karena melalui bidang penelitian ini, YLKI akan memberikan informasi kepada konsumen mengenai mutu barang secara objektif, sehingga konsumen dapat menentukan pilihannya terhadap suatu produk tertentu secara rasional. Bidang penelitian ini biasanya melakukan penelitian dengan cara pengujian perbandingan terhadap suatu komoditi dari semua merek yang dapat ditemui di pasaran berdasarkan suatu parameter tertentu.14

Bidang pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan konsumen melakukan kegiatan yang berupa ceramah, penyusunan materi-materi penyuluhan konsumen, serta membimbing mahasiswa dan pelajar dalam membuat karya tulis yang berkaitan dengan perlindungan konsumen. Tujuan pendidikan konsumen ini adalah untuk mengubah prilaku konsumen. Pendidikan konsumen ini merupakan suatu proses untuk mengajarkan bagaimana membeli, menggunakan dan mengatur barang yang kadang-kadang sedikit, namun mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Bidang ketiga yang menjadi tujuan YLKI adalah bidang penerbitan, warta konsumen dan perpustakaan. Bidang ini menerbitkan buku-buku yang berkaitan dengan perlindungan konsumen, serta majalah warta konsumen yang berisi hasil

14 Indah Sukmaningsih, 1998, Definisi pelayanan public dalam masalah perlindungan konsumen dalam percakapan tentang pendidikan konsumen dan korikulum fakultas hukum, Editor Yusuf Shofie, Jakarta : YLKI USAID, hal 12

(26)

16

-hasil penelitian yang dilakukan YLKI serta pengetahuan lain yang bermanfaat bagi konsumen. Disamping itu juga terdapat perpustakaan yang dapat dijadikan sebagai sumber dalam mencari literatur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan konsumen.15

Bidang yang juga tidak kalah pentingnya adalah bidang pengaduan, yang kegiatanya adalah menerima dan menyelesaikan keluahan dan ketidakpuasaan konsumen terhadap barang atau jasa yang dibelinya atau diperolehnya.

Berdasarkan Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen YLKI merupakan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). Mengikuti ketentuan UU tersebut dan Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), YLKI terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan memiliki TDLPK (Tanda Daftar Lembaga Perlindungan Konsumen) No. 470/1.824.221 tahun 2005. Karena menjadi bagian lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat bersama badan perlindungan konsumen nasional, dengan bermacam-macam tugas yang dimaksudkan untuk membantu konsumen tersebut maka apabila kedua lembaga tersebut berjalan dengan baik, berarti konsumen akan semakin terlindungi16.

Tugas lain dari lembaga konsumen swadaya masyarakat, seperti tugas kerja dengan instsansi terkait dalam upaya mewujudkan, perlindungan konsumen , dan melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat

15 C Tantri D dan Sulastri , 2000, Gerakan Organisasi Konsumen, Seri Pandauan Konsumen, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Jakarta, The asia Foundation.Hal 23 16 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta hal 17

(27)

17

terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen, sesungguhnya juga dapat disejajarkan dengan tujuanya YLKI bidang penelitian, pendidikan, dan bidang pengaduan. Hanya saja dalam pengaturan Undang – undang perlindungan konsumen ini dapat dikatakan lebih maju dan lebih menguntungkan keberadaan lembaga konsumen seperti YLKI, didalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen dan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat.

Untuk melawan keangkuhan pelaku usaha atau produsen yang melakukan pelanggaran pelanggaran di kota-kota di bali termasuk kota Denpasar masih menjadi pemandangan yang jamak,dan pelanggaran-pelanggaran tersebut tetap terjadi bahkan kasusnya semakin marak. Masyarakat konsumen di Bali khususnya di kota Denpasar yang telah lama dijadikan obyek dan harus selalu memenuhi atau tunduk pada keputusan pemerintah serta keinginan pengusaha, tampaknya mulai lelah dan sadar bahwa dirinya mempunyai hak untuk didengar pendapatnya.

Sehingga respon konsumen yang demikian keras dan terus mengalir ke beberapa Lembaga Konsumen di Indonesia. Seperti di Bali ada YLPK atau Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali yang setiap ada kenaikan komuditas baik barang dan/atau jasa kekesalan dan kekecewaan konsumen ditumpahkan kepada Organisasi konsumen yang didirikan oleh Pak Putu Armaya pada tanggal 1 Agustus tahun 2003.

Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) bali adalah organisasi non-pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya. Dasar dan sumber inspirasi YLPK dalam bertindak adalah

(28)

18

keluhan konsumen dan memperjuangkan Hak konsumen Berdasarkan pasal 4 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen, hak-hak konsumen sebagai berikut17 :

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa.

b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan .

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen. g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskrimainatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal 7 yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”18

17

Ibid.

(29)

19

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) termasuk di dalamnya Yayasan Lembaga Perlndungan Konsumen (YLPK) bali dalam kegiatannya mempunyai tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan dengan kewenangan dan Tujuan sebagai berikut:

Kewenangan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) :

1. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen. (Dasar hukumnya UUPK No. 8 Tahun 1999 Pasal 44 ayat (3 huruf e).)

2. Melakukan gugatan atas pelanggaran pelaku usaha. (Dasar hukumnya UUP No. 8 Tahun 1999 Pasal 46 ayat (1) huruf e,)

3. Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yang diderita oleh konsumen. (Dasar hukumnya UUPK No. 8 Tahun 1999 Pasal 47).

2.2 Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota denpasar.

Di Indonesia, Perlindungan Hukum konsumen masih belum begitu jelas, karena banyak hal-hal yang membuat konsumen kecewa namun hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam beberapa hal terutama dalam pelayanan air minum bagi konsumen PDAM masih menjadi sesuatu yang tidak dapat

(30)

20

diterima dan sulit untuk mendapat pelayanan yang baik dan sesuai dengan hak asasi manusia. Masih sering pelayanan PDAM tidak terwujud sebagaimana mestinya yang lebih sering menyulitkan atau tidak mengalirkan air ke daerah-daerah tertentu,dimana semua konsumen PDAM mempunyai hak yang sama di dalam mendapatkan hak untuk air. Namun kembali pada asas perlindungan konsumen pada pasal 2 UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, asas- asas yang dimaksud adalah :

a. Asas manfaat b. Asas keadilan c. Asas keseimbangan

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen e. Asas kepastian hukum

1. Asas manfaat

Mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak diatas pihak lain atau sebaliknya, tetapi adalah memberikan kepada masing masing pihak, produsen, pelaku usaha, konsumen apa yang menjadi haknya.

Dengan demikian, diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pada gilirannya bermanfaat bagi kehidupan berbangsa.

Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

Asas ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan produsen pelaku usaha dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan penunaian kewajiban secara seimbang. Oleh karena itu, undang undang ini mengatur sejumlah hak dan kewajiban konsumen dan produsen pelaku usaha.

2. Asas Keseimbangan

Dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual. Asas ini menghendaki agar konsumen, produsen pelaku usaha dan pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen.

Kepentingan antara konsumen, produsen pelaku usaha, dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang sesuai dengan hak dan

(31)

21

kewajbannya masing masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada salah satu pihak yang mendapat perlindungan atas kepentingannya yang lebih besar dari pihak lain.

3. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi atau dipakainya, dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya.

Oleh karena itu, undang undang ini membebankan sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh produsen-pelaku usaha dalam memproduksi dan mengedarkan produknya.

4. Asas Kepastian Hukum

Dimaksudkan agar, baik perilaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Artinya undang undang ini mengharapkan bahwa aturan aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung didalam undang undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari hari sehingga masing masing pihak memperoleh keadilan. Oleh karena itu, negara bertugas dan menjamin terlaksananya undang undang ini sesuai dengan bunyinya.

Sedangkan Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali sesuai dengan tugas dan perannya yaitu :

a. Menyebarkan informasi dalam bentuk seminar, forum dialog konsumen dan diskusi public, terkait masalah hak dan kewajiban konsumen kegiatan ini dilaksanakan secara efektif mulai tahun 2006 – 2014.

b. Memberikan nasehat kepada konsumen yang memerlukanya. Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali memberikan nasehat kepada konsumen terkait bagaimana pemberdayaan konsumen dibali serta memberikan nasehat kepada konsumen terkait dalam pelaksanaan UU no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

c. Bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen.

d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termaksuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen. Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali banyak membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya dan menerima keluhan konsumen. Konsumen yang merasa dirugikan terkait barang dan atau jasa. Konsumen bisa mengadukan ke Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali kemudian pihak Tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali yang akan melakukan pembelaan kepada konsumen baik secara litigigasi non litigasi

(32)

22

e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan pelindungan konsumen. Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali dalam hal ini sesuai dengan tugas sebagai lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) melakukan pengawasan secara rutin terkait masalah.

Dari penjelasan asas perlindungan konsumen serta tujuan YLPKB untuk melindungi konsumen diatas dapat diartikan tujuan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali dalam melindungi khususnya kepentingan konsumen PDAM di kota Denpasar adalah untuk mengembalikan atau menjalankan asas – asas perlindungan konsumen itu agar sama – sama dijalani baik itu oleh konsumen PDAM ataupun produsen PDAM, agar terciptanya hubungan timbal balik yang harmonis antara produsen dan konsumen.

2.3 Fungsi Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di Kota Denpasar

Fungsi Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali adalah untuk mendorong terciptanya intraksi masyarakat secara sehat dan saling menguntungkan bagi setiap komponen inti didalamnya, yaitu konsumen atau para pelaku industri perdagangan dan jasa, serta pemerintah. Selain memberikan perlindungan pada konsumen, YLPKB (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen) Bali juga akan konsisten melakukan pemberdayaan terhadap konsumen yang sebagian besar masih amat belum mengetahui tentang hak-hak konsumen yang bisa di perjuangkan bila tidak mendapatkan pelayanan yang layak atau konsumen mengalami kerugian. Tujuan umum dari YLPKB (Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen) Bali dalam melindungi konsumen diantaranya:

(33)

23

1. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri.

2. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa. 3. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

4. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha.

6. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Dan ada juga cara lain nya yang dilakukan untuk melindungi konsumen, seperti melakukan berbagai bentuk kerjasama, baik dengan instansi pemerintah maupun pelaku usaha dalam bidang penelitian .19 Lembaga Perlindungan Konsumen Bali (YLPKB) akan bekerjasama dengan beberapa instansi pemerintah, swasta dan pelaku usaha dan berbagai media cetak dan elektronik yang berkaitan dengan perlindungan konsumen.

Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali juga selalu berpatokan dengan UU no 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen, dimana selain dari fungsi Undang – undang Perlindungan Konsumen atau yang sering di singkat dengan UUPK untuk melindungi konsumen, juga dapat melindungi produsen atau pemilik industri dengan memaksa para pelaku usaha dan konsumen yang berkaitan harus memenuhi hak dan kewajiban dimana yang diatur didalam UUPK no 8 tahun 1999.

Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung kepastian hukum adalah cara yang tepat untuk melindungi atau membantu para konsumen

19

Yusuf Sofie, 2003 Perlindungan Konsumen danIntrustumen – instrument Hukumnya, Bandung,Citra Aditya Bakti, hal 13

(34)

24

untuk mendapatkan hak nya kembali.20 Seperti halnya tujuan dari Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali di dalam melindungi konsumen PDAM di kota denpasar yang mengeluh akan haknya yang tidak di berikan atau adanya ketidak puasan adalah untuk membantu dengan kepastian hukum agar para konsumen PDAM dikota denpasar bisa kembali mendapatkan haknya atau agar terciptanya kembali rasa saling hormat antara pelaku usaha dengan konsumenya (timbal balik) dan pastinya itu akan menimbulkan rasa saling menghormati kembali.

20Marianus Gaharpung, 2000, Perlindungan hukum bagi konsumen korban atas tindakan pelaku usaha, Jakarta, Jurnal Yustika. Hal 16

(35)

25

BAB III

HAMBATAN YANG DIHADAPI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN BALI DI DALAM MELINDUNGI KONSUMEN PDAM DI KOTA

DENPASAR

3.1 Pengertian Perlindungan Konsumen

Menurut Mochtar Kusuma atmaja hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/atau jasa konsumen.

Inocentius somsul menyebutkan konsumen adalah pengguna atau pemakai akhir suatu produk baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui cara lain, seperti pemberian, hadiah, dan undangan. Mariam darus badrul zaman menfinisikan konsumen dengan cara mengambil alih pengertian yang digunakan oleh kepustakaan belanda yaitu “semua individu yang menggunakan barang dan jasa secara kongret dan riil”

Menurut AZ Nasution Hukum Konsumen adalah segala asas – asas dan kaidah – kaidah Hukum yang mengantar hubungan dan masalah antara berbagai pihak yang satu dengan yang lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen dalam pergaulan hidup. Sedangkan Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas – asas dan kaidah – kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan

(36)

26

penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat21.

Dalam Undang – undang tentang perlindungan konsumen No.8 Tahun 1999 yang dimaksud dengan22 :

1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Kitab undang-undang hukum perdata menyebutkan beberapa istilah yang berkaitan dengan konsumen, yaitu : pembeli, penyewa, penerima hibah, peminjam, dan sebagainya. Adapun dalam kitap undang-undang hokum dagang ditemukan istilah tertanggung dan penumpang.

Istilah konsumen berasal dan alih bahasa dari kata consumer, secara harfiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang. Begitupula kamus bahasa inggris – Indonesia yang member arti kata consumer sebagai pemakai atau konsumen. Kamus umum bahasa Indonesia mendefinisikan konsumen sebagai lawan produsen, yakni pemakai barang – barang hasil industry, bahan makan, dan sebagainya. Bussines English dictonery menyebutkan consumer adalah person of company with buys and uses goods and service.

Undang- undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen menyebutkan : konsumen adalah setiap orang yang memakai barang atau jasa

21

Az Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Suatu Pengantar , Jakarta, hal 23 22Ibid, Hal 206

(37)

27

yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan.

Berdasarkan dari beberapa pengertian konsumen yang telah dikemukakan diatas, maka konsumen dapat dibedakan menjadi riga batasan :

1. Konsumen komersial adalah setiap orang yang mendapakan barang dan atau jasa yang digunakan untuk memproduksi barang dan atau jasa lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan kembali juga dengan tujuan mencari keuntungan.

3. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang dan atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan kehidupan pribadi, keluarga, orang lain, dan mahluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan kembali dan atau tidak mencari keuntungan kembali.

Muhammad dan alimin, mendefinisikan konsumen dari konsumen islam terhadap harta, hak dan kepemilikan dengan transaksi atau tidak, yang sesuai dengan prinsip – prinsip konsumen dalam islam. Definisi konsumen tersebut “setiap orang, kelompok atau badan hokum pemakai suatu harta mbenda atau jasa karena adanya hak yang sah baik ia dipakai untuk memakai akhir ataupun untuk proses produksi lainnya”. Konsumen dalam hukum ekonomi islam tidak hanya terbatas pada orang perorangan saja, tetapi juga mencakup badan hokum. Seperti yayasan perusahaan, atau lembaga tertentu. Definisi ini sedikit bertentangan dengan definisi konsumen menurut UUPK yang menyatakan, bahwa konsumen hanyalah “setiap orang ” dan tidak termasuk didalamnya badan hokum atau perusahaan. Maka perlindungan konsumen sesungguhnya tidak hanya berlaku bagi konsumen akhirsaja, melainkan juga perlindungan terhadap konsumen komersial dan konsumen antara yang memproduksi atau memperdagangkan kembali barang dan atau jasa yang diterima dari produsen

(38)

28

lainnya, demikian pula terhadap perlindungan yayasan , kelompok masyarakat, badan hokum dan perusahaan selaku konsumen.23

“Pemakai” yang dimaksud dalam definisi tersebut sesuai dengan dengan subtansi teori konsumen dalam islam, bahwa pemakaian memiliki makna yang cukup luas, pemakaian tidak hanya berasal dari transaksi jual beli atau tukar menukar, namun pemakaian juga mencakup aspek lain seperti zakat, hibah, hadiah, sedekah, dan termasuk juga konsumen lingkungan, dengan demikian penerima zakat zakat,hadiah, hibah,sedekah dan pengguna lingkungan termasuk dalam kategori konsumen yang harus dilindungi hokum. Penggunaan kalimat “karena adanya hak yang sah” dalam definisi tersebut untuk pengecualian terhadap pemakai barang dan atau jasa yang tidak sah. Seperti merampas , mencuri, atau korupsi terhadap harta orang lain atau badan hukum lain maka resiko pemakaian barang tersebut tidak akan ditanggung oleh pemilik barang.

Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam 2 aspek, yaitu : 1. Perlindungan terhadap kemungkinan barang yang diserahkan kepada

konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati

2. Perlindungan terhadap diberlakukanya syarat – syarat yang tidak adil kepada konsumen,

Keinginan yang hendak dicapai dalam perlindungan konsumen adalah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhu kebutuhan hidup, terbukti bahwa semua norma perlindungan konsumen dalam Undang – Undang

23 Muhammad dan alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam,

Yogyakarta BPFE, Hal 17

(39)

29

Perlindungan Konsumen memiliki saksi pidana. Singkatnya, bahwa segala upaya yang dimaksudkan dalam perlindungan konsumen tidak saja terhadap tindakan preventif, akan tetapi juga tindakan represif dalam semua bidang perlindungan yang diberikan kepada konsumen. Maka pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan 24:

1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsure keterbukaan akses informasi, serta menjamin kepastian hukum.

2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha.

3. Meningkatkan kualitas dan pelayanan jasa.

4. Memberikan Perlindungan kepada konsumen dan prktek usaha yang menipu dan menyesatkan.

5. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang – bidang perlindungan pada bidang – bidang lainnya.

Maka, hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas – asasa dan kaudah – kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan bermasyarakat. Tegasnya hokum perlindungan konsumen merupakan keseluruhan peraturan perundang – undangan, baik undang – undang maupun peraturan perundang – undangan

24 Ibid, Hal 26

(40)

30

lainnya serta putusan – putusan hakim yang bersubtansinya mengatur mengenai kepentingan konsumen.

Hal ini terkait dengan pasal 64 Undang – undang perlindungan konsumen yang berbunyi “ segala ketentuan peraturan perundang – undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang – undang ini di undangkan, dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang – undang ini “25.

Hukum Positif Indonesia belum mengenal istilah konsumen. Kendatipun demikian, hukum positif Indonesia berusaha untuk menggunakan beberapa istilah yang pengertianya berkaitan dengan konsumen. Variasi penggunaan istilah yang berkaitan dengan konsumen tersebut mengacu kepada perlindungan konsumen, namun memiliki ketegasan dan kepastian hukum tentang hak – hak konsumen.

Sesuai dengan tujuan UU No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen, pasal 4 nya mengatakan untuk memperjuangkan Hak konsumen, konsumen harus mendapatkan hak seperti 26:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa.

b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang/jasa.

25Agus Brotosusilo, 1998, Aspek-aspek perlindungan hukum terhadap konsumen dalam

system hukum di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika 26Shidarta, Op Cit , Hal 12

(41)

31

d. Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. f. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan

konsumen.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimainatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen. selain hak-hak yang disebutkan tersebut ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini dilatar belakangi oleh pertimbangan bahwa kegiatan bisnis yang dilakukan oleh pengusaha sering dilakukan secara tidak jujur yang dalam hukum dikenal dengan terminologi ” persaingan curang”

Undang- undang no.10 tahun 1961 tentang barang, dalam pertimbanganya menyebutkan “kesejatraan dan keselamatan rakyat mutu dan susunan (komposisi) barang “ penjelas undang – undang ini menyebutkan variasi barang dagangan yang bermutu kurang baik atau tidak dapat membahayakan dan merugikan kesehatan rakyat”. Maka perlu adanya pengaturan tentang mutu maupun susuan bahan serta pembukusan barang-barang perdagangan27.

27Adrianus Meliala, Op Cit, Hal 9

(42)

32

3.2 Faktor penyebab terjadinya keluhan konsumen PDAM di kota Denpasar

Di Denpasar sering terjadi keluhan konsumen terhadap kinerja PDAM atau Perusahaan Daerah Air Minum, menurut wawancara dengan pak Putu Armaya selaku ketua Yayasan Lembaga Pelindungan Konsumen (YLPK) Bali yang saya temui pada tanggal 24 Januari 2017 di kantor beliau di Jalan Kartanegara, No.3, Ubung Kaja, Gang Banyuatis No 3. Denpasar Utara,menurut Pak Putu Armaya semua keluhan konsumen PDAM yang terjadi dan pernah saya tangani bukanlah tanpa sebab, Keluhan yang terjadi biasanya menyangkut tentang aliran air atau masalah – masalah lainya yang sering merugikan konsumen PDAM itu sendiri. Layanan PDAM dalam hal ini adalah layanan jasa, karena didalam konsumen itu dikenal dengan adanya 2 layanan yaitu Barang dan Jasa, ada beberapa faktor yang mengakibatkan konsumen PDAM melakukan keluhan terhadap PDAM di kota Denpasar menurut hasil wawancara dengan ketua YLPKB diantaranya adalah :

a. Air Sering Tidak Mengalir

Tak jarang di kota denpasar sering mengalami krisis air yang diakibatkan PDAM tidak mengalirkan air kerumah warga yang menjadi konsumen PDAM, biasanya krisis air ini terjadi dari pukul 07.00 wita sampai dengan 20.00 wita dan wilayah yang paling sering melorkan keluhanya adalah di kecamatan Denpasa Utara dan Denpasar Barat.

b. Kualitas Air

Meskipun tidak sering terjadi, biasanya disaat musim hujan saja kualitas air yang dalirkan oleh PDAM di kota denpasar sering terdapat atau terisi

(43)

33

oleh pasir. Adanya rasa kekawahatiran dari konsumen terhadap air minum yang dialirkan mengandung pasir ini membuat konsumen PDAM di kota Denpasar melakukan keluhan atau semacam protes terhadap kepuasan yang di dapat oleh Konsumen PDAM di kota Denpasar di dalam pelayanan PDAM kota Denpasar.

c. Informasi Yang Tidak Benar, Jelas dan Jujur

Menurut pasal 4 UU no. 9 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, di dalam pasal 4 di katakanan konsumen harus diberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur. Artinya ketika layanan – layanan misalnya contoh jika PDAM kota Denpasar melakukan perbaikan kinerja seperti penanaman pipa atau ada penggalian pipa itu akan otomatis membuat terjadi adanya gangguan layanan pendistribusian air yang tidak lancar, dan karena aliran air yang tidak mengalir secara lancar kerumah pelanggan, maka konsumen ini akan menjadi komplin, karena konsumen merasa dirugikan pada saat air itu tidak mengalir kerumahnya yang disebabkan oleh perbaikan yang di lakukan oleh PDAM kota Denpasar tersebut. Dan semestinya PDAM kota Denpasar harus memberi informasi terlebih dahulu baik itu melalui media cetak, elektronik baik itu melalui Koran, majalah dan atau radio, televise dll sebelum melakukan perbaikan kinerja mengingat pasal 4 UU no.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, Konsumen harus di berikan informasi yang baik, jelas dan jujur untuk menghindari complain atau kekagetan terhadap pelanggan dan agar bias di maklumi oleh konsumen PDAM tersebut.

(44)

34

3.3 Hambatan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota Denpasar

Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali selaku yayasan lembaga yang melindungi konsumen juga sering mengalami hambatan di dalam melindungi kepentingan konsumen, mengingat masih banyaknya kekurangan – kekurangan yang masih perlu di perbaiki, di lengkapi dan sebagainya, namun Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali akan selalu berusaha mendengarkan keluhan konsumen terhadap apapun yang membuatnya melaporkan keluhanya, dan membantu konsumen untuk mendapatkan kembali hak – hak yang semestinya di dapatkan selaku menjadi konsumen, baik itu yang harus di perbaiki system hukumnya atau system menejemennya, karena tidak semua permasalahan harus di selesaikan di ranah pengedilan. Dan ini adalah beberapa hambatan yang dialami Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali di dalam melindungi kepentingan konsumen khususnya konsumen PDAM di kota Denpasar menurut wawancara dengan ketua YLPKB:

a) SDM yang kurang

Disini maksud dari pak putu armaya selaku ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali yang menyebutkan sering terjadi kekurangan SDM yang di miliki oleh lembaganya yaitu Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali adalah kami sangat mengakui kekurangan SDM yang kami miliki khususnya di dalam menangani keluhan terhadap konsumen PDAM kota Denpasar yang mayoritasnya hampir 70% warga kota denpasar menjadi konsumen PDAM di kota Denpasar, meskipun kami sangat merespon cepat terhadap keluhan

(45)

35

konsumen mengenai apapun itu, tapi bila semua konsumen PDAM di kota Denpasar mengeluhkan kinerja PDAM yang tidak mengalirkan air sebagai mana mestinya atau air yang di alirkaan PDAM kurang bersih dan melaporkan itu ke yayasan kami secara pribadi atau sendiri – sendiri, sudah pasti kami tidak mampu meresponya dengan sebaik mungkin. Bisanya kami disini menggunakan system banjar, atau seperti PDAM kota Denpasar tidak mengalirkan air ke Denpasar Selatan khususnya di Banjar Ketapian Kaja, kami akan menanyakan warga sekitaran banjar ketapian kaja apakah benar tidak mendapatkan aliran air atau sedang tidak di alirkan air oleh PDAM kota denpasar sebelum kami menindak lanjuti tentang khasus ini lebih dalam.

b) Anggaran atau Pendanaan

Membantu konsumen di dalam memperjuangkan hak – haknya tidaklah hal yang mudah, selain harus jeli serta menginformasikan apa saja yang menjadi hak dan kewajiban selaku konsumen dan produsen menurut UU No.8 Tahun 1999, anggaran atau pendanaan juga sangat penting. Anggaran yang di miliki Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali adalah setiap tahunnya di dapat melalui Penelitian, riset berupa surve, sehingga dana yang hanya di dapat dengan seperti itu membuat dana – dana yang dimiliki sangat terbatas, sedangkan untuk melindungi konsumen PDAM di kota Denpasar kan cukup besar, mereka harus di advokasi terlebih dahulu tentang khasus – khasusnya, dan dengan dana atau anggran yang minim tersebut, ini adalah merupakan salah satu hambatan yang di miliki Yayasan Lembaga Perlindungan

(46)

36

Konsumen (YLPK) Bali di dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota Denpasar.

3.4 Upaya yang dilakukan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota Denpasar

Upaya yang dilakukan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen Bali dalam melindungi kepentingan konsumen PDAM di kota Denpasar adalah merupakan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) yang diatur dalam pasal 44 UU No.8 Tahun 1999 yaitu pemerintah mengakui Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang memenuhi syarat, dalam artian memenuhi syarat adalah terdaftar dan diakui oleh pemerintah, dan Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali sudah terdaftar dan diakui oleh pemerintah. Setelah terdaftar dan diakui Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali mempunyai kewajiban untuk melindungi konsumen secara sah, dan yang pertama dilakukan didalam melindungi konsumen khususnya konsumen Prusahaan Dearah Air Miunum di kota Denpasar adalah :

a) Melakukan Sosialisasi

Melakukan sosialisasi UU No.8 Tahun 1999 kepada konsumen PDAM di kota Denpasar, artinya Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Bali disi memberi pengetahuan atau menjelaskan apa saja yang diatur serta bagaimana hak dan kewajiban konsumen di dalam UU No.8 Tahun 1999. Agar konsumen tau dan berani mengeluhkan kinerja produsen seperti

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Alat kemanan kendaraan bermotor ini memanfaatkan teknologi nirkabel untuk melakukan pengiriman data yaitu berupa pesan singkat dan mengaktifkan camera untuk

Pemanggilan rapat dilakukan oleh Sekretaris Multi Distrik atau oleh Ketua Dewan Gubernur paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum rapat diadakan dengan surat

Populasi sampel adalah seluruh penderita diabetes mellitus tipe 2 baik dengan atau tanpa penyakit penyerta yang tercatat sebagai pasien yang menjalani

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa, Yesus Kristus atas kebaikan, karunia, anugrah dan rahmat-Nya yang telah melindungi dan membimbing sehingga

Pri 25% bolnikov je druŽinska anamneza negativna' Rak debelega črevesa in danke se razvije pri vseh bolnikih s to boleznijo' Polipi nastanejo v drugem desetlet'iu

Hasil temuan dari penelitian ini adalah bahwa pelaksanaa tugas PPN dan pembantu PPN tidaklah tanpa ada kendala demikian pula dengan pelaksanaan Tugas PPN dan

Kerangka Pemikiran Komite Audit Dewan Komisaris Independen Dewan Direksi Kepemilikan Institusional Kepemilikan Saham Asing Good Corporate Governance ξ Sustainability