• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL ILMIAH. Oleh: NOVRIKE MULYAWATI NIM RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL ILMIAH. Oleh: NOVRIKE MULYAWATI NIM RSA1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER 2017"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 1

ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA TIPE

KEPRIBADIAN RATIONAL DALAM MENYELESAIKAN

SOAL PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

DI KELAS VIII SMP NEGERI 5

KOTA JAMBI

Oleh:

NOVRIKE MULYAWATI NIM RSA1C213016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 2 ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA TIPE KEPRIBADIAN

RATIONAL DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS DI KELAS VIII SMP NEGERI 5 KOTA JAMBI

Oleh:

Novrike Mulyawati1, Kamid2, dan Rohati3

1Mahasiswa Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi 2,3Dosen Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi

Email: 1novrike11@gmail.com, rohati.fkip@unja.ac.id

ABSTRAK

Kemampuan koneksi matematis merupakan bagian penting yang harus mendapatkan penekanan di setiap jenjang pendidikan. Pentingnya koneksi matematis bagi siswa diantaranya adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri dan keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Siswa dengan tipe kepribadian Rational lebih suka penjelasan dengan logika dan mampu menangkap abstraksi dengan baik serta menyukai materi dengan intelektualitas tinggi sehingga akan memudahkan siswa dalam menyelesaikan soal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa tipe kepribadian Rational dalam menyelesaikan soal pada materi teorema Pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dilaksanakan di SMP N 5 Kota Jambi. Subjek penelitian ini adalah empat orang siswa tipe kepribadian Rational di kelas VIII B tahun ajaran 2016/2017. Instrumen penelitian ini terdiri dari lembar tes kepribadian The Keirsey Four Types Sorter, lembar soal koneksi matematis materi teorema Pythagoras dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa tipe kepribadian Rational masih rendah. Hasil dari pekerjaan siswa tipe kepribadian Rational dalam menyelesaikan soal, hanya satu siswa yang memenuhi dua dari tiga indikator kemampuan koneksi matematis. Tiga siswa lainnya tidak memenuhi semua indikator kemampuan koneksi matematis. Salah satu penyebab rendahnya kemampuan koneksi siswa tipe Rational yaitu siswa tipe Rational belum jelas menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan ketika menyelesaikan soal, serta siswa yang menguasai konsep matematika tidak dengan sendirinya pintar dalam mengoneksikan matematika.

Kata Kunci: Koneksi Matematis, Kepribadian Rational, Teorema Pythagoras I. PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan di sekolah. Salah satu tujuan pembelajaran matematika berdasarkan BSNP (2006:140) yaitu siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan

masalah. Berdasarkan hal tersebut, siswa diharapkan bisa mengkaitkan dan menghubungkan konsep matematika dengan konsep sebelumnya, memahami konsep matematika itu sendiri.

Dengan mengacu pada lima standar kemampuan dasar matematika menurut NCTM (2000:29), pada penelitian ini digunakan salah satu standar kemampuan dasar matematika yaitu kemampuan koneksi (connections). Dengan kemampuan

(3)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 3 koneksi, siswa dituntut untuk lebih

memahami konsep matematika serta bisa mengubungkan konsep-konsep yang ada dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan NCATE/NCTM (2003:2), kemampuan koneksi matematis adalah mengetahui, menggunakan, dan membuat hubungan antara dan di antara ide-ide matematika dan dalam konteks di luar matematika untuk membangun pemahaman matematika.

NCTM (2000:64) mengemukakan bahwa ketika siswa dapat menghubungkan ide-ide matematika, pemahaman mereka akan lebih dalam dan lebih kekal. Mereka dapat melihat koneksi matematis pada interaksi yang kaya antara topik matemati-ka, dalam konteks yang menghubungkan matematika dengan mata pelajaran lain, serta dalam kepentingan dan pengalaman siswa itu sendiri.

Pemahaman siswa terhadap pelajaran matematika dapat lebih baik, jika siswa dapat mengaitkan ide, gagasan, prosedur dan konsep dari pelajaran yang sudah diketahui dengan pelajaran yang baru didapatkan. Pentingnya koneksi matematis bagi siswa diantaranya adalah keterkaitan antara konsep-konsep matematika yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri dan keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga pembela-jaran matematika siswa akan lebih bermakna dan melekat dalam diri siswa.

Menurut Coxford (Kusmanto dan Marliyana, 2014:68) kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan menghubungkan pengetahuan konseptual dan prosedural, menggunakan matematika pada topik lain, menggunakan matematika pada aktivitas kehidupan, mengetahui koneksi antar topik dalam matematika. Standar kemampuan koneksi dalam pembelajaran matematika yaitu mengenal dan menggunakan hubungan diantara ide-ide matematis, memahami bagaimana ide-ide matematika saling berhubungan dan membangun ide satu sama lain untuk menghasilkan keseluruhan yang saling

terkait, mengenal dan menerapkan ilmu matematika di luar konteks matematika (Musriliani, dkk, 2015:50). Sehingga kemampuan koneksi matematis antar konteks di luar dan di dalam matematika saling berkaitan.

Indikator kemampuan koneksi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator koneksi matematis menurut NCTM (2000:64) yakni:

1. Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika.

2. Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren.

3. Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar matematika.

Pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik. Menurut Linto, dkk (2012:83), dalam pembelajaran terlihat siswa masih sulit menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan materi prasyarat yang sudah mereka kuasai. Konsep-konsep yang telah dipelajari tidak bertahan lama dalam ingatan siswa, akibatnya kemampuan koneksi mereka belum optimal. Selain itu Lembke dan Reys (Romli, 2016:9) berpendapat bahwa siswa yang menguasai konsep matematika tidak dengan sendirinya pintar dalam mengoneksikan matematika. Dalam sebuah penelitian dihasilkan bahwa siswa sering mampu mendaftar konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam masalah itu.

Salah satu materi yang membutuh-kan kemampuan koneksi matematis yaitu materi teorema Pythagoras. Pada kenyataannya siswa kurang tertarik dalam mempelajari teorema Pythagoras. Menurut Rohati, dkk (2012:28) masih banyak siswa yang kurang berminat dengan pelajaran matematika terutama materi yang

(4)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 4 berhubungan dengan teorema phytagoras.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Ayda dan Widjajanti (2014:217) juga mengatakan bahwa meskipun materi Pythagoras merupakan materi prasyarat untuk materi yang lain, namun berdasarkan hasil pengamatan guru di kelas, ketika pelajaran matematika pada umumnya beberapa siswa kurang begitu tertarik pada pelajaran yang disampaikan guru.

Permasalahan yang ditemukan peneliti di SMP Negeri 5 Kota Jambi melalui wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VIII serta pengalaman praktek mengajar peneliti, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa masih kurang dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi teorema Pythagoras. Siswa masih bingung dalam menghubungkan materi teorema Pythagoras dengan materi sebelumnya seperti materi pada bangun datar.

Selain itu, pada dasarnya setiap siswa berbeda sehingga cara siswa melihat hubungan-hubungan matematis juga berbeda. Sesuai dengan pendapat Dewiyani (2015:120) yang menyatakan “Setiap siswa berbeda. Dalam pendidikan, perbedaan, baik dalam perilaku dan karakter, jelas terlihat oleh setiap bagian individu. Perbedaan perilaku sering disebut kepribadian oleh ahli psikologi”. Menurut Aziz, dkk (2014:1081), “perbedaan tingkah laku pada setiap individu, peserta didik terjadi karena pengaruh dari kepribadian yang berbeda-beda”. Berdasarkan pada kenyataan bahwa kepribadian individu sangat bermacam-macam, para ahli mengelompokkan individu ke dalam tipe-tipe tertentu. Keirsey (1998) membagi empat tipe kepribadian yaitu Guardian,

Artisan, Rational, dan Idealist.

Siswa dengan tipe Rational menyukai penjelasan yang didasarkan pada logika. Mereka mampu menangkap abstraksi dan materi yang memerlukan intelektualitas yang tinggi, menyukai guru yang dapat memberikan tugas tambahan secara individu setelah pemberian materi. Siswa

dengan tipe kepribadian Rational yang lebih suka penjelasan dengan logika dan mampu menangkap abstraksi dengan baik akan memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah (Aziz, dkk, 2014:1082).

Menurut Panjaitan (2015:26), dalam memecahkan masalah matematika, siswa membaca dengan cermat untuk mengetahui mengenai yang diketahui, yang ditanyakan, dan segera memecahkan permasalahannya. Siswa dengan tipe Rational mengerti hubungan antara data dalam permasalahan, menghubungkan antara pengetahuan awal dan masalah yang dihadapi, tahu ke arah mana harus melangkah, sehingga dapat membuat perencanaan dengan baik. Siswa dengan sadar meneliti kembali untuk melihat ketepatan hasil penyelesaiannya. Dari penyelesaian tersebut bisa terlihat bagaimana kemampuan koneksi matematis siswa tersebut.

Menurut Fitria, dkk (2016:830), adapun ciri tipe kepribadian Rational, yaitu penuh rasa ingin tahu, pintar, mandiri, unggul dalam membuat strategi, dan suka cara belajar dengan pemecahan masalah yang kompleks. Karakteristik siswa tipe

Rational menurut pendapat Keirsey dan

Bates (Panjaitan, 2015:20) bahwa siswa dengan tipe ini menyukai cara belajar pemecahan masalah yang kompleks, suka belajar secara mandiri, mampu menangkap abstraksi dan materi yang memerlukan intelektualitas yang tinggi. Dengan kemampuan menangkap abstraksi yang dimiliki, siswa dengan tipe Rational menyadari bagaimana cara memahami masalah, merencanakan dan menyelesaikan serta merefleksi hasil yang diperolehnya.

Siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional (Purnaningsih dan Siswono, 2014:153). Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa siswa yang terampil berpikir rasional

(5)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 5 dengan tipe kepribadian Rational terampil

dalam menghubungkan konsep-konsep dan keterkaitan dalam matematika. Sehingga bisa terlihat bagaimana kemampuan koneksi matematis siswa tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan analisis tehadap kemampuan koneksi matematis siswa di kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi yang memiliki tipe kepribadian Rational dalam menyelesaikan soal pada materi Pythagoras. Untuk itu, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Tipe Kepribadian Rational dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi”.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis peneli-tian kualitatif deskriptif dengan subjeknya adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Jambi yang memiliki tipe kepribadian

Rational. Menurut Moleong (2014:6)

bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Menurut Best (Sukardi, 2016:157) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginter-pretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini me-ngacu pada tahap atau prosedur penelitian menurut Moleong (2014:127). Tahap penelitian tersebut meliputi: (1) tahap pra-lapangan, (2) tahap pekerjaan pra-lapangan, dan (3) tahap analisis data.

Pada penelitian ini, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah melakukan tes pemilihan subjek dengan memberikan tes kepribadian The Keirsey Four Types Sorter kepada siswa sehingga diperoleh siswa tipe kepribadian Rational kemudian memberi-kan lembar soal tes koneksi matematis materi teorema Pythagoras yang telah divalidasi kepada subjek penelitian. Kemudian setelah mendapatkan data hasil tes lembar soal matematika maka selanjutnya yaitu melakukan wawancara dengan memberikan beberapa pertanyaan berkaitan dengan jawaban tertulis yang telah dikerjakan oleh siswa, hal ini merupakan klarifikasi atas data jawaban tes tertulis yang telah dikerjakan subjek. Hasil jawaban tertulis dan verbal dikaji ketetapannya. Setelah itu peneliti melakukan analisis terhadap seluruh data yang berhasil dikumpulkan.

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Data Hasil Tes Kepribadia The Keirsey Four Types Sorter

Instrumen tes kepribadian The Keirsey Four Types Sorter merupakan tes

kepribadian yang terdiri dari 16 soal. Pada instrumen tes kepribadian tersebut tidak dilakukan proses validasi, instrumen tersebut telah valid dan reliabel karena sudah mengalami sejumlah pengujian. Lembar tes kepribadian diberikan kepada siswa-siswi kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Jambi yang berjumlah 36 orang. Pemilihan kelas dilakukan berdasarkan diskusi dengan guru matematika yang mengajar kelas VIII untuk mempermudah peneliti mendapatkan subjek penelitian yang akan diteliti. Setelah dilakukan tes kepribadian, diperoleh hasil yaitu sebanyak 3 siswa tipe Artisant, 16 siswa tipe Idealist, 5 siswa tipe Guardian, serta 9 siswa tipe

Rational, sedangkan 3 siswa tidak hadir

dikarenakan sakit. Persentase keseluruhan hasil tes kepribadian siswa kelas VIII B sebagai berikut.

(6)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 6

Tabel 1: Persentase Perolehan Hasil Tes Kepribadian Siswa

Kepribadian Frekuensi Persentase

Artisant 3 9,09%

Idealist 16 48,48%

Guardian 5 15,15%

Rational 9 27,27%

Total 33 100%

Instrumen lembar soal tes disusun dalam bentuk soal uraian yaitu pada materi teorema Pythagoras yang terdiri dari dua soal dan untuk mengukur keshahihan dan kevalidan instrumen soal tes, maka peneliti melakukan validasi terhadap instrumen soal tersebut. Pada lembar validasi, terdapat 3 kriteria yang dinilai oleh validator meliputi penilaian terhadap konstruksi soal, penilaian terhadap penggunaan bahasa soal, serta penilaian terhadap materi soal. Dimana masing-masing kriteria terdiri atas sub-sub kriteria dan untuk setiap sub kriteria penilaian ini diberi skala penilaian 1 sampai 5, dengan keterangan sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), cukup setuju (3), setuju (4), dan sangat setuju (5).

Selanjutnya, sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu instrumen penelitian berupa pedoman wawancara ini divalidasi oleh dua orang dosen pendidikan matematika dan satu orang guru matematika SMP agar instrumen shahih dan data yang diperoleh sesuai dengan harapan. Pada lembar validasi, terdapat konstruksi pedoman wawancara, penelitian terhadap penggunaan bahasa, serta penilaian terhadap wawancara. Dimana masing-masing kriteria terdiri atas sub-sub kriteria, dan untuk setiap sub kriteria penilaian ini diberi skala penilaian 1 sampai 5, dengan keterangan sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), cukup setuju (3), setuju (4), dan sangat setuju (5).

Lembar soal tes ini telah divalidasi oleh dua orang dosen pendidikan matema-tika dan satu orang guru matemamatema-tika SMP. Selama proses validasi, lembar soal tes ini mengalami perbaikan sebanyak dua kali dan dinilai layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil penilaian dari dosen matematika dan guru matematika

terhadap validasi instrumen pedoman wawancara adalah instrumen tersebut layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Setelah proses validasi dilakukan diperoleh penilaian terhadap pedoman wawancara, penggunaan bahasa, dan materi wawancara, juga dinyatakan setuju oleh validator, namun dengan beberapa perbaikan diantaranya dari segi bahasa dan pertanyaan yang digunakan harus lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh responden sehingga proses wawancara akan terlaksana dengan baik.

Setelah seluruh instrumen peneli-tian tersebut direvisi, maka instrumen ter-sebut digunakan peneliti dalam melakukan penelitian di kelas VIII B SMP Negeri 5 Kota Jambi. Dari tes kepribadian The

Keirsey Four Types Sorter didapat 4 orang

siswa yang bertipe kepribadian Rational. Setelah didapat 4 orang subjek, maka diberikan lembar soal tes matematika dan diwawancarai.

2. Hasil dan Pembahasan Lembar Soal Tes Kemampuan Koneksi Mate-matis dan Wawancara dalam Menyelesaikan Soal Materi Teorema Pythagoras

Berdasarkan hasil penelitian, baik melalui hasil jawaban tertulis maupun ha-sil wawancara, keempat subjek penelitian menunjukkan hasil yang tidak begitu berbeda seperti yang terlihat pada hasil pe-nelitian. Dalam menyelesaikan soal yang diberikan, rata-rata subjek tampak serius dan fokus menyelesaikan soal namun sesekali terlihat bingung dalam mengerjakannya. Subjek dapat menyelesaikan dua soal koneksi matematis yang diberikan dalam waktu 15 – 20 menit. Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data, maka didapatkan kemampuan koneksi matematis dengan subjek tipe kepribadian Rational dalam menyelesaikan soal matematika.

Berdasakan hasil penelitian terhadap hasil pekerjaan subjek dalam menyelesaikan lembar soal matematika

(7)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 7 yang telah diberikan oleh peneliti dalam

penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa tipe kepribadian Rational pada materi teorema Pythagoras masih sangat rendah. Untuk melihat kemampuan koneksi matematis dari keempat subjek dalam menyelesaikan soal materi teorema Pythagoras akan dibahas pada tiap indikator kemampuan koneksi matematis, yakni kemampuan mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika (K1), kemampuan untuk memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren (K2), dan kemampuan untuk mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar matematika (K3)

Berdasarkan hasil penelitian pada jawaban tertulis yang sudah dikerjakan oleh SR.01 dan hasil wawancara, subjek sudah mampu memenuhi kemampuan koneksi matematis untuk dua indikator. Untuk soal nomor 1 berkaitan dengan K1 dan K2, subjek mampu mengenali konsep-konsep yang berhubungan dengan soal yang dikerjakan dan bisa memanfaatkan hubungan-hubungan antar konsep tersebut, tetapi subjek tidak mampu memahami bahwa konsep-konsep tersebut mendasari satu sama lain untuk mencapai tujuan soal. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil wawancara subjek yang menjelaskan hubungan konsep yang ada pada soal dengan jawaban yang ditanya. Tetapi, subjek ragu-ragu dan kebingungan dalam menjelaskan hubungan gambar yang ada pada soal dengan konsep luas segitiga siku-siku dan luas persegi. Sehingga subjek hanya memenuhi indikator koneksi pertama (K1). Untuk soal nomor 2 berkaitan dengan K3, subjek bisa memahami maksud soal dan mengenali soal yang dikerjakan merupakan penerapan dari materi, serta subjek bisa mengaitkan materi soal dengan kehidupan sehari-sehari. Subjek bisa menyelesaikan soal dengan baik sesuai

dengan tujuan soal yang diminta. Dari hasil wawancara, subjek juga mengatakan bisa memahami maksud soal dan mengenali soal yang merupakan penerapan dari teorema Pythagoras.

Berdasarkan hasil penelitian jawaban tertulis yang sudah dikerjakan oleh SR.02 dan hasil wawancara, subjek tidak mampu memenuhi kemampuan koneksi matematis untuk semua indikator. Untuk soal nomor 1 berkaitan dengan K1 dan K2, subjek tidak mengenali bahwa konsep-konsep yang ada pada soal memiliki hubungan dan saling berkaitan untuk mencapai tujuan soal. Subjek hanya membuat gambar dari konsep tersebut tanpa menjelaskan hubungannya. Selain itu, subjek juga tidak mampu memahami bahwa konsep-konsep tersebut mendasari satu sama lain untuk mencapai tujuan soal. Dari hasil wawancara, subjek diminta menjelaskan apa kaitan konsep yang ada pada soal dengan teorema Pythagoras, tetapi subjek hanya diam dan terlihat kebingungan. Selanjutnya ketika diwawancarai, subjek juga tidak memberikan jawaban yang meyakinkan tentang konsep luas segitiga siku-siku dan luas persegi yang berkaitan dengan rumus teorema Pythagoras. Sehingga subjek tidak memenuhi indikator K1 dan K2. Untuk soal nomor 2 berkaitan dengan K3, subjek berusaha memahami maksud soal dan mengenali soal tersebut yang merupakan penerapan dari materi, tetapi jawaban yang diberikan kurang jelas dan tidak tepat serta tidak sesuai dengan tujuan soal. Dari hasil wawancara, subjek mengatakan bisa menghubungkan gambar soal dengan teorema Pythagoras, tetapi pada saat menjelaskan langkah penyelesaian soal, jawaban yang diberikan kurang jelas dan tidak tepat. Jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan tujuan soal. Sehingga subjek SR.02 tidak memenuhi indikator K3.

Berdasarkan hasil penelitian jawaban tertulis yang sudah dikerjakan oleh SR.03 dan hasil wawancara, subjek tidak mampu memenuhi kemampuan koneksi

(8)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 8 matematis untuk semua indikator. Untuk

soal nomor 1 berkaitan dengan K1 dan K2, subjek tidak bisa memanfaatkan hubungan-hubungan konsep yang ada pada soal serta jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan tujuan soal. Selain itu, subjek tidak memahami hubungan-hubungan konsep yang ada pada soal. Dari petikan wawancara juga terlihat bahwa jawaban yang diberikan subjek tidak sesuai dengan tujuan soal. Jawaban yang diberikan juga tidak lengkap dan tidak menjelaskan hubungan konsep yang ditanyakan dengan teorema Pythagoras. Subjek memberikan jawaban yang tidak lengkap dan tidak meyakinkan sehingga tidak sesuai dengan tujuan soal. Sehingga subjek SR.03 tidak memenuhi indikator K1 dan K2. Untuk soal nomor 2 berkaitan dengan K3, subjek bisa memahami maksud soal tersebut, tetapi subjek tidak bisa menjelaskan soal yang dikerjakan merupakan penerapan materi dalam kehidupan sehari-hari. Jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan tujuan soal. Subjek mengalami kesulitan dalam menerapkan materi dengan konteks-konteks di luar matematika. Dari hasil wawancara, subjek ditanya tentang langkah penyelesaian soal, tetapi subjek terlihat ragu-ragu dan kebingungan sehingga jawaban yang diberikan kurang jelas dan tidak tepat. Sehingga SR.03 tidak memenuhi indikator K3.

Berdasarkan hasil penelitian jawaban tertulis yang sudah dikerjakan oleh SR.04 dan hasil wawancara, subjek tidak mampu memenuhi kemampuan koneksi matematis untuk semua indikator. Untuk soal nomor 1 berkaitan dengan K1 dan K2, subjek tidak bisa memanfaatkan hubungan-hubungan konsep yang ada pada soal serta jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan tujuan soal. Selain itu, subjek tidak memahami hubungan-hubungan konsep yang ada pada soal. Subjek hanya menuliskan hasil akhir jawaban tanpa memahami dan menjelaskan penyelesaian soal tersebut. Dari petikan wawancara juga terlihat bahwa jawaban yang diberikan

tidak lengkap dan tidak menjelaskan hubungannya dengan teorema Pythagoras. Selanjutnya ubjek tidak menjelaskan dari mana rumus teorema Pythagoras diperoleh jika dihubungkan dengan konsep luas segitiga siku-siku dan luas persegi. Sehingga SR.04 tidak memenuhi indikator K1 dan K2. Untuk soal nomor 2 berkaitan dengan K3, subjek bisa memahami maksud soal tersebut, tetapi pada saat mengerjakan dan menjelaskan langkah penyelesaian soal subjek mengalami kesulitan dan jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan tujuan soal. Subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal penerapan dari materi yang sudah diajarkan. Dari hasil wawancara, subjek mengatakan bisa menghubungkan gambar soal dengan teorema Pythagoras, tetapi pada saat menjelaskan langkah penyelesaian soal, jawaban yang diberikan salah. Sehingga subjek SR.04 tidak memenuhi indikator K3. Berdasarkan hasil lembar jawaban tes dan hasil wawancara subjek SR.01, SR.02, SR.03 dan SR.04 secara keseluruhan telah berusaha mengerjakan soal dengan materi yang memerlukan intelektualitas yang tinggi dan cukup sulit. Siswa melakukan proses berpikir abstraksi, tetapi perencanaan masalah yang dibuat siswa tipe

Rational belum bisa dijadikan pedoman

dalam menyelesaikan masalah. Sehingga jawaban yang dihasilkan siswa Rational belum maksimal. Hal ini terbukti dengan belum maksimalnya hasil yang dikerjakan siswa tipe Rational ketika mengerjakan soal koneksi matematis.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh bahwa hanya satu siswa yaitu SR.01 yang mampu memenuhi kemampuan koneksi matematis untuk indikator 1 dan 3. Berikut adalah hasil penelitian kemampuan koneksi matematis dengan siswa tipe kepribadian Rational.

(9)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 9

Tabel 2: Kemampuan Koneksi Matematis Siswa tipe Rational

No Subjek Indikator Koneksi Matematis

K1 K2 K3 1. SR.01 √ X √ 2. SR.02 X X X 3. SR.03 X X X 4. SR.04 X X X IV. KESIMPULAN 1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pemba-hasan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:

a) Kemampuan koneksi matematis siswa tipe kepribadian Rational dalam menyelesaikan soal di kelas VIII SMP Negeri 5 Kota Jambi masih rendah. b) Subjek yang pertama mampu

memenuhi 2 dari 3 indikator koneksi matematis. Subjek mampu mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika serta memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren. Tetapi subjek tidak mampu memahami bahwa konsep-konsep yang ada pada soal saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menyelesaikan tujuan soal.

c) Subjek yang kedua tidak mampu memenuhi kemampuan koneksi matematis untuk semua indikator. Subjek tidak mampu mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika, tidak mampu memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren, serta tidak mampu mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar matematika.

d) Subjek ketiga tidak mampu memenuhi kemampuan koneksi matematis untuk

semua indikator. Subjek tidak mampu mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika, tidak mampu memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren, serta tidak mampu mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar matematika.

e) Subjek keempat tidak mampu memenuhi kemampuan koneksi matematis untuk semua indikator. Subjek tidak mampu mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan dalam matematika, tidak mampu memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu keutuhan koheren, serta tidak mampu mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks-konteks di luar matematika.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran dari penulis antara lain:

a) Sebagai bahan pertimbangan untuk merancang pembelajaran yang meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Diperlukan sebuah upaya oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika untuk dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Hendaknya dalam proses pembelajaran, guru memperhatikan kemampuan koneksi matematis siswa agar dapat menemukan strategi yang tepat dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru perlu melatih dan membiasakan siswa untuk mengaitkan konsep-konsep matematika dengan konsep-konsep matematika yang sudah dipelajari sebelumnya.

(10)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 10 b) Bagi siswa bertipe kepribadian

Rational diharapkan dapat terus berlatih menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan penjelasan yang didasarkan pada logika. Sehingga mampu mengerjakan soal dengan materi yang memerlukan intelektualitas yang tinggi

c) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran untuk penelitian selanjutya mengenai kemampuan koneksi matematis siswa tipe kepribadian Rational dalam menyelesaikan soal.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A., Kusmayadi, T. A., dan Sujadi, I. 2014. Proses Berpikir Kreatif dalam Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dimensi Myer-Briggs Siswa Kelas VIII MTs Nw Suralaga Lombok Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, 2(10): 1081-1082.

Ayda, E. dan Widjajanti, D. B. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Teorema Pythagoras dengan Media Berbantuan Komputer. Jurnal Riset Pendidikan

Matematika, 1(2):217.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi Dan

Kompetensi Dasar. BSNP.

Dewiyani S, M. J. 2011. Membangun Pendidikan Berkarakter Melalui Pemahaman Profil Proses Berpikir Pemecahan Masalah Matematika Berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian. SNASTI.

Dewiyani S, M. J. 2015. Improving Students Soft Skills using Thinking Process Profile Based on Personality Types. International

Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE),

4(3):120-121.

Fitria, C., Sujadi, I., dan Subanti, S. 2016. Analisis Kesulitan Metakognisi

Siswa dalam Memecahkan Masalah Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel Ditinjau dari Tipe Kepribadian Guardian, Artisan,

Rational, dan Idealist Kelas X

SMKN I Jombang. Jurnal

Elektronik Pembelajaran

Matematika, 4(9):830.

Hendriana, H. dan Soemarmo, U. 2014.

Penilaian Pembelajaran

Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Keirsey, D. 1998. Please Understand Me II. USA: Prometheus Nemesis Book Company.

Kusmanto, H. dan Marliyana, I. Pengaruh Pemahaman Matematika Terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Kasokandel Kabupaten Majalengka. EduMa, 3(2):68.

Linto, R. L., Elniati, S., dan Rizal., Y. 2012. Kemampuan Koneksi Matematis dan Metode Pembelajaran Quantum

Teaching dengan Peta Pikiran. Jurnal Pendidikan Matematika,

1(1):83.

Moleong, L. J. 2014. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Musriliani, C., Marwan, dan Anshari, B. I. 2015. Pengaruh Pembelajaran

Contextual Teaching Learning

(CTL) terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Ditinjau dari Gender. Jurnal Didaktik Matematika, 2(2):50.

NCATE. 2003. Program for Initial

Preparation of Mathematics Teachers. America: The National

Council of Teachers of Mathematics, Inc.

NCTM. 2000. Principles and Standards for

School Mathematics. Amerika: The

National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Panjaitan, B. 2015. Karakteristik Metakognisi Siswa dalam

(11)

Novrike Mulyawati: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Page 11 Memecahkan Masalah Matematika

Berdasarkan Tipe Kepribadian.

Jurnal Ilmu Pendidikan, 21(1): 26.

Purnaningsih, N. E. dan Siswono, T. Y. E. 2014. Profil Metakognisi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Berdasarkan Tipe Kepribadian. Mathedunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. MATHEdunesa Jurnal

Ilmiah Pendidikan Matematika, 3

(3), 152-159.

Robbiana, D. F. 2015. Identifikasi Learning

Obstacle Terkait Kemampuan

Problem Solving pada Konsep

Teorema Pythagoras Pembelajaran Matematika SMP. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.

Rohati, Winarni, S., dan Osviarni, R. 2012. Pembelajaran Teorema Pythagoras dengan Menggunakan Strategi

Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) pada Siswa di SMP Negeri

16 Kota Jambi. Edumatica, 2(2):28. Romli, M. 2016. Profil Koneksi Matematis Siswa Perempuan SMA Dengan Kemampuan Matematika Tinggi Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika. Journal of Mathematics Education, Science and Technology, 1(2):9.

Sukardi. 2016. Metodologi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis tentang Politik Anggaran, yaitu mengenai keterkaitan musrenbang terhadap pembuatan APBD Kota Binjai tahun 2014v. Dalam rangka

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui tahapan dalam proses pengambilan keputusan konsumen Fit For Two Fitness Center mulai pada tahap pengenalan masalah

graaf menjadi lebih banyak pembuluh darah.Setelah oo'yte di lepaskan,folikel graaf akan berubah menjadi 'orpus luteum dengan vaskularisasi yang banyak dan lapisan granulosa

Secara imunologi antibodi bisa terbentuk apabila ada vaksinasi atau adanya infeksi alam. Adanya antibodi JD pada sampel serum asal Kabupaten Tabanan dan Bangli

Koleksi satwa diperoleh melalui tukar menukar dengan kebun binatang lain, sumbangan masyarakat atau perorangan dari berbagai daerah di Sumatera, pembelian untuk jenis satwa yang

Sedangkan definisi operasional dan pengukuran variable dalam penelitian ini adalah tingkat partisipasi perempuan dalam usaha ekonomi mikro yang diukur menggunakan rasio

Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa (Mengajarkan siswa untuk mengagungkan kebesaran Tuhan YME melalui berdoa setelah mengakhiri

Definisi stakeholder (Freeman & Reed): grup atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.. pihak yang