TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN
DALAM SNI CBIB
WEBINAR
PENGELOLAAN USAHA BUDIDAYA AMAN PANGAN
Bambang Widigdo
Dept. Management Sumberdaya Perairan Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDRAL PERIKANAN BUDIDAYA
WFH, 27 Agustus 2020
3. Ramah lingkungan
TUNTUTAN GLOBAL THD PRODUK BUDIDAYA
2002
1. kualitas 2. Food safety
2006
5. Traceability, 6. Carbon food print
2008 4. Ramah sosial 2021
?
AUDIT ACC Pertama PT. CPBRAMAH LINGKUNGAN
TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DALAM SNI CBIB
LIMBAH
EFFLUENT TAMBAK NON EFFLUENT TAMBAK
• Nutrien: nitrogen, fosfor, • Plankton
• Bahan organik (TSS)
• Penyakit
• Kadar garam
• B3 : olie, gemuk dll • Bahan kimia Lab • Septik tank
• Limbah RT
• Bahan-2 bekas lainnya
Yang harus diterjemahkan dalam audit GAP
1. Pemelihan lokasi
2. Design dan konstruksi 3. Broodstock, larva 4. Management pakan 5. Management air 6. Management peralatan 7. Management saprotan 8. Penerapan BIOSECURITY 9. Penanganan masalah sosial 10. Penanganan masalah tenaga
kerja
11. Management data dan traceability
12. Pengelolan limbah (cair/padat)
13. Penanganan mangrove
RAMAH LINGKUNGAN DALAM
1. Pemilihan lokasi
a. Green belt, aturan pemerintah daerah
b. Ketntuan Internasional, bangun tambak diatas intertidal zone c. Bebas dari potensi pencemaran dari kegiatan lain (termasuk
tambak terdekat)
2. Design dan konstruksi
a. Kolam tandon, treatmen, saluran 2 (inlet, outlet)
b. Kolam budidaya
c. Kolam WWT
Kelengkapan kolam
Design
a. Elevasi dasar tambak vs saluran pembuang
b. Kolam WWT sesuai kaedah pembersihan limbah
Material
a. HDPE…. ok
b. Mulsa…..???
4. Management pakan/saprotam
a. Cara penyimpanan
b. Cara pemberian pakan yang efisien, FCR
3. Broodstock, larva
a. Penyakit
b. Perlindungan induk alam… domesticated
5. Management air
a. Desinfektan, jenis dan cara pemakaian b. Probiotik, jenis dan cara pemakaian c. Bahan kimia lainnya… pupuk
6. Management peralatan
7. Management bahan kimia
a. Penempatan harus dipisah pisah, pupuk, pakan, bhn kimia b. Secondary containment untuk bahan2 cair:
a. Solar b. Olie
c. Bahan kimia lain
8. Penerapan BIOSECURITY 9. Penanganan masalah sosial 10. Penanganan masalah tenaga
kerja
11. Management data dan traceability
12. Pengelolan limbah (cair/padat)
8. Penerapan BIOSECURITY
Definisi: suatu rangkaian protokol/tindakan yang ditujukan untuk mencegah masuknya penyakit ke dalam kawasan
budidaya dan atau untuk mencegah penyakit agar tidak menyebar di daam kawasan budidaya
• Bird scaring divice, Crab protecting divice
• Disinfectan: kaporite, KMNO4, dichlorfoss (yg diijinkan ketentuan nasional/internasional)
• Benur/brootstock SPF
• Membatasi pergerakan hewan darat dan manusia • Penangan udang/petak yang sakit…
• ESCAPING NON INDIGENOUS SPECIES
PENGELOLAAN LIMBAH
EFFLUENT TAMBAK NON EFFLUENT TAMBAK
• Nutrien: nitrogen, fosfor, • Plankton
• Bahan organik (TSS)
• Penyakit
• Kadar garam
• B3 : olie, gemuk dll • Bahan kimia Lab • Septik tank
• Limbah RT
• Bahan-2 bekas lainnya
Kualitas air yg dibuang harus sesuai dg ketentuan nasional/internasional, atau mengandung beban pencemar lebih rendah dari perairan umum
Memisahkan brang/bahan bekas sesuai jenisnya: organik,
anorganik, padat, cair, B3
Khusus bhn B3 harus dikirim ke pengumpul yg punya ijin khusus
STANDAR KUALITAS LIMBAH BUDIDAYA (GAA)
PARAMETER UNIT KKP-RI* BAP-GAA**
TSS mg/L ≤ 200 ≤ 100 Kekeruhan NTU ≤ 50 -pH - 6,0 – 9,0 6,0 – 9,5 BOD5 mg/L < 45 ≤ 50 PO43- mg/L < 0,1 ≤ 0,5 (P terlarut) H2S mg/L < 0,03 -NO3 mg/L < 75 -NO2 mg/L < 2,5 -NH3 mg/L < 0,1 -DO mg/L - ≥ 4 TAN mg/L - < 5
* : Pedoman Umum Budidaya Udang di Tambak, DKP, 2004
** : Guidelines for BAP Standards, Global Aquaculture Alliance, 2005 EFFLUENT TAMBAK
Prinsip mengurangi polusi lingkungan: • Kurangi jumlah air yg dibuang
• Angkat limbah padat
1. Mengurangi jumlah air yang dibuang (less water exchange)
a. Hopkins (1993), Waddel Mari Culture USA : (research)
ganti air 25%/day -→ 2.5%/day; density 44 PL/m2 (L. satiferus), Prodks 5.7 ton/ha dan 6.4 ton/ha TSS turun dri 2.1 kg/kg udang
jadi 1.0 kg/kg udang
b. Hopkins (1995), Waddel Mari Culture USA : (research) ganti air 0%/day, density 39 dan 78 PL/m2 (vannamei), Prodks 5.8 ton/ha dan 8.2 ton/ha
MANAJEMEN EFFLUENT TAMBAK
c. McIntos (2001), Boyd and Clay (2002): commercial scale
ganti air 0%/day – produksinya 11-15 ton vannamei/ha, dan 2 kali panen per tahun.
konsumsi air 1 – 2.3 m3/kg udang
d. Widigdo (2008)……..CPB (2007/2008): commercial scale less water exchange 25%/day, produksi mencapai 9,0 -17,0.ton/0.5 ha.
2. Sistem Resirkulasi
a. Hamper (2000), mereduksi air dari 10-20%/hari ke sistem resirkulasi dan tanpa ganti air baru. Total konsumsi air turun drastis: 38 jadi 1.5 m3/kg udang vannamei. Dan produktivitas tetap sama yi: 3.6 ton – 5.4 ton/ha
b. Widigdo dan Soewardi (2000): Karawang
sistem resirkulasi, monodon, 50 Pl/m2, penambahan air baru 200 -500% selama budidaya: produksi
meningkat dari 200 kg/0.5 ha ke 2 – 4 ton/ha. Konsumsi air: 5-10 m3/kg udang windu
3. Penggunaan tambak/kanal pengendapan • Boyd (1995a):
Air yg dibuang pada saat panen dari tambak udang intensive, 20 – 25% air terakhir
mengandung TSS paling tinggi.
Partikel TSS tsb dapat diendapkan di petak/kanal pengendapan dg retention time 4 – 8 jam
Jika kita punya tambak 500 ha, kedalaman 1 m dan dengan pergantian air per harinya 2% maka:
Air yg dibuang perhari: 100.000 m3, Jika setiap hari panen 20 ha, membuang air 200.000 m3. Jadi total air dibuang per hari 300,000 m3/hari
Jika retention time air limbah 8 jam maka perlu petak
Rancang Bangun IPAL (3.1), KKP, 2019
Ke perairan umumn
4. Gunakan hutan mangrove
Kawasan hutan mangrove dapat mengurangi limbah air tambak melalui (Boyd 2008):
a. Mengendapkan senyawa kimiawis
b. Pengambilan nutrient melalui tumbuhan mangrove
c. Penguraian bahan organik oleh microba dan d. Penyerapan mineral oleh tanah
Gautir et al (2001), Colombia:
286 ha membuang limbah cairnya ke 120 ha mangrove, dengan retention time 2 – 4 hari, 95% TSS limbah telah dikurangi.
Study di Texass: menyarankan luas mangrove sekitar 10% dari luas tambak sudah cukup untuk mereduksi limbah tambak.
5. Mengangkat limbah padat.
KANAL KANAL LIMBAH BUDIDAYA
5. Limbah biologi
a. Penyakit:
• KMnO4, Kaporit
• Pembakaran
b. Non indigenous species
• Fisik: Saringan
MANAJEMEN NON EFFLUEN TAMBAK
Memisahkan brang/bahan bekas sesuai jenisnya: organik, anorganik, padat, cair, B3
Khusus bhn B3 harus dikirim ke pengumpul yg punya ijin khusus
• B3 : olie, gemuk dll • Bahan kimia Lab • Septik tank
• Limbah RT
2.1. Prinsip pengolahan air limbah:
melakukan perbaikan mutu air limbah agar
saat dibuang ditdak mencemari lingkungan (perairan umum). dengan cara: a. memisahkan padatan dari air limbah;
b. mengurangi polutan dari air limbah sehingga mutu air hasil pengolahan IPAL tidak lebih
buruk dari lingkungan sekitarnya;
2.2. Karakteristik Air Limbah
Airlimbah umumnya memiliki kadar yang cukup tinggi:
(1) Biological Oxigen Demand (BOD), (2) Total Suspended Solid (TSS),
(3) Total Organik, (4) kekeruhan,
(5) Total Nitrogen(TN)
PETUNJUK TEKNIS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAMBAK UDANG
KKP 2019
2.3 Proses Pengolahan Air Limbah
Proses pengolahan air limbah perlu mempertim bangkan beberapa hal, yaitu:
Efektif dalam melakukkan pengolahan efisien dalam menurunkan kadar polutan
3 teknik pengolahan yaitu pengolahan
secara mekanis, kimia dan biologi Penerapan IPAL untuk
pembesaran udang sebaiknya menghindari pengolahan secara
kimia yang dapat merugikan lingkungan, karena dapat mengancam keamanan pangan (food safety)
2.3.1. MEKANIS
Proses pengendapan dapat dilakukan
dengan beberapa cara, seperti dengan penyaringan ataupun dengan memperlambat kecepatan aliran air sehingga tidak melebihi 20 m/detik.
Pengolahan air limbah secara biologis:
1) proses biologis dengan biakan tersuspensi (suspended culture), 2) Proses biologis dengan biakan melekat
3) Proses pengolahan air limbah secara biologis dengan lagoon atau kolam
2.4. Faktor Yang Memperngaruhi Desain IPAL
A. Volume Air Limbah
Desain IPAL dipengaruhi oleh volume air limbah.
Bila volume air limbah besar maka kapasitas unit pengolahannya harus dibuat besar untuk dapat menampung air limbah tersebut.
Kecepatan aliran limbah sangat mempengaruhi proses sedimentasi. Proses sedimentasi dapat optimal apabila kecepatan aliran air ≤ 20 m/detik.
C. Ketersediaan lahan atau ruang
Besarnya lahan atau ruang bagi instalasi pengolahan air limbah
ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut: volume air limbah yang harus diolah, kadar dan keragaman bahan pencemaran air limbah.
D. Ketersediaan biaya
Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL
membutuhkan biaya, dimana besarannya tergantung dari teknologi dan peralatan yang digunakan.
E. Manfaat lainnya
i. Pupuk
ii. Air baku budidaya (resirkulasi)
iii. Crop lain (rumput laut, kekerangan dll
Kolam sedimentasi
dapat menurunkan kandungan TSS sampai 40 - 60%.
untuk meningkatkan DO, menurunkan BOD, dan menaikan pH dalam air limbah, serta membuang CO2 dan H2S, nitrifikasi (proses pembentukan senyawa nitrit dan atau nitrat dari senyawa amonia dan oksigen dengan bantuan mikro organisme).
Pada kolam aerasi ditambahkan media biofilter dapat berbentuk sarang tawon yang berfungsi sebagai media pelekatan bagi bakteri pengurai.
b. Kolam Aerasi
i. Kolam penampungan air limbahdalam tahap akhir.
ii. Untuk menurunkan kandungan TSS, TAN, nitrit, nitrat, Total N, dan fosfat.
iii. Untuk pelihara tanaman air/makroalga (seperti rumput laut), kekerangan dan ikan herbivor (seperti ikan nila/bandeng) yang berfungsi sebagai biofilter dan bioindikator.
c. Kolam Ekualisasi
Waktu tinggal (retention time)
di dalam petak ekualisasi umumnya berkisar antara 6 – 10 jam.
Untuk menghitung volume bak ekualisasi yang diperlukan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Volume Kolam Ekualisasi ( m3) = Waktu Tinggal (Jam) x Debit Air Limbah (m3 /jam)
Lua tambak wet : ………. Ha = ………… m2 Ketinggian air rata2: ……. M
Volume air total : ……. M3
Jumlah air di buang per hari (ganti air) = ………. M3 Jumlah air buang (panen) ……… = ………. M3
Total air yg dibuang setiap hari ……… = ………. M3 Waktu tinggal (retention time) = 8 jam