ABSTRAK
Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). Pengembangan Buku Suplemen Muatan
Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Kenaran 3.
Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan.Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan buku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2, (2) mendeskripsikan buku suplemen pelajaran keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2.
Prosedur pengembangan bahan ajar mengacu pada teori Borg dan Gall dan pengembangan buku suplemen menggunakan model Dick dan Carey. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 7 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupabuku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD N Kenaran 3, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh Pakar bahasa Indonesia, dua guru kelas II SD, dan 6 siswa kelas II SD.
Berdasarkan validasi dua pakar bahasa Indonesia, buku suplemen memperoleh skor 3,55 dan 4 dengan kategori baik, dua guru kelas II SD dengan skor
4,48 dan 4,59 dengan kategori “sangat baik”, serta 6 siswa kelas II SD N Kenaran 3 dengan skor 4,53 dengan kategori “sangat baik”. Buku suplemen tersebut memperoleh rerata skor 4,23 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Penilaian kualitas buku suplemen ini ditinjau dari limaaspek yaitu, (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dengan demikian buku suplemen yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan ajar yang berfungsi sebagai pengayaan.
ABSTRACT
Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). The Development of Indonesian Supplement
Books For Second Grade Students in Semester 2 in SD Negeri Kenaran 3 .Thesis.
Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.
This research is a development research. The main goals of this research are (1) develop a supplement book for reading and writing skill in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester. (2) To describe supplement book for reading and writing skills in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester.
The Procedure of material development refers to the theory from Borg and Gall and the development of the supplement book use the model from Dick and Carey. Those procedures of the development are adapted to an advanced development which is simpler and becomes the base of the research. The procedures of the development are using 7 steps which are: (1) problem and potential, (2) data
gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, (5) design revision, (6) design trial implementation, (7) design revision, and the final result is a supplement book of Indonesian language writing and reading skill for second grade student on second semester. The research instrument used is interview and questionnaire. The interview is used to analize the teacher’s need of SD N Kenaran 3Prambanan while the questionnaire is used to validate quality of the teaching material by Indonesian
language’s experts, two teachers of grade II, and 6 grade II students.
Based on the validation from two Indonesian language’s experts, the
supplement book gets 3,55 and 4 points equal to “good” categorize, two second grade elementary school teachers give the supplement book 4,48 and 4,59 pointsequal
to “very good”, and from 6 second grade student of SD N Kenaran 3, the supplement book gets 4,53 points equal to “very good”. The supplement book gets average score of 4,23 and categorize as “very good”. The quality of the supplement book gained
from five aspect which are (1) goal and approach, (2) design and organization, (3) content, (4) topic, and (5) methodology.Therefore the developedsupplement bookis suitable to be the source for study and functioned as enrichment for the study.
PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN
MUATAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA
UNTUK SISWA KELAS II SEMESTER 2
SD NEGERI KENARAN 3
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Goretti Dyah Yuliyanti NIM: 121134010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN
MUATAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA
UNTUK SISWA KELAS II SEMESTER 2
SD NEGERI KENARAN 3
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Maria Goretti Dyah Yuliyanti NIM: 121134010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS
Sumber segala rahmat yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran disetiap langkahku
Orang tuaku tercinta
Bapak Paulus Ratidjan (†) dan Ibu Caecilia Sri Mulyati atas segala doa, motivasi, dan pengorbanan selama ini
Kakakku tersayang
Stephanus Budi Wiryawan, Anastasia Wahyuningsih, Ferdinandus Dani Prabowo, Lusia Widiastuti, FX. Tri Purwanto, dan Theresia Ani Puspita Sari yang selalu mendukung dan mendoakan demi kelancaran
studiku
Silvester Wisnu Hanggarjito
Terima kasih atas perhatian, motivasi dan dukungannya
Semua Sahabatku
Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan
v
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
(Filipi 4:13)
viii
ABSTRAK
Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). Pengembangan Buku Suplemen Muatan
Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Kenaran 3.Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan.Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan buku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2, (2) mendeskripsikan buku suplemen pelajaran keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2.
Prosedur pengembangan bahan ajar mengacu pada teori Borg dan Gall dan pengembangan buku suplemen menggunakan model Dick dan Carey. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 7 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupabuku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD N Kenaran 3, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh Pakar bahasa Indonesia, dua guru kelas II SD, dan 6 siswa kelas II SD.
Berdasarkan validasi dua pakar bahasa Indonesia, buku suplemen memperoleh skor 3,55 dan 4 dengan kategori baik, dua guru kelas II SD dengan skor 4,48 dan 4,59 dengan kategori “sangat baik”, serta 6 siswa kelas II SD N Kenaran 3 dengan skor 4,53 dengan kategori “sangat baik”. Buku suplemen tersebut memperoleh rerata skor 4,23 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Penilaian kualitas buku suplemen ini ditinjau dari limaaspek yaitu, (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dengan demikian buku suplemen yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan ajar yang berfungsi sebagai pengayaan.
ix
ABSTRACT
Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). The Development of Indonesian
Supplement Books For Second Grade Students in Semester 2 in SD Negeri Kenaran 3.Thesisi. Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher
Education, Sanata Dharma University.
This research is a development research. The main goals of this research are (1) develop a supplement book for reading and writing skill in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester. (2) To describe supplement book for reading and writing skills in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester.
The Procedure of material development refers to the theory from Borg and Gall and the development of the supplement book use the model from Dick and Carey. Those procedures of the development are adapted to an advanced development which is simpler and becomes the base of the research. The procedures of the development are using 7 steps which are: (1) problem and potential, (2) data gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, (5) design revision, (6) design trial implementation, (7) design revision, and the final result is a supplement book of Indonesian language writing and reading skill for second grade student on second semester. The research instrument used is interview and questionnaire. The interview is used to analize the teacher’s need of SD N Kenaran 3Prambanan while the questionnaire is used to validate quality of the teaching material by Indonesian language’s experts, two teachers of grade II, and 6 grade II students.
Based on the validation from two Indonesian language’s experts, the supplement book gets 3,55 and 4 points equal to “good” categorize, two second grade elementary school teachers give the supplement book 4,48 and 4,59
pointsequal to “very good”, and from 6 second grade student of SD N Kenaran 3, the supplement book gets 4,53 points equal to “very good”. The supplement book
gets average score of 4,23 and categorize as “very good”. The quality of the supplement book gained from five aspect which are (1) goal and approach, (2) design and organization, (3) content, (4) topic, and (5) methodology.Therefore the developedsupplement bookis suitable to be the source for study and functioned as enrichment for the study.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Kenaran 3” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
PGSD.
4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.
7. Pakar Bahasa Indonesia yang telah bersedia memberikan saran, masukan, dan pendapat dalam proses validasi produk, sehingga produk dapat disusun dan dikembangkan dengan maksimal.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii
HALAMAN PENGSAHAN ……… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv
HALAMAN MOTTO ……….. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… vii
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ………... 7
BAB II LANDASAN TEORI ……….. 9
2.1 Kajian Teori ………... 9
xiii
2.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Rendah ………. 9
2.1.2 Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah ……….. 12
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah ……….. 18
2.1.3.1 Keterampilan Membaca Permulaan ……….. 19
2.1.3.2 Keterampilan Menulis Permulaan ………. 22
2.1.3.3 Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan ……. 24
xiv
3.2.5 Revisi Desain ……… 50
3.2.6 Uji Coba Desain ……… 51
3.2.7 Revisi Desain ……… 51
3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………... 51
3.4 Uji Coba Produk ………. 52
4.1.1 Hasil Wawancara Survei Kebutuhan ……… 62
4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara Survei Kebutuhan …………... 64
xv
4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ……….. 72
4.3.1 Data Validasi Pakar Bahasa Indonesia SD ………... 73
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 SK Membaca dan Menulis Permulaan Kurikulum KBK Kelas II
Semester 2 ………... 27
Tabel 2.2 SK dan KD Membaca dan Menulis Kurikulum KTSP kelas II Semester 2 ………... 27
Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ………... 52
Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru Kelas II ………... 53
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validitas Untuk Pakar dan Guru …………. 55
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validitas Untuk Siwa ………. 56
Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima ……… 58
Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima ……….. 59
Tabel 4.1 SK dan KD Buku Suplemen Membaca dan Menulis Permulaan Kelas II semester 2 ……… 67
Tabel 4.2 Penjabaran Latihan-latihan yang terdapat dalam Buku Suplemen … 69 Tabel 4.3 Komentar Pakar Bahasa Indonesia dan Revisi ……….. 75
Tabel 4.4 Komentar Guru Kelas II dan Revisi ……….. 76
Tabel 4.5 Komentar Siswa Kelas II SD N Kenaran 3 dan Revisi ………. 78
Tabel 4.6 Rerata Validasi Siswa Kelas II SD N Kenaran 3 ……….. 78
Tabel 4.7 SK dan KD Buku Suplemen Membaca dan Menulis Permulaan Kelas II Semester 2 ………... 83
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Sistem Pembelajaran Dick dan Carey ………... 36
Gambar 2.2 Literature Map Penelitian-penelitian Terdahulu ……….. 43
Gambar 3.1 Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar ………... 48
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ……… 98
Lampiran 2 Hasil Validasi Pakar Bahasa Indonesia ………. 100
Lampiran 3 Hasil Validasi Guru Kelas II ………. 106
Lampiran 4 Hasil Validasi Siswa Kelas II ………..………... 112
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ………..………. 124
Lampiran 6 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ……… 125
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian …….……….………... 126
Lampiran 8 Biodata Peneliti ………..…….……….………... 127
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa memiliki kedudukan yang sangat penting. Penekanan didalam pembelajaran Bahasa terdapat pada empat keterampilan dasar
yang perlu dikembangkan yaitu, menyimak/mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills) dan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut memiliki kaitan yang erat yang pada dasarnya
merupakan sebuah kesatuan (Tarigan, 2008: 1).
Keterampilan menyimak dan berbicara pada anak telah diperoleh sebelum
masuk ke sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis dipelajari saat berada di bangku sekolah. Keterampilan membaca dan menulis dipelajari anak sebagai sarana untuk pemerolehan ilmu. Membaca dan menulis permulaan
merupakan keterampilan berbahasa yang yang sangat penting ketika anak duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai sarana pemerolehan ilmu, membaca dan menulis memiliki keterkaitan yang kuat. Melalui kegiatan membaca dan menulis seorang
siswa tentu akan mendapatkan berbagai pengalaman baru di dalamnya.
Kemampuan membaca dan menulis, menjadi kunci utama dalam menggali
informasi dari berbagai sumber tertulis. Sebagai langkah awal untuk membekali dasar kemampuan membaca dan menulis, dilakukan upaya pengembangan kemampuan membaca dan menulis mulai dari sekolah dasar. Pembekalan
awal masa sekolah dasar pembelajaran Bahasa Indonesia ditekankan pada keterampilan membaca dan menulis (Mulyati, 2015: 1).
Keterampilan membaca permulaan merupakan keterampilan yang reseptif.
Reseptif memiliki arti bahwa keterampilan membaca berperan dalam pemerolehan informasi pengetahuan dan pengalaman baru (Slamet, 2014: 24). Depdiknas
(2009) membaca memerlukan kemampuan visual yang didukung oleh kemampuan mata menangkap kata dalam teks dan kemampuan kognitif dalam memahami teks. Dasar-dasar kemampuan membaca yang baik dapat membekali
siswanya agar mudah untuk memahami isi makna pembelajaran sehingga ilmu dapat diperoleh secara optimal. Semakin cepat dapat membaca maka peluang
untuk memahami pelajaran di sekolah juga semakin besar.
Keterampilan menulis permulaan merupakan jenis kemampuan yang sifatnya produktif karena dapat menghasilkan tulisan. Menulis merupakan
kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh dari proses yang panjang, mulai dari tingkatan awal atau permulaan yang mencakup pengenalan simbol dan garis. Kemampuan
menulis yang diperoleh pada permulaan menjadi dasar untuk memperdalam kemampuan yang selanjutnya. Apabila dasar tersebut tidak baik, maka akan
menghambat perkembangan kemampuan yang selanjutnya dan akan menimbulkan berbagai masalah. (Slamet, 2014: 45).
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 April 2015 yang dilakukan
dengan wali kelas II di SD N Kenaran 3, beliau memaparkan bahwa masih terdapat sebagian siswa yang belum lancar dalam membaca, beberapa siswa
membaca juga mengalami kesulitan dalam membedakan dan menggunakan huruf dalam kata. Siswa kesulitan membedakan huruf b, p dan d, penggunaan huruf dalam kata yang masih salah contohnya adab menjadi adap, mantab menjadi
mantap, dan tekad menjadi tekat. Guru juga mengalami kesulitan dalam membaca tulisan siswa, sebagian besar siswa terutama siswa laki-laki memiliki kemampuan
menulis yang kurang baik karena tulisannya susah untuk dibaca.
Hasil observasi di kelas II pada tanggal 24 April dan 1 Mei 2015 memberikan informasi bahwa masih terdapat sebagian siswa yang belum bisa
membaca dengan lancar. Beberapa diantaranya memang masih mengeja ketika membaca kalimat. Hasil pekerjaan siswa juga menunjukkan bahwa siswa
memiliki tulisan yang tidak rapi, baik menulis menggunakan huruf lepas maupun menggunakan hurut tegak bersambung. Permasalahan juga terlihat pada penggunaan huruf kapital pada tengah kata, tidak lurus sesuai garis di buku,
kurang lengkap dalam menulis kata, dan kurang teliti dalam memberikan tanda baca titik dan penggunaan huruf kapital. Guru kurang memberikan perhatian pada siswa yang memiliki tulisan yang kurang rapi dan yang masih belum lancar dalam
membaca. Hasil koreksian terhadap pekerjaan siswa juga masih kurang teliti, hanya sebatas melihat tanpa membaca secara teliti dari awal hingga akhir.
Guru kelas II SD N Kenaran 3 memberikan informasi bahwa selama menjadi guru di kelas II hanya menggunakan referensi 1 buku paket Bahasa Indonesia dan 1 buku LKS dan tidak mempunyai buku pedoman membaca dan
menulis permulaan. Guru juga memaparkan bahwa selama ini belum pernah membuat atau menggunakan buku suplemen yang dapat membantu kesulitan
Bahan ajar menjadi penunjang bagi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia supaya siswa dapat berlatih secara aktif dan mandiri. Bahan ajar adalah seperangkat materi atau pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis dan
menampilkan keutuhan kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan belajar (Hernawan, dkk., 2015: 3). Bahan ajar yang dapat digunakan adalah bahan
ajar berupa buku ajar. Buku ajar membantu guru untuk melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku, panduan guru dalam menggunakan metode mengajar, dan membuat siswa belajar mandiri (Prastowo, 2014: 245). Bahan ajar dibedakan
menjadi bahan ajar utama dan bahan ajar pelengkap. Buku Suplemen merupakan buku pelengkap atau buku pengayaan berisi informasi yang melengkapi buku
pelajaran pokok (Sitepu, 2012: 16). Berdasarkan paparan guru kelas II, sejauh ini belum ada buku suplemen yang diberikan pemerintah untuk mengatasi permasalahan mengenai membaca dan menulis permulaan.
Berdasarkan uraian di atas, untuk membantu beberapa kesulitan membaca dan menulis permulaan, maka peneliti mencoba untuk mengembangkan buku suplemen yang dapat menjadi solusi membantu guru untuk menangani
permasalahan yang ada dengan judul penelitian “Pengembangan Buku Suplemen
Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas II semester 2 SD N
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana mengembangkan buku suplemen keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2
SD N Kenaran 3?
2. Bagaimana kualitas buku suplemen keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2 SD N
Kenaran 3?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengembangkan buku suplemen keterampilan membaca dan
menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2
SD N Kenaran 3.
2. Untuk mendeskripsikan kualitas buku suplemen pelajaran keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa
kelas II semester 2 SD N Kenaran 3.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa
Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan menambah
membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2 SD N Kenaran 3.
2. Bagi guru
Penelitian pengembangan buku suplemen ini dapat dijadikan salah satu alternatif referensi yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada keterampilan membaca dan menulis untuk siswa kelas II semester 2 SD N Kenaran 3.
3. Bagi siswa
Buku suplemen ini membantu siswa kelas II semester 2 SD N Kenaran 3 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan
membaca dan menulis. 4. Bagi sekolah
Sebagai referensi bagi sekolah untuk mengembangkan buku suplemen
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengacu pada keterampilan membaca dan menulis.
5. Bagi Prodi PGSD
Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku suplemen
1.5 Batasan Istilah
Agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda, maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Membaca dan menulis permulaan bagi kelas rendah merupakan pembelajaran yang diajarakan untuk meningkatkan keterampilan membaca
dan menulis secara maksimal sebagai langkah awal untuk memahami keterampilan yang lain.
2. Buku suplemen adalah buku yang berfungsi sebagai pengayaan, memuat
materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis sehingga siswa mampu
belajar secara mandiri.
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
1. Buku suplemen disusun sebagai sumber belajar siswa untuk meningkatkan
keterampilan membaca dan menulis permulaan.
2. Buku suplemen disusun secara sistematis dengan memperhatikan komponen kata pengantar; daftar isi; SK, KD, dan indikator; petunjuk
umum; latihan-latihan, review, refleksi, dan daftar referensi.
3. Buku suplemen bersifat kontekstual (mengaitkan dengan lingkungan
sekitar)
4. Buku suplemen disusun sesuai dengan tingkat perkembangan anak kelas rendah (konkret, menarik, kontekstual, dari sederhana hingga kompleks)
6. Buku suplemen disusun atas berbagai latihan yang variatif yang dapat dikerjakan secara mandiri (membaca nyaring, berbicara, menulis,
7. Buku suplemen dilengkapi dengan CD yang berguna untuk memudahkan siswa dalam berlatih membaca.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori ini berisi kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka
berpikir, dan pertanyaan penelitian. Bagian landasan teori akan menjabarkan teori-teori yang relevan dengan penelitian. Selain itu, bab ini juga membahas hasil
penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Dari kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan tersebut dirumuskan kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Rendah
Perkembangan manusia adalah proses seumur hidup. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi dalam semua aspek dari rentang kehidupan. Perkembangan pada anak merupakan bagian dari perkembangan
manusia yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial yang dimulai dari usia 0 – 11 tahun (Papalia & Feldman, 2014: 4-8).
Masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia
6 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa SD. Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan masa
kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu:
a. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar.
Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas
rendah Sekolah Dasar adalah:
1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
2. Suka memuji diri sendiri.
3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.
4. Suka membandingkan dirinya sendiri dengan siswa lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.
5. Suka meremehkan orang lain.
Yusuf, Syamsu (2009: 24-25) menyebutkan bahwa pada umur 6-7 sampai umur 9-10 tahun, anak biasanya memasuki masa kelas-kelas rendah sekolah dasar.
Masa ini juga disebut sebagai masa keserasian bersekolah karena anak-anak lebih mudah untuk dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Anak kelas rendah
memiliki beberapa sifat yang khas antara lain:
a. Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh).
b. Sikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c. Adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri)
d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f. Pada masa ini (terutama usia 6,0 – 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik
Piaget (Suparno, 2011: 24) mengemukakan bahwa siswa SD berada pada
tahap operasional konkret (7 hingga 11 tahun), dimana konsep yang ada pada awal usia ini adalah konsep yang samar-samar dan sekarang lebih konkret. Siswa
usia SD menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual, siswa mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret (Izzaty, dkk., 2008: 105-106). Santrock (2007: 271)
juga mengemukakan bahwa selama tahapan operasional konkret siswa dapat menunjukkan operasi-operasi konkret, berpikir logis, mengklasifikasikan benda,
dan berpikir tentang relasi antara kelas-kelas benda. Kemampuan berfikir pada tahap ini ditandai dengan aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Pengalaman hidup siswa memberikan andil dalam
mempertajam konsep. Pada tahapan ini siswa usia SD mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentris dan
lebih logis (Izzaty, dkk., 2008: 107).
Berdasarkan beberapa pendapat dari beberapa ahli, karakteristik perkembangan siswa kelas rendah umumnya berusia 6-10 tahun. Usia tersebut
anak tergolong dalam kelas rendah yaitu berada pada kelas I sampai III sekolah dasar dan berada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa berpikir atas
dasar pengalaman yang konkret atau nyata yang pernah dilihat dan dialami. Siswa belum bisa berpikir secara abstrak. Karakteristik yang muncul pada tahap ini dapat dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi
2.1.2 Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah
Berbahasa adalah sistem komunikasi berdasarkan pada kata-kata dan tata bahasa. Sekali anak mengenal kata, mereka dapat menggunakannya untuk
merepresentasikan objek dan tindakan. Mereka mampu merefleksikan individu, tempat dan benda-benda. Mereka dapat mengkomunikasikan kebutuhannya, perasaannya, dan ide-ide untuk mengerahkan lebih banyak kontrol terhadap
kehidupan mereka (Papalia, 2014:174). Sedangkan Corw & Crow dalam Djamarah, (2011: 46) menjelaskan bahwa bahasa merupakan alat ekspresi bagi
manusia. Melalui bahasa manusia dapat mengorganisasikan bentuk-bentuk ekspresinya dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Sebagai alat yang penting, bahasa memiliki dua fungsi (Djamarah, 2011:
46) yaitu: (1) bahasa sebagai sarana pembangkit dan pembangun hubungan yang memperluas pikiran seseorang sehingga kehidupan mental seorang individu
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mental kelompok. (2) bahasa sebagai sarana yang mempengaruhi kepribdian. Dengan menggunakan bahasa dapat diubah cara berpikir seseorang.
Perkembangan bahasa pada anak SD kelas rendah sangatlah beragam. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya keadaan sosial ekonomi keluarga,
lingkungan pergaulan, dan faktor dari keluarga itu sendiri. Selain itu, pemerolehan bahasa juga berdasarkan proses bawah sadar yang tidak disadari dan diperoleh secara alami tanpa memerlukan kegiatan pembelajaran secara formal.
Perkembangan bahasa akan berkembang sejalan dengan usia anak.
Menurut Sunarto dan Hartono dalam Djamarah (2011: 48) perkembangan
secara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda atau isyarat. Kemampuan
berbahasa diperoleh secara bertahap. Tahap berbahasa mereka berjalan bersamaan dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Perkembangan
bahasa anak ditandai dengan bunyi-bunyi atau ucapan dari sederhana yang lebih kompleks. Slamet (2014:7-18) menjabarkan bahwa perkembangan bahasa anak dibagi kedalam 4 tahap, yaitu:
a. Tahap Pralinguistik (0-12 bulan)
Pada tahap ini anak mampu mengucapkan beberapa bunyi-bunyian atau
konsonan yang memiliki makna dan mengacu pada sebuah kata. Perkembangan bahasa pada tahap ini disebut dengan tahap pralinguistik. Pada usia 4-7 bulan disebut dengan masa ekspansi karena bayi sudah dapat
mengahsilkan suara-suara baru seperti: menggeram, memekikm dan bisikan. Pada usia 7-12 bulan, bayisudah mampu mengucapkan suku kata dan menggandakan menjadi sebuah kata seperti “mamama” dan “dadada”.
b. Tahap Satu-Kata (12-18 bulan)
Pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan satu kata yang mewakili sebuah kalimat. Contoh “Maem” maksudnya minta makan, “Mama”
maksudnya memanggil mama. Kata yang diucapkan sangat berkaitan dengan
objek nyata dan perbuatan. Pemahaman terhadap kata yang diucapkan memang tidak mudah dan perlu memperhatikan aktivitas (gerak isyarat, ekspresi, dan benda yang ditunjuk oleh anak. Penyebabnya adalah bahasa
b. Tahap Dua-Kata (18-24 bulan)
Tahap ini anak sudah mampu menggunakan kombinasi dua kata yang berupa ucapan-ucapan pendek. Misalnya “Ma, pelgi”, maksudnya “Mama, saya mau pergi”. Anak sudah mampu mengenal berbagai makna, namum belum dapat
menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu, selain itu, anak juga belum mampu menggunakan kata ganti saya, aku,
kamu, dia, mereka dan sebagainya. c. Tahap Banyak-Kata (3-5 tahun)
Usia 3-5 tahun anak semakin kaya akan perbendaharaan kosakata. Tuturan anak lebih panjang dan tata bahasanya juga lebih teratur. Anak mampu menggunakan berbagai bahasa dalam berbagai cara untuk bertanya,
menghibur, bercanda dan berbagai keperluan yang lain.
Sejalan dengan itu, Ross dan Roe (Slamet, 2014:11) membagi tahapan
perkembangan bahasa anak dalam tiga fase yaitu: a. Perkiraan umur 0-2 tahun.
Anak mampu menyebutkan bunyi bahasa dan kata sederhana, tahap ini disebut
fase fonologis.
b. Perkiraan umur 2-7 tahun.
Kemampuan anak menunjukkan kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat, tahap ini disebut dengan perkembangan bahasa fase sintaktik.
c. Perkiraan umur 7-11 tahun.
Yusuf, Syamsu (2009:179-180) mengemukakan masa anak usia sekolah
dasar (6-12 tahun) merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada masa awal ini, anak sudah
mampu menguasai sekitar 2.500 kata dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) anak mampu menguasai sekitar 50.000 kata. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
b. Proses belajar, anak telah matang berbicara kemudian mempelajari bahasa orang lain dengan cara meniru ucapan/kata yang didengarnya. Dua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga ketika memasuki usia
sekolah dasar anak sudah mampu:
1) Dapat membuat kalimat yang lebih sempurna
2) Dapat membuat kalimat majemuk
3) Dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.
Pelajaran bahasa yang diberikan di sekolah dibuat untuk menambah
perbendaharaan kata, mengajar menyusun struktur kalimat, peribahasa, kesusastraan dan mengarang. Melalui pembelajaran bahasa, siswa diharapkan
mampu menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk: a. Berkomunikasi dengan orang lain,
b. Menyatakan isi hati (perasaannya),
c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya, d. Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat),
Owens (Ngalimun & Alfulaila, 2014:11-16) menjelaskan bahwa
perkembangan bahasa yang paling nampak adalah perkembangan semantik dan pragmatik.
a. Perkembangan Semantik dan bahasa figuratif 1. Perkembangan Semantik
Tahun awal memasuki sekolah dasar merupakan proses perkembangan
semantik yang dihubungkan dengan kemampuan kognitif (Owens, 1992: 374 dalam Ngalimun, 2014: 11). Anak mengalami peningkatan jumlah kosa kata dan
makna. Dampaknya adalah adanya penggunaan bahasa figuratif.
Pada usia awal, terjadi penggunaan istilah dalam menyatakan tempat
seperti “ini”, “itu” kemudian berkembang dan mampu memahami istilah-istilah
lain seperti, jauh, dekat, kiri, kanan, atas, bawah dan sebagainya. Pada usia sekolah dan dewasa anak mampu memahami dan menggunakan suatu kata dengan
makna yang tepat (horizontal) dan mengalami peningkatan jumlah kata-kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (vertikal). Selain itu, kemampuan anak dalam mengidentifikasi kata-kata meningkat dengan cara konseptual yang
berdasarkan pengalaman individu ke makna yang lebih bersifat umum yang dibentuk bersama dan anak-anak membentuk sebuah definisi berupa kata yang
disusun kedalam kalimat menjadi sesuatu yang lebih kompleks. 2. Bahasa dan Proses Figuratif
Anak usia sekolah mampu mengembangkan bahasa figuratif dan
memungkinkan menggunakan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata-kata yang tidak sebenarnya. Yang termasuk didalamnya yaitu
Ungkapan adalah pernyataan pendek yang telah digunakan bertahun-tahun
dan tidak dapat dianalisis secara gramatikal (kamar mandi, rumah makan, buah hati, dan sebagainya). Metafora dan kiasan adalah bentuk ucapan yang
membandingkan benda yang sebenarnya dengan khayalan (suaranya membelah bumi). Dalam metafora perbandingan dinyatakan secara implisit, sedangkan kiasan adalah perbandingan secara eksplisit yang biasanya dinyatakan dengan
kata “seperti” atau “bagaikan”. Peribahasa sendiri diartikan sebagai pernyataan
pendek yang sudah dikenal yang berisi kebenaran yang terterima, pikiran yang
berguna, atau nasihat.
Anak usia 5-7 tahun memiliki pemahaman yang berbeda dengan anak usia 8-9 tahun. Perkembangan pemahaman berupa ungkapan, peribahasa akan terus
berkembang dan meningkat pada akhir masa anak-anak hingga dewasa. Ketepatan pemehaman akan terus meningkat sejalan dengan berakhirnya masa anak-anak.
Namun, perkembangan ini bervariasi antara anak yang satu dengan yang lain, tergantung dari pengelaman belajarnya.
b. Perkembangan Pragmatik
Perkembangan pragmatik yang disebut dengan penggunaan bahasa menjadi hal yang penting pada perkembangan aspek bahasa anak usia SD. Bahasa
bagi siswa kelas rendah memiliki dua fungsi, yaitu: untuk berkomunikasi dan sarana untuk pemerolehan ilmu. Usia 6-8 tahun anak sudah mampu untuk bercerita mulai dari menggunakan kata penghubung, mampu untuk
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah
Hakikat pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra
disajikan sebagai sebuah keterampilan, bukan sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosa kata, teori sastra sebagai pendukung atau alat penjelas. Keterampilan bahasa yang perlu ditekankan adalah keterampilan reseptif
(mendengar dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). (Ngalimun, 2014:5).
Senada dengan Ngalimun, Suryaman (2012:19) berpendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa dikehendaki terjadinya kegiatan berbahasa, yaitu berupa kegiatan menggunakan bahasa. Secara umum, anak belajar membaca dan menulis
setelah mereka dapat berbicara. Jadi, berbagai unsur bahasa, seperti kosakata, bentuk serta makna kata, bentuk serta makna kalimat, bunyi bahasa, dan ejaan,
tidaklah diajarkan secara berdiri sendiri sebagai unsur-unsur yang terpisah, melainkan dijelaskan di dalam kegiatan berbahasa.
Tahun-tahun awal sekolah dasar adalah saat pertama kalinya anak-anak
belajar secara resmi bahasa Indonesia. Pembelajaran bukan lagi ditekankan pada kemampuan berbahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan
yang dimaksud meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut mestinya diajarkan secara terpadu. Guru memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan siswa. Guru perlu
menyiapkan diri dalam menyajikan bahan atau materi ajar, mentukan kegiatan yang akan dilakukan dengan siswa, dan mengupayakan agar bahan sajiannya
Depdiknas (2009) membaca dan menulis merupakan keterampilan yang
kompleks. Disebut kompleks karena menggabungkan dua kemampuan secara sekaligus yaitu secara visual ditengarai kemampuan mata dalam menangkap teks
dan kemampuan kognitif adalah kemampuan dalam memahami isi bacaan. Kesulitan yang banyak dialami siswa membuat guru harus mengajarkan kepada siswa dengan berbagai metode dan teknik yang bervariasi.
Suryaman (2012: 127) mengungkapkan, cara yang paling sering digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu melalui pengalaman
langsung. Cara belajar secara langsung lebih mudah dipahami dan bersifat konkret. Pengalaman dapat diperoleh secara langsung sehingga siswa dapat belajar mandiri dan komunikatif.
Menurut pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah hendaknya
ditekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis mestinya diajarkan secara terpadu. Guru hendaknya memberikan pengajaran yang sesuai dengan keterampilan
berbahasa dengan menggunakan metode dan teknik yang bervariasi dalam mengajar.
2.1.3.1 Keterampilan Membaca permulaan
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari,
peranan membaca tidak dapat dipungkiri. Ada beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca, antara lain dapat membantu memecahkan
pelatihan; memberi pengalaman estetis; meningkatkan prestasi; memperluas
pengetahuan, dan sebagainya.
Membaca merupakan salah satu keterampilan reseptif. Disebut reseptif
karena melalui membaca seseorang mampu memperoleh informasi pengetahuan dan pengalaman baru yang mempertinggi wawasannya. Membaca Permulaan menurut Slamet (2014: 24) sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca
selanjutnya. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan harus kuat sebagai dasar membaca permulaan di
kelas rendah sekolah dasar.
Kegiatan membaca memiliki nilai yang sangat strategis dalam upaya pengembangan diri. Membaca dapat diibaratkan sebagai kunci pembuka gudang
ilmu dan pengetahuan. Yunus (dalam Sudiana 2007: 3) mengibaratkan membaca sebagai jendela yang paling luas untuk menguasai pengetahuan. Demikianlah,
kemudian dikenal ungkapan membaca sebagai jendela dunia, yang artinya melalui membaca, wawasan atau cakrawala pengetahuan kita tentang dunia menjadi sangat luas.
Keterampilan membaca dan menulis, khususnya keterampilan membaca harus segera dikuasai oleh siswa di SD karena keterampilan ini secara langsung
berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak mampu
membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan
pelajaran, buku-buku bahan penunjang, dan sumber-sumber belajar tertulis yang
lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca.
Menurut pandangan Dalman (2013: 13) bahwa membaca bukan diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan adalah satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain.
Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa
yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan hanya menyangkut dua keterampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan
bermakna.
Kemampuan awal membaca diperoleh melalui interaksi sosial, yaitu lewat
hubungan antar sesama, bukan lewat pembelajaran secara formal. Owens dalam Ngalimun (2014: 36) mengemukakan 2 tahapan (fase) perkembangan membaca permulaan yaitu:
a. Tahap pramembaca
Tahap ini terjadi pada saat anak berada pada `taman kanak-kanak (prasekolah)
atau sebelum umur enam tahun. Tahap ini anak mampu mengenali angka dan huruf. Kebanyakan anak dapat mengenal nama mereka ketika ditulis. Dengan belajar lewat lingkungan misalnya, tanda-tanda dan nama benda yang
dilihatnya, kata-kata yang dikenalnya sedikit demi sedikit akan lepas dari konteksnya sehingga khirnya anak dapat mengenal kata-kata tersebut dalam
b. Tahap pertama
Anak berumur 6-7 tahun (kelas I sekolah dasar), anak memusatkan pada kata-kata lepas dalam kelimat sederhana atau cerita sederhana. Agar dapat
membaca, mereka perlu mengetahui sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, terbebas dari kesalahan membaca. Mereka harus mampu mengintegrasikan bunyi dan sistem tulisan. Pada umur 7-8 tahun anak
memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata,kata yang diperlukan untuk membaca. Pengetahuan ini banyak diperoleh di bangku sekolah.
2.1.3.2 Keterampilan Menulis Permulaan
Keterampilan dalam pembelajaran bahasa mencakup empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu aspek keterampilan yang
harus dikuasai oleh siswa adalah keterampilan menulis. Menulis berasal dari kata tulis. Tarigan (2008: 22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memehami bahasa dan gambaran grafik tersebut.
Ngalimun (2014:37-38) mengungkapkan bahwa perkembangan membaca dan menulis itu sejalan, karena kegiatan membaca biasanya dibarengi dengan
kegiatan menulis. Proses menulis dekat dengan menggambar, karena keduanya mewakili simbol tertentu. Namun, menulis berbeda dengan menggambar, dan hal ini diketahui oleh anak ketika berumur sekitar tiga tahun. Pendapat tersebut ditulis
Menulis tidak hanya melibatkan ejaan, melainkan pekerjaan yang
kompleks. Anak-anak yang baru belajar menulis sering lupa akan kebutuhan membaca. Anak-anak kelas I dan II sekolah dasar belum memperhatikan
pembaca, masih bersifat egosentrik. Mereka tidak memperhatikan format, jarak tulisan ejaan, dan tanda baca. Apabila salah satu segi diutamakan maka segi lainnya akan memburuk (Ngalimun, 2014: 37-38).
Tujuan utama menulis permulaan menurut Subana dan Sunarti (2009: 236) adalah mendidik anak-anak agar mampu menulis. Sebelum sampai pada tingkatan
menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal yaitu pengenalan lambang-lambang bunyi dan latihan memegang alat tulis. Pengetahuan maupun keterampilan yang diperoleh siswa pada pembelajaran menulis permulaan, akan menjadi landasan
alam peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang selanjutnya. Apabila dasar keterampilan menulis permulaan tersebut baik dan
kuat, maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai pada tingkat selanjutnya akan menjadi baik dan berkualitas.
Beberapa kemampuan yang diperlukan dalam memahami kompetensi
menulis antara lain, kemampuan berpikir secara logis dan teratur, kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas dalam bahasa yang efektif. Kemampuan
tersebut diperoleh melalui proses panjang yang diawali dengan kegiatan pengenalan lambang-lambang bunyi sampai pada proses menulis. Adapun proses persiapan menulis permulaan menurut Slamet (2007: 73) adalah sebagai berikut:
1. Duduk wajar dengan baik.
2. Meletakkan buku tangan dengan jarak ke mata yang cukup sengan sudut tegak
3. Memegang dan membaca bukudengan baik.
4. Melemaskan tangan dengan gerakan menulis di udara. 5. Memegang pensil dengan benar.
6. Melwmaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, menjiplak, melatih dasar menulis.
7. Melemaskan jari dengan menuliskan huruf dengan menggunakan jari (di tanah
atau di pasir).
Pembelajaran menulis permulaan untuk siswa kelas 2 SD diarahkan pada
kemampuan siswa dalam membentuk huruf dengan benar. Hal ini sejalan dengan tujuan umum dari kegiatan menulis permulaan menurut Iskandarwasid dan Sunendar (2008: 60) adalah memberi bekal pengetahuan dan keterampilan pada
siswa untuk dapat menulis dengan baik sehingga dapat mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adapun tujuan khususnya dalah sebagai berikut:
1. Memupuk dan mengembangkan kemampuan anak untuk memahami dan mengenalkan cara menulis dengan benar
2. Melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengenal dan
menuliskan huruf-huruf
3. Melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk menuliskan sesuatu
yang didengarnya
4. Melatih keterampilan anak untuk dapat menetapkan arti tertentu dari sebuah kata dalam suatu konteks.
2.1.3.3 Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan
Secara umum, keterampilan kerap dikaitkan dengan kecepatan dalam
dengan kata cekatan yaitu kepandaian melakukan sesuatu (Rufaida, 2010: 18).
Keterampilan menurut Soemarjadi, dkk (2005: 3) adalah kepandaian melakukan pekerjan dengan tepat dan benar. Jadi bila seseorang melakukan sesuatu dengan
cepat tetapi tidak tepat, aka ia tidak dapat dikatakan terampil.
Membaca menulis permulaan merupakan kepanjangan dari MMP. Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang
diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas- kelas awal pada saat peserta didik mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap
awal peserta didik memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan program pembelajaran utama (Mulyati, 2014: 6 dan Kemendikbud, 2012).
Pembelajaran membaca menulis permulaan merupakan salah satu kegiatan pokok yang harus diberikan kepada siswa sekolah dasar khususnya kelas rendah.
Membaca menulis permulaan merupakan keterampilan yang menjadi dasar untuk mempelajari keterampilan membaca menulis lanjut. Keterampilan membaca menulis permulaan merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sulit
dipelajari dan membutuhkan waktu yang tidak cepat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya sering mengalami hambatan atau kesulitan. Guru harus
memiliki kemampuan yang memadai dalam menentukan dan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan membaca menulis permulaan. Dengan demikian, diharapkan siswa akan senang dan cepat menguasai
2.1.3.4 Perbandingan SK dan KD dari KBK dan KTSP
Kurikulum (BSNP, 2006: 3) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pencapaian kemampuan sesuai standar yang telah ditetapkan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Crunkilton (1979 : 222) dalam Mulyasa, (2004 : 77) mengemukakan
sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh kerja.
Kurikulum KTSP yang menitik beratkan pada kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan. KBK merupakan
kurikulum yang menekankan pada kemampuan sesuai standar yang diterapkan. Kajian ulang dilakukan pada SK dan KD membaca dan menulis permulaan antara KBK dan KTSP. KBK yang yang sejalan dengan pencapaian kompetensi siswa
dan KTSP yang diartikan sebagai kesesuaian terhadap karakteristik siswa disekolahnya kemudian dikaji ulang untuk melakukan pengembangan buku
suplemen membaca dan menulis permulaan. Berikut adalah SK dan KD membaca dan menulis permulaan untuk KBK (2004) dan KTSP (2006):
Tabel 2.1 SK Membaca dan Menulis Kurikulum KBK kelas II semester 2
Membaca Menulis
1. Membaca nyaring teks sederhana 2. Membaca lancar (untuk memahami isi) 3. Mendeklamasikan dan melagukan 4. Membaca untuk kesenangan
1. Menggunakan ejaan dan tanda baca (huruf besar, tanda titik, dan tanda tanya).
2. Menulis dengan jelas dan rapi
menggunakan huruf tegak bersambung 3. Mengungkapkan pengalaman secara
tertulis menggunakan huruf lepas
Tabel 2.2 SK dan KD Membaca dan Menulis Kurikulum KTSP kelas II semester 2
Membaca
1. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati
1.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat
Menulis
2. Menulis permulaan dengan mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin puisi anak
2.1 Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar secara sederhana dengan bahasa tulis
2.2 Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung yang rapi
Kedua tabel diatas kemudian dikomparasi untuk mendapatkan SK, KD,
dan Indikator baru yang sesuai dikembangkan sesuai dengan kemampuan siswa dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Pengembangan buku suplemen
akan mengacu pada SK, KD, dan indikator baru yang merupakan kajian dari kurikulum KBK dan KTSP.
2.1.4 Bahan Ajar
Johnson (2008: 2) mengemukakan bahwa mengajar adalah pekerjaan yang sulit dan menantang. Anak-anak saat ini mengalami tekanan dari tantangan- tantangan emosi, mental, dan fisik yang memengaruhi perilaku dan kemampuan
belajar mereka. Untuk mengatasi hal itu, dibutuhkan guru yang sabar, bijaksana, memiliki rasa humor, serta pandai memilih bahan ajar yang relevan.
Sementara itu bahan ajar dapat membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru tidak terlalu banyak menjelaskan materi pelajaran di kelas (Sucipta & Swacita, 2006: 7). Bahan ajar juga dapat membantu siswa
dalam proses belajarnya sehingga siswa tidak selalu bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi.
Majid (2008: 173) mengungkapkan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar minimal mencakup: petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, latihan-latihan, dan evaluasi (Majid, 2008: 174).
Menurut Sumiati dan Asra (2008: 29) dengan mengaitkan bahan ajar dengan situasi kehidupan yang bersifat praktis, dapat memunculkan arti bahan
ajar tersebut bagi diri siswa sendiri. Dengan merasakan bahwa bahan ajar tersebut berarti atau bermakna, muncul rasa ingin mengetahui atau ingin memiliki.
Munculnya keinginan itu dapat meningkatkan minat untuk mempelajari.
Sutjipta (2006: 10) mengungkapkan bahwa bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai,
memotivasi siswa untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar siswa sehingga menyediakan bimbingan bagi siswa untuk mempelajari bahan tersebut,
memberikan latihan yang banyak bagi siswa, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada siswa secara individual.
Pemilihan jenis bahan ajar ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan dan
kedalaman materi, ciri khas materi pelajaran, kerumitan dalam pemilihan strategi pembelajaran, karakter siswa, kondisi sarana dan prasarana pembelajaran yang
tersedia. Sehingga bahan ajar yang dihasilkan: (1) fleksibel dan handal untuk diterapkan pada satuan pendidikan dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik yang bervariasi, (2) mudah untuk diadopsi atau diadaptasi oleh satuan
pendidikan, (3) memberi inspirasi bagi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih elaboratif, inovatif, dan efektif untuk diterapkan dalam
kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik
yang dapat digunakan sebagai (1) acuan, panduan, pedoman, sumber inspirasi atau referensi bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, silabus
dan bahan ajar dan (2) bahan untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhannya.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
adalah seperangkat materi yang disusun oleh guru atau orang-orang yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya dengan bentuk yang sistematis
sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Pengembangan bahan ajar untuk mata pelajaran apa saja pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip umum yang sama. Dimulai dari sajian yang mudah
sampai sajian yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, selanjutnya dari yang konkret sampai yang abstrak. Banyak pendekatan yang digunakan,
hanya saja karakteristik mata pelajaran dan kurikulum sebuah mata pelajaran yang menjadi acuan utama. Bahan ajar bahasa Indonesia berupa teks yang menimbulkan respon dari anak didik untuk menanggapi, memberikan pertanyaan,
menirukan, mempercakapkan baik secara lisan maupun tertulis.
Bahan ajar dapat digunakan untuk guru dan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) sehingga guru tidak terlalu banyak menyajikan materi di kelas. Tahap orientasi dapat dilakukan di rumah oleh siswa. Dengan demikian, guru mempunyai lebih banyak waktu untuk memberi bimbingan kepada siswa dan
2.1.4.1 Macam-macam Bahan Ajar
Prastowo (2014: 181) menyebutkan bahan ajar terdiri atas beberapa jenis, diantaranya: handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart, dan foto atau
gambar. Bahan ajar buku strukturnya terdiri dari empat komponen, yaitu: judul, kompetensi dasar atau materi pokok, latihan dan penilaian. Buku suplemen termasuk dalam bahan ajar yang berbentuk buku.
2.1.4.2 Buku Sebagai Bahan Ajar
Menurut Prastowo (2014: 244-245), buku ajar merupakan bagian penting
dari kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikan bahwa hampir di berbagai institusi pendidikan menggunakan buku ajar sebagai bahan ajar utamanya. Adapun fungsi dari buku ajar yaitu sebagai bahan referensi atau rujukan oleh siswa, sebagai
bahan evaluasi, sebagai alat bantu pendidikan dalam melaksanakan kurikulum, sebagai penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik
dan sebagai sarana untuk peningkatan karier atau jabatan.
Prastowo (2014: 244) menjelaskan bahawa pada dasarnya, buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover)
yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya Prastowo juga menuturkan bahwa buku ajar adalah buku berisi
ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, di mana buku tersebut digunakan oleh siswa untuk belajar.
Prastowo (2014: 243-244) membedakan buku dalam empat jenis, yaitu:
pertama adalah buku sumber yaitu buku yang bisa menjadi rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi kajian ilmu yang lengkap.
Ketiga, buku pegangan yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau
pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran. Keempat, buku bahan ajar yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau
materi pelajaran yang akan diajarkan.
Untuk buku ajar sendiri, bahan ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu buku ajar utama dan pelengkap. Buku ajar utama berisi bahan pelajaran
suaitu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok bagi siswa dan pendidik. Buku pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau meruakan
tambahanbagi buku ajar utama dan digunakan oleh pendidik dan siswa.
Prastowo, (2014: 252-260) mengungkapkan ada sejumlah langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Depdiknas pada buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar yaitu ada sembilan langkah dalam penyusunan bahan ajar. Adapun kesembilan langkah
tersebut, sebagai berikut: Pertama, melakukan analisis kurikulum. Analisis terhadap kurikulum tersebut meliputi pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, penentuan tema sentral dan pemetaan pokok bahasan. Kedua,
menentukan judul buku yang akan ditulis. Judul buku dalam bahan ajar disesuaikan dengan tema sentral pembelajaran. Ketiga, merancang outline buku
agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai kompetensi antarbidang studi. Keempat, mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan bahan ajar. Kelima, menulis bahan ajar dilakukan dengan
memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman belajar siswa. Keenam, mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan cara
member ilustrasi gambar, tabel, diagram, dan/atau sejenisnya, secara proposional
sehingga dapat mendukung penjelasan materi yang disajikan. Kesembilan, menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi.
Adapun kegunaan buku ajar yaitu sebagai berikut: pertama, buku ajar membantu peserta didik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kedua, buku ajar menjadi pegangan guru
dalam menentukan metode pengajaran. Ketiga, buku ajar memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.
Keempat, buku ajar memberikan pengetahuan bagi siswa maupun pendidik.
Kelima, buku ajar menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah
kenaikan pangkat dan golongan. Keenam, buku ajar menjadi sumber penghasilan
jika diterbitkan.
Sebagai salah satu jenis bahan ajar cetak, buku ajar memiliki sejumlah
karakteristik yang membedakannya dengan bahan ajar cetak lainnya. Ada empat karakteristik buku ajar, yaitu: pertama, secara formal buku ajar diterbitkan oleh penerbit tertentu. Kedua, optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Ketiga, bahan ajar disusun dan
dikembangkan berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku. Keempat, buku ajar memiliki beberapa keuntungan yaitu: (1) membantu guru melaksanakan kurikulum, (2) menjadi pegangan dalam menentukan metode pembelajaran, (3)
untuk mengulang pembelajaran bagi siswa, (4) dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, (6) memberikan keberlanjutan dan keruntutan meskipun
Selain itu, ada tiga ketentuan penting yang harus diperhatikan dalam
penyusunan bahan ajar, yaitu kurikulum pendidikan nasional yang sedang berlaku, berorientasi pada keterampilan proses, serta memberi gambaran secara
jelas tentang keterpaduannya atau keterkaitannya dengan disiplin ilmu lainnya. Sementara itu, lima komponen utama pada bahan ajar yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan dan penilaian.
Sementara itu, pengembangan dan penyusunan buku ajar dalam konteks kegiatan pembelajaran memiliki sejumlah tujuan diantaranya yaitu memudahkan
pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru dan menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi siswa.
2.1.4.3 Buku Suplemen
Suplemen (KBBI, 2008: 1359) memiliki arti sesuatu yang ditambahkan
untuk melengkapi. Buku suplemen menjadi sarana bagi siswa sebagai buku tambahan untuk melengkapi siswa dalam berlatih membaca dan menulis permulaan. Buku suplemen menjadi salah satu contoh dari bahan ajar yang berupa
buku cetak yang berfungsi sebagai pengayaan.
Buku suplemen sebagai buku pelengkap atau buku pengayaan adalah buku
yang berisi informasi sebagai pelengkap bahan ajar utama. Pengayaan yang dimaksud adalah pemberian materi tertentu yang disajikan secara lebih luas dan mendalam. Buku ini tidak disusun sepenuhnya berdasarkan kurikulum baik dari