• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan buku Suplemen Muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2 SD Negeri Kenaran 3.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan buku Suplemen Muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2 SD Negeri Kenaran 3."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). Pengembangan Buku Suplemen Muatan

Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Kenaran 3.

Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan.Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan buku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2, (2) mendeskripsikan buku suplemen pelajaran keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2.

Prosedur pengembangan bahan ajar mengacu pada teori Borg dan Gall dan pengembangan buku suplemen menggunakan model Dick dan Carey. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 7 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupabuku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD N Kenaran 3, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh Pakar bahasa Indonesia, dua guru kelas II SD, dan 6 siswa kelas II SD.

Berdasarkan validasi dua pakar bahasa Indonesia, buku suplemen memperoleh skor 3,55 dan 4 dengan kategori baik, dua guru kelas II SD dengan skor

4,48 dan 4,59 dengan kategori “sangat baik”, serta 6 siswa kelas II SD N Kenaran 3 dengan skor 4,53 dengan kategori “sangat baik”. Buku suplemen tersebut memperoleh rerata skor 4,23 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Penilaian kualitas buku suplemen ini ditinjau dari limaaspek yaitu, (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dengan demikian buku suplemen yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan ajar yang berfungsi sebagai pengayaan.

(2)

ABSTRACT

Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). The Development of Indonesian Supplement

Books For Second Grade Students in Semester 2 in SD Negeri Kenaran 3 .Thesis.

Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

This research is a development research. The main goals of this research are (1) develop a supplement book for reading and writing skill in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester. (2) To describe supplement book for reading and writing skills in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester.

The Procedure of material development refers to the theory from Borg and Gall and the development of the supplement book use the model from Dick and Carey. Those procedures of the development are adapted to an advanced development which is simpler and becomes the base of the research. The procedures of the development are using 7 steps which are: (1) problem and potential, (2) data

gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, (5) design revision, (6) design trial implementation, (7) design revision, and the final result is a supplement book of Indonesian language writing and reading skill for second grade student on second semester. The research instrument used is interview and questionnaire. The interview is used to analize the teacher’s need of SD N Kenaran 3Prambanan while the questionnaire is used to validate quality of the teaching material by Indonesian

language’s experts, two teachers of grade II, and 6 grade II students.

Based on the validation from two Indonesian language’s experts, the

supplement book gets 3,55 and 4 points equal to “good” categorize, two second grade elementary school teachers give the supplement book 4,48 and 4,59 pointsequal

to “very good”, and from 6 second grade student of SD N Kenaran 3, the supplement book gets 4,53 points equal to “very good”. The supplement book gets average score of 4,23 and categorize as “very good”. The quality of the supplement book gained

from five aspect which are (1) goal and approach, (2) design and organization, (3) content, (4) topic, and (5) methodology.Therefore the developedsupplement bookis suitable to be the source for study and functioned as enrichment for the study.

(3)

PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN

MUATAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA

UNTUK SISWA KELAS II SEMESTER 2

SD NEGERI KENARAN 3

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Goretti Dyah Yuliyanti NIM: 121134010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGEMBANGAN BUKU SUPLEMEN

MUATAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA

UNTUK SISWA KELAS II SEMESTER 2

SD NEGERI KENARAN 3

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Goretti Dyah Yuliyanti NIM: 121134010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS

Sumber segala rahmat yang selalu memberikan kemudahan dan kelancaran disetiap langkahku

Orang tuaku tercinta

Bapak Paulus Ratidjan (†) dan Ibu Caecilia Sri Mulyati atas segala doa, motivasi, dan pengorbanan selama ini

Kakakku tersayang

Stephanus Budi Wiryawan, Anastasia Wahyuningsih, Ferdinandus Dani Prabowo, Lusia Widiastuti, FX. Tri Purwanto, dan Theresia Ani Puspita Sari yang selalu mendukung dan mendoakan demi kelancaran

studiku

Silvester Wisnu Hanggarjito

Terima kasih atas perhatian, motivasi dan dukungannya

Semua Sahabatku

Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian berikan

(8)

v

MOTTO

Segala perkara dapat kutanggung dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4:13)

(9)
(10)
(11)

viii

ABSTRAK

Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). Pengembangan Buku Suplemen Muatan

Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Kenaran 3.Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata

Dharma.

Penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan.Tujuan utama dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan buku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2, (2) mendeskripsikan buku suplemen pelajaran keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2.

Prosedur pengembangan bahan ajar mengacu pada teori Borg dan Gall dan pengembangan buku suplemen menggunakan model Dick dan Carey. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 7 langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, hingga menghasilkan desain produk final berupabuku suplemenketerampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas II SD N Kenaran 3, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh Pakar bahasa Indonesia, dua guru kelas II SD, dan 6 siswa kelas II SD.

Berdasarkan validasi dua pakar bahasa Indonesia, buku suplemen memperoleh skor 3,55 dan 4 dengan kategori baik, dua guru kelas II SD dengan skor 4,48 dan 4,59 dengan kategori “sangat baik”, serta 6 siswa kelas II SD N Kenaran 3 dengan skor 4,53 dengan kategori “sangat baik”. Buku suplemen tersebut memperoleh rerata skor 4,23 dan termasuk dalam kategori “sangat baik”. Penilaian kualitas buku suplemen ini ditinjau dari limaaspek yaitu, (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dengan demikian buku suplemen yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan ajar yang berfungsi sebagai pengayaan.

(12)

ix

ABSTRACT

Yuliyanti, Maria Goretti Dyah. (2016). The Development of Indonesian

Supplement Books For Second Grade Students in Semester 2 in SD Negeri Kenaran 3.Thesisi. Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher

Education, Sanata Dharma University.

This research is a development research. The main goals of this research are (1) develop a supplement book for reading and writing skill in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester. (2) To describe supplement book for reading and writing skills in Indonesian language lesson for grade II elementary school student on second semester.

The Procedure of material development refers to the theory from Borg and Gall and the development of the supplement book use the model from Dick and Carey. Those procedures of the development are adapted to an advanced development which is simpler and becomes the base of the research. The procedures of the development are using 7 steps which are: (1) problem and potential, (2) data gathering, (3) product design, (4) professionals’ validation, (5) design revision, (6) design trial implementation, (7) design revision, and the final result is a supplement book of Indonesian language writing and reading skill for second grade student on second semester. The research instrument used is interview and questionnaire. The interview is used to analize the teacher’s need of SD N Kenaran 3Prambanan while the questionnaire is used to validate quality of the teaching material by Indonesian language’s experts, two teachers of grade II, and 6 grade II students.

Based on the validation from two Indonesian language’s experts, the supplement book gets 3,55 and 4 points equal to “good” categorize, two second grade elementary school teachers give the supplement book 4,48 and 4,59

pointsequal to “very good”, and from 6 second grade student of SD N Kenaran 3, the supplement book gets 4,53 points equal to “very good”. The supplement book

gets average score of 4,23 and categorize as “very good”. The quality of the supplement book gained from five aspect which are (1) goal and approach, (2) design and organization, (3) content, (4) topic, and (5) methodology.Therefore the developedsupplement bookis suitable to be the source for study and functioned as enrichment for the study.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul

Pengembangan Buku Suplemen Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas II Semester 2 SD Negeri Kenaran 3” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

PGSD.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah melayani peneliti dengan baik.

7. Pakar Bahasa Indonesia yang telah bersedia memberikan saran, masukan, dan pendapat dalam proses validasi produk, sehingga produk dapat disusun dan dikembangkan dengan maksimal.

(14)
(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGSAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. iv

HALAMAN MOTTO ……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……… vii

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ………... 7

BAB II LANDASAN TEORI ……….. 9

2.1 Kajian Teori ………... 9

(16)

xiii

2.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Rendah ………. 9

2.1.2 Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah ……….. 12

2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah ……….. 18

2.1.3.1 Keterampilan Membaca Permulaan ……….. 19

2.1.3.2 Keterampilan Menulis Permulaan ………. 22

2.1.3.3 Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan ……. 24

(17)

xiv

3.2.5 Revisi Desain ……… 50

3.2.6 Uji Coba Desain ……… 51

3.2.7 Revisi Desain ……… 51

3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ………... 51

3.4 Uji Coba Produk ………. 52

4.1.1 Hasil Wawancara Survei Kebutuhan ……… 62

4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara Survei Kebutuhan …………... 64

(18)

xv

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ……….. 72

4.3.1 Data Validasi Pakar Bahasa Indonesia SD ………... 73

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 SK Membaca dan Menulis Permulaan Kurikulum KBK Kelas II

Semester 2 ………... 27

Tabel 2.2 SK dan KD Membaca dan Menulis Kurikulum KTSP kelas II Semester 2 ………... 27

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ………... 52

Tabel 3.2 Daftar Pertanyaan Wawancara Guru Kelas II ………... 53

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validitas Untuk Pakar dan Guru …………. 55

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validitas Untuk Siwa ………. 56

Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima ……… 58

Tabel 3.6 Kriteria Skor Skala Lima ……….. 59

Tabel 4.1 SK dan KD Buku Suplemen Membaca dan Menulis Permulaan Kelas II semester 2 ……… 67

Tabel 4.2 Penjabaran Latihan-latihan yang terdapat dalam Buku Suplemen … 69 Tabel 4.3 Komentar Pakar Bahasa Indonesia dan Revisi ……….. 75

Tabel 4.4 Komentar Guru Kelas II dan Revisi ……….. 76

Tabel 4.5 Komentar Siswa Kelas II SD N Kenaran 3 dan Revisi ………. 78

Tabel 4.6 Rerata Validasi Siswa Kelas II SD N Kenaran 3 ……….. 78

Tabel 4.7 SK dan KD Buku Suplemen Membaca dan Menulis Permulaan Kelas II Semester 2 ………... 83

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Sistem Pembelajaran Dick dan Carey ………... 36

Gambar 2.2 Literature Map Penelitian-penelitian Terdahulu ……….. 43

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pengembangan Bahan Ajar ………... 48

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Analisis Kebutuhan ……… 98

Lampiran 2 Hasil Validasi Pakar Bahasa Indonesia ………. 100

Lampiran 3 Hasil Validasi Guru Kelas II ………. 106

Lampiran 4 Hasil Validasi Siswa Kelas II ………..………... 112

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian ………..………. 124

Lampiran 6 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ……… 125

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian …….……….………... 126

Lampiran 8 Biodata Peneliti ………..…….……….………... 127

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa memiliki kedudukan yang sangat penting. Penekanan didalam pembelajaran Bahasa terdapat pada empat keterampilan dasar

yang perlu dikembangkan yaitu, menyimak/mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills) dan menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut memiliki kaitan yang erat yang pada dasarnya

merupakan sebuah kesatuan (Tarigan, 2008: 1).

Keterampilan menyimak dan berbicara pada anak telah diperoleh sebelum

masuk ke sekolah, sedangkan keterampilan membaca dan menulis dipelajari saat berada di bangku sekolah. Keterampilan membaca dan menulis dipelajari anak sebagai sarana untuk pemerolehan ilmu. Membaca dan menulis permulaan

merupakan keterampilan berbahasa yang yang sangat penting ketika anak duduk di bangku sekolah dasar. Sebagai sarana pemerolehan ilmu, membaca dan menulis memiliki keterkaitan yang kuat. Melalui kegiatan membaca dan menulis seorang

siswa tentu akan mendapatkan berbagai pengalaman baru di dalamnya.

Kemampuan membaca dan menulis, menjadi kunci utama dalam menggali

informasi dari berbagai sumber tertulis. Sebagai langkah awal untuk membekali dasar kemampuan membaca dan menulis, dilakukan upaya pengembangan kemampuan membaca dan menulis mulai dari sekolah dasar. Pembekalan

(23)

awal masa sekolah dasar pembelajaran Bahasa Indonesia ditekankan pada keterampilan membaca dan menulis (Mulyati, 2015: 1).

Keterampilan membaca permulaan merupakan keterampilan yang reseptif.

Reseptif memiliki arti bahwa keterampilan membaca berperan dalam pemerolehan informasi pengetahuan dan pengalaman baru (Slamet, 2014: 24). Depdiknas

(2009) membaca memerlukan kemampuan visual yang didukung oleh kemampuan mata menangkap kata dalam teks dan kemampuan kognitif dalam memahami teks. Dasar-dasar kemampuan membaca yang baik dapat membekali

siswanya agar mudah untuk memahami isi makna pembelajaran sehingga ilmu dapat diperoleh secara optimal. Semakin cepat dapat membaca maka peluang

untuk memahami pelajaran di sekolah juga semakin besar.

Keterampilan menulis permulaan merupakan jenis kemampuan yang sifatnya produktif karena dapat menghasilkan tulisan. Menulis merupakan

kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh dari proses yang panjang, mulai dari tingkatan awal atau permulaan yang mencakup pengenalan simbol dan garis. Kemampuan

menulis yang diperoleh pada permulaan menjadi dasar untuk memperdalam kemampuan yang selanjutnya. Apabila dasar tersebut tidak baik, maka akan

menghambat perkembangan kemampuan yang selanjutnya dan akan menimbulkan berbagai masalah. (Slamet, 2014: 45).

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 25 April 2015 yang dilakukan

dengan wali kelas II di SD N Kenaran 3, beliau memaparkan bahwa masih terdapat sebagian siswa yang belum lancar dalam membaca, beberapa siswa

(24)

membaca juga mengalami kesulitan dalam membedakan dan menggunakan huruf dalam kata. Siswa kesulitan membedakan huruf b, p dan d, penggunaan huruf dalam kata yang masih salah contohnya adab menjadi adap, mantab menjadi

mantap, dan tekad menjadi tekat. Guru juga mengalami kesulitan dalam membaca tulisan siswa, sebagian besar siswa terutama siswa laki-laki memiliki kemampuan

menulis yang kurang baik karena tulisannya susah untuk dibaca.

Hasil observasi di kelas II pada tanggal 24 April dan 1 Mei 2015 memberikan informasi bahwa masih terdapat sebagian siswa yang belum bisa

membaca dengan lancar. Beberapa diantaranya memang masih mengeja ketika membaca kalimat. Hasil pekerjaan siswa juga menunjukkan bahwa siswa

memiliki tulisan yang tidak rapi, baik menulis menggunakan huruf lepas maupun menggunakan hurut tegak bersambung. Permasalahan juga terlihat pada penggunaan huruf kapital pada tengah kata, tidak lurus sesuai garis di buku,

kurang lengkap dalam menulis kata, dan kurang teliti dalam memberikan tanda baca titik dan penggunaan huruf kapital. Guru kurang memberikan perhatian pada siswa yang memiliki tulisan yang kurang rapi dan yang masih belum lancar dalam

membaca. Hasil koreksian terhadap pekerjaan siswa juga masih kurang teliti, hanya sebatas melihat tanpa membaca secara teliti dari awal hingga akhir.

Guru kelas II SD N Kenaran 3 memberikan informasi bahwa selama menjadi guru di kelas II hanya menggunakan referensi 1 buku paket Bahasa Indonesia dan 1 buku LKS dan tidak mempunyai buku pedoman membaca dan

menulis permulaan. Guru juga memaparkan bahwa selama ini belum pernah membuat atau menggunakan buku suplemen yang dapat membantu kesulitan

(25)

Bahan ajar menjadi penunjang bagi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia supaya siswa dapat berlatih secara aktif dan mandiri. Bahan ajar adalah seperangkat materi atau pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematis dan

menampilkan keutuhan kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan belajar (Hernawan, dkk., 2015: 3). Bahan ajar yang dapat digunakan adalah bahan

ajar berupa buku ajar. Buku ajar membantu guru untuk melaksanakan kurikulum yang sedang berlaku, panduan guru dalam menggunakan metode mengajar, dan membuat siswa belajar mandiri (Prastowo, 2014: 245). Bahan ajar dibedakan

menjadi bahan ajar utama dan bahan ajar pelengkap. Buku Suplemen merupakan buku pelengkap atau buku pengayaan berisi informasi yang melengkapi buku

pelajaran pokok (Sitepu, 2012: 16). Berdasarkan paparan guru kelas II, sejauh ini belum ada buku suplemen yang diberikan pemerintah untuk mengatasi permasalahan mengenai membaca dan menulis permulaan.

Berdasarkan uraian di atas, untuk membantu beberapa kesulitan membaca dan menulis permulaan, maka peneliti mencoba untuk mengembangkan buku suplemen yang dapat menjadi solusi membantu guru untuk menangani

permasalahan yang ada dengan judul penelitian “Pengembangan Buku Suplemen

Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa Kelas II semester 2 SD N

(26)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana mengembangkan buku suplemen keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2

SD N Kenaran 3?

2. Bagaimana kualitas buku suplemen keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2 SD N

Kenaran 3?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengembangkan buku suplemen keterampilan membaca dan

menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2

SD N Kenaran 3.

2. Untuk mendeskripsikan kualitas buku suplemen pelajaran keterampilan membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa

kelas II semester 2 SD N Kenaran 3.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi mahasiswa

Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan menambah

(27)

membaca dan menulis dalam pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 2 SD N Kenaran 3.

2. Bagi guru

Penelitian pengembangan buku suplemen ini dapat dijadikan salah satu alternatif referensi yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia pada keterampilan membaca dan menulis untuk siswa kelas II semester 2 SD N Kenaran 3.

3. Bagi siswa

Buku suplemen ini membantu siswa kelas II semester 2 SD N Kenaran 3 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan

membaca dan menulis. 4. Bagi sekolah

Sebagai referensi bagi sekolah untuk mengembangkan buku suplemen

mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengacu pada keterampilan membaca dan menulis.

5. Bagi Prodi PGSD

Penelitian pengembangan ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku suplemen

(28)

1.5 Batasan Istilah

Agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda, maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

1. Membaca dan menulis permulaan bagi kelas rendah merupakan pembelajaran yang diajarakan untuk meningkatkan keterampilan membaca

dan menulis secara maksimal sebagai langkah awal untuk memahami keterampilan yang lain.

2. Buku suplemen adalah buku yang berfungsi sebagai pengayaan, memuat

materi pembelajaran Bahasa Indonesia dan dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis sehingga siswa mampu

belajar secara mandiri.

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1. Buku suplemen disusun sebagai sumber belajar siswa untuk meningkatkan

keterampilan membaca dan menulis permulaan.

2. Buku suplemen disusun secara sistematis dengan memperhatikan komponen kata pengantar; daftar isi; SK, KD, dan indikator; petunjuk

umum; latihan-latihan, review, refleksi, dan daftar referensi.

3. Buku suplemen bersifat kontekstual (mengaitkan dengan lingkungan

sekitar)

4. Buku suplemen disusun sesuai dengan tingkat perkembangan anak kelas rendah (konkret, menarik, kontekstual, dari sederhana hingga kompleks)

6. Buku suplemen disusun atas berbagai latihan yang variatif yang dapat dikerjakan secara mandiri (membaca nyaring, berbicara, menulis,

(29)

7. Buku suplemen dilengkapi dengan CD yang berguna untuk memudahkan siswa dalam berlatih membaca.

(30)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Landasan teori ini berisi kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka

berpikir, dan pertanyaan penelitian. Bagian landasan teori akan menjabarkan teori-teori yang relevan dengan penelitian. Selain itu, bab ini juga membahas hasil

penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Dari kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan tersebut dirumuskan kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Rendah

Perkembangan manusia adalah proses seumur hidup. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi dalam semua aspek dari rentang kehidupan. Perkembangan pada anak merupakan bagian dari perkembangan

manusia yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial yang dimulai dari usia 0 – 11 tahun (Papalia & Feldman, 2014: 4-8).

Masa usia SD sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia

6 tahun sampai 11 atau 12 tahun. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa SD. Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan masa

kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a. Masa kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun-9/10 tahun, biasanya siswa duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar.

(31)

Izzaty, dkk. (2008: 116), menyebutkan ciri-ciri khas siswa masa kelas

rendah Sekolah Dasar adalah:

1. Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.

2. Suka memuji diri sendiri.

3. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.

4. Suka membandingkan dirinya sendiri dengan siswa lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.

5. Suka meremehkan orang lain.

Yusuf, Syamsu (2009: 24-25) menyebutkan bahwa pada umur 6-7 sampai umur 9-10 tahun, anak biasanya memasuki masa kelas-kelas rendah sekolah dasar.

Masa ini juga disebut sebagai masa keserasian bersekolah karena anak-anak lebih mudah untuk dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Anak kelas rendah

memiliki beberapa sifat yang khas antara lain:

a. Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat banyak prestasi yang diperoleh).

b. Sikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

c. Adanya kecenderungan untuk memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri)

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.

e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.

f. Pada masa ini (terutama usia 6,0 – 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya pantas diberi nilai baik

(32)

Piaget (Suparno, 2011: 24) mengemukakan bahwa siswa SD berada pada

tahap operasional konkret (7 hingga 11 tahun), dimana konsep yang ada pada awal usia ini adalah konsep yang samar-samar dan sekarang lebih konkret. Siswa

usia SD menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalah-masalah aktual, siswa mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret (Izzaty, dkk., 2008: 105-106). Santrock (2007: 271)

juga mengemukakan bahwa selama tahapan operasional konkret siswa dapat menunjukkan operasi-operasi konkret, berpikir logis, mengklasifikasikan benda,

dan berpikir tentang relasi antara kelas-kelas benda. Kemampuan berfikir pada tahap ini ditandai dengan aktivitas mental seperti mengingat, memahami, dan memecahkan masalah. Pengalaman hidup siswa memberikan andil dalam

mempertajam konsep. Pada tahapan ini siswa usia SD mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi karena proses kognitifnya tidak lagi egosentris dan

lebih logis (Izzaty, dkk., 2008: 107).

Berdasarkan beberapa pendapat dari beberapa ahli, karakteristik perkembangan siswa kelas rendah umumnya berusia 6-10 tahun. Usia tersebut

anak tergolong dalam kelas rendah yaitu berada pada kelas I sampai III sekolah dasar dan berada tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa berpikir atas

dasar pengalaman yang konkret atau nyata yang pernah dilihat dan dialami. Siswa belum bisa berpikir secara abstrak. Karakteristik yang muncul pada tahap ini dapat dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi

(33)

2.1.2 Perkembangan Bahasa Anak SD Kelas Rendah

Berbahasa adalah sistem komunikasi berdasarkan pada kata-kata dan tata bahasa. Sekali anak mengenal kata, mereka dapat menggunakannya untuk

merepresentasikan objek dan tindakan. Mereka mampu merefleksikan individu, tempat dan benda-benda. Mereka dapat mengkomunikasikan kebutuhannya, perasaannya, dan ide-ide untuk mengerahkan lebih banyak kontrol terhadap

kehidupan mereka (Papalia, 2014:174). Sedangkan Corw & Crow dalam Djamarah, (2011: 46) menjelaskan bahwa bahasa merupakan alat ekspresi bagi

manusia. Melalui bahasa manusia dapat mengorganisasikan bentuk-bentuk ekspresinya dalam kehidupan sosial di masyarakat.

Sebagai alat yang penting, bahasa memiliki dua fungsi (Djamarah, 2011:

46) yaitu: (1) bahasa sebagai sarana pembangkit dan pembangun hubungan yang memperluas pikiran seseorang sehingga kehidupan mental seorang individu

menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mental kelompok. (2) bahasa sebagai sarana yang mempengaruhi kepribdian. Dengan menggunakan bahasa dapat diubah cara berpikir seseorang.

Perkembangan bahasa pada anak SD kelas rendah sangatlah beragam. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya keadaan sosial ekonomi keluarga,

lingkungan pergaulan, dan faktor dari keluarga itu sendiri. Selain itu, pemerolehan bahasa juga berdasarkan proses bawah sadar yang tidak disadari dan diperoleh secara alami tanpa memerlukan kegiatan pembelajaran secara formal.

Perkembangan bahasa akan berkembang sejalan dengan usia anak.

Menurut Sunarto dan Hartono dalam Djamarah (2011: 48) perkembangan

(34)

secara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda atau isyarat. Kemampuan

berbahasa diperoleh secara bertahap. Tahap berbahasa mereka berjalan bersamaan dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Perkembangan

bahasa anak ditandai dengan bunyi-bunyi atau ucapan dari sederhana yang lebih kompleks. Slamet (2014:7-18) menjabarkan bahwa perkembangan bahasa anak dibagi kedalam 4 tahap, yaitu:

a. Tahap Pralinguistik (0-12 bulan)

Pada tahap ini anak mampu mengucapkan beberapa bunyi-bunyian atau

konsonan yang memiliki makna dan mengacu pada sebuah kata. Perkembangan bahasa pada tahap ini disebut dengan tahap pralinguistik. Pada usia 4-7 bulan disebut dengan masa ekspansi karena bayi sudah dapat

mengahsilkan suara-suara baru seperti: menggeram, memekikm dan bisikan. Pada usia 7-12 bulan, bayisudah mampu mengucapkan suku kata dan menggandakan menjadi sebuah kata seperti “mamama” dan “dadada”.

b. Tahap Satu-Kata (12-18 bulan)

Pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan satu kata yang mewakili sebuah kalimat. Contoh “Maem” maksudnya minta makan, “Mama”

maksudnya memanggil mama. Kata yang diucapkan sangat berkaitan dengan

objek nyata dan perbuatan. Pemahaman terhadap kata yang diucapkan memang tidak mudah dan perlu memperhatikan aktivitas (gerak isyarat, ekspresi, dan benda yang ditunjuk oleh anak. Penyebabnya adalah bahasa

(35)

b. Tahap Dua-Kata (18-24 bulan)

Tahap ini anak sudah mampu menggunakan kombinasi dua kata yang berupa ucapan-ucapan pendek. Misalnya “Ma, pelgi”, maksudnya “Mama, saya mau pergi”. Anak sudah mampu mengenal berbagai makna, namum belum dapat

menggunakan bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu, selain itu, anak juga belum mampu menggunakan kata ganti saya, aku,

kamu, dia, mereka dan sebagainya. c. Tahap Banyak-Kata (3-5 tahun)

Usia 3-5 tahun anak semakin kaya akan perbendaharaan kosakata. Tuturan anak lebih panjang dan tata bahasanya juga lebih teratur. Anak mampu menggunakan berbagai bahasa dalam berbagai cara untuk bertanya,

menghibur, bercanda dan berbagai keperluan yang lain.

Sejalan dengan itu, Ross dan Roe (Slamet, 2014:11) membagi tahapan

perkembangan bahasa anak dalam tiga fase yaitu: a. Perkiraan umur 0-2 tahun.

Anak mampu menyebutkan bunyi bahasa dan kata sederhana, tahap ini disebut

fase fonologis.

b. Perkiraan umur 2-7 tahun.

Kemampuan anak menunjukkan kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat, tahap ini disebut dengan perkembangan bahasa fase sintaktik.

c. Perkiraan umur 7-11 tahun.

(36)

Yusuf, Syamsu (2009:179-180) mengemukakan masa anak usia sekolah

dasar (6-12 tahun) merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada masa awal ini, anak sudah

mampu menguasai sekitar 2.500 kata dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) anak mampu menguasai sekitar 50.000 kata. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:

a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak menjadi matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.

b. Proses belajar, anak telah matang berbicara kemudian mempelajari bahasa orang lain dengan cara meniru ucapan/kata yang didengarnya. Dua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga ketika memasuki usia

sekolah dasar anak sudah mampu:

1) Dapat membuat kalimat yang lebih sempurna

2) Dapat membuat kalimat majemuk

3) Dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.

Pelajaran bahasa yang diberikan di sekolah dibuat untuk menambah

perbendaharaan kata, mengajar menyusun struktur kalimat, peribahasa, kesusastraan dan mengarang. Melalui pembelajaran bahasa, siswa diharapkan

mampu menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk: a. Berkomunikasi dengan orang lain,

b. Menyatakan isi hati (perasaannya),

c. Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya, d. Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat),

(37)

Owens (Ngalimun & Alfulaila, 2014:11-16) menjelaskan bahwa

perkembangan bahasa yang paling nampak adalah perkembangan semantik dan pragmatik.

a. Perkembangan Semantik dan bahasa figuratif 1. Perkembangan Semantik

Tahun awal memasuki sekolah dasar merupakan proses perkembangan

semantik yang dihubungkan dengan kemampuan kognitif (Owens, 1992: 374 dalam Ngalimun, 2014: 11). Anak mengalami peningkatan jumlah kosa kata dan

makna. Dampaknya adalah adanya penggunaan bahasa figuratif.

Pada usia awal, terjadi penggunaan istilah dalam menyatakan tempat

seperti “ini”, “itu” kemudian berkembang dan mampu memahami istilah-istilah

lain seperti, jauh, dekat, kiri, kanan, atas, bawah dan sebagainya. Pada usia sekolah dan dewasa anak mampu memahami dan menggunakan suatu kata dengan

makna yang tepat (horizontal) dan mengalami peningkatan jumlah kata-kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (vertikal). Selain itu, kemampuan anak dalam mengidentifikasi kata-kata meningkat dengan cara konseptual yang

berdasarkan pengalaman individu ke makna yang lebih bersifat umum yang dibentuk bersama dan anak-anak membentuk sebuah definisi berupa kata yang

disusun kedalam kalimat menjadi sesuatu yang lebih kompleks. 2. Bahasa dan Proses Figuratif

Anak usia sekolah mampu mengembangkan bahasa figuratif dan

memungkinkan menggunakan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata-kata yang tidak sebenarnya. Yang termasuk didalamnya yaitu

(38)

Ungkapan adalah pernyataan pendek yang telah digunakan bertahun-tahun

dan tidak dapat dianalisis secara gramatikal (kamar mandi, rumah makan, buah hati, dan sebagainya). Metafora dan kiasan adalah bentuk ucapan yang

membandingkan benda yang sebenarnya dengan khayalan (suaranya membelah bumi). Dalam metafora perbandingan dinyatakan secara implisit, sedangkan kiasan adalah perbandingan secara eksplisit yang biasanya dinyatakan dengan

kata “seperti” atau “bagaikan”. Peribahasa sendiri diartikan sebagai pernyataan

pendek yang sudah dikenal yang berisi kebenaran yang terterima, pikiran yang

berguna, atau nasihat.

Anak usia 5-7 tahun memiliki pemahaman yang berbeda dengan anak usia 8-9 tahun. Perkembangan pemahaman berupa ungkapan, peribahasa akan terus

berkembang dan meningkat pada akhir masa anak-anak hingga dewasa. Ketepatan pemehaman akan terus meningkat sejalan dengan berakhirnya masa anak-anak.

Namun, perkembangan ini bervariasi antara anak yang satu dengan yang lain, tergantung dari pengelaman belajarnya.

b. Perkembangan Pragmatik

Perkembangan pragmatik yang disebut dengan penggunaan bahasa menjadi hal yang penting pada perkembangan aspek bahasa anak usia SD. Bahasa

bagi siswa kelas rendah memiliki dua fungsi, yaitu: untuk berkomunikasi dan sarana untuk pemerolehan ilmu. Usia 6-8 tahun anak sudah mampu untuk bercerita mulai dari menggunakan kata penghubung, mampu untuk

(39)

2.1.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah

Hakikat pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa, kosakata, dan sastra

disajikan sebagai sebuah keterampilan, bukan sebagai pengetahuan tata bahasa, teori pengembangan kosa kata, teori sastra sebagai pendukung atau alat penjelas. Keterampilan bahasa yang perlu ditekankan adalah keterampilan reseptif

(mendengar dan membaca) dan keterampilan produktif (menulis dan berbicara). (Ngalimun, 2014:5).

Senada dengan Ngalimun, Suryaman (2012:19) berpendapat bahwa dalam pembelajaran bahasa dikehendaki terjadinya kegiatan berbahasa, yaitu berupa kegiatan menggunakan bahasa. Secara umum, anak belajar membaca dan menulis

setelah mereka dapat berbicara. Jadi, berbagai unsur bahasa, seperti kosakata, bentuk serta makna kata, bentuk serta makna kalimat, bunyi bahasa, dan ejaan,

tidaklah diajarkan secara berdiri sendiri sebagai unsur-unsur yang terpisah, melainkan dijelaskan di dalam kegiatan berbahasa.

Tahun-tahun awal sekolah dasar adalah saat pertama kalinya anak-anak

belajar secara resmi bahasa Indonesia. Pembelajaran bukan lagi ditekankan pada kemampuan berbahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan

yang dimaksud meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut mestinya diajarkan secara terpadu. Guru memiliki peran yang sangat menentukan keberhasilan siswa. Guru perlu

menyiapkan diri dalam menyajikan bahan atau materi ajar, mentukan kegiatan yang akan dilakukan dengan siswa, dan mengupayakan agar bahan sajiannya

(40)

Depdiknas (2009) membaca dan menulis merupakan keterampilan yang

kompleks. Disebut kompleks karena menggabungkan dua kemampuan secara sekaligus yaitu secara visual ditengarai kemampuan mata dalam menangkap teks

dan kemampuan kognitif adalah kemampuan dalam memahami isi bacaan. Kesulitan yang banyak dialami siswa membuat guru harus mengajarkan kepada siswa dengan berbagai metode dan teknik yang bervariasi.

Suryaman (2012: 127) mengungkapkan, cara yang paling sering digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu melalui pengalaman

langsung. Cara belajar secara langsung lebih mudah dipahami dan bersifat konkret. Pengalaman dapat diperoleh secara langsung sehingga siswa dapat belajar mandiri dan komunikatif.

Menurut pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah hendaknya

ditekankan pada keterampilan berbahasa. Keterampilan tersebut meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis mestinya diajarkan secara terpadu. Guru hendaknya memberikan pengajaran yang sesuai dengan keterampilan

berbahasa dengan menggunakan metode dan teknik yang bervariasi dalam mengajar.

2.1.3.1 Keterampilan Membaca permulaan

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari,

peranan membaca tidak dapat dipungkiri. Ada beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca, antara lain dapat membantu memecahkan

(41)

pelatihan; memberi pengalaman estetis; meningkatkan prestasi; memperluas

pengetahuan, dan sebagainya.

Membaca merupakan salah satu keterampilan reseptif. Disebut reseptif

karena melalui membaca seseorang mampu memperoleh informasi pengetahuan dan pengalaman baru yang mempertinggi wawasannya. Membaca Permulaan menurut Slamet (2014: 24) sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca

selanjutnya. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan harus kuat sebagai dasar membaca permulaan di

kelas rendah sekolah dasar.

Kegiatan membaca memiliki nilai yang sangat strategis dalam upaya pengembangan diri. Membaca dapat diibaratkan sebagai kunci pembuka gudang

ilmu dan pengetahuan. Yunus (dalam Sudiana 2007: 3) mengibaratkan membaca sebagai jendela yang paling luas untuk menguasai pengetahuan. Demikianlah,

kemudian dikenal ungkapan membaca sebagai jendela dunia, yang artinya melalui membaca, wawasan atau cakrawala pengetahuan kita tentang dunia menjadi sangat luas.

Keterampilan membaca dan menulis, khususnya keterampilan membaca harus segera dikuasai oleh siswa di SD karena keterampilan ini secara langsung

berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan membaca mereka. Siswa yang tidak mampu

membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Siswa akan mengalami kesulitan

(42)

pelajaran, buku-buku bahan penunjang, dan sumber-sumber belajar tertulis yang

lain. Akibatnya, kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca.

Menurut pandangan Dalman (2013: 13) bahwa membaca bukan diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan adalah satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain.

Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa

yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan hanya menyangkut dua keterampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan

bermakna.

Kemampuan awal membaca diperoleh melalui interaksi sosial, yaitu lewat

hubungan antar sesama, bukan lewat pembelajaran secara formal. Owens dalam Ngalimun (2014: 36) mengemukakan 2 tahapan (fase) perkembangan membaca permulaan yaitu:

a. Tahap pramembaca

Tahap ini terjadi pada saat anak berada pada `taman kanak-kanak (prasekolah)

atau sebelum umur enam tahun. Tahap ini anak mampu mengenali angka dan huruf. Kebanyakan anak dapat mengenal nama mereka ketika ditulis. Dengan belajar lewat lingkungan misalnya, tanda-tanda dan nama benda yang

dilihatnya, kata-kata yang dikenalnya sedikit demi sedikit akan lepas dari konteksnya sehingga khirnya anak dapat mengenal kata-kata tersebut dalam

(43)

b. Tahap pertama

Anak berumur 6-7 tahun (kelas I sekolah dasar), anak memusatkan pada kata-kata lepas dalam kelimat sederhana atau cerita sederhana. Agar dapat

membaca, mereka perlu mengetahui sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, terbebas dari kesalahan membaca. Mereka harus mampu mengintegrasikan bunyi dan sistem tulisan. Pada umur 7-8 tahun anak

memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata,kata yang diperlukan untuk membaca. Pengetahuan ini banyak diperoleh di bangku sekolah.

2.1.3.2 Keterampilan Menulis Permulaan

Keterampilan dalam pembelajaran bahasa mencakup empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu aspek keterampilan yang

harus dikuasai oleh siswa adalah keterampilan menulis. Menulis berasal dari kata tulis. Tarigan (2008: 22) menulis adalah menurunkan atau melukiskan

lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memehami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Ngalimun (2014:37-38) mengungkapkan bahwa perkembangan membaca dan menulis itu sejalan, karena kegiatan membaca biasanya dibarengi dengan

kegiatan menulis. Proses menulis dekat dengan menggambar, karena keduanya mewakili simbol tertentu. Namun, menulis berbeda dengan menggambar, dan hal ini diketahui oleh anak ketika berumur sekitar tiga tahun. Pendapat tersebut ditulis

(44)

Menulis tidak hanya melibatkan ejaan, melainkan pekerjaan yang

kompleks. Anak-anak yang baru belajar menulis sering lupa akan kebutuhan membaca. Anak-anak kelas I dan II sekolah dasar belum memperhatikan

pembaca, masih bersifat egosentrik. Mereka tidak memperhatikan format, jarak tulisan ejaan, dan tanda baca. Apabila salah satu segi diutamakan maka segi lainnya akan memburuk (Ngalimun, 2014: 37-38).

Tujuan utama menulis permulaan menurut Subana dan Sunarti (2009: 236) adalah mendidik anak-anak agar mampu menulis. Sebelum sampai pada tingkatan

menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal yaitu pengenalan lambang-lambang bunyi dan latihan memegang alat tulis. Pengetahuan maupun keterampilan yang diperoleh siswa pada pembelajaran menulis permulaan, akan menjadi landasan

alam peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa pada jenjang selanjutnya. Apabila dasar keterampilan menulis permulaan tersebut baik dan

kuat, maka diharapkan hasil pengembangan keterampilan menulis sampai pada tingkat selanjutnya akan menjadi baik dan berkualitas.

Beberapa kemampuan yang diperlukan dalam memahami kompetensi

menulis antara lain, kemampuan berpikir secara logis dan teratur, kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas dalam bahasa yang efektif. Kemampuan

tersebut diperoleh melalui proses panjang yang diawali dengan kegiatan pengenalan lambang-lambang bunyi sampai pada proses menulis. Adapun proses persiapan menulis permulaan menurut Slamet (2007: 73) adalah sebagai berikut:

1. Duduk wajar dengan baik.

2. Meletakkan buku tangan dengan jarak ke mata yang cukup sengan sudut tegak

(45)

3. Memegang dan membaca bukudengan baik.

4. Melemaskan tangan dengan gerakan menulis di udara. 5. Memegang pensil dengan benar.

6. Melwmaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, menjiplak, melatih dasar menulis.

7. Melemaskan jari dengan menuliskan huruf dengan menggunakan jari (di tanah

atau di pasir).

Pembelajaran menulis permulaan untuk siswa kelas 2 SD diarahkan pada

kemampuan siswa dalam membentuk huruf dengan benar. Hal ini sejalan dengan tujuan umum dari kegiatan menulis permulaan menurut Iskandarwasid dan Sunendar (2008: 60) adalah memberi bekal pengetahuan dan keterampilan pada

siswa untuk dapat menulis dengan baik sehingga dapat mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Adapun tujuan khususnya dalah sebagai berikut:

1. Memupuk dan mengembangkan kemampuan anak untuk memahami dan mengenalkan cara menulis dengan benar

2. Melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk mengenal dan

menuliskan huruf-huruf

3. Melatih dan mengembangkan kemampuan anak untuk menuliskan sesuatu

yang didengarnya

4. Melatih keterampilan anak untuk dapat menetapkan arti tertentu dari sebuah kata dalam suatu konteks.

2.1.3.3 Keterampilan Membaca dan Menulis Permulaan

Secara umum, keterampilan kerap dikaitkan dengan kecepatan dalam

(46)

dengan kata cekatan yaitu kepandaian melakukan sesuatu (Rufaida, 2010: 18).

Keterampilan menurut Soemarjadi, dkk (2005: 3) adalah kepandaian melakukan pekerjan dengan tepat dan benar. Jadi bila seseorang melakukan sesuatu dengan

cepat tetapi tidak tepat, aka ia tidak dapat dikatakan terampil.

Membaca menulis permulaan merupakan kepanjangan dari MMP. Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang

diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas- kelas awal pada saat peserta didik mulai memasuki bangku sekolah. Pada tahap

awal peserta didik memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan program pembelajaran utama (Mulyati, 2014: 6 dan Kemendikbud, 2012).

Pembelajaran membaca menulis permulaan merupakan salah satu kegiatan pokok yang harus diberikan kepada siswa sekolah dasar khususnya kelas rendah.

Membaca menulis permulaan merupakan keterampilan yang menjadi dasar untuk mempelajari keterampilan membaca menulis lanjut. Keterampilan membaca menulis permulaan merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sulit

dipelajari dan membutuhkan waktu yang tidak cepat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajarannya sering mengalami hambatan atau kesulitan. Guru harus

memiliki kemampuan yang memadai dalam menentukan dan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan membaca menulis permulaan. Dengan demikian, diharapkan siswa akan senang dan cepat menguasai

(47)

2.1.3.4 Perbandingan SK dan KD dari KBK dan KTSP

Kurikulum (BSNP, 2006: 3) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan

peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi

yang ada di daerah.

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional

pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu

Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pencapaian kemampuan sesuai standar yang telah ditetapkan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Menurut Crunkilton (1979 : 222) dalam Mulyasa, (2004 : 77) mengemukakan

(48)

sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan

tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Dengan demikian terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh kerja.

Kurikulum KTSP yang menitik beratkan pada kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan. KBK merupakan

kurikulum yang menekankan pada kemampuan sesuai standar yang diterapkan. Kajian ulang dilakukan pada SK dan KD membaca dan menulis permulaan antara KBK dan KTSP. KBK yang yang sejalan dengan pencapaian kompetensi siswa

dan KTSP yang diartikan sebagai kesesuaian terhadap karakteristik siswa disekolahnya kemudian dikaji ulang untuk melakukan pengembangan buku

suplemen membaca dan menulis permulaan. Berikut adalah SK dan KD membaca dan menulis permulaan untuk KBK (2004) dan KTSP (2006):

Tabel 2.1 SK Membaca dan Menulis Kurikulum KBK kelas II semester 2

Membaca Menulis

1. Membaca nyaring teks sederhana 2. Membaca lancar (untuk memahami isi) 3. Mendeklamasikan dan melagukan 4. Membaca untuk kesenangan

1. Menggunakan ejaan dan tanda baca (huruf besar, tanda titik, dan tanda tanya).

2. Menulis dengan jelas dan rapi

menggunakan huruf tegak bersambung 3. Mengungkapkan pengalaman secara

tertulis menggunakan huruf lepas

Tabel 2.2 SK dan KD Membaca dan Menulis Kurikulum KTSP kelas II semester 2

Membaca

1. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati

1.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat

(49)

Menulis

2. Menulis permulaan dengan mendeskripsikan benda di sekitar dan menyalin puisi anak

2.1 Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar secara sederhana dengan bahasa tulis

2.2 Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung yang rapi

Kedua tabel diatas kemudian dikomparasi untuk mendapatkan SK, KD,

dan Indikator baru yang sesuai dikembangkan sesuai dengan kemampuan siswa dan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Pengembangan buku suplemen

akan mengacu pada SK, KD, dan indikator baru yang merupakan kajian dari kurikulum KBK dan KTSP.

2.1.4 Bahan Ajar

Johnson (2008: 2) mengemukakan bahwa mengajar adalah pekerjaan yang sulit dan menantang. Anak-anak saat ini mengalami tekanan dari tantangan- tantangan emosi, mental, dan fisik yang memengaruhi perilaku dan kemampuan

belajar mereka. Untuk mengatasi hal itu, dibutuhkan guru yang sabar, bijaksana, memiliki rasa humor, serta pandai memilih bahan ajar yang relevan.

Sementara itu bahan ajar dapat membantu guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga guru tidak terlalu banyak menjelaskan materi pelajaran di kelas (Sucipta & Swacita, 2006: 7). Bahan ajar juga dapat membantu siswa

dalam proses belajarnya sehingga siswa tidak selalu bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi.

Majid (2008: 173) mengungkapkan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan

(50)

secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua

kompetensi secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar minimal mencakup: petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, latihan-latihan, dan evaluasi (Majid, 2008: 174).

Menurut Sumiati dan Asra (2008: 29) dengan mengaitkan bahan ajar dengan situasi kehidupan yang bersifat praktis, dapat memunculkan arti bahan

ajar tersebut bagi diri siswa sendiri. Dengan merasakan bahwa bahan ajar tersebut berarti atau bermakna, muncul rasa ingin mengetahui atau ingin memiliki.

Munculnya keinginan itu dapat meningkatkan minat untuk mempelajari.

Sutjipta (2006: 10) mengungkapkan bahwa bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai,

memotivasi siswa untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar siswa sehingga menyediakan bimbingan bagi siswa untuk mempelajari bahan tersebut,

memberikan latihan yang banyak bagi siswa, menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi pada siswa secara individual.

Pemilihan jenis bahan ajar ditentukan berdasarkan tingkat kesulitan dan

kedalaman materi, ciri khas materi pelajaran, kerumitan dalam pemilihan strategi pembelajaran, karakter siswa, kondisi sarana dan prasarana pembelajaran yang

tersedia. Sehingga bahan ajar yang dihasilkan: (1) fleksibel dan handal untuk diterapkan pada satuan pendidikan dengan kondisi, situasi, dan kebutuhan peserta didik yang bervariasi, (2) mudah untuk diadopsi atau diadaptasi oleh satuan

pendidikan, (3) memberi inspirasi bagi pendidik untuk mengembangkan bahan ajar yang lebih elaboratif, inovatif, dan efektif untuk diterapkan dalam

(51)

kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik

yang dapat digunakan sebagai (1) acuan, panduan, pedoman, sumber inspirasi atau referensi bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum, silabus

dan bahan ajar dan (2) bahan untuk diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai kebutuhannya.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar

adalah seperangkat materi yang disusun oleh guru atau orang-orang yang memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya dengan bentuk yang sistematis

sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Pengembangan bahan ajar untuk mata pelajaran apa saja pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip umum yang sama. Dimulai dari sajian yang mudah

sampai sajian yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks, selanjutnya dari yang konkret sampai yang abstrak. Banyak pendekatan yang digunakan,

hanya saja karakteristik mata pelajaran dan kurikulum sebuah mata pelajaran yang menjadi acuan utama. Bahan ajar bahasa Indonesia berupa teks yang menimbulkan respon dari anak didik untuk menanggapi, memberikan pertanyaan,

menirukan, mempercakapkan baik secara lisan maupun tertulis.

Bahan ajar dapat digunakan untuk guru dan siswa dalam kegiatan belajar

mengajar (KBM) sehingga guru tidak terlalu banyak menyajikan materi di kelas. Tahap orientasi dapat dilakukan di rumah oleh siswa. Dengan demikian, guru mempunyai lebih banyak waktu untuk memberi bimbingan kepada siswa dan

(52)

2.1.4.1 Macam-macam Bahan Ajar

Prastowo (2014: 181) menyebutkan bahan ajar terdiri atas beberapa jenis, diantaranya: handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart, dan foto atau

gambar. Bahan ajar buku strukturnya terdiri dari empat komponen, yaitu: judul, kompetensi dasar atau materi pokok, latihan dan penilaian. Buku suplemen termasuk dalam bahan ajar yang berbentuk buku.

2.1.4.2 Buku Sebagai Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2014: 244-245), buku ajar merupakan bagian penting

dari kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikan bahwa hampir di berbagai institusi pendidikan menggunakan buku ajar sebagai bahan ajar utamanya. Adapun fungsi dari buku ajar yaitu sebagai bahan referensi atau rujukan oleh siswa, sebagai

bahan evaluasi, sebagai alat bantu pendidikan dalam melaksanakan kurikulum, sebagai penentu metode atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik

dan sebagai sarana untuk peningkatan karier atau jabatan.

Prastowo (2014: 244) menjelaskan bahawa pada dasarnya, buku adalah bahan tertulis dalam bentuk lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit (cover)

yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya Prastowo juga menuturkan bahwa buku ajar adalah buku berisi

ilmu pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, di mana buku tersebut digunakan oleh siswa untuk belajar.

Prastowo (2014: 243-244) membedakan buku dalam empat jenis, yaitu:

pertama adalah buku sumber yaitu buku yang bisa menjadi rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi kajian ilmu yang lengkap.

(53)

Ketiga, buku pegangan yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau

pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran. Keempat, buku bahan ajar yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau

materi pelajaran yang akan diajarkan.

Untuk buku ajar sendiri, bahan ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu buku ajar utama dan pelengkap. Buku ajar utama berisi bahan pelajaran

suaitu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok bagi siswa dan pendidik. Buku pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau meruakan

tambahanbagi buku ajar utama dan digunakan oleh pendidik dan siswa.

Prastowo, (2014: 252-260) mengungkapkan ada sejumlah langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Depdiknas pada buku Panduan Pengembangan Bahan Ajar yaitu ada sembilan langkah dalam penyusunan bahan ajar. Adapun kesembilan langkah

tersebut, sebagai berikut: Pertama, melakukan analisis kurikulum. Analisis terhadap kurikulum tersebut meliputi pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, penentuan tema sentral dan pemetaan pokok bahasan. Kedua,

menentukan judul buku yang akan ditulis. Judul buku dalam bahan ajar disesuaikan dengan tema sentral pembelajaran. Ketiga, merancang outline buku

agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai kompetensi antarbidang studi. Keempat, mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan bahan ajar. Kelima, menulis bahan ajar dilakukan dengan

memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman belajar siswa. Keenam, mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan cara

(54)

member ilustrasi gambar, tabel, diagram, dan/atau sejenisnya, secara proposional

sehingga dapat mendukung penjelasan materi yang disajikan. Kesembilan, menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi.

Adapun kegunaan buku ajar yaitu sebagai berikut: pertama, buku ajar membantu peserta didik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Kedua, buku ajar menjadi pegangan guru

dalam menentukan metode pengajaran. Ketiga, buku ajar memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru.

Keempat, buku ajar memberikan pengetahuan bagi siswa maupun pendidik.

Kelima, buku ajar menjadi penambah nilai angka kredit untuk mempermudah

kenaikan pangkat dan golongan. Keenam, buku ajar menjadi sumber penghasilan

jika diterbitkan.

Sebagai salah satu jenis bahan ajar cetak, buku ajar memiliki sejumlah

karakteristik yang membedakannya dengan bahan ajar cetak lainnya. Ada empat karakteristik buku ajar, yaitu: pertama, secara formal buku ajar diterbitkan oleh penerbit tertentu. Kedua, optimalisasi pengembangan pengetahuan deklaratif dan

pengetahuan prosedural, dan pengetahuan tersebut harus menjadi target utama dari buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Ketiga, bahan ajar disusun dan

dikembangkan berdasarkan kurikulum yang sedang berlaku. Keempat, buku ajar memiliki beberapa keuntungan yaitu: (1) membantu guru melaksanakan kurikulum, (2) menjadi pegangan dalam menentukan metode pembelajaran, (3)

untuk mengulang pembelajaran bagi siswa, (4) dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, (6) memberikan keberlanjutan dan keruntutan meskipun

(55)

Selain itu, ada tiga ketentuan penting yang harus diperhatikan dalam

penyusunan bahan ajar, yaitu kurikulum pendidikan nasional yang sedang berlaku, berorientasi pada keterampilan proses, serta memberi gambaran secara

jelas tentang keterpaduannya atau keterkaitannya dengan disiplin ilmu lainnya. Sementara itu, lima komponen utama pada bahan ajar yaitu judul, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, latihan dan penilaian.

Sementara itu, pengembangan dan penyusunan buku ajar dalam konteks kegiatan pembelajaran memiliki sejumlah tujuan diantaranya yaitu memudahkan

pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulangi pelajaran atau mempelajari pelajaran baru dan menyediakan materi pembelajaran yang menarik bagi siswa.

2.1.4.3 Buku Suplemen

Suplemen (KBBI, 2008: 1359) memiliki arti sesuatu yang ditambahkan

untuk melengkapi. Buku suplemen menjadi sarana bagi siswa sebagai buku tambahan untuk melengkapi siswa dalam berlatih membaca dan menulis permulaan. Buku suplemen menjadi salah satu contoh dari bahan ajar yang berupa

buku cetak yang berfungsi sebagai pengayaan.

Buku suplemen sebagai buku pelengkap atau buku pengayaan adalah buku

yang berisi informasi sebagai pelengkap bahan ajar utama. Pengayaan yang dimaksud adalah pemberian materi tertentu yang disajikan secara lebih luas dan mendalam. Buku ini tidak disusun sepenuhnya berdasarkan kurikulum baik dari

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Sistem Pembelajaran Dick dan Carey ……………... 36
Tabel 2.1 SK Membaca dan Menulis Kurikulum KBK kelas II semester 2
gambar. Bahan ajar buku strukturnya terdiri dari empat komponen, yaitu: judul,
Gambar 2.1  komponen sistem pembelajaran Dick dan Carey
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah: 1.5.1 Untuk mendeskripsikan proses pengembangan buku guru dan buku siswa mata pelajaran

Dengan demikian, buku suplemen yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai bahan ajar muatan pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas II semester 1.. Kata Kunci:

Dengan demikian buku s uplemen muatan pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas III semester 1 yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai salah satu bahan ajar

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Objek dalam penelitian ini adalah buku guru dan buku siswa materi nilai tempat dan nilai angka

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (R&D). Objek dalam penelitian ini adalah buku guru dan buku siswa materi nilai tempat dan nilai angka

Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi dari langkah-langkah pengembangan Borg & Gall dan model pengembangan Kemp yang terdiri dari

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan proses pengembangan buku pelajaran bahasa indonesia dalam pembelajaran siswa kelas satu, 2) mendeskripsikan