• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA RS. dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR TAHUN 2017 DISIAPKAN DAN DIBUAT OLEH DIREKSI:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA RS. dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR TAHUN 2017 DISIAPKAN DAN DIBUAT OLEH DIREKSI:"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA RS. dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

TAHUN 2017

DISIAPKAN DAN DIBUAT OLEH DIREKSI:

1. Direktur Utama

dr. Bambang Eko Sunaryanto, Sp.KJ, MARS

NIP. 196204301987111001 ………

2. Direktur Medik dan Keperawatan dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS

NIP. 197104162002122001 ……….

3. Direktur SDM dan Pendidikan Heru Prasetyo, SH, MARS

NIP. 196205081991031003 ………...

4. Direktur Keuangan dan Administrasi Umum Achmad Nawir, S.IP, MM

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja RS. dr. H. Marzoeki Mahdi (RSMM) Bogor ini dapat terselesaikan.

Laporan ini merupakan bentuk pertanggungjawaban pimpinan RSMM dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumber daya dalam bentuk program dan kegiatan dalam kurun waktu tahun 2017.

Melalui laporan ini diharapkan dapat diketahui sejauh mana keberhasilan capaian serta upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi RSMM Bogor.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk perbaikan kinerja RSMM Bogor yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DIREKSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

IKHTISAR EKSEKUTIF ... viii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Laporan ... 2

1.3 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi ... 2

1.3.1 Tugas Pokok ... 3

1.3.2 Fungsi ... 3

1.3.3 Struktur Organisasi ... 3

1.3.4 Peran Strategis RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ... 5

1.4 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II: PERENCANAAN KINERJA ... 8

2.1 Penetapan Kinerja ... 8

2.2 Perjanjian Kinerja ... 9

BAB III: AKUNTABILITAS KINERJA ... 11

3.1 Capaian Kinerja Organisasi ... 11

3.1.1 Perbandingan Antara Target dan Realisasi 2017 ... 12

3.1.2 Perbandingan Antara Realisasi 2017 dan Realisasi 2016 ... 15

3.1.3 Perbandingan Antara Realisasi 2017 dan Target 2019 ... 18

3.1.4 Analisa Terhadap Penilaian Perjanjian Kinerja 2017 ... 21

3.1.5 Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya ... 47

3.2 Realisasi Anggaran ... 53

BAB IV: PENUTUP ... 62

LAMPIRAN ... ix

1) Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ... ix

2) Rencana Kerja Tahunan 2017 . ... xiii

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ... 9

Tabel 3.1 Pengukuran Kinerja Atas Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ... 12

Tabel 3.2 Perbandingan Realisasi Atas Perjanjian Kinerja Tahun 2017 dan Tahun 2016 ... 15

Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Atas Perjanjian Kinerja Tahun 2017 dan Target 2019 ... 18

Tabel 3.4 Ketenagaan Berdasarkan Jenis Pegawai, Mutasi dan Pendidikan Tahun 2017 ... 47

Tabel 3.5 Tenaga Medis Tahun 2017... 51

Tabel 3.6 Rekonsiliasi Internal Data Barang Milik Negara Tahun 2017 ... 52

Tabel 3.7 Alokasi DIPA Tahun 2017 ... 53

Tabel 3.8 Proyeksi Belanja Tahun 2017 dan Tahun 2016... 53

Tabel 3.9 Laporan Realisasi Anggaran ... 54

Tabel 3.10 Realisasi Pendapatan 2017 ... 55

Tabel 3.11 Realisasi Pendapatan Jasa Tahun 2017 ... 55

Tabel 3.12 Rincian Estimasi Dan Realisasi Belanja Tahun 2017 ... 56

Tabel 3.13 Perbandingan Realisasi Belanja Tahun 2017 dan 2016 ... 57

Tabel 3.14 Neraca Tahun 2017 ... 58

Tabel 3.15 Laporan Perubahan Ekuitas Tahun 2017 ... 59

Tabel 3.16 Laporan Operasional Untuk Periode Yang Berakhir 30 Juni 2017 dan 31 Desember 2017 ... 60

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor ... 4

Gambar 3.1 Tingkat Kepuasan Pelanggan ... 21

Gambar 3.2 Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK) ... 22

Gambar 3.3 Persentase Rujukan Yang Berkualitas... 23

Gambar 3.4 Persentase Konsultasi ... 24

Gambar 3.5 Persentase Pencapaian Integrasi Layanan ... 25

Gambar 3.6 Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa Dengan Pendekatan Pelayanan Multidisiplin ... 26

Gambar 3.7 Pusat Promosi Kesehatan Jiwa ... 27

Gambar 3.8 Kerjasama Nasional Dan Internasional Dalam Pendidikan, Penelitian Dan Layanan Di Bidang Rehabilitasi ... 28

Gambar 3.9 Persentase Rehabilitant Yang Mengalami Perbaikan Fungsi Personal dan Sosial ... 29

Gambar 3.10 Persentase Rehabilitant Yang Mandiri Di Masyarakat ... 30

Gambar 3.11 Akreditasi Paripurna ... 31

Gambar 3.12 Lisensi Sebagai Pusat Riset Dan Pendidikan Di Bidang Rehabilitasi Psikososial Dari Lembaga Yang Berwenang... 32

Gambar 3.13 Tingkat Kualitas Kemitraan Layanan Kesehatan Jiwa ... 33

Gambar 3.14 Proses Bisnis Yang Terintegrasi Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa ... 34

Gambar 3.15 Pembinaan Kelompok Swabantu Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa ... 35

Gambar 3.16 Tingkat Efisiensi Anggaran ... 36

Gambar 3.17 Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB) ... 37

Gambar 3.18 Tingkat Proses Budaya Kerja... 39

Gambar 3.19 Persentase SDM Yang Memiliki Kinerja Sesuai Standar ... 41

Gambar 3.20 Level IT Yang Terintegrasi ... 42

Gambar 3.21 Tingkat Kehandalan Sarpras/Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... 43

Gambar 3.22 Persentase SDM Yang Memiliki Kompetensi Sesuai Standar ... 44

Gambar 3.23 Persentase SDM Yang Mendapat Pelatihan Sesuai Standar ... 45

Gambar 3.24 Ketenagaan Tahun 2017 ... 48

Gambar 3.25 Sebaran Pegawai Rumah Sakit Selama 3 Tahun Terakhir ... 48

Gambar 3.26 Ketenagaan Berdasarkan Kelompok Umur ... 49

Gambar 3.27 Ketenagaan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

Gambar 3.28 Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 50

Gambar 3.29 Ketenagaan Berdasarkan Jabatan ... 50

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ... ix 2. Rencana Kerja Tahunan 2017 . ... xiii 3. Matriks Program Kerja 2017 ... xvi

(8)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor (RSMM) dalam mencapai tujuan/sasaran strategis yang ditetapkan melalui rencana kinerja dan penetapan kinerja tahun 2017. Rencana dan penetapan kinerja tersebut mengacu pada tugas pokok dan fungsi serta Rencana Strategis Bisnis RSMM Bogor Tahun 2015-2019.

Laporan akuntabilitas kinerja yang disajikan secara garis besar berisi informasi mengenai keberhasilan capaian kinerja tahun 2017 yang telah diukur dalam pengukuran kinerja kegiatan. Tahun 2017 merupakan tahun ketiga dari Rencana Strategis Bisnis Tahun 2015-2019, sehingga hasil capaian program yang dilaporkan dapat dibandingkan dengan capaian program di tahun sebelumnya, yaitu tahun 2016 dan target jangka menengah yaitu tahun 2019.

Sebagai bahan evaluasi, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tidak hanya menyajikan informasi yang berisi tentang keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2017 tetapi juga memuat kendala atau kekurangan-kekurangan yang ada sehingga dapat dirumuskan solusinya untuk peningkatan kinerja di masa yang akan datang.

Pencapaian kinerja tahun 2017 tidak lepas dari dukungan anggaran yang mengacu pada DIPA RM dan BLU dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 210,060,195,000,- dan daya serap anggaran sebesar Rp. 180,317,168,760,- atau sebesar 85.84% dari total pagu.

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) merupakan instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggung jawaban secara periodik, terdiri dari berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan yaitu Renstra, Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja dan Pelaporan Kinerja.

Tata pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan keinginan kita semua. Upaya ke arah itu telah dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan diantaranya:

1. Ketetapan MPR Nomor XI Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN;

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);

4. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP);

5. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Peraturan Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/PER/XII/2012 tanggal 1 Desember 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Kesehatan;

(10)

8. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.04/I/1568/12 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.

Berdasarkan peraturan diatas jelas bahwa setiap instansi pemerintah harus melaksanakan SAKIP sebagai bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan atas penggunaan anggaran.

1.2 Maksud dan Tujuan Laporan

LAKIP RSMM Bogor Tahun 2017 merupakan bentuk akuntabilitas atau pertanggungjawaban Direktur Utama kepada Kementerian Kesehatan RI atas pelaksanaan tugas dan fungsi yang disusun melalui pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas dan fungsi ini diharapkan dapat menjadi umpan balik dan tolok ukur perbaikan bagi kinerja RSMM Bogor di masa yang akan datang.

1.3 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 255/MENKES/PER /IN/2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. RSMM dipimpin oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama.

RSMM dikategorikan sebagai Rumah Sakit Jiwa Kelas A yang merupakan Pusat Rujukan Nasional di bidang kesehatan jiwa dengan pelayanan unggulan Rehabilitasi Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA).

(11)

1.3.1 Tugas Pokok

RSMM mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan jiwa secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta melaksanakan upaya rujukan.

1.3.2 Fungsi

Dalam melaksanakan tugas pokok di atas RSMM menyelengarakan fungsi: 1. Pelayanan Medis di bidang kesehatan jiwa;

2. Pelayanan dan Asuhan Keperawatan bidang kesehatan jiwa; 3. Penunjang Medis dan Non Medis;

4. Pengelolaan Sumber Daya Manusia;

5. Pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan di bidang kesehatan jiwa; 6. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya;

7. Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan jiwa; 8. Pelayanan rujukan di bidang kesehatan jiwa;

9. Administrasi Umum dan Keuangan.

1.3.3 Struktur Organisasi

Secara garis besar berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 255/MENKES/PER /III/2008 RSMM dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Direktur Utama dengan susunan organisasi sebagai berikut:

1. Direktorat Medik dan Keperawatan;

2. Direktorat Keuangan dan Administrasi Umum; 3. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan;

(12)

Gambar 1.1

STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT Dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR

SATUAN PEMERIKSA AN INTERN DEWAN PENGAWAS DIREKTUR UTAMA INSTALASI DIREKTORAT MEDIK DAN KEPERAWATAN

BIDANG KEPERAWATAN SEKSI PELAYANAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN SEKSI PELAYANAN KEPERAWATAN RAWAT INAP BIDANG MEDIK SEKSI PELAYANAN MEDIK SEKSI PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DIREKTORAT SUMBER DAYA MANUSIA

DAN PENDIDIKAN BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN SUB BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN TENAGA MEDIS SUB BAGIAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN TENAGA KEPERAWATAN DAN

NON MEDIS BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA SUB BAGIAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

INSTALASI BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN PROGRAM DAN ANGGARAN SUBBAGIAN PERBENDAHARAAN DAN AKUNTANSI BAGIAN ADMINISTRASI UMUM SUB BAGIAN TATA USAHA DAN

PELAPORAN

DIREKTORAT KEUANGAN DAN ADMINISTRASI UMUM

SUBBAGIAN RUMAH TANGGA DAN

PERLENGKAPAN SUBBAGIAN HUKUM, ORGANISASI DAN HUBUNGAN MASYARAKAT SUB BAGIAN MOBILISASI DANA INSTALASI KSM KOMITE MEDIK KOMITE KEPERAWAT AN KOMITE ETIK DAN HUKUM KOMITE MUTU DAN KESELAMAT AN PASIEN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA

(13)

1.3.4 Peran Strategis RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor 1.3.4.1 Visi, Misi dan Budaya Kerja Organisasi

VISI:

Menjadi rumah sakit jiwa rujukan nasional dengan unggulan layanan rehabilitasi psikososial pada tahun 2019.

MISI:

1. Mewujudkan layanan kesehatan jiwa dengan unggulan rehabilitasi psikososial;

2. Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan riset unggulan dalam bidang kesehatan jiwa;

3. Meningkatkan peran strategis dalam program kesehatan jiwa nasional; 4. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan stakeholder;

5. Meningkatkan komitmen dan kinerja pegawai untuk mencapai kesejahteraan.

BUDAYA KERJA ORGANISASI: 1. Belajar dan berkembang 2. Profesionalisme

3. Bekerja seimbang 4. Kekeluargaan 5. Saling menghargai 6. Motivasi dan komitmen

1.3.4.2 Tantangan Strategis

Memperhatikan dinamika tuntutan stakeholder dan informasi dari

benchmark, maka tantangan strategis yang akan dihadapi oleh RS. dr. H. Marzoeki

Mahdi Bogor untuk periode 2015–2019 sebagai berikut:

1. Mengembangkan layanan unggulan menjadi rumah sakit rujukan nasional kesehatan jiwa;

2. Mengembangkan layanan yang spesifik, komprehensif dan kolaboratif; 3. Meningkatkan mutu layanan kesehatan dan patient safety;

4. Mengimplementasikan tata kelola organisasi yang baik; 5. Melakukan transformasi layanan fokus pada tupoksi;

(14)

6. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengembangan layanan kesehatan jiwa;

7. Menjadi pusat pendidikan dan riset kesehatan jiwa; 8. Mewujudkan kehandalan sarana dan prasarana; 9. Mewujudkan sistem informasi RS yang terintegrasi;

10. Meningkatkan SDM yang kompeten dan berbudaya kinerja; 11. Mewujudkan sistem penganggaran berbasis kebutuhan.

1.4 Sistematika Penulisan

Laporan Akuntabilitas Kinerja RSMM Bogor Tahun 2017 menjelaskan pencapaian kinerja RSMM Bogor Tahun 2017. Capaian tersebut mengacu kepada Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja yang ditetapkan pada awal tahun 2017 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan.

Analisis atas capaian kinerja terhadap rencana kinerja memungkinkan diidentifikasinya sejumlah perbaikan kinerja di masa yang akan datang, dengan kerangka berpikir seperti itu, sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja RSMM Bogor disusun sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi, serta permasalahan utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada subbab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini, membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu

(15)

dan beberapa tahun terakhir, membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis, membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada), analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/ penurunan kinerja serta alternatif solusi yang dilakukan, analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya, analisis program/ kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.

B. Realisasi Anggaran

Pada subbab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

BAB IV. PENUTUP

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran:

1) Perjanjian Kinerja tahun 2017 2) Rencana Kerja Tahunan 2017 3) Matriks Program Kerja Tahun 2017

(16)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Penetapan Kinerja

Untuk mencapai visi, misi dan tujuan maka ditetapkanlah sasaran strategis yang mengacu kepada pada Rencana Strategis Bisnis (RSB) RSMM Bogor Tahun 2015-2019 sebagai berikut:

1. Terwujudnya Kepuasan Pelanggan/Stakeholder;

2. Terwujudnya Peran Strategis Menjadi RS Jiwa Rujukan Nasional; 3. Terwujudnya Layanan Unggulan Rehabilitasi Psikososial;

4. Terwujudnya Layanan Kesehatan Jiwa yang Bermutu;

5. Terwujudnya Pusat Riset dan Pendidikan Kesehatan Jiwa yang Aplikabel untuk Mendukung Layanan Unggulan Rehabilitasi Psikosial;

6. Terwujudnya Kemitraan yang Berkualitas di Bidang Kesehatan Jiwa;

7. Terwujudnya Transformasi Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Layanan Multidiplin;

8. Terwujudnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Jiwa;

9. Terwujudnya Efisiensi Anggaran Berbasis Kebutuhan; 10. Terwujudnya POBO yang Optimal;

11. Terwujudnya Budaya Kinerja yang Efektif; 12. Terwujudnya Sistem Informasi Rumah Sakit; 13. Terwujudnya kehandalan sarana dan prasarana; 14. Terwujudnya SDM yang Handal dan Kompeten.

(17)

2.2 Perjanjian Kinerja

Perjanjian Kinerja yang ditetapkan dalam penetapan kinerja RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

NO SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

TARGET 2017 A. PERSEPEKTIF STAKEHOLDER/ CUSTOMER

1.

Terwujudnya Kepuasan Pelanggan/ Stakeholder

1. Tingkat Kepuasan Pelanggan 90%

2. Kecepatan Respon Terhadap

Komplain (KRK) 80% 2. Terwujudnya Peran Strategis Menjadi RS Jiwa Rujukan Nasional

Tingkat Kualitas Sistem Rujukan Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa

3.

a. Persentase rujukan yang

berkualitas 60%

b. Persentase Konsultasi 60%

c. Persentase Pencapaian

Integrasi Layanan 100%

4.

Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa dengan

Pendekatan Pelayanan Multidisiplin

1 Model Layanan

5. Pusat Promosi Kesehatan Jiwa 80%

6.

Kerjasama Nasional dan

Internasional Dalam Pendidikan, Penelitian dan Layanan di Bidang Rehabilitasi Psikososial

2 Institusi Nasional, 1

Institusi di ASEAN

B. PERSEPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

3. Terwujudnya Layanan Ungulan Rehabilitasi Psikososial 7.

Persentase Rehabilitant yang Mengalami Perbaikan Fungsi Personal dan Sosial

70%

8. Persentase Rehabilitant Yang

Mandiri di Masyarakat 50%

4.

Terwujudnya Layanan Kesehatan Jiwa yang Bermutu

9. Akreditasi Paripurna Lulus reakreditasi Versi 2012 5. Terwujudnya Pusat Riset dan Pendidikan Kesehatan Jiwa Yang Aplikabel 10.

Lisensi Sebagai Pusat Riset dan Pendidikan di Bidang Rehabilitasi Psikososial dari Lembaga yang Berwenang (Kementerian Kesehatan RI) Program penelitian oleh staf internal

(18)

untuk Mendukung Layanan Unggulan Rehabilitasi Psikososial 6. Terwujudnya Kemitraan yang Berkualitas di Bidang Kesehatan Jiwa

11. Tingkat Kualitas Kemitraan

Layanan Kesehatan Jiwa 70%

7. Terwujudnya Transformasi Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Layanan Multidisiplin

12. Proses bisnis yang Terintegrasi

dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 5 Layanan

8. Terwujudnya Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Derajat Kesehatan Jiwa

13. Pembinaan Kelompok Swabantu

Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 3 Kelompok

C. PERSEPEKTIF FINANSIAL 9. Terwujudnya Efisiensi Anggaran Berbasis Kebutuhan

14. Tingkat Efisiensi Anggaran 90%

10. Terwujudnya POBO

yang Optimal 15.

Rasio PNBP Terhadap Biaya

Operasional (PB) 65%

D. PERSEPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN

11.

Terwujudnya Budaya Kinerja yang Efektif

16. Tingkat Proses Budaya Kinerja 80%

17. Persentase SDM yang memiliki

Kinerja Sesuai Standar 70%

12.

Terwujudnya Sistem Informasi Rumah Sakit yang Terintegrasi

18. Level IT yang Terintegrasi Siloed 2

13.

Terwujudnya Kehandalan Sarana dan Prasarana

19.

Tingkat Kehandalan Sarpras /

OverallEquipment Effectiveness

(OEE)

80%

14.

Terwujudnya SDM yang Handal dan Kompeten

20. Persentase SDM yang Memiliki

Kompetensi Sesuai Standar 70%

21. Persentase SDM yang Mendapat

(19)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja Organisasi

Pengukuran kinerja dilakukan untuk membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran Kinerja diperlukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan kegagalan dari sasaran strategis RSMM Bogor dalam kurun waktu lima tahun yang dijabarkan dalam pengukuran kinerja pertahun (2017) dengan alat ukur berupa indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja.

Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator pada tahun berjalan, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Tahun 2017 merupakan tahun ketiga pelaksanaan RSB Tahun 2015-2019, untuk itu data pembanding yang kami sajikan antara tahun 2016 dan tahun 2017. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang agar setiap program /kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator, pengukuran kinerja ini juga di maksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan kegagalan dari sasaran strategis RSMM Bogor dalam kurun waktu satu tahun (2017) serta memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Indikator Kinerja dan Penetapan Kinerja. Adapun hasil pengukuran kinerja Tahun 2016 adalah sebagai berikut:

(20)

3.1.1 Perbandingan Antara Target dan Realisasi 2017

Tabel 3.1

Pengukuran Kinerja Atas Perjanjian Kinerja Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

TARGET 2017

REALISASI 2017 A. PERSEPEKTIF STAKEHOLDER/ CUSTOMER

1. Terwujudnya Kepuasan Pelanggan/ Stakeholder 1. Tingkat Kepuasan Pelanggan 90% 88.83% 2. Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK) 80% 97.92% 2. Terwujudnya Peran Strategis Menjadi RS Jiwa Rujukan Nasional

Tingkat Kualitas Sistem Rujukan Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 3. a. Persentase rujukan yang berkualitas 60% 72.59% b. Persentase Konsultasi 60% 89.10% c. Persentase Pencapaian Integrasi Layanan 100% 100% 4. Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Pelayanan Multidisiplin 1 Model Layanan 1 Model Layanan 5. Pusat Promosi Kesehatan Jiwa 80% 100% 6.

Kerjasama Nasional dan Internasional Dalam Pendidikan, Penelitian dan Layanan di Bidang Rehabilitasi Psikososial 2 Institusi Nasional, 1 Institusi di ASEAN 2 Institusi Nasional, 1 Institusi di ASEAN

B. PERSEPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

3. Terwujudnya Layanan Ungulan Rehabilitasi Psikososial 7. Persentase Rehabilitant yang Mengalami Perbaikan Fungsi Personal dan Sosial

70% 97.85% 8. Persentase Rehabilitant Yang Mandiri di Masyarakat 50% 55.03% 4. Terwujudnya Layanan Kesehatan Jiwa yang Bermutu 9. Akreditasi Paripurna Lulus reakreditasi Versi 2012 Lulus akreditasi versi 2012 Paripurna Lulus survei verifikasi akreditasi

(21)

ke I 5. Terwujudnya Pusat Riset dan Pendidikan Kesehatan Jiwa Yang Aplikabel untuk Mendukung Layanan Unggulan Rehabilitasi Psikososial 10.

Lisensi Sebagai Pusat Riset dan Pendidikan di Bidang Rehabilitasi Psikososial dari Lembaga yang Berwenang (Kementerian Kesehatan RI) Program penelitian oleh staf internal Proses 6. Terwujudnya Kemitraan yang Berkualitas di Bidang Kesehatan Jiwa 11. Tingkat Kualitas Kemitraan Layanan Kesehatan Jiwa 70% 96.20% 7. Terwujudnya Transformasi Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Layanan Multidisiplin 12.

Proses bisnis yang Terintegrasi dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 5 Layanan 5 Layanan 8. Terwujudnya Pemberdaya an Masyarakat dalam Meningkatka n Derajat Kesehatan Jiwa 13. Pembinaan Kelompok Swabantu Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 2 Kelompok 3 Kelompok C. PERSEPEKTIF FINANSIAL 9. Terwujudnya Efisiensi Anggaran Berbasis Kebutuhan 14. Tingkat Efisiensi Anggaran 90% 86.35% 10. Terwujudnya POBO yang Optimal 15. Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB) 65% 56.79%

(22)

D. PERSEPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN 11. Terwujudnya Budaya Kinerja yang Efektif

16. Tingkat Proses Budaya

Kinerja 80% 95.05%

17.

Persentase SDM yang memiliki Kinerja Sesuai Standar 70% 70.92% 12. Terwujudnya Sistem Informasi Rumah Sakit yang Terintegrasi 18. Level IT yang

Terintegrasi Siloed 2 Siloed 1

13. Terwujudnya Kehandalan Sarana dan Prasarana 19. Tingkat Kehandalan Sarpras / OverallEquipment Effectiveness (OEE) 80% 70.83% 14. Terwujudnya SDM yang Handal dan Kompeten 20. Persentase SDM yang Memiliki Kompetensi Sesuai Standar 70% 96.22% 21. Persentase SDM yang Mendapat Pelatihan Sesuai Standar 70% 57.16%

(23)

3.1.2 Perbandingan Antara Realisasi 2017 dan Realisasi 2016

Tabel 3.2

Perbandingan Realisasi Atas Perjanjian Kinerja Tahun 2017 dan 2016 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

REALISASI 2017

REALISASI 2016 A. PERSEPEKTIF STAKEHOLDER/ CUSTOMER

1. Terwujudnya Kepuasan Pelanggan/ Stakeholder 1. Tingkat Kepuasan Pelanggan 88.83% 90.5% 2. Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK) 97.92% 100% 2. Terwujudnya Peran Strategis Menjadi RS Jiwa Rujukan Nasional

Tingkat Kualitas Sistem Rujukan Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 3. a. Persentase rujukan yang berkualitas 72.59% 95% b. Persentase Konsultasi 89.10% 64% c. Persentase Pencapaian Integrasi Layanan 100% 100% 4. Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Pelayanan Multidisiplin 1 Model Layanan 1 Model Layanan 5. Pusat Promosi Kesehatan Jiwa 100% 82.44% 6.

Kerjasama Nasional dan Internasional Dalam Pendidikan, Penelitian dan Layanan di Bidang Rehabilitasi Psikososial 2 Institusi Nasional, 1 Institusi di ASEAN 2 Institusi Nasional, 1 Institusi di ASEAN

B. PERSEPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

3. Terwujudnya Layanan Ungulan Rehabilitasi Psikososial 7. Persentase Rehabilitant yang Mengalami Perbaikan Fungsi Personal dan Sosial

97.85% 99.6% 8. Persentase Rehabilitant Yang Mandiri di Masyarakat 55.03% 19.4% 4. Terwujudnya Layanan Kesehatan Jiwa yang Bermutu 9. Akreditasi Paripurna Lulus akreditasi versi 2012 Paripurna Lulus survei verifikasi akreditasi Lulus Akreditasi Paripurna

(24)

ke I 5. Terwujudnya Pusat Riset dan Pendidikan Kesehatan Jiwa Yang Aplikabel untuk Mendukung Layanan Unggulan Rehabilitasi Psikososial 10.

Lisensi Sebagai Pusat Riset dan Pendidikan di Bidang Rehabilitasi Psikososial dari Lembaga yang Berwenang (Kementerian Kesehatan RI) Proses Proses 6. Terwujudnya Kemitraan yang Berkualitas di Bidang Kesehatan Jiwa 11. Tingkat Kualitas Kemitraan Layanan Kesehatan Jiwa 96.20% 85.7% 7. Terwujudnya Transformasi Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Layanan Multidisiplin 12.

Proses bisnis yang Terintegrasi dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 5 Layanan 4 Layanan 8. Terwujudnya Pemberdaya an Masyarakat dalam Meningkatka n Derajat Kesehatan Jiwa 13. Pembinaan Kelompok Swabantu Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 3 Kelompok 2 Kelompok C. PERSEPEKTIF FINANSIAL 9. Terwujudnya Efisiensi Anggaran Berbasis Kebutuhan 14. Tingkat Efisiensi Anggaran 86.35% 78.81% 10. Terwujudnya POBO yang Optimal 15. Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB) 56.79% 56%

(25)

D. PERSEPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN 11. Terwujudnya Budaya Kinerja yang Efektif

16. Tingkat Proses Budaya

Kinerja 95.05% 86.77%

17.

Persentase SDM yang memiliki Kinerja Sesuai Standar 70.92% 74.13% 12. Terwujudnya Sistem Informasi Rumah Sakit yang Terintegrasi 18. Level IT yang

Terintegrasi Siloed 1 Siloed 1

13. Terwujudnya Kehandalan Sarana dan Prasarana 19. Tingkat Kehandalan Sarpras / OverallEquipment Effectiveness (OEE) 70.83% 64% 14. Terwujudnya SDM yang Handal dan Kompeten 20. Persentase SDM yang Memiliki Kompetensi Sesuai Standar 96.22% 96.28% 21. Persentase SDM yang Mendapat Pelatihan Sesuai Standar 57.16% 104.55%

(26)

3.1.3 Perbandingan Antara Realisasi 2017 dan Target 2019

Tabel 3.3

Perbandingan Realisasi Atas Perjanjian Kinerja Tahun 2017 dan Targer 2019 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

NO SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

REALISASI 2017

TARGET 2019 A. PERSEPEKTIF STAKEHOLDER/ CUSTOMER

1. Terwujudnya Kepuasan Pelanggan/ Stakeholder 1. Tingkat Kepuasan Pelanggan 88.83% 90% 2. Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK) 97.92% 100% 2. Terwujudnya Peran Strategis Menjadi RS Jiwa Rujukan Nasional

Tingkat Kualitas Sistem Rujukan Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa

3. d. Persentase rujukan yang berkualitas 72.59% 70% e. Persentase Konsultasi 89.10% 70% f. Persentase Pencapaian Integrasi Layanan 100% 100% 4. Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Pelayanan Multidisiplin 1 Model Layanan 1 model layanan 5. Pusat Promosi Kesehatan Jiwa 100% 90% 6.

Kerjasama Nasional dan Internasional Dalam Pendidikan, Penelitian dan Layanan di Bidang Rehabilitasi Psikososial 2 Institusi Nasional, 1 Institusi di ASEAN 2 institusi nasional + 1 ASEAN + 1 Asia

B. PERSEPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL

3. Terwujudnya Layanan Ungulan Rehabilitasi Psikososial 7. Persentase Rehabilitant yang Mengalami Perbaikan Fungsi Personal dan Sosial

97.85% 85% 8. Persentase Rehabilitant Yang Mandiri di Masyarakat 55.03% 50% 4. Terwujudnya Layanan Kesehatan Jiwa yang Bermutu 9. Akreditasi Paripurna Lulus akreditasi versi 2012 Paripurna Lulus survei verifikasi Lulus Akreditasi JCI

(27)

akreditasi ke I 5. Terwujudnya Pusat Riset dan Pendidikan Kesehatan Jiwa Yang Aplikabel untuk Mendukung Layanan Unggulan Rehabilitasi Psikososial 10.

Lisensi Sebagai Pusat Riset dan Pendidikan di Bidang Rehabilitasi Psikososial dari Lembaga yang Berwenang

(Kementerian Kesehatan RI)

Proses Mendapat lisensi

6. Terwujudnya Kemitraan yang Berkualitas di Bidang Kesehatan Jiwa 11. Tingkat Kualitas Kemitraan Layanan Kesehatan Jiwa 96.20% 90% 7. Terwujudnya Transformasi Layanan Kesehatan Jiwa dengan Pendekatan Layanan Multidisiplin 12.

Proses bisnis yang Terintegrasi dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 5 Layanan 6 layanan 8. Terwujudnya Pemberdaya an Masyarakat dalam Meningkatka n Derajat Kesehatan Jiwa 13. Pembinaan Kelompok Swabantu Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa 3 Kelompok 5 Kelompok C. PERSEPEKTIF FINANSIAL 9. Terwujudnya Efisiensi Anggaran Berbasis Kebutuhan 14. Tingkat Efisiensi Anggaran 86.35% 90% 10. Terwujudnya POBO yang Optimal 15. Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB) 56.79% 65%

(28)

D. PERSEPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN 11. Terwujudnya Budaya Kinerja yang Efektif

16. Tingkat Proses Budaya

Kinerja 95.05% 90%

17.

Persentase SDM yang memiliki Kinerja Sesuai Standar 70.92% 80% 12. Terwujudnya Sistem Informasi Rumah Sakit yang Terintegrasi 18. Level IT yang

Terintegrasi Siloed 1 Integrated 2

13. Terwujudnya Kehandalan Sarana dan Prasarana 19. Tingkat Kehandalan Sarpras / OverallEquipment Effectiveness (OEE) 70.83% 90% 14. Terwujudnya SDM yang Handal dan Kompeten 20. Persentase SDM yang Memiliki Kompetensi Sesuai Standar 96.22% 80% 21. Persentase SDM yang Mendapat Pelatihan Sesuai Standar 57.16% 80%

(29)

3.1.4 Analisa Terhadap Penilaian Perjanjian Kinerja 2017

Analisa yang dilakukan terhadap penilaian perjanjian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Kepuasan Pelanggan

Gambar 3.1

Tingkat Kepuasan Pelanggan Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Survei kepuasan pelanggan dilakukan pada 10 layanan instalasi dengan menggunakan kuesioner kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan kepuasan pelanggan adalah sebesar 88,83%, belum mencapai target yang ditentukan sebesar 90%.

Kendala dan permasalahan:

a. Belum optimalnya koordinasi antar unit layanan;

b. Belum optimalnya fasilitas keselamatan dan kenyamanan untuk pasien; c. Belum optimalnya edukasi pada pasien dan keluarga;

d. Survei kepuasan pelanggan belum dievaluasi dan dianasis secara berkala;

e. Layanan customer service belum optimal.

88%

89%

89%

90%

90%

TAHUN 2017

90%

88.83%

KEPUASAN PELANGGAN

TAHUN 2017

TARGET

CAPAIAN

(30)

Usulan Pemecahan masalah:

a. Koordinsai antar unit ditingkatkan;

b. Melengkapi fasilitas layanan terutama yang berhubyngan dengan keselamatan dan kenyamanan pasien dan keluarga;

c. Eduksi secara berkala baik untuk pasien maupun keluarga; d. Layanan customer service dioptimalkan.

2. Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK)

Gambar 3.2

Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK) Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Capaian tahun 2017 adalah 97.92%. Capaian angka tersebut melebihi target sebesar 80%.

Kendala dan permasalahan:

Kendala yang kemungkinan dapat menjadi hambatan di kemudian hari seperti:

a. Belum terpenuhinya jumlah tenaga sesuai kebutuhan;

b. Belum ada pelatihan khusus dalam hal penanganan keluhan pelanggan; c. Belum tersedianya fasilitas ruangan khusus menangani keluhan

pelanggan;

d. Belum optimalnya monitoring evaluasi.

0%

50%

100%

TAHUN 2017

80%

97.92%

KECEPATAN RESPON TERHADAP

KOMPLAIN (KRK)

TAHUN 2017

(31)

Usulan pemecahan masalah:

a. Pemenuhan jumlah tenaga sesuai kebutuhan; b. Pelatihan penanganan keluhan pelanggan;

c. Tersedianya ruangan khusus yang nyaman untuk mediasi penanganan keluhan pelanggan;

d. Mengoptimalkan monitoring evaluasi.

3. Tingkat Kualitas Sistem Rujukan Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa a. Persentase Rujukan Yang Berkualitas

Gambar 3.3

Persentase Rujukan Yang Berkualitas Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Persentase rujukan yang berkualitas yaitu dengan mengukur jumlah rujukan tepat indikasi dibandingkan dengan jumlah rujukan, sudah dilaksanakan dengan persentase 72.59%. Capaian angka tersebut melebihi target sebesar 60%. Rujukan yang dimaksud adalah rujukan pasien dengan gangguan jiwa ke RSMM atas indikasi medis. Tingginya angka capaian rujukan yang berkualitas ini disebabkan karena sudah terjalinnya koordinasi antara RSMM melalui Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat dengan Puskesmas-Puskesmas di wilayah binaan RSMM,

0%

50%

100%

TAHUN 2017

60%

72.59%

PERSENTASE RUJUKAN YANG

BERKUALITAS

TAHUN 2017

(32)

melalui MoU dengan Dinas Kesehatan. RSMM juga rutin mengadakan pertemuan dengan petugas kesehatan Puskesmas untuk menjalin kemitraan dan meningkatkan koordinasi, sehingga petugas Puskesmas dapat memberikan penanganan awal pasien dengan gangguan jiwa dan melakukan rujukan ke RSMM sesuai indikasi.

b. Persentase Konsultasi

Gambar 3.4

Persentase Konsultasi Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Persentase konsultasi adalah menghitung jumlah konsultasi yang terlaksana dibandingkan dengan target konsultasi. Tahun 2017 capaian konsultasi (psikiatri) mencapai 89.10%. Capaian angka tersebut melebihi target sebesar 60%. Konsultasi yang dimaksud adalah konsultasi dalam penanganan pasien dengan gangguan jiwa yang dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada tim kesehatan jiwa di RSMM. Konsultasi dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui konsultasi langsung pada saat kunjungan pendampingan petugas RSMM ke Puskesmas, maupun konsultasi lewat telepon atau cara lain.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

TAHUN 2017

60%

89.10%

PERSENTASE KONSULTASI

TAHUN 2017

TARGET

CAPAIAN

(33)

c. Persentase Pencapaian Integrasi Layanan

Gambar 3.5

Persentase Pencapaian Integrasi Layanan Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Dari taget kerjasama dengan 2 institusi pencapaian saat ini sudah mencapai 100%. Integrasi layanan kesehatan jiwa saat ini telah dilaksanakan di dua institusi, yaitu PSBL Phalamarta yang merupakan kerjasama antara RSMM dengan Kementerian Sosial dan integrasi di Kebon Pedes yang merupakan kerjasama antara RSMM dengan Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat.

Kendala dan permasalahan:

1) Belum optimalnya monitoring dan evaluasi yang menganalisis tingkat kualitas sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan jiwa;

2) Belum optimalnya koordinasi dengan instansi luar terkait.

Usulan Pemecahan masalah:

1) Monitoring dan evaluasi oleh manajemen ditingkatkan;

2) Mengoptimalkan koordinasi dengan instansi terkait (Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Bogor, Dinas Sosial, rumah sakit sekitar, Puskesmas, Sekolah-sekolah, perusahaan dll).

0%

50%

100%

TAHUN 2017

100%

100%

PERSENTASE PENCAPAIAN INTEGRASI

LAYANAN

TAHUN 2017

(34)

4. Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa Dengan Pendekatan Pelayanan Multidisiplin

Gambar 3.6

Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa Dengan Pendekatan Pelayanan Multidisiplin Tahun 2017

RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Pengembangan model layanan kesehatan jiwa dengan pendekatan pelayanan multi disiplin untuk tahun 2017 adalah berupa pelayanan klinik

Early Psychotic berupa pelayanan yang dilakukan oleh Psikiater, Psikologi

Klinik, Perawat, Pekerja Sosial. Layanan Early Psychotic ini merupakan layanan khusus yang diperuntukkan bagi pasien-pasien dengan gangguan psikotik dini. Diharapkan dengan penanganan yang lebih intensif dan komprehensif, angka keberhasilan terapi akan lebih tinggi, dan prognosis untuk meningkatkan kualitas hidup akan lebih baik.

Layanan Klinik Early Psychotic ini dilaksanakan sejak awal tahun 2017 dengan pasien semakin meningkat setiap bulannya. Dalam 1 tahun jumlah pasien klinik Early Psychotic mencapai 162 kunjungan dibandingkan dengan kunjungan tahun 2016 sebanyak 5 kunjungan.

0

1

1

TAHUN 2017

1 Model

Layanan

1 Model

Layanan

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN

KESEHATAN JIWA DENGAN PENDEKATAN

PELAYANAN MULTI DISIPLIN

TAHUN 2017

(35)

5. Pusat Promosi Kesehatan Jiwa

Gambar 3.7

Pusat Promosi Kesehatan Jiwa Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Tujuan dari promosi kesehatan jiwa adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan jiwa, dan mengenali secara dini tanda-tanda gangguan jiwa, sehingga bisa diberikan penanganan yang tepat pada waktu yang tepat. Promosi kesehatan jiwa dilakukan oleh RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor dengan instalasi Keswamas sebagai promotor utama dengan kegiatan berupa promotif dan preventif melalui berbagai media, baik promosi secara langsung di dalam maupun di luar rumah sakit, maupun promosi melalui media cetak dan elektronik. Pada tahun 2017 capaian dari kinerja menjadi pusat promosi kesehatan jiwa sudah mencapai 100% dari target 80%.

Kendala dan permasalahan:

a. Belum optimalnya koordinasi antar unit lintas sektoral;

b. Belum optimalnya pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa dan masih tingginya stigma terhadap gangguan jiwa;

c. Belum optimalnya sistem pembiayaan untuk pasien dengan gangguan jiwa, terutama untuk pasien terlantar.

0%

50%

100%

TAHUN 2017

80%

100%

PUSAT PROMOSI KESEHATAN JIWA

TAHUN 2017

(36)

Usulan Pemecahan masalah:

a. Meningkatkan koordinasi lintas sektor secara lebih intensif;

b. Meningkatkan sosialisasi pada masyarakat dengan cara penyuluhan, membuat leaflet, spanduk dan poster, melakukan promosi pada stakeholder dan koordinasi yang kontinyu.

6. Kerjasama Nasional Dan Internasional Dalam Pendidikan, Penelitian Dan Layanan Di Bidang Rehabilitasi

Gambar 3.8

Kerjasama Nasional dan Internasional Dalam Pendidikan, Penelitian Dan Layanan Di Bidang Rehabilitasi Tahun 2017

RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Target capaian kerjasama nasional dan internasional dalam pendidikan, penelitian dan layanan di bidang Rehabilitasi Psikososial adalah kerjasama dengan 2 institusi nasional dan 1 institusi internasional di Asean. Kerjasama dengan institusi internasional di Asean ini sudah terlaksana, yaitu dengan Permai Hospital, Johor Bahru, Malaysia. Hanya kelanjutan kerjasama tersebut yang belum dapat terlaksana pada tahun 2017 yaitu mengirimkan staf Instalasi Rehabilitasi Psikososial untuk pelatihan dan magang ke Permai Hospital, Johor Bahru, Malaysia, hal ini disebabkan karena belum ada persetujuan dari pihak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

0

5

TAHUN 2017

2 institusi nasional dan 1 institusi internasional di Asean 2 institusi nasional dan 1 institusi internasional di Asean

KERJASAMA NASIONAL DAN

INTERNASIONAL DALAM PENDIDIKAN,

PENELITIAN DAN LAYANAN DI BIDANG

REHABILITASI PSIKOSOSIAL

TAHUN 2017

(37)

7. Persentase Rehabilitant Yang Mengalami Perbaikan Fungsi Personal dan Sosial

Gambar 3.9

Persentase Rehabilitant Yang Mengalami Perbaikan Fungsi Personal dan Sosial Tahun 2017

RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Perbaikan fungsi personal dan sosial adalah peningkatan kemampuan pasien gangguan jiwa yang telah menjalani penatalaksanaan, baik medikamentosa, psikoterapi dan rehabilitasi psikososial, dimana tujuan rehabilitasi psikososial ini adalah untuk meningkatkan berbagai ketrampilan pasien (ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, fungsi kognitif dan ketrampilan vokasional) yang mengalami gangguan pada saat seseorang mengalami gangguan jiwa berat. Peningkatan fungsi tersebut dihitung dengan skor GAF (Global Assessment

of Functioning), yang mengukur fungsi psikologi, fungsi sosial dan fungsi

okupasional. Presentase Rehabilitant yang mengalami perbaikan fingsi personal dan sosial pada tahun 2017 mencapai angka 97,85% dari target 70% yang telah ditetapkan. Pada tahun 2017 kegiatan-kegiatan layanan yang dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Psikososial telah berjalan lebih optimal dibandingkan dengan tahun 2016, kegiatan telah terjadwal dengan baik, kompetensi petugas juga meningkat, sehingga hasil yang didapatkan dalam melayani pasien juga mengalami peningkatan.

0%

50%

100%

TAHUN 2017

70%

97.85%

PERSENTASE REHABILITAN YANG

MENGALAMI PERBAIKAN FUNGSI

PERSONAL DAN SOSIAL

TAHUN 2017

(38)

8. Persentase Rehabilitant Yang Mandiri Di Masyarakat

Gambar 3.10

Persentase Rehabilitant Yang Mandiri Di Masyarakat Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Rehabilitant yang mandiri di masyarakat adalah pengukuran fungsi Rehabilitant yang telah menyelesaikan kegiatan rehabilitasi psikososial dan mengalami perbaikan fungsi personal dan sosial. Pada saat pasien tersebut pulang, petugas dari rehabilitasi psikososial akan melakukan follow up selama pasien tinggal di masyarakat. Follow up ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan fungsi pasien tetap optimal di masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya melalui kemitraan lintas sektor, rehabilitasi berbasis masyarakat, dan case management. Capaian presentase Rehabilitant yang mandiri di masyarakat sudah mencapai target sebesar 55,03%, dari target 50%.

Kendala dan permasalahan:

a. Belum optimalnya sistem case management yang dilakukan terhadap Rehabilitant yang telah menjalani rehabilitasi psikososial dan kembali ke tempat tinggalnya;

b. Belum akuratnya data Rehabilitant di tempat tinggalnya;

c. Belum optimalnya kerjasama dengan unit terkait di masyarakat dalam penanganan pasien dengan gangguan jiwa di masyarakat;

d. Kurangnya tenaga pekerja sosial yang melakukan kunjungan rumah.

40%

50%

60%

TAHUN 2017

50%

55.03%

PERSENTASE REHABILITAN YANG

MANDIRI DI MASYARAKAT

TAHUN 2017

(39)

Usulan Pemecahan masalah:

a. Mengoptimalkan pendataan Rehabilitant yang telah menjalani kegiatan rehabilitasi psikososial dan telah kembali ke tempat tinggalnya;

b. Meningkatkan kemitraan dan koordinasi lintas sektor dalam penanganan pasien gangguan jiwa di masyarakat;

c. Menjalin kerjasama lintas sektor dalam kegiatan rehabilitasi berbasis komunitas untuk membantu menjaga stabilitas dan kemandirian Rehabilitant di lingkungannya.

9. Akreditasi Paripurna

Gambar 3.11

Akreditasi Paripurna Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Tanggal 28 – 29 Agustus 2017 RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor telah melaksanakan penilaian Survei Verifikasi Akreditasi Versi 2012 Ke I dengan hasil Lulus Akreditasi Versi 2012 Paripurna. Hasilnya cukup memuaskan dengan masih menyandang predikat Paripurna. Program Perbaikan Strategis sudah diusahakan dapat dilaksanakan sesuai dengan yang di persyaratkan pada standar akreditasi Rumah Sakit. Perbaikan yang terus menerus untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor akan dilaksanakan secara optimal.

0

1

1

TAHUN 2017

Lulus Akreditasi Versi 2012 Lulus Akreditasi Versi 2012 Lulus Survei Verifikasi Akreditasi Ke I

AKREDITASI PARIPURNA

TAHUN 2017

TARGET

CAPAIAN

(40)

10. Lisensi Sebagai Pusat Riset Dan Pendidikan Di Bidang Rehabilitasi Psikososial Dari Lembaga Yang Berwenang (Kementerian Kesehatan)

Gambar 3.12

Lisensi Sebagai Pusat Riset Dan Pendidikan di Bidang Rehabilitasi Psikososial Dari Lembaga Yang Berwenang

(Kementerian Kesehatan) Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

RS. dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor sedang berproses menuju Pusat Riset dan Pendidikan Rehabilitasi Psikososial. Penyusunan kurikulum sedang dibuat. Dengan penyusunan modul dan kurikulum ini, selanjutnya akan dilakukan pengesahan melalui akreditasi oleh Lembaga yang berwenang, sehingga diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pelatihan petugas rehabilitasi psikososial di Indonesia.

Kendala dan Permasalahan:

a. Belum tersedia peneliti kesehatan (rehabilitasi psikososial) yang cukup; b. Belum tersedia sarana pendukung riset, pengolah data, dan gedung

pusat data.

0

1

1

TAHUN 2017

Program Penelitian Oleh

Staf Internal Proses

LISENSI SEBAGAI PUSAT RISET DAN

PENDIDIKAN DI BIDANG REHABILITASI

PSIKOSOSIAL DARI LEMBAGA YANG

BERWENANG (KEMENTERIAN

KESEHATAN RI)

TAHUN 2017

(41)

11. Tingkat Kualitas Kemitraan Layanan Kesehatan Jiwa

Gambar 3.13

Tingkat Kualitas Kemitraan Layanan Kesehatan Jiwa Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang di capai saat ini:

Kemitraan dalam pelayanan kesehatan jiwa merupakan hal yang pemting, dan RSMM sebagai rumah sakit jiwa mempunyai tanggungjawab untuk menjadi leader dari proses kemitraan tersebut. Mengingat hanya sebagian kecil penderita gangguan jiwa yang dapat ditangani oleh rumah sakit, dan sebagian besar penderita tinggal di masyarakat, maka tanggungjawab dalam penanganan orang dengan gangguan jiwa merupakan tanggungjawab bersama. Pelayanan kesehatan jiwa dilakukan bersama-sama melalui kemitraan, antara sektor kesehatan, sosial dan sektor lain yang terkait. Kerjasama ini diperkuat dengan perjanjian kerjasama, yang membagi tanggungjawab masing-masing institusi dalam penanganan masalah kesehatan jiwa. Saat ini RSMM telah menjalin kerjasama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pendidikan. Tingkat kualitas hubungan kemitraan kesehatan jiwa adalah berfungsinya hubungan kemitraan kesehatan jiwa yang meliputi fungsi koordinasi, kolaborasi, pendampingan dan sistem rujukan. Pada tahun 2017 tingkat kualitas kemitraan layanan kesehatan jiwa ini mencapai 96,20% dari target 70%. Capaian ini sudah melebihi target yang di tetapkan, tetapi masih ada beberapa hal yang dikerjakan belum optimal.

0%

50%

100%

TAHUN 2017

70%

96.20%

TINGKAT KUALITAS KEMITRAAN

LAYANAN KESEHATAN JIWA

(42)

Kendala dan permasalahan:

a. Kemitraan belum berjalan optimal, pada beberapa wilayah belum terjalin perjanjian kerjasama;

b. Turunan dari kerjasama dengan Dinas Kesehatan belum optimal terlaksana di tingkat Puskesmas;

c. Belum semua wilayah terjalin kerjasama melalui perjanjian kerjasama.

Usulan Pemecahan masalah:

a. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi lintas sektor pada jangkauan yang lebih luas, mengingat RSMM adalah rumah sakit jiwa rujukan nasional;

b. Melakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi, sehingga bisa dilakukan pembenahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat.

12. Proses Bisnis Yang Terintegrasi Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa

Gambar 3.14

Proses Bisnis Yang Terintegrasi Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang di capai saat ini:

Proses bisnis yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan jiwa merupakan proses pemberian pelayanan yang komprehensif, multidisiplin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat. Sebagai rumah

0

5

TAHUN 2017

5 Layanan 5 Layanan

PROSES BISNIS YANG TERINTEGRASI

DALAM PELAYANAN KESEHATAN JIWA

TAHUN 2017

(43)

sakit jiwa, RSMM mempunyai tanggungjawab untuk memberikan pelayanan yang komprehensif pada masyarakat, sehingga dapat menjadi rujukan bagi rumah sakit jiwa lain dan bagi pemberi layanan kesehatan di PPK I dan PPK II dalam pelayanan kesehatan jiwa.

Pada tahun 2017 terdapat 5 layanan sebagai transformasi layanan kesehatan jiwa dengan pendekatan multi disiplin, yaitu:

a. Klinik Early Psychotic; b. Klinik Anak Remaja; c. Klinik Ansietas Depresi; d. Klinik Psikogeriatri;

e. Klinik CLP (Consultation Liaison Psychiatry).

Kegiatan 5 layanan tersebut sudah dilaksanakan pada tahun 2017, dengan jumlah pasien mulai meningkat setiap triwulannya.

13. Pembinaan Kelompok Swabantu Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa

Gambar 3.15

Pembinaan Kelompok Swabantu Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa Tahun 2017

RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang di capai saat ini:

Pada tahun 2017 sudah dilakukan pembinaan kelompok swabantu dalam pelayanan kesehatan jiwa, bahkan dilakukan pemantapan pendampingan kelompok swabantu tersebut sebanyak 3 kelompok swabantu, yaitu:

0

2

4

TAHUN 2017

3 Kelompok 3 Kelompok

PEMBINAAN KELOMPOK SWABANTU

DALAM PELAYANAN KESEHATAN JIWA

TAHUN 2017

(44)

a. Komunitas Peduli Skozofrenia Indonesia (KPSI); b. Bipolar Care Indonesia (BCI);

c. KKDC.

Pertemuan dengan kelompok swabantu ini dilaksanakan pada hari libur dan belum ada feedback perkembangan Rehabilitant. Terkadang pertemuan berlangsung secara seremonial, belum ada komitmen tindak lanjut terhadap Rehabilitant. Maka rencana pemecahan masalah yang ada akan dilakukan evaluasi ulang program bersama Komunitas Peduli Skizofrenia Pusat, Bipolar Care Pusat dan KKDC.

14. Tingkat Efisiensi Anggaran

Gambar 3.16

Tingkat Efisiensi Anggaran Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Capaian tahun 2017 adalah sebesar 86,35%, tidak mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 90%. Tingkat efisiensi anggaran adalah kondisi yang menggambarkan realisasi belanja dibandingkan dengan perencanaan yang berbasis kebutuhan. Realisasi belanja pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 180.317.168.760,- sedangkan perencanaan belanja yang tertuang dalam Pagu Belanja DIPA adalah sebesar Rp. 201.977.279.000,- atau mencapai 86.35% dari alokasi anggaran.

84%

86%

88%

90%

TAHUN 2017

90%

86.35%

TINGKAT EFISIENSI ANGGARAN

TAHUN 2017

(45)

Kendala dan permasalahan:

Ketidaktercapaian target belanja yang tidak sesuai dengan perencanaan disebabkan beberapa hal diantaranya:

a. Efisiensi belanja modal pengadaan gedung yang cukup tinggi (13,90%); b. Tidak optimalnya serapan anggaran belanja modal (SIM RS, peralatan

non medik dll);

c. Terdapat beberapa ajuan dalam proses yang tidak direalisasikan (obat, alkes, bahan komputer);

d. Dilakukan Revisi DIPA atas dana BLU untuk pelaksanaan kegiatan namun tidak optimal dalam realisasi serapannya;

e. Beberapa kegiatan tidak terlaksana sesuai perencanaan awal.

Usulan pemecahan masalah:

Agar pencapaian realisasi anggaran belanja dapat mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan, perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: a. Perencanaan pengadaan yang lebih baik (berbasis program); b. Percepatan proses pengadaan dengan melakukan lelang pra DIPA; c. Monitoring dan evaluasi terus-menerus atas pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa.

15. Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional (PB)

Gambar 3.17

Rasio PNBP Terhadap Biaya Operasional Tahun 201 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

50%

60%

70%

TAHUN 2017

65%

56.79%

RASIO PNBP TERHADAP BIAYA

OPERASIONAL (PB)

TAHUN 2017

(46)

Kondisi yang dicapai saat ini:

POBO adalah Rasio Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terhadap Biaya Operasional (PB). Capaian POBO untuk tahun 2017 adalah sebesar 56,79%, tidak mencapai target yang telah ditetapkan dalam RSB sebesar 65%. Pencapaian PNBP pada tahun 2017 adalah sebesar Rp.102.452.853.375,- sedangkan biaya operasional adalah sebesar Rp. 180.394.401.914,-

Kendala dan permasalahan:

Belum tercapainya Rasio POBO tahun 2017 sesuai target sesuai target sebesar 65% disebabkan karena:

a. Belum selesainya proses verifikasi tagihan BPJS atas pelayanan pasien Bulan Desember 2017;

b. Masih rendahnya BOR RS pada pelayanan rawat inap untuk tahun 2017 yaitu sebesar 66;

c. Masih cukup tingginya biaya operasional RS.

Usulan pemecahan masalah:

Agar pencapaian rasio POBO dapat mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan, perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Melakukan upaya percepatan pengajuan klaim atas pelayanan pasien BPJS;

b. Melakukan upaya percepatan penerbitan BA umpan balik dari BPJS atas klaim yang diajukan, dengan melakukan koordinasi yang baik dengan verifikator dan petugas BPJS;

c. Meningkatkan Pendapatan RS melalui peningkatan kualitas dan kuantitas layanan;

d. Melakukan upaya efisiensi atas biaya operasional RS pada semua aspek baik layanan maupun administrasi RS.

(47)

16. Tingkat Proses Budaya Kerja

Gambar 3.18

Tingkat Proses Budaya Kerja Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Berdasarkan penarikan data dari sistem finger print di Bagian SDM RSMM pada tahun 2017 didapatkan persentasi sebesar 95,05% pegawai melakukan

finger print sebagai tanda kehadiran di tempat kerja (masuk dan pulang kerja)

melebihi dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80% dan bila dibandingkan dengan tahun 2016 dengan capaian 91,36%, maka pada tahun 2017 terjadi peningkatan capaian sebesar 3,69%. Hal ini berarti bahwa tingkat proses budaya kinerja di RSMM yang diukur dengan indikator kepatuhan presensi dengan finger print telah patuh pada peraturan, sedangkan sisanya, yaitu sekitar 4,95% adalah pegawai yang tidak melakukan finger print karena tidak hadir, baik karena cuti, izin, atau alasan lainnya.

Kendala dan permasalahan:

Telah dilakukan beberapa program untuk mempertahankan bahkan meningkatkan tingkat kehadiran pegawai, namun masih ada beberapa kendala, yaitu:

70%

75%

80%

85%

90%

95%

100%

TAHUN 2017

80%

95.05%

TINGKAT PROSES BUDAYA KINERJA

TAHUN 2017

(48)

a. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin ASN khususnya penerapan hukuman disiplin, karena prosedur penyelesaian yang panjang dan birokratis;

b. Adanya tenaga shift yang tidak melakukan shift sesuai dengan jadwal yang telah diserahkan ke SDM;

c. Masih adanya jadwal dinas yang terlambat diserahkan bahkan tidak diserahkan ke Bagian SDM, sehingga menyulitkan petugas dalam melakukan setting jadwal. Terutama kehadiran dokter IGD;

d. Perlu adanya penambahan alat finger print yang dapat digunakan untuk mempermudah pegawai melakukan finger print dan perlu adanya program pemeliharaan secara rutin baik software maupun hardware.

Usulan Pemecahan Masalah:

a. Dibuat pedoman disiplin pegawai RS. dr. H. Marzoeki Mahdi sebagai turunan dari PP 53 tahun 2010, yang berisi aturan dan penerapan hukuman disiplin bagi seluruh pegawai baik PNS maupun Non PNS dengan prosedur yang lebih ringkas dan mudah diterapkan;

b. Adanya reward dan consequency bagi unit/pegawai yang mentaati aturan;

c. Dilakukan penambahan alat dan software finger print dan dilakukan pemeliharaan dengan sistem kontrak service dengan distributornya sehingga alat dapat terjaga dengan baik.

(49)

17. Persentase SDM Yang Memiliki Kinerja Sesuai Standar

Gambar 3.19

Persentase SDM Yang Memiliki Kinerja Sesuai Standar Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Prosentase SDM yang memiliki kinerja sesuai standar adalah SDM yang memenuhi kriteria sesuai standar berdasarkan penilaian kinerja yang dilakukan oleh atasan langsung melalui penilaian Indeks Kinerja Individu (IKI) dengan nilai sama dengan atau lebih besar dari 1. Pada tahun 2017 prosentase kinerja mencapai 70.92%. Lebih tinggi dari target yang ditetapkan yaitu 70%.

Kendala dan permasalahan :

a. Masih adanya persepsi yang berbeda dalam memberikan penilaian terhadap bawahannya;

b. Kurang pahamnya atasan dalam menyusun target stafnya sehingga penilaian belum mencerminkan kinerja staf;

c. Pedoman yang ada belum secara utuh dan detil memuat sistem dan prosedur dalam penilaian kinerja pegawai.

70%

70%

71%

71%

TAHUN 2017

70%

70.92%

PERSENTASE SDM YANG MEMILIKI

KINERJA SESUAI STANDAR

TAHUN 2017

(50)

Usulan pemecahan masalah:

a. Sosialisasi dan bimbingan teknis penentuan target dan penilaian kinerja sehingga para pejabat penilai mempunyai kemampuan yang sama dalam menentukan target dan memberikan penilaian;

b. Merevisi pedoman remunerasi berdasarkan perkembangan organisasi dan ketentuan remunerasi yang berlaku.

18. Level IT Yang Terintegrasi

Gambar 3.20

Level IT Yang Terintegrasi Tahun 2017 RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Pada tahun 2017 Level IT Yang Terintegrasi ditargetkan berada pada Siloed 2, capaian tahun 2017 berada pada posisi Siloed 1. Infrastruktur dan platform mengacu pada integrasi instalasi rawat inap, penunjang diagnostik dan back

office (keuangan, sdm dll) yang seharusnya tercapai pada tahun 2017 belum

dapat mencapai target.

Kendala dan permasalahan:

Aplikasi SIMRS GOS yang banyak kelemahan pada keamanan data mengakibatkan pihak pengembang melakukan rebuild terhadap aplikasi SIMRS sebelum mengembangkan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan RS, namun dalam perjalannya pengembangan tidak berjalan dengan mulus

0

1

2

TAHUN 2017

Siloed 2

Siloed 1

LEVEL IT YANG TERINTEGRASI

TAHUN 2017

(51)

dikarenakan kurangnya intensitas komunikasi antara pengembang dan user yang pada akhirnya berkali kali salah dalam memahami keinginan user. Akibatnya proses pengembangan tidak berjalan sesuai yang direncanakan.

Usulan pemecahan masalah:

Perlu adanya konsultan expert yang memahami proses bisnis rumah sakit untuk membimbing tenaga IT yang ada dan juga agar dalam proses pengembangan selanjutnya akan mengurangi kesalahpahaman. Penambahan tenaga IT terutama programmer yang berkompeten juga perlu dilakukan agar tidak bergantung dengan pengembang.

19. Tingkat Kehandalan Sarpras/Overall Equipment Effectiveness (OEE)

Gambar 3.21

Tingkat Kehandalan Sarpras/

Overall Equipment Effectiveness (OEE) Tahun 2017

RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Kondisi yang dicapai saat ini:

Capaian tahun 2017 adalah 70.83%, dengan target 80%, sehingga angka yang didapat belum mencapai target yang diinginkan. Untuk data IPSRS masih terkendala, dengan susahnya mendapatkan data dari lapangan, karena staf di ruangan yang menggunakan alat sudah cukup sibuk dengan rutinitas sehingga tidak sempat mengisi form yang IPSRS berikan, sehingga kami terkendala dengan perhitungan.

60%

80%

TAHUN 2017

80%

70.83%

TINGKAT KEHANDALAN SARANA DAN

PRASARANA/OVERALL EQUIPMENT

EFFECTIVENESS (OEE)

TAHUN 2017

Gambar

Gambar 3.24  Ketenagaan Tahun 2017  RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tabel 3.10  Realisasi Pendapatan 2017  RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
Tabel 3.14  Neraca Tahun 2017  RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Referensi

Dokumen terkait

membersihkan kandang Setelah menonton tutorial menggambar dari guru KEGIATAN 2 • Menggambar dan menggunting gambar ayam KEGIATAN 3 • Usap abur gambar ayam •

Adapun dari hasil wawancara yang peneliti lakukan di sekolah SMP Negeri 2 Lalan tepatnya tanggal 10 Oktober 2014 terhadap 2 siswa mengungkapkan bahwa “belajar

Teknik Lot Sizing adalah suatu metode perencanaan pengadaan material yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan bahan baku agar tidak terjadi kekurangan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 115 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun

Rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Aktivitas Pola Makan dan Pemilihan Pakan pada Lutung Kelabu

Perasaan binggung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan

banyak di antara peserta didik tidak dapat memenuhi tugas-tugas yang diberikan oleh guru baik secara teori maupun praktek di lapangan. Oleh karena itu,

6 Sistem dan prosedur pelayanan masih berpeluang menimbulkan KKN 7 Petugas menawarkan pelayanan untuk mempercepat proses di luar prosedur 8 Petugas menerima tawaran untuk