• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Keterampilan Kepemimpinan dasar dengan Metode Outbond sebagai faktor pendukung peningkatan kualitas hidup remaja

MA. Primaningrum Dian Marthaningtyas Universitas PGRI Semarang primaningrum.dian@gmail.com

HP. 081 2288 5426

Studi ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan kepemimpinan dasar sebagai faktor pendukung peningkatan kualitas hidup remaja. Metode yang digunakan adalah kajian pustaka, dengan literatur abstrak penelitian, review dan jurnal penelitian dengan metode outbond.

Hakekatnya, masa remaja memasuki masa individu berinteraksi sosial dan adaptif dengan lawan jenis dan membentuk kelompok. Kondisi tersebut berlaku bagi remaja yang aktif, dengan tujuan yang pasti di masa depan. Sebagian lainnya, belum memiliki rencana. Remaja belum mengetahui bagaimana seharusnya menjalani kehidupan supaya memiliki kualitas yang baik. Kualitas hidup yang baik dapat dicapai, salah satunya bila remaja memiliki keterampilan dalam memimpin dirinya sendiri, seperti disiplin waktu, mampu merencanakan masa depan, memiliki tanggungjawab terhadap diri dan orang lain. Untuk mencapai kondisi tersebut, dibutuhkan keterampilan kepemimpinan dasar dengan metode yang mampu mengungkap potensi kepemimpinan dalam diri remaja. Metode outbond menguraikan cara-cara yang lebih kreatif, inovatif dan menarik dalam menggali potensi kepemimpinan remaja. Dengan demikian, remaja akan mampu memaksimalkan sikap disiplin, bertanggungjawab, mengikuti aturan dan merencanakan strategi untuk kualitas hidup yang baik.

Kata kunci : keterampilan kepemimpinan dasar, metode outbond, kualitas hidup remaja.

PENDAHULIUAN

Masa remaja merupakan masa labil dengan berbagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Adapun tugas-tugas tersebut diantaranya seperti berinteraksi sosial, bersikap adaptif, serta mempersiapkan karir ekonomi. Karir ekonomi disini bukan berarti remaja diharuskan untuk bekerja dan mencari penghasilan. Mempersiapkan karir ekonomi lebih mengarah pada mempersiapkan kemampuan dan keterampilan diri untuk dapat bersaing dalam dunia kerja. Hurlock (2007) menyebutkan bahwa remaja akan mampu mempersiapkan karir ekonomi dengan cara memperbanyak keterampilan dan pengetahuan selama berada di masa sekolah, yang secara khusus dapat diperoleh dalam kegiatan ektrakurikuler. Dengan kegiatan ekstrakurikuler, diharapkan mampu membentuk remaja untuk memiliki sikap kompetitif. Hal ini berarti remaja dituntut untuk dapat bersikap aktif, sehingga dapat memperoleh banyak pengalaman serta pengetahuan baru, serta mampu melakukan apapun secara efektif dan menghasilkan yang terbaik.

(2)

Remaja yang aktif adalah remaja yang dapat memampukan dirinya untuk menggali pengetahuan baru, menjalin relasi sosial yang baik, mampu memiliki aktivitas yang bermanfaat. Hanya saja, sebagian dari remaja lainnya, cenderung belum dapat memampukan dirinya untuk memiliki hidup yang bermakna dan berkualitas. Ketika remaja membentuk sebuah kelompok, aktivitas yang dilakukan cenderung hanya begadang, berperilaku merokok serta minum minuman keras. Remaja berkumpul hanya sekedar mencari kesenangan, tanpa melakukan sesuatu yang menghasilkan suatu kegunaan. Sehingga dampak yang ditimbulkan cenderung negatif, seperti maraknya pergaulan bebas, pernikahan dini. Hal ini berakibat pada banyaknya perceraian di kalangan remaja, aborsi, angka kematian bayi dan sang ibu meningkat.

Permasalahan tersebut dimungkinkan terjadi, dikarenakan adanya faktor kualitas hidup yang dimiliki remaja. Pada dasarnya, kualitas hidup remaja di Indonesia dinilai relatif lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Hanya saja, sulit bersanding dan bersaing dengan Negara maju. Hal ini tercermin dari indeks kesejahteraan remaja Indonesia, berada pada peringkat 58 dari 158 negara di dunia. Meliputi penilaian terhadap pemenuhan hak-hak dasar remaja sebagai warga negara. Adapun indikator dapat terlihat pada kualitas kesehatan dan pendidikan, akses terhadap lapangan pekerjaan, akses terhadap informasi ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru, keterampilan komunikasi, serta akses terhadap lapangan politik dan pemerintahan. Lebih lanjut, indeks kesejahteraan tersebut bukan berarti terkait dengan keadaan ekonomi. Kesejahteraan yang dimaksud berkaitan dengan pemanfaatan waktu remaja dalam menjalani kehidupan, sehingga mendukung remaja untuk dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan sebagai bekal mempersiapkan karir ekonomi. Selain itu, kualitas hidup remaja dipengaruhi banyak faktor, seperti kondisi global, kondisi eksternal, kondisi interpersonal dan kondisi personal. Kondisi global meliputi kebijakan pemerintah; kondisi eksternal meliputi lingkungan tempat tinggal, pendidikan orang tua; kondisi interpersonal meliputi hubungan sosial dengan anggota keluarga; sedangkan kondisi personal meliputi dimensi fisik, mental dan spiritual.

Ada kecenderungan rendahnya daya saing dan kualitas hidup yang dimiliki remaja, dimungkinkan terjadi karena remaja kurang memiliki kemampuan untuk mengelola diri sendiri. Kemampuan tersebut berkaitan dengan bersikap disiplin diri, belajar bertanggungjawab, merencanakan masa depan, membuat strategi untuk hidup yang lebih baik. Hal ini menunjukkan kurangnya keterampilan diri remaja untuk memimpin dirinya sendiri (self leadership).

(3)

Keterampilan memimpin diri tidak hanya dibutuhkan bagi individu dewasa yang sudah bekerja. Sebagai seorang remaja, keterampilan kepemimpinan merupakan hal yang penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Musaheri (2014) bahwa kepemimpinan diri merupakan langkah utama untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Dengan kepemimpinan diri, remaja akan dapat mengatur dirinya sendiri, belajar bertanggungjawab, dan dapat memotivasi dirinya sendiri abhkan ketika berada pada tugas yang kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik remaja yang memiliki keterampilan kepemimpinan diri meliputi mampu memahami diri, mengelola diri dan mengembangkan secara terus menerus (Rosiman, 2008). Memahami diri meliputi mampu menerima kelebihan dan kekurangan, belajar menerima pendapat dan sarang orang lain. Sedangkan mengelola diri berkaitan dengan membuat strategi dan rencana untuk melakukan skala prioritas, memiliki komitmen tinggi, tidak rentan terhadap godaan dan hambatan. Kemudian mengembangkan secara terus menerus memiliki arti adanya keinginan dan usaha untuk memperbaharui kesalahan, mempertahankan keunggulan. Oleh karena itu, agar remaja dapat menjadi sumber daya manusia yang unggul dan berkompeten, karakteristik kepemimpinan perlu ditanamkan sejak dini. Salah satunya dapat menggunakan media outbound.

Outbound merupakan aktivitas yang dilakukan di luar lapangan, dimana isi dari aktivitas tersebut mampu menembus batas kemampuan yang dimiliki individu. Sehingga dengan outbound mampu menjaga otak individu agar terus bergerak aktif dalam melaksanakan sebuah kegiatan. Oleh karena itu, tujuan dari permasalahan ini adalah untuk menganalisis keterampilan kepemimpinan dasar dengan metode outbond sebagai faktor pendukung peningkatan kualitas hidup remaja. Adapun permasalahan yang diajukan yaitu apakah dengan metode outbond dapat digunakan untuk menganalisa keterampilan kepemimpinan dasar sehingga mendukung kualitas hidup remaja?

LANDASAN TEORI 1. Kualitas Hidup Remaja

Kehidupan setiap manusia tentunya memiliki makna berbeda-beda antar masing-masing individu. Ketika individu menginginkan kehidupan yang lebih baik dan memiliki makna, memerlukan sebuah komitmen yang kuat, keinginan dari diri untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut merupakan modal untuk meningkatkan kualitas hidup yang diinginkan. Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, membutuhkan waktu yang tidak pendek, dan mempersiapkan sikap mental yang tepat dan tangguh. Selain itu memerlukan sebuah

(4)

komitmen kuat, sikap kerja keras, memiliki sikap cerdas hidup dan sikap tidak mudah menyerah terhadap hambatan apapun (Wongso, 2014)

Oleh karena itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu menerapkan keinginan dan usaha keras sejak dini pada diri remaja. Salah satu cara yang dapat diterapkan dengan melibatkan remaja untuk bergerak dan beraktivitas menyelesaikan tugas-tugas, guna mendukung munculnya gagasan dan ide untuk memanfaatkan peluang yang ada.

2. Keterampilan Kepemimpinan

Sebuah keterampilan tidak terbentuk secara tiba-tiba, hal tersebut membutuhkan sebuah latihan, demikian halnya dengan kepemimpinan. Seseorang memiliki sikap kepemimpinan bukan berdasarkan garis keturunan. Meskipun demikian, setiap individu memiliki potensi kepemimpinan dalam dirinya, baik memimpin orang lain maupun memimpin diri sendiri. Hanya saja, kepemimpinan yang dikategorikan sulit adalah memimpin diri sendiri (self leadership). Kepemimpinan diri menuntut individu untuk dapat mengelola dan mengatur diri sendiri sebelum mengatur orang lain. Secara umum kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai sebuah proses yang memfasilitasi upaya antara diri individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama (Yukl, 2013). Lebih tepatnya, kepemimpinan didefinisikan sebagai komponen kunci untuk keberhasilan fungsi kerjasama (Kozlowski, Watola, Jensen, Kim & Botero, 2009).

Berdasarkan penelitian Puspitasari,dkk (2014), keterampilan kepemimpinan menjadi faktor penentu keberhasilan kelompok maupun organisasi dalam menghadapi tantangan di era globalisasi. Lebih lanjut, Northouse (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan sebuah proses individu mempengaruhi individu lain ataupun kelompok untuk bekerjasama mencapai tujuan.

3. Metode outbound

Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang berkualitas pada anak didik, dapat melalui berbagai cara, baik secara formal maupun informal. Pendidikan secara informal salah satunya dapat melalui media outbound. Outbound menurut Umar (2011) sebagai salah satu bentuk perubahan model pembelajaran pendidikan nonformal merupakan contoh dari sebuah evolusi dan reformasi tenaga pendidikan dan kependidikan. Dalam aktivitas outbound, memiliki unsur-unsur yang dapat memiliki pengaruh terhadap pengembangan kepercayaan diri, memiliki pribadi yang tangguh, dan memiliki sikap kerjasamasa tim yang baik. Hal tersebut

(5)

menjadi beberapa faktor terbentuknya sikap kepemimpinan pada individu. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Umar (2011) bahwa ada pengaruh hasil outbound training terhadap peningkatan karakter kepemimpinan pada mahasiswa jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Pelaksanaan outbound memiliki arti kegiatan di luar ruangan yang mengandung unsur permainan tersebut, mengandung unsur lain selain rekreasi, yaitu unsur edukasi. Hal ini berarti selain memperoleh rasa senang dengan permainan-permainan yang menarik dan atraktif, remaja juga memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam memecahkan tantangan secara kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Susilo (2005) bahwa pelaksanaan outbond memiliki manfaat untuk membangun kerjasama tim maupun pembentukan sifat sosial.

PENUTUP

Remaja merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi beraneka ragam. Ketika potensi tersebut dikembangkan secara positif, remaja dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Hanya saja, sebagian besar remaja di Indonesia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk berkelompok tanpa memiliki tujuan dan arah tertentu. Sehingga cenderung mudah memicu munculnya perilaku-perilaku ke arah negatif, seperti pergaulan bebas, merokok, minum minuman keras, bahkan perilaku aborsi. Masalah tersebut menunjukkan bahwa sebagian remaja belum mampu memiliki kualitas hidup yang bermakna. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode outbound dapat membantu remaja untuk memiliki aktivitas secara positif, mendukung munculnya ide-ide baru serta tidak pantang menyerah terhadap hambatan apapun. Sehingga potensi-potensi tersebut dapat memunculkan sikap kepemimpinan pada diri remaja, yang berdampak pada remaja berani mengambil sebuah keputusan untuk menolak hal-hal yang merugikan diri sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Jamaluddin. (2002). Outbound Management Training. Yogyakarta : UII Press.

Hurlock, Elizabeth, B. 2007. Psikologi Perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Musaheri. 2014. Self Leadership: Motor Penggerak Kepemimpinan Mutu Pendidikan. Jurnal Pelopor Pendidikan, Vol. 6, No. 2 Juni 2014.

(6)

Santrock, JW. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jilid 1&2, Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Susilo, Agoes. (2004). Outbound itu menyesatkan?. Jakarta : Budi Cendekia.

Rosiman, Mohammad. 2008. Kepemimpinan diri. Diakses dari http://trusco.or.id/kepemimpinandiri.html

Umar, Totong. (2011). Pengaruh outbond training terhadap peningkatan rasa percaya diri kepemimpinan dan kerjasama tim. (Studi kasus pada mahasiswa jurusan olahraga dan kesehatan Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta). Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN:1411-8319. Vol 11 No. 3 Tahun 2011.

Wongso, Andrie. 2014. Artikel : Meingkatkan kualitas diri. Diakses dari www.andriewongso.com

Yukl, G. (2013). Leadership in organizations (8th ed). Essex, UK : Pearson.

Referensi

Dokumen terkait

Amanat yang digunakan tersurat dari isi novel; (2) Nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel adalah peduli sosial, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh refluks pada konsentrasi dan jenis asam yang berbeda dengan variasi metode untuk menemukan metode sintesis

Di Sumatera Barat, angka kejadian kanker payudara adalah 5,6% angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan angka kejadian rata-rata Nasional yang hanya sekitar 4,3%

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai pengkajian

Dalam rangka melakukan pemindahan ibu kota ini berbagai langkah dan tahapan sesuai peraturan perundang-undanga terkait sudah dilalui seperti keluarnya Peraturan

Berbicara tentang ekonomi Islam, perhatian biasanya tertuju pada bank Islam, atau di Indonesia disebut Bank Syariah, hal ini tidak sepenuhnya salah, namun demikian juga

Seperti terlihat pada Tabel 4, bahwa di dalam kalus juga mengandung senyawa alkaloid seperti halnya yang terdapat di dalam tanaman aslinya. Uji kromatografi lapisan

tindakan kelas (PTK). Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas VIIID SMP Negeri 3 Colomadu yang berjumlah 34 siswa dan subyek pelaksana tindakan adalah guru matematika