PROFIL CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM
PENGENTASAN KEMISKINAN DI BEBERAPA
DAERAH
Oleh :
Nama : Cahyani Tuwuntjaki NIM : 222011006
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 – Indonesia Telp. (0298) 321212, 311881
Fax. (0298) 321433, 311881 Email : feb@uksw.edu PERNYATAAN KEASLIAN KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
N a m a : CAHYANI TUWUNTJAKI N I M : 222011006
Program Studi : ILMU EKONOMI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja :
Judul : Profil Capaian Program-Program Pengentasan Kemiskinan di Beberapa Daerah
Pembimbing : Istiarsi Saptuti Kawuryan, SE, MSP Tanggal di uji : 22 Mei 2015
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 6 Mei 2015 Yang memberi pernyataan
PROFIL CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM
PENGENTASAN KEMISKINAN DI BEBERAPA
DAERAH
Oleh :
Nama : Cahyani Tuwuntjaki NIM : 222011006
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelas Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI
Disetujui Oleh:
Istiarsi Saptuti Sri Kawuryan, SE, MSP Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu
tidak akan hilang (Amsal 23:18)
Sekecil apapun, harapan itu, masih ada bagi yang
percaya dan berusaha.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua
penulis, papa Bjs Tuwuntjaki dan mama Merlin Tagogu, yang
tidak pernah lelah memberikan cinta dan semangatnya untuk
penulis menyelesaikan studi. Tidak sedikit pengorbanan yang
mereka berikan, doa yang tiada henti, demi kesuksesan penulis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena
atas perkenaanNya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja dengan judul PROFIL
CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI
BEBERAPA DAERAH. Kertas kerja ini disusun untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulis menyadari dalam
penyusunan kertas kerja ini banyak mengalami kendala namun dengan bantuan dan
bimbingan dari semua pihak, kertas kerja ini boleh selesai tepat pada waktunya.
Terima kasih kepada Tuhan karena dengan pimpinan dan kuasaNya, penulis dapat
mengatasi kesulitan-kesulitan dalam penulisan ini, dan boleh menyelesaikan kertas
kerja ini. Penulis menyadari, kertas kerja ini masih kurang sempurna, untuk itu saran
dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan
ini.
Penulis memohon maaf kepada semua pihak jika dalam penulisan ini terdapat
salah-salah dalam penulisan kata dan kesalah-salahan-kesalah-salahan lain yang terdapat dalam tulisan
ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga kertas kerja ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan bagi yang ingin melakukan penelitian lebih mendalam di masa
yang akan datang. Terima kasih
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur limpah terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segalanya, penulis bisa menuntut ilmu di tempat ini. Sesuatu yang tidak pernah
penulis rencanakan namun terjadi atas perkenaanNya. Sekarang penulis telah sampai
pada titik akhir dari rangkaian proses penuntutan ilmu di UKSW tercinta, namun
penulis menyadari ini bukanlah akhir dari segalanya melainkan awal dari perjuangan
yang baru. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
2. Ibu Istiarsi Saptuti Sri Kawuryan, SE, MSP selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak membantu dan mengarahkan dalam penulis menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dosen Wali Studi, Bapak Yulius Pratomo, SE, MIDEC, atas bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan, terima kasih karena sudah rela diganggu
waktunya kalau lagi main ke kantor beliau.
4. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
5. BPS Kota Palu, Bappeda Kota Palu, Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Kota Palu, TKPKD Kota Palu, Kantor
Bappeda dan PM Kota Palu, Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota
Palu.
6. Bapak Husin Alwi, ST dan Bapak Muhammad Yusuf sebagai Task Force
Zero Poverty Kota Palu atas kesediaannya dalam memberikan informasi.
7. Kedua orang tua tercinta, Bapak BJS Tuwuntjaki, S.Pd dan Ibu Merlin
Tagogu, S.Pd, atas pengorbanan mereka, Kakak tersayang Rusdiyanto
Eleasar, Adik-adik tersayang Ikhlas Suryalemba dan Teguh Bambang
Adiguna, serta keluarga besar yang telah memberikan cinta, dukungan,
semangat, dan doa tiada henti bagi penulis dalam penyelesaian studi.
8. Sahabat-sahabat tercinta, Adenancy Montjai, Haniel Kayupa, Deby Lestari,
Samuel Alam, Helda Tristania, Vivi Ticoalu, yang telah banyak membantu
dan memberikan dukungan semangat bagi penulis terutama banyak menolong
saat penulis melakukan penelitian di Palu.
9. Teman, sahabat sekaligus keluarga kedua di perantauan, IKMAPPOS Salatiga
khususnya sepupu Randi Bando, Marthalin Timparosa, Ronald Metungku dan
Wiwi Badjadji yang selalu setia menemani kemanapun.
10. Wawan Ariesta Pratama Tosinde, yang tanpa disadari sudah memberi
11. Teman-teman seperjuangan IE 2011 yang saling memberikan dukungan dan
telah banyak membantu selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis UKSW Salatiga.
12. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini hingga selesai.
DAFTAR ISI
Halaman Judul……… i
Lembar Pernyataan Keaslian Kertas Kerja……… ii
Lembar Persetujuan……… iii
Halaman Motto dan Persembahan……….. iv
Abstraction………. v
Abstrak……….. vi
Kata Pengantar………... vii
Ucapan Terima Kasih………. viii
Daftar Isi………. x
Daftar Tabel………. xii
Daftar Gambar……… xiv Daftar Lampiran………... xv Pendahuluan………. ……… 1 Latar Belakang……….. 1 Persoalan Penelitian……… 3 Tujuan Penelitian……… 3 Manfaat Penelitian………. 3 Tinjauan Pustaka………... 4
Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia ……… 4
Indikator Kemiskinan Menurut BPS……….. 6
MDG’s (Millenium Development Goal’s) dalam Pengentasan Kemiskinan….. 8
Penelitian Terdahulu……….………... 9
Metodologi Penelitian………..………... 14
Teknik Analisis dan Data……….. 14
Konsep dan Definisi Konsep……….. 14
Penduduk Miskin………. 14
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)………... 15
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)……… 15
Hasil Capaian Program-Program Pengentasan Kemiskinan di Beberapa
Daerah……….……….. 17
Kota Palu dan Kebijakan Palu 2015: Zero Poverty………...……… 30
Hasil Capaian Target Palu 2015: Zero Poverty…...……….. 31
Kesimpulan Palu 2015: Zero Poverty……… 38
Kesamaan dan Perbedaan Program-Program Penanggulangan Kemiskinan…...40
Penutup………...………... 43
Kesimpulan………... 43
Saran………. 44
Daftar Pustaka………. 45
Daftar Riwayat Hidup……….. 48
Lampiran-lampiran……… 49
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Laju Inflasi Kota Palu 2009-2013……….. 34
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Tengah, 2011-2013……… 32
Grafik 4.2 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Palu
2010-2013………. 33
Grafik 4.3 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Palu
2010-2013……… 33
Grafik 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Kota Palu
2010-2013………. 35
Grafik 4.5 Persentase Penduduk Miskin (P0) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah 2011-2013……….. 37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Profil Persebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Pulau (%) Tahun 2011………. 4
Gambar 2.2 Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan……… 5
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Wawancara Key-Informan ………49
Lampiran 2 Tabel Wawancara Stakeholder ……….. 51
Lampiran 3 Rekap Hasil Wawancara Awal………... 53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemiskinan di Indonesia menjadi masalah serius yang dihadapi oleh
pemerintah untuk segera diselesaikan. Angka kemiskinan di Indonesia
berdasarkan data terakhir periode September 2014 adalah sebesar 10,96% untuk
kota dan desa (BPS 2014). Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang
sangat kompleks, oleh karena itu upaya untuk menanggulangi masalah
kemiskinan ini harus dilakukan dengan cara yang mencakup keseluruhan dan
menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat, agar masyarakatnya merasakan
manfaat dari upaya penanggulangan tersebut.
Berkurangnya kemiskinan dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia
(IPM) yang menjadi dasar untuk mengukur kesejahteraan masyarakatnya dengan
melihat indikator-indikator yang digunakan IPM di Indonesia antara lain
kesehatan, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Indeks pembangunan
manusia di Indonesia setiap tahunnya meningkat dan berdasarkan data BPS, tahun
2013, IPM di Indonesia sebesar 73,81. Walaupun belum sepenuhnya, tetapi dapat
dilihat bahwa kesejahteraan masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit mulai
terpenuhi.
Pemerintah Indonesia dalam rangka menurunkan angka kemiskinan
telah menempuh berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan, antara lain
nasional seperti Jamkesmas, Program Keluarga Harapan, Program Bantuan
Operasional Sekolah, Raskin, Bantuan Siswa Miskin, Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, Kredit Usaha Rakyat, dan Kartu
Keluarga Sejahtera (sumber: TNP2K). untuk melihat keberhasilan
program-program ini yang telah diterapkan secara nasional, maka dalam penelitian ini
penulis ingin melihat capaian program-program pengentasan kemiskinan
tersebut ketika diterapkan di beberapa daerah di Indonesia. Menurut Sama’I
dkk (2010), model pengentasan kemiskinan ini memang ada yang berhasil dan
kurang berhasil. Semua tergantung dari pelaksanaan program tersebut dan
sasaran program yang tepat. Namun, dalam penelitian ini, lebih memfokuskan
pada program-program pengentasan kemiskinan di beberapa daerah yang
berhasil namun belum maksimal. Tingkat keberhasilan program pengentasan
kemiskinan dapat dilihat dari segi dampak program, komponen pemberdayaan
masyarakat, komponen bantuan langsung masyarakat, dan komponen bantuan
teknis. Sejumlah hambatan ditemukan dalam proses implementasi program
P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) ini. Diantaranya
adalah hambatan ketidakjelasan tentang aturan pelaksanaan, hambatan
komunikasi, hambatan sumberdaya khususnya dana, hambatan sikap
pelaksana yang cenderung subyektif serta hambatan kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Meskipun demikian berbagai hambatan tersebut dalam
Persoalan Penelitian
Apa saja program pengentasan kemiskinan yang sudah dan sedang berlangsung sampai dengan saat ini di beberapa daerah ?
Apa saja capaian program-program pengentasan kemiskinan tersebut dibeberapa daerah ?
Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi apa saja program-program pengentasan kemiskinan dan capaian program-program tersebut di beberapa daerah tersebut.
Manfaat Penelitian
Memperoleh pembelajaran tentang :
Efektif tidaknya program pengentasan kemiskinan mewujudkan target yang di tetapkannya di beberapa daerah tersebut.
Perbaikan / revisi apa saja yang diperlukan agar program pengentasan kemiskinan lebih efektif.
Kendala apa saja yang menghambat bekerjanya program pengentasan kemiskinan
TINJAUAN PUSTAKA
Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia
Untuk mengentaskan kemiskinan, diperlukan program-program yang
digunakan sebagai alat dalam pengentasan kemiskinan. Dalam
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, pemerintah membentuk Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang diatur
dalam Perpres No.15 Tahun 2010. Pada era Kabinet Indonesia Bersatu,
pemerintah menjadikan program penanggulangan kemiskinan sebagai
prioritas pembangunan. Untuk mencapai target mereka pada akhir tahun 2014
angka kemiskinan sebesar 8-10%.
Gambar 2.1 Profil Persebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Pulau(%) tahun
2011
(Sumber: BPS, Juli 2011)
Data di atas adalah gambaran jumlah penduduk miskin yang tersebar di seluruh
25,95%, diikuti oleh Bali dan Nusa Tenggara, Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan
yang terakhir Kalimantan dengan proporsi 6,92%.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) memiliki
beberapa program penanggulangan antara lain Jamkesmas, Program Keluarga
Harapan, Program Bantuan Operasional Sekolah, Raskin, Bantuan Siswa Miskin,
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, Kredit Usaha Rakyat, dan
Kartu Keluarga Sejahtera.
Gambar 2.2 Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan
(sumber: TNP2K, 2011)
Dari ketiga klaster diatas, inilah yang menjadi instrument utama dalam
penanggulangan kemiskinan di Indonesia. program-program yang dikeluarkan
oleh TNP2K adalah program-program yang berdasarkan 3 klaster. Selain 3
Perluasan Kegiatan Pro-Rakyat yang di atur dalam Keputusan Presiden Nomor
10 Tahun 2011, yang di antaranya meliputi :
1. Program Rumah Sangat Murah
2. Program Kendaraan Angkutan Umum Murah
3. Program Air Bersih Untuk Rakyat
4. Program Listrik Murah dan Hemat
5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan
6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan.
Program penanggulangan kemiskinan Klaster I antara lain Program Keluarga
Harapan, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin,
Jamkesmas, dan Bantuan Raskin. Untuk Klaster II ada juga Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Padat Karya/Perluasan dan
Pengembangan Kesempatan Kerja. Sedangkan pada Klaster III program yang
dilaksanakan antara lain Kredit Usaha Rakyat dan Kredit Usaha Bersama
(KUBE). Program-program pengentasan kemiskinan di atas, diharapkan dapat
mengurangi bahkan mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Indikator Kemiskinan Menurut BPS
Keberhasilan pengentasan kemiskinan dilihat dari berkurangnya jumlah
masyarakat miskin yang dapat diukur melalui beberapa indikator. Menurut
atau tidak jika suatu rumah tangga sudah masuk dalam 9 indikator maka
sudah dikategorikan miskin, indikator antara lain :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/
air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya.
Semakin sedikit masyarakat yang masuk dalam indikator di atas, artinya
masyarakat miskin semakin sedikit dan kemiskinan semakin berkurang.
MDG’s (Millennium Development Goal’s) dalam Pengentasan
Kemiskinan
Program-program penanggulangan kemiskinan dikatakan berhasil ketika
masyarakat sudah memenuhi syarat kehidupan layak seperti yang menjadi
tujuan dari MDG’s. Menurunkan angka kemiskinan menjadi tujuan dari
MDGs. MDGs mencakup delapan komponen besar, tujuh dari delapan tujuan
tersebut adalah mengurangi setengah dari total jumlah orang miskin dan
kelaparan, dan tujuan-tujuan yang lainnya yang mendukung untuk
pengentasan kemiskinan di negara berkembang. Dibawah ini adalah grafik
indeks pembangunan manusia yang digunakan untuk mengukur capaian
kesejahteraan hidup masyarakat dengan melihat indikator-indikator di dalam
Tujuan MDGs yang pertama yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
diukur dengan target :
Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah US$1 per hari menjadi setengahnya pada kurun waktu 1990-2015
Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.
Dengan tercapainya tujuan dari MDG’s di atas, maka pengentasan
kemiskinan dapat dikatakan berhasil.
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan tujuan fokus penelitian ini, maka dapat dilihat program-program
pengentasan kemiskinan yang berhasil namun belum maksimal melalui
No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian 1 Sama’I dkk,2010 Model Pengentasan kemiskinan di Kabupaten Situbondo - Pemberdayaan masyarakat
- Bantuan Langsung Masyarakat
- Bantuan Teknis 2 Tibyan, Universitas Sebelas Maret Analisis Program Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen
Pembentukan kelompok, pemberian
modal usaha, pendampingan kelompok,
penajaman kelompokan sasaran,
meningkatkan : produktivitas,
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
KSM 3 Suparmini, FIS Universitas Negeri Yogyakarta, Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, Studi Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Bantul
Masalah kemiskinan teratasi, evaluasi
atas: koordinasi antar instansi,
partisipasi masyarakat, peningkatan
kesejahteraan masyarakat, peningkatan
produktivitas keluarga & pemberdayaan
2011. 4 James Erik Siagian (2007) Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang
Adanya dampak positif dari dukungan
sarana sosial, ekonomi, lapangan kerja
5 Ahmad Tontowi (2010) Studi Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2kp) di Desa Purbayan Kecamatan Baki
Ada keselarasan antara pelaksana &
aturan pelaksanaan, ada hambatan saat
implementasi program; tahapan
pelestarian belum terlaksana akibat
Kabupaten Sukoharjo 6 Rusli, Budiman. Guru Besar Administrasi Publik FISIP UNTAD. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di
Jawa Barat: Studi
tentang Sinergitas
dan Kontinuitas
Program
Penanggulangan
Kemiskinan
Angka kemiskinan mengalami
penurunan, namun kinerja SKPD belum
maksimal. Setelah 2014, selain enam
lembaga, akan ada lagi lembaga yang
menyusun program penanggulangan
7 Mudzakir, Abdul Kodhar. UNDIP Semarang. 2000. Strategi Mengatasi Kemiskinan di Desa Nelayan: Studi Kasus di Desa Gempolsewu, Kabupaten Kendal
Pembentukan kelompok nelayan,
penyediaan sarana dan prasarana,
peningkatan SDM, mengubah budaya
konsumtif, dan adanya evaluasi
kebijakan
Marcus J. 2009 Kemiskinan dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat)
infrastruktur sosial ekonomi, keluar dari
keterisolasian, ketidakberdayaan, dan
kebebasan mengeluarkan pendapat,
METODE PENELITIAN
Teknik Analisis dan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan
data sekunder yang mengukur capaian program-program pengentasan
kemiskinan di beberapa daerah di Indonesia yaitu di Kabupaten Situbondo,
Kabupaten Sragen, Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat, Kabupaten
Deli Serdang, Desa Gempolsewu, Kabupaten Bantul, Desa Purbayan, dan
Jawa Barat. Untuk penelitian di kota Palu, menggunakan data sekunder dan
data primer hasil wawancara dengan key-informan dan stakeholder (hasil
wawancara terlampir).
Metode penelitiannya adalah studi literatur, yaitu mereview hasil penelitian
dari jurnal-jurnal penelitian sebelumnya. Data sekunder hasil capaian
program pengentasan kemiskinan tersebut, diperoleh dari beberapa hasil
penelitian sebelumnya dan BPS.
Konsep dan Definisi Konsep
1. Penduduk Miskin
Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
Menurut pengertian dari BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan
(Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk
dari garis kemiskinan. Artinya kemiskinan semakin menurun.
P1 : Poverty Gap Index atau Indeks Kedalaman Kemiskinan
z : Garis kemiskinan
yi : Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan (i = 1,2, ….,q), yi < z
q : Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
n : jumlah penduduk
3. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2)
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara
penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
P2 : Poverty Severity Index atau Indeks Keparahan Kemiskinan
z : Garis kemiskinan
yi : Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan (i = 1,2, ….,q), yi < z
q : Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
PEMBAHASAN
A. Hasil Capaian Program-Program Pengentasan Kemiskinan di Beberapa Daerah
Di bawah ini menyajikan hasil capaian program-program pengentasan
kemiskinan di beberapa daerah, antara lain :
a) Kabupaten Situbondo (Sama’I dkk,2010)
No Indikator Dampak Program Target Realisasi Gap (target-realisasi)
1 Capaian indikator dampak
program
42,8% 61,6% -18,8%
2 Pemberdayaan masyarakat 35,6% 46% -10,4%
3 Bantuan Langsung Masyarakat 21,7% 46,6% -24,9%
4 Bantuan teknologi 73% 100% -27%
Program yang dilakukan pemerintah kabupaten Situbondo adalah
dengan melaksanakan program PNPM Mandiri untuk perkotaan dan
pedesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini dilakukan sebesar
56% di pedesaan dan sisanya sebesar 44% di perkotaan.
Dapat dilihat melalui tabel di atas, kabupaten Situbondo dapat
melewati target yang telah di tetapkan yang menunjukkan keberhasilan
program pengentasan kemiskinan di daerah tersebut. Artinya,
dapat dilihat dari persentase capaian indikator program, gap di atas
menunjukkan realisasinya melebihi dari target sehingga dapat
dikatakan berhasil.
Kekurangan dari program penanggulangan kemiskinan di Situbondo
adalah belum adanya model pengentasan kemiskinan yang
menyeluruh, sinergis, dan terintegrasi. Hal ini bertujuan agar mereka
yang telah keluar dari jerat kemiskinan tidak lagi kembali miskin.
b) Kabupaten Sragen (Tibyan, Universitas Sebelas Maret, 2010)
Di Kabupaten Sragen dalam penelitian ini melihat dampak dari
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), dan melihat
dampak program tersebut ketika diterapkan pada 240 KSM yang
menerima dana PNPM dari program ini.
Hasil Capaian Program Pengentasan Kemiskinan menunjukkan
bahwa:
Ada perbedaan signifikan rata – rata produktivitas usaha angggota KSM setelah adanya program P2KP (Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan) lebih tinggi dibanding rata – rata
produktivitas usaha angggota KSM sebelum adanya program.
Bantuan dana untuk menambah modal kerja usaha anggota KSM, berhasil meningkatkan penyerapan jumlah tenaga kerja.
Dengan adanya bantuan dana tambahan modal kerja pada UMKM berhasil meningkatkan penghasilan mitra.
Dari fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Kabupaten Sragen
mampu meningkatkan produktivitas, menambah kesempatan kerja dan
meningkatkan penghasilan bagi UMKM di Kabupaten Sragen.
Kelompok Swadana Mandiri (KSM) adalah wadah untuk menyalurkan
dana dan pemberdayaan masyarakat Sragen agar keluar dari jerat
kemiskinan.
c) Kabupaten Bantul (Suparmini, 2011)
Program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten
Bantul adalah program Pembangunan Perdesaan (PODES) dan
beberapa program penanggulangan kemiskinan yang diampu oleh
BKK PP dan KB.
No. Hasil Capaian sebelumnya 2009 dan
setelahnya
Kemiskinan diantaranya 9 program diampu oleh BKK PP dan KB 2. Keefektifan program pengentasan kemiskinan Pemberian bantuan dana sejumlah Rp. 3.459.761,00 / KK miskin dapat menurunkan jumlah KK miskin di Kabupaten Bantul sebanyak 10.524 KK miskin. Pada tahun 2010, dengan pemberian bantuan dana sejumlah Rp. 1.785.546,00/KK miskin dapat menurunkan jumlah KK miskin sebanyak 5.535 KK miskin.
Sebagian besar KK miskin di kabupaten Bantul berjenis kelamin
laki-laki (69,3%), berstatus kawin yaitu sebanyak 29.454 KK (64,7%),
berpendidikan SD yaitu sebanyak 18.607 KK (39,6%), bekerja sebagai
dalam KK miskin adalah SD yaitu sebanyak 14.118 anak (55,7%), dan
potensi yang dimiliki anggota keluarga yang berusia 16 tahun ke atas
adalah tidak mempunyai keterampilan yaitu sebanyak 34.314 orang
(55,5%).
Hal tersebut dicapai melalui penambahan program pengentasan
kemiskinan di kabupaten Bantul yang terbukti efektif menurunkan
angka kemiskinan di daerah tersebut. Selain itu adanya pemberian
bantuan dana juga efektif mengurangi angka kemiskinan yang dilihat
dari penurunan jumlah KK miskin.
d) Kabupaten Deli Serdang (James Erik Siagian, 2007)
Penelitian ini dilakukan pada 2 kecamatan yang memperoleh bantuan
Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yaitu di Kecamatan STM
Hulu dan Pantai Labu. Hasil penelitian dibawah ini ingin melihat
seberapa besar dampak dari penyediaan sarana dalam program
pengembangan kecamatan tersebut.
No. Program Penyediaan Sarana Dampak Besarnya
dampak
1. Sarana Sosial Dasar berhasil 7 kali lebih
besar dengan
sarana
2. Sarana Ekonomi berhasil 14 kali lebih
berhasil
daripada tanpa
sarana ekonomi
3. Lapangan Kerja berhasil 24 kali lebih
berhasil
mengentaskan
kemiskinan
Dari hasil penelitian di atas, ditemukan bahwa penyediaan sarana
sosial, sarana ekonomi, dan penyediaan lapangan kerja memberikan
dampak positif bagi pengentasan kemiskinan di
kabupaten Deli Serdang yakni di dua kecamatan yang mendapat
bantuan dari Program Pengembangan Kecamatan (P2K).
Melalui penelitian ini juga dipaparkan bahwa kelemahan dari program
ini adalah masih belum menyentuh langsung ke masyarakatnya.
Sehingga disarankan, program-program selanjutnya harus bersentuhan
e) Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo (Ahmad
Tontowi, 2010)
Di desa Purbayan ini ada program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
yang diberikan pemerintah bagi masyarakat miskin di desa tersebut
karena masyarakat miskin ditempat ini tidak terlalu banyak, namun
pada kenyataannya belum bisa menghilangkan jumlah penduduk
miskin. Setelah itu baru dilaksanakan program penanggulangan
kemiskinan yaitu P2KP untuk mengentaskan kemiskinan di desa ini.
Dalam penelitian ini, ada beberapa dampak yang terjadi setelah adanya
program penanggulangan kemiskinan, antara lain :
a. Terbentuknya institusi lokal tingkat desa yang peduli terhadap
penanggulangan kemiskinan yaitu terbentuknya Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM).
b. Meningkatnya akses bagi masyarakat yang berupa sarana dan
prasarana, pelayanan sosial serta pengembangan pendanaan
simpan pinjam.
c. Terpeliharanya sifat kegotong-royongan dalam pembangunan
sarana dan prasarana desa sebagai bentuk swadaya masyarakat
Melalui program penanggulangan kemiskinan perkotaan yang di
Sukoharjo sudsh terlaksana dengan baik. Implementasi program
sudah terlihat dari hasil yang dicapai pada hasil capaian di atas.
Hambatan yang terjadi adalah dalam pelaksanaan program, masih
adanya aturan yang belum jelas pelaksanaannya sehingga
membingungkan bagi pelaksana yang mengakibatkan
program-program ini belum bisa berjalan maksimal.
f) Jawa Barat (Rusli Budiman, 2014)
Ada beberapa dinas yang melakukan program-program
penanggulangan kemiskinan, antara lain :
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Program : Pemberdayaan Usaha Pertanian Tanaman Pangan
Hasil : berkembangnya nilai tambah dan daya saing usaha
tanaman pangan dan hortikultura.
Dinas Peternakan
Program : bantuan kepada 80 orang peternak itik
Hasil : Meningkatnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan
masyarakat miskin sebanyak 80 orang dalam melakukan
usaha agribisnis ternak itik.
Program : Budidaya ikan lele sangkuriang, ikan hias, ikan
gurame.
Hasil : meningkatkan hasil panen ikan.
Dinas Kehutanan
Program : Penanggulangan kemiskinan masyarakat sekitar
hutan (pengembangan budidaya lebah madu dan jamur kayu).
Hasil : Meningkatnya pendapatan petani lebah madu (+Rp
500.000,-/Bulan (Umumnya Buruh Tani), penghasilan
tambahan dari hasil Budidaya lebah.
Badan Ketahanan Pangan Daerah
Program : Fasilitasi Lumbung Pangan Masyarakat,
Pengembangan Desa Mandiri Pangan, Fasilitasi Keluarga
Sadar Gizi dan Lingkungan Bebas Rawan Pangan, Penguatan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin.
Hasil : Terbangunnya lumbung pangan, terbangunnya desa
mandiri pangan, meningkatnya gizi keluarga, tersedianya
cadangan pangan.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Program : Pengembangan Kewirausahaan Industri Kecil
Hasil : Meningkatnya pengetahuan di bidang makanan tekstil
Program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan oleh
SKPD di lingkungan Provinsi Jawa Barat berjalan secara parsial dan
kurang di perhatikan sinergitas dengan program yang digagas SKPD
yang lain. Pada tahun 2012 ada enam SKPD di Jawa Barat yang sudah
memulai program penanggulangan kemiskinan yaitu dinas Pertanian,
Dinas Peternakan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan
Ketahan Pangan dan dinas Perikanan dan Kelautan. Karena belum
memperoleh hasil yang maksimal, maka program penanggulangan
terus dilakukan hingga mencapai target pada tahun 2014 adalah
sebesar 8%.
Walaupun masih belum maksimal diterapkan di Jawa Barat,
program-program penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat sudah
menurunkan angka kemiskinan walaupun belum mencapai target. Oleh
karena itu adanya kontinuitas dari program-program yang diluncurkan
SKPD ini agar sesuai dengan target pemerintah.
g) Desa Gempolsewu, Kabupaten Kendal (Mudzakir, Abdul Kodhar.
UNDIP Semarang. 2000)
Hasil penelitian di desa Gempolsewu, Kabupaten Kendal
menunjukkan data-data sebagai berikut:
pencaharian sebagai nelayan (68.76 %), tanpa ada mata pencaharian
alternative. Pada Desa Gempolsewu terdapat Pusat Pendaratan lkan
(PPI) Tawang, yang merupakan Pelabuhan Perikanan tipe C. Produk
Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga
berlaku di kabupaten Kendal tahun 1990-1999 sektor perikanan hanya
memberikan kontribusinya sebesar 1,99%. Tingkat pendidikan
penduduk Desa Gempolsewu sebagian besar mulai SMP/sederajat
40.71% SD 28.89 % dan SLTA 6.51%. Tingkat pendapatan nelayan
berdasarkan kepemilikan alat tangkap, untuk alat tangkap Mini purse
seine dalam setahunnya sebesar Rp. 63.720.000,-. Nelayan lampara
pendapatan pertahunnya sebesar Rp. 2.250.000,-, nelayan Cantrang
pendapatau pertahunnya sebesar Rp. 4.157.000,-, sedangkan untuk alat
tangkap Dogol sebesar Rp. 3.609.000,- alat tangkap AS Rp. 2.280.000,
dan jaring Klitik per tahunnya tiap ARK sebesar Rp. 3.750.000,-.
Masalah yang nampak dari hasil penelitian adalah lemahnya kemauan
untuk maju, kualitas sumber daya manusia yang rendah, lemahnya
nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas kinerja dan daya
beli serta terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan.
Hal yang sangat mendasar yang meyebabkan kemiskinan di daerah
Gempolsewu adalah kebiasaan masyarakat disana yang tidak mau
pemerintah menerapkan kebijakan untuk mengubah budaya konsumtif
mereka, peningkatan sumber daya manusia, dan pembentukan
kelompok nelayan.
h) Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat (Pattinama, Marcus J.
2009)
Sebelumnya sudah ada program BLT (Bantuan Langsung
Tunai), namun belum maksimal dalam mengentaskan kemiskinan di
daerah tersebut. Banyak yang salah sasaran, dan bahkan menyebabkan
adanya peluang untuk penggelapan dana hingga menyebabkan konflik
sosial. Untuk itu penelitian ini ingin melihat definisi kemiskinan yang
lebih spesifik untuk mengetahui program yang tepat bagi model
pengentasannya.
Studi literatur dan observasi lapangan menunjukkan bahwa konsep
kemiskinan memiliki banyak sisi, misalnya sisi ekonomi, sosial
(kesehatan, pendidikan), kultural, kelembagaan dan politik. Sisi-sisi
kemiskinan itu lahir dari penggalian mendalam faktor-faktor penyebab
kemiskinan. Dalam riset ini yang dikembangkan adalah konsep
kemiskinan subjektif. Diharapkan adanya sinergi definisi dari
penduduk miskin dan kelompok luar (pemerintah, lembaga riset, dan
masyarakat tertentu di lokasi tertentu, sekaligus holistik, sistemik dan
dinamis.
Perbedaan Indikator dan Masalah Kemiskinan
Surade, Jawa Barat Pulau Buru
Kekurangan pangan, kondisi
rumah yang sangat sederhana,
membeli pakaian setahun sekali,
tidak memiliki tanah, tidak
memiliki akses ke pendidikan dan
kesehatan.
Pola lahan berpindah yang masih
subsisten, keterbatasan akses
terhadap permodalan dan
perbaikan teknologi pertanian dan
isolasi dalam arti mahalnya biaya
transportasi (waktu dan tenaga).
Kedua komunitas mengandalkan
tenaga kerja sendiri dan keluarga,
produksi terbatas di lahan terbatas
serta lemah dalam tawar-menawar
dengan pedagang.
Dari penelitian ini ingin menegaskan bahwa masalah kemiskinan
bukan hanya sekedar mengumpulkan data dan membicarakannya
melainkan membutuhkan komitmen dan upaya berkelanjutan dalam
diatasi karena masalah kemiskinan di setiap daerah itu berbeda-beda
dan cara penanganannya pun berbeda.
B. Kota Palu dan Kebijakan Palu 2015 : Zero Poverty
Palu 2015: Zero Poverty pada hakikatnya dirancang secara khusus
merupakan strategi perlindungan guna menopang dan menjaga kestabilan
ekonomi kota dan menekan angka kemiskinan kota (TNP2K). Sebagai ibukota
propinsi, yang terdiri dari 8 kecamatan dan 45 kelurahan, seharusnya kota
Palu bebas dari kemiskinan dengan melihat kota ini menjadi pusat segala
aktivitas ekonomi masyarakat sekitar maupun masyarakat yang ada di
Sulawesi Tengah secara keseluruhan. Saat ini angka kemiskinan di kota Palu
berdasarkan data tahun terakhir 2013 masih mencapai 14% dari 310.000 jiwa
penduduk. Tahun 2012, data yang bersumber dari Unit Penetapan Sasaran
Penanggulangan Kemiskinan (UPSK) Tim Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K), jumlah penduduk miskin di Kota Palu sebanyak
74.165 jiwa yang terdiri atas 15.196 kepala keluarga. Proporsi terbesar berada
di Palu Barat yang mencapai 23.192 jiwa, kemudian Kecamatan Palu Selatan
mencapai 20.440 jiwa, Kecamatan Palu Utara mencapai 17.793 jiwa,dan
Kecamatan Palu Timur mencapai 12.740 jiwa. Padahal jika melihat kondisi
kota Palu saat ini yang sudah lebih maju dan berkembang, rasanya tidak
masyarakatnya. Menurut data warga yang dirilis BPS pada tahun 2012,
penduduk miskin yang tidak bekerja mencapai 69,50% dari penduduk miskin.
Inilah yang menjadi titik sentral Palu 2015:Zero Poverty, karena orang miskin
penganggur dapat menjadi masalah utama Kota Palu seperti rawan konflik,
rawan kriminalitas, dan masalah sosial lainnya.
Produk hukum kebijakan Palu 2015 : Zero Poverty ini diatur dalam
Perwali Nomor 050.13/164/Bappeda/2013 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD Kota Palu 2013. Kebijakan ini
adalah program pemerintah daerah kota Palu dalam upaya pengentasan
kemiskinan di kota Palu. Setelah dicanangkan pada tahun 2010, walikota Palu
mendeklarasikan kebijakan ini pada tanggal 24 September 2012 karena
kebijakan ini memang merupakan kebijakan yang di atur oleh walikota Palu
sendiri. Angka kemiskinan yang masih tinggi menyebabkan pemerintah
berusaha untuk mengurangi dan bahkan berusaha untuk menghilangkan
kemiskinan di kota Palu ini. Untuk tahun 2015 ini, sasaran pemerintah adalah
membuat angka kemiskinan di kota Palu berada di bawah 5% sebagai langkah
awal kebijakan ini yang diharapkan sepenuhnya berhasil.
Hasil Capaian Target Palu 2015 : Zero Poverty
Dalam pelaksanaannya yang telah dimulai pada tahun 2012, kebijakan
di jalankan telah menghasilkan penurunan angka kemiskinan yang
ditampilkan pada data
(sumber: Berita Resmi Statistik No. 38/07/72/Th. XVII, 01 Juli 2014)
Sulawesi Tengah
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
P o s o
Donggala
Toli Toli
Parigi Moutong
Tojo Una
Kota Palu
Target 1.2. Indeks
Kemiskinan (P1) Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi
di jalankan telah menghasilkan penurunan angka kemiskinan yang
ditampilkan pada data-data di bawah ini.
Berita Resmi Statistik No. 38/07/72/Th. XVII, 01 Juli 2014)
2.76 3.56 1.82 4.23 3.45 3.27 2.62 2.71 3.28 4.46 2.27 1.26 2.56 3.26 2.04 3.05 3.66 2.38 2.41 2.21 2.62 3.83 1.81 1.12 2.28 2.41 1.30 2.44 3.00 3.26 2.07 2.00 2.33 3.96 1.92 1.33 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
Sulawesi Tengah
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
P o s o
Donggala
Toli Toli
B u o l
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
Sigi
Kota Palu
Target 1.2. Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1) Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi
Tengah, 2011-2013
di jalankan telah menghasilkan penurunan angka kemiskinan yang
Berita Resmi Statistik No. 38/07/72/Th. XVII, 01 Juli 2014)
Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi
2013
2012
2011
(sumber: BPS 2014) (sumber: BPS 2014) 1.81 1.26 1.12 1.33
0
0.5
1
1.5
2
2010
2011
2012
2013
Perkembangan Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1)
Kota Palu 2010-2013
Indeks P1
0.47 0.28 0.22 0.32 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 2010 2011 2012 2013Perkembangan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2)
Kota Palu 2010-2013
Laju Inflasi Kota Palu menurut Tahun Kelender 2009-2013
Inflation Rate of Palu City by Calendar Year 2009 – 2013
(2008 = 100)
Diolah dari hasil Survei Harga Konsumen / Based on Consumer PriceSurvey Kelompok
2009 2010 2011 2012 2013
Group
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
U m u m/ General 5,73 6,40 4,47 5,87 7,57
1 Bahan Makanan/ FoodStuff 9,42 10,59 0,72 4,87 7,58
2
Makanan Jadi Minuman Rokok
13,65 7,32 9,29 11,56 11,01 dan Tembakau/ Prepared Food
Beverage and Tobacco
3 Perumahan/ Housing 3,29 6,16 6,38 5,21 3,94 4 Sandang/ Clothing 7,32 2,63 5,90 2,71 1,48 5 Kesehatan/ Medical Care 2,25 0,95 2,81 7,35 1,48 6 Pendidikan Rekreasi & Olahraga 2,69 8,22 3,35 3,16 6,10
Education Recreation and Sports
7 Transpor dan Komunikasi -2,64 1,65 2,62 2,96 12,14
Transportation and Communication
(sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tengah)
Dilihat dari grafik di atas, Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2012 ke
tahun 2013 mengalami peningkatan dari 1,12 menjadi 1,33 dan kemudian
pada September 2013 hingga Maret 2014 angkanya berubah menjadi 2,28
menurun ke 2,18. Berdasarkan data dari BPS Sulawesi Tengah di tahun 2013
adanya inflasi yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya. Tahun 2012 inflasi
sebesar 5,87% menjadi 7,57% pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014
naik lagi menjadi 8,85%. Namun penurunan angka indeks kedalaman
kemiskinan tersebut mengindikasikan rata-rata kesenjangan pengeluaran
semakin mengecil artinya rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
mendekati garis kemiskinan atau semakin ke arah yang lebih baik.
Pada grafik, indeks keparahan kemiskinan meningkat dari tahun 2012 ke
tahun 2013. Mulai menurun kembali pada akhir 2013 dan mulai masuk tahun
2014. Berdasarkan data dari BPS, Indeks keparahan kemiskinan (P2)
menunjukkan kecenderungan menurun dari 0,53 pada periode September
2013 menjadi 0,52 pada periode Maret 2014. Hal itu menunjukkan
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin mengecil.
(sumber: BPS 2014) 33,460 31,784 30,200 25,900 -5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 2010 2011 2012 2013
Perkembangan Jumlah Penduduk
Miskin (Jiwa)
Kota Palu 2010-2013
Dilihat dari tabel di atas, penduduk miskin kota Palu mengalami penurunan
setiap tahunnya mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2013 berdasarkan data
terakhir. Hal ini menunjukkan, semakin berkurangnya penduduk yang miskin
ketika merasakan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh
pemerintah kota Palu dari tahun 2010 dan pada tahun 2013 jumlah penduduk
miskin berkurang lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Ini
mengindikasikan program Zero Poverty yang dijalankan tahun 2012
(sumber:BPS Provinsi Sulteng, Kemiskinan Kabupaten/Kota se 2013)
Sulawesi Tengah
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
P o s o
Donggala
Toli Toli
Parigi Moutong
Tojo Una
Kota Palu
Persentase Penduduk Miskin (P0)
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
BPS Provinsi Sulteng, Kemiskinan Kabupaten/Kota se-Sulteng, Rilis 1 September 15.83 18.08 11.25 18.85 20.10 18.03 15.03 17.40 18.70 22.37 14.03 9.24 15.40 17.03 10.48 17.25 18.46 17.02 14.12 15.99 17.36 20.97 13.20 8.58 14.32 16.30 9.81 15.92 18.22 17.18 13.86 15.06 17.03 20.61 12.27 7.24 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Sulawesi Tengah
Banggai Kepulauan
Banggai
Morowali
P o s o
Donggala
Toli Toli
B u o l
Parigi Moutong
Tojo Una-Una
Sigi
Kota Palu
Persentase Penduduk Miskin (P0)
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Sulawesi Tengah, 2011-2013
Sulteng, Rilis 1 September
Persentase Penduduk Miskin (P0)
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
2013
2012
2011
PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA PALU TAHUN 2013
(sumber: BPS 2014, diolah kembali)
Melihat data di atas, presentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 di
kota Palu tinggal sebesar 7,27%. Target pemerintah, tahun 2015, angka
kemiskinan berada di bawah 5%. Melihat angka dari data
sebelumnya maka hal ini tidak akan sulit diwu
Kesimpulan Palu 2015: Zero Poverty
Secara khusus, penulis melakukan penelitian dengan melakukan metode
wawancara mendalam dengan para masyarakat miskin dan stakeholder yang
secara khusus ditugaskan untuk mengawasi dan melaksanakan program Zero
Poverty ini (hasil wawancara terlampir).
Dari penelitian pendahuluan tersebut, penulis dapat menyimpulkan yang
dapat digunakan sebagai kesimpulan awal dari keefektifan program
pengentasan kemiskinan yang masuk dalam kebijakan Zero Poverty tersebut,
92.73%
PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA PALU TAHUN
(sumber: BPS 2014, diolah kembali)
Melihat data di atas, presentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 di
kota Palu tinggal sebesar 7,27%. Target pemerintah, tahun 2015, angka
kemiskinan berada di bawah 5%. Melihat angka dari data
sebelumnya maka hal ini tidak akan sulit diwujudkan.
Kesimpulan Palu 2015: Zero Poverty
Secara khusus, penulis melakukan penelitian dengan melakukan metode
wawancara mendalam dengan para masyarakat miskin dan stakeholder yang
secara khusus ditugaskan untuk mengawasi dan melaksanakan program Zero
(hasil wawancara terlampir).
Dari penelitian pendahuluan tersebut, penulis dapat menyimpulkan yang
dapat digunakan sebagai kesimpulan awal dari keefektifan program
pengentasan kemiskinan yang masuk dalam kebijakan Zero Poverty tersebut,
7.27%
92.73%
Warga Miskin
Sejahtera
PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA PALU TAHUN
Melihat data di atas, presentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 di
kota Palu tinggal sebesar 7,27%. Target pemerintah, tahun 2015, angka
kemiskinan berada di bawah 5%. Melihat angka dari data-data tahun
Secara khusus, penulis melakukan penelitian dengan melakukan metode
wawancara mendalam dengan para masyarakat miskin dan stakeholder yang
secara khusus ditugaskan untuk mengawasi dan melaksanakan program Zero
Dari penelitian pendahuluan tersebut, penulis dapat menyimpulkan yang
dapat digunakan sebagai kesimpulan awal dari keefektifan program-program
1) Dilihat dari hasil pencapaian target kebijakan Palu 2015: Zero Poverty
beberapa daerah memang sudah tercatat memperoleh bantuan dan ikut dalam
program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat
kota Palu namun hal itu belum cukup untuk menjadikan kota Palu dengan
Zero Poverty. Program yang dilakukan oleh pemerintah ini nyatanya belum
menyentuh keseluruhan masyarakat miskin di kota ini.
2) Program-program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah seperti program Keluarga Harapan, BPJS Kesehatan, dan
berbagai program nasional lainnya dirasakan belum cukup untuk
mengentaskan kemiskinan di kota Palu. Karena di tempat ini, penduduk
miskin ini rata-rata adalah para pengangguran oleh karenanya program Zero
Poverty yang dilaksanakan pada tahun 2012 lebih menitikberatkan pada
pemberdayaan masyarakat tersebut agar memperbaiki ekonomi rumahtangga
dan keluar dari jerat kemiskinan. Terbukti dengan adanya penurunan angka
kemiskinan, pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin tinggal berkisar 7,27%
semakin mendekati target pemerintah kota Palu yang ingin menurunkan angka
kemiskinan hingga nol, namun untuk tahun 2015, target pemerintah angka
kemiskinan kota turun hingga angka 5%.
3) Melihat dari penurunan angka kemiskinan setiap tahunnya, kita dapat
menyimpulkan kebijakan ini efektif. Tetapi pada kenyataannya, penurunan
angka kemiskinan ini hanyalah data sekunder yang belum diketahui pasti
data yang disajikan berbeda dengan di lapangan. Antara lain adanya kesalahan
saat pendataan. Dari hasil wawancara dengan masyarakat miskin ditemukan
beberapa fakta bahwa masih ada di antara masyarakat miskin tersebut yang
belum menerima atau belum mendapatkan informasi mengenai program Zero
Poverty ini. Kesalahan juga terdapat pada stakeholder saat tidak dengan benar
melakukan pendataan maka yang terdata adalah mereka yang tidak seharusnya
menerima bantuan atau dengan kata lain salah sasaran.
C. Kesamaan dan Perbedaan Program-Program Penanggulangan Kemiskinan
Di bawah ini disajikan tabel kesamaan dan perbedaan antara
program-program penanggulangan kemiskinan di beberapa daerah yang telah di bahas
sebelumnya capaian programnya.
Kesamaan Perbedaan
Dari 8 penelitian sebelumnya, dapat
dilihat bahwa kesamaan dari setiap
program-program pemerintah yang
diterapkan di daerah-daerah tersebut
adalah menurunnya angka
kemiskinan di setiap daerah setelah
ada program-program pengentasan
Perbedaan paling umum yang terjadi
di setiap daerah dalam 8 penelitian ini
adalah masalah-masalah yang
dihadapi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan program. Indikator
kemiskinan di setiap daerah juga ada
kemiskinan yang telah dimulai di
nasional dan diterapkan di
daerah-daerah. Meskipun pada akhirnya, 8
daerah ini memiliki masalah yang
sama, penurunan angka kemiskinan
tersebut belum efektif mengurangi
jumlah masyarakat miskin. Angka
kemiskinan berkurang, namun
masyarakat miskin yang belum
sejahtera juga masih terdapat di
dalam lapisan masyarakat.
pun tidak bisa disamaratakan dengan
nasional maupun daerah lain.
Program penanggulangan di
masing-masing daerah disesuaikan dengan
masalah kemiskinan yang dihadapi
masing-masing daerah agar tidak
terjadi lagi salah sasaran dan salah
penanganan. Program pemberdayaan
masyarakatnya juga berbeda-beda
tergantung sumber daya alam dan
potensi yang dimiliki masing-masing
daerah.
Dari tabel di atas, menyajikan kesamaan dan perbedaan dari
program-program penanggulangan kemiskinan di beberapa daerah di Indonesia. Hasil
penelitian dan capaian dari program-program yang dilaksanakan juga telah
dikemukakan pada pembahasan studi literatur(tinjauan pustaka) dan bab
pembahasan. Salah satu kota di Sulawesi Tengah di bahas lebih banyak dalam
tulisan ini karena sampai saat ini, kemiskinan di kota Palu belum ada yang
melakukan penelitian tentang ini sedangkan mereka baru saja merealisasikan
atau melaksanakan program Zero Poverty dalam pengentasan kemiskinan di
Kedudukan penelitian tentang kota Palu dalam penelitian ini, capaian
program-program pengentasan kemiskinan di kota Palu sifatnya menambah
dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, dimana ada kebijakan Zero Poverty
yang menerapkan program-program utama dalam pengentasan kemiskinan di
kota Palu. Kebijakan yang diambil ini disesuaikan dengan permasalahan
utama kemiskinan di kota ini yaitu pengangguran dan kurangnya kualitas
sumber daya manusia. Sama dengan 8 kabupaten/kota yang telah dibahas
sebelumnya, masing-masing menerapkan kebijakan sesuai dengan
PENUTUP Kesimpulan
1) Program-program pengentasan kemiskinan di beberapa daerah di
Indonesia adalah program yang mengacu pada program nasional yang
telah di atur oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K). Program-program tersebut berbasis masalah kemiskinan yang
muncul di masing-masing daerah, seperti program pemberdayaan
masyarakat yaitu PNPM Mandiri untuk pedesaan dan perkotaan. Sebelum
ada program-program ini, bantuan masyarakat seperti bantuan langsung
tunai, telah di laksanakan oleh pemerintah, namun belum maksimal
mengentaskan angka kemiskinan di daerah-daerah tersebut.
2) Hasil capaian program-program di beberapa daerah di Indonesia
menunjukkan capaian yang berbeda-beda namun secara keseluruhan
menunjukkan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan
tersebut telah berhasil menurunkan angka kemiskinan di setiap daerah.
Walaupun angka-angka kemiskinan tersebut belum bisa mewakili
kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut sudah tercapai atau dengan
kata lain kualitas hidup masyarakat miskin tersebut sudah lebih baik.
Kadang masih sering dijumpai adanya masalah salah sasaran dan salah
menerapkan kebijakan di daerah. Itu terjadi karena kurangnya komunikasi
dan koordinasi antar stakeholder untuk mengawasi dan melaksanakan
3) Kurang lebih sama dengan kota-kota lainnya di dalam penelitian ini, kota
Palu juga sudah menerapkan program-program pengentasan kemiskinan
untuk daerahnya, bahkan mengeluarkan kebijakan Zero Poverty untuk
menekan angka kemiskinan hingga 0%. Sejauh ini sudah berjalan dengan
baik namun belum sepenuhnya efektif karena masih ada masyarakat yang
belum mendapat manfaat program bahkan belum tersentuh program sama
sekali. Ini menjadi tanggung jawab stakeholder dan pemerintah untuk
mengatasi masalah ini.
Saran
1) Bagi pemerintah pusat untuk lebih meningkatkan koordinasi antar pemerintah
daerah dan stakeholder yang menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan
pengentasan kemiskinan di daerah-daerah.
2) Bagi pemerintah daerah dan stakeholder lainnya untuk lebih meningkatkan
koordinasi masing-masing anggota pelaksana agar tidak lagi terjadi kesalahan
dalam pelaksanaan program maupun kesalahan kebijakan yang diambil.
3) Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih banyak mencari data secara primer
untuk dapat memperoleh data yang lebih akurat. Data sekunder belum bisa
DAFTAR PUSTAKA
Sholeh, Maimun. “Kemiskinan: Telaah dan Beberapa Strategi Penanggulangannya”.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
Royat, Sujana. “Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan”. Deputi
Menko Kesra Bidang Koordinasi Pengentasan Kemiskinan, Jakarta Pusat.
Suparmini. “Studi Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten
Bantul”. FIS Universitas Negeri Yogyakarta, Policy Brief Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kependudukan, 2011.
Hadar, Ivan A. Zero Poverty. Bakti News Edisi 91. Juli-Agustus 2013.
Tasrif, Team Leader OC 8 Sulawesi Tengah. Replika Program untuk Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal PNPM Mandiri-Perkotaan halaman 4. 2011.
Penguatan Peran Pemerintah Daerah Dalam Percepatan Pengentasan Kemiskinan.
Asisten Deputi. Kementrian Sekretariat Negara. Februari 2013.
Tibyan. Analisis Program Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.
Sutikno, dkk. Pemilihan Program Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan
Model Pemberdayaan Masyarakat dengan Pendekatan Sistem. Jurnal Ekonomi
Sama’i, dkk. Model Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Situbondo.
FISIP-Universitas Jember.
Purbathin Adi, Agus. Tinjauan Terhadap Berbagai Program Pemberdayaan
Masyarakat di Indonesia. Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat
Agrikarya (PPMA).
Tontowi, Ahmad. Studi Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan (P2KP) di Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.
Erik Siagian, James. Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2007.
Rusli, Budiman. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Jawa Barat: Studi Tentang
Sinergitas dan Kontinuitas Program Penanggulangan Kemiskinan. FISIP
UNTAD.
Pattinama, Marcus J. Pengentasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus
di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat). Makara, Sosial Humaniora, Vol. 13, No. 1, Juli 2009: 1-12.
Sumber website :
http://bps.go.id
https://catatanantilupa.wordpress.com/2011/10/31/indikator-kemiskinan-menurut-bps/
https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=capaian+program+pengentasan+kemiskina n.pdf http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3660 http://tkpkd.palukota.go.id/?p=76 http://tkpkd.palukota.go.id/?p=68 http://sultengpost.com/blog/2014/01/11/pemkot-sukses-turunkan-kemiskinan/ http://www.sapa.or.id/b1/99-k2/1267-emma-sukmawati-angka-kemiskinan-di-kota-palu-mencapai-14-persen http://sinarharapan.co/news/read/140826027/2-000-warga-palu-ikuti-program-padat-karya
LAMPIRAN-LAMPIRAN Tabel Wawancara Key-Informan
N o . Key-Infor man Loka si Angka Kemiskinan Kesamaa n Perbeda an Manfaat Program Akses Informas i Program Penangg ulangan Kemiski nan Sebelu m ZP Sesuda h ZP 1 . Bp. Joni Keca matan Palu Barat, Kelur ahan Sirani ndi 1.817 KK 1.493 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha. Hanya menerim a program Jamkesm as, beasiswa miskin, dan UMKM Cukup membant u, namun belum sepenuhn ya memenuh i kebutuha n rumah tangga Sosialisas i di kelurahan setempat 2 . Bp. Hami d Keca matan Palu Barat, Kelur ahan Ujuna 1.817 KK 1.493 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha. Jamkesm as, KUR, UMKM, dan PDPM Mandiri Beban keluarga berkuran g, cukup membant u Sosialisas i di kelurahan dan informasi dari kerabat
. Sandy matan Palu Selata n, Kelur ahan Tatur a Utara KK KK a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha dan ikut PDPM Mandiri as, KUR, dan bantuan beras raskin membant u dari kerabat kemudian di kelurahan 4 . Bp. Koma ng Keca matan Manti kulore , Kelur ahan Talise 2.648 KK 2.134 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha dan ikut PDPM Mandiri. Jamkesm as, bantuan beras raskin, dan bantuan rumah sehat Sangat membant u untuk hunian dan modal usaha Sosialisas i dari kelurahan 5 . Bp. Kefa Keca matan Palu Selata n, Kelur ahan Birob 2.536 KK 2.050 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 Selain program Jamkesm as dan bantuan pendidika n, ada bantuan Sangat membant u, khusus daerah mereka yang kesulitan air bersih Pemerint ah melalui kelurahan
uli Selata n per bulan untuk modal usaha dan ikut PDPM Mandiri pengadaa n air bersih, yakni pemasan gan pipa dan pembang unan jaringan air bersih
Tabel Wawancara Stakeholder
No . Stakeholder Program Penanggulangan Kemiskinan Sasaran Program
Kendala Hasil Evaluasi
1. Badan Pemberdaya an Masyarakat kota Palu 3 Program Zero Poverty yakni Padat karya, PDPM Mandiri, dan KURDA Masyarakat Miskin yang tersebar di 8 kecamatan Kemungkina n terjadinya salah sasaran Angka kemiskinan kota Palu menurun dari tahun 2012 sejak program ini dilaksanakan secara serius. 2. Dinas Sosial dan Tenaga kerja Kota Palu Program Keluarga Harapan dan Pemberdayaan fakir Miskin Keluarga miskin yang terdaftar Masih ada yang belum terdaftar Cukup berhasil namun belum maksimal. 3. Dinas Penataan Ruang dan perumahan kota Palu Pengembangan Perumahan dan Lingkungan Sehat Perumahan Masyarakat pemilik rumah tidak layak huni Memakan waktu yang lama dalam pelaksanaann ya Peran masyarakat untuk ikut membantu masih diharapkan.
Pekerjaan Umum kota Palu irigasi, pembangunan jalan dan jembatan, serta pengembangan ketenagalistrikan yang kesulitan air bersih, infrasktruktur kurang, dan belum ada listrik waktu yang lama dalam penyelesaian nya terlaksana, walaupun belum seluruhnya. 5. Dinas Pendidikan kota Palu Bantuan khusus murid miskin dan Bantuan warga belajar Siswa dari keluarga kurang mampu Kemungkina n salah sasaran Relevansi dengan prioritas target dan intervensi cukup baik namun belum menjangkau semua target. 6. Dinas Perindagkop dan UKM Kota Palu Peningkatan kemitraan bagi UMKM, koperasi, dan pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM UMK Produktif, UMKM, dan pengurus koperasi Kurangnya data UMKM yang ada di kota Palu Sudah berjalan baik walaupun belum mencakup seluruh UMKM.
Rekap Hasil Wawancara Awal
REKAP HASIL WAWANCARA
No .
Key-informan Pertanyaan Hasil wawancara
Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 informan 5
1
Masyarakat Miskin di kota Palu
1. Program apa saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota Palu yang sudah dirasakan oleh masyarakat miskin ? ada bantuan langsung masyarakat, yang diberikan per bulan Rp.500.000,-per kepala keluarga. Sebelumnya sudah ada jamkesmas, beasiswa miskin, dan UMKM yang lebih dulu masuk ke tempat kita. sebelum ada program Zero Poverty, ada jamkesmas, PNPM, KUR, UMKM setelah itu baru ada program padat karya yang bantuan Rp.500.000 per bulan itu. saya sudah mendapatkan program jamkesmas, KUR, bantuan beras raskin. Sekarang ada bantuan untuk masyarakat miskin yg diterima tiap bulan untuk padat karya. selain program seperti jamkesmas dan lain-lain, kami juga ada bantuan sarana dan prasarana rumah sehat yaitu bantuan bahan bangunan karena rumah kami sebelumnya tidak layak huni. Selain jamkesmas dan bantuan pendidikan, sebelumnya kami memperoleh bantuan bagi masyarakat miskin dari dinas pekerjaan umum kota Palu yaitu pengadaan air bersih dengan pemasangan pipa dan pembanguna n jaringan air bersih
untuk daerah kami. Dari program zero poverty ada bantuan langsung Rp.500.000,-per bulan yang diterima di kantor kelurahan. 2. Apakah program tersebut sudah maksimal, dalam arti sudah cukup membantu masyarakat miskin ? sejauh ini, sudah banyak membantu hanya saja belum sepenuhnya membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga yang semakin mahal. Apalagi mendekati hari raya dimana semua kebutuhan naik sudah cukup membantu, beban keluarga sedikit berkurang dengan adanya bantuan ini. lumayan membantu, hanya saja belum bisa menutupi kebutuhan rumah tangga. Mungkin nanti jika bantuan dana Rp.500.000,-itu digunakan untuk modal usaha, kebutuhan keluarga kami sangat membantu apalagi bagi kami yang sebelumnya memiliki rumah yang bisa dikatakan tidak layak huni sekarang kami punya rumah yang layak. Untuk walaupun masih kurang, tetapi sudah banyak membantu kami. Setidaknya sekarang air bersih sudah lebih mudah kami peroleh. Dan juga dengan bantuan langsung per