• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI BEBERAPA DAERAH KERTAS KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI BEBERAPA DAERAH KERTAS KERJA"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM

PENGENTASAN KEMISKINAN DI BEBERAPA

DAERAH

Oleh :

Nama : Cahyani Tuwuntjaki NIM : 222011006

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(2)
(3)
(4)

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 – Indonesia Telp. (0298) 321212, 311881

Fax. (0298) 321433, 311881 Email : feb@uksw.edu PERNYATAAN KEASLIAN KERTAS KERJA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

N a m a : CAHYANI TUWUNTJAKI N I M : 222011006

Program Studi : ILMU EKONOMI

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja :

Judul : Profil Capaian Program-Program Pengentasan Kemiskinan di Beberapa Daerah

Pembimbing : Istiarsi Saptuti Kawuryan, SE, MSP Tanggal di uji : 22 Mei 2015

adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Salatiga, 6 Mei 2015 Yang memberi pernyataan

(5)

PROFIL CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM

PENGENTASAN KEMISKINAN DI BEBERAPA

DAERAH

Oleh :

Nama : Cahyani Tuwuntjaki NIM : 222011006

KERTAS KERJA

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari

Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelas Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI

Disetujui Oleh:

Istiarsi Saptuti Sri Kawuryan, SE, MSP Pembimbing

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu

tidak akan hilang (Amsal 23:18)

Sekecil apapun, harapan itu, masih ada bagi yang

percaya dan berusaha.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua

penulis, papa Bjs Tuwuntjaki dan mama Merlin Tagogu, yang

tidak pernah lelah memberikan cinta dan semangatnya untuk

penulis menyelesaikan studi. Tidak sedikit pengorbanan yang

mereka berikan, doa yang tiada henti, demi kesuksesan penulis.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena

atas perkenaanNya penulis dapat menyelesaikan kertas kerja dengan judul PROFIL

CAPAIAN PROGRAM-PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI

BEBERAPA DAERAH. Kertas kerja ini disusun untuk memenuhi persyaratan

menyelesaikan program Sarjana (S1) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulis menyadari dalam

penyusunan kertas kerja ini banyak mengalami kendala namun dengan bantuan dan

bimbingan dari semua pihak, kertas kerja ini boleh selesai tepat pada waktunya.

Terima kasih kepada Tuhan karena dengan pimpinan dan kuasaNya, penulis dapat

mengatasi kesulitan-kesulitan dalam penulisan ini, dan boleh menyelesaikan kertas

kerja ini. Penulis menyadari, kertas kerja ini masih kurang sempurna, untuk itu saran

dan kritikan yang membangun sangat penulis harapkan bagi kesempurnaan penulisan

ini.

Penulis memohon maaf kepada semua pihak jika dalam penulisan ini terdapat

salah-salah dalam penulisan kata dan kesalah-salahan-kesalah-salahan lain yang terdapat dalam tulisan

ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga kertas kerja ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca dan bagi yang ingin melakukan penelitian lebih mendalam di masa

yang akan datang. Terima kasih

(8)

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur limpah terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

segalanya, penulis bisa menuntut ilmu di tempat ini. Sesuatu yang tidak pernah

penulis rencanakan namun terjadi atas perkenaanNya. Sekarang penulis telah sampai

pada titik akhir dari rangkaian proses penuntutan ilmu di UKSW tercinta, namun

penulis menyadari ini bukanlah akhir dari segalanya melainkan awal dari perjuangan

yang baru. Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas

akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan

Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

2. Ibu Istiarsi Saptuti Sri Kawuryan, SE, MSP selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak membantu dan mengarahkan dalam penulis menyelesaikan

skripsi ini.

3. Dosen Wali Studi, Bapak Yulius Pratomo, SE, MIDEC, atas bantuan dan

bimbingan yang telah diberikan, terima kasih karena sudah rela diganggu

waktunya kalau lagi main ke kantor beliau.

4. Seluruh Dosen dan Staff Administrasi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi

(9)

5. BPS Kota Palu, Bappeda Kota Palu, Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Kota Palu, TKPKD Kota Palu, Kantor

Bappeda dan PM Kota Palu, Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota

Palu.

6. Bapak Husin Alwi, ST dan Bapak Muhammad Yusuf sebagai Task Force

Zero Poverty Kota Palu atas kesediaannya dalam memberikan informasi.

7. Kedua orang tua tercinta, Bapak BJS Tuwuntjaki, S.Pd dan Ibu Merlin

Tagogu, S.Pd, atas pengorbanan mereka, Kakak tersayang Rusdiyanto

Eleasar, Adik-adik tersayang Ikhlas Suryalemba dan Teguh Bambang

Adiguna, serta keluarga besar yang telah memberikan cinta, dukungan,

semangat, dan doa tiada henti bagi penulis dalam penyelesaian studi.

8. Sahabat-sahabat tercinta, Adenancy Montjai, Haniel Kayupa, Deby Lestari,

Samuel Alam, Helda Tristania, Vivi Ticoalu, yang telah banyak membantu

dan memberikan dukungan semangat bagi penulis terutama banyak menolong

saat penulis melakukan penelitian di Palu.

9. Teman, sahabat sekaligus keluarga kedua di perantauan, IKMAPPOS Salatiga

khususnya sepupu Randi Bando, Marthalin Timparosa, Ronald Metungku dan

Wiwi Badjadji yang selalu setia menemani kemanapun.

10. Wawan Ariesta Pratama Tosinde, yang tanpa disadari sudah memberi

(10)

11. Teman-teman seperjuangan IE 2011 yang saling memberikan dukungan dan

telah banyak membantu selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomika dan

Bisnis UKSW Salatiga.

12. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini hingga selesai.

DAFTAR ISI

Halaman Judul……… i

Lembar Pernyataan Keaslian Kertas Kerja……… ii

Lembar Persetujuan……… iii

Halaman Motto dan Persembahan……….. iv

Abstraction………. v

Abstrak……….. vi

Kata Pengantar………... vii

Ucapan Terima Kasih………. viii

Daftar Isi………. x

Daftar Tabel………. xii

(11)

Daftar Gambar……… xiv Daftar Lampiran………... xv Pendahuluan………. ……… 1 Latar Belakang……….. 1 Persoalan Penelitian……… 3 Tujuan Penelitian……… 3 Manfaat Penelitian………. 3 Tinjauan Pustaka………... 4

Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia ……… 4

Indikator Kemiskinan Menurut BPS……….. 6

MDG’s (Millenium Development Goal’s) dalam Pengentasan Kemiskinan….. 8

Penelitian Terdahulu……….………... 9

Metodologi Penelitian………..………... 14

Teknik Analisis dan Data……….. 14

Konsep dan Definisi Konsep……….. 14

Penduduk Miskin………. 14

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)………... 15

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)……… 15

(12)

Hasil Capaian Program-Program Pengentasan Kemiskinan di Beberapa

Daerah……….……….. 17

Kota Palu dan Kebijakan Palu 2015: Zero Poverty………...……… 30

Hasil Capaian Target Palu 2015: Zero Poverty…...……….. 31

Kesimpulan Palu 2015: Zero Poverty……… 38

Kesamaan dan Perbedaan Program-Program Penanggulangan Kemiskinan…...40

Penutup………...………... 43

Kesimpulan………... 43

Saran………. 44

Daftar Pustaka………. 45

Daftar Riwayat Hidup……….. 48

Lampiran-lampiran……… 49

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Laju Inflasi Kota Palu 2009-2013……….. 34

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Tengah, 2011-2013……… 32

Grafik 4.2 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Palu

2010-2013………. 33

Grafik 4.3 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Palu

2010-2013……… 33

Grafik 4.4 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Kota Palu

2010-2013………. 35

Grafik 4.5 Persentase Penduduk Miskin (P0) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah 2011-2013……….. 37

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Profil Persebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Pulau (%) Tahun 2011………. 4

Gambar 2.2 Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan……… 5

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Wawancara Key-Informan ………49

Lampiran 2 Tabel Wawancara Stakeholder ……….. 51

Lampiran 3 Rekap Hasil Wawancara Awal………... 53

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan di Indonesia menjadi masalah serius yang dihadapi oleh

pemerintah untuk segera diselesaikan. Angka kemiskinan di Indonesia

berdasarkan data terakhir periode September 2014 adalah sebesar 10,96% untuk

kota dan desa (BPS 2014). Permasalahan kemiskinan merupakan masalah yang

sangat kompleks, oleh karena itu upaya untuk menanggulangi masalah

kemiskinan ini harus dilakukan dengan cara yang mencakup keseluruhan dan

menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat, agar masyarakatnya merasakan

manfaat dari upaya penanggulangan tersebut.

Berkurangnya kemiskinan dapat dilihat dari indeks pembangunan manusia

(IPM) yang menjadi dasar untuk mengukur kesejahteraan masyarakatnya dengan

melihat indikator-indikator yang digunakan IPM di Indonesia antara lain

kesehatan, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Indeks pembangunan

manusia di Indonesia setiap tahunnya meningkat dan berdasarkan data BPS, tahun

2013, IPM di Indonesia sebesar 73,81. Walaupun belum sepenuhnya, tetapi dapat

dilihat bahwa kesejahteraan masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit mulai

terpenuhi.

Pemerintah Indonesia dalam rangka menurunkan angka kemiskinan

telah menempuh berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan, antara lain

(17)

nasional seperti Jamkesmas, Program Keluarga Harapan, Program Bantuan

Operasional Sekolah, Raskin, Bantuan Siswa Miskin, Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, Kredit Usaha Rakyat, dan Kartu

Keluarga Sejahtera (sumber: TNP2K). untuk melihat keberhasilan

program-program ini yang telah diterapkan secara nasional, maka dalam penelitian ini

penulis ingin melihat capaian program-program pengentasan kemiskinan

tersebut ketika diterapkan di beberapa daerah di Indonesia. Menurut Sama’I

dkk (2010), model pengentasan kemiskinan ini memang ada yang berhasil dan

kurang berhasil. Semua tergantung dari pelaksanaan program tersebut dan

sasaran program yang tepat. Namun, dalam penelitian ini, lebih memfokuskan

pada program-program pengentasan kemiskinan di beberapa daerah yang

berhasil namun belum maksimal. Tingkat keberhasilan program pengentasan

kemiskinan dapat dilihat dari segi dampak program, komponen pemberdayaan

masyarakat, komponen bantuan langsung masyarakat, dan komponen bantuan

teknis. Sejumlah hambatan ditemukan dalam proses implementasi program

P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) ini. Diantaranya

adalah hambatan ketidakjelasan tentang aturan pelaksanaan, hambatan

komunikasi, hambatan sumberdaya khususnya dana, hambatan sikap

pelaksana yang cenderung subyektif serta hambatan kondisi sosial ekonomi

masyarakat. Meskipun demikian berbagai hambatan tersebut dalam

(18)

Persoalan Penelitian

 Apa saja program pengentasan kemiskinan yang sudah dan sedang berlangsung sampai dengan saat ini di beberapa daerah ?

 Apa saja capaian program-program pengentasan kemiskinan tersebut dibeberapa daerah ?

Tujuan Penelitian

 Mengidentifikasi apa saja program-program pengentasan kemiskinan dan capaian program-program tersebut di beberapa daerah tersebut.

Manfaat Penelitian

Memperoleh pembelajaran tentang :

 Efektif tidaknya program pengentasan kemiskinan mewujudkan target yang di tetapkannya di beberapa daerah tersebut.

 Perbaikan / revisi apa saja yang diperlukan agar program pengentasan kemiskinan lebih efektif.

 Kendala apa saja yang menghambat bekerjanya program pengentasan kemiskinan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

 Program Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Untuk mengentaskan kemiskinan, diperlukan program-program yang

digunakan sebagai alat dalam pengentasan kemiskinan. Dalam

penanggulangan kemiskinan di Indonesia, pemerintah membentuk Tim

Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang diatur

dalam Perpres No.15 Tahun 2010. Pada era Kabinet Indonesia Bersatu,

pemerintah menjadikan program penanggulangan kemiskinan sebagai

prioritas pembangunan. Untuk mencapai target mereka pada akhir tahun 2014

angka kemiskinan sebesar 8-10%.

Gambar 2.1 Profil Persebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Pulau(%) tahun

2011

(Sumber: BPS, Juli 2011)

Data di atas adalah gambaran jumlah penduduk miskin yang tersebar di seluruh

(20)

25,95%, diikuti oleh Bali dan Nusa Tenggara, Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan

yang terakhir Kalimantan dengan proporsi 6,92%.

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) memiliki

beberapa program penanggulangan antara lain Jamkesmas, Program Keluarga

Harapan, Program Bantuan Operasional Sekolah, Raskin, Bantuan Siswa Miskin,

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, Kredit Usaha Rakyat, dan

Kartu Keluarga Sejahtera.

Gambar 2.2 Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan

(sumber: TNP2K, 2011)

Dari ketiga klaster diatas, inilah yang menjadi instrument utama dalam

penanggulangan kemiskinan di Indonesia. program-program yang dikeluarkan

oleh TNP2K adalah program-program yang berdasarkan 3 klaster. Selain 3

(21)

Perluasan Kegiatan Pro-Rakyat yang di atur dalam Keputusan Presiden Nomor

10 Tahun 2011, yang di antaranya meliputi :

1. Program Rumah Sangat Murah

2. Program Kendaraan Angkutan Umum Murah

3. Program Air Bersih Untuk Rakyat

4. Program Listrik Murah dan Hemat

5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan

6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan.

Program penanggulangan kemiskinan Klaster I antara lain Program Keluarga

Harapan, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin,

Jamkesmas, dan Bantuan Raskin. Untuk Klaster II ada juga Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Padat Karya/Perluasan dan

Pengembangan Kesempatan Kerja. Sedangkan pada Klaster III program yang

dilaksanakan antara lain Kredit Usaha Rakyat dan Kredit Usaha Bersama

(KUBE). Program-program pengentasan kemiskinan di atas, diharapkan dapat

mengurangi bahkan mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

 Indikator Kemiskinan Menurut BPS

Keberhasilan pengentasan kemiskinan dilihat dari berkurangnya jumlah

masyarakat miskin yang dapat diukur melalui beberapa indikator. Menurut

(22)

atau tidak jika suatu rumah tangga sudah masuk dalam 9 indikator maka

sudah dikategorikan miskin, indikator antara lain :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah

tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/

air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak

tanah

8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau

pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/

(23)

14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.

500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal

motor, atau barang modal lainnya.

Semakin sedikit masyarakat yang masuk dalam indikator di atas, artinya

masyarakat miskin semakin sedikit dan kemiskinan semakin berkurang.

 MDG’s (Millennium Development Goal’s) dalam Pengentasan

Kemiskinan

Program-program penanggulangan kemiskinan dikatakan berhasil ketika

masyarakat sudah memenuhi syarat kehidupan layak seperti yang menjadi

tujuan dari MDG’s. Menurunkan angka kemiskinan menjadi tujuan dari

MDGs. MDGs mencakup delapan komponen besar, tujuh dari delapan tujuan

tersebut adalah mengurangi setengah dari total jumlah orang miskin dan

kelaparan, dan tujuan-tujuan yang lainnya yang mendukung untuk

pengentasan kemiskinan di negara berkembang. Dibawah ini adalah grafik

indeks pembangunan manusia yang digunakan untuk mengukur capaian

kesejahteraan hidup masyarakat dengan melihat indikator-indikator di dalam

(24)

Tujuan MDGs yang pertama yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

diukur dengan target :

 Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya dibawah US$1 per hari menjadi setengahnya pada kurun waktu 1990-2015

 Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990-2015.

Dengan tercapainya tujuan dari MDG’s di atas, maka pengentasan

kemiskinan dapat dikatakan berhasil.

 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan tujuan fokus penelitian ini, maka dapat dilihat program-program

pengentasan kemiskinan yang berhasil namun belum maksimal melalui

(25)

No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian 1 Sama’I dkk,2010 Model Pengentasan kemiskinan di Kabupaten Situbondo - Pemberdayaan masyarakat

- Bantuan Langsung Masyarakat

- Bantuan Teknis 2 Tibyan, Universitas Sebelas Maret Analisis Program Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen

Pembentukan kelompok, pemberian

modal usaha, pendampingan kelompok,

penajaman kelompokan sasaran,

meningkatkan : produktivitas,

penyerapan tenaga kerja, meningkatkan

KSM 3 Suparmini, FIS Universitas Negeri Yogyakarta, Policy Brief Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, Studi Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Bantul

Masalah kemiskinan teratasi, evaluasi

atas: koordinasi antar instansi,

partisipasi masyarakat, peningkatan

kesejahteraan masyarakat, peningkatan

produktivitas keluarga & pemberdayaan

(26)

2011. 4 James Erik Siagian (2007) Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang

Adanya dampak positif dari dukungan

sarana sosial, ekonomi, lapangan kerja

5 Ahmad Tontowi (2010) Studi Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2kp) di Desa Purbayan Kecamatan Baki

Ada keselarasan antara pelaksana &

aturan pelaksanaan, ada hambatan saat

implementasi program; tahapan

pelestarian belum terlaksana akibat

(27)

Kabupaten Sukoharjo 6 Rusli, Budiman. Guru Besar Administrasi Publik FISIP UNTAD. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di

Jawa Barat: Studi

tentang Sinergitas

dan Kontinuitas

Program

Penanggulangan

Kemiskinan

Angka kemiskinan mengalami

penurunan, namun kinerja SKPD belum

maksimal. Setelah 2014, selain enam

lembaga, akan ada lagi lembaga yang

menyusun program penanggulangan

7 Mudzakir, Abdul Kodhar. UNDIP Semarang. 2000. Strategi Mengatasi Kemiskinan di Desa Nelayan: Studi Kasus di Desa Gempolsewu, Kabupaten Kendal

Pembentukan kelompok nelayan,

penyediaan sarana dan prasarana,

peningkatan SDM, mengubah budaya

konsumtif, dan adanya evaluasi

kebijakan

(28)

Marcus J. 2009 Kemiskinan dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat)

infrastruktur sosial ekonomi, keluar dari

keterisolasian, ketidakberdayaan, dan

kebebasan mengeluarkan pendapat,

(29)

METODE PENELITIAN

 Teknik Analisis dan Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan

data sekunder yang mengukur capaian program-program pengentasan

kemiskinan di beberapa daerah di Indonesia yaitu di Kabupaten Situbondo,

Kabupaten Sragen, Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat, Kabupaten

Deli Serdang, Desa Gempolsewu, Kabupaten Bantul, Desa Purbayan, dan

Jawa Barat. Untuk penelitian di kota Palu, menggunakan data sekunder dan

data primer hasil wawancara dengan key-informan dan stakeholder (hasil

wawancara terlampir).

Metode penelitiannya adalah studi literatur, yaitu mereview hasil penelitian

dari jurnal-jurnal penelitian sebelumnya. Data sekunder hasil capaian

program pengentasan kemiskinan tersebut, diperoleh dari beberapa hasil

penelitian sebelumnya dan BPS.

 Konsep dan Definisi Konsep

1. Penduduk Miskin

Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

(30)

2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Menurut pengertian dari BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan

(Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan

pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.

Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk

dari garis kemiskinan. Artinya kemiskinan semakin menurun.

P1 : Poverty Gap Index atau Indeks Kedalaman Kemiskinan

z : Garis kemiskinan

yi : Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di

bawah garis kemiskinan (i = 1,2, ….,q), yi < z

q : Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan

n : jumlah penduduk

3. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2)

memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara

penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi

(31)

P2 : Poverty Severity Index atau Indeks Keparahan Kemiskinan

z : Garis kemiskinan

yi : Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada di

bawah garis kemiskinan (i = 1,2, ….,q), yi < z

q : Banyaknya penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan

(32)

PEMBAHASAN

A. Hasil Capaian Program-Program Pengentasan Kemiskinan di Beberapa Daerah

Di bawah ini menyajikan hasil capaian program-program pengentasan

kemiskinan di beberapa daerah, antara lain :

a) Kabupaten Situbondo (Sama’I dkk,2010)

No Indikator Dampak Program Target Realisasi Gap (target-realisasi)

1 Capaian indikator dampak

program

42,8% 61,6% -18,8%

2 Pemberdayaan masyarakat 35,6% 46% -10,4%

3 Bantuan Langsung Masyarakat 21,7% 46,6% -24,9%

4 Bantuan teknologi 73% 100% -27%

Program yang dilakukan pemerintah kabupaten Situbondo adalah

dengan melaksanakan program PNPM Mandiri untuk perkotaan dan

pedesaan. Program pemberdayaan masyarakat ini dilakukan sebesar

56% di pedesaan dan sisanya sebesar 44% di perkotaan.

Dapat dilihat melalui tabel di atas, kabupaten Situbondo dapat

melewati target yang telah di tetapkan yang menunjukkan keberhasilan

program pengentasan kemiskinan di daerah tersebut. Artinya,

(33)

dapat dilihat dari persentase capaian indikator program, gap di atas

menunjukkan realisasinya melebihi dari target sehingga dapat

dikatakan berhasil.

Kekurangan dari program penanggulangan kemiskinan di Situbondo

adalah belum adanya model pengentasan kemiskinan yang

menyeluruh, sinergis, dan terintegrasi. Hal ini bertujuan agar mereka

yang telah keluar dari jerat kemiskinan tidak lagi kembali miskin.

b) Kabupaten Sragen (Tibyan, Universitas Sebelas Maret, 2010)

Di Kabupaten Sragen dalam penelitian ini melihat dampak dari

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), dan melihat

dampak program tersebut ketika diterapkan pada 240 KSM yang

menerima dana PNPM dari program ini.

Hasil Capaian Program Pengentasan Kemiskinan menunjukkan

bahwa:

 Ada perbedaan signifikan rata – rata produktivitas usaha angggota KSM setelah adanya program P2KP (Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan) lebih tinggi dibanding rata – rata

produktivitas usaha angggota KSM sebelum adanya program.

(34)

 Bantuan dana untuk menambah modal kerja usaha anggota KSM, berhasil meningkatkan penyerapan jumlah tenaga kerja.

 Dengan adanya bantuan dana tambahan modal kerja pada UMKM berhasil meningkatkan penghasilan mitra.

Dari fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Kabupaten Sragen

mampu meningkatkan produktivitas, menambah kesempatan kerja dan

meningkatkan penghasilan bagi UMKM di Kabupaten Sragen.

Kelompok Swadana Mandiri (KSM) adalah wadah untuk menyalurkan

dana dan pemberdayaan masyarakat Sragen agar keluar dari jerat

kemiskinan.

c) Kabupaten Bantul (Suparmini, 2011)

Program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di Kabupaten

Bantul adalah program Pembangunan Perdesaan (PODES) dan

beberapa program penanggulangan kemiskinan yang diampu oleh

BKK PP dan KB.

No. Hasil Capaian sebelumnya 2009 dan

setelahnya

(35)

Kemiskinan diantaranya 9 program diampu oleh BKK PP dan KB 2. Keefektifan program pengentasan kemiskinan Pemberian bantuan dana sejumlah Rp. 3.459.761,00 / KK miskin dapat menurunkan jumlah KK miskin di Kabupaten Bantul sebanyak 10.524 KK miskin. Pada tahun 2010, dengan pemberian bantuan dana sejumlah Rp. 1.785.546,00/KK miskin dapat menurunkan jumlah KK miskin sebanyak 5.535 KK miskin.

Sebagian besar KK miskin di kabupaten Bantul berjenis kelamin

laki-laki (69,3%), berstatus kawin yaitu sebanyak 29.454 KK (64,7%),

berpendidikan SD yaitu sebanyak 18.607 KK (39,6%), bekerja sebagai

(36)

dalam KK miskin adalah SD yaitu sebanyak 14.118 anak (55,7%), dan

potensi yang dimiliki anggota keluarga yang berusia 16 tahun ke atas

adalah tidak mempunyai keterampilan yaitu sebanyak 34.314 orang

(55,5%).

Hal tersebut dicapai melalui penambahan program pengentasan

kemiskinan di kabupaten Bantul yang terbukti efektif menurunkan

angka kemiskinan di daerah tersebut. Selain itu adanya pemberian

bantuan dana juga efektif mengurangi angka kemiskinan yang dilihat

dari penurunan jumlah KK miskin.

d) Kabupaten Deli Serdang (James Erik Siagian, 2007)

Penelitian ini dilakukan pada 2 kecamatan yang memperoleh bantuan

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yaitu di Kecamatan STM

Hulu dan Pantai Labu. Hasil penelitian dibawah ini ingin melihat

seberapa besar dampak dari penyediaan sarana dalam program

pengembangan kecamatan tersebut.

No. Program Penyediaan Sarana Dampak Besarnya

dampak

1. Sarana Sosial Dasar berhasil 7 kali lebih

besar dengan

(37)

sarana

2. Sarana Ekonomi berhasil 14 kali lebih

berhasil

daripada tanpa

sarana ekonomi

3. Lapangan Kerja berhasil 24 kali lebih

berhasil

mengentaskan

kemiskinan

Dari hasil penelitian di atas, ditemukan bahwa penyediaan sarana

sosial, sarana ekonomi, dan penyediaan lapangan kerja memberikan

dampak positif bagi pengentasan kemiskinan di

kabupaten Deli Serdang yakni di dua kecamatan yang mendapat

bantuan dari Program Pengembangan Kecamatan (P2K).

Melalui penelitian ini juga dipaparkan bahwa kelemahan dari program

ini adalah masih belum menyentuh langsung ke masyarakatnya.

Sehingga disarankan, program-program selanjutnya harus bersentuhan

(38)

e) Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo (Ahmad

Tontowi, 2010)

Di desa Purbayan ini ada program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

yang diberikan pemerintah bagi masyarakat miskin di desa tersebut

karena masyarakat miskin ditempat ini tidak terlalu banyak, namun

pada kenyataannya belum bisa menghilangkan jumlah penduduk

miskin. Setelah itu baru dilaksanakan program penanggulangan

kemiskinan yaitu P2KP untuk mengentaskan kemiskinan di desa ini.

Dalam penelitian ini, ada beberapa dampak yang terjadi setelah adanya

program penanggulangan kemiskinan, antara lain :

a. Terbentuknya institusi lokal tingkat desa yang peduli terhadap

penanggulangan kemiskinan yaitu terbentuknya Badan

Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM).

b. Meningkatnya akses bagi masyarakat yang berupa sarana dan

prasarana, pelayanan sosial serta pengembangan pendanaan

simpan pinjam.

c. Terpeliharanya sifat kegotong-royongan dalam pembangunan

sarana dan prasarana desa sebagai bentuk swadaya masyarakat

Melalui program penanggulangan kemiskinan perkotaan yang di

(39)

Sukoharjo sudsh terlaksana dengan baik. Implementasi program

sudah terlihat dari hasil yang dicapai pada hasil capaian di atas.

Hambatan yang terjadi adalah dalam pelaksanaan program, masih

adanya aturan yang belum jelas pelaksanaannya sehingga

membingungkan bagi pelaksana yang mengakibatkan

program-program ini belum bisa berjalan maksimal.

f) Jawa Barat (Rusli Budiman, 2014)

Ada beberapa dinas yang melakukan program-program

penanggulangan kemiskinan, antara lain :

 Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Program : Pemberdayaan Usaha Pertanian Tanaman Pangan

Hasil : berkembangnya nilai tambah dan daya saing usaha

tanaman pangan dan hortikultura.

 Dinas Peternakan

Program : bantuan kepada 80 orang peternak itik

Hasil : Meningkatnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan

masyarakat miskin sebanyak 80 orang dalam melakukan

usaha agribisnis ternak itik.

(40)

Program : Budidaya ikan lele sangkuriang, ikan hias, ikan

gurame.

Hasil : meningkatkan hasil panen ikan.

 Dinas Kehutanan

Program : Penanggulangan kemiskinan masyarakat sekitar

hutan (pengembangan budidaya lebah madu dan jamur kayu).

Hasil : Meningkatnya pendapatan petani lebah madu (+Rp

500.000,-/Bulan (Umumnya Buruh Tani), penghasilan

tambahan dari hasil Budidaya lebah.

 Badan Ketahanan Pangan Daerah

Program : Fasilitasi Lumbung Pangan Masyarakat,

Pengembangan Desa Mandiri Pangan, Fasilitasi Keluarga

Sadar Gizi dan Lingkungan Bebas Rawan Pangan, Penguatan

Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin.

Hasil : Terbangunnya lumbung pangan, terbangunnya desa

mandiri pangan, meningkatnya gizi keluarga, tersedianya

cadangan pangan.

 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Program : Pengembangan Kewirausahaan Industri Kecil

Hasil : Meningkatnya pengetahuan di bidang makanan tekstil

(41)

Program-program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan oleh

SKPD di lingkungan Provinsi Jawa Barat berjalan secara parsial dan

kurang di perhatikan sinergitas dengan program yang digagas SKPD

yang lain. Pada tahun 2012 ada enam SKPD di Jawa Barat yang sudah

memulai program penanggulangan kemiskinan yaitu dinas Pertanian,

Dinas Peternakan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan

Ketahan Pangan dan dinas Perikanan dan Kelautan. Karena belum

memperoleh hasil yang maksimal, maka program penanggulangan

terus dilakukan hingga mencapai target pada tahun 2014 adalah

sebesar 8%.

Walaupun masih belum maksimal diterapkan di Jawa Barat,

program-program penanggulangan kemiskinan di Jawa Barat sudah

menurunkan angka kemiskinan walaupun belum mencapai target. Oleh

karena itu adanya kontinuitas dari program-program yang diluncurkan

SKPD ini agar sesuai dengan target pemerintah.

g) Desa Gempolsewu, Kabupaten Kendal (Mudzakir, Abdul Kodhar.

UNDIP Semarang. 2000)

Hasil penelitian di desa Gempolsewu, Kabupaten Kendal

menunjukkan data-data sebagai berikut:

(42)

pencaharian sebagai nelayan (68.76 %), tanpa ada mata pencaharian

alternative. Pada Desa Gempolsewu terdapat Pusat Pendaratan lkan

(PPI) Tawang, yang merupakan Pelabuhan Perikanan tipe C. Produk

Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga

berlaku di kabupaten Kendal tahun 1990-1999 sektor perikanan hanya

memberikan kontribusinya sebesar 1,99%. Tingkat pendidikan

penduduk Desa Gempolsewu sebagian besar mulai SMP/sederajat

40.71% SD 28.89 % dan SLTA 6.51%. Tingkat pendapatan nelayan

berdasarkan kepemilikan alat tangkap, untuk alat tangkap Mini purse

seine dalam setahunnya sebesar Rp. 63.720.000,-. Nelayan lampara

pendapatan pertahunnya sebesar Rp. 2.250.000,-, nelayan Cantrang

pendapatau pertahunnya sebesar Rp. 4.157.000,-, sedangkan untuk alat

tangkap Dogol sebesar Rp. 3.609.000,- alat tangkap AS Rp. 2.280.000,

dan jaring Klitik per tahunnya tiap ARK sebesar Rp. 3.750.000,-.

Masalah yang nampak dari hasil penelitian adalah lemahnya kemauan

untuk maju, kualitas sumber daya manusia yang rendah, lemahnya

nilai tukar hasil produksi, rendahnya produktivitas kinerja dan daya

beli serta terbatasnya kesempatan berpartisipasi dalam kegiatan

pembangunan.

Hal yang sangat mendasar yang meyebabkan kemiskinan di daerah

Gempolsewu adalah kebiasaan masyarakat disana yang tidak mau

(43)

pemerintah menerapkan kebijakan untuk mengubah budaya konsumtif

mereka, peningkatan sumber daya manusia, dan pembentukan

kelompok nelayan.

h) Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat (Pattinama, Marcus J.

2009)

Sebelumnya sudah ada program BLT (Bantuan Langsung

Tunai), namun belum maksimal dalam mengentaskan kemiskinan di

daerah tersebut. Banyak yang salah sasaran, dan bahkan menyebabkan

adanya peluang untuk penggelapan dana hingga menyebabkan konflik

sosial. Untuk itu penelitian ini ingin melihat definisi kemiskinan yang

lebih spesifik untuk mengetahui program yang tepat bagi model

pengentasannya.

Studi literatur dan observasi lapangan menunjukkan bahwa konsep

kemiskinan memiliki banyak sisi, misalnya sisi ekonomi, sosial

(kesehatan, pendidikan), kultural, kelembagaan dan politik. Sisi-sisi

kemiskinan itu lahir dari penggalian mendalam faktor-faktor penyebab

kemiskinan. Dalam riset ini yang dikembangkan adalah konsep

kemiskinan subjektif. Diharapkan adanya sinergi definisi dari

penduduk miskin dan kelompok luar (pemerintah, lembaga riset, dan

(44)

masyarakat tertentu di lokasi tertentu, sekaligus holistik, sistemik dan

dinamis.

Perbedaan Indikator dan Masalah Kemiskinan

Surade, Jawa Barat Pulau Buru

Kekurangan pangan, kondisi

rumah yang sangat sederhana,

membeli pakaian setahun sekali,

tidak memiliki tanah, tidak

memiliki akses ke pendidikan dan

kesehatan.

Pola lahan berpindah yang masih

subsisten, keterbatasan akses

terhadap permodalan dan

perbaikan teknologi pertanian dan

isolasi dalam arti mahalnya biaya

transportasi (waktu dan tenaga).

Kedua komunitas mengandalkan

tenaga kerja sendiri dan keluarga,

produksi terbatas di lahan terbatas

serta lemah dalam tawar-menawar

dengan pedagang.

Dari penelitian ini ingin menegaskan bahwa masalah kemiskinan

bukan hanya sekedar mengumpulkan data dan membicarakannya

melainkan membutuhkan komitmen dan upaya berkelanjutan dalam

(45)

diatasi karena masalah kemiskinan di setiap daerah itu berbeda-beda

dan cara penanganannya pun berbeda.

B. Kota Palu dan Kebijakan Palu 2015 : Zero Poverty

Palu 2015: Zero Poverty pada hakikatnya dirancang secara khusus

merupakan strategi perlindungan guna menopang dan menjaga kestabilan

ekonomi kota dan menekan angka kemiskinan kota (TNP2K). Sebagai ibukota

propinsi, yang terdiri dari 8 kecamatan dan 45 kelurahan, seharusnya kota

Palu bebas dari kemiskinan dengan melihat kota ini menjadi pusat segala

aktivitas ekonomi masyarakat sekitar maupun masyarakat yang ada di

Sulawesi Tengah secara keseluruhan. Saat ini angka kemiskinan di kota Palu

berdasarkan data tahun terakhir 2013 masih mencapai 14% dari 310.000 jiwa

penduduk. Tahun 2012, data yang bersumber dari Unit Penetapan Sasaran

Penanggulangan Kemiskinan (UPSK) Tim Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K), jumlah penduduk miskin di Kota Palu sebanyak

74.165 jiwa yang terdiri atas 15.196 kepala keluarga. Proporsi terbesar berada

di Palu Barat yang mencapai 23.192 jiwa, kemudian Kecamatan Palu Selatan

mencapai 20.440 jiwa, Kecamatan Palu Utara mencapai 17.793 jiwa,dan

Kecamatan Palu Timur mencapai 12.740 jiwa. Padahal jika melihat kondisi

kota Palu saat ini yang sudah lebih maju dan berkembang, rasanya tidak

(46)

masyarakatnya. Menurut data warga yang dirilis BPS pada tahun 2012,

penduduk miskin yang tidak bekerja mencapai 69,50% dari penduduk miskin.

Inilah yang menjadi titik sentral Palu 2015:Zero Poverty, karena orang miskin

penganggur dapat menjadi masalah utama Kota Palu seperti rawan konflik,

rawan kriminalitas, dan masalah sosial lainnya.

Produk hukum kebijakan Palu 2015 : Zero Poverty ini diatur dalam

Perwali Nomor 050.13/164/Bappeda/2013 tentang Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah TKPKD Kota Palu 2013. Kebijakan ini

adalah program pemerintah daerah kota Palu dalam upaya pengentasan

kemiskinan di kota Palu. Setelah dicanangkan pada tahun 2010, walikota Palu

mendeklarasikan kebijakan ini pada tanggal 24 September 2012 karena

kebijakan ini memang merupakan kebijakan yang di atur oleh walikota Palu

sendiri. Angka kemiskinan yang masih tinggi menyebabkan pemerintah

berusaha untuk mengurangi dan bahkan berusaha untuk menghilangkan

kemiskinan di kota Palu ini. Untuk tahun 2015 ini, sasaran pemerintah adalah

membuat angka kemiskinan di kota Palu berada di bawah 5% sebagai langkah

awal kebijakan ini yang diharapkan sepenuhnya berhasil.

 Hasil Capaian Target Palu 2015 : Zero Poverty

Dalam pelaksanaannya yang telah dimulai pada tahun 2012, kebijakan

(47)

di jalankan telah menghasilkan penurunan angka kemiskinan yang

ditampilkan pada data

(sumber: Berita Resmi Statistik No. 38/07/72/Th. XVII, 01 Juli 2014)

Sulawesi Tengah

Banggai Kepulauan

Banggai

Morowali

P o s o

Donggala

Toli Toli

Parigi Moutong

Tojo Una

Kota Palu

Target 1.2. Indeks

Kemiskinan (P1) Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi

di jalankan telah menghasilkan penurunan angka kemiskinan yang

ditampilkan pada data-data di bawah ini.

Berita Resmi Statistik No. 38/07/72/Th. XVII, 01 Juli 2014)

2.76 3.56 1.82 4.23 3.45 3.27 2.62 2.71 3.28 4.46 2.27 1.26 2.56 3.26 2.04 3.05 3.66 2.38 2.41 2.21 2.62 3.83 1.81 1.12 2.28 2.41 1.30 2.44 3.00 3.26 2.07 2.00 2.33 3.96 1.92 1.33 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

Sulawesi Tengah

Banggai Kepulauan

Banggai

Morowali

P o s o

Donggala

Toli Toli

B u o l

Parigi Moutong

Tojo Una-Una

Sigi

Kota Palu

Target 1.2. Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi

Tengah, 2011-2013

di jalankan telah menghasilkan penurunan angka kemiskinan yang

Berita Resmi Statistik No. 38/07/72/Th. XVII, 01 Juli 2014)

Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi

2013

2012

2011

(48)

(sumber: BPS 2014) (sumber: BPS 2014) 1.81 1.26 1.12 1.33

0

0.5

1

1.5

2

2010

2011

2012

2013

Perkembangan Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1)

Kota Palu 2010-2013

Indeks P1

0.47 0.28 0.22 0.32 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 2010 2011 2012 2013

Perkembangan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2)

Kota Palu 2010-2013

(49)

Laju Inflasi Kota Palu menurut Tahun Kelender 2009-2013

Inflation Rate of Palu City by Calendar Year 2009 – 2013

(2008 = 100)

Diolah dari hasil Survei Harga Konsumen / Based on Consumer PriceSurvey Kelompok

2009 2010 2011 2012 2013

Group

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

U m u m/ General 5,73 6,40 4,47 5,87 7,57

1 Bahan Makanan/ FoodStuff 9,42 10,59 0,72 4,87 7,58

2

Makanan Jadi Minuman Rokok

13,65 7,32 9,29 11,56 11,01 dan Tembakau/ Prepared Food

Beverage and Tobacco

3 Perumahan/ Housing 3,29 6,16 6,38 5,21 3,94 4 Sandang/ Clothing 7,32 2,63 5,90 2,71 1,48 5 Kesehatan/ Medical Care 2,25 0,95 2,81 7,35 1,48 6 Pendidikan Rekreasi & Olahraga 2,69 8,22 3,35 3,16 6,10

Education Recreation and Sports

7 Transpor dan Komunikasi -2,64 1,65 2,62 2,96 12,14

Transportation and Communication

(sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tengah)

Dilihat dari grafik di atas, Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2012 ke

tahun 2013 mengalami peningkatan dari 1,12 menjadi 1,33 dan kemudian

pada September 2013 hingga Maret 2014 angkanya berubah menjadi 2,28

menurun ke 2,18. Berdasarkan data dari BPS Sulawesi Tengah di tahun 2013

adanya inflasi yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya. Tahun 2012 inflasi

sebesar 5,87% menjadi 7,57% pada tahun 2013. Selanjutnya pada tahun 2014

naik lagi menjadi 8,85%. Namun penurunan angka indeks kedalaman

kemiskinan tersebut mengindikasikan rata-rata kesenjangan pengeluaran

(50)

semakin mengecil artinya rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung

mendekati garis kemiskinan atau semakin ke arah yang lebih baik.

Pada grafik, indeks keparahan kemiskinan meningkat dari tahun 2012 ke

tahun 2013. Mulai menurun kembali pada akhir 2013 dan mulai masuk tahun

2014. Berdasarkan data dari BPS, Indeks keparahan kemiskinan (P2)

menunjukkan kecenderungan menurun dari 0,53 pada periode September

2013 menjadi 0,52 pada periode Maret 2014. Hal itu menunjukkan

ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin mengecil.

(sumber: BPS 2014) 33,460 31,784 30,200 25,900 -5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 2010 2011 2012 2013

Perkembangan Jumlah Penduduk

Miskin (Jiwa)

Kota Palu 2010-2013

(51)

Dilihat dari tabel di atas, penduduk miskin kota Palu mengalami penurunan

setiap tahunnya mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2013 berdasarkan data

terakhir. Hal ini menunjukkan, semakin berkurangnya penduduk yang miskin

ketika merasakan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh

pemerintah kota Palu dari tahun 2010 dan pada tahun 2013 jumlah penduduk

miskin berkurang lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Ini

mengindikasikan program Zero Poverty yang dijalankan tahun 2012

(52)

(sumber:BPS Provinsi Sulteng, Kemiskinan Kabupaten/Kota se 2013)

Sulawesi Tengah

Banggai Kepulauan

Banggai

Morowali

P o s o

Donggala

Toli Toli

Parigi Moutong

Tojo Una

Kota Palu

Persentase Penduduk Miskin (P0)

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

BPS Provinsi Sulteng, Kemiskinan Kabupaten/Kota se-Sulteng, Rilis 1 September 15.83 18.08 11.25 18.85 20.10 18.03 15.03 17.40 18.70 22.37 14.03 9.24 15.40 17.03 10.48 17.25 18.46 17.02 14.12 15.99 17.36 20.97 13.20 8.58 14.32 16.30 9.81 15.92 18.22 17.18 13.86 15.06 17.03 20.61 12.27 7.24 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

Sulawesi Tengah

Banggai Kepulauan

Banggai

Morowali

P o s o

Donggala

Toli Toli

B u o l

Parigi Moutong

Tojo Una-Una

Sigi

Kota Palu

Persentase Penduduk Miskin (P0)

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Sulawesi Tengah, 2011-2013

Sulteng, Rilis 1 September

Persentase Penduduk Miskin (P0)

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

2013

2012

2011

(53)

PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA PALU TAHUN 2013

(sumber: BPS 2014, diolah kembali)

Melihat data di atas, presentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 di

kota Palu tinggal sebesar 7,27%. Target pemerintah, tahun 2015, angka

kemiskinan berada di bawah 5%. Melihat angka dari data

sebelumnya maka hal ini tidak akan sulit diwu

 Kesimpulan Palu 2015: Zero Poverty

Secara khusus, penulis melakukan penelitian dengan melakukan metode

wawancara mendalam dengan para masyarakat miskin dan stakeholder yang

secara khusus ditugaskan untuk mengawasi dan melaksanakan program Zero

Poverty ini (hasil wawancara terlampir).

Dari penelitian pendahuluan tersebut, penulis dapat menyimpulkan yang

dapat digunakan sebagai kesimpulan awal dari keefektifan program

pengentasan kemiskinan yang masuk dalam kebijakan Zero Poverty tersebut,

92.73%

PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA PALU TAHUN

(sumber: BPS 2014, diolah kembali)

Melihat data di atas, presentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 di

kota Palu tinggal sebesar 7,27%. Target pemerintah, tahun 2015, angka

kemiskinan berada di bawah 5%. Melihat angka dari data

sebelumnya maka hal ini tidak akan sulit diwujudkan.

Kesimpulan Palu 2015: Zero Poverty

Secara khusus, penulis melakukan penelitian dengan melakukan metode

wawancara mendalam dengan para masyarakat miskin dan stakeholder yang

secara khusus ditugaskan untuk mengawasi dan melaksanakan program Zero

(hasil wawancara terlampir).

Dari penelitian pendahuluan tersebut, penulis dapat menyimpulkan yang

dapat digunakan sebagai kesimpulan awal dari keefektifan program

pengentasan kemiskinan yang masuk dalam kebijakan Zero Poverty tersebut,

7.27%

92.73%

Warga Miskin

Sejahtera

PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MISKIN KOTA PALU TAHUN

Melihat data di atas, presentase jumlah penduduk miskin pada tahun 2013 di

kota Palu tinggal sebesar 7,27%. Target pemerintah, tahun 2015, angka

kemiskinan berada di bawah 5%. Melihat angka dari data-data tahun

Secara khusus, penulis melakukan penelitian dengan melakukan metode

wawancara mendalam dengan para masyarakat miskin dan stakeholder yang

secara khusus ditugaskan untuk mengawasi dan melaksanakan program Zero

Dari penelitian pendahuluan tersebut, penulis dapat menyimpulkan yang

dapat digunakan sebagai kesimpulan awal dari keefektifan program-program

(54)

1) Dilihat dari hasil pencapaian target kebijakan Palu 2015: Zero Poverty

beberapa daerah memang sudah tercatat memperoleh bantuan dan ikut dalam

program penanggulangan kemiskinan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat

kota Palu namun hal itu belum cukup untuk menjadikan kota Palu dengan

Zero Poverty. Program yang dilakukan oleh pemerintah ini nyatanya belum

menyentuh keseluruhan masyarakat miskin di kota ini.

2) Program-program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah seperti program Keluarga Harapan, BPJS Kesehatan, dan

berbagai program nasional lainnya dirasakan belum cukup untuk

mengentaskan kemiskinan di kota Palu. Karena di tempat ini, penduduk

miskin ini rata-rata adalah para pengangguran oleh karenanya program Zero

Poverty yang dilaksanakan pada tahun 2012 lebih menitikberatkan pada

pemberdayaan masyarakat tersebut agar memperbaiki ekonomi rumahtangga

dan keluar dari jerat kemiskinan. Terbukti dengan adanya penurunan angka

kemiskinan, pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin tinggal berkisar 7,27%

semakin mendekati target pemerintah kota Palu yang ingin menurunkan angka

kemiskinan hingga nol, namun untuk tahun 2015, target pemerintah angka

kemiskinan kota turun hingga angka 5%.

3) Melihat dari penurunan angka kemiskinan setiap tahunnya, kita dapat

menyimpulkan kebijakan ini efektif. Tetapi pada kenyataannya, penurunan

angka kemiskinan ini hanyalah data sekunder yang belum diketahui pasti

(55)

data yang disajikan berbeda dengan di lapangan. Antara lain adanya kesalahan

saat pendataan. Dari hasil wawancara dengan masyarakat miskin ditemukan

beberapa fakta bahwa masih ada di antara masyarakat miskin tersebut yang

belum menerima atau belum mendapatkan informasi mengenai program Zero

Poverty ini. Kesalahan juga terdapat pada stakeholder saat tidak dengan benar

melakukan pendataan maka yang terdata adalah mereka yang tidak seharusnya

menerima bantuan atau dengan kata lain salah sasaran.

C. Kesamaan dan Perbedaan Program-Program Penanggulangan Kemiskinan

Di bawah ini disajikan tabel kesamaan dan perbedaan antara

program-program penanggulangan kemiskinan di beberapa daerah yang telah di bahas

sebelumnya capaian programnya.

Kesamaan Perbedaan

Dari 8 penelitian sebelumnya, dapat

dilihat bahwa kesamaan dari setiap

program-program pemerintah yang

diterapkan di daerah-daerah tersebut

adalah menurunnya angka

kemiskinan di setiap daerah setelah

ada program-program pengentasan

Perbedaan paling umum yang terjadi

di setiap daerah dalam 8 penelitian ini

adalah masalah-masalah yang

dihadapi pemerintah daerah dalam

pelaksanaan program. Indikator

kemiskinan di setiap daerah juga ada

(56)

kemiskinan yang telah dimulai di

nasional dan diterapkan di

daerah-daerah. Meskipun pada akhirnya, 8

daerah ini memiliki masalah yang

sama, penurunan angka kemiskinan

tersebut belum efektif mengurangi

jumlah masyarakat miskin. Angka

kemiskinan berkurang, namun

masyarakat miskin yang belum

sejahtera juga masih terdapat di

dalam lapisan masyarakat.

pun tidak bisa disamaratakan dengan

nasional maupun daerah lain.

Program penanggulangan di

masing-masing daerah disesuaikan dengan

masalah kemiskinan yang dihadapi

masing-masing daerah agar tidak

terjadi lagi salah sasaran dan salah

penanganan. Program pemberdayaan

masyarakatnya juga berbeda-beda

tergantung sumber daya alam dan

potensi yang dimiliki masing-masing

daerah.

Dari tabel di atas, menyajikan kesamaan dan perbedaan dari

program-program penanggulangan kemiskinan di beberapa daerah di Indonesia. Hasil

penelitian dan capaian dari program-program yang dilaksanakan juga telah

dikemukakan pada pembahasan studi literatur(tinjauan pustaka) dan bab

pembahasan. Salah satu kota di Sulawesi Tengah di bahas lebih banyak dalam

tulisan ini karena sampai saat ini, kemiskinan di kota Palu belum ada yang

melakukan penelitian tentang ini sedangkan mereka baru saja merealisasikan

atau melaksanakan program Zero Poverty dalam pengentasan kemiskinan di

(57)

Kedudukan penelitian tentang kota Palu dalam penelitian ini, capaian

program-program pengentasan kemiskinan di kota Palu sifatnya menambah

dari hasil-hasil penelitian sebelumnya, dimana ada kebijakan Zero Poverty

yang menerapkan program-program utama dalam pengentasan kemiskinan di

kota Palu. Kebijakan yang diambil ini disesuaikan dengan permasalahan

utama kemiskinan di kota ini yaitu pengangguran dan kurangnya kualitas

sumber daya manusia. Sama dengan 8 kabupaten/kota yang telah dibahas

sebelumnya, masing-masing menerapkan kebijakan sesuai dengan

(58)

PENUTUP Kesimpulan

1) Program-program pengentasan kemiskinan di beberapa daerah di

Indonesia adalah program yang mengacu pada program nasional yang

telah di atur oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K). Program-program tersebut berbasis masalah kemiskinan yang

muncul di masing-masing daerah, seperti program pemberdayaan

masyarakat yaitu PNPM Mandiri untuk pedesaan dan perkotaan. Sebelum

ada program-program ini, bantuan masyarakat seperti bantuan langsung

tunai, telah di laksanakan oleh pemerintah, namun belum maksimal

mengentaskan angka kemiskinan di daerah-daerah tersebut.

2) Hasil capaian program-program di beberapa daerah di Indonesia

menunjukkan capaian yang berbeda-beda namun secara keseluruhan

menunjukkan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan

tersebut telah berhasil menurunkan angka kemiskinan di setiap daerah.

Walaupun angka-angka kemiskinan tersebut belum bisa mewakili

kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut sudah tercapai atau dengan

kata lain kualitas hidup masyarakat miskin tersebut sudah lebih baik.

Kadang masih sering dijumpai adanya masalah salah sasaran dan salah

menerapkan kebijakan di daerah. Itu terjadi karena kurangnya komunikasi

dan koordinasi antar stakeholder untuk mengawasi dan melaksanakan

(59)

3) Kurang lebih sama dengan kota-kota lainnya di dalam penelitian ini, kota

Palu juga sudah menerapkan program-program pengentasan kemiskinan

untuk daerahnya, bahkan mengeluarkan kebijakan Zero Poverty untuk

menekan angka kemiskinan hingga 0%. Sejauh ini sudah berjalan dengan

baik namun belum sepenuhnya efektif karena masih ada masyarakat yang

belum mendapat manfaat program bahkan belum tersentuh program sama

sekali. Ini menjadi tanggung jawab stakeholder dan pemerintah untuk

mengatasi masalah ini.

Saran

1) Bagi pemerintah pusat untuk lebih meningkatkan koordinasi antar pemerintah

daerah dan stakeholder yang menjadi penanggung jawab dalam pelaksanaan

pengentasan kemiskinan di daerah-daerah.

2) Bagi pemerintah daerah dan stakeholder lainnya untuk lebih meningkatkan

koordinasi masing-masing anggota pelaksana agar tidak lagi terjadi kesalahan

dalam pelaksanaan program maupun kesalahan kebijakan yang diambil.

3) Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih banyak mencari data secara primer

untuk dapat memperoleh data yang lebih akurat. Data sekunder belum bisa

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Sholeh, Maimun. “Kemiskinan: Telaah dan Beberapa Strategi Penanggulangannya”.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.

Royat, Sujana. “Kebijakan Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan”. Deputi

Menko Kesra Bidang Koordinasi Pengentasan Kemiskinan, Jakarta Pusat.

Suparmini. “Studi Evaluasi Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten

Bantul”. FIS Universitas Negeri Yogyakarta, Policy Brief Pusat Penelitian dan

Pengembangan Kependudukan, 2011.

Hadar, Ivan A. Zero Poverty. Bakti News Edisi 91. Juli-Agustus 2013.

Tasrif, Team Leader OC 8 Sulawesi Tengah. Replika Program untuk Pembangunan

Berkelanjutan. Jurnal PNPM Mandiri-Perkotaan halaman 4. 2011.

Penguatan Peran Pemerintah Daerah Dalam Percepatan Pengentasan Kemiskinan.

Asisten Deputi. Kementrian Sekretariat Negara. Februari 2013.

Tibyan. Analisis Program Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sragen.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.

Sutikno, dkk. Pemilihan Program Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan

Model Pemberdayaan Masyarakat dengan Pendekatan Sistem. Jurnal Ekonomi

(61)

Sama’i, dkk. Model Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Situbondo.

FISIP-Universitas Jember.

Purbathin Adi, Agus. Tinjauan Terhadap Berbagai Program Pemberdayaan

Masyarakat di Indonesia. Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat

Agrikarya (PPMA).

Tontowi, Ahmad. Studi Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan

Perkotaan (P2KP) di Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2010.

Erik Siagian, James. Analisis Dampak Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program

Pengembangan Kecamatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara. Medan. 2007.

Rusli, Budiman. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Jawa Barat: Studi Tentang

Sinergitas dan Kontinuitas Program Penanggulangan Kemiskinan. FISIP

UNTAD.

Pattinama, Marcus J. Pengentasan Kemiskinan Dengan Kearifan Lokal (Studi Kasus

di Pulau Buru-Maluku dan Surade-Jawa Barat). Makara, Sosial Humaniora, Vol. 13, No. 1, Juli 2009: 1-12.

Sumber website :

http://bps.go.id

https://catatanantilupa.wordpress.com/2011/10/31/indikator-kemiskinan-menurut-bps/

(62)

https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=capaian+program+pengentasan+kemiskina n.pdf http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3660 http://tkpkd.palukota.go.id/?p=76 http://tkpkd.palukota.go.id/?p=68 http://sultengpost.com/blog/2014/01/11/pemkot-sukses-turunkan-kemiskinan/ http://www.sapa.or.id/b1/99-k2/1267-emma-sukmawati-angka-kemiskinan-di-kota-palu-mencapai-14-persen http://sinarharapan.co/news/read/140826027/2-000-warga-palu-ikuti-program-padat-karya

(63)

LAMPIRAN-LAMPIRAN Tabel Wawancara Key-Informan

N o . Key-Infor man Loka si Angka Kemiskinan Kesamaa n Perbeda an Manfaat Program Akses Informas i Program Penangg ulangan Kemiski nan Sebelu m ZP Sesuda h ZP 1 . Bp. Joni Keca matan Palu Barat, Kelur ahan Sirani ndi 1.817 KK 1.493 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha. Hanya menerim a program Jamkesm as, beasiswa miskin, dan UMKM Cukup membant u, namun belum sepenuhn ya memenuh i kebutuha n rumah tangga Sosialisas i di kelurahan setempat 2 . Bp. Hami d Keca matan Palu Barat, Kelur ahan Ujuna 1.817 KK 1.493 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha. Jamkesm as, KUR, UMKM, dan PDPM Mandiri Beban keluarga berkuran g, cukup membant u Sosialisas i di kelurahan dan informasi dari kerabat

(64)

. Sandy matan Palu Selata n, Kelur ahan Tatur a Utara KK KK a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha dan ikut PDPM Mandiri as, KUR, dan bantuan beras raskin membant u dari kerabat kemudian di kelurahan 4 . Bp. Koma ng Keca matan Manti kulore , Kelur ahan Talise 2.648 KK 2.134 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 per bulan untuk modal usaha dan ikut PDPM Mandiri. Jamkesm as, bantuan beras raskin, dan bantuan rumah sehat Sangat membant u untuk hunian dan modal usaha Sosialisas i dari kelurahan 5 . Bp. Kefa Keca matan Palu Selata n, Kelur ahan Birob 2.536 KK 2.050 KK Menerim a manfaat Padat Karya yaitu bantuan Rp. 500.000 Selain program Jamkesm as dan bantuan pendidika n, ada bantuan Sangat membant u, khusus daerah mereka yang kesulitan air bersih Pemerint ah melalui kelurahan

(65)

uli Selata n per bulan untuk modal usaha dan ikut PDPM Mandiri pengadaa n air bersih, yakni pemasan gan pipa dan pembang unan jaringan air bersih

Tabel Wawancara Stakeholder

No . Stakeholder Program Penanggulangan Kemiskinan Sasaran Program

Kendala Hasil Evaluasi

1. Badan Pemberdaya an Masyarakat kota Palu 3 Program Zero Poverty yakni Padat karya, PDPM Mandiri, dan KURDA Masyarakat Miskin yang tersebar di 8 kecamatan Kemungkina n terjadinya salah sasaran Angka kemiskinan kota Palu menurun dari tahun 2012 sejak program ini dilaksanakan secara serius. 2. Dinas Sosial dan Tenaga kerja Kota Palu Program Keluarga Harapan dan Pemberdayaan fakir Miskin Keluarga miskin yang terdaftar Masih ada yang belum terdaftar Cukup berhasil namun belum maksimal. 3. Dinas Penataan Ruang dan perumahan kota Palu Pengembangan Perumahan dan Lingkungan Sehat Perumahan Masyarakat pemilik rumah tidak layak huni Memakan waktu yang lama dalam pelaksanaann ya Peran masyarakat untuk ikut membantu masih diharapkan.

(66)

Pekerjaan Umum kota Palu irigasi, pembangunan jalan dan jembatan, serta pengembangan ketenagalistrikan yang kesulitan air bersih, infrasktruktur kurang, dan belum ada listrik waktu yang lama dalam penyelesaian nya terlaksana, walaupun belum seluruhnya. 5. Dinas Pendidikan kota Palu Bantuan khusus murid miskin dan Bantuan warga belajar Siswa dari keluarga kurang mampu Kemungkina n salah sasaran Relevansi dengan prioritas target dan intervensi cukup baik namun belum menjangkau semua target. 6. Dinas Perindagkop dan UKM Kota Palu Peningkatan kemitraan bagi UMKM, koperasi, dan pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM UMK Produktif, UMKM, dan pengurus koperasi Kurangnya data UMKM yang ada di kota Palu Sudah berjalan baik walaupun belum mencakup seluruh UMKM.

(67)

Rekap Hasil Wawancara Awal

REKAP HASIL WAWANCARA

No .

Key-informan Pertanyaan Hasil wawancara

Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 informan 5

1

Masyarakat Miskin di kota Palu

1. Program apa saja yang sudah dilakukan oleh pemerintah kota Palu yang sudah dirasakan oleh masyarakat miskin ? ada bantuan langsung masyarakat, yang diberikan per bulan Rp.500.000,-per kepala keluarga. Sebelumnya sudah ada jamkesmas, beasiswa miskin, dan UMKM yang lebih dulu masuk ke tempat kita. sebelum ada program Zero Poverty, ada jamkesmas, PNPM, KUR, UMKM setelah itu baru ada program padat karya yang bantuan Rp.500.000 per bulan itu. saya sudah mendapatkan program jamkesmas, KUR, bantuan beras raskin. Sekarang ada bantuan untuk masyarakat miskin yg diterima tiap bulan untuk padat karya. selain program seperti jamkesmas dan lain-lain, kami juga ada bantuan sarana dan prasarana rumah sehat yaitu bantuan bahan bangunan karena rumah kami sebelumnya tidak layak huni. Selain jamkesmas dan bantuan pendidikan, sebelumnya kami memperoleh bantuan bagi masyarakat miskin dari dinas pekerjaan umum kota Palu yaitu pengadaan air bersih dengan pemasangan pipa dan pembanguna n jaringan air bersih

(68)

untuk daerah kami. Dari program zero poverty ada bantuan langsung Rp.500.000,-per bulan yang diterima di kantor kelurahan. 2. Apakah program tersebut sudah maksimal, dalam arti sudah cukup membantu masyarakat miskin ? sejauh ini, sudah banyak membantu hanya saja belum sepenuhnya membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga yang semakin mahal. Apalagi mendekati hari raya dimana semua kebutuhan naik sudah cukup membantu, beban keluarga sedikit berkurang dengan adanya bantuan ini. lumayan membantu, hanya saja belum bisa menutupi kebutuhan rumah tangga. Mungkin nanti jika bantuan dana Rp.500.000,-itu digunakan untuk modal usaha, kebutuhan keluarga kami sangat membantu apalagi bagi kami yang sebelumnya memiliki rumah yang bisa dikatakan tidak layak huni sekarang kami punya rumah yang layak. Untuk walaupun masih kurang, tetapi sudah banyak membantu kami. Setidaknya sekarang air bersih sudah lebih mudah kami peroleh. Dan juga dengan bantuan langsung per

Gambar

Grafik 4.1 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Tengah, 2011-2013……………………………… 32 Grafik  4.2  Perkembangan  Indeks  Kedalaman  Kemiskinan  (P1)  Kota  Palu
Gambar 2.1 Profil Persebaran Penduduk Miskin Berdasarkan Pulau (%) Tahun  2011…………………………………………………
Gambar  2.1  Profil  Persebaran  Penduduk  Miskin  Berdasarkan  Pulau(%)  tahun  2011
Gambar 2.2 Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan
+2

Referensi

Dokumen terkait

penanganan kasus preeklamsia ringan ini sudah sesuai dengan teori yang diberikan yang telah dikemukakan diatas, sehingga pasien telah tertangani dengan baik.

Parasomnia merupakan perilaku tidur abnormal yang kadang-kadang terjadi pada usia lanjut yaitu kebingungan pada malam hari (nactural confusion), jalan sambil tidur, gangguan

60 orang Perangkat desa membantu mengumpulkan peserta untuk mengikuti acara penyuluhan Jumlah brosur atau bacaan kurang dari Iuran kelompok Rp 115.600.. 50 Bagaimana

Oleh karena itu orbit yang paling tepat untuk satelit komunikasi adalah Orbit Geostasioner, yaitu orbit dimana perioda orbitnya adalah selama 24 jam dan sejajar

Pada penyimpannya google drive berfungsi menyimpan data akademik berupa biaya, transkip, KRS dan KRS dalam bentuk pdf, sistem ini berjalan apabila user setelah login

Untuk mode farming, terdapat dua jenis aksi untuk hero atau karakter Juggernaut, yaitu dimana AI akan menyerang creep yang health point-nya sudah dibawah besar serangan

DM resistensi insulin ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah menetap yang disebabkan karena berkurangnya sensitivitas pada reseptor insulin, bukan karena

Untuk mengimplementasikan pengendali PID pada mikrokontroler, bentuk sinyal kendali tersebut diubah menjadi bentuk diskrit, sesuai dengan persamaan (2). Secara