• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan

PT Futurefood Wahana Industri didirikan pada tahun 2002 yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur. Kantor pusat dari PT Futurefood Wahana Industri ini berada di jalan Kayoon 24, Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya, Jawa Timur. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan makanan berupa Ice Cream atau lebih dikenal dengan nama Mini Melts Ice Cream Indonesia. Awalnya, Mini Melts Ice Cream adalah produk yang awalnya berasal dari Amerika yang kemudian di bawa ke Indonesia oleh PT Futurefood Wahana Industri selaku pemegang Master Franchise Mini Melts di Indonesia karena bentuk es krimnya yang unik seperti mutiara dan memiliki rasa yang enak. Hal ini yang membuat Minto Sindarto Wahano selaku pemilik dari PT Futurefood Wahana Industri tertarik untuk membawa es krim Mini Melts ini ke Indonesia dan memilih Hadi Santoso sebagai Direktur yang memimpin PT Futurefood Wahana Industri. Bersamaan dengan hal itu, perusahaan ini membangun pabrik untuk memproduksi Ice Cream Mini Melts di Indonesia pada tahun 2003 yang berada di jalan Raya Rungkut Tengah 32-34, Kali Rungkut, Gunung Anyar, Surabaya. Untuk Outlet Mini Melts pertama kali dibuka di Surabaya yaitu di Galaxy Mall, Supermal, Pasar Atom, Cito (City of Tomorrow), dan Delta Plaza. Selanjutnya beberapa Outlet Mini Melts dibuka di Banjarmasin, Jakarta, Malang, Manado, dan Padang. Untuk seluruh Outlet yang dimiliki di Jakarta dimiliki langsung oleh PT Futurefood Wahana Industri, selain itu merupakan franchise.

4.1.2 Visi dan Misi PT Futurefood Wahana Industri Visi PT Futurefood Wahana Industri

Visi PT Futurefood Wahana Industri adalah menjadi perusahaan ice cream terbesar di Indonesia serta menjadikan Mini Melts sebagai produk ice cream favorit di Indonesia.

(2)

Misi PT Futurefood Wahana Industri adalah mendistribusikan dan

memasarkan produk Mini Melts Ice Cream dengan menjaga kualitas produk serta layanan di seluruh Indonesia dengan motto yaitu “The Ice Cream Dream – Taste it and love it”.

4.1.3 Struktur Organisasi PT Futurefood Wahana Industri

Gambar 4.1 Struktur organisasi

Sumber: PT Futurefood Wahana Industri 1. RUPS

a. Memantau segala kegiatan kerja yang terjadi dalam perusahaan. b. Memutuskan penyetoran saham.

c. Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan atau pembubaran perusahaan.

2. Direktur

a. Memimpin dan membuat kebijakan perusahaan.

b. Memberi arahan, mengawasi, dan menentukan tugas dan kewajiban manajer.

c. Memeriksa dan melaporkan hasil kerja manajer kepada pemilik perusahaan.

3. Wakil Direktur

a. Membantu direktur dalam melaksanakan tanggung jawab kerja dalam perusahaan. Staf Operasional Manajer Operasional Manajer HRD Manajer Administrasi Manajer Pemasaran Direktur Wakil Direktur RUPS

(3)

b. Memantau dan mengontrol kegiatan kerja dalam perusahaan. 4. Manajer Operasional

a. Memangkas biaya-biaya operasi yang tidak diperlukan dalam perusahaan. b. Mengawasi kegiatan produksi perusahaan.

c. Mengontrol persediaan dan distribusi produk dalam perusahaan. d. Mengatur anggaran dan pengelolaan biaya untuk perusahaan.

e. Meningkatkan sistem operasional untuk mendukung kegiatan operasi kerja dalam perusahaan.

5. Manajer Pemasaran

a. Mengatur distribusi produk dan memeriksa penjualan.

b. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pasar demi meningkatkan penjualan. c. Mengembangkan konsep produk untuk meningkatkan kepuasan konsumen. d. Menetapkan harga yang sesuai dengan keinginan pasar dan kebutuhan

perusahaan. 6. Manajer Administrasi

a. Mengelola fasilitas dan inventaris perusahaan. b. Mengelola jadwal dan tenggat waktu.

c. Menyusun dan mengatur anggaran perusahaan.

d. Memastikan operasi administrasi perusahaan agar selalu mematuhi kebijakan dan peraturan.

7. Manajer HRD

a. Merekrut karyawan baru untuk perusahaan.

b. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan baik.

c. Bekerjasama dengan menajer lain dalam mengatur karyawan secara strategis.

8. Staf Operasional

a. Membantu pengelolaan fasilitas dan inventaris perusahaan. b. Membantu pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan.

c. Mengecek persediaan dan membantu distribusi produk dalam perusahaan. d. Membantu manajer operasional dalam pengelolaan biaya perusahaan. e. Membantu manajer operasional dalam melaksanakan tanggung jawabnya

(4)

4.2 Profil Informan 4.2.1 Informan 1

Nama : Hadi Santoso

Usia : 56 tahun

Jabatan : Direktur

Lama Bekerja : 16 tahun

4.2.2 Informan 2

Nama : Diah

Usia : 41 tahun

Jabatan : Manajer Administrasi Lama Bekerja : 16 tahun

4.2.3 Informan 3

Nama : Soleman

Usia : 44 tahun

Jabatan : Manajer Operasional Lama Bekerja : 10 tahun

4.2.4 Informan 4

Nama : Sukris

Usia : 36 tahun

Jabatan : Staf Operasional Lama Bekerja : 4 tahun

4.3 Deskripsi Data

4.3.1 Tingkat Kesiapan Bawahan PT Futurefood Wahana Industri

Peneliti menggunakan angket RSSM untuk mengukur tingkat kesiapan bawahan PT Futurefood Wahana Industri dan didukung dengan informasi dari hasil wawancara dengan informan yang telah ditetapkan.

4.3.1.1 Tingkat Kesiapan Informan 2 (Diah)

Dalam penelitian menggunakan angket RSSM yang dilakukan kepada informan 2, hasil angket menunjukkan bahwa Diah termasuk dalam bawahan yang memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi (R4). Pada Tabel 4.1 bawahan yang

(5)

termasuk dalam tingkat kesiapan (R4) memiliki kemampuan dan keterampilan kerja yang sangat tinggi serta kemauan atau keinginan yang sangat tinggi dalam mengerjakan tugasnya.

Tabel 4.1

Matriks Tingkat Kesiapan Bawahan Informan 2 (Diah)

Ke mampu an 39–48 R3 R3 R4 R4 27–38 R3 R3 R3 R4 15–26 R1 R2 R2 R2 6–14 R1 R1 R2 R2 6–14 15–26 27–38 39–48 Keinginan atau Kemauan Sumber: Yoshioka, 2006 dan olahan penulis, 2018

Untuk penilaian kemampuan dalam angket RSSM yang telah diisi, Diah memperoleh skor kemampuan yang tinggi yaitu 45 poin. Hasil menunjukkan bahwa Diah memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keahlian yang tinggi dalam mengerjakan tugas. Diah juga tidak menginginkan keterlibatan manajerial yang tinggi ketika mengerjakan tugas, hal ini menunjukkan Diah memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tanggung jawab tugasnya secara mandiri. Dalam pengerjaan tugas Diah juga melaporkan perkembangan tugas dan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.

Penilaian kemauan atau keinginan yang tinggi juga ditunjukkan oleh Diah yang memperoleh skor 45 poin. Diah memiliki tingkat rasa percaya diri, komitmen dan motivasi yang tinggi dalam mengerjakan tugas. Dalam tanggung jawab tugas pun Diah menunjukkan keinginan besar untuk terlibat dalam sebuah tanggung tugas dan memiliki kepedulian yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada Diah juga menunjukkan bahwa Diah memiliki tingkat kesiapan yang tinggi dalam menerima tanggung jawab tugas yang diberikan oleh Hadi. Dalam mengerjakan tugas Diah juga sebisa mungkin memenuhi standar kerja yang diberikan dan informasi juga diperoleh bahwa Diah memang lebih banyak berkoordinasi dengan bagian internal dari perusahaan saja. Dalam pengerjaan tugasnya, Diah juga jarang mengalami kesulitan, ketika diberi deadline tugas Diah juga menunjukkan kemauan untuk menyelesaikan tugasnya meskipun harus lembur. Dalam hal kemampuan Diah juga secara tidak langsung mendapat pengakuan dari Hadi ketika mengerjakan

(6)

tugas, karena Hadi jarang memarahi Diah. Diah juga memiliki motivasi dari keluarganya sendiri yang mendorong dirinya untuk menyelesaikan tanggung jawab kerja. Dalam mengerjakan tugas Diah juga menunjukkan kedisiplinannya untuk memberi laporan perkembangan tugas kepada Hadi. Mengenai pengambilan keputusan dan cara bekerja pun, Diah menunjukkan kemandiriannya ketika diberi kepercayaan dalam mengambil keputusan dan bekerja sendiri dalam sebuah tugas. Pengetahuan terhadap pekerjaan juga ditunjukkan oleh Diah karena Hadi memiliki kecenderungan hanya menjelaskan gambar besar dari sebuah tugas tetapi Diah tetap mampu menyelesaikan tugas sesuai standar kerja.

Dalam hal ini Diah termasuk dalam bawahan yang memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi (R4) karena sesuai dengan indikator bawahan dengan tingkat kesiapan (R4) yaitu selalu menginformasikan perkembangan tugas kepada pimpinan dengan memberi laporan, dapat bekerja secara mandiri, bertanggung jawab dalam memenuhi deadline tugas, membuat keputusan yang efektif terkait dengan tugas, menunjukkan standar kinerja yang tinggi dan sadar akan keahlian.

4.3.1.2 Tingkat Kesiapan Informan 3 (Soleman)

Dalam penelitian angket RSSM yang diberikan kepada informan 3, hasil angket menunjukkan bahwa Soleman termasuk dalam bawahan yang memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi (R3). Pada Tabel 4.2 Soleman termasuk dalam tingkat kesiapan (R3) memiliki kemampuan dan keterampilan kerja yang tinggi serta kemauan atau keinginan yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya.

Tabel 4.2

Matriks Tingkat Kesiapan Bawahan Informan 3 (Soleman)

Ke mampu an 39–48 R3 R3 R4 R4 27–38 R3 R3 R3 R4 15–26 R1 R2 R2 R2 6–14 R1 R1 R2 R2 6–14 15–26 27–38 39–48 Keinginan atau Kemauan Sumber: Yoshioka, 2006 dan olahan penulis, 2018

Untuk penilaian kemampuan dalam angket RSSM yang telah diisi, Soleman memperoleh skor kemampuan yang cukup tinggi yaitu 37 poin. Hasil menunjukkan bahwa Soleman memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keahlian yang cukup tinggi dalam mengerjakan tugas. Tetapi untuk dalam hal keterlibatan manajerial, Soleman masih menginginkan keterlibatan manajerial dalam

(7)

mengerjakan tugasnya. Dalam pengerjaan tugas Soleman juga menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan melaporkan perkembangan tugasnya dengan cukup baik.

Penilaian kemauan atau keinginan yang cukup tinggi juga ditunjukkan oleh Soleman yang memperoleh skor 37 poin. Soleman memiliki tingkat rasa percaya diri yang cukup baik, tetapi memiliki komitmen dan motivasi yang tinggi. Dalam tanggung jawab tugas pun Soleman menunjukkan keinginan besar untuk terlibat dalam sebuah tanggung tugas, namun memiliki keinginan yang sedang untuk memegang tanggung jawab penuh terhadap tugas tersebut. Dalam hal kepeduliaan terhadap tugas Soleman menunjukkan kepeduliaan yang tinggi.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada Soleman menunjukkan bahwa Soleman memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Berkaitan dengan standar kerja yang harus dipenuhi, Soleman terkadang merasa kesulitan memenuhi standar kerja yang telah ditentukan dikarenakan kurang yakin dalam menghadapi situasi kerja di lapangan. Soleman juga merasa kurang yakin deadline yang telah ditentukan tetapi tetap menyelesaikan tugas sesuai dengan deadline yang telah ditentukan karena sudah menjadi tanggung jawab tugasnya. Dari sisi kemampuan, Soleman menunjukkan kemampuannya melalui hasil kerja yang baik terhadap tugas yang diberikan dan pengambilan keputusan yang dipercayakan kepadanya. Jika kurang memahami tugas Soleman akan berkoordinasi dengan Diah dan Sukris begitu juga dalam menghadapi sebuah masalah dalam tugas. Dalam sebuah tugas Soleman juga menunjukkan bahwa lebih cenderung untuk bekerja sebagai tim dan saling berkoordinasi. Dalam hal ini terlihat Soleman menunjukkan keraguan dan rasa kurang yakin dalam menyelesaikan tugasnya.

Dalam hal ini Soleman termasuk dalam bawahan yang memiliki tingkat kesiapan tinggi (R3) karena sesuai dengan indikator bawahan dengan tingkat kesiapan (R3) yaitu telah menunjukkan kemampuan dan pengetahuan kepada pemimpin, tetapi masih terlihat ragu untuk menyelesaikan atau mengambil langkah selanjutnya, terlihat takut, terkejut, bingung, merasa lebih nyaman bekerja dalam tim, dan mengumpulkan banyak umpan balik.

(8)

4.3.1.3 Tingkat Kesiapan Informan 4 (Sukris)

Dalam penelitian angket RSSM yang diberikan kepada informan 4, hasil angket menunjukkan bahwa Sukris termasuk dalam bawahan yang memiliki tingkat kesiapan sedang (R2). Terlihat dalam Tabel 4.2 Sukris termasuk dalam tingkat kesiapan (R2) memiliki kemampuan dan keterampilan kerja sedang namun kemauan atau keinginan yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya.

Tabel 4.3

Matriks Tingkat Kesiapan Bawahan Informan 4 (Sukris)

Ke mampu an 39–48 R3 R3 R4 R4 27–38 R3 R3 R3 R4 15–26 R1 R2 R2 R2 6–14 R1 R1 R2 R2 6–14 15–26 27–38 39–48 Keinginan atau Kemauan Sumber: Yoshioka, 2006 dan olahan penulis, 2018

Untuk penilaian kemampuan dalam angket RSSM yang telah diisi, Sukris memperoleh skor kemampuan yang cukup tinggi yaitu 25 poin. Hasil menunjukkan bahwa Sukris memiliki pengetahuan dan keahlian dalam tingkat sedang dalam mengerjakan tugas, tetapi memiliki pengalaman yang cukup baik dalam pekerjaannya. Untuk dalam hal keterlibatan manajerial, Sukris masih menginginkan keterlibatan manajerial yang besar dalam mengerjakan tugasnya. Dalam pengerjaan tugas Soleman juga menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan melaporkan perkembangan tugasnya dengan cukup baik yang berada dalam tingkat sedang.

Penilaian kemauan atau keinginan yang cukup tinggi juga ditunjukkan oleh Soleman yang memperoleh skor 38 poin. Soleman memiliki tingkat rasa percaya diri, komitmen, dan motivasi yang tinggi. Dalam tanggung jawab tugas pun Sukris menunjukkan keinginan besar untuk terlibat dalam sebuah tanggung tugas, namun memiliki keinginan yang sedang untuk memegang tanggung jawab penuh terhadap tugas tersebut. Dalam hal kepeduliaan terhadap tugas Sukris menunjukkan kepeduliaan yang tinggi.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada Sukris menunjukkan bahwa kesiapannya dalam menerima dan mengerjakan tanggung jawab sebuah tugas sesuai standar yang telah ditentukan. Sukris juga menunjukkan ketika kesulitan dalam memahami sebuah tugas masih memerlukan bantuan koordinasi dari

(9)

Soleman. Begitu juga jika menghadapi hal buruk di lapangan Sukris juga memerlukan bantuan koordinasi seperti bertukar pendapat dengan Soleman. Informasi dari wawancara juga menunjukkan bahwa Sukris merasa lebih nyaman bekerja sebagai sebuah tim sehingga bisa saling membantu sepertinya halnya dalam pengambilan keputusan, Sukris juga mengambil keputusan dengan pertimbangan masukan dari Soleman. Dalam mengerjakan tugas, Sukris selalu memberikan laporan perkembangan tugas kepada Hadi. Sikap Sukris juga terlihat semakin terdorong dengan adanya deadline tugas yang diberikan.

Melalui informasi hasil wawancara yang diperoleh, Sukris termasuk dalam bawahan yang memiliki tingkat kemampuan yang sedang karena dalam mengerjakan tugasnya masih memerlukan bantuan koordinasi dan merasa lebih nyaman bekerja sebagai sebuah tim. Dalam hal kemauan, Sukris memiliki kemauan kerja yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya hal ini ditunjukkan dari sikap Sukris yang selalu siap dalam menerima tanggung jawab tugas, semakin terdorong dengan adanya deadline, dan selalu memberikan laporan perkembangan tugas kepada Hadi.

Dalam hal ini, Sukris termasuk dalam bawahan yang memiliki tingkat kesiapan yang sedang (R2) karena sesuai dengan indikator bawahan dengan tingkat kesiapan sedang yaitu kesiapannya dalam menerima sebuah tugas yang diberikan, menunjukkan kemampuan yang sedang karena masih membutuhkan koordinasi serta merasa lebih nyaman bekerja dalam tim, terbuka terhadap masukan, perhatian, antusias, dan tugas baru.

4.3.2 Gaya Kepemimpinan Direktur PT Futurefood Wahana Industri

Penilaian gaya kepemimpinan Direktur PT Futurefood ini menggunakan Angket LEAD-self dan LEAD-other. Angket LEAD-self diberikan kepada informan 1 (Hadi) yang merupakan Direktur untuk menilai gaya kepemimpinan dari sudut pandangnya sendiri. Angket LEAD-other diberikan kepada informan lainnya yang merupakan bawahan dari Hadi yaitu Diah, Soleman, dan Sukris untuk menilai gaya kepemimpinan direktur dari sudut pandang bawahan.

(10)

4.3.2.1 Gaya Kepemimpinan Direktur menurut Informan 1 (Hadi)

Dalam penilaian gaya kepemimpinan yang digunakan oleh direktur PT Futurefood Wahana Industri, angket LEAD-self diberikan kepada informan 1 (Hadi) untuk menilai gaya kepemimpinan dari sudut pandang direktur.

Gambar 4.2 Hasil angket LEAD Self informan 1

Sumber: Daft, 2011, p. 66 dan olahan penulis, 2018

Hasil angket LEAD-self seperti dalam Gambar 4.2 menunjukkan bahwa Hadi paling sering menggunakan gaya kepemimpinan Delegating. Gaya kepemimpinan ini merupakan kombinasi dari perilaku tugas yang rendah dan perilaku hubungan yang rendah. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin cenderung untuk menyerahkan tanggung jawab untuk keputusan dan implementasi kepada bawahan.

Dari 12 pertanyaan situasi dalam angket LEAD-self (Lampiran 2) yang telah diberikan kepada Hadi diperoleh hasil jawaban, seperti berbicara pada bawahan serta menetapkan deadline tugas atau tujuan tertentu, tidak melakukan apa-apa ketika bawahan menunjukkan peningkatan kinerja, membiarkan bawahan menangani permasalahan tersebut sendiri, memberi kepercayaan kepada bawahan dalam menentukan arah perubahan, memberi kesempatan kepada bawahan untuk menentukan arahnya sendiri, membuat bawahan sebisa mungkin merasa penting dan terlibat, menghindari konfrontasi dan membiarkan segalanya berjalan dengan sendirinya, membiarkan bawahan mengerjakan tugasnya sendiri, melibatkan

(11)

bawahan dalam penetapan tujuan tetapi tidak memaksa, menghindari konfrontasi dengan tidak memberikan tekanan kepada bawahan dan menyerahkan jalannya keadaan kepada bawahan, membiarkan bawahan untuk bekerja secara mandiri, dan bertindak cepat untuk membantu memperbaiki permasalahan dan mengarahkan. Dari seluruh jawaban yang diperoleh, 8 dari 12 pertanyaan situasi adalah jawaban tindakan yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Delegating, 1 jawaban tindakan yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Telling, 1 jawaban tindakan yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Selling, dan 2 jawaban tindakan yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Participating.

Selain itu hasil dari wawancara yang dilakukan kepada informan 1 juga menunjukkan hasil yang sama. Kombinasi antara perilaku tugas dan perilaku hubungan yang rendah terlihat diterapkan oleh Hadi. Dalam hal perilaku tugas seperti, pemberian tugas terhadap bawahan Hadi hanya menjelaskan tugas dari gambar umum dan memberikan kepercayaan kepada bawahan untuk menyelesaikan, dalam pengawasan kerja Hadi hanya mengontrol tugas dari laporan-laporan yang diberikan oleh bawahan, dalam penetapan standar kerja Hadi menetapkan bawahan untuk mengikuti aturan perusahaan yang ada, menyerahkan pengambilan kepada bawahan, jika bawahan kurang memahami tugas Hadi terkadang memberi sedikit masukan tetapi mendorong bawahan untuk berkoordinasi sendiri, dan memberi deadline tugas kepada bawahan. Dalam memberikan tugas Hadi juga menunjukkan perilaku hubungan yang rendah kepada bawahan seperti, hanya memberi saran kepada bawahan terhadap hal-hal penting saja, intensitas komunikasi sering tetapi hanya terkait dengan tugas, menjaga hubungan tetap baik dengan bawahan, dan jarang memberi motivasi karena menganggap bawahan motivasi timbul dari diri masing-masing bawahan. Dari paparan analisis hasil wawancara di atas, terlihat bahwa Hadi menunjukkan ciri-ciri tindakan yang mengarah pada gaya kepemimpinan Delegating seperti, mendelegasikan tugas-tugas kepada bawahan, melihat sesuatu dari gambaran besarnya, bawahan menjadi pembuat keputusan, melakukan pengawasan ringan, mengawasi aktivitas kerja, memperkuat hasil, dan pemimpin dapat dijangkau oleh bawahan (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996).

(12)

Berkaitan dengan gaya kepemimpinan situasional yang memimpin berdasarkan situasi dari kesiapan bawahannya, kemampuan pemimpin dalam menganalisa kesiapan bawahan menjadi kunci dalam menjalankan gaya kepemimpinan ini dengan baik. Dalam hal ini angket LEAD-self juga digunakan untuk menilai skor adaptabilitas pemimpin dalam menganalisa kesiapan bawahannya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Direktur PT Futurefood Wahana Industri mendapat skor adaptabilitas dengan nilai 16. Dalam tingkat ini Direktur PT Futurefood Wahana Industri termasuk pemimpin yang memiliki tingkat adaptabilitas rendah, pemimpin membutuhkan pengembangan diri dalam hal kemampuan untuk mengenal kesiapan tugas dan menggunakan perilaku pemimpin yang tepat.

4.3.2.2 Gaya Kepemimpinan Direktur menurut Informan 2 (Diah)

Dalam penilaian gaya kepemimpinan yang digunakan oleh direktur PT Futurefood Wahana Industri, angket LEAD-other diberikan kepada informan 2 (Diah) untuk menilai gaya kepemimpinan direktur dari sudut pandang bawahan.

Gambar 4.3 Hasil angket LEAD Other informan 2

Sumber: Daft, 2011, p. 66 dan olahan penulis, 2018

Hasil angket dalam Gambar 4.3 menunjukkan gaya kepemimpinan yang paling sering diterapkan adalah gaya kepemimpinan Delegating. Gaya kepemimpinan ini merupakan kombinasi dari perilaku tugas yang rendah dan perilaku hubungan yang rendah. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin

(13)

cenderung untuk menyerahkan tanggung jawab untuk keputusan dan implementasi kepada bawahan.

Dari 12 pertanyaan situasi dalam angket LEAD-other (Lampiran 3) yang telah diberikan kepada Diah diperoleh hasil jawaban, seperti berbicara pada bawahan serta menetapkan deadline tugas atau tujuan tertentu, pemimpin tidak melakukan apa-apa ketika kinerja bawahan meningkat, membantu memperbaiki dan mengarahkan bawahan dengan cepat dan tegas, memberi kepercayaan kepada bawahan dalam menentukan arah perubahan, memberi bawahan kesempatan untuk menentukan arahnya sendiri, membuat bawahan sebisa mungkin merasa penting dan terlibat, menghindari konfrontasi dan membiarkan segalanya berjalan dengan sendirinya, membiarkan bawahan mengerjakan tugas sendiri, melibatkan kelompok dalam penetapan tujuan tetapi tidak memaksa, menghindari konfrontasi dengan tidak memberikan tekanan kepada bawahan dan menyerahkan jalannya keadaan kepada bawahan, membiarkan bawahan untuk bekerja secara mandiri, dan bertindak cepat untuk membantu memperbaiki permasalahan dan mengarahkan. Dari seluruh jawaban yang diperoleh, 7 dari 12 pertanyaan situasi adalah jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Delegating, 2 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Telling, 1 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Selling, dan 2 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Participating.

Selanjutnya, hasil dari wawancara yang dilakukan kepada informan 2 juga menunjukkan hasil yang sama. Kombinasi antara perilaku tugas dan perilaku hubungan yang rendah terlihat diterapkan oleh Hadi. Dalam hal perilaku tugas seperti, pemimpin hanya menjelaskan tugas dari gambaran besar karena Diah sudah menguasai pengerjaan tugas, pemimpin hanya melakukan pengawasan kerja dari laporan-laporan yang Diah berikan, untuk penetapan standar kerja Diah hanya mengikuti aturan perusahaan dan memenuhi harapan dari pemimpin, kepercayaan yang diberikan pemimpin kepada Diah dalam pengambilan keputusan, Diah yang hanya mengkonfirmasi beberapa hal ketika kurang memahami tugas, adanya deadline tugas yang diberikan pemimpin, dan hanya sekali-kali mendapat saran dari pemimpin. Perilaku hubungan yang rendah juga ditunjukkan kepada Diah

(14)

seperti, komunikasi Diah dengan pemimpin yang sering hanya berkaitan dengan tugas, hubungan baik antara pemimpin dengan Diah, dan dukungan yang hampir tidak ada dari pemimpin tetapi Diah memiliki motivasi sendiri dari keluarga. Dari paparan analisis hasil wawancara di atas, terlihat bahwa pemimpin menunjukkan tindakan yang mengarah pada ciri-ciri gaya kepemimpinan Delegating seperti, mendelegasikan tugas-tugas kepada bawahan, melihat sesuatu dari gambaran besarnya, bawahan menjadi pembuat keputusan, melakukan pengawasan ringan, mengawasi aktivitas kerja, memperkuat hasil, dan pemimpin dapat dijangkau oleh bawahan (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996)

4.3.2.3 Gaya Kepemimpinan Direktur menurut Informan 3 (Soleman)

Untuk penilaian gaya kepemimpinan yang digunakan oleh direktur PT Futurefood Wahana Industri, angket LEAD-other diberikan kepada informan 3 (Soleman) untuk menilai gaya kepemimpinan direktur dari sudut pandang bawahan.

Gambar 4.4 Hasil angket LEAD Other informan 3

Sumber: Daft, 2011, p. 66 dan olahan penulis, 2018

Hasil angket dalam Gambar 4.4 menunjukkan gaya kepemimpinan yang paling sering diterapkan adalah gaya kepemimpinan Delegating. Gaya kepemimpinan ini merupakan kombinasi dari perilaku tugas yang rendah dan perilaku hubungan yang rendah, pemimpin menyerahkan tanggung jawab untuk keputusan dan implementasi kepada bawahan.

(15)

Dari 12 pertanyaan situasi dalam angket LEAD-other (Lampiran 3) yang telah diberikan kepada Soleman diperoleh hasil jawaban tindakan pemimpin kepada bawahan seperti, berbicara pada bawahan serta menetapkan deadline tugas atau tujuan tertentu, tidak melakukan apa-apa ketika kinerja bawahan meningkat, membiarkan bawahan menangani permasalahan tersebut sendiri, memberi kepercayaan kepada bawahan dalam menentukan arah perubahan, melibatkan bawahan dalam mendefinisikan peran dan tanggung jawab tetapi tidak terlalu direktif, membuat bawahan sebisa mungkin merasa penting dan terlibat, menghindari konfrontasi dan membiarkan segalanya berjalan dengan sendirinya, membiarkan bawahan mengerjakan tugas sendiri, melibatkan kelompok dalam penetapan tujuan tetapi tidak memaksa, menghindari konfrontasi dengan tidak memberikan tekanan kepada bawahan dan menyerahkan jalannya keadaan kepada bawahan, membiarkan bawahan untuk bekerja secara mandiri, dan bertindak cepat untuk membantu memperbaiki permasalahan dan mengarahkan. Dari seluruh jawaban yang diperoleh, 7 dari 12 pertanyaan situasi adalah jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Delegating, 1 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Telling, 1 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Selling, dan 3 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Participating.

Selanjutnya, hasil wawancara juga menunjukkan bahwa pemimpin memimpin bawahan dengan perilaku tugas rendah dan perilaku hubungan rendah. Informasi yang diperoleh dari informan 3 tentang perilaku tugas pemimpin seperti, pemimpin menjelaskan tugas langsung pada intinya, pemimpin meminta laporan-laporan perkembangan tugas untuk pengawasan kerja Soleman, penetapan standar kerja Soleman mengikuti aturan perusahaan, pemimpin memberikan kepercayaan kepada Soleman untuk mengambil keputusan, pemimpin mendorong Soleman untuk berkoordinasi sendiri dengan Diah jika kurang memahami tugas, dan adanya deadline tugas. Informasi juga diperoleh tentang perilaku hubungan pemimpin seperti, pemimpin memberikan masukan kepada Soleman terhadap hal-hal yang membutuhkan perhatian lebih, intensitas komunikasi antara pemimpin kepada Soleman yang cukup sering ketika bertemu di kantor, sikap pemimpin

(16)

kepada Soleman yang ramah tetapi disiplin dalam pekerjaan, dan dukungan dari pemimpin yang jarang tetapi Soleman sadar akan tanggung jawab dengan atasan. Dari paparan analisis hasil wawancara di atas, terlihat bahwa pemimpin menunjukkan ciri-ciri tindakan yang mengarah pada gaya kepemimpinan Delegating seperti, mendelegasikan tugas-tugas kepada bawahan, melihat sesuatu dari gambaran besarnya, bawahan menjadi pembuat keputusan, melakukan pengawasan ringan, mengawasi aktivitas kerja, memperkuat hasil, dan pemimpin dapat dijangkau oleh bawahan (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996).

4.3.2.4 Gaya Kepemimpinan Direktur menurut Informan 4 (Sukris)

Untuk menilai gaya kepemimpinan yang digunakan oleh direktur PT Futurefood Wahana Industri, angket LEAD-other diberikan kepada informan 4 (Sukris) untuk menilai gaya kepemimpinan direktur dari sudut pandang bawahan.

Gambar 4.5 Hasil angket LEAD Other informan 4

Sumber: Daft, 2011, p. 66 dan olahan penulis, 2018

Dalam Gambar 4.5 menunjukkan gaya kepemimpinan yang paling sering diterapkan adalah gaya kepemimpinan Delegating. Gaya kepemimpinan ini merupakan kombinasi dari perilaku tugas yang rendah dan perilaku hubungan yang rendah, dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin menyerahkan tanggung jawab untuk keputusan dan implementasi kepada bawahan.

(17)

Hasil jawaban tindakan pemimpin dari 12 pertanyaan situasi dalam angket LEAD-other (Lampiran 3) yang telah diberikan kepada Sukris adalah seperti, berbicara pada bawahan serta menetapkan deadline tugas atau tujuan tertentu, tidak melakukan apa-apa ketika kinerja bawahan meningkat, membiarkan bawahan menangani permasalahan tersebut sendiri, memberi kepercayaan kepada bawahan dalam menentukan arah perubahan, mempertimbangkan masukan dari bawahan dengan catatan tugas harus tetap dipenuhi tepat waktu, membuat bawahan sebisa mungkin merasa penting dan terlibat, menghindari konfrontasi dan membiarkan segalanya berjalan dengan sendirinya, membiarkan bawahan mengerjakan tugas sendiri, menyerahkan penyelesaian masalah sepenuhnya kepada kelompok itu sendiri, menghindari konfrontasi dengan tidak memberikan tekanan kepada bawahan dan menyerahkan jalannya keadaan kepada bawahan, membiarkan bawahan untuk bekerja secara mandiri, dan bertindak cepat untuk membantu memperbaiki permasalahan dan mengarahkan. Dari seluruh jawaban yang diperoleh, 8 dari 12 pertanyaan situasi adalah jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Delegating, 1 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Telling, 2 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Selling, dan 1 jawaban tindakan pemimpin yang termasuk dalam gaya kepemimpinan Participating.

Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada informan 4 juga menunjukkan bahwa pemimpin memimpin bawahan dengan perilaku tugas rendah dan perilaku hubungan rendah. Informasi yang diperoleh berkaitan dengan perilaku tugas pemimpin kepada Sukris adalah seperti, pemimpin yang menjelaskan tugas secara garis besar ketika memberikan tugas kepada Sukris, Sukris memberi laporan proses kerja kepada pemimpin, Sukris mengikuti aturan perusahaan dan teliti dalam penetapan standar kerjanya, diberi kepercayaan pemimpin untuk mengambil keputusan dengan koordinasi bersama Soleman, arahan pemimpin kepada Sukris untuk berkoordinasi dengan Soleman ketika kurang memahami tugas, dan adanya deadline tugas yang diberikan pemimpin kepada Sukris. Dalam hal perilaku hubungan informasi yang diperoleh adalah seperti, pemimpin yang memberi masukan tentang beberapa hal kepada Sukris saat pemberian tugas, sering intensitas komunikasi pemimpin dengan Sukris

(18)

terkait dengan tugas, sikap pemimpin yang tidak sombong kepada Sukris serta displin dalam pekerjaan, dan dukungan yang jarang dari pemimpin kepada Sukris tetapi tetap sadar akan tanggung jawab kepada atasan. Dari paparan analisis hasil wawancara di atas, terlihat bahwa sikap pemimpin yang menunjukkan ciri-ciri tindakan yang mengarah pada gaya kepemimpinan Delegating seperti, men-delegasikan tugas-tugas kepada bawahan, melihat sesuatu dari gambaran besar-nya, bawahan menjadi pembuat keputusan, melakukan pengawasan ringan, mengawasi aktivitas kerja, memperkuat hasil, dan pemimpin dapat dijangkau oleh bawahan (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996).

4.4 Pembahasan

Hasil analisis angket dan wawancara yang telah dipaparkan di atas dari keempat informan yang telah ditentukan menunjukkan kesamaan yang menunjukkan bahwa pemimpin PT Futurefood Wahana Industri menerapkan gaya kepemimpinan Delegating yang memiliki perilaku tugas rendah dan perilaku hubungan rendah dalam memimpin bawahannya. Dalam hal yang berkaitan dengan perilaku tugas seperti, keempat informan menjelaskan bahwa pemimpin PT Futurefood Wahana Industri menjelaskan pemberian tugas secara garis besar saja. Dalam pengawasan kerja, keempat informan juga memberikan informasi bahwa pemimpin hanya mengawasi kinerja bawahan dengan menerima laporan-laporan pengerjaan tugas dari bawahannya. Untuk penetapan standar kerja sendiri keempat informan menyatakan bahwa tidak ada standar kerja khusus melainkan hanya mengikuti aturan perusahaan dan dalam pengambilan keputusan pemimpin mempercayakan bawahan untuk mengambil keputusan sendiri. Dalam pemahaman tugas, pemimpin juga hanya memberi sedikit masukan tetapi lebih mendorong bawahan untuk berkoordinasi sendiri dengan bawahan yang lain sehingga lebih mandiri. Keempat informan menyatakan bahwa ada deadline tugas juga yang diberikan dari pemimpin kepada bawahan.

Selanjutnya berkaitan dengan perilaku hubungan yang ditunjukkan oleh pemimpin juga menunjukkan kesamaan informasi seperti, adanya pemberian masukan dari pemimpin kepada bawahan tetapi tidak banyak dan hanya memberi masukan terhadap hal-hal yang membutuhkan perhatian lebih. Untuk intensitas komunikasi sendiri antara pemimpin dengan bawahan, keempat informan

(19)

menyatakan bahwa sering berkomunikasi tetapi hanya terkait dengan tugas yang dikerjakan. Dalam hal sikap pemimpin kepada bawahan, keempat informan juga menyatakan bahwa pemimpin adalah sosok yang baik, ramah, tidak sombong, dan disiplin dalam pekerjaan. Pemimpin juga jarang memberikan dukungan seperti motivasi dan masing-masing bawahan terlihat memiliki motivasi dari diri sendiri dan sadar dengan tanggung jawab kerja masing-masing.

Untuk tingkat kesiapan bawahan berdasarkan angket RSSM dan hasil analisis wawancara yang telah dilakukan kepada keempat informan, menunjukkan bahwa informan 2 termasuk dalam bawahan dengan tingkat kesiapan sangat tinggi (R4) yang memiliki kemampuan dan kemauan, informan 3 termasuk dalam bawahan dengan tingkat kesiapan tinggi (R3) yang memiliki kemampuan tetapi kurang dalam kemauan atau keinginan, dan informan 4 termasuk dalam bawahan dengan tingkat kesiapan sedang (R2) yang kurang dalam kemampuan tetapi memiliki kemauan atau keinginan. Untuk informan 2 terlihat bahwa lebih nyaman bekerja sendiri, menginginkan tanggung jawab serta kepercayaan lebih dalam tugas yang dikerjakan, tidak bergantung dengan bawahan lain dalam mengerjakan tugasnya, dan didukung dari pengalaman bekerja yang cukup lama di bagian administrasi dan hanya berhubungan dengan kegiatan internal perusahaan. Untuk informan 3 terlihat bahwa lebih nyaman bekerja dalam tim dan membutuhkan koordinasi dengan bawahan lain, tetapi mampu untuk mengambil keputusan yang dipercayakan pemimpin. Untuk informan 4 terlihat bahwa lebih nyaman bekerja dalam tim juga dan lebih banyak membutuhkan koordinasi dengan informan 3 seperti dalam hal pengambilan keputusan yang masih membutuhkan koordinasi dengan informan 3.

Dalam hal adaptabilitas pemimpin dalam menganalisa kesiapan bawahan, skor yang diperoleh adalah 16 yang termasuk dalam pemimpin yang memiliki tingkat adaptabilitas yang rendah. Dalam tingkat ini pemimpin membutuhkan pengembangan diri dalam hal kemampuan untuk mengenal kesiapan tugas dan menggunakan perilaku pemimpin yang tepat. Hal ini terlihat dari sikap pemimpin dalam memimpin bawahan hanya menggunakan gaya kepemimpinan Delegating dengan bawahan yang memiliki tingkat kesiapan sedang (R2), tingkat kesiapan tinggi (R3), dan tingkat kesiapan sangat tinggi (R4).

(20)

Dari seluruh hasil dan data yang telah dianalisis di atas, gaya kepemimpinan yang diterapkan PT Futurefood Wahana Industri adalah Delegating dengan perilaku tugas dan perilaku hubungan yang rendah serta memiliki bawahan dengan tingkat kesiapan sedang (R2), tingkat kesiapan tinggi (R3), dan tingkat kesiapan sangat tinggi (R4).

Dalam penelitian gaya kepemimpinan situasional di PT Futurefood Wahana Industri ini, gaya kepemimpinan direktur paling efektif jika memimpin bawahan dengan tingkat kesiapan sangat tinggi (R4). Tetapi lain halnya untuk bawahan dengan tingkat kesiapan tinggi (R3) yang lebih efektif jika dipimpin dengan gaya kepemimpinan Participating, karena bawahan dalam tingkat ini memiliki kemampuan tetapi terkadang merasa ragu atau tidak yakin dan takut untuk mengambil langkah selanjutnya serta membutuhkan banyak umpan balik sehingga membutuhkan dukungan dari pemimpin berupa motivasi, pujian, dorongan, dan lebih membangun komunikasi dua-arah untuk mengajak bawahan dalam tingkat ini berpartisipasi dan merasa bekerja sebagai sebuah tim. Untuk bawahan dengan tingkat kesiapan sedang (R2) juga akan lebih efektif jika dipimpin dengan gaya kepemimpinan Selling, karena bawahan dalam tingkat ini memiliki kemauan atau keinginan tetapi kurang dalam hal pengalaman, kemampuan, dan tetapi terbuka terhadap masukan sehingga membutuhkan pemimpin yang memberikan arahan, masukan, klarifikasi tugas, dan memberi tahu bagaimana tugas harus dilakukan. Dengan gaya kepemimpinan yang tepat diterapkan pada situasi kesiapan bawahan yang tepat, maka kepemimpinan dalam PT Futurefood Wahana Industri akan berjalan lebih efektif dan memaksimalkan potensi kerja dari perusahaan.

Gambar

Gambar 4.1 Struktur organisasi  Sumber: PT Futurefood Wahana Industri  1.  RUPS
Gambar 4.3 Hasil angket LEAD Other informan 2  Sumber: Daft, 2011, p. 66 dan olahan penulis, 2018
Gambar 4.4 Hasil angket LEAD Other informan 3  Sumber: Daft, 2011, p. 66 dan olahan penulis, 2018
Gambar 4.5 Hasil angket LEAD Other informan 4  Sumber: Daft, 2011, p. 66 dan olahan penulis, 2018

Referensi

Dokumen terkait

peneliti dapat menyimpulkan bahwa hampir sebagian mahasiswa perhotelan di International Hotel Management School tertarik dengan mata kuliah bahasa China khususnya

••   Dalam PP/26/2008   Dalam PP/26/2008 itupun KCAG itupun KCAG termasuk yang termasuk yang dapat dikembangkan secara terbatas sebagai dapat dikembangkan secara terbatas

Sektor-sektor ekonomi yang masuk dalam komponen Produk Domestik Regional Bruto adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri

Kemampuan Alumni Fisika dalam merencanakan pembelajaran fisika berbasis islami diketahui dengan menganalisis lembar analisis RPP yang disusun oleh alumni dalam

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah dan langsung

H 1 : Bagi kelompok n1 (nasabah muslim yang hanya menabung di bank syariah) suku bunga bank konvensional tidak berpengaruh positif mau- pun negatif terhadap probabilitas menabung