• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dompu, Nusa Tenggara Barat, sebuah fasilitas Bendung Irigasi akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dompu, Nusa Tenggara Barat, sebuah fasilitas Bendung Irigasi akan"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Uraian Umum

Sesuai dengan program pengembangan sumber daya air di Mangge Asi, Dompu, Nusa Tenggara Barat, sebuah fasilitas Bendung Irigasi akan dikembangkan di daerah ini. Daerah penelitian untuk Bendung Irigasi meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai Rababaka dan meliputi area seluas sekitar 235.343 km2.

Di daerah Mangge Asi data mengenai curah hujan diambil dari stasiun hujan BMKG Matua. Di antara data yang dikumpulkan, hanya beberapa tahun dari data yang dapat dihitung yaitu 1991-2011. Perhitungan debit aliran sungai yang disarankan untuk menjadi dasar ditentukan pada periode yang cukup pengamatan. Output dari analisis hidrologi aliran air sungai Rababaka yang dapat digunakan untuk mengaliri irigasi persawahan.

(2)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.2 Survey Hidrologi

Tahap Survei hidrologi dibagi menjadi ke pengumpulan data klimatologi termasuk curah hujan, suhu, sinar matahari, kelembaban relatif dan kecepatan angin Di antara data yang dikumpulkan, hanya beberapa tahun dari data yang dapat dihitung yaitu 2010-2011. Aliran air yang direncanakan diambil dari Sungai Rambabaka. ( Lihat Lampiran ).

4.3 Analisis Curah Hujan

4.3.1 Curah Hujan Harian Maksimum

Data curah hujan daerah diperoleh dari stasiun pengamatan di daerah Mangge Asi, data yang digunakan dalam analisis adalah stasiun hujan BMG Matua karena data yang lengkap dan stasiun hujan terdekat. Data yang diperoleh adalah curah hujan harian.

(3)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Curah hujan Maksimum Harian dan Tahunan seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Curah hujan Maksimum harian dan tahunan

4.3.2 Analisis Frekuensi Curah Hujan

Analisis frekuensi curah hujan ditujukan untuk mendapatkan tingkat curah hujan 2,5,10,25,50 dan periode ulang 100 tahun. Curah hujan metode analisis frekuensi yang digunakan dalam analisis adalah Distribusi Normal, Distribusi Log Normal 2, Distribusi Log Normal 3, Gumbell, Pearson III, Log

(4)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Pearson III. Hasil analisis untuk setiap metode tersebut kemudian

dibandingkan dengan distribusi metode uji akurasi Smirnov-Kolmogorov. a. Metode Distribusi Normal

Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss.

dimana:

XT = Besarnya curah hujan yang terjadi dengan periode ulang T tahun = Nilai rata-rata hitung variat

Sx = Standard deviasi

KT = Faktor frekuensi (nilai variabel reduksi Gauss), merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang. Nilai faktor frekuensi dapat dilihat pada tabel 4.3 (Reduksi Gauss)

(5)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan Tr KTr Probabilitas 1.0014 -3.05 0.999 1.005 -2.58 0.995 1.01 -2.33 0.990 1.05 -1.64 0.950 1.11 -1.28 0.900 1.25 -0.84 0.800 1.33 -0.67 0.750 1.43 -0.52 0.700 1.67 -0.25 0.600 2 0 0.500 2.5 0.25 0.400 3.33 0.52 0.300 4 0.67 0.250 5 0.84 0.200 10 1.28 0.100 20 1.64 0.050 50 2.05 0.020 100 2.33 0.010 200 2.58 0.005 500 2.88 0.002 1000 3.09 0.001

(6)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Tabel 4.3. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Normal b. Metode Distribusi Log Normal dengan 2 Parameter

(7)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Distribusi log normal adalah transformasi Distribusi Normal, yang mengubah variabel X terhadap logaritma X. Untuk 2 parameter Log metode normal persamaan transformasi dinyatakan sebagai:

dimana:

Log XT = Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun

= Nilai rata-rata Log X

S Log x = Standard deviasi nilai Log X

KT = Karakteristik dari distribusi log normal dua parameter. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien variasinya (Cv)

(8)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan dimana: (Lihat Table 4.5) Koef. Variasi (Cv)

Periode Ulang (tahun)

2 5 10 20 50 100 0,0500 -0,0250 0,8334 1,2965 1,6863 2,1341 2,4570 0,1000 -0,0496 0,8222 1,3078 1,7247 2,2130 2,5489 0,1500 -0,0738 0,8085 1,3156 1,7598 2,2899 2,2607 0,2000 -0,0971 0,7926 1,3200 1,7911 2,3640 2,7716 0,2500 -0,1194 0,7746 1,3209 1,8183 2,4318 2,8805 0,3000 -0,1406 0,7647 1,3183 1,8414 2,5015 2,9866 0,3500 -0,1604 0,7333 1,3126 1,8602 2,5638 3,0890 0,4000 -0,1788 0,7100 1,3037 1,8746 2,6212 3,1870 0,4500 -0,1957 0,6870 1,2920 1,8848 2,6731 3,2799 0,5000 -0,2111 0,6626 1,2778 1,8909 2,7202 3,3673 0,5500 -0,2251 0,6379 1,2613 1,8931 2,7613 3,4488 0,6000 -0,2375 0,6129 1,2428 1,8915 2,7971 3,5211 0,6500 -0,2185 0,5879 1,2226 1,8866 2,8279 3,3930 0,7000 -0,2582 0,5631 1,2011 1,8786 2,8532 3,3663 0,7500 -0,2667 0,5387 1,1784 1,8677 2,8735 3,7118 0,8000 -0,2739 0,5118 1,1548 1,8543 2,8891 3,7617

(9)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

0,8500 -0,2801 0,4914 1,1306 1,8388 2,9002 3,8056 0,9000 -0,2852 0,4686 1,1060 1,8212 2,9071 3,8137 0,9500 -0,2895 0,4466 1,0810 1,8021 2,9103 3,8762 1,0000 -0,2928 0,4254 1,0560 1,7815 2,9098 3,9035 Tabel 4.4. Faktor Frekuensi k Metode Distribusi Log Normal

(10)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Tabel 4.5. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Log Normal 2 Parameter

(11)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

c. Metode Distribusi Gumbell’s

Metode distribusi Gumbell adalah salah satu metode yang paling sering digunakan dan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

K = (YT – Yn) / Sn

dimana:

XT = Besarnya curah hujan yang terjadi dengan periode ulang T tahun = Nilai rata-rata hitung variat curah hujan maksimum

Sx = Standard deviasi K = Faktor karakteristik Yn = Nilai reduksi variat

(12)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Hasil analisis frekuensi dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.6

T Yn 2 0.3665 5 1.4999 10 2.2504 20 2.9702 25 3.1985 50 3.9019 100 4.6001

(Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999)

Tabel 4.7. Hubungan periode ulang (T) dengan Reduksi variat dari variabel (Yn)

N Yn n Yn n Yn n Yn 10 0.4952 34 0.5396 58 0.5515 82 0.5572 11 0.4996 35 0.5402 59 0.5518 83 0.5574 12 0.5035 36 0.5410 60 0.5521 84 0.5576 13 0.5070 37 0.5418 61 0.5524 85 0.5578 14 0.5100 38 0.5424 62 0.5527 86 0.5580 15 0.5128 39 0.5430 63 0.5530 87 0.5581 16 0.5157 40 0.5439 64 0.5533 88 0.5583 17 0.5181 41 0.5442 65 0.5535 89 0.5585 18 0.5202 42 0.5448 66 0.5538 90 0.5586 19 0.5220 43 0.5453 67 0.5540 91 0.5587 20 0.5236 44 0.5458 68 0.5543 92 0.5589

(13)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan 21 0.5252 45 0.5463 69 0.5545 93 0.5591 22 0.5268 46 0.5468 70 0.5548 94 0.5592 23 0.5283 47 0.5473 71 0.5550 95 0.5593 24 0.5296 48 0.5477 72 0.5552 96 0.5595 25 0.5309 49 0.5481 73 0.5555 97 0.5596 26 0.5320 50 0.5485 74 0.5557 98 0.5598 27 0.5332 51 0.5489 75 0.5559 99 0.5599 28 0.5343 52 0.5493 76 0.5561 100 0.5600 29 0.5353 53 0.5497 77 0.5563 - - 30 0.5362 54 0.5501 78 0.5565 - - 31 0.5371 55 0.5504 79 0.5567 - - 32 0.5380 56 0.5508 80 0.5569 - - 33 0.5388 57 0.5511 81 0.5570 - -

(Sumber : CD Soemarto, Hidrologi Teknik, 1999)

Tabel 4.7. Hubungan Reduksi Variat Rata-Rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)

N Sn N Sn n sn n sn 10 0.9496 33 1.1226 56 1.1696 79 1.1930 11 0.9676 34 1.1255 57 1.1708 80 1.1938 12 0.9833 35 1.1285 58 1.1721 81 1.1945 13 0.9971 36 1.1313 59 1.1734 82 1.1953 14 1.0095 37 1.1339 60 1.1747 83 1.1959 15 1.0206 38 1.1363 61 1.1759 84 1.1967 16 1.0316 39 1.1388 62 1.1770 85 1.1973 17 1.0411 40 1.1413 63 1.1782 86 1.1980

(14)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan 18 1.0493 41 1.1436 64 1.1793 87 1.1987 19 1.0565 42 1.1458 65 1.1803 88 1.1994 20 1.0628 43 1.1480 66 1.1814 89 1.2001 21 1.0696 44 1.1499 67 1.1824 90 1.2007 22 1.0754 45 1.1519 68 1.1834 91 1.2013 23 1.0811 46 1.1538 69 1.1844 92 1.2020 24 1.0864 47 1.1557 70 1.1854 93 1.2026 25 1.0915 48 1.1574 71 1.1863 94 1.2032 26 1.0961 49 1.1590 72 1.1873 95 1.2038 27 1.1004 50 1.1607 73 1.1881 96 1.2044 28 1.1047 51 1.1623 74 1.1890 97 1.2049 29 1.1086 52 1.1638 75 1.1898 98 1.2055 30 1.1124 53 1.1658 76 1.1906 99 1.2060 31 1.1159 54 1.1667 77 1.1915 100 1.2065 32 1.1193 55 1.1681 78 1.1923 - -

(15)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(16)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

d. Metode Distribusi Log Pearson Type III

Persamaan distribusi Log Pearson III dapat dinyatakan sebagai berikut :

dimana:

Log XT = Nilai variat X yang diharapkan terjadi pada periode ulang T tahun

= Nilai rata-rata Log X

S Log x = Standard deviasi nilai Log X

K = Faktor karakteristik dari distribusi log pearson III. Nilai k dapat diperoleh dari tabel yang merupakan fungsi dari periode ulang dan nilai koefisien kemencengan (CS)

(17)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(Nilai CS dapat dilihat pada Table 4.12)

Hasil analisis frekuensi dengan metode ini dapat dilihat pada Tabel 4.15

(18)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.3.3 Uji Keselarasan Distribusi

Uji keselarasan dimaksudkan untuk menentukan persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis. Ada dua jenis uji keselarasan, yaitu Chi Square dan Smirnov Kolmogorof. Pada tes ini yang diamati adalah nilai hasil perhitungan yang diharapkan dengan metode Smirnov Kolmogorof.

Metode Smirnov Kolmogorof dikenal juga dengan uji kecocokan non parametric karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Prosedurnya sebagai berikut :

1. Urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya dan tentukan peluangnya dari masing-masing data tersebut.

2. Tentukan nilai variabel reduksi f(t)

3. Tentukan peluang teoritis P'(Xi) dari nilai f(t) dengan table

4. Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih antara pengamatan dan peluang teoritis. D maks = Maksimal P(Xi) - P'(Xi)

(19)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

5. Berdasarkan tabel nilai kritis Smirnov Kolmogorof tentukan harga Do lihat table 4.11 dan 4.12

t α=0.05 t α=0.05 -3.40 0.0003 -0.20 0.4013 -3.30 0.0004 -0.10 0.4404 -3.20 0.0006 0.50 0.7088 -3.10 0.0008 0.60 0.7422 -3.00 0.0011 0.70 0.7734 -2.90 0.0016 0.80 0.8023 -2.80 0.0022 0.90 0.8289 -2.70 0.003 1.00 0.8591 -2.60 0.004 1.10 0.8749 -2.50 0.0054 1.20 0.8944 -2.40 0.0071 1.30 0.9115 -2.30 0.0094 1.40 0.9265 -2.20 0.0122 1.50 0.9394 -2.10 0.0158 1.60 0.9505 -1.40 0.0735 1.70 0.959 -1.30 0.0885 1.80 0.9678 -1.20 0.1056 2.50 0.9946 -1.10 0.1251 2.60 0.996 -1.00 0.1469 2.70 0.997 -0.90 0.1711 2.80 0.9978 -0.80 0.1977 2.90 0.9984 -0.70 0.2266 3.00 0.9989

(20)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

-0.60 0.2578 3.10 0.9992 -0.50 0.2912 3.20 0.9994 -0.40 0.3264 3.30 0.9996 -0.30 0.3632 3.40 0.9997

(Sumber : Suripin, Dr, Ir, M.Eng., 2004, "Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan")

Tabel 4.13. Wilayah Luas di bawah kurva normal uji smirnov kolmogorof untuk α = 5% N α 0.2 0.1 0.05 0.01 5 0.45 0.51 0.55 0.67 10 0.32 0.37 0.41 0.49 15 0.27 0.30 0.34 0.40 20 0.23 0.26 0.29 0.36 25 0.21 0.24 0.27 0.32 30 0.19 0.22 0.24 0.29 35 0.18 0.20 0.23 0.27 40 0.17 0,19 0.21 0.25 45 0.16 0.18 0.20 0.24 50 0.15 0.17 0.19 0.23 n>50 1,07/n 1,22/n 1.36/n 1,63/n

(21)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(Sumber : Suripin, Dr, Ir, M.Eng., 2004, "Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan")

Tabel 4.13. Nilai Kritis (Do) uji Smirnov Kolmogorof

Analisis perhitungan uji keselarasan Smirnov Kolmogorof untuk distribusi normal, distribusi log normal 2 parameter, distribusi log normal 3 parameter, distribusi gumbel, distribusi pearson type III, dan distribusi Log Pearson Type III dapat dilihat pada table 4.18 sampai 4.23 dengan standart deviasi nilai α = 5%.

(22)
(23)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Tabel 4.14. Uji Smirnov Kolmogorof Metode Distribusi Normal, Distribusi Gumbel dan distribusi Log Pearson Type III

(24)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Tabel 4.16. Rekapitulasi keselarasan Analisis Frekuensi Curah Hujan Rencana

Berdasarkan hasil perhitungan pada table 4.24 dan tabel 4.25 maka dapat diambil kesimpulan bahwa curah hujan rencana yang dipakai berdasarkan metode Log Pearson III dikarenakan nilai deviasi yang paling kecil dibandingkan dengan metode yang lain.

(25)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.3.4 Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Curah hujan dalam jangka pendek dinyatakan dalam intensitas per jam yang disebut dengan intensitas curah hujan. Hujan dalam intensitas yang besar umumnya terjadi dalam waktu yang pendek. Hubungan intensitas hujan dengan waktu hujan banyak dirumuskan, yang pada umumnya tergantung pada parameter setempat.

Intensitas curah hujan rata-rata digunakan sebagai parameter perhitungan debit.

Rumus intensitas curah hujan yang akan digunakan antara lain : a. Metode Dr. Mononobe

b. Metode Talbot

a. Metode Dr. Mononobe

Perhitungan intensitas curah hujan ini menggunakan metode Dr. Mononobe yang merupakan sebuah variasi dari persamaan – persamaan curah hujan jangka pendek, persamaannya sebagai berikut (Soemarto, 1993, Hidrologi Teknik):

(26)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

dimana:

I = Intensitas curah hujan (mm/jam) t = Lamanya curah hujan (jam)

R24 = C urah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.25

Contoh : Untuk t = 5 menit = 5/60 = 0.083 jam

I2 = 94.594 x ( 24 24 0.083 )2/3 = 171.89 mm/jam

I5 = 112.760 x ( 24 24 0.083 )2/3 = 204.90 mm/jam

I10 = 122.655 x ( 24 24 0.083 )2/3 = 222.88 mm/jam

I25 = 133.515 x ( 24 )2/3 = 242.61 mm/jam

(27)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan I50 = 140.701 x ( 24 24 0.083 )2/3 = 255.67 mm/jam I100 = 147.281 x ( 24 )2/3 = 267.63 mm/jam 24 0.083

(28)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Perhitungan Selanjutnya ditabelkan :

Perhitungan Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Dr. Mononobe

(29)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Grafik Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Dr. Mononobe

Grafik 4.1. Grafik Intensitas Curah Hujan Metode Dr. Monobe

b. Metode Talbot Persamaan :

I = a t + b dimana:

(30)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

I = Intensitas curah hujan (mm/jam) t = Lamanya curah hujan (jam)

a, b = Konstanta yang tergantung dari keadaan setempat Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.26

Metode Talbot menghendaki tetapan a dan b dalam persamaan dasar. Nilai a dan b dihitung bersadarkan masukan data dari tabel, dengan regresi linier sederhana nilai tersebut dapat ditentukan dengan prsamaan :

Rincian perhitungan dapat dilihat sebagai berikut :

Data curah hujan maksimum dari perhitungan sebelumnya :

R2 = 82.758 mm R25 = 155.867 mm

R5 = 108.196 mm R50 = 179.343 mm

(31)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Untuk menghitung intensitas curah hujan diperlukan data curah hujan jangka pendek dengan persamaan :

R2 = 3.448 Mm R5 = 4.508 Mm R10 = 5.325 Mm R25 = 6.494 Mm R50 = 7.473 Mm R100 = 8.545 Mm

Presipitas/intensitas curah hujan jangka pendek :

Perhitungan Selanjutnya ditabelkan :

(32)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(33)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Intensitas Curah Hujan dengan Formula TALBOT a = 22,446,479.02 94,917.51 a = 236.48 b = 0.00 94,917.51 b = 0.00

Contoh Perhitungan untuk setiap periode ulang dengan t = 5 menit

I2 = 5 236.48 + 0.000 = 41.379 mm/jam I5 = 5 281.89 + 0.000 = 145.763 mm/jam I10 = 5 306.63 + 0.000 = 172.187 mm/jam I25 = 333.78 = 209.987 mm/jam 5 + 0.000 I50 = 351.75 = 241.614 mm/jam 5 + 0.000 I100 = 368.20 = 276.303 mm/jam 5 + 0.000

(34)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(35)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Intensitas Curah Hujan Metode Talbot

Grafik Intensitas Curah Hujan Berdasarkan Talbot

(36)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.4 nalisis Hidrograf Debit Banjir Rencana

Metode penentuan debit banjir rencana akan dilakukan dengan dua cara yaitu metode hidrograf banjir dan metode empiris.

Analisis Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Persamaan umum hidrograf satuan sintetik nakayasu adalah sebagai berikut :

Parameter –parameter yang diperlukan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :

(37)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(38)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(39)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Grafik 4.3. Grafik Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Metode Gamma

Metode ini digunakan untuk memperkirakan harga debit banjir secara kasar dan cepat. Juga digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan perhitungan Gamma.

(40)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Perhitungan disajikan sebagaimana berikut :

(41)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(42)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Grafik 4.4. Grafik Hidrograf Metode Gamma

Metode Snyder

Metode ini digunakan untuk memperkirakan harga debit banjir secara kasar dan cepat. Juga digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan perhitungan Snayder.

(43)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(44)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

(45)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Grafik 4.5. Grafik Hidrograf Metode Snyder

(46)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Debit Banjir Rencana

Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa debit banjir rencana yang diambil sebagai dasar perhitungan struktur bangunan air adalah debit banjir metode Nakayasu.

(47)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.5 Perhitungan Debit Andalan

Pada sungai Mange Asi tidak terdapat pencatatan data AWLR (Automatic Water Lever Recorder) dan pencatatan debit sungai lainnya, maka untuk analisis debit andalan akan memakai data hujan yang diolah dengan metode F.J Mock.

Metode F. J. Mock ini menganggap bahwa hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai (catchment area) sebagian akan hilang sebagai evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi limpasan permukaan (direct run off) dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Infiltrasi ini pertama-tama akan menjenuhkan top – soil dulu baru kemudian menjadi perkolasi ke tampungan air tanah yang nantinya akan keluar ke sungai sebagai base flow. Dalam hal ini harus ada keseimbangan antara hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct run off dan infiltrasi sebagai soil moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah (direct run off) dan base flow.

Metode F.J Mock mempunyai dua prinsip pendekatan perhitungan aliran permukaan yang terjadi di sungai, yaitu neraca air di atas permukaan tanah dan neraca air bawah tanah yang semua berdasarkan hujan, iklim dan kondisi tanah.

(48)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Dari data yang ada, diketahui Kabupaten Mangge Asi Nusa Tenggara termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan harian maksimum 142,0 mm, Jumlah hari hujan rata – rata 11 hari/bulan, Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai dengan Februari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9°C. Sampai 31,05 °C. Suhu udara terendah 24,72 °C terjadi pada bulan Juli dan yang tertinggi 24,75 °C pada bulan Desember. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin 163 – 241 km/hari, elipasi sinar matahari 81,90%.

Rumus untuk menghitung aliran permukaan terdiri dari : Hujan netto R net = ( R – Eta)

Dimana :

(49)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Dimana :

Neraca air di bawah permukaan

(50)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Aliran permukaan

Dalam satuan debit

Dimana :

Dimana notasi rumus di atas: Rnet = hujan netto, mm

R = hujan, mm

Etp = evapotranspirasi potensial, mm/hari Eta = evapotranspirasi aktual, mm/hari Nd = jumlah hari kering (tidak hujan), hari Nr = jumlah hari hujan, hari

m = koefisien debit = 0,8 WS = kelebihan air, mm

(51)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Sm = kelembaban tanah, mm

dV = perubahan kandungan air tanah, mm V = kandungan air tanah, mm = 100 mm i = laju infiltrasi, mm

Ci = koefisien resapan (<1) = 0,43

K = koefisien resesi aliran air tanah (<1) = 0,83 DRO = aliran langsung, mm

BF = aliran air tanah (mm) RO = aliran permukaan, mm

H = jumah hari kalender dalam sebulan, hari

A = luas DPS, km2

Q = debit aliran permukaan, m3/det

t = waktu tinjau (periode sekarang t dan yang lalu t-1) Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Etp)

Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (Etp) menggunakan Rumus Penman Modifikasi, yaitu :

(52)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

dengan

dimana:

w = faktor yang berhubungan dengan temperatur (T) dan elevasi daerah. Untuk daerah Indonesia dengan elevasi antara 0 - 500 m, hubungan harga T dan w seperti pada Tabel 4.37.

Rs = radiasi gelombang pendek dalam satuan evaporasi (mm/hari)

(0,25 + 0,54 n/N) Ra

Ra = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (angka angot) yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah.

Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) f(t) . f(ed) . f(n/N)

f(t) = fungsi suhu (Tabel 4.37) f(ed) = fungsi tekanan uap 0,34 - 0,44 . (ed)

(53)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

f(n/N) = fungsi kecerahan

0,1 + 0,9 n/N

f(u) = fungsi dari kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam satuan (m/dt)

0,27 (1 + 0,864 u)

u = kecepatan angin (m/dt) = 160 Km/hari = 1,85 m/dt (ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang

sebenarnya

ed = ea . Rh

Rh = kelembaban udara relatif (%) = 83,6 % ea = tekanan uap jenuh (mbar) (Tabel 4.37). ed = tekanan uap sebenarnya (mbar)

c = angka koreksi Penman yang memasukkan harga perbedaan kondisi cuaca siang dan malam.

(54)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Hubungan antara T, ea, w dan f(t)

T Ea W F(t) 0 C Mbar 24.00 29.50 0.735 15.40 25.00 31.69 0.745 15.65 26.00 33.62 0.755 15.90 27.00 35.66 0.765 16.10 28.00 37.81 0.775 16.30 28.60 39.14 0.781 16.42 29.00 40.06 0.785 16.50

(55)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Angka Angot (Ra) (mm/hari)

(Untuk Daerah Indonesia, antara 50 LU sampai 100 LS)

Bulan Lintang Utara Lintang Selatan

5 4 2 0 2 4 6 8 10 Januari 13.0 14.3 14.7 15.0 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1 Pebruari 14.0 15.0 15.3 15.5 15.7 15.8 16.0 16.1 16.0 Maret 15.0 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3 April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14.0 Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6 Juni 15.0 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6 Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8 Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14.0 13.7 12.2 September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15.0 14.9 13.3 Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6 Nopember 14.8 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16.0 15.6 Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16.0 16.0

(56)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Angka Koreksi ( c ) Bulanan Untuk Rumus Penman

Bulan C Bulan C Januari 1.04 Juli 0.90 Pebruari 1.05 Agustus 1.00 Maret 1.06 September 1.10 April 0.90 Oktober 1.10 Mei 0.90 Nopember 1.10 Juni 0.90 Desember 1.10

Tabel 4.26. Angka Koreksi (c) Bulanan untuk Rumus Penman Contoh perhitungan Q andalan untuk bulan Januari :

Ra = 15,0 Rs = (0,25 + 0,54) Ra = 0,79 x 15,0 = 11,85 f(t) = 16,10 ea = 35,66 Rh = 83,6 % Ed = 35,66 x 83,6 % = 29,81

(57)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan f(ed) = 0,34 – 0,44 ed = 0,34 – 0,44 29,81 = -2,06 f(n/N) = 1 = 16,1 x -2,06 x 1 = -33,20 f(u) = 0,27 + (1 + 0,864 x u) = 0,27 + (1 + 0,864 x 1,85) = 2,868 (ea – ed) = 35,66 – 29,81 = 5,85

(58)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Maka

Hujan netto R nett = ( R – Eta) Dimana :

R nett = R – Eta = 142,00 – 26,87 = 152,33 mm

(59)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Neraca air di bawah permukaan

dimana:

Aliran permukaan

Dalam satuan debit

(60)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Et* Etp Rnett WS dVt RO Qandalan

Januari 35,89 37,33 152,33 52,33 3,59 48,74 3,28 Februari 36,37 38,19 151,70 51,70 3,34 48,36 3,26 Maret 36,46 38,65 151,37 51,37 3,21 48,16 3,24 April 36,53 32,88 155,53 55,53 4,85 50,68 3,41 Mei 34,73 31,25 156,70 56,70 5,31 51,39 3,46 Juni 33,22 29,90 157,67 57,67 5,69 51,98 3,50 Juli 33,41 30,07 157,55 57,55 5,64 51,91 3,50 Agustus 31,01 31,01 156,87 56,87 5,38 51,50 3,47 September 31,22 34,35 154,47 54,47 4,43 50,04 3,37 Oktober 34,43 37,88 151,93 51,93 3,43 48,50 3,27 November 35,68 39,25 150,94 50,94 3,04 47,90 3,23 Desember 35,80 39,38 150,85 50,85 3,01 47,84 3,22

(61)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan Qandalan T % Juli 3,50 8.33 % Juni 3,50 16.67 % Agustus 3,47 25.00 % Mei 3,46 33.33 % April 3,41 41.67% September 3,37 50.00 % Januari 3,28 58.33 % Oktober 3,37 66.33 % Februari 3,26 75.00 % Maret 3,24 83.33 % November 3,23 91.67 % Desember 3,22 100.00 %

Tabel 4.28. Debit Andalan Berdasarkan Presentase Keberhasilan

(62)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Dari data tersebut, diambil Debit Andalan untuk irigasi 80% = 3,34 m³/det termasuk untuk memenuhi kebutuhan Air baku , selama 100% waktu.

4.6 Pemanfaatan Sumber daya Air

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004 Penggunaan sumber daya air di prioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari ( Air baku ) bagi perseorangan, baru dapat di gunakan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. Maka peritungan pemanfaatan sumber daya air saya prioritaskan untuk keperluan Air Baku kemudian untuk keperluan Irigsi.

(63)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.6.1 Perhitungan Air Baku yang dapat di hasil kan Diketahui : Qa = 3,24 m³/dt

Jumlah Orang = 5.776 Orang

Qo = 60 lt/org/hr ( Dari tabel standar kebutuhan air bersih untuk desa )

Jawab : Qorang Total = 60 x 5776 = 346.560 lt/org/hr

Qair baku = 346,560 m³/hari = 346,560 = 346,560 = 0.0040 m³/dt 24x60x60 86.400

Jadi Untuk Memenuhi kebutuhan air Baku untuk 5.776 Orang di butuhkan air 0.0040 m³/dt

Kebutuhan air bersih (lt/orang/hari) Kota Metropolitan 150-200 Kota Besar 120-150 Kota Sedang 90-120 Kota Kecil 60-90 Desa 40-60

Sumber : DPU Cipta Karya, 1984 Kategori kota

Standar Kebutuhan Air Bersih

(64)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.6.2 Analisa Kebutuhan Air Irigasi

Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Sehingga kebutuhan air dapat dirumuskan sebagai berikut (Sudjarwadi 1990):

KAI = ET + KA + KK dengan,

KAI= Kebutuhan Air Irigasi ET = Evapotranspirasi KA = Kehilangan air KK = Kebutuhan Khusus

(65)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Misalnya evapotranspirasi suatu tanaman pada suatu lahan tertentu pada suatu periode adalah 5 mm per hari, kehilangan air ke bawah (perkolasi) adalah 2 mm per hari dan kebutuhan khusus untuk penggantian lapis air adalah 3 mm per hari maka. kebutuhan air pada periode tersebut dapat dihitung sebagai berikut

KAI= 5 + 2 + 3 KAI = 10 mm perhari

Untuk memenuhi kebutuhan air ingasi terdapat dua sumber utama. yaitu pernberian air irigasi (PAI) dan hujan efektif (HE). Disamping itu terdapat sumber lain yang dapat dimanfaatkan adalah kelengasan yang ada di daerah perakaran serta kontribusi air bawah permukaan. Pemberian Air Irigasi dapat dipandang sebagai kebutuhan air dikurangi hujan efektif dan sumbangan air tanah.

PAI = KAI - HE – KAT dengan,

PAI = Pemberian air irigasi KAI = Kebutuhan air HE = Hujan efektif

(66)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Sebagai contoh misalnya kebutuhan air pada suatu periode telah dihitung sebesar 10 mm per hari, sumbangan hujan efektif pada periode tersebut juga telah dihitung sebesar 3 mm per hari dan kontribusi air tanah adalah 1 mm per han, maka air yang perlu diberikan adalah :

PAI = 10 – 3 -1 PAI = 6 mm per hari 4.6.2.1 Kebutuhan Air Padi di Sawah

Analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini, (1) pengolahan lahan, (2) penggunaan konsumtif, (3) perkolasi (4) penggantian lapisan air, dan (5) sumbangan. hujan efektif. Kebutuhan air total di sawah merupakan jumlah faktor 1 sampai dengan 4, sedangkan kebutuhan netto air di sawah merupakan kebutuhan total dikurangi faktor hujan efektif. Kebutuhan air di sawah dapat dinyatakan dalam satuan mm/hari ataupun lt/dt.

4.6.2.2 Kebutuhan air untuk pengolahan lahan padi

Periode pengolahan lahan membutuhkan air yang paling besar jika dibandingkan tahap pertumbuhan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (1) karakteristika tanah, (2) waktu pengolahan, (3) tersedianya tenaga dan ternak, serta (4) mekanisasi pertanian.

(67)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Kebutuhan air untuk penyiapan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman tanah dan porositas tanah di sawah, seperti diusulkan pada Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut.

PWR =

(

Sa − Sb

)

N.d+ Pd + F1 10 4

dengan,

PWR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm)

Sa = derajad kejenuhan tanah setelah penyiapan lahan dimulai (%) Sb = derajad kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai (%) N = porositas tanah, dalam % rata-rata per kedalaman tanah

d = asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm) Pd = kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan (mm)

F 1 = kehilangan air di sawah selama 1 hari (mm)

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. (Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01). Untuk lahan yang sudah lama tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat ditentukan sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam kebutuhan air untuk penyiapan lahan.

(68)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan dapat menggunakan metode seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai berikut IR = M

(

e k − 1

)

M = Eo + P k = MT S Dengan,

IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan (mm/hari)

M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (mm/hari)

Eo = Evaporasi potensial (mm/hari) P = perkolasi (mm/hari)

k = konstanta

T = jangka waktu pengolahan (hari) S = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm) e = bilangan eksponen: 2,7182

Sebagai contoh hitungan apabila diketahui data sebagai berikut, kebutuhan air untuk menjenuhkan (S) adalah 250 mm, perkolasi (P) sebesar 2 mm per hari, waktu pengolahan Wm (T) adalah 30 hari dan evaporasi potensial (Eo) adalah sebesar 4 mm per hari maka kebutuhan air untuk pengolahan dapat dihitung dengan tahapan sebagai berikut.

(69)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

• menghitung air untuk mengganti evaporasi dan perkolasi (persamaan 4.5) M = Eo + P

(70)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.6.2.3 Penggunaan konsumtif

Penggunaan air untuk kebutuhan tanaman (consumtive use) dapat didekati dengan menghitung evapotranspirasi tanaman, yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman dan faktor klimatologi. Nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Yang dimaksud dengan evaporasi adalah proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air di atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun. Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien tanaman.

ET = kc x Et. dimana :

ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari)

ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari) kc = Koefisien tanaman

(71)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Kebutuhan air konsumtif ini dipengaruhi oleh jenis dan usia tanaman (tingkat pertumbuhan tanaman). Pada saat tanaman mulai tumbuh, nilai kebutuhan air konsumtif meningkat sesuai pertumbuhannya dan mencapai maksimum pada saat pertumbuhan vegetasi maksimum. Setelah mencapai maksimum dan berlangsung beberapa saat menurut jenis tanaman, nilai kebutuhan air konsumtif akan menurun sejalan dengan pematangan biji. Pengaruh watak tanaman terhadap kebutuhan tersebut dengan faktor tanaman (kc).

Nilai koefisien pertumbuhan tanaman ini tergantung jenis tanaman yang ditanam. Untuk tanaman jenis yang sama juga berbeda menurut varietasnya. Sebagai contoh padi dengan varietas unggul masa tumbuhnya lebih pendek dari padi varietas biasa. Pada Tabel 4.1 disajikan harga-harga koefisien tanaman padi dengan varietas unggul dan varitas biasa menurut Nedeco/Prosida dan FAO.

(72)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Harga Koefisien Tanaman Padi

Periode Nedeco / Prosida FAO

15 hari ke Varitas Biasa Varitas

Unggul Varitas Biasa Unggul Varitas 1 2 3 4 5 6 7 8 1,20 1,20 1,32 1,40 1,35 1,25 1,12 0 1,20 1,27 1,33 1,30 1,30 0 - - 1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95 0 1,10 1,10 1,05 1,05 1,05 0,95 0 -

Sumber : Standar Perencanaan Irigasi, Perencanaan Jaringan Irigasi KP - 0 1, 1986

Tabel 4.30. Harga Koefisien Tanaman Padi

Yang dimaksud ETo, adalah evapotranspirasi tetapan yaitu laju evaportranspirasi dari suatu permukaan luas tanaman rumput hijau setinggi 8 sampai 15 cm yang menutup tanah dengan ketinggian seragam dan seluruh permukaan teduh tanpa suatu bagian yang menerima sinar secara langsung serta rumput masih tumbuh aktif tanpa kekurangan air. Evapotranspirasi tetapan disebut juga dengan evapotranspirasi referensi/ keluar. Terdapat beberapa cara untuk menentukan evapotranspirasi tetapan, salah satunya seperti yang diusulkan oleh Kriteria Perencanaan Irigasi 1986 sebagai berikut :

ETo = Epan . kpan dengan :

(73)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

ETo = Evaporasi tetapan/tanaman acuan (mm/hari) Epan = Pembacaan panci Evaporasi

kpan = koefisien panic

Sebagai contoh berikut ini disarnpaikan catatan evaporasi rata-rata tengah bulanan dari panci evaporasi.

Data Evaporasi Rata-rata Setengah Bulanan Setengah

bulan ke Evaporasi Rata-rata Setengah bulan ke Evaporasi Rata-rata Setengah bulan ke Evaporasi Rata-rata Setengah bulan ke Evaporasi Rata-rata 1 2 3 4 5 6 4,54 4,54 4,55 4,55 4,80 4,80 7 8 9 10 11 12 5,24 5,24 5,51 5,51 5,51 5,51 13 14 15 16 17 18 5,67 5,67 5,74 5,74 5,94 5,94 19 20 21 22 23 24 5,59 5,59 4,98 4,98 4,78 4,78 Tabel 4.31. Data Evaporasi Rata-rata Setengah Bulan

Apabila panci evaporasi tersebut mempunyai koefisien (kpan) sebesar 0,8, maka, berdasarkan persaman 3.8 dapat dihitung evaporasi potensial dengan hasil sebagai berikut :

(74)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Setengah

bulan ke Evaporasi Rata-rata Evaporasi Potensial Rata-rata

Setengah

Bulan ke Evaporasi Rata- rata (mm/hari) Evaporasi potensial rata-rata (mm/hari) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 4,54 4,54 4,55 4,55 4,80 4,80 5,24 5,24 5,51 5,51 5,51 5,51 3,63 3,63 3,64 3,64 3,84 3,84 4,19 4,19 4,41 4,41 4,41 4,41 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 5,67 5,67 5,74 5,74 5,94 5,94 5,59 5,59 4,98 4,98 4,78 4,78 4,54 4,54 4,59 4,59 4,75 4,75 4,47 4,47 3,98 3,98 3,82 3,82 Hasil Hitungan Evaporasi Potensial (ETo) Koefisien Panci = 0,8

Tabel 4.32. Hasil Hitungan Evaporasi Potensial (ETo)

Besaran evaporasi potensial (Eo) dikaitkan dengan waktu tanam dan koefisien tanaman seperti pada Tabel 2. 1, dapat digunakan untuk menghitung evapotraspirasi. Besaran evaporasi potensial (Eo) dikaitkan dengan waktu tanam dan koefisien tanaman seperti pada Tabel 2.1, dapat digunakan untuk menghitung evapotranspirasi. Misalnya dihitung evapotranspirasi untuk tanaman padi varitas unggul dengan waktu tanam antara setengah bulan ke 3 sampai

(75)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

dengan setengah

bulan ke 9, maka besar evapotranspirasi (penggunaan konsumtif) adalah sebagai berikut.

Contoh Analisis Evapotranspirasi Setengah

bulan ke Evaporasi Potensial (mm/hari ) Koefisien Tanaman Padi varietas unggul Evapotranspirasi (mm/hari) 3 4 5 6 7 8 9 4,55 4,55 4,80 4,80 5,24 5,24 5,51 1,10 1,10 1,05 1,05 1,05 0,95 0 5,00 5,00 5,04 5,04 5,50 4,98 0 Tabel 4.33. Contoh Analisis Evapotranspirasi

4.6.2.4 Perkolasi

Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah.

(76)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.6.2.5 Penggantian lapisan air

Setelah pemupukan perlu dijadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan. Penggantian diperkirakan sebanyak 2 kali masing-masing 50 mm satu bulan dan dua bulan setelah transplantasi (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan).

4.6.2.6 Hujan Efektif

Untuk menentukan besar sumbangan hujan terhadap kebutuhan air oleh tanaman, terdapat beberapa cara, diantaranya secara empirik maupun dan simulasi. Kriteria Perencanaan Irigasi mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data pengukuran curah hujan di setasiun terdekat, dengan panjang pengamatan selama 10 tahun

4.6.2.7 Hitungan Kebutuhan Air Untuk Padi di sawah

Tahapan yang dilakukan untuk analisis kebutuhan air untuk padi di sawah adalah (1) analisis hujan efektif, dan (2) analisis kebutuhan air di lahan.

4.6.2.8 Contoh Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi di Lahan

Apabila telah tersedia data (1) evaporasi rerata. setengah bulanan, (2) data jenis tanah, (3) jenis (varitas) padi dan (4) hasil analisis curah hujan efektif, maka analisis kebutuhan air untuk tanaman padi di sawah dapat dilakukan. Dalam modul ini disertakan program komputer sederhana untuk menganalisis kebutuhan air untuk tanaman padi.

(77)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

Apabila diketahui data evaporasi seperti pada Tabel 4.31, serta jenis tanah adalah lempung berpasir, maka analisis kebutuhan air baku dapat dilakukan dengan prosedur seperti tersebut di atas. Hasil analisis kebutuhan air untuk tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 4.34.

Hasil Analisis Kebutuhan Air Untuk Padi Setengah Kebutuhan Air Untuk Padi Bulan ke (mm/hari) (lt/dt/hektar)

1 8,79 1,02 2 8,54 0,99 3 6,47 0,75 4 5,86 0,68 5 6,99 0,81 6 7,61 0,88 7 6,66 0,77 8 0,00 0,00 9 12,31 1,42 10 12,31 1,42 11 9,55 1,10 12 9,55 1,10 13 9,46 1,09 14 9,46 1,09 15 7,36 0,85 16 0,00 0,00 17 12,31 1,42 18 12,31 1,42 19 9,62 1,11 20 9,62 1,11 21 8,88 1,03 22 7,08 0,82 23 5,66 0,66 24 0,00 0,00

(78)

Bab IV Analisis Dan Pembahasan

4.6.3 Perhitungan sawah yang dapat di aliri Irigasi

Diketahui : Qa = 3,24 m³/dt – 0, 0040 m³/dt = 3,236 m³/dt Qi = 1,420 lt/dt/ht Qi = 1,420 lt/dt/ht 1000 Qi = 0,00142 m³/dt/ht Jawab : Luas Sawah yang dapat di aliri = 3,226 m³/dt

0,00142 m³/dt/ht Luas Sawah yang dapat di aliri = 2.271.83 Hektar Jadi Luas Sawah yang dapat di aliri 2.271.83 Hektar. 4.6.4 Hasil Perhitungan

NO KEBUTUHAN AIR BAKU DAN IRIGASI YANG DIINGINKAN

HASIL TINJAUAN AIR BAKU DAN IRIGASI YANG DAPAT DI HASILKAN

KESIMPULAN

1. Air Baku = 5.776 KK. Air Baku = 5.776 KK. Dapat memenuhi target kebutuhan Air Baku yang diinginkan.

2. Irigasi = 2.132,61 Ha Irigasi = 2.271.83 Ha Melebihi target luas sawah yang dapat di aliri Air Irigasi.

Gambar

Tabel 4.1. Curah hujan Maksimum harian dan tahunan
Tabel 4.2. Nilai Reduksi Gauss
Tabel 4.3. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Normal
Tabel 4.5. Hasil Analisis Frekuensi Metode Distribusi Log Normal 2  Parameter
+7

Referensi

Dokumen terkait

A tárgyalások következő fordulójára augusztus 10-én került sor. Erre készülvén mindkét országos képviselet feljegyzést állított össze

ditan angan gani i ses sesua uai i den dengan gan kea keada daan annya nya sep sepert erti i   ag agres resi!, i!, ta takut, kut, keb keben en&#34;ia &#34;ian,

selaku wali kelas PK di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta tanggal 12 September 2018 bahwa, untuk menanggapi perkembangan di era globalisasi ini, sekolah perlu

Dalam aplikasi pictogram akan digunakan gambar piktogram yang menarik dari segi warna, bentuk simbol yang kaku yang keluar dari area piktoram itu sendiri agar kelihatan

Nama Ahli Waris BPS Bank Cabang No.. SYUKUR

Populasi Ternak Unggas (Ayam Ras Pedaging) Kabupaten Sinjai Tahun 2008 -

Marzoeki Mahdi Bogor Semester I Tahun Anggaran 2017 merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas-tugas teknis melalui hasil