• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Kupu-Kupu

Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti sayap. Kupu-kupu banyak dijumpai dalam berbagai tipe habitat mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dari 0-2.000 mdpl (Sihombing 1999) dan lebih banyak dijumpai di daerah tropika (Amir & Noerdjito 1990).

Lepidoptera mempunyai sisik-sisik pada sayapnya, sisik-sisik ini akan lepas seperti debu bila dipegang (Borror et al. 1996). Sisik-sisik ini memberi keanekaragaman warna dan corak pada sayap kupu-kupu. Menurut Borror et al. (1996), klasifikasi kupu-kupu secara taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Arthopoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Sub-ordo : Rhopalacera 2.1.1 Morfologi kupu-kupu

Kupu-kupu memiliki tubuh yang terdiri dari caput, thorax, dan abdomen. Pada thorax terdapat tiga pasang kaki dan terdapat alat kelamin serta anus pada ruas abdomen yang merupakan ciri lain dari serangga ini. Setiap bagian tubuh kupu-kupu tertutup lapisan yang lembut, berbulu halus, dan berwarna mencolok. Tubuh kupu-kupu dilapisi oleh chitin dan tersusun dalam cincin-cincin yang seragam yang dipisahkan oleh membran fleksibel (Smart 1976).

Struktur dari masing-masing bagian tubuh kupu-kupu sebagai berikut : 1. Caput (kepala)

Kepala kupu-kupu terdiri dari enam bagian dengan gerakan kepala yang terbatas. Tiga bagian pertama berasosiasi dengan tiga komponen sensori yaitu mata majemuk, mata tunggal, dan antena atau sungut. Tiga bagian lainnya berasosiasi dengan bagian mulut. Kupu-kupu memiliki dua jenis mata yaitu mata

(2)

majemuk dan mata tunggal. Mata majemuk terletak di kedua sisi kepala dan tersusun oleh unit optik yang disebut omatidia sedangkan mata tunggal kupu-kupu terletak tersembunyi tertutup oleh rambut-rambut halus (Noerdjito & Aswari 2003).

2. Thorax (dada)

Thorax merupakan bagian tengah dari tubuh kupu-kupu yang berfungsi sebagai alat penggerak, dimana kaki dan sayap menempel. Toraks kupu-kupu terbagi menjadi tiga segmen yaitu protorax, mesotorax, dan metatorax. Protorax menjadi tempat melekatnya kaki depan, mesotorax menjadi tempat melekatnya kaki tengah, dan metatorax menjadi tempat melekatnya kaki belakang dan pasangan sayap belakang (Noerdjito & Aswari 2003).

3. Abdomen (perut)

Abdomen terdiri dari sepuluh segmen, tetapi hanya tujuh sampai delapan segmen yang mudah dilihat. Segmen terakhir dari abdomen adalah alat kelamin. Pada kupu-kupu jantan terdiri dari bagian penjepit, sedangkan pada kupu-kupu betina segmen tersebut berubah menjadi ovipositor (alat untuk meletakkan telur). Pada sisi-sisi bagian perut juga terdapat spirakel yang berjumlah enam hingga tujuh pasang spirakel. Pada bagian dalam perut terdapat alat pencernaan, jantung, organ ekskresi, organ kelamin, dan sistem otot yang kompleks (Noerdjito & Aswari 2003). Bagian tubuh kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Bagian tubuh kupu-kupu.

(3)

2.1.2 Klasifikasi kupu-kupu

Klasifikasi dalam penamaan ilmiah menurut Symposium Royal Entimology Society (1984) diacu dalam Sihombing (1999) digolongkan ke dalam beberapa famili, yaitu:

1. Hespiridae (Skipers, 3.500 spp.)

Dari segi evolusi famili ini merupakan jenis kupu-kupu yang paling primitif dan sedikit mirip dengan ngengat. Memiliki tubuh yang gemuk, pendek, dan kuat. Jarak antar antena agak jauh. Sayapnya berdiri atau rata pada saat istirahat. Sayapnya berwarna coklat, gelap, dan kekuningan. Ulat biasanya berada pada gulungan daun.

2. Lycanidae (Coppers, 6.000 spp.)

Famili ini meliputi kupu-kupu berukuran kecil sampai sedang (15-80 mm), agak lemah dan mudah rusak. Memiliki tiga pasang kaki, kaki depan jantan memiliki satu jari, pada betina memiliki dua jari. Kupu-kupu pada famili ini memiliki sayap berukuran pendek dan sering berwarna cerah seperti logam. Pada bagian atas sayap biasanya berwarna lebih gelap, sel sayap belakang terbuka, sayap betina lebih bulat. Bentuk ulat seperti bekicot dan berbulu.

3. Nymphalidae (Owls, Saturn, 6.000 spp.)

Famili ini meliputi kupu-kupu berukuran sedang sampai besar (25-130 mm), sepasang kaki depan mereduksi sampai tidak berfungsi sehingga terlihat hanya memiliki dua pasang kaki, terutama pada jantan. Famili ini dapat terbang cepat dan kuat, suka pada sinar matahari, dan berbau busuk. Memiliki sayap berwarna cerah dan antena yang berukuran pendek (separuh dari panjang sayap). Ulat berbulu dan ekor terbagi dua. Kepompong tergantung dengan kepala ke bawah.

4. Papilionidae (Swallowtails, 700 spp.)

Famili ini meliputi kupu-kupu berukuran sedang sampai besar, memiliki tiga pasang kaki, kaki depan memiliki taji. Memiliki sayap berukuran besar, sering terdapat ekor pada sayap belakang. Ulat memiliki tanduk (osmeterium) yang mempunyai bahu, kepompong berduri, terikat di pinggang dengan benang sutera. Telur bulat dengan warna putih hingga kuning.

(4)

5. Pieridae (White, Yellows, 1.000-2.000 spp.)

Famili ini meliputi kupu-kupu berukuran kecil sampai sedang (25-100 mm). Memiliki tiga pasang kaki, sayap tidak berekor dan biasanya berwarna putih atau kuning, sel sayap belakang tertutup. Famili ini dapat terbang jauh (beberapa spesies mempunyai sifat migrasi), sering ditemukan dalam jumlah banyak di sekeliling air. Ulat berwarna hijau atau coklat, telanjang atau sedikit berbulu, tidak memiliki tanduk atau duri. Kepompong tergantung dengan kepala ke atas, kedua ujung agak tajam. Telur tajam pada kedua sisi.

2.1.3 Siklus hidup kupu-kupu

Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, semasa hidupnya kupu-kupu melalui empat fase perkembangan, yaitu : telur, ulat (larva), kepompong (pupa), dan kupu-kupu dewasa (imago). Setiap fase memiliki periode tertentu, lama periode pada tiap fase dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Fase perkembangan kupu-kupu.

Fase Perkembangan Lama Waktu

Perkawinan 6-8 jam

Masa persiapan telur 3-5 hari

Telur 10-16 hari

Larva 2-3 minggu

Kepompong 3-4 minggu

Kupu-kupu 3-4 minggu

Sumber: Sihombing (1999).

Keempat fase metamorfosis menurut Pallister (1986) sebagai berikut: 1. Telur

Telur kupu-kupu berukuran kecil, berbentuk bulat, bulat telur, atau agak panjang. Warna telur beraneka ragam tergantung dari jenisnya, cangkang telur berpola pahatan ataupun halus. Bagian bawah telur selalu rata dan pada bagian atas telur terdapat lubang yang kecil disebut micropile yang berfungsi sebagai tempat masuknya spermatozoid ke dalam telur. Kupu-kupu betina biasanya meletakkan telurnya di balik atau berada dekat dengan tumbuhan pakan dari serangga mudanya.

(5)

2. Larva

Fase larva atau ulat merupakan satu-satunya fase metamorfosis yang mengalami proses pertumbuhan. Larva pada kebanyakan kupu-kupu merupakan pemakan tumbuhan, beberapa jenis lainnya memakan daging, seperti pemakan kutu daun dan kutu perisai. Larva memakan tumbuhan dengan sangat rakus, apabila kulit tubuhnya mengetat maka kulit ini akan berganti mengikuti pertumbuhan tubuhnya. Rata-rata larva berganti kulit sebanyak 5 atau 6 kali dan beberapa jenis larva dapat berganti kulit hingga 20 kali. Larva memiliki 3 pasang kaki sejati pada setiap segmen toraksnya dan 1-5 pasang kaki pengganti pada bagian abdomen. Kupu-kupu memiliki mata sederhana dan tersusun dalam pasangan, terdapat 2-6 pasang pada setiap sisi kepala.

3. Pupa

Fase pupa atau kepompong merupakan fase yang terjadi setelah larva mengalami sejumlah pergantian kulit, dan fase ini merupakan suatu periode tidak bergerak. Fase ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan atau lebih tergantung jenisnya. Kebanyakan pupa kupu-kupu didapati terpaut pada suatu benda tetap yang sedikit jauh dari tanah. Beberapa jenis menggantungkan kepalanya ke arah bawah melalui selapis sutera yang dipintal oleh ulat tersebut pada suatu benda yang terlindung sebelum berganti kulit.

4. Imago

Fase imago atau kupu-kupu dewasa dimulai bersamaan dengan pergantian kulit terakhir. Kupu-kupu keluar melalui selubung belakang dari pupa yang terbelah, transformasi kupu-kupu ini biasanya terjadi pada malam hari. Pada awal fase ini kupu-kupu masih sangat lemah dan memerlukan beberapa waktu untuk merentangkan sayapnya yang masih lembab. Setelah beberapa saat semua angota badannya berfungsi dan kupu-kupu segera dapat terbang bebas mencari makan dan melakukan perkawinan.

2.1.4 Aktivitas kupu-kupu

Kehidupan kupu-kupu dipengaruhi oleh temperatur lingkungannya. Sinar matahari pagi diperlukan kupu-kupu untuk mengeringkan sayapnya yang lembab sehingga sayap dapat digunakan untuk terbang. Menurut Sihombing (1999) pada cuaca dingin kupu-kupu meningkatkan pembukaan sayapnya untuk mendapatkan

(6)

cahaya matahari dan meningkatkan suhu tubuh dengan cara terus berjemur. Bila suhu tubuh meningkat maka kupu-kupu akan mencari tempat berteduh.

Menurut Krafiani (2010), kupu-kupu memulai aktivitas terbang pada pagi hari pukul 07.30 untuk mendapatkan sinar matahari agar dapat mengeringkan sayapnya. Kupu-kupu melakukan aktivitas mendekati bunga kemudian menjulurkan probiosis untuk menghisap nektar (nectaring) paling banyak dilakukan pada pukul 08.00-09.00, kegiatan nectaring ini lebih banyak dilakukan oleh betina dari pada jantan karena kupu jantan fokus pada pencarian betina dan jarang melakukan nectaring. Pada pukul 13.00-17.00 kupu-kupu cenderung lebih banyak berteduh karena pada siang hari matahari semakin terik dan suhu lebih tinggi dibanding pagi hari. Kupu-kupu beristirahat pada tempat-tempat yang terlindung dari sengatan matahari secara langsung yaitu di daun-daun yang teduh. Sedangkan pada sore hari aktivitas kupu-kupu cenderung berkurang karena matahari mulai melemah dan kupu-kupu kembali ke tempat istirahatnya.

2.1.5 Reproduksi kupu-kupu

Aktivitas kawin dapat dilakukan betina sekitar dua jam setelah menjadi kupu-kupu dewasa (imago), sedangkan pada kupu-kupu jantan baru dapat melakukan kawin satu atau dua hari kemudian setelah menjadi imago (Krafiani 2010). Ciri-ciri kupu-kupu yang akan kawin yaitu kupu-kupu jantan dan betina terbang secara berpasangan, ketika terjadi perkawinan maka kupu-kupu akan hinggap di daun-daun pohon, bunga-bungaan, atau pada dinding kandang.

Perkawinan berlangsung antara satu sampai dua hari dengan cara menggantungkan diri, posisi sayap terbuka, bagian ujung abdomen jantan menjepit ujung abdomen betina. Tiga atau empat hari setelah perkawinan kupu-kupu betina siap bertelur, kupu-kupu-kupu-kupu betelur di sekitar tumbuhan pakan larva dengan meletakkannya di bawah permukaan daun. Selama hidupnya kupu-kupu betina menghasilkan telur 1-30 butir dalam satu hari. Banyaknya telur tergantung dari jenis kupu-kupu (Sihombing 1999).

(7)

2.1.6 Anatomi alat reproduksi kupu-kupu

1. Alat kelamin jantan

Menurut Rob dan Preston (1999), kupu-kupu memiliki dua tegumen yang terpisah, dapat terpisah atau lebih sering menyatu bersama-sama sebagai sebuah struktur tunggal. Tegumen terletak di posisi dorsal pada perut di segmen 5 dan 6. Sperma yang dihasilkan disimpan dalam tempat penyimpanan yang disebut vesika. Menurut Matsuka (2001), kupu-kupu jantan memiliki valva yang besar dan keras, memiliki distal, dan berkurangnya bulu pada valva. Valva berwarna kuning, putih, dan hitam serta dapat terbuka dan tertutup seperti rahang pada saat senggama.

Gambar 2 Struktur organ reproduksi jantan.

(sumber: Scoble 1995)

2. Alat kelamin betina

Menurut Matsuka (2001), kupu-kupu betina tidak memiliki valva, tetapi memiliki bulu dan distal. Lubang senggama membuka antara segmen abdomen 7 dan 8. Meskipun ostium letaknya tersembunyi namun ketika betina dirangsang maka ostium akan terbuka. Menurut Scoble (1995), alat kelamin betina merupakan saluran telur yang menghubungkan masing-masing dua indung telur. Saluran ini merupakan saluran yang menuju ke papilia dan terhubung ke kloaka.

(8)

Gambar 3 Struktur organ reproduksi betina.

(sumber: Scoble 1995)

2.2 Penangkaran Kupu-kupu

Penangkaran adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan budidaya baik tumbuhan maupun satwa liar dengan maksud mempertahankan kelestarian atau eksistensi tumbuhan dan satwa liar tersebut atau memperbanyak populasinya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Basuni 1987). Tujuan penangkaran adalah untuk mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwaliar dalam jumlah, mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi tekanan langsung terhadap populasi alam, selain itu penangkaran juga bertujuan untuk mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwaliar yang dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar berasal dari kegiatan penangkaran. Kegiatan penangkaran meliputi pengumpulan bibit atau induk, pembiakan atau perkawinan atau penetasan telur, pembesaran anak, serta restocking (Thohari 1987).

Menurut Departemen Kehutanan (1996), kegiatan penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Penangkaran kupu-kupu dapat berhasil bila

(9)

dapat terbentuk kondisi lingkungan buatan yang sesuai untuk hidup dan perkembangbiakakan kupu-kupu. Untuk itu perlu pengetahuan tentang siklus hidup, jenis kelamin, perilaku kawin genetik serta komponen habitatnya seperti suhu, cahaya, kelembababn udara, iklim/variasi musim, sumber pakan, tempat berlindung dan berkembangbiak.

2.2.1 Pemeliharaan kupu-kupu

Pemeliharaan kupu-kupu merupakan salah satu upaya untuk menjaga dan menyelamatkan kupu dari ancaman kepunahan. Dalam pemeliharaan kupu-kupu diperlukan sarana untuk menunjang kehidupan kupu-kupu-kupu-kupu yaitu berupa kandang. Menurut Syaputra (2011), jenis kandang dibedakan menurut fungsinya yaitu kandang reproduksi, kandang pemeliharaan telur, kandang pemeliharaan larva, dan kandang pemeliharaan kupu-kupu. Selain itu, pemilihan jenis pakan merupakan hal penting dalam kegiatan pemeliharaan kupu-kupu. Jenis tanaman yang perlu disediakan dalam kegiatan pemeliharaan kupu-kupu yakni tanaman pakan larva, tanaman pelindung, dan tanaman nektar bagi kupu-kupu dewasa.

2.2.2 Hibridisasi (perkawinan silang)

Hibridisasi atau perkawinan silang merupakan proses perkawinan silang antara dua individu untuk merubah susunan gen dengan tujuan memperbaiki kualitas individu sesuai dengan karakteristik yang diinginkan manusia. Menurut Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2006, persilangan adalah cara perkawinan yang perkembangbiakan dilakukan melalui perkawinan antara hewan-hewan dari satu spesies tetapi berlainan rumpun.

Sifat anak dari hasil hibridisasi merupakan sifat gabungan dari kedua induknya. Sifat unggul suatu spesies dapat diketahui dengan mempelajari gen (genotipe) yang akan dihibridisasi. Gen dominan adalah gen yang lebih unggul dari gen lainnya dalam satu lokus, sehingga akan menutup penampakan dari gen lain. Sedangkan gen resesif adalah gen yang memiliki pengaruh yang lebih kecil dan merupakan gen yang tertutup penampakan oleh gen lainnya (Suryo 2001).

Proses perkawinan silang dilakukan dengan cara langsung dan tidak langsung. Di bawah ini dijelaskan mengenai macam-macam proses perkawinan silang, yaitu :

(10)

1) Langsung

Perkawinan silang langsung yaitu dengan menyatukan hewan jantan yang diketahui mempunyai sifat unggul dengan betina tertentu yang juga mempunyai keunggulan tertentu, sehingga diharapkan akan didapat keturunan yang lebih baik (Pratiwi & Rochmah 2010).

2) Tidak langsung

Perkawinan tidak langsung yaitu dengan kawin suntik (inseminasi buatan) adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari hewan jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut insemination gun (Rafzunnella 1983).

Teknik persilangan yang diterapkan dalam mengawinkan kupu-kupu menggunakan teknik persilangan langsung, yaitu dengan menyatukan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina dalam keadaan saling membelakangi. Jenis kupu-kupu yang telah disilangkan di PT Kupu-Kupu Taman Lestari berasal dari famili Papilionidae yaitu O.priamus dan O.croesus. Kupu-kupu jenis ini memiliki ukuran sayap yang besar dan corak sayap yang menarik sehingga kupu-kupu ini menarik bagi kolektor kupu-kupu. Morfologi dari spesies kupu-kupu yang akan dilakukan persilangan adalah sebagai berikut :

1. Ornithoptera priamus

Kupu-kupu jantan berwarna hijau dengan panjang sayap 70 mm. Terdapat warna hitam dengan bentuk hampir lonjong pada bagian discal sayap atas yang dikelilingi oleh warna hijau pada bagian atas dan bawah. Terdapat pola warna hitam di sepanjang tepi sayap. Sayap bawah berwarna hijau dengan tepi sayap berwarna hitam. Kupu-kupu betina berwarna hitam dengan garis putih pada sayap atas dan pola warna putih pada sayap bagian bawah. Pada masing-masing sayap bawah terdapat empat titik hitam (Syaputra 2011).

(11)

(a) (b)

Gambar 4 Ornithoptera priamus (a) Jantan, (b) Betina.

(sumber: Otani dan Kimura1998)

2. Ornithoptera croesus

Kupu-kupu dengan panjang sayap 70 mm, sayap atas berwarna kuning keemasan, terdapat warna hitam pada bagian discal sayap. Pada jantan terdapat warna kekuningan pada bagian costal dan terdapat empat titik hitam pada masing-masing sayap bawah. Kupu-kupu betina pada bagian sayap atas berwarna hitam dengan garis putih pada sayap atas dan pola warna putih pada sayap bagian bawah. Terdapat warna hitam pada tepi sayap dan enam titik hitam pada masing-masing sayap bawah.

(a) (b)

Gambar 5 Ornithoptera croesus (a) Jantan, (b) Betina.

(sumber: Otani dan Kimura1998) 2.3 Pemanfaatan Kupu-Kupu

Kupu-kupu merupakan sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Indonesia. Keberadaan kupu-kupu mempunyai fungsi ganda. Pertama, sebagai satwa yang membantu penyerbukan jenis

(12)

tumbuhan-tumbuhan tertentu. Kedua, keindahan warna tiap-tiap jenis perlu dimanfaatkan bagi kehidupan manusia secara berkesinambungan (Departemen Kehutanan 1996). Menurut Amir dan Noerdjito (1990), karena kupu-kupu memiliki sebaran geografis yang luas, keanekaragaman kupu-kupu dapat memberikan informasi yang sangat memuaskan dalam studi lingkungan, sebagai indikator lingkungan serta perubahannya yang mungkin terjadi. Kupu-kupu juga memberikan andil dalam mempertahankan keseimbangan alam. Sedangkan, menurut Sihombing (1999), manfaat kupu-kupu antara lain :

1. Membantu penyerbukan tanaman, misalnya Euploea callithoe, Papilio iswara, Ornitopthera spp.

2. Manfaat keindahan (hiasan dinding, meja, penindih kertas, tatakan gelas, tirai, dompet)

3. Bahan penelitian biologis

4. Bahan industri, misalnya ulat sutera (Bombyx mori)

5. Sumber protein, misalnya larva pisang Erynotathrax, larva kupu-kupu raksasa yang dianggap sebagai hidangan enak di Meksiko

6. Rekreasi (dipelihara di rumah kaca untuk ditonton) 7. Koleksi.

Gambar

Tabel 1 Fase perkembangan kupu-kupu.
Gambar 2 Struktur organ reproduksi jantan.
Gambar 4  Ornithoptera priamus (a) Jantan, (b) Betina.

Referensi

Dokumen terkait

yang dilarang kawin oleh undang-undang, atau salah satu pihak atau kedua-duanya ada dalam ikatan perkawinan dengan orang lain. Anak ini disebut anak zina. Dari kedua

Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) adalah pemotongan/pembuangan saluran sperma kiri dan kanan saja, agar cairan mani yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peternak sapi bali Desa Batu Belah mengetahui bahwa inseminasi buatan (IB) merupakan kawin suntik pada ternak yang hasilnya

Telur-telur ini dibuahi dengan cara pembuahan sendiri ( self fertilisation ) yaitu sel telur dibuahi oleh sel sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara

Praktek kawin alami pada domba lebih sering dipraktekkan daripada inseminasi buatan, karena lokasi deposisi semen yang kecil dan cukup sulit untuk diamati

Fungsi yang lain membentuk lebih dari separuh semen, yang membantu menggelontor sperma kedalam urethra dan juga mengencerkan massa sperma yang kental

2) Gangguan fungsi sperma atau motilitas: sindrom immotil silia, defek maturasi, infertilitas imunologik, infeksi).Pada reaksi imunologi, dapat ditemukan antibodi sperma pada

Waktu kawin merupakan ukuran ketepan pelaksanaan perkawinan pada ternak, baik secara buatan maupun secara alami, waktu kawin yang paling baik untuk inseminasi pada sapi