• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1, dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas, Bab II pasal 3).

Manifestasi fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut salah satunya dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan pendidikan di berbagai lembaga pendidikan, baik formal, nonformal, maupun informal. Dalam lembaga pendidikan formal, manifestasi tersebut dapat diwujudkan melalui

(2)

penyelenggaraan lembaga pendidikan mulai dari tingkat dasar, menengah, sampai ke Perguruan Tinggi.

Diantara Perguruan Tinggi yang mempunyai peranan penting dalam upaya perwujudan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Salah satu Mata Kuliah yang harus dipelajari oleh mahasiswa di seluruh Program Studi (Jurusan) adalah bahasa Arab. Mata kuliah ini merupakan suatu mata kuliah yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab baik reseptif maupun produktif. Yang dimaksud dengan kemampuan reseptif adalah kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan, sedangkan kemampuan produktif adalah kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun tulis.

Kemampuan berbahasa Arab serta sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangat penting dalam membantu memahami sumber ajaran Islam yaitu al-qur’an dan al-hadits, serta kitab-kitab dan naskah-naskah berbahasa Arab yang berkaitan dengan ajaran Islam maupun ilmu pengetahuan lainnya. Al-qur’an sebagai sumber primer ajaran Islam, menyatakan kaitan fungsional antara bahasa Arab dengan pengembangan intelektual keilmuan, antara lain dalam surat Yusuf (12: 2), Az-Zukhruf (43: 3), dan Fushilat (41: 3). Dengan demikian, demi terwujudnya kompetensi berbahasa Arab mahasiswa sesuai dengan yang diharapkan, solusi/ alternatif inovasi dalam pembelajaran bahasa Arab menjadi sebuah keniscayaan.

(3)

Abdul Alim Ibrahim (1962: 50-52) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Arab dapat ditinjau dari dua pendekatan, yaitu; nadzariah al-wihdah (all in one system) dan nadzariat al-furu (partial approach). Dalam pandangan nadzariah al-wihdah, bahasa Arab dipandang satu kesatuan yang tidak terpisahkan, artinya rumpun-rumpun bahasa Arab baik aspek khiwar, qawa’id, qira’at, tarjamah, insya, dan lain-lain dipandang sebagai satu kesatuan bahasa yang terintegrasi. Sedangkan dalam pandangan nadzariah al-furu, bahasa Arab dipandang secara terpisah satu sama lain, artinya rumpun-rumpun bahasa Arab baik aspek khiwar, qawa’id, qira’at, tarjamah, insya, dan lain-lain dipandang secara terpisah dan merupakan disiplin ilmu masing-masing.

Kedua pendekatan tersebut diimplemantasikan pada UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendekatan nadzariah al furu (partial approach), diimplementasikan pada program Studi (Jurusan) Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan serta Jurusan Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Fakultas Adab dan Humaniora, sedangkan nadzariah al-wihdah (all in one system), diimplemantasikan pada seluruh Program Studi (Jurusan) selain kedua Jurusan tersebut.

Di samping itu, bahasa Arab bagi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dipandang sebagai bahasa asing, karena bahasa Arab bagi masyarakat Indonesia dipandang bukan sebagai pengguna bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan tidak digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab secara total. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa bahasa Arab bagi mahasiswa di UIN (selain jurusan PBA dan BSA) berfungsi sebagai alat untuk menggali ilmu

(4)

pengetahuan yang bersumber dari kitab-kitab maupun naskah-naskah yang berbahasa Arab, mengingat sumber ajaran Islam baik qur’an maupun al-hadits berbahasa Arab, serta sumber-sumber lain baik kajian keislaman maupun ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan, dan lain-lain banyak yang menggunakan bahasa Arab.

Dengan pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu alat informasi pengetahuan, maka arah pembelajaran bahasa Arab di UIN Sunan Gunung Djati Bandung (kecuali jurusan PBA dan BSA) cenderung lebih mengutamakan aspek keterampilan membaca (maharah al qira’ah/ reading skills) yang di dalamnya mencakup pemahaman terhadap apa yang dibaca (fahm al maqru). Sedangkan keterampilan membaca (maharah al qira’ah/ reading skills) dan memahami apa yang dibaca (fahm al maqru), memerlukan kedalaman dan keluasan materi kebahasaan yang perlu dipelajari secara sungguh-sungguh, serta memerlukan integritas ilmu yang berkaitan dengan kaidah-kaidah (kawaid) bahasa Arab, terutama pada aspek morfologi (sharaf) dan sintaksis (ilmu nahwu) (Pusat Bahasa, 2009: i).

Namun disayangkan, banyak mahasiswa bahkan alumni sekalipun, kurang memiliki kompetensi yang diharapkan, akibatnya mereka kesulitan untuk mendapatkan sumber ilmu pengetahuan yang berbahasa Arab. Kesulitan ini mengakibatkan ketidakajegan dalam disiplin keilmuan yang mereka kembangkan. Padahal sebenarnya, mereka telah mempelajari bahasa Arab dalam jangka waktu yang cukup lama, mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, sampai Perguruan Tinggi, bahkan di

(5)

UIN Sunan Gunung Djati Bandung umumnya mereka mempelajari bahasa Arab selama 4 (empat) semester/ 12 SKS (Petunjuk Teknis Kegiatan Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2005: 191).

Kurangnya kompetensi bahasa Arab mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung dapat dilihat dari data empirik berdasarkan temuan hasil penelitian Izzuddin Musthofa (2011) dalam rangka penulisan disertasi di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, yaitu:

1. Hasil observasi skripsi. Observasi dilakukan terhadap 50 skripsi yang diteliti secara acak dari berbagai jurusan yang ada di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Mayoritas penulis skripsi mengutip dan merujuk buku-buku terjemahan yang berbahasa Indonesia, padahal buku aslinya yang berbahasa Arab ada di perpustakaan (Observasi dilaksanakan Izzuddin Musthofa di perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, pada tanggal 15 Juni 2009).

2. Hasil wawancara. Wawancara dilakukan terhadap 15 alumni UIN Sunan Gunung Djati yang menjadi dosen mata kuliah bahasa Arab dan non mata kuliah bahasa arab yang dipandang mampu berbahasa Arab, mereka mengaku bisa bahasa Arab bukan hasil belajar di UIN, tetapi dari hasil belajar dari pendidikan sebelumnya (Wawancara dilakukan oleh Izauddin Musthofa dengan dosen yang dipandang mengerti bahasa Arab, baik yang mengajar bahasa Arab atau mengajar mata kuliah lain dan pernah mengikuti mata kuliah bahasa Arab, wawancara dilaksanakan pada bulan Juni 2009).

(6)

3. Hasil tes kompetensi. Tes kompetensi dilakukan terhadap 40 orang mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah bahasa Arab yang diambil secara acak dari berbagai jurusan, dan hasilnya hanya memperoleh nilai rata-rata 4,7. Hasil tes tersebut jelas membuktikan bahwa kompetensi berbahasa Arab para mahasiswa masih rendah (kegiatan ini dilakukan Izzuddin Musthofa bekerjasama dengan beberapa dosen fakultas, test kompetensi dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2009).

Persoalan kurangnya kompetensi bahasa Arab mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini sudah cukup lama terjadi, umumnya disebabkan karena berbagai kendala dan tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran bahasa Arab yang perlu dicari solusinya.

Dalam analisis sistem pembelajaran, banyak variabel yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Variabel-variabel itu adalah input, instrumental, dan environmental input. Variable input adalah peserta didik dengan segala karakteristik fisik dan psikologisnya, variable instrumental adalah dosen, kurikulum, sarana pembelajaran, dan lain-lain, sedangkan variabel environmental adalah lingkungan kampus, teman belajar, pergaulan, dan sebagainya. Jika digambarkan akan terlihat seperti bagan 1.1 berikut ini.

(7)

Bagan 1.1

Variabel yang dapat Mempengaruhi Proses dan Hasil Pembelajaran

Berdasarkan bagan 1.1 di atas, terlihat bahwa variabel mahasiswa (input), dosen, kurikulum, sarana pembelajaran, dan lain-lain (instrumental), dan lingkungan (environmental) merupakan variabel-variabel dominan yang berinteraksi dalam proses pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, dalam pembelajaran bahasa Arab di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, ketiga variabel tersebut, menuai kendala dan tantangan dalam implementasinya, diantaranya:

Pertama, aspek mahasiswa (input). Diantara kendala dan tantangan pada aspek ini adalah:

1. Motivasi untuk mempelajari bahasa Arab di kalangan mahasiswa kurang kuat, karena sejauh ini bahasa Arab belum merupakan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi, kecuali hanya sebagai bahasa ilmu agama Islam. Hal ini dapat dipahami, karena mempelajari bahasa Arab lebih banyak didominasi oleh kepentingan yang bersifat religius-ideologis, dari pada kepentingan praktis-pragmatis. Oleh karena itu, dorongan untuk mempelajari

Input (mahasiswa) Instrumental Input Proses Pembelajaran Hasil Pembelajaran Environmental Input

(8)

bahasa Arab nampak sekali memerlukan motivasi ekstra yang lebih bersifat sentimental (kecintaan) dari pada benar-benar kebutuhan yang nyata.

2. Kurangnya kemampuan dasar mahasiswa dalam bahasa Arab, hal ini menyebabkan mereka kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran bahasa Arab yang disajikan di UIN. Persoalan ini umumnya disebabkan karena banyaknya mahasiswa yang berlatar belakang sekolahnya tidak mempelajari bahasa Arab baik formal maupun non formal.

3. Kemampuan dasar mahasiswa dalam berbahasa Arab sangat variatif, antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lainnya, sehingga menyulitkan dosen untuk mengakomodir kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan mereka yang variatif.

Kedua, aspek dosen, kurikulum, sarana pembelajaran, dan lain-lain (instrumental). Diantara kendala dan tantangan pada aspek ini adalah:

1. Kompetensi dosen dalam pembelajaran bahasa Arab memerlukan integritas antara kompetensi berbahasa Arab dengan kompetensi pembelajaran, sedangkan kenyataannya, banyak dosen bahasa Arab yang memiliki kompetensi bahasa Arab tetapi memiliki keterbatasan dalam kompetensi pembelajarannya, atau sebaliknya ada yang memiliki kompetensi dalam pembelajaran tetapi memiliki keterbatasan dalam kompetensi bahasa Arabnya. Hal ini disebabkan karena umumnya latar belakang pendidikan mereka yang variatif.

(9)

2. Motivasi dosen dalam menerapkan kompetensinya dalam pembelajaran bahasa Arab kurang kuat. Hal ini umumnya disebabkan karena kejenuhan mereka dalam pembelajaran bahasa Arab. Kejenuhan tersebut umumnya diakibatkan karena menghadapi berbagai problematika, kendala, dan tantangan dalam pembelajaran bahasa Arab.

3. Pengembangan kurikulum PTAI diserahkan sepenuhnya kepada PTAI bersangkutan, tak terkecuali kurikulum mata kuliah bahasa Arab di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Oleh karenanya UIN Sunan Gunung Djati Bandung mempunyai otoritas penuh dalam merumuskan serta implementasi kurikulumnya.

4. Pembelajaran bahasa Arab selama ini kurang meningkatkan kemampuan berfikir kritis mahasiswa, sehingga mereka tidak terbiasa berfikir secara kritis dalam upaya membaca dan memahami berbagai naskah maupun buku yang berbahasa Arab. Hal ini nampak dengan banyaknya pembelajaran bahasa Arab yang dilakukan dosen cenderung membelajarkan mahasiswa dengan hasil produk, bukan proses, seperti dosen membaca naskah kemudian menerjemahkannya lalu mahasiswa hanya sebatas duduk manis, mendengar, dan menulis atau membelajarkan mahasiswa yang naskah Arabnya sudah berharakat, hal ini menimbulkan ketergantungan mahasiswa terhadap produk hasil bacaan dan terjemahan dosen serta ketergantungan pada naskah-naskah yang sudah berharkat. Kondisi seperti ini mengakibatkan ketergantungan mahasiswa terhadap produk sehingga tujuan yang diharapkan menjadi terabaikan.

(10)

5. Sarana dan prasarana di UIN Sunan Gunung Djati Bandung memiliki keterbatasan dalam upaya terwujudnya pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab yang optimal.

Ketiga, aspek lingkungan (environmental). Lingkungan sekitar kurang mendukung terhadap kompetensi bahasa Arab mahasiswa, sehingga mereka kurang mendapat kesempatan belajar di lingkungan tempat mereka tinggal (di luar kampus) secara intens. Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat mereka tinggal bukan pengguna bahasa Arab.

Dengan adanya kendala-kendala dan tantangan (hasil observasi) di atas, diduga bahwa pembelajaran bahasa Arab di UIN Sunan Gunung Djati Bandung belum optimal. Oleh karenanya, mencari solusi dan alternatif serta upaya optimalisasi pembelajaran bahasa Arab menjadi sebuah keniscayaan. Untuk mengatasi hal ini, pengembangan model pembelajaran diduga dapat dijadikan alternatif.

Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, pada hakikatnya prinsip pembelajaran harus mengacu pada dikuasainya keterampilan-keterampilan berbahasa, yaitu; keterampilan menyimak (maharah al istima/ listening skills), keterampilan berbicara (maharah al kalam/ speaking skills), keterampilan membaca (maharah al qira’at/ reading skills), dan keterampilan menulis (maharah al kitabah/ writing skills). Keempat keterampilan tersebut, pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan dan terintegrasi satu sama lainnya.

Agar mahasiswa memiliki keterampilan berbahasa Arab yang memadai, maka diperlukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dalam pembelajaran.

(11)

Upaya-upaya tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan cara mengembangkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Arab.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Penelitian ini bertitik tolak dari adanya masalah yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung yang diduga belum optimal. Pembelajaran yang dilakukan selama ini diduga belum memberikan kompetensi lulusan yang diharapkan, yakni lulusan yang menguasai keterampilan berbahasa Arab dengan baik dan memenuhi standar kemampuan.

Dalam analisis sistem pembelajaran (sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang di atas), banyak variabel yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran. Variable-variabel itu adalah input, instrumental, dan environmental input. Variable input adalah mahasiswa dengan segala karakteristik fisik dan psikologisnya, variable instrumental adalah dosen, kurikulum, sarana pembelajaran, dan lain-lain, sedangkan variabel environmental adalah lingkungan kampus, teman belajar, pergaulan, dan lain sebagainya. Variabel mahasiswa (input), dosen (instrumental), dan lingkungan (environmental) merupakan variabel-variabel dominan yang berinteraksi dalam proses pembelajaran. Variabel-variabel inilah yang menjadi pendukung rumusan masalah penelitian ini.

Dalam proses pembelajaran, salah satu aspek yang perlu dikembangkan adalah model pembelajaran yang diduga sangat berpengaruh terhadap proses dan

(12)

hasil pembelajaran. Asumsi yang digunakan adalah bahwa mutu pembelajaran merupakan faktor determinan terhadap mutu hasil pembelajaran.

Brown (2001: 7) menyatakan bahwa pemilihan model pembelajaran akan dipengaruhi oleh pertimbangan dan keyakinan pendidik terhadap prinsip-prinsip dan pendekatan yang mendasari model pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan tujuan pembelajaran, yang pada gilirannya model yang dipilih dikembangkan di kelas akan dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, salah satu variabel pokok dalam pemilihan dan pengembangan model pembelajaran akan dipengaruhi oleh pertimbangan pendidik atas kecenderungan peserta didik.

Di samping itu, pemilihan model pembelajaran ini harus didasarkan atas prinsip efisiensi dan efektivitas. Pembelajaran yang efektif dan efisien ditunjukkan oleh ketepatan komponen-komponen yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Killen dalam Abdulhak (2001) mengungkapkan bahwa pada hakikatnya pembelajaran yang berkualitas dan efektif berkaitan dengan pencapaian hasil belajar yang perlu dikuasai peserta didik dari sejumlah bahan belajar yang telah ditetapkan melalui proses pembelajaran yang dirancang oleh pengembang pembelajaran.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, pimpinan universitas memberikan kebebasan terhadap para dosen untuk mengembangkan pembelajaran pada mata kuliah yang diampunya dengan anggapan bahwa dosen dianggap mampu untuk mengembangkan pembelajaran. Oleh karena itu, dosen bahasa Arab memiliki kewenangan penuh dalam upaya inovasi pembelajaran bahasa Arab guna

(13)

meningkatkan keterampilan berbahasa Arab mahasiswanya. Inovasi pembelajaran tersebut, dapat diwujudkan melalui pengembangan model pembelajaran.

Bertitik tolak dari asumsi tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini dapat disusun dalam bentuk pertanyaan umum penelitian, yaitu model pembelajaran yang bagaimana yang cocok digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Arab.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat penelitian ini berkaitan dengan model pembelajaran yang terdiri dari banyak model, maka penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan berbahasa Arab, yang mencakup keterampilan menyimak (maharah al-istima’/ listening skills), keterampilan berbicara (maharah al-kalam/ speaking skills), keterampilan membaca (maharah qira’ah/ reading skills), dan keterampilan menulis (maharah al-kitabah/ writing skills), karena pada hakikatnya keempat keterampilan tersebut tidak dapat berdiri sendiri, dan terintegrasi dalam satu kesatuan yang utuh. Di samping itu penelitian ini dibatasi pada jurusan Kependidikan Islam (KI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, secara khusus pendalaman terhadap permasalahan tersebut dapat diuraikan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

(14)

1. Bagaimana kondisi pembelajaran bahasa Arab yang selama ini dilakukan dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung;

2. Model pembelajaran yang bagaimana yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Arab;

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Arab;

4. Bagaimana efektivitas model pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan selama ini.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk, yaitu berupa model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Arab yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran bahasa Arab dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kualitas implementasi kurikulum bahasa Arab sehingga dapat meningkatkan mutu kompetensi lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah upaya untuk mendapatkan temuan berupa:

1. Menemukan bentuk proses pembelajaran bahasa Arab yang selama ini dilakukan dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung;

2. Menghasilkan bentuk model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Arab;

(15)

3. Menghasilkan bentuk implementasi model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa Arab;

4. Menemukan efektivitas model pembelajaran dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan selama ini.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip-prinsip mengenai implementasi model pembelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan berbahasa Arab mahasiswa. Hal ini semakin urgen bagi keperluan kajian teoretis manakala dihubungkan dengan masih kurangnya bahan atau referensi model pembelajaran pada mata kuliah bahasa Arab dalam mengimplementasikan kurikulum bahasa Arab.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis bagi dosen, mahasiswa, maupun pimpinan universitas. Pertama, bagi dosen, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif pegangan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berbahasa Arab, khususnya bagi dosen-dosen bahasa Arab di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, umumnya bagi dosen-dosen Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), kedua, bagi mahasiswa, diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan kemampuan tentang keterampilan berbahasa Arab bagi tugas profesionalnya sebagai guru kelak, ketiga, bagi pimpinan universitas, hasil

(16)

penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya mengembangkan kurikulum bahasa Arab, terutama mengenai implementasi model pembelajaran dalam rangka meningkatkan keterampilan berbahasa Arab.

F. Paradigma Penelitian

Dalam proses pembelajaran kurikulum merupakan acuan utama dalam merancang program pembelajaran. Perencanaan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Rancang bangun yang memetakan hubungan timbal balik komponen-komponen kurikulum bahasa Arab dikaji berdasarkan pola pikir kebahasaan dalam upaya memecahkan masalah pembelajaran bahasa Arab yang dihadapi. Komponen-komponen kurikulum meliputi tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan evaluasi. Tujuan memegang peranan penting, karena tujuan akan mengarahkan semua aktivitas pembelajaran dan memberi warna komponen-komponen kurikulum lainnya, kajian tentang isi atau materi dibutuhkan karena untuk mencapai tujuan ini diperlukan bahan ajar, kajian proses pembelajaran dengan penggunaan model inovatif merupakan sebuah keniscayaan, dan evaluasi yang dikaji adalah evaluasi hasil belajar, baik evaluasi formatif maupun sumatif.

(17)

Implementasi kurikulum diwujudkan dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Arab, terdapat 3 (tiga) tipe pembelajaran, yaitu; Pertama, belajar bahasa (language learning), yaitu seseorang mempelajari suatu bahasa dengan fokus pada penguasaan kemampuan berbahasa atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang digunakannya. Kemampuan ini melibatkan dua hal: (a) kemampuan untuk menyampaikan pesan, baik secara lisan (berbicara) maupun tertulis (menulis), serta (b) kemampuan memahami, menafsirkan, dan menerima pesan, baik yang disampaikan secara lisan (menyimak) maupun tertulis (membaca). Secara implisit, kemampuan-kemampuan itu tentu saja melibatkan penguasaan kaidah bahasa. Kedua, belajar melalui bahasa (learning through language), yaitu seseorang menggunakan bahasa untuk mempelajari pengetahuan, sikap, keterampilan. Dalam konteks ini bahasa berfungsi sebagai alat untuk mempelajari sesuatu. Ketiga, belajar tentang bahasa (learning about language), yaitu seseorang mempelajari bahasa untuk mengetahui segala hal yang terdapat pada suatu bahasa, seperti sejarah bahasa, sistem bahasa, kaidah berbahasa, produk bahasa, dan lain-lain (Halliday, 1979, dalam Goodman, dkk., 1987: 51).

Pembelajaran bahasa Arab pada hakikatnya harus mencakup terhadap ketiga tipe pembelajaran bahasa tersebut dan harus saling terkait dan berkesinambungan. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Arab seyogyanya dilakukan secara integratif. Implementasi integrasi pembelajaran bahasa Arab tersebut dapat mencakup 4 (empat) keterampilan berbahasa, yaitu; keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

(18)

Dalam upaya integrasi tersebut, diperlukan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam bentuk keterampilan berbahasa Arab. Oleh karena itu, mengkaji dan memahami tentang model pembelajaran yang cocok untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Arab menjadi sebuah keniscayaan. Keterlibatan dosen dan mahasiswa menjadi sorotan utama sebagai komponen pokok yang terlibat dalam menentukan pencapaian kualitas proses dan hasil pembelajaran yang diharapkan.

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivisme untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas. Perubahan paradigma belajar tersebut berimplikasi pada perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada dosen kepada belajar berpusat pada mahasiswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, dosen harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan mahasiswa, dapat mendorong mahasiswa belajar, atau memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar dimana mahasiswa hanya menerima materi dari dosen, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari, menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut, dosen dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif.

Paradigma penelitian dalam penelitian ini diarahkan pada upaya pemecahan berbagai problematika pembelajaran bahasa Arab dalam upaya

(19)

meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam bentuk keterampilan berbahasa Arab. Teori yang digunakan adalah teori pembelajaran konstruksivisme. Menurut teori pembelajaran konstruktivisme, keterampilan berbahasa tidak dapat dipindahkan begitu saja dari keterampilan berbahasa dosen terhadap mahasiswanya. Artinya, bahwa mahasiswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuan bahasanya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Oleh karena itu, karakteristik pembelajaran bahasa menurut teori konstruksivisme sebagai berikut: (1) mahasiswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan, (2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan mahasiswa, (3) kompetensi berbahasa bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara personal, (4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas, (5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber (Driver dan Bell, dalam Susan, Marilyn, dan Tony, 1995: 222).

Oleh karena itu, Piaget mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif manusia bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya (Poedjiadi, 1999: 61).

Berdasarkan teori di atas, maka penelitian ini diarahkan pada upaya meningkatkan keterampilan berbahasa Arab mahasiswa melalui pengembangan model pembelajaran. Untuk mencapai tujuan model pembelajaran yang dikembangkan dan melihat keampuhan serta keterpakaian model dilakukan

(20)

melalui eksperimen model pembelajaran, kemudian dibandingkan dengan kelompok yang belajar dengan pembelajaran bahasa Arab yang selama ini dilakukan dosen.

Secara sederhana paradigma yang dikembangkan pada penelitian ini, dapat dapat digambarkan pada bagan 1.2 berikut ini.

FOCUS OUTPUT

Bagan 1.2 Paradigma Penelitian

Kurikulum

Bahasa Arab Model Pembelajaran yang Dikembangkan

Mahasiswa Dosen Keterampilan Berbahasa Arab Mahasiswa Berbicara (maharah al kalam) Menyimak (maharah al istima) Membaca (maharah al qira’ah) Menulis (maharah al kitabah)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan pendekatan teori distribusi resiko, maka pilihan yang di jatuhkan nelayan dalam menetapkan bagi hasil dapat dikelompokkan menjadi beberapa model kerjasama

Hal ini karena permukaan strands kayu ekaliptus bertekstur lebih kasar jika dibandingkan kayu akasia dan gmelina berdasarkan hasil pemotretan fotomikroskop yang dilakukan,

Mikroba indikator sanitasi pada tangan juru masak di Kantin Asrama Putra dan Putri TPB-IPB ditemui dengan kategori tidak ada hingga kategori banyak sekali (> 11 CFU). Jum-

Bronkiolitis biasanya terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas yang ringan.. Bayi mengalami demam

Posisi pancing akan terus berada dekat dasar perairan dengan bentuk relatifnya seperti pada Gambar 4 disebabkan karena pada kedua ujung tali pancing dipasang masing-masing

Pendekatan metode kuantitatif yang memiliki tujuan untuk menguji hipotesis secara parsial dan simultan pengaruh variabel firm size (ukuran perusahaan) yang diwakilkan

Penelitian ini bertujuan menghasilkan lintasan belajar untuk membantu siswa dalam pembelajaran luas permukaan prisma menggunakan kemasan produk di kelas VIII SMP. Penelitian

Lakoff & Johnson (1980: 25-26) menjelaskan bahwa metafora ontologis menyajikan tujuan yang berbeda-beda, dan ragam jenis metafora dihasilkan dari jenis