commit to user
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Molting Lobster Air Tawar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bayam melalui metode injeksi dapat meningkatkan kecepatan molting lobster. Hasil molting lobster selama 56 hari pemeliharaan dengan kepadatan 20 ekor/kolam dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh pemberian ekstrak bayam dengan menggunakan metode injeksi terhadap jumlah molting lobster air tawar selama pemeliharaan 56 hari. Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda signifikan.
Molting tertinggi terjadi pada perlakuan pemberian dosis injeksi ekstrak bayam 20 mg/g berat badan lobster yakni sebanyak 120 kali dan molting terendah terdapat pada perlakuan pemberian dosis injeksi ekstrak bayam 0 mg/g berat badan lobster (kontrol) yakni sebanyak 64 kali. Molting pada perlakuan
0 20 40 60 80 100 120 140 0 10 15 20 Jum la h m o lt in g lo b st er ( ka li )
Dosis injeksi ekstrak bayam (mg/g berat lobster)
a a a b
commit to user
pemberian dosis injeksi ekstrak bayam 10 mg/g berat badan lobster sebanyak 71 kali dan 80 kali pada kelompok perlakuan pemberian dosis injeksi ekstrak bayam 15 mg/g berat badan lobster. Data pertambahan berat rata-rata lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) setelah penyuntikan ekstrak bayam dalam masa pemeliharaan selama 56 hari dapat dilihat pada lampiran 2. Hasil uji statistik menggunakan anova menunjukkan bahwa dosis penyuntikan memberikan perbedaan nyata (p<0,05), kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat signifikasi perbedaan frekuensi antar dosis. Dari análisis dapat disimpulkan bahwa dosis 0 mg/g BB, 10 mg/g BB, 15 mg/g BB tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam memacu molting, sedangkan pada perlakuan pemberian dosis ekstrak bayam dosis 20 mg/g BB memberikan pengaruh yang signifikan dalam mempercepat molting. Hasil Uji anava dan DMRT terhadap nilai frekuensi molting lobster air tawar Cherax quadricarinatus setelah pemberian ekstrak bayam selama masa pemeliharaan 56 hari dapat dilihat pada lampiran 5.
Hormon ekdisteroid adalah hormon pengatur dalam proses molting. Hormon ekdisteroid diproduksi oleh organ-Y yaitu sepasang kelenjar yang terletak di daerah dada (toraks) tepatnya pada ruas maksila (rahang atas) atau ruas antena.Hormon dari kelenjar Y diduga mempengaruhi proses molting. Dari kelenjar nantinya hormon ekdisteroid akan diedarkan ke jaringan hemolim dalam tubuh. Berdasarkan sistem pengaturan kadar hormon ekdisteroid hemolim tersebut, induksi molting dari luar menggunakan ekstrak bayam yang mengandung hormon fitoekdisteroid dapat meningkatkan metabolisme sehinggadapat menstimulasi terjadinya molting yang tinggi.
commit to user
Secara alami lobster air tawar akan mengalami molting secara teratur apabila kondisi lingkungan dan nutrisi tercukupi. Sebab potensi tumbuh lobster sangat tergantung pada efisiensi penggunaan energi, yaitu ratio energi untuk tumbuh dan metabolisme termasuk energi yang digunakan untuk adaptasi.Seperti diketahui bahwa molting merupakan bagian yang penting dalamsiklus hidup lobster air tawar. Hal ini dikarenakan keberhasilan molting akan menentukan pertumbuhan lobster. Pertumbuhan hewan lobster sebagai hewan Crustacea sangat erat kaitannya dengan aktifitas molting. Aktifitas molting merupakan aktifitas lobster berganti kulit karena kulit luarnya tidak dapat menopang pertumbuhan tubuh lobster itu sendiri.
Diketahui bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi molting pada krustaseae yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal diantaranya; adanya stressor, nutrisi, photoperiod dan temperatur sedangkan faktor internal terkait dengan produksi hormon ekdisteroid dan Molt Inhibiting Hormon (MIH) (Quackenbush, 1986). Menurut Aiken, (1980) ada beberapa faktor yang mempengruhi siklus ganti kulit pada krustaceae diantaranya faktor lingkungan eksteral. Pelepasan hormon ekdisteroid oleh organ-Y (kelenjar endokrin yang terdapat dibagian kepala) menghasilkan hormon molting ecdysone yang bervariasi berdasarkan stadium yang dilaluinya dalam siklus ganti kulit dan juga tergantung pada kadar ekdisteroid yang terdapat pada hemolim.
Secara umum, hormon berfungsi dalam mengendalikan dan mengatura ktivitas kehidupan seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangbiakan. Adapun hormon ekdisteroid adalah hormon yang diperlukan
commit to user
dalam proses molting. Hormon ekdisteroid yang diperoleh dari ekstrak bayam akan larut dalam lemak sehingga dapat dengan mudah menembus membran sel menuju sel target. Keberadaaan hormon ekdisteroid akan dapat meningkatkan metabolisme protein dalam sel yang akan mendorong pertumbuhan lobster. Hal itu memicu terjadinya pelepasan cangkang dan terbentuknya cangkang baru. Ekdisteroid yang berasal dari ekstrak bayam (Amaranthacea tricolor) mengandung 20- hidroxyecdison (20E). Ekdison ini disintesis dengan bahan sterol, yaitu dengan merombak kolesterol menjadi 7-dehidro-kolesterol, kemudian dihidrolisasi pada suhu atom C25, C22, dan C20. Mekanisme sintesis-kolesterol dikendalikan oleh organ -Y. Setelah disekresi oleh organ-Y, dalam hemolimp dikonversi menjadi hormon aktif, 20 - hidroxyecdysone oleh enzim 20-hidroxylase yang terdapat di epidermis organ dan jaringan tubuh yang lain (Huberman, 2000).
Ekstrak bayam yang mengandung ekdisteroid dimasukkan dengan cara penyuntikan atau injeksi melalui ruas-ruas di pangkal kaki dengan selaput lunak. Dari pangkal kaki itu ekdisteroid dari ekstrak bayam kemudian beredar ke seluruh jaringan rubuh melalui pembuluh darah sehingga akan merangsang proses molting dan pembentukan kulit baru. Namun, cara injeksi langsung pada lobster dinilai masih kurang efektif, pasalnya hewan itu harus diangkat terlebih dahulu dari kolam pembudidayaan untuk kemudian disuntik. Hal ini dapat memicu terjadinya stress pada hewan uji. Ke depan, perlu dikembangkan sebuah metode yang lebih praktis dalam pemberian hormon ekdisteroid tersebut terhadap lobster air tawar.
commit to user
Metode tersebut yakni mencampurkan ekdisteroid dari ekstrak bayam ke dalam pakan lobster.
B. Pertambahan Berat Lobster Air Tawar
Dari 8 minggu masa pemeliharaan lobster air tawar telah terjadi peningkatan bobot dari 21,2-41 gram menjadi 31,4-61,4 gram (Lampiran 3) Hasil rata-rata penambahan berat lobster air tawar selama pemeliharaan 56 hari dapat dilihat pada (Gambar 4).
Gambar 4. Pengaruh pemberian ekstrak bayam terhadap pertambahan berat lobster air tawarselama pemeliharaan 56 hari. Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda signifikan.
Pemberian ekstrak bayam dengan dosis 20 mg/g berat badan lobster memberikan pertumbuhan yang lebih bagus dibanding dengan pemberian dosis lain yang ditunjukkan dengan pertambahan berat badan lobster yang lebih tinggi. Dari (gambar4) tersebut juga bisa diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan mutlak
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 0 10 15 20 pe rt am b ah an b er at ( gr am )
Dosis injeksi ekstrak bayam (mg/g berat lobster)
commit to user
tertinggi didapatkan pada perlakuan pemberian dosis penyuntikan 20µg/g BB yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata pertumbuhan mutlak sebesar 3,2 gram per minggu, sementara itu rata-rata pertumbuhan mutlak terendah didapatkan pada perlakuan kontrol tanpa pemberian ekstrak bayam sebesar 1,275 gram per minggu.
Dari data rata-rata pertumbuhan mutlak yang telah didapatkan kemudian dilakukan analisa statistik dengan ANAVA. Dari hasil analisis variansi didapatkan bahwa masing-masing perlakuan menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05) pada uji Anova. Kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT untuk melihat signifikasi pada perbedaan dosis ekstrak bayam yang diberikan pada lobster air tawar. Dari análisis dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bayam dengan dosis 0 mg/g BB, 10 mg/g BB dan 15 mg/g BB tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam mempercepat pertumbuhan berat lobter, sedangkan pada perlakuan pemberian ekstrak bayam dengan dosis 20 mg/g BB memberikan pengaruh yang signifikan dalam mempercepat pertumbuhan berat lobster. Hasil Uji anava dan DMRT terhadap nilai rata-rata pertambahan berat lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus) setelah pemberian ekstrak bayam selama masa pemeliharaan 56
hari dapat dilihat pada lampiran 6.
Hasil ini merupakan hasil yang diharapkan oleh peneliti, dengan adanya perbedaan dosis injeksi ekstrak bayam yang disuntikkan pada lobster ternyata dapat berpengaruh dalam menstimulasi molting dan pertumbuhan lobster. Penambahan ekstrak bayam melalui metode injeksi mampu menghasilkan penambahan berat lobster air tawar yang lebih tinggi dibandingkan lobster tanpa
commit to user
penambahan ekstrak bayam. Hal ini dapat dipahami sebagaimana peran utama dari ekdisteroid yang terdapat dalam ekstrak bayam adalah meningkatkan sintesis protein, sehingga pertumbuhan jaringan tubuh dapat terjadi lebih cepat dengan terjadinya penambahan berat badan lobster. Akan tetapi jika dilihat lebih lanjut sebenarnya pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Fitoekdisteroid berperan dalam menstimulasi metabolisme karbohidrat dan biosintesis lipid. Energi dapat dihasilkan dari proses glukoneogenesis maupun glikolisis yang mengubah protein dan lemak menjadi glukosa sebagai sumber energi.
Peran hormon fitoekdisteroid dalam ekstrak bayam sangat signifikan dalam pertumbuhan yaitu meningkatkan pembentukan protein pada proses sintesis mRNA, selain itu fitoekdisteroid akan menstimulasi metabolisme karbohidrat dan biosintesis lipid. Peningkatan metabolisme protein oleh hormon steroid menyebabkan peningkatan efisiensi penggunaan protein pakan dengan adanya suplementasi ekdisteroid pembentukan protein tubuh tetap tinggi walaupun kadar protein dalam pakan yang rendah sekalipun. Pakan dengan rasio protein per energi optimum akan menghasilkan pertumbuhan dan pemanfaatan pakan yang paling optimal.
Pertumbuhan karapas atau cangkang pada lobster merupakan proses diskontinyu. Hal ini adalah konsekuensi dari cangkang lobster yang keras
commit to user
dantidak elastis. Pertumbuhan cangkang hanya terjadi secara periodik ketika cangkang yang keras dilepaskan pada saat molting atau ekdisis. Sebaliknya, pertumbuhan jaringan tubuh terjadi secara kontinyu. Ketika jaringan tubuh lobster bertumbuh dan membesar maka lobster membutuhkan cangkang yang lebih besar untuk melindunginya, maka beberapa proses akan terjadi, antara lain: pelepasan hormon molting, terjadi pertumbuhan calon cangkang baru dibawah cangkang lama yang keras, hipodermis memproduksi enzim untuk melarutkan komponen-komponen cangkang sehingga cangkang lama menjadi lebih tipis. Garam-garam inorganik diserap dari cangkang dan disimpan pada bagian dalam. Pembentukan cangkang baru yang lunak secara perlahan terbentuk di bawah cangkang lama dan ketika sel baru telah sempurna terbentuk maka lobster siap untuk molting. Setelah molting terjadi penyerapan air ke dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan ukuran tubuh selama periode kulit lunak yang singkat. Perlahan-lahan cangkang baru akan merentang dan mengeras dan pertumbuhan jaringan kembali berlangsung di bawah cangkang baru. Jaringan yang berisi air selanjutnya akan digantikan oleh protein. Jadi dapat disimpulkan dengan semakin seringnya lobster mengalami molting maka pertumbuhan jaringan baru tidak banyak terpotong oleh adanya karapas yang mengahalangi lobster untuk tumbuh.
Jenis lobster air tawar memang diketahui merupakan hewan yang lambat pertumbuhannya. Setelah pemeliharaan juvenile selama 39 hari didapatkan pertumbuhan mutlak dengan rata-rata berkisar antara 0,16 gram - 0,46 gram (Jones, C. M., 1995). Pada kondisi lingkungan budidaya yang sangat bagus di kolam tanah dilaporkan bahwa lobster dapat mencapai ukuran yang siap
commit to user
dipasarkan yaitu dengan berat antara 50 sampai 100 gram setelah 7-8 bulan pemeliharaan (Masser, M.P., Rouse, D.B., 1997). Mungkin sekali dalam kondisi kolam semen dimana terdapat keterbatasan ruang gerak bagi lobster dan kondisi stress karena perlakuan seperti misalnya penimbangan setiap minggu dan pergantian air, dapat menyebabkan pertumbuhan lobster air tawar terhambat dibanding jika mereka dipelihara pada kolam outdoor, dimana sumber stress lebih rendah. Ekdisteroid dilaporkan oleh Feldman (2009) berperan dalam meminimalkan pengaruh stress karena kemampuannya sebagai adaptogenik. Dalam hal iniadaptogen berarti meningkatkan resistensi tubuh terhadap stess, mencegah keletihan dan meningkatkan energi. Sehingga energi lebih optimal untuk melakukan pertumbuhan dan tidak hilang untuk stress lingkungan.
C. Kelulusan hidup lobster
Tingkat kelulusan hidup lobster selama 56 hari pemeliharaan mengalami penurunan pada masing-masing perlakuan dengan kisaran 85% hingga 95%. Data presentase kelulusan hidup lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) selama masa pemeliharaan 56 hari dapat dilihat di Lampiran 4. Setelah dilakukan analisis ragam, pemberian ekstrak bayam pada lobster memberikan perbedaan nyata terhadap tingkat kelulusan hidup (p<0,05). Hasil uji anava dan DMRT terhadap sintasan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) setelah pemberian ekstrak bayam selama masa pemeliharaan 56 hari dapat dilihat dilampiran 7.
commit to user
Gambar 5. Pengaruhpemberian ekstrak bayam menggunakan metode injeksi terhadap presentase Kelulusan hidup Lobster Air Tawar selama pemeliharaan 56 hari. Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda signifikan.
Presentase sintasan ditentukan oleh banyaknya kematian Cherax selama masa percobaan. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa presentase kelulusan hidup pada lobster yang diinjeksi ekstrak bayam lebih tinggi dibandingkan kontrol tanpa injeksi ekstrak bayam. Hasil dari perlakuan injeksi ekstrak bayam selama penelitian didapatkan bahwa sintasan lobster air tawar Cherax quadricarinatus tergolong tinggi yaitu berkisar antara 85 % - 95 %. Dari analisa ragam dengan menggunakan uji signifikansi Duncan menunjukkan pada dosis 0 mg/g BB, 10 mg/g BB, 15 mg/gBB dan 20 mg/g BB tidak signifikan artinya perlakuan penambahan hormon fitoekdisteroid dari ekstrak bayam tidak berpengaruh signifikan terhadap sintasan lobster air tawar. Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dilaporkan oleh Fujaya et al. (2007) yang mengemukakan bahwa salah satu kelebihan dari penggunaan ekstrak bayam sebagai stimulan molting pada kepiting melalui penyuntikan adalah tidak menyebabkan kematian. Hasil
80% 82% 84% 86% 88% 90% 92% 94% 96% 0 10 15 20 S in ta sa n %
Dosis injeksi ekstrak bayam (mg/g berat badan lobster) a
commit to user
penelitian ini relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Lafont & Dinan (2003) bahwa ekdisteroid tidak bersifat toksik baik terhadap invertebrata maupun terhadap vertebrata. Hal ini menunjukkan ekstrak bayam aman diaplikasikan untuk lobster air tawar.
Ada beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan kematian Cherax pada masa percobaan, diantaranya adalah ; (1) Kualitas air yang tidak layak, (2) Hadirnya hama dan penyakit, (3) Penanganan yang kurang baik pada saat pengamatan (4) pakan yang tidak tepat jenis dan ukuranya, (5) terjadinya gagal molting, (6) Terjadinya kanibalisme.
Ditinjau dari aspek kualitas air, kondisinya cukup baik dan tingkat kelayakannya relatif seragam pada media percobaan. Penambahan ekstrak bayam melalui metode injeksi pada dosis yang berbeda juga tidak mempengaruhi kualitas air yang ada pada masing-masing perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai suhu, oksigen terlarut dan pH yang semuanya masih berada pada kisaran normal untuk kehidupan benih lobster.Dengan demikian kematian Cherax karena jeleknya kualitas air tidak terbukti.
Demikian pula dengan dugaan adanya hama penyakit, peluang terjadinya relatif kecil karena media percobaan telah dibebaskan dari hama dan penyakit melalui pengeringan kolam dan sterilisasi alat sebelum digunakan. Dari aspek penanganan percobaan, dapat dikatengahkan bahwa pengambilan sampel penimbangan berat badan telah dilakukan dengan sangat hati-hati. Sehingga pengaruhnya relatif kecil terhadap kematian Cherax. Selanjutnya, bila ditinjau dari aspek pakan dapat dilihat bahwa pakan yang diberikan adalah pakan udang
commit to user
dengan kadar protein 30%, kadar air maksimal 11%, lemak minimal 5 % dan fiber maximal 4%. Jumlah dan ukuran pakan yang diberikan telah disesuaikan dengan umur Cherax dan terbukti disukai oleh Cherax. Bila ditelaah lebih lanjut dan sesuai pengamatan selama masa percobaan bahwa kematian terjadi akibat gagal molting,kanibalisme dan stress. Kejadian yang menarik dan sekaligus perlu penelitian lanjutan mengenai kematian akibat kanibalisme, sebab dari hasil pengamatan tidak terjadi kanibalisme pada perlakuan dengan penambahan ekstrak bayam.Hal ini berbanding terbalik jika dibandingkan dengan kontrol, dimana kematian akibat kanibalisme masih terjadi.
Dari hasil pengamatan kematian akibat gagal molting, disebabkan Cherax kehabisan energi untuk melepaskan kulitnya, jika kulitnya tidak terlepas secara sempurna maka Cherax akan menyentakkan tubuhnya untuk memudahkan lepasnya kulit tua, kegiatan ini memerlukan banyak energi dan jika kulitnya tidak terlepas maka Cherax akan mati kehabisan energi untuk ganti kulit. Menurut Ferraris et al. (1987) dalam Anggoro (1992), kematian akibat gagal molting berkaitan dengan terjadinya gangguan osmolaritas internal, kahabisan energi untuk ganti kulit (pindah stadia) serta berkurangnya daya pemanfaatan pakan.
Namun demikian hasil penelitian menunjukan bahwa rentang perbedaan dalam taraf yang rendah sehingga presentase sintasan masih tergolong tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak bayam dengan metode injeksi dengan dosis yang berbeda sama-sama memberikan nilai sintasan yang baik bagi lobster, dan penambahan ekstrak bayam menggunakan injeksi tidak menyebabkan kematian dan aman diaplikasikan untuk budidaya lobster
commit to user
tetapi juga harus ditunjang dengan pemberian pakan dan shelter yang cukup, jumlah lobster yang sesuai pada wadah pemeliharaannya, serta aerasi yang terjaga dengan baik. Faktor lingkungan khususnya kualitas air juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar.
D. Faktor Lingkungan Luar
Faktor lingkungan merupakan faktor penting dalam budidaya lobster air tawar karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup lobster air tawar. Kualitas media pemeliharaan lobster air tawar selama penelitian, terdiri dari beberapa peubah fisika dan kimia air, yang berperan sebagai penentu kalayakan habitat bagi kehidupan lobster air tawar. Selama pemeliharaan 8 minggu dilakukan pengukuran kualitas perairan yang meliputi suhu, pH dan DO ketiga parameter ini dikontrol setiap minggunya. Hasil pengamatan kualitas air tawar dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran kualitas air
Parameter Kisaran Alat ukur
Suhu 0C 28-30 DO meter elektromatis
Do (ppm) 4-5 DO meter elektromatis
pH 7-8 pH water tester
Suhu air, lobster air tawar memiliki sifat euriternal. Dengan demikian lobster air tawar mempunyai kemampuan beradaptasi pada media yang kisaran suhunya cukup lebar.Meskipun daya adaptasinya cukup lebar, ternyata rentang
commit to user
suhu yang layak untuk tumbuh dan mendukung aktivitasnya sangat terbatas. Menurut Rouse (1977), Cherax jenis Red Claw akan mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu air 24 0 - 29 0C. Berdasarkan kriteria tersebut dapat dinyatakan, bahwa suhu media pemeliharaan lobster air tawar sebesar 280C ± 10C masih dalam rentang layak dan optimum bagi proses pertumbuhan lobster air tawar. Percobaan dilakukan dalam kolam dengan tutup terpal diatasnya agar ruangan terkontrol suhu diutamakan homogen dan fluktuasinya relatif kecil, sehingga stress akibat fluktuasi suhu harian yang besar dapat dihindari.
Keasaman (pH) air, merupakan indikator kemasamannya serta kebasaan air yang dapat mempengaruhi proses dan kecepatan reaksi kimia di dalam air serta reaksi biokimia di dalam tubuh lobster air tawar. Hasil pengukuran pH air media pemeliharaan selama masa percobaan menunjukkan bahwa semuanya bersifat alkalis, dengan nilai terendah 7,6 dan tertinggi 8,5. Menurut Meade et al(2002), pH 7,5 ±1 sangat sesuai untuk pemeliharaan dan perkembangan lobster air tawar. Berdasarkan kriteria tersebut, pH air selama percobaan masih berada pada rentang layak yang optimum bagi media pemeliharaan lobster air tawar.
Oksigen terlarut, kandungan oksigen terlarut merupakan faktor pembatas dalam mendukung optimalisasi organisme perairan. Selama penelitian, kandungan oksigen terlatur media pemeliharaan berkisar antara 3,92-4,92 ppm. Kisaran ini masih sesuai dengan media pemeliharaan lobster air tawar, sebagaimana dikemukakan oleh Rouse (1977), bahwa Cherax masih dapat mentolerir kadar oksigen hingga 1 ppm. Pemberian aerasi cukup efektif mempertahankan kandungan oksigen terlarut setiap perlakuan. Dengan demikian dapat dikatakan
commit to user
kandungan oksigen terlarut selama penelitian masih dalam kisaran yang mampu mendukung secara optimal lobster air tawar.
Pengelolaan kulitas air yang dilakukan dengan melakukan penyifonan dan pergantian air serta keberadaan aerasi untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut cukup efektif untuk mempertahankan kualitas air dalam kisaran yang masih bisa ditoleransi oleh lobster untuk hidup dan tumbuh. Pergantian air dapat mengurangi muatan unsur hara dan mengencerkan konsentrasi amonia dan nitrit.
Kualitas air yang baik juga sangat berperan dalam menunjang nafsu makan lobster, sehingga selama penelitian nafsu makan lobster cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pakan pelet yang diberikan selalu habis. Adanya nafsu makan yang baik serta ditunjang dengan kualitas air yang baik pula, menyebabkan pertumbuhan lobster pada perlakuan yang diberi ekstrak bayam lebih tinggi, dikarenakan ekstrak bayam tersebut mampu memberikan rangsangan terhadap molting lobster.