• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. Konsep Desain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4. Konsep Desain"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

113 Konsep Desain

4.1 Fungsi Bentuk

Dalam perancangan furnitur dan aksesoris pada lobi hotel Artotel ini, rancangan furnitur yang dibuat yaitu kursi, coffee table, dan stool, sedangkan untuk aksesoris interior adalah magazine rack dan tray. Bentuk yang akan dibuat pada perancangan kursi lobi dan aksesoris interior ini berasal dari salah satu transportasi Jakarta, yaitu MetroMini.

MetroMini merupakan Salah satu alat transportasi di Jakarta yang berbentuk bus dan beroperasi hampir diseluruh wilayah Jakarta. Jumlahnya yang banyak dengan warnanya yang khas merah-oranye, biru dengan garis putih ditengahnya membuat bus ini sangat terkenal oleh masyarakat Jakarta.

Dalam perancangan ini bentuk dan bagian-bagian dari MetroMini diambil menjadi inspirasi bentuk furnitur dan aksesoris interior.

Gambar 4.1 Inspirasi bentuk Dokumentasi pribadi

Dalam perancangan ini bentuk dasar garis-garis geometris dan non-geometris diterapkan sebagai acuan dalam perancangan furnitur dan aksesoris.

(2)

Berikut bentuk garis yang di ambil dalam merancang furnitur dan aksesoris, sebagai berikut:

1. Garis Horizontal

Memberi sugesti ketenangan, serta respon pada hal yang tak bergerak.

Gambar: 4.2 Garis Horizontal Sumber: Griya Kreasi, Dasar-dasar Desain

2. Garis Vertikal

Garis Vertikal memberi sugesti stabilitas, kuat, simpel, dan megah.

Gambar: 4.3 Garis Vertikal

Sumber: Griya Kreasi, Dasar-dasar Desain

3. Bengkok Berirama

(3)

Gambar: 4.4 Garis Bengkok Berirama Sumber: Griya Kreasi, Dasar-dasar Desain

Bentuk dari transportasi Jakarta ini kemudian di desain menjadi bentuk baru yang digunakan dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior pada lobi hotel Artotel Jakarta.

1. Kursi

Kursi yang dirancang merupakan sebuah lounge chair, yaitu kursi yang memiliki dimensi cukup besar. Biasanya kursi lounge dibuat dengan ketinggian yang lebih rendah dari kursi biasa sehingga memberikan kenyamanan yang lebih ketika sedang duduk.

Dalam perancangan kursi lounge ini, bentuk yang di ambil berasal dari kursi MetroMini. Material yang digunakan dalam perancangan kursi ini adalah rotan dan pipa galvanis. Penggunaan kedua material ini untuk menghasilkan desain yang dapat menarik perhatian pengunjung dengan menunjukkan material yang berbeda dari kursi biasa yang ada di hotel pada umumnya. Penggunaan kedua material ini juga untuk menunjukan bahwa rotan dan pipa galvanis juga dapat menghasilkan desain baru dan juga dapat mengurangi penggunaan material kayu yang banyak digunakan di Indonesia.

(4)

Gambar 4.5 Sketsa Kursi Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.6 Bentuk Kursi Sumber: Data Pribadi

2. Coffee table

Coffee table adalah sebuah meja yang berukuran lebar dan memiliki ketinggian yang rendah. Coffee table biasanya digunakan pada area menunggu yang biasanya berada pada area lobi. Dalam area lobi, coffee table biasanya digunakan sebagai meja untuk meletakkan barang yang berukuran kecil dan sedang seperti minuman, laptop, dan benda lain-lainya.

Dalam perancangan coffee table ini, bentuk yang diambil terinspirasi dari salah satu bagian transportasi Jakarta yaitu kursi MetroMini. Bentuk yang di rancang mengambil bentuk dari dudukan dan kaki kursi MetroMini. Bentuk dari kursi MetroMini ini dikembangkan menjadi bentuk baru dengan menerapkan pola garis lengkung memusat yang berfungsi untuk memberikan lengkungan dari bentuk awal yang lebih banyak menggunakan garis vertikal

(5)

dan horizontal. Bentuknya yang melingkar ini dibutuhkan untuk memusatkan furnitur yang di rancang.

Gambar 4.7 Sketsa Coffee Table Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.8 Bentuk Coffee Table Sumber: Data Pribadi

3. Stool

Stool merupakan sarana duduk yang memiliki ukuran yang tidak terlalu besar dan berukuran lebih rendah dari kursi biasa. Stool merupakan sebuah sarana duduk yang tidak memiliki senderan punggung dan tangan. Tidak adanya senderan punggung membuat stool dapat di duduki dari segala arah.

(6)

Dalam perancangan stool ini terinspirasi dari bentuk bagian depan MetroMini yang berbetuk setengah melingkar. Bentuk dari bagian muka MetroMini ini kemudian didesain dengan menerapkan pola vertical untuk mendapatkan bentuk yang baru.

Material yang digunakan dalam perancangan stool ini adalah rotan dan pipa galvanis sebagai rangka dengan menggunakan bantalan 5cm sebagai dudukan. Penggabungan material dalam perancangan stool ini untuk menghasilkan desain yang dapat menarik perhatian pengunjung hotel Artotel dengan menunjukkan material baru dan juga untuk menggantikan material kayu yang sudah banyak digunakan di Indonesia.

Gambar 4.9 Sketsa Stool Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.10 Bentuk Stool Sumber: Data Pribadi 4. Magazine rack

Magazine rack adalah sebuah aksesoris furnitur yang digunakan untuk meletakkan buku, majalah, dan koran. Magazine rack yang dirancang memiliki ukuran yang berukuran setinggi dengan kursi dan coffee table.

(7)

Dalam perancangan magazine rack ini terinspirasi dari bentuk kursi MetroMini yang kemudian dijadikan sebuah meja untuk meletakkan majalah. Bentuk permukaan meja yang datar menerupai bentuk kursi MetroMini ini diambi karena pada lobi hotel Artotel menampilkan majalah yang bagus sehingga perlu adanya bentuk seperti meja yang dapat membuat pengunjung melihat majalah yang di sediakan oleh hotel Artotel Jakarta. Sedangkan bentuk pada bagian atas dibuat untuk meletakkan koran dengan cara dilipat menjadi 2.

Material yang digunakan dalam perancangan magazine rack ini adalah rotan dan pipa galvanis. Penggunaan material rotan dan material pipa galvanis untuk menghasilkan furnitur dengan material yang berbeda dari biasanya. Selain itu penggunaan material rotan dan pipa galvanis juga dapat mengganti material kayu yang banyak digunakan sebagai material furnitur.

Gambar 4.11 Sketsa Magazine Rack Sumber: Data Pribadi

(8)

Sumber: Data Pribadi

5. Tray

Tray adalah sebuah alas atau yang biasa disebut nampan yang berbentuk lingkaran, persegi panjang, dan oval. Tray biasanya digunakan sebagai alas untuk minuman, makanan, benda pajangan, dan juga tanaman. Fungsi dari tray ini adalah untuk menjaga benda yang ada diatasnya agar jika terjatuh akan tertahan di area tray dan tidak langsung jatuh kebawah.

Dalam perancangan tray ini, terinspirasi dari salah satu bagian dari MetroMini yaitu bagian badan dari kendaraan ini. Bentuk dari badan MetroMini ini kemudian dikembangkan dengan menerapkan pola melingkar untuk mendapatkan bentu yang sesuai.

Material yang digunakan dalam perancangan ini adalah rotan dan pada bagian alasnya menggunakan material triplek untuk memberikan alas yang rata.

Gambar 4.13 Sketsa Tray

Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.14 Bentuk Tray Sumber: Data Pribadi

(9)

4.2 Sistem Operasional

Dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior pada lobi hotel Artotel memiliki sistem operasional yang sustainable yaitu dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dalam perancangan ini furnitur dan aksesoris yang dirancang memiliki kekuatan yang cukup kuat. Selain itu, furnitur dan aksesoris yang dirancang ini dapat dipindah – pindah dengan mudah. Hal tersebut berguna agar dalam pembersihan dapat dipindahkan semetara dan dapat dirubah susunannya sesuai dengan keinginan

4.3 Konsep Warna

Pemilihan warna yang diambil berasal dari warna transportasi yang ada di Jakarta yaitu warna dari MetroMini. Warna – warna tersebut merupakan gambaran dari ciri khas transportasi Jakarta yang sering digunakan oleh masyarakat Jakarta sehari-hari. Penggunaan warna tersebut kedalam furnitur dan aksesoris lobi hotel Artotel untuk menjadi daya tarik bagi pengunjung yang melihat sehingga menjadi aksen dari lobi hotel Artotel.

Gambar 4.15 Konsep Warna Sumber: Data Pribadi

(10)

4.4 Konsep Material

Dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior ini pemilihan material sangatlah penting karena akan mempengaruhi dengan tempat yang akan dirancang. Dari hasil survey secara langsung, hotel Artotel yang memiliki desain menarik dengan menerapkan seni pada interior dan exterior membutuhkan furnitur dan aksesoris interior yang dapat menarik perhatian pengunjung hotel yang melihat.

Maka dari itu, pada lobi hotel Artotel ini membutuhkan konsep yang menarik pada furnitur dan aksesoris interior dengan pemilihan material yang berbeda pada hotel umumnnya di Jakarta. Material yang dipilih dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior hotel Artotel ini adalah rotan dan pipa galvanis.

Pemilihan material kombinasi antara rotan dan pipa galvanis ini untuk menghasilkan desain yang dapat menarik perhatian pengunjung hotel yang melihat dan juga material yang berbeda dari lobi hotel pada umumnya yang menggunakan material kayu sebagai furnitur dan aksesoris interior.

Penggunaan material rotan dan pipa galvanis juga untuk mendapatkan bentuk yang unik dengan memanfaatkan sifat dari rotan yang fleksibel dan pipa galvanis yang kuat. Dengan menggunakan material rotan dan pipa galvanis juga mengurangi penggunaan material kayu yang sudah sangat banyak digunakan pada umumnya di Indonesia. Sehingga material rotan dan pipa galvanis dapat lebih meningkat dan dapat memberi pengetahuan baru bagi pengunjung yang melihat bahwa rotan juga dapat memiliki bentuk, warna, dan gaya yang modern jika dipadukan ke dalam sebuah desain interior yang modern.

Berikut ini adalah jenis material yang digunakan dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior pada lobi hotel Artotel, sebagai berikut:

1. Jenis Material a. Rotan Manau

Rotan Manau yang digunakan adalah rotan yang sudah dikupas bagian kulitnya sehingga rotan terlihat lebih bersih dan modern. Penggunaan rotan pada perancangan furnitur dan aksesoris interior ini juga menyesuaikan dengan konsep yang diterapkan, yaitu untuk menampilkan

(11)

material yang berbeda dari material furnitur dan aksesoris interior yang biasa digunakan pada umumnya pada hotel- hotel di Jakarta. Sehingga penggunaan material rotan untuk mendapatkan bentuk unik dengan memanfaatkan lengkungan yang khas dari rotan. Material rotan Manau ini digunakan sebagai rangka dari kursi, stool, dan meja yang di kombinasikan dengan material piap Galvanis. Rotan Manau yang digunakan dalam perancangan ini berukuran 28mm.

Gambar 4.16 Rotan Manau Sumber: Data Pribadi

b. Rotan Core

Rotan Core adalah rotan yang berukuran kecil dan biasa digunakan sebagai sambungan dan juga sebagai bahan untuk anyaman. Rotan Core yang digunakan dalam perancangan ini adalah berukuran 10mm dan telah dikupas bagian kulitnya sehingga terlihat sama dengan rotan Manau yang digunakan. Penggunaan rotan Core digunakan sebagai rangka karena memiliki kelenturan dan juga kuat sebagai alas untuk permukaan bagian dudukan dan meja.

(12)

Gambar 4.17 Rotan Core Sumber: Data Pribadi c. Pipa Galvanis

Pipa galvanis adalah pipa besi yang sudah proses dengan zinc sehingga tidak akan mengalami korosi sehingga tahan terhadap cuaca. Penggunaan piapa Galvanis dalam perancangan ini dipilih untuk menyesuaikan konsep yang di terapkan yaitu untuk menampilkan material yang berbeda. Pipa galvanis digunakan dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior ini karena memiliki kekuatan yang kuat sebagai rangka bagian kaki dan mudah untuk di dapatkan. Penggunaan pipa Galvanis ini dikombinasikan dengan rotan Manau dan Core pada bagian dudukan kursi dan permukaan meja. Pipa Galvanis yang digunakan dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior ini adalah yang berukuran 25mm

Gambar 4.18 Pipa Galvanis Sumber: Data Pribadi

(13)

d. Kain Polyester

Kain polyester adalah bahan kain yang memiliki serat yang rapat, kuat dan sering digunakan oleh orang-orang dalam membuat sebuah bantalan. Dalam perancangan ini, pemilihan kain polyester karena memiliki serat yang jelas, cukup tebal dan kuat. Kain polyester dalam perancangan ini digunakan sebagai pelapis bantalan pada dudukan kursi. Bahan polyester yang digunakan bernama Trojan Firecrakcer yang merupakan terdiri dari 94% polyester dan 6% cotton. Penggunaan bahan polyester Firecracker menyesesuaikan dengan konsep yang diterapkan dalam perancangan ini yang mengambil konsep dari warna salah satu warna transportasi di Jakarta yaitu Metromini.

Gambar 4.19 Kain Polyester Sumber: www.google.com 4.5 Sistem Konstruksi

Sistem konstruksi yang digunakan dalam pembuatan furnitur dan aksesoris interior ini terbagi menjadi dua, yaitu sistem konstruksi rotan dan sistem konstruksi piap galvanis.

Berikut ini adalah teknik yang digunakan dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior, sebagai berikut:

(14)

Sistem konstruksi rotan yang menggunakan konstruksi Butt Joint, Half Lap Joint, Mortise Tenon, dan juga teknik Dowel.

a. Teknik Butt Joint

Teknik Butt Joint di gunakan untuk menyambung bagian sudut rotan ke bagian rotan yang lain. Dalam teknik ini, bagian ujung rotan dipotong menggunakan alat khusus yang biasa di sebut kip. Alat kip ini menghasilkan ujung rotan terpotong menjadi bulat sehingga dapat membentuk sambungan yang rapi dengan badan rotan yang lain. Dalam menyatukan bagian sudut rotan ini menggunakan skrup sepanjang 4 cm. Dalam perancang furnitur dan aksesoris, teknik ini digunakan pada kursi, magazine rack, dan stool.

Gambar 4.20 Hasil Potong Kip Sumber: Data Pribadi

(15)

Gambar 4.21 Teknik Butt Joint Sumber: Data Pribadi

b. Teknik Half Lap Joint

Teknik Half Lap Joint adalah teknik yang memotong setengah batang rotan menjadi 2 bagian. Teknik ini berguna untuk menyatukan satu batang rotan yang telah dibentuk, sehingga terlihat menjadi satu kesatuan. Dalam menyatukan bagian yang telah dibagi dua tersebut menggunakan skrup sepanjang 4cm. Dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior, teknik ini digunakan pada kursi dan meja.

Gambar 4.22 Teknik Half Lap Sumber: Data Pribadi

(16)

c. Teknik Mortise Tenon

Teknik Mortise Tenon teknik penyambungan rotan dengan membuat lubang (mortise) pada salah satu kayu yang hendak disambung, dan membuat lidah (tenon) untuk dimasukkan pada lubang yang telah dibuat.

Gambar 4.23 Teknik Mortise Tenon Sumber: Data Pribadi d. Teknik Dowel

Teknik Dowel adalah teknik untuk menutup batang rotan yang bolong akibat terkena bor dan skrup. Teknik ini menggunakan rotan yang berukuran kecil 10 – 16 mm yang biasa disebut core. Dengan menggunakan teknik ini, batang rotan akan terlihat rata dan rapi.

Gambar 4.24 Teknik Dowel Sumber: Data Pribadi

(17)

2. Sistem Konstruksi Pipa Galvanis

Dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior ini, pipa galvanis digunakan pada bagian kaki sebagai rangka dari produk yang dibuat. Dalam proses pembuatan bagian rangka tersebut terdapat 2 teknik yang digunakan sebagai sambungan dengan menggunakan teknik las listrik.

Ada 2 macam teknik yang digunakan dalam perancangan rangka ini, teknik tersebut adalah Butt Joint dan teknik Mitered Butt Joint.

a. Teknik Butt Joint

Teknik Butt Joint ini berfungsi untuk menyambungkan 2 buah bagian dari logam dengan menggunakan las. Teknik ini bisa di aplikasikan pada bentuk logam yang persegi, persegi panjang dan bulat. Dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior, teknik ini digunakan sebagai sambungan dalam membentuk rangka dari kursi, meja, dan stool.

Gambar 4.25 Teknik Butt Joint Pada Pipa Galvanis Sumber: Data Pribadi

b. Teknik Mitered Butt Joint

Teknik Mitered Butt Joint berfungsi menyambungkan 2 buah bagian dari logam yang membentuk sudut dengan menggunakan las. Teknik ini bisa di aplikasikan pada bentuk logam yang persegi, pesegi panjang, dan bulat. Dalam perancangan furnitur dan aksesoris interior,

(18)

teknik ini digunakan dalam menyambungkan bagian rangka kaki kursi dan meja.

Gambar 4.26 Mitered Butt Joint Pada Pipa Galvanis Sumber: Data Pribadi

c. Teknik Las Listrik

Dalam proses penyambungan bahan pipa galvanis ini, teknik yang digunakan adalah teknik las listrik. Penggunaan teknik las listrik karena dalam pengerjaannya mudah di jumpai di Jakarta sehingga dapat mempercepat waktu produksi. Hasil dari menggunakan teknik las listrik juga cukup kuat sehingga rangka kaki yang dibuat dapat berdiri dengan baik.

Gambar 4.27 Proses Pengelasan Sumber: Data Pribadi

(19)

4.6 Sistem Finishing

4.6.1 Sistem Finishing Rotan

Proses finishing yaitu proses pemolesan rotan dengan menggunakan pelapis 131oliter yang berfungsi melindungi rotan dari cuaca sehingga menjadi lebih tahan lama. Dalam tahap finishing ini, bahan yang digunakan adalah Propan Aqua Wood Filler dan Propan Aqua Politur.

Propan Aqua Wood Filler adalah pelapis pertama dalam melakukan tahap finishing. Tahapan ini berfungsi untuk menutup lubang yang terdapat pada permukaan rotan sehingga menjadi rata dengan batang rotan. Setelah tahap pelapisan filler selesai, batang rotan kemudian di amplas untuk meratakan filler sehingga menjadi lebih rata. Jenis filler yang digunakan dalam proses ini adalah jenis kayu sungkai. Penggunaan jenis kayu sungkai karena memiliki warna yang hampir sama dengan warna dari rotan.

Gambar 4.28 Aqua Wood Filler Sumber: Data Pribadi

Setelah di amplas kemudia batang rotan di bersihkan dari debu amplas yang menempel untuk dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu pelapisan pertama dengan menggunakan Aqua Politur.

(20)

Propan Aqua Politur adalah pelindung yang dapat digunakan pada kayu dan rotan transparan yang menggunakan campuran air untuk mengencerkannya. Penggunaan pelapis dengan menggunakan bahan campuran air dapat mengurangi penggunaan pelapis berbahan campuran kimia yang dapat merusak lingkungan. Dengan menggunakan pelapis berbahan campuran dasar air ini akan menghasilkan desain yang ramah lingkungan, karena tidak mengandung racun dan tidak berbau menyengat seperti politur yang menggunakan campuran thinner.

Jenis politer yang digunakan dalam proses ini adalah clear gloss. Hasil yang di dapatkan adalah membuat permukaan rotan tampak tetap seperti aslinya dari warna dan seratnya sehingga tampak lebih natural dan juga mengkilap.

Gambar 4.29 Aqua Wood Politur Sumber: Data Pribadi 4.6.2 Sistem Finishing Pipa Galvanis

Dalam tahap ini, rangka pipa yang telah di las kemudian di bersihkan dari bekas sia las dengan cara di gerinda sampai halus. Setelah itu di lapis dengan cat dasar epoxy. Cat dasar ini berfungsi memberi lapisan dasar untuk

menutup bekas sisa dempul dan amplas. Setelah tahap pengamplasan dan pemberian cat dasar selesai, proses selanjutnya adalah pengecatan dengan

(21)

warna yang dipilih. Cat yang digunakan dalam perancangan ini adalah cat duco.

4.7 Proses Produksi

4.7.1 Proses Produksi Rotan

Dalam pengerjaan rotan sampai menjadi sebuah rangka kursi ada beberapa tahapan yang dikerjakan, tahapan tersebut adalah:

1. Pembelian Batang Rotan

Tahap awal dalam perancangan rangka kursi rotan ini adalah membeli material rotan. Rotan yang dibeli sesuai dengan keperluan yang digunakan dalam perancangan ini, yaitu rotan Manau berukuran 28mm dan rotan Core berukuran 10mm.

Gambar 4.30 Rotan Manau Sumber: Data Pribadi

2. Tahap Pengukuran Rangka

Dalam tahap ini, rotan kemudian diukur sesuai dengan rancangan yang telah dibuat untuk kemudian dipotong menjadi beberapa bagian-bagian. Fungsi dari pengukuran ini untuk memberikan tanda yang berguna sebagai patokan dalam proses pelengkungan. Setelah batang Rotan diberi tanda dan dibagi menjadi beberapa bagian, tahap selanjutnya adalah proses penggabungan rotan.

(22)

Gambar 4.31 Pengukuran Rotan Sumber: Data Pribadi

3. Tahap Penggabungan rangka

Dalam tahap ini, rotan di buat melengkung sesuai dengan rancangan yang telah dibuat dengan menggunakan alat pelengkung dan dibantu dengan dipanaskan api yang berfungsi untuk membuat rotan tidak bergerak setelah di lengkungkan. Kemudian rotan yang telah di lengkungkan di ikat untuk menahan batan rotan agar tetap melengkung sebelum di gabungkan dengan bagian rotan yang lain. Tahap selanjutnya, batang rotan yang telah dilengkungkan digabung dengan menggunakan teknik konstruksi rotan dan kemudian di skrup untuk membuat rangka rotan menjadi lebih kuat.

Gambar 4.32 Proses Pembakaran Sumber: Data Pribadi

(23)

Gambar 4.33 Penyatuan Rangka Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.34 Rangka Kursi Sumber: Data Pribadi

4. Tahap Finishing

Setelah semua rangka jadi, tahap selanjutnya adalah proses finshing. Dalam tahap ini, rangka rotan yang sudah jadi ditutup dengan dowel pada bagian lubang skrup sehingga tidak ada lubang pada batang rotan. Tahap selanjutnya adalah proses amplas yang berfungsi membuka pori rotan dan membuang serabut rotan yang menempel dan kemudian di lapis dengan lapisan pertama. Setelah tahap pertama kemudian di amplas ulang dengan amplas halus

(24)

secara mengambang dan kemudian dilapis lagi dengan lapisan kedua. Tahap ini kemudia di ulang 2 kali untuk mendapatkan finishing yang merata.

Gambar 4.35 Proses Pengamplasan Sumber: Data Pribadi

Gambar 4.36 Proses Penyemprotan Politur Sumber: Data Pribadi

(25)

4.7.2 Proses Produksi Pipa Galvanis

Dalam perngerjaan teknik las listrik ada beberapa tahapan yang biasa dilakukan sampai dengan logam jadi sebuah benda, berikut tahapan tersebut:

1. Pengukuran Bahan logam

Dalam proses ini, bahan logam yang digunakan diukur seusai dengan keperluan yang akan dibuat. Setelah diukur proses selanjutnya adalah tahap pemotongan menjadi beberapa bagian. Setelah bahan logam tersebut menjadi beberapa bagian, tahapa selanjutnya adalah proses penyatuan bagian.

2. Proses Las

Dalam tahap ini, beberapa bagian yang telah di susun menjadi sebuah rangka kemudia di las dengan mnggunakan mesin las listrik. Mesin ini berfungsi menyatukan bagian dengan mengisi celah pada bagian sambungan dengan menggunakan busur listrik yang dipanaskan. 3. Proses Pembersihan

Setelah tahap pengelasan selesai, pada bagian sambungan bisanya terdapat sisa hasil dari busur listrik yang mencair. Dalam proses ini, alat yang digunakan dalam membersihkan adalah mesin gerinda. Mesin ini berfungsi dapat meratakan bagian yang terkena lelehan dari busur listrik yang mengeras sehingga pada bagian sambungan terlihat lebih rapi.

4. Proses Finishing

Setelah proses pembersihan sisa las, tahap berikutnya adalah proses pengecetan. Sebelum dilakukan pengecetan tahap yang dilakukan terlebih dahulu ada pemberian dempul pada bagian yang terkena las. Fungsi dari dempul ini adalah merata dan menghaluskan bagian yang terkena las sehingga terlihat menyatu dengan bagian yang lain. Setelah tahap dempul selesai, tahap berikutnya adalah proses pengecetan dasar dengan menggunakan cat epoxy. Fungsi dari pengecetan dasar ini untuk memberi lapisan awal agar cat lebih menempel pada bagian logam yang dibuat. Tahap berikutnya adalah proses pengecatan sesuai dengan warna yang dipilih. Setelah pengecatan selesai, tahap terakhir adalah proses pelapisan terakhir

(26)

dengan menggunakan pernis. Hasil dari pernis ini membuat bagian yang telah di cat lebih tahan terhadap cuaca dan goresan.

4.7.3 Proses Produksi Bantalan

Dalam pengerjaan bantalan ada beberapa tahapan yang dilakukan sampai dengan bantalan jadi, berikut tahapan tersebut:

1. Pembelian Bahan

Tahap awal dalam pembuatan bantalan ini adalah pembelian bahan kain dan busa. Bahan kain yang di beli adalah kain jenis polyester dan busa tebal 6cm.

2. Proses Pengukuran Kain

Proses selanjutnya adalah pengukuran bahan kain sesuai dengan ukuran dudukan kursi yang dibuat. Setelah di ukur, tahap selanjutnya adalah proses penjahitan.

3. Proses Penjahitan

Proses ini adalah menjahit bahan kain yang sudah diukur menjadi bentuk yang dirancang. Setelah bentuk rangka bantalan jadi kemudian di pasang busa setebal 6cm. Kemudian bantalan dapat diletakkan di atas dudukan kursi dan stool.

4.8 Ergonomi Dan Antropometri

Kenyaman dalam perancangan menyesuakian dengan pengunjung yang datang ke hotel Artotel. Karena pengunjung yang datang berasal dari dalam dan luar negeri membuat rancangan furntur dan aksesoris interior ini juga menyeuaikan bentuk tubuh orang dari luar negeri. Penyesuaian ergonomi ini agar furnitur dan aksesoris interior yang dirancang dapat digunakan oleh semua pemakai dan dapat memberikan kenyamanan dan fasilitas yang baik oleh semua pemakai. Selain untuk memberi kenyamanan, tujuan dari penyesuaian ergonomi ini untuk memberikan ruang gerak dalam peletakkan furnitur dan aksesoris yang telah dirancang sehingga dapat menyesuaikan dengan lobi hotel Artotel Jakarta.

(27)

4.9 Aspek Perhitungan Biaya Produksi

Aspek perhitungan biaya produksi berdasarkan perhitungan desain, penggunaan material, dan biaya produksi.

NO KEPERLUAN Banyak HARGA

1. Rotan Manau 28 mm 7 batang Rp. 250.000

2. Rotan Core 10 mm 2kg Rp. 50.000

3. Biaya produksi pembuatan rotan

3 hari Rp. 225.000

4. Rangka Besi pipa galvanis 25mm x 6000m

4 batang Rp. 495.000

5. Biaya produksi

pembuatan rangka kaki

1 Minggu Rp. 605.000

4. Kaca 6mm, D:54om 1 buah Rp. 150.000

5. Kain Polyester Trojan (Firecracker)

1.5meter Rp. 430.000

6. Biaya produksi pembuatan bantalan

2 hari Rp.250.000

6. Aqua Wood Filler 1 Kaleng Rp. 22.000 7. Aqua Wood Politur 2 Kaleng Rp. 131.000

Jumlah Total Rp. 2.608.000

Tabel 4.1 Tabel Perhitungan Biaya Sumber: Data Pribadi

4.10 Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran dalam perancangan ini dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek, yaitu:

1. Manfaat

a. Manfaat Penggunaan

Memenuhi kebutuhan pengunjung dapat duduk dengan nyaman ketika sedang menunggu,dapat meletakkan barang bawaan di meja, dan

(28)

dapat membaca koran/ majalah pada area yang sebelumnya yang berisi banquet dan stool.

b. Manfaat Pemecahan Masalah

Hasil furnitur dan aksesoris yang dibuat dapat memberikan aksen pada lobi hotel Artotel, sehingga dapat menarik perhatian pengunjung yang melihat sehingga menjadi nilai tambah bagi hotel Artotel.

2. Visualisasi Produk

a. Keistimewaan Produk

Semua produk yang dirancang merupakan furnitur khusus yang dibuat untuk lobi hotel Artotel sehingga furnitur dan aksesoris yang dibuat hanya ada di hotel Artotel Jakarta.

b. Corak dan Bentuk

Furnitur dan Aksesoris yang dirancang menggunakan material rotan yang dipadukan dengan pipa galvanis merupakan furnitur dan aksesoris yang memiliki desain baru sehingga terdapat unsur modern kontemporer sesuai dengan hotel Artotel.

Bentuk dan warna yang menarik dari ciri khas MetroMini memberi kesan artlook pada furnitur dan aksesoris yang dirancang menjadi aksen bagi pengunjung yang melihat.

c. Kemasan Produk

Kemasan produk dalam menggunakan bubble wrap yang di lapis keseluruh bagian berfungsi untuk melindungi furnitur dari benturan. Produk yang sudah di lapis bubble wrap kemudian di masukkan ke kardus yang berukuran sesuai dengan furnitur yang dibuat untuk menghindari kerusakan pada saat pengiriman.

(29)

3. Nilai Tambah Produk a. Kemudahan Instalasi

Furnitur dan aksesoris yang dirancang tidak memerlukan instalasi dalam pemakaiannya, sehingga pihak hotel Artotel dapat menggunakannya langung.

b. Kualitas Produk

Kualitas produk yang dirancang menggunakan material yang telah dipilih dengan pertimbangan dan kualitas yang terbaik. Pemilihan rotan dengan jenis Manau yang merupakan jenis terbaik dan Pipa Galvanis yang merupakan jenis pipa yang kuat dan tahan terhadap cuaca.

(30)

Gambar

Gambar 4.1 Inspirasi bentuk  Dokumentasi pribadi
Gambar 4.5 Sketsa Kursi  Sumber: Data Pribadi
Gambar 4.7 Sketsa Coffee Table   Sumber: Data Pribadi
Gambar 4.9 Sketsa Stool   Sumber: Data Pribadi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan analisis naratif menurut Vladimir Propp untuk mengetahui fungsi karakter dan penggambaran oposisi berlawanan dalam film

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bawang merah (Allium ascalonicum L .) yang dijual di 5pasar di kota Padang didapatkan 5 jenis jamur yaitu :

Halaman 13 dari 19.. Coil dan aksesori memerlukan kondisi khusus dalam hal kompatibilitas elektromagnetis. Coil hanya boleh dipasang dan digunakan dengan sistem magnet MR yang menjadi

dilaksanakan ke dalam RAPBS. Selain program program kegiatan sekolah, dalam RAPBS tersebut juga tercantum sumber dana serta rincian dana yang dibutuhkan guna melaksanakan

Hal-hal yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manajer adalah (1) pemberdayaan orangtua dilakukan kepala sekolah dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk ikut andil

Eunike Verina, Edi Yulianto dan Waris A latief (2014), yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan pembelian pada Toko Fashion di Jejaring Sosial

Cuplikan amort dikarakterisasi dengan Difraktometer Neutron Resolusi Tinggi (DN3) di BAT AN. Data tersebut direduksi dengan memasukkan faktor koreksi wadah quartz, faktor serapan

A Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab dan disampaikan secara mutawatir mendapat pahala jika membacanya.. B Kalam Allah SWT yang