DATA GENDER DAN ANAK
Daerah Istimewa Yogyakarta
v Hal
Kata Pengantar ... Iii
Daftar Isi ... V
Analisis Isu Gender ... 1
BAB I. Pendahuluan ... 3
BAB II. Isu Gender Bidang Kependudukan dan Kemiskinan ... 5
BAB III. Isu Gender Bidang Kesehatan ... 10
BAB IV. Isu Gender Bidang Pendidikan... 16
BAB V. Isu Gender Bidang Ekonomi, Ketenagakerjaan dan UMKM... 22
BAB VI. Isu Gender Bidang Partisipasi Perempuan dalam Kebijakan Publik ... 28
BAB VII. Isu Gender Bidang Sosial ... 32
BAB VIII. Isu Gender Bidang Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak ... 36
BAB IX. ISU dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender di DIY... 43
BAB X. Penutup ... 45
1. Bidang Kependudukan Dan Data Umum ... 47
Tabel 1.1.a Jumlah Dan Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di D.I Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 48
Tabel 1.2.a Jumlah Dan Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di D.I. Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 48
Tabel 1.3.a Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin Dan Kabupaten/ Kota Di D.I. Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 49
Tabel 1.4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG) Dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Menurut Kabupaten/Kota Di D.I. Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2016 ... 50
2. Bidang Kesehatan ... 51
Tabel 2.1. Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota Di D.I. Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 52
Tabel 2.2 Jumlah Kematian Ibu Hamil, Melahirkan, Dan Nifas Menurut Kelompok Usia Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 52
Tabel 2.3. Persentase Penyebab Kematian Ibu Pada Masa Hamil, Melahirkan Dan Nifas Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 53
Tabel 2.4. Persentase Anak Usia Dua Tahun Ke Bawah Dari Wanita Usia 15-49 Tahun Menurut Penolong Kelahiran Terakhir Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 53
Tabel 2.5. Jumlah Dan Persentase Cakupan Ibu Hamil (k1/k/4) Ke Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 54
Tabel 2.6. Jumlah Dan Persentase Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) Pada Ibu Hamil Menurut Kabupaten/Kotadi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 54
Tabel 1.1.b Jumlah Dan Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di D.I Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 48
Tabel 1.2.b Jumlah Dan Persentase Kepala Rumah Tangga Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di D.I. Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 49
Tabel 1.3.b Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin Dan Kabupaten/ Kota Di D.I. Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 50
Tabel
Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016
Dan 2017... 54
Tabel 2.8. Jumlah Dan Persentase Ibu Hamil Yang Beresiko Menurut Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 55
Tabel 2.9.a Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut Jenis Kelamin Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 55
Tabel 2.9.b Jumlah Kasus HIV/AIDS Berdasarkan Asal Penderita Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 56
Tabel 2.9.c Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut Asal Penderita Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Hingga Bulan Maret Tahun 2016 ... 56
Tabel 2.9.d. Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Hingga Bulan Desember Tahun 2017 ... 56
Tabel 2.9.e. Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016
(Jumlah Kumulatif sd Maret 2016) ... 57
Tabel 2.10.a. Jumlah Perkawinan Menurut Usia Perkawinan, Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 57
Tabel 2.10.b Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Usia
Perkawinan Pertama Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2016 Dan 2017 ... 58
Tabel 2.11.a. Jumlah Peserta/Akseptor Keluarga Berencana Menurut Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 58
Tabel 2.12. Unmet Need, Jumlah PUS Dan Jumlah WUS Menurut Kabupaten/Kota Di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2016 ... 59
Tabel 2.13.a. Pengguna Narkotika, Psikotropika Dan Zat Adiktif Lainnya Napza Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2014 Dan 2017 ... 60
Tabel 2.13.b. Data Jumlah Pecandu, Penyalahguna Dan Korban Penyalahguna Yang
Direhabilitasi Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016... 60
3. Bidang Pendidikan ... 63
Tabel 3.1. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang Pendidikan, Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 64
Tabel 3.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Usia, Sekolah, Jenis
Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016
Dan 2017... 65
Tabel 3.3. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Jenjang Pendidikan, Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 65
Tabel 3.4. Angka Melek Huruf (AMH) Menurut Kelompok Umur, Sekolah, Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 66
Tabel 3.5. Jumlah Siswa Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Dan Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 66
Tabel 3.6 Persentase Penduduk Menurut Jenis Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan,
Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2015 Dan 2016 ... 67
2.7. Jumlah Dan Persentse Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Zat Besi (fe)
Tabel 2.9.f. Jumlah Kasus HIV/AIDS Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017
(Jumlah Kumulatif sd Desember 2017) ... 57
Tabel 2.11.b. Jumlah Peserta KB Baru Menurut Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 59
Tabel 3.8. Jumlah Guru Negeri/swasta Menurut Jenjang Pendidikan, Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 68
Tabel 3.9 Jumlah Guru Yang Telah Memperoleh Sertifikasi Menurut Jenjang Pendidikan,
Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ... 68
4. Bidang Sumberdaya Alam (SDA) Dan Lingkungan... 69
Tabel 4.1 Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2017... 70
Tabel 4.2. Dampak Bencana Lingkungan Terhadap Gender Dan Anak Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 73
5. Bidang Ekonomi Dan Ketenagakerjaan ... 75
Tabel 5.1 Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017... 76
Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015, ... 76
Tabel 5.3.a Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Menurut Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 77
Tabel 5.3.b Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Menurut Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun Tahun ... 77
Tabel 5.4 Pekerja Disektor Formal Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017 ... 77
Tabel 5.5 Pekerja Disektor Informal Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017 ... 77
Tabel 5.6 Jumlah Usaha Mikro, Kecil (UMK), Dan Kecil Menengah Menurut Jenis
Kelamin Pengelola Usaha Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 78
Tabel 5.7 Keanggotaan Koperasi Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 78
Tabel 5.8 Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017 ... 79
Tabel 5.9 Jumlah Pekerja Tidak Dibayar Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017 ... 79
Tabel 5.10 Jumlah Dan Persentase Perempuan Pekerja Profesional Dan Manajerial
Menurut Kab./Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017... 79
Tabel 5.11.1 Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Usaha Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017 ... 80
Tabel 5.11.2 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017... 81
Tabel 5.11.3 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2017... 82
6. Bidang Politik Dan Pengambilan Keputusan
6.1. Perempuan Di Lembaga Eksekutif ... 83
Tabel 6.1.1 Jumlah Bupati/walikota Dan Wakil Bupati/walikota Menurut Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 84
2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 vii
Tabel 6.1.2 Jumlah Camat Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun ... 84
Tabel 6.1.3 Jumlah Kepala Desa/Lurah Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 84
Tabel 6.1.4 Jumlah Pejabat Menurut Jenis Jabatan, Jenis Kelamin Di Skpd Kabupaten/
Kota Dan Pemerintah Daerah DIY Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ... 85
Tabel 6.1.5 Jumlah PNS Menurut Golongan, Jenis Kelamin Di SKPD Kabupaten/Kota
Dan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 86
Tabel 6.1.6 Tim Badan Pertimbangan Dan Kepangkatan Menurut Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 86
6.2. Perempuan Di Lembaga Legislatif ...
Tabel 6.2.1 Jumlah Anggota Dprd Menurut Komisi, Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 87
Tabel 6.2.2 Jumlah Calon Legislatif Dan Pengurus Harian Partai Politik Menurut Jenis
Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ... 87
Tabel 6.2.3 Jumlah Pengurus Dan Anggota Kaukus Perempuan Parlemen Menurut
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 88
Tabel 6.2.4 Jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Menurut Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 88
6.3. Perempuan Di Lembaga Yudikatif ... 89
Tabel 6.3.1 Jumlah Jaksa Menurut Jabatan Jaksa, Jenis Kelamin Dan Wilayah Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun ... 89
Tabel 6.3.2 Jumlah Hakim Dan Pejabat Menurut Jenis Jabatan Hakim Dan Jenis Kelamin
Di Pengadilan Tinggi Dan Pengadilan Tinggi Agama Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 89
Tabel 6.3.3 Jumlah Hakim Menurut Jabatan Hakim, Jenis Kelamin Di Pengadilan Negeri
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 90
Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 ... 90
Tabel 6.3.4 Jumlah Pejabat Kepolisian Menurut Jenis Kelamin Dan Wilayah Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun ... 90
7. Bidang Hukum Dan Sosial Budaya
7.1. Jumlah Penghuni Lapas ... 91
Tabel 7.1 Jumlah Penghuni Lapas Dan Rutan Menurut Status, Jenis Kelamin, Dan
Kategori Usia Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 92
7.2. Penduduk Lanjut Usia (LANSIA) ... 93
Tabel 7.2 Penduduk Lansia (Lanjut Usia Terlantar) Menurut Jenis Kelamin Dan
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 93
7.3. Penyandang Disabilitas (PENDA) ...
Tabel 7.3.a Jml Penyandang Disabilitas, Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 93
Tabel 7.3.b Jml Anak Dengan Kedisabilitasan Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 94
7.4. Jumlah Perceraian ... 94
Tabel 7.4.1 Jumlah Kasus Perceraian Yang Diputus Di Pengadilan Agama Menurut
Sumber Permohonan Dan Wilayah Pengadilan Agama Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 94
Tabel 7.4.2 Jumlah Kasus Perceraian Yang Diputus Di Pengadilan Negeri Menurut
Sumber Permohonan Dan Wilayah Pengadilan Negeri Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 94 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 viii
Tabel 8.1.1 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut Kelompok Umur Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 96
Tabel 8.1.2 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut Tingkat
Pendidikan Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ... 97
Tabel 8.1.3 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut Status
Pekerjaan Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ... 92
Tabel 8.1.4 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut Status
Perkawinan Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ... 98
Tabel 8.1.5.a Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut Jenis
Kekerasan Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2016... 98
Tabel 8.1.5.b Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut Jenis Kekerasan Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2017... 99
Tabel 8.1.6 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut Tempat
Kejadian Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun ... 99
Tabel 8.1.7 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurutjenis
Layanan Yang Diberikan Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 100
Tabel 8.1.8 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Menurut
Frekuaensi Kekerasan Dan Lokasi Lembaga Layanan Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 101
Tabel 8.1.9.a Jumlah Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Yang Terlaporkan .... Menurut Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan Dan Lokasi Lembaga
Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 ... 102
Tabel 8.1.9.b Jumlah Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Yang Terlaporkan
Menurut Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan Dan Lokasi Lembaga
Layanan Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017 ... 102 Tabel 8.1.10.a Jumlah Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Yang
Terlaporkan Menurut Status Pekerjaan Dan Hubungan Dengan Korban
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 ... 103 Tabel 8.1.10.b Jumlah Pelaku Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak Yang
Terlaporkan Menurut Status Pekerjaan Dan Hubungan Dengan Korban
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017 ... 103 Tabel 8.2.1.a Jumlah Korban Perdagangan Orang Menurut Kelompok Umur Jenis Kelamin
Dan Wilayah Yang Ditangani Polres/Polda Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2016... 103
Tabel 8.2.2.a Jumlah Pelaku Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Tingkatan Proses Hukum, Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2016 ... 104 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017
Tabel 8.2.1.b Jumlah Korban Perdagangan Orang Menurut Kelompok Umur Jenis Kelamin Dan Wilayah Yang Ditangani Polres/Polda Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2017... 104
Tabel 8.2.2.a Jumlah Pelaku Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut Tingkatan Proses Hukum, Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2016 ... 104 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017
Tabel 9.8.1.b. Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Menurut Jenis ABK, Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017 ... 113 9. Data Anak
9.1. Kekerasan Terhadap Anak ... 105
Tabel 9.1.1.a Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Yang Ditangani Menurut Jenis
Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Dan Status Perkawinan
Tahun 2016... 106 Tabel 9.1.1.b Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Yang Ditangani Menurut Jenis
Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Dan Status Perkawinan
Tahun 2017... 107
Tabel 9.1.2 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Yang Ditangani Forum
Perlindungan Korban Kekerasan Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Jenis
Kekerasan Tahun 2016 Dan 2017 ... 107
Tabel 9.1.3 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Yang Ditangani Forum
Perlindungan Korban Kekerasan Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut
Tempat Kejadian Tahun ... 108
Tabel 9.1.4 Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Anak Yang Ditangani Forum
Perlindungan Korban Kekerasan Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut
Jenis Pelayanan Yang Diberikan Tahun ... 108
Tabel 9.2 Jumlah Anak Yang Hidup Di Jalan Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 109
Tabel 9.3 Jumlah Anak Terlantar Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 109
Tabel 9.4 Jumlah Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Menurut Jenis Kelamin Dan
Asal Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 110
Tabel 9.5 Persentase Penduduk Umur 0-17 Tahun Menurut Kabupaten/kota Dan
Kepemilikan Akta Kelahiran Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
... 110
Tabel 9.6.a Jumlah Anak Yang Memanfaatkan Telepon Sahabat Anak DIY Menurut Jenis
Kelamin Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 110
Tabel 9.6.b Jumlah Anak Yang Memanfaatkan Telepon Sahabat Anak DIY Menurut Jenis
Layanan Dan Jenis Kelamin Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
... 110
Tabel 9.7.a Jumlah Panti Asuhan Dan Anak Yang Ditampung Di Panti Asuhan Menurut
Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2015 Dan 2016 ... 109
Tabel 9.7.b Rekap Panti Asuhan Di DIY Berdasarkan Jenis Pelayanan Tahun 2017 ... 111
9.8. Anak Berkebutuhan Khusus ... 112 Tabel 9.8.1.a. Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Menurut Jenis ABK, Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 ... 112
Tabel 9.8.2 Jumlah Fasilitasi Kesehatan Yang Melayani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Menurut Jenis Pelayanan Kesehatan Dan Kabupaten/Kota Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017... 114
... 114
Tabel 9.8.4 Jumlah Sekolah Inklusif (ABK, Anak Anak Cerdas Dan Berbakat), Jumlah
Ruang Kelas Dan Jumlah Siswa Menurut Jenjang Pendidikan Dan Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 115
Tabel 9.8.5 Jumlah Forum Komunikasi Keluarga ABK Menurut Bentuk Dan Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 115
9.9. Anak Berhadapan Dengan Hukum (ABH) ... 116
Tabel 9.9 Jumlah Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum Menurut Jenis Kelamin Dan
Asal Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Dan 2016 ... 116 9.10. Data Tumbuh Kembang Anak ... 116
Tabel 9.10.1 Angka Melek Huruf (AMH) Menurut Kelompok Umur, Sekolah, Jenis Kelamin
Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
Tabel 9.10.2 Jumlah Siswa Putus Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Dan Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 117
9.11. Data Kelangsungan Hidup ... 117
Tabel 9.11.1 Jumlah Kematian Bayi Dan Balita Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun ... 117
Tabel 9.11.2 Jumlah Balita Mendapatkan Imunisasi Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah
Istimewa Yogyakartatahun ... 118
Tabel 9.11.3 Jumlah Bayi Dengan Berat Badan Rendah Menurut Kebangsaan, Jenis
Kelamin Dan Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016
Dan 2017... 118
Tabel 9.11.4 Jumlah Bayi Mendapatkan Asi Ekslusif Selama 6 Bulan Menurut Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 119
Tabel 9.11.5 Jumlah Kasus Balita Gizi Kurang Dan Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun ... 119
Tabel 9.11.6 Jumlah Putusan Dispensasi Kawin Yang Diputuskan Oleh Pengadilan
Agama Tahun 2015, ... 120
10. Data Kelembagaan ... 121 10.1 Kelembagaan Pengarusutamaan Gender... 122 A. Kesehatan
Tabel 10.1.1 Jumlah Pokjatap Gsi, Satgas Gsi, Rumah Sakit Sayang Ibu Dan Bayi Dan
Kelompok Suami Siap Antar Jaga (SIAGA) Dan Kader Bina Keluarga Balita
(BKB) Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 .. 122 B. Pendidikan
Tabel 10.1.2 Jumlah Pokjatap Penurunan Buta Aksara Perempuan (PBAP) Dan Gugus Tugas
PBAP Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016
Dan 2017... 123 C. Ekonomi
Tabel 10.1.3 Jumlah Desa "PRIMA" (Perempuan Indonesia Maju Mandiri) Menurut
Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017 ... 124
Tabel 10.1.4 Program P2WKSS, Jumlah Umkm, Koperasi, Kelompok Usaha Mikro Kecil
Menengah Perempuan, Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun ... 126 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017... 116 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2016 Dan 2017 2015 Dan 2016
Tabel 10.1.4 Program P2WKSS, Jumlah Umkm, Koperasi, Kelompok Usaha Mikro Kecil
Menengah Perempuan, Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2016 Dan 2017 ... 126
xii D. PUG
Tabel 10.1.5.a Forum Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (PKHP), Forum Peningkatan Produktifitas Ekonomi Perempuan (PPEP), Forum Perlindungan Perempuan,... Focal Point Gender Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2015 ... 127 Tabel 10.1.5.b Forum Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (PKHP), Forum Peningkatan
Produktifitas Ekonomi Perempuan (PPEP), Forum Perlindungan Perempuan, Focal Point Gender Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2016... 127
E. Perlindungan Perempuan Dan Anak
Tabel 10.1.6 Daftar Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak
(P2TP2A) Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2016... 128 Tabel 10.1.7.a Lembaga Yang Bergerak Dalam Perlindungan Perempuan Dan Anak
Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016... 129 Tabel 10.1.7.b Lembaga Yang Bergerak Dalam Perlindungan Perempuan Dan Anak
Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2017... 129
Tabel 10.1.8 Lembaga/Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Anak Menurut Kabupaten/
Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015... 130
Tabel 10.2.1 Jumlah Kelembagaan Tumbuh Kembang Dan Kelangsungan Hidup Anak
Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015
Dan 2016 ... 131
10.2.2. Kelembagaan Partisipasi Anak
Tabel 10.2.2.a Jumlah Kelembagaan Partisipasi Anak Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 ... 133 Tabel 10.2.2.a Jumlah Kelembagaan Partisipasi Anakmenurut Kabupaten/Kota Di Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2017 ... 132 10.2.3. Kelembagaan Mendorong Lingkungan Kondusif Bagi Anak
Tabel 10.2.3 Jumlah Kelembagaan Untuk Mendorong Lingkungan Yang Kondusif Bagi
Anak Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015,
2016, 2017 ... 134 Indeks ... ... 135
Tabel 10.1.5.b Forum Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan (PKHP), Forum Peningkatan Produktifitas Ekonomi Perempuan (PPEP), Forum Perlindungan Perempuan, Focal Point Gender Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2017... 128
Tabel 10.2.1 Jumlah Kelembagaan Tumbuh Kembang Dan Kelangsungan Hidup Anak
1. Latar Belakang
"Upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran & produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang semakin melebar". Butir nomor 2 dari norma pembangunan tersebut menguatkan peran gender sebagai salah satu mainstreaming pembangunan sebagaimana tata kelola pemerintahan yang baik dan pembangunan keberlanjutan. Tingginya capaian kinerja pembangunan dari tahun ke tahun ternyata masih memperlihatkan margin kesenjangan yang relatif tetap sebagaimana ditunjukkan oleh perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) laki-laki dan perempuan maupun Indeks Pemberdayan Gender.
Menyadari bahwa Informasi yang menggambarkan kondisi perempuan dan laki-laki serta kelompok rentan dalam penyelenggaraaan pembangunan dari berbagai sudut pandang secara komprehensif dalam bentuk data terpilah mutlak diperlukan baik oleh pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Daerah DIY telah mengambil langkah-langkah strategis dalam membangun sistem penyelenggaraan data gender dan anak di DIY. antara lain:
1. Menyusun Kompilasi Data Terpilah Gender dan Anak yang update setiap tahunnya. Dan
membangun Sistem Informasi Gender dan Anak (SIGA) yang dapat diakses melalui media web site.
2. Pembentukan Forum Penyelenggara Data Gender dan Anak dibentuk Forum Penyelenggara Data
Gender dan Anak di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang ditetapkan melalui melalui SK Gubernur DIY Nomor 23/KEP/2012. Forum ini difungsikan sebagai wadah koordinasi penyelenggara data terpilah gender dan anak di DIY.
3. Penetapan Peraturan Gubernur DIY Nomor 53 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Data Gender dan Anak. Yang memberikan pedoman penyelenggaraan data dan format data. Dengan Peraturan Gubernur ini diharapkan perhatian lebih besar akan diberikan kepada Penyelenggaraan Data Gender dan Anak di OPD maupun Kabupaten/Kota oleh para pengampu kebijakan. Hal ini akan berdampak pada tersedianya data terpilah gender dan anak yang lebih lengkap di OPD maupun Kabupaten/Kota.
Sebagai langkah pengembangan dari data terpilah gender dan anak yang sudah di kompilasi, dilakukan analisis isu-isu gender tiap bidang mencakup bidang kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi, ketenagakerjaan serta perlindungan perempuan dan anak untuk menemukenali isu-isu gender di masing-masing bidang.
2. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan isu gender per bidang tahun 2018 ini adalah untuk mendokumentasikan isu isu gender yang ditemukan dan penting untuk menjadi perhatian para pengambil kebijakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Dokumen ini juga memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak dalam perencanaan kebijakan/program/kegiatan yang lebih responsif gender sehinga tujuan pembangunan yang berkeadilan dapat semakin cepat terwujud.
Isu Gender DIY tahun 2018
3. Metode Pengumpulan Data dan Analisa
Penyusunan dokumen isu gender per bidang ini dilakukan dengan mengumpukan data dan informasi dari berbagai sumber melalui :
1. Desk study- studi literatur
2. Pengumpulan data umum dari BPS, data sektoral OPD DIY dan Kabupten/kota serta dari organisasi
non pemerintah yang terkait,
3. Diskusi terfokus per bidang yaitu bidang Pendidikan & Kesehatan, bidang ekonomi dan
ketegakerjaan, bidang sosial budaya, Kelembagaan PUG, Bidang perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan untuk validasi data sektoral yang telah terkumpul, menggali isu gender sektoral, praktek baik dan tantangan dalam mendorong kesetaraan dan keadilan gender.
Analisa data dilakukan dengan methode deskriptif kuantitatif serta deskriptif kualitatif. Analisa data juga dilakukan dengan membandingkan data wilayah dan jenis kelamin untuk dapat melihat dengan lebih jelas kondisi laki-laki dan perempuan untuk tiap jenis data. Hasil analisa data tersebut selanjutnya disusun menjadi kesimpulan dan rekomendasi bagi kebijakan/program yang lebih responsif gender.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penyusunan isu gender di DIY tahun 2018 ini bersumber dari data sekunder OPD Kabupaten/Kota dan Pemda DIY, Kementerian Agama, Pengadilan Agama, Polda/Polres, data yang diolah dari BPS dan Sumber data lain seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Data yang didapat dari LSM, hasil penelitian dan kajian gender juga menjadi bahan yang memperkaya analisa disamping data primer yang diperoleh dari hasil FGD yang dilaksanakan pada pada bulan April 2018
5. Limitasi
Keterbatasan informasi, sumber data yang tidak menggambarkan relasi gender juga menjadikan data gender yang disajikan ini tidak mencakup semua bidang dan sektor.
6. Sistematika Penulisan
Sistematika laporan isu Gender dan Anak Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2018 ini terdiri dari 10 bab.
ØBAB I menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan,penggalian dan analisa data,
sumber data, limitasi dan sistematika penulisan.
ØBAB II. isu gender di DIY Bidang Kependudukan dan Kemiskinan
ØBAB III. Isu Gender Bidang Kesehatan
ØBAB IV. Isu Gender Bidang Pendidikan
ØBAB V. Isu Gender Bidang Ekonomi, Ketenagakerjaan & UMKM
ØBAB VI Isu Gender Bidang Partisipasi Perempuan dalam Kebijakan Publik
ØBAB VII. Isu Gender Bidang Sosial
ØBAB VIII. Isu Gender Bidang Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
ØBAB IX. Isu dalam Implementasi Pengarusutamaan Gender di DIY
ØBAB X. Penutup
Penduduk adalah sumberdaya sekaligus penerima manfaat pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas menjadi modal dalam pembangunan, sebaliknya bila sumberdaya manusia tidak berkualitas maka akan menjadi beban pembangunan. Berdasarkan proyeksi BPS, Jumlah Penduduk DIY tahun 2017 sebanyak 3.762.167 jiwa dimana 50,54% nya adalah perempuan. Sementara data Dukcapil sedikit berbeda, dimana jumlah penduduk DIY tahun 2017 sebanyak 3.606.780 dengan persentase perempuan 50,22%. Artinya jumlah perempuan lebih banyak dibanding dengan penduduk laki-laki di semua kabupaten/kota kecuali kabupaten Sleman dimana Jumlah perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki. Komposisi ini cenderung tidak berubah sejak tahun 2014.
Data penduduk DIY menurut kelompok umur berdasarkan data BPS dan Dukcapil pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Komposisi penduduk DIY dari dua sumber data tersebut memperlihatkan profil yang sama dimana jumlah laki laki lebih banyak disemua kategori umur, kecuali pada penduduk usia diatas 51 tahun. Komposisi penduduk berdasar usia tentu berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan yang berbeda dari setiap kelompok usia dan jenis kelamin. Tingginya jumlah penduduk usia lanjut disatu sisi menunjukkan keberhasilan pembangunan. Namun disisi lain, lansia yang tidak produktif, terlebih lansia miskin akan menjadi beban pembangunan. Dinamika kependudukan ini harus menjadi perhatian dalam menyusun rancangan kebijakan dan program pembangunan. Beberapa catatan penting bidang kependudukan antara lain:
1
1. Komposisi penduduk usia tidak produktif yang besar
Jumlah penduduk tidak produktif yang besar menjadikan beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif semakin berat. Begitupun dengan tanggung jawab negara dalam memenuhi kebutuhan, utama kebutuhan dasar penduduk tidak produktif akan mempengaruhi skema dan pembiayaan untuk proteksi sosial. Jumlah balita, remaja dan penduduk usia muda 19-24 tahun yang besar ini berkorelasi dengan kebutuhan sarana prasarana kesehatan, pendidikan juga ketersediaan lapangan pekerjaan yang besar. Komposisi penduduk usia muda ini lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Kodisi ini berbeda untuk kelompok penduduk usia tua, baik pre lansia, lansia maupun post lansia dimana perempuan jauh lebih banyak dibanding laki-laki. Persentase penduduk lanjut usia yang besar membutuhkan layanan kesehatan utamanya layanan kesehatan untuk penyakit degeneratif, konseling dan kegiatan yang menghambat penurunan fungsi faal dan psikososial. Ketersediaan jaminan sosial dan layanan kesehatan yang memadai menjadi kebutuhan utama lansia tidak produktif.
2. Kesejahteraan Kepala Keluarga (KK) Perempuan.
Berdasarkan data BPS Persentase perempuan kepala keluarga mengalami penurunan dari 19,23% di tahun 2016 menjadi 18,50% di tahun 2017, kecuali di Gunungkidul dan Kota Yogyakarta yang konsisten meningkat dari tahun ke tahun. Namun merunut pada data Dukcapil, sebaliknya terjadi peningkatan jumlah perempuan kepala Keluarga baik di DIY maupun Kabupaten kota kecuali Sleman. Data Dukcapil memperlihatkan Persentase Kepala Keluarga perempuan di DIY mencapai 18,55%, naik 0,25% dari tahun 2016. Perbedaan data ini muncul karena dasar perhitungan yang berbeda, dimana
umur BPS Dukcapil L P % L P % 0-5 th 169.9 19 162.6 55 8,84% 140.682 130.467 7,50% 6-12 th 193.8 97 183.8 15 10,04% 190.719 179.305 10,23% 13-17 th 135.7 93 129.7 44 7,06% 137.618 130.481 7,41% 18-50 th 930.1 13 929.1 16 49,42% 878.868 869.577 48,35% > 51 th 431.1 47 495.9 68 24,64% 455.260 503.376 26,51%
1 catatan, bahwa data kependudukan menyajikan data penduduk usia >51 tahun. Menurut pengkategorian usia diatas 51 th
sampai 59 tahun masih tergorong kategori pre lansia, sementara lansia adalah penduduk berusia >60 tahun. Data kependudukan ini masih sangat mungkin untuk diolah sehingga kebutuhan data untuk perencanaan kebijakan bagi lansia bisa merunut baik pada data BPS maupun Dukcapil.
Isu Gender DIY tahun 2018
Dukcapil memperlihatkan data peduduk yang dilayani oleh pemerintah kabupaten/kota. Peningkatan jumlah perempuan kepala keluarga bisa mengindikasikan meningkatnya kematian laki-laki kepala keluarga yang sejalan dengan data usia harapan hidup perempuan DIY yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Mengingkatnya KK perempuan juga bisa disebabkan karena perceraian, meski data perceraian memperlihatkan terjadinya penurunan kasus. Jika data kematian bisa dilacak, maka akan terlihat apakah peningkatan jumlah KK perempuan terjadi pada rentang usia produktif atau usia tidak produktif. data ini menjadi basis penyusunan kebijakan yang tepat terkait kesejiahteraan KK perempuan. Proteksi sosial atau peningkatan akses dan partisispasi ekonomi diharapkan mampu setidaknya mempertahankan tingkat kesejahteraan KK perempuan baru.
3. Kesenjangan tingkat kesejahteraan penduduk antar wilayah.
Kesenjangan penduduk antar daerahmemperlihatkan gap yang cukup lebar. Gunungkidul memperlihatkan tingkat kesejahteraan yang paling rendah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu indikator kualitas hidup manusia memperlihatkan bahwa Gunungkidul merupakan satu satunya wilayah di DIY yang berada dibawah rata-rataIPM DIYdengan peningkatan IPM yang paling rendah.
2
Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang merupakan perbandingan IPM laki-laki dengan IPM perempuan level kabupaten tidak dapat diperlihatkan karena ketersediaan data yang terbatas. Namun merujuk pada data, pada tahun 2016 terjadi penurunan IPG DIY dari 94,41 menjadi 94,27, dipastikan masih terjadi kesenjangan kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan di semua wilayah. Data 5 tahun terakhir memperlihatkan kesenjangan IPM perempuan & IPM laki-laki relatif tinggi dan stagnan di atas 4%, kecuali Kota Yogyakarta dengan kesenjangan terendah dibawah 2%, sementara Gunungkidul adalah daerah dengan kesenjangan tertinggi diatas 15%.
Kesenjangan ini juga bisa dilihat dari data Gini rasio. Terlihat bahwa terjadi peningkatan gini rasio di DIY dari 0,425 menjadi 0,44 per September 2107. Gini rasio DIY jauh diatas gini rasio Indonesia yang pada tahun 2017 sebesar 0,391. Peningkatan gini rasio menunjukkan bahwa manfaat pembangunan lebih banyak dinikmati oleh warga yang lebih sejahtera, sementara yang miskin semakin terpuruk. Sementara bila dilihat dari tempat tinggal, gini rasio perkotaan lebih tinggi dibanding perdesaan menunjukan bahwa kesenjangan di perkotaan lebih lebar dibanding kesenjangan di perdesaan. Kesenjangan kesejahteraan penduduk perkotaan semakin lebar, yang bisa disebabkan karena terbatasnya sumberdaya yang bisa diakses oleh penduduk miskin perkotaan karena keterbatasan kapasitas seperti pendidikan, life skill, akses baik informasi maupun modal. Hal baiknya adalah terjadi penurunan gini rasio di perdesaan dari 0,343 menjadi 0,317 di tahun 2017, artinya kesenjangan penduduk perdesaan semakin berkurang.
2
Tidak tersedia data IPG dan IDG kabupaten/kota tahun 2016
Gini rasio maupun IPM-IPG masih memperlihatkan bahwa distribusi sumberdaya pembangunan belum cukup memberikan hasil yang mengarah pada penurunan kesenjangan antar wilayah maupun kesenjangan kesejahteraan antar jenis kelamin.
4. Tingginya Kemiskinan Perdesaan & Meningkatnya jumlah penduduk miskin
perkotaan.
Data berikut memberikan gambaran kondisi kemiskinan DIY
o Persentase penduduk miskin di D.I. Yogyakarta pada September 2017 sebesar 13,02 persen,.
Kulonprogo adalah wilayah dengan persentase kemiskinan tertinggi mencapai 20,03 % disusul Gunungkidul sebanyak 18,655%.
o Kemiskinan perkotaan berada pada kisaran 11% sementara kemiskinan perdesaan mencapai
3 15,86%. Kesenjangan kemiskinan perkotaan dan perdesaan mencapai 4,86%
o Meskipun jumlah dan persentase penduduk miskin mengalami penurunan dari tahun ketahun,
namun point penurunannya semakin rendah. Di tahun 2017 persentase penduduk miskin turun 0,32 point, jauh lebih rendah dibanding penurunan tahun sebelumnya yang mencapai 1,57 point.
o Sektor pangan masih menjadi penyumbang kemiskinan terbesar mencapai 71,32%, Beras dan rokok
menjadi 5 besar komoditas penyumbang kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan. sementara Perumahan dan bensin menyumbang kemiskinan terbesar dalam sektor non makanan. Karakteristik pola konsumsi pangan penduduk Yogyakarta, terutama di perdesaan dimana asupan kalori sangat rendah berkontribusi besar pada tingginya kemiskinan di DIY.
550,23
494,94
488,53
14,91 13,34
13,02
Tahun 2015 tahun 2016 tahun 2017
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
di DIY th
2015-2017
Jumlah (000) %
Isu Gender DIY tahun 2018
Grafik 2.4 0,425 0,44 0,435 0,447 0,343 0,317 2016 2017
DIY perkotaan perdesaan
3 Laporan Perkembangan Perekonomian DIY Triwulan IV 2017, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY
Rekomendasi
qKetersediaan data penduduk menurut rentang usia yang lebih spesifik, seperti misalnya penduduk
usia bayi, usia 1-4 tahun (balita), dan 5-17 tahun ( anak) ,18-50 tahun, 51-59 tahun ( pre lansia) , 60-69 tahun ( lansia) dan diatas 70 tahun (post lansia), sehingga data kependudukan ini bisa dimafaatkan secara optimal dalam penyusunan perencanaan pembangunan, sesuai kebutuhan OPD.
qKetersediaan data kemiskinan terpilah jenis kelamin dan jenis kemiskinan sehingga rumusan
kebijakan/program/kegiatan relevan dengan data kemiskinan yang sesungguhnya.
qReview Rencana Aksi penanggulangan kemiskinan yang menjadi acuan para pihak, baik
OPD, desa maupun masyarakat sipil. Evaluasi program penanggulangan kemiskinan untuk mengukur bukan hanya output, namun capaian outcome dan dampak kebijakan penanggulangan kemiskinan bagi laki-laki, perempuan & kelompok rentan miskin. Evaluasi ini sekaligus untuk mendapatkan input bagi perbaikan kebijakan, sasaran, pendekatan, dan mekanime yang lebih efisien dan efektif, mengingat masih tingginya angka kemiskinan maupun kesenjangan antar penduduk, baik di perkotaan maupun perdesaan. Keterbukaan akses terhadap sumberdaya, peningkatan partsipasi penduduk miskin dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan mempersempit gini rasio.
o Kebijakan dan program untuk mereduksi besarnya pengeluaran untuk perumahan, bensin dan
pendidikan, yang berkontribusi besar pada kemiskinan. Kebijakan kepemilikan rumah bersubsidi, sewa rusun murah yang tepat sasaran, beasiswa pendidikan (meski ada BOS, namun ada komponen biaya pendidikan yang cukup besar seperti transportasi, seragam, buku LKS), ketersediaan sarana tranportasi umum yang murah dan menjangkau seluruh kawasan, dengan pertimbangan waktu tempuh (sekaligus mengurai kepadatan lalulintas dan pengurangan emisi gas buang). Kebijakan ini juga ditunjang dengan edukasi diversifikasi makanan pokok non beras serta mereduksi pengeluaran untuk rokok misalnya melalui budaya PHBS., Kebijakan pangan lokal juga berkontribusi untuk mengurangi ketergantungan pada beras dan menurangi belanja beras.
o Mengingat semakin masifnya penggunaan gadget, juga trend komunikasi dan bisnis melalui
internet, penting untuk memasukkan komoditi pulsa/paket data dalam kebutuhan komoditi dasar,.
qMembangun basis literasi dan dokumentasi praktek baik & pembelajaran terkait
pengendalian jumlah penduduk dan kemiskinan terutama dari aspek agama dan budaya. Basis l i t e r a s i i n i s e k a l i g u s m e n d o k u m e n t a s i k a n p r a k t e k b a i k & p e m b e l a j a r a n kebijakan/program/pendekatan yang telah dilakukan dalam mendorong pengurangan kemiskinan dan pengendalian penduduk. Misalnya mengumpulkan dalil agama yang mendukung pengaturan kelahiran, sehingga meminimalkan penolakan
qMenguatkan koordinasi para pihak, untuk membangun sinergitas, meningkatkan efisiensi dan
efektifitas program pengendalian penduduk dan kemiskinan. Transparansi dan akuntabilitas program akan meningkatkan kepercayaan dan dukungan para pihak terhadap kebijakan dan program yang dijalankan oleh masing-masing institusi.
Banyak capaian pembangunan kesehatan yang telah dicapai, seperti tingginya usia harapan hidup DIY, turunnya angka kematian ibu, juga terobosan dalam deteksi dini HIV-AIDs yang memunculkan banyaknya kasus HIV-AIDs di Sleman. Upaya membangun basis literasi terkait vaksin dari aspek teknologi dan tafsir agama juga menjadi catatan keberhasilan penanganan kasus penolakan vaksinasi yang pernah terjadi di DIY. Aksesibilitas layanan kesehatan bagi kelompok rentan termasuk layanan kesehatan jiwa di Puskesmas patut mendapat apresiasi. Meski banyak capaian yang telah diraih, namun beberapa data menujukkan masih ditemukannya isu gender bidang kesehatan yang penting mendapat perhatian antara lain:
1. Angka Harapan Hidup (AHH) memperlihatkan selisih yang semakin besar antara
laki-laki dan perempuan.
AHH perempuan mengalami peningkatan yang lebih baik di banding laki-laki, sehingga selisih AHH menjadi semakin lebar. Meski Sleman dan Kulonprogo memperlihatkan penurunan AHH perempuan, namun rerata AHH perempuan meningkat lebih banyak dibanding laki-laki.
2. Tingginya Kematian ibu,
Jumlah kematian ibu menurun dari 39 kasus di tahun 2016 menjadi 34 kasus di tahun 2017. Gunungkidul menjadi wilayah yang berkontribusi paling besar dengan 12 kasus menggeser Bantul yang turun dari 12 menadi 9. Bantul dan Gunungkidul masih memiliki PR yang besar berkaitan dengan kematian ibu, mengingat dalam 3 tahun terkahir dua kabupaten ini memiliki jumlah kematian ibu yang tinggi. Kematian ibu dengan usia >35 tahun berhasil ditekan dengan signifikan, berkurang lebih dari 50%, namun justru terjadi peningkatan jumlah kematian ibu pada rentang usia 20-35 th.
BAB III.
Isu Gender Bidang Kesehatan
72,90 76,54
72,92 76,59
Laki laki perempuan
AHH di DIY th 2015-2016
2015 2016
sumber DInkesDIY 2017
PERSENTASE KEMATIAN IBU TAHUN MENURUT KABUPATEN/KOTA DI DIY 2017
Sumber Dinkes DIY, 2017
Trend kematian ibu yang fluktuatif (naik turun) mengindikasikan bahwa persoalan kematian ibu bukan hanya soal kesehatan semata, namun penting untuk melihat bagaimana pengaruh bidang lain terhadap kematian ibu. Ketersediaan dan akses terhadap sarana prasarana transportasi, tingkat ekonomi keluarga, cara/gaya hidup, juga relasi kuasa berkontribusi langsung maupun tidak langsung terhadap adanya kematian ibu. Berikut adalah data & layanan yang terkait dengan kesehatan ibu:
lMeski pada tahun 2017, 100% ibu hamil mendapatkan layanan K1, namun 8,15% ibu hamil tidak
mendapatkan pelayanan K4. Persentase cakupan layanan K4 ini menurun dibanding tahun 2016. Data juga memperlihatkan bahwa semua kabupaten/kota kecuali Sleman mengalami menurunan cakupan layanan K4, namun Gunungkidul masih merupakan wilayah dengan layanan K4 paling rendah hanya mencapai 86,02%. Sementara itu 10% ibu hamil di DIY juga tidak mendapat layanan imunisasi TT. Persentase bumil tidak mendapat imunisasi TT di Sleman 28,3% sedangkan Bantul dan Kulonprogo memperlihatkan prestasi yang sangat baik dimana kurang dari 1 % bumil tidak mendapat imunisasi TT. Cakupan layanan imunisasi TT ini menurun hampir 5% dibanding tahun 2016 . Bumil KEK secara rerata meningkat meski Gunungkidul, Kota Yogyakarta dan Kulonprogo memperlihatkan penurunan bumil KEK yang signifikan.
lPenyebab kematian ibu disumbang oleh penyebab lain diluar kehamilan seperti jantung dan TB
sebanyak 64,71% sementara perdarahan & infeksi sama-sama menjadi menyumbang 14,71 %, infeksi 14,71%.
lMenurunnya cakupan layanan yang berulang, sepeti K1-K4 dan pemberian tablet Fe1-Fe3, harus
menjadi perhatian khusus, meski harus dikaji lebih jauh korelasi turunnya cakupan layanan dengan kematian ibu dan bayi.
lPerubahan cara pandang tentang hak/kesehatan reproduksi pada perempuan dan laki-laki serta
relasi kuasa yang timpang antar suami –istri maupun dengan keluarga besar, yang diindikasikan dari jumlah kehamilan, kurangnya perhatian suami pada kehamilan istri juga meningkatnya unmet need.
3. Tingginya jumlah bayi dengan gizi kurang.
Kematian bayi/balita, tahun 2017 turun secara signifikan Bantul mencatat prestasi penurunan jumlah kematian bayi dan balita terbanyak disusul Gunungkidul. Prevalensi bayi lahir dengan berat badan rendah (BLBR) berjenis kelamin laki-laki turun dari 4,9% menjadi 4,7%, sementara bayi berjenis kelamin perempuan mengalami kenaikan hampir 2 kali lipat dari 2,5 % menjadi 4,3%. data balita dizi kurang dan balita gizi buruk turun dengan signifikan. kecuali Kulonprogo mengalami kenaikan jumlah balita gizi kurang baik laki-laki maupun perempuan 4 kabupaten/kota lainnya jumlahnya menurun baik pada bayilaki-laki maupun perempuan. Meski mengalami penurunan namun jumah nya masih cukup besar, berkisar 5 % bayi dan balita di DIY mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Penting untuk melihat penyebab banyaknya balita gizi buruk/kurang dan mencari kebijakan yang tepat untuk penanganan gizi buruk. Gizi kurang /
0 1
23 26
16
7
2016 2017
Jumlah Kematian Ibu Hamil, Melahirkan dan Nifas menurut kelompok umur di DIY th 2016 - 2017
<20 20-35 >35
buruk berpotensi meningkatkan jumlah ABK baik yang tumbuh kembangnya lambat, lambat belajar, penyandang disabilitas fisik, cebol dll.
lGaya hidup, promosi produk dengan informasi yang kurang tepat mempengaruhi ibu yang
berpandangan bahwa produk yang diiklankan, yang mahal selalu lebih baik.
lAsupan gizi yang kurang, karena kemiskinan atau karena orang tua tidak menemukan cara
memberi makan yang baik dan benar pada anak.
lOrang tua sibuk bekerja
lKarena penyakit yang diderita anak.
lKehamilan yang tidak sehat sebagai contoh, ibu hamil yang mengalami KEK
Sebagai catatan: data peningkatan jumlah Anak autis yang sangat besar di DIY dari 29 anak di tahun 2016 menjadi 384 anak di tahun 2017 harus mendapat perhatian. Pengenalan gejala autis sejak dini dan pada pola asuh yang tepat pada fase tumbuh kembang sangat berpengaruh dalam menumbuhkan kemandirian anak autis. Data dimana 79% anak autis dan 59% anak dengan tuna grahita berjenis kelamin laki-laki juga menjadi catatan khusus bagi pentingnya deteksi dini dan penanganan anak pada fase emas tumbuhkembangnya.
4. Kesehatan lansia
Meningkatnya usia Harapan Hidup adalah salah satu capaian penting pembangunan namun belum diikuti dengan meningkatnya usia harapan hidup sehat. Meningkatnya kasus penyakit degeneratif, seksual reproduksi maupun ganguan kejiwaan pada lansia baik laki-laki maupun perempuan, memperlihatkan bahwa peningkatkan usia harapan hidup sehat masih harus terus diupayakan. Data PKBI menunjukkan peningkatan konsultasi lansia pada upaya pemenuhan kebutuhan seksual lansia, utamanya pada lansia laki-laki. Perbedaan cara pandang tentang seksualitas pada laki-laki dan perempuan lansia menjadi salah satu penyebab gangguan kejiwaan, disamping fungsi organ reproduktif yang menurun. Data ini menjadi informasi awal yang penting untuk pembangunan kesehatan bagi lansia. Hal ini bisa jadi menjadi salah satu alasan/temuan awal dibalik kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh laki-laki lansia pada anak anak, meskipun masih harus digali informasi lebih dalam. (Data kekerasan tahun 2016 memperlihatan 10 kasus kekerasan yang dilakukan oleh lansia laki-laki).
5. Peningkatan persentase perempuan diatas Usia 10 tahun yang menikah pertama pada
usia <16 tahun
Meski secara umum persentase perempuan yang menikah dibawah usia 16 tahun turun dibanding tahun 2016namun hal yang berbeda terjadi di wilayah Sleman dan Bantul. Jumlah pernikahan usia anak secara umum menurun di DIY, dan Gunungkidul memperlihatkan penurunan jumlah pernikahan anak yang sangat besar. Pernikahan usia muda pada perempuan (usia 17-21 tahun) meningkat di daerah Bantul, sementara di daerah lain mengalami penurunan. Pernikahan usia anak pada perempuan meningkatkan kerentanan anak perempuan baik untuk pendidikan, kesehatan maupun ekonomi. Mereka potensial tidak mendapatkan hak pendidikan yang lebih baik, kesehatan jiwa bisa terganggu (malu,depresi), gangguan kesehatan organ reproduksi karena hubungan seksual pada saat organ seksual reproduksi belum cukup matang, juga bisa berdampak pada kesehatan bayi yang dilahirkan dari seorang anak perempuan. Tingkat pendidikan yang rendah juga berdampak pada keterbatasan akses mendapat pekerjaan. Tumbuh kembang mental spiritual dan relasi sosial potensial mengalami hambatan. Sementara pada anak laki-laki, meskipun kadang pendidikan bisa terus didapatkan, namun lompatan perkembangan mental spiritual bisa jadi menimbulkan gangguan kejiwaan yang berdampak pada terganggunya relasi sosial maupun individual.
Isu Gender DIY tahun 2018
Dispensasi kawin mengalami penurunan dari tahun ketahun. Turunnya kebijakan penundaan usia menikah dan adanya komitmen daerah untuk memberikan dispensasi kawin secara selektif berkontribusi pada penurunan jumlah dispensasi kawin yang dikeluarkan maupun angka pernikahan anak yang terdata. Disisi lain ditemukan kasus kehamilan anak yang tidak mendapatkan dispensasi kawin, sehingga tidak terjadi pernikahan yang dicatatkan. Namun bagaimana dengan persalinan usia anak ? apakah terjadi penurunan atau bahkan meningkat?
6. Meningkatnya jumlah penderita HIV-AIDs.
Data per Maret 2017 jumlah kumulatif penderita HIV adalah 4.012 (meningkat 678 kasus dari Maret 2016) dan 1.484 penderita AIDs ( meningkat 170 kasus). Jika tahun 2016, HIV maupun AIDS paling banyak diderita oleh kelompok umur 20-29 tahun pada tahun 2017 terjadi pergesera dimana AIDS terbayak diderita oleh kelompok umur 30-39 th, sementara HIV terbanyak diderita oleh kelompok umur 20-29 tahun. ODHA tersebar di 5 kabupaten /kota di dIY. Kota menjadi wilayah dengan julah HIV terbanyak disusul Sleman dan Bantul, sementara untuk AIDs kabupaten Sleman adalah wilayah dengan penderita terbanyak disusul Bantul dan Kota Yogyakarta, dan Kulonprogo merupakan wilayah dengan ODHA terendah. Namun peningkatan jumlah pendirita AIDS terbanyak terjadi di wilayah Bantul. Kebijakan Penanganan kasus HIV -AIDS menjadi kunci dalam upaya meredam peningkatan jumlah kasus dan penyebaran HIV-AIDS. Meski misalnya semua perempuan penyandang HIV-AIDs yang terdata menjadi akseptor tetap KB, hal ini mungkin efektif untuk mengurangi risiko kelahiran bayi dengan ODHA. namun tidak bisa mencegah penularan HIV-AIDS melalui hubungan seksual jika laki-laki tidak menggunakan kondom sebagai upaya pencegahan. Kampanye setia pada pasangan serta penggunaan kondom sebagai perlindungan bisa diharapkan meredam penularan HIV-AIDs, namun disisi lain bersentuhan dengan "rasa-etika" saru yang berlaku dimasyarakat.
Sumber Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta
418
346
294
2015 2016 2017
DISPENSASI KAWIN
Sumber KPAI DIY
75 324 158 354 246 286 42 204 880 293 907 976 636 116
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Luar DIY Tidak diketahui
JUMLAH KASUS HIV/AIDS MENURUT ASAL PENDERITA (th 1993-2017) di DIY
AIDS HIV
Sumber KPAI DIY
JUMLAH PENDERITA HIV-AIDS DI DIY TH 2016-2017
874 985 2.215 2.676 430 490 1.051 1.261 10 10 68 75 2016 2.017 2.016 2017 AIDS HIV
Laki-laki Perempuan tidak diketahui
7. Rendahnya Partisipasi laki-laki dalam Penggunaan alat kontrasepsi
Alat Kontrasepsi berfungsi sebagai perlindungan baik untuk pengaturan kelahiran (KB) maupun penularan PMS dan HIV-AIDs. Hal yang terkait dengan
lRendahnya kepesertaan KB laki-laki. Meskipun akseptor KB laki-laki tahun 2017
meningkat terutama untuk penguna kondom, namun akseptor MOP menurun. Namun Peningkatan partisipasi laki-laki dalam ber KB masih belum memadai. Secara keseluruhan partisipasi laki-laki ber KB hanya 8,3% meningkat dari tahun lalu yang sebanyak 7,6%. Terbatasnya pilihan alat KB bagi laki-laki, juga pandangan bahwa KB sejalan dengan kehamilan dan pengasuhan anak adalah urusan perempuan, ketakutan organ seksual tidak mampu berfungsi baik jika ber KB dengan cara MOP.
lSementara itu akseptor KB (semua alat kontrasepsi) perempuan pada tahun 2017 menurun
9,9% dibanding tahun 2016 sementara jumlah WUS meningkat 7,6% sejalan dengan Unmet need yang meningkat sebanyak 2,07%
8. Tingginya angka ganguan jiwa di DIY
DIY menduduki peringkat pertama di Indonesia. Dengan jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) mencapai 12.322. Bantul merupakan wilayah dengan ODGJ terbanyak mencapai 3.875 orang disusul Gunungkidul 2.730 , Kulonprogo 1.995, kota 1.954 dan Sleman 1.768. penderita Gangguan jiwa
4
didominasi oleh penduduk usia 55-64 tahun . Depresi karena gegar budaya, tuntutan gaya hidup, post power syndrome, kemiskinan, capaian kesuksesan yang tidak sesuai dengan ekspektasi dimana persepsi kesuksessan identik dengan prestasi, jabatan/kedudukan, harta, dll), ataupun menderita sakit dalam kurun waktu yang lama, menjadi beberapa penyebab terjadinya gangguan jiwa. Media juga berperan banyak dalam membangun imaji tentang gaya hidup/ budaya dan tentu saja konstruksi gender. Ketidakmampuan seseorang mengikuti gaya hidup yang dikonstruksi karena kondisi tertentu seperti ekonomi misalnya, potensial menimbulkan gangguan kejiwaan dan perilaku kriminal.
9. Tingginya Penyalahgunaan Narkoba.
Pada tahun 2016 DIY masuk 10 besar penyalahgunaan narkoba ( posisi ke 8), dan posisi pertama 5
penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa . DIY sebagai tempat tujuan pendidikan, dimana banyak orang muda datang untuk menempuh pendidikan, merupakan pasar yang potensial bagi peredaran narkoba. Data prevalensi pengguna naroba yang dirilis BNN tahun 2017 menunjukkan penurunan prevalensi penguna narkoba. Meski begitu penting untuk menjadi perhatian, karena data rehabilitasi pengguna narkoba memperlihatkan jumlah terbanyak ada pada kisaran usia 19-25 tahun dimana dari 305 orang, 13% nya adalah perempuan sebagaimana pengguna pada usia <18 tahun.
Isu Gender DIY tahun 2018
4Jumlah Penderita Gangguan Jiwa di DIY tertinggi di Indonesia, Tribun Jogja, 21 Feb 2018.
5Data survey penyalahgunaan narkoba pada pelajar dan mahasiswa di 18 provinsi.
Rekomendasi
qqPerbaikan sistem/mekanisme rujukan (terintegrasi/ terkoneksi dan on line antara faskes
1-2-dst) untuk mengurangi hambatan jarak, prosedur/tatacara, administratif wilayah, sehingga pasien dapat ditangani dengan lebih cepat dan tepat. Perbaikan sistem rujukan juga harus dibarengi dengan kesetaraan mutu Rumah Sakit rujukan.
qKebijakan ANC terpadu untuk semua ibu hamil serta memastikan cakupan layanan
berulang (misalnya K1-K4, Fe1-Fe3) dapat diterima oleh bumil
qPeningkatan kualitas layanan Puskemas maupun Rumah Sakit, baik kecepatan & ketepatan
penanganan pasien, aksesibilitas informasi dan sarana prasarana. Audit Puskesmas dan Rumah Sakit untuk penyetaraan mutu Puskesmas dan Rumah Sakit .
qPeningkatan kompetensi petugas dilakukan secara simultan dan menjadi bagian tidak
terpisahkan dari penyetaraan mutu puskesmas dan Rumah Sakit
qPeningkatan cakupan layanan kesehatan lansia seperti cakupan layanan kesehatan untuk
penyakit degeneratif, kesehatan jiwa dan seksual reproduksi.
qRevitalisasi/penguatan fungsi posyandu, baik posyandu balita maupun lansia dan
mengembangkan posyandu penyandang disabilitas.
o Mengembangkan posyandu penyandang disabilitas menjadi langkah penting untuk
memberikan layanan dan pengetahuan tentang bagaimana hidup dengan atau sebagai penyandang disaabilitas..
o dukungan operasional posyandu, peningkatan ketrampilan dan penghargaan bagi kader
o peningkatan kapasitas kader untuk deteksi dini tumbuh kembang anak termasuk
deteksi dini autisme
qPengembangan Home visite, home care bagi pasien yang tidak mampu berobat ke pusat
layanan kesehatan, baik karena kondisi fisik maupun mobilitas.
qPromosi kesehatan(1) PHBS; (2) Perlindungan perempuan & anak; (3) pencegahan
penyalahgunaan narkoba;(4) kesehatan seksual &reproduksi; (5) gerakan lansia Sehat;(6) gerakan suami siaga; (7) kampanye setia pada pasangan dan penggunaan kondom untuk meredam peningkatan penderita HIV-AIDs.
qPenguatan fungsi keluarga yang menyasar baik laki-laki, perempuan,anak dan lansia baik off line
melalui posyandu, pertemuan komunitas, menempelkan media KIE di tempat umum maupun kampanye melalui media mainstream & medsos
qMembangun knowledge management dan basis literasi yang mendukung kebijakan &
program sekaligus mendokumentasikan praktek baik dan pembelajaran pembangunan bidang kesehatan.
qMenguatkan Koordinasi & Sinergi dengan stakeholder (OPD terkait, BNN, media, KPAI,
sekolah, masyarakat sipil) untuk (1) meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga baik ketrampilan, peningkatan akses pasar dan perbankan,(2) peningkatan kualitas dan kuantitas sarpras pendukung seperti transportasi & sarpras jalan, (3) peningkatan kesadaran hidup bersih dan sehat (4) kesetaraan relasi (5) kampanye bahaya narkoba kepada sekolah, masyarakat dengan inovasi kegiatan yang menarik bagi anak muda melalui kegiatan off air maupun melalui media mainstream dan media sosial.
qMengembangkan konsultasi on line Bidang Kesehatan melalui media sosial untuk
memberikan informasi yang benar tentang kesehatan maupun layanan yang diberikan oleh Puskesmas.
Menguatkan sistem data, terpilah, terpadu , upadated dan terintegrasi.
Persamaan memperoleh kesempatan pendidikan adalah hak asasi yang melekat pada anak sebagai warga negara agar dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan dan keahlian, sehingga ke depan mereka dapat memberikan kontribusi untuk memacu pembangunan di segala bidang. Untuk memenuhi hak warga tentang pendidikan pemerintah secara terus menerus berupaya membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengenyam pendidikan terutama pada tingkat dasar serta meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana maupun prasarana pendidikan .Pemerintah telah mencanangkan gerakan wajib belajar 9 tahun (1994) dan DIY telah menginisiasi wajib belajar 12 tahun, dengan semboyan tidak boleh ada anak yang tidak bersekolah karena masalah ekonomi. Pemerintah juga telah menetapkan kebijakan dasar dan Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) tahun 2015, yaitu mewujudkan anak yang cerdas/ ceria dan berakhlak mulia melalui upaya perluasan aksesibilitas, peningkatan kualitas dan efisiensi pendidikan, serta partisipasi masyarakat.
Pendidikan sebagai satu dari 3 pilar utama pembangunan DIY disamping kebudayaan dan pariwisata. Keberhasilan pendidikan ditunjukkan oleh antara lain indikator harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan juga diukur dari Angka partisipasi Kasar (APK), Angka Pertisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM). Harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah DIY pada tahun 2015 sudah diatas Indonesia. Meski begitu keberhasilan bidang pendidikan bukan tanpa catatan. Berikut beberapa isu gender bidang pendidikan.
1. Meningkatnya Kesenjangan Pendidikan antara Laki-laki dan Perempuan
Data berikut memperlihatkan kesenjangan pendidikan antara laki-laki dan perempuan di DIY
o Peningkatan rata-rata lama sekolah (RLS) laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.
RLS laki-laki meningkat dari 10,03 menjadi 10,11 dan RLS perempuan meningkat dari 9,23 menjadi 9,27. Hal ini semakin memperlebar kesenjangan tingkat pendidikan antara laki-laki dan perempuan. Kota Yogyakarta dan Sleman mengalami penurunan rata-rata lama sekolah baik laki-laki maupun perempuan begitupun laki-laki Kulonprogo. Peningkatan rata-rata lama sekolah disumbang oleh Gunungkidul, Bantul dan perempuan Kulonprogo.. Kesenjangan RLS antara laki-laki dan perempuan paling tinggi dirasakah oleh perempuan Gunungkidul dengan selisih 1,13 tahun, sedangkan laki-laki kota Yogyakarta rata-rata mengenyam pendidikan 0,41 tahun lebih lama dibanding perempuan.
BAB IV.
Isu Gender Bidang Pendidikan
9,30 9,94 8,12 11,19 11,50 10,11 8,61 9,30 6,81 10,38 11,10 9,27
Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta DI. Yogyakarta RATA -RATA LAMA SEKOLAH (TAHUN) MENURUT JENIS
KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA DI D IY th 2017 Laki-laki Perempuan
0,84 0,81
Sumber Data: BPS, Susenas 2016 dan 2017
10,03 10,11
9,23 9,27
2016 2017
RATA -RATA LAMA SEKOLAH (TAHUN) MENURUT JENIS KELAMIN di DIY th 2016-2017
Laki-laki Perempuan
Pun begitu, meski Bantul menyumbang kenaikan rata-rata lama sekolah namun dari sisi putus sekolah, Bantul dan Gunungkidul menyumbang angka putus sekolah terbanyak di tahun 2017, sementara kulonprogo memperlihatkan penurunan angka putus sekolah paling besar.
o Kesenjangan pendidikan juga bisa dilihat dari Angka melek huruf. Angka melek huruf
perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Angka Melek huruf perempuan di tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, berbeda dengan laki laki yang mengalami peningkatan angka melek huruf. Data ini disumbang oleh kabupaten Gunungkidul dimana 99,11% perempuan berusia 15-24 tahun belum melek huruf
o Penurunan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan terakhir yang
ditamatkan. Pada tahun 2017 baik laki-laki maupun perempuan persentasenya berkurang di semua tingkat pendidikan, kecuali pada tingkat SLTP. Secara umum persentase perempuan pada tiap tingkat pendidikan lebih rendah dibanding laki-laki. Data ini menguatkan adanya kesenjangan tingkat pendidikan antara laki-laki dan perempuan.
2. Meningkatnya Angka Putus Sekolah
Meski DIY telah mencanangkan tidak ada anak Yogyakarta yang tidak bersekolah namun masih ditemukan kasus putus sekolah di semua level pendidikan dasar dan menengah. Data terkait dengan putus sekolah adalah sebagai berikut.
o Semakin tinggi tingkat pendidikan, angka putus sekolah semakin tinggi. Angka Putus
Sekolah di tingkat SD dan SLTP mengalami penurunan baik laki-laki maupu perempuan, namun di tingkat SLTA terjadi lonjakan angka putus sekolah utamanya perempuan meningkat dari 13 menjadi 78. Putus sekolah di tingkat SLTA terbanyak terjadi di Bantul disusul Gunungkidul, Kulonprogo, Sleman dan Kota. Profil ini tidak berubah dari tahun 2016. Perilaku (etika yang menyebabkan anak putus sekolah seperti kenakalan/tawuran), juga perlaku kriminal yang menyebabkan anak berhadapan dengan hukum (ABH), perkawinan usia anak karena kehamilan ditengarai menjadi sebab terjadinya putus sekolah. Disamping masih dimungkinkan putus sekolah karena kemiskinan. Konstruksi gender, tahapan tumbuh kembang yang tidak berjalan baik pada masa pencarian jati diri, serta tidak mendapatkan cukup pendampingan, penghargaan dan pengakuan dari orang tua maupun lingkungan berkontribusi pada perilaku anak disamping makin terbatasnya tokoh yang menjadi panutan. Meski pada tahun 2017 dispensasi kawin dan jumlah perkawinan usia anak menurun, namun perlu ditelisik lebih jauh kemungkinan terjadinya pernikahan yang tidak tercatat baik di KUA maupun catatan sipil, seperti pernikahan siri misalnya. Dan meskipun kecil kemungkinannya untuk penuaan usia anak dalam dokumen pernikahan, namun hal ini juga perlu
mendapatkan perhatian.
o Salah satu upaya untuk mengurangi angka putus sekolah karena kemiskinan adalah dengan
memberi beasiswa kepada siswa. Pada tahun 2017, jumlah penerima beasiswa (siswa SLTA) meningkat lebih dari 100%, dengan komposisi 54% beasiswa untuk anak perempuan dan 46% untuk anak laki laki. Data ini memperlihatkan bahwa putus sekolah yang terjadi di DIY bukanlah persoalan kemiskinan semata, namun faktor sosial seperti disebut diatas berkontribusi lebih besar pada terjadinya putus sekolah.
3. Kesenjangan partisipasi pendidikan antar kabupaten/kota.
Data data angka partisipasi sekolah di tingkat kabupaten/kota memperlihatkan bagaimana partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan. Partisipasi ini bukan hanya urusan anak dalam usia pendidikan semata, namun juga bagaimana orangtua memiliki peran ang sangat besar dalam pendidikan. Salah satu fungsi anggaran adalah pemerataan.
o Angka Partisipasi Kasar (APK). Data memperlihatkan masih adanya kesenjangan antar
kabupaten kota di setiap jenjang pendidikan. Tahun 2017 APK DIY mengalami penurunan di semua jenjang pendidikan dan jenis kelamin Bila dilihat dari jenis kelamin, APK perempuan jenjang SLTA lebih tinggi dibanding APK laki-laki disemua kabupaten/kota kecuali Kulonprogo. APK perempuan tingkat SLTA di Gunungkidul mengalami perubahan, dimana pada tahun sebelumnya APK laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan dan pada tahun 2017 meningkat 9%, meski begitu APK Gunungkidul masih merupakan yang terendah ke 2 di DIY menggeser Kulonprogo
o Angka Partisipasi Murni (APM) laki-laki di tingkat SD dan SLTP lebih tingggi dibanding
perempuan, namun di tingkat SLTA, APM perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Pada tahun 2017 terjadi peningkatan APM perempuan di semua jenjang pendidikan, namun APM laki-laki hanya meningkat di tingkat SLTP..
o Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS laki-laki DIY lebih tinggi dibading APS perempuan hanya
pada rentang usia 16-18 tahun. Namun Kota Yogyakarta dan Sleman memperlihatkan APS perempuan pada usia 16-18 tahun lebih tinggi dibanding laki-laki. Pada usia 16-18 tahun APS laki-laki di Sleman (61,96%) nenunjukkan persentase paling rendah di semua kabupaten/kota, sementara APS perempuan terendah ada di Kulonprogo yaitu 58,84%. Gunungkidul menjadi satu-satunya kabupaten dimana APS laki-laki dan perempuan pada usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun persentasenya dibawah 100%.
o Kebijakan Zonasi sekolah menyisakan PR disparitas kompetensi sekolah serta mendorong
peningkatan status"miskin"dengan banyaknya SKTM yang tidak sesuai dengan tingkat kesejahteraan sesungguhnya. Di satu sisi kebijakan zonasi meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan menekan
47 35 12 23 208 70 92 11 45 100 13 78 2016 2017 2016 2017
Angka Putus Sekolah menurut Jenis Kelamin dan Jenjang pendidikan di DIY tahun 2016 -2017
SD SLTP SLTA
Sumber Dikpora DIY Isu Gender DIY tahun 2018
biaya pendidikan bagi siswa miskin, disisi lain penghargaan yang tidak sepadan atas kerja keras siswa dalam prestasi akademis karena seringkali tergeser dengan tingginya poin bagi SKTM. Zonasi juga penting untuk mempertimbangkan ketersediaan dan daya tampung sekolah dengan jumlah siswa.
4. Keterbatasan sarana prasarana Pendidikan Inklusif.
6
Meski Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) semakin menjadi perhatian dimana DIY mengembangkan autis center, juga berkembangnya sekolah yang menggunakan pendekatan berbasis kebutuhan individu siswa namun pendidikan inklusif masih terkendala ketersediaan guru pendamping khusus, juga kemampuan guru reguler dalam menghadapi Anak Berkebutuhan khusus di kelas. Jumlah ABK terbanyak di DIY adalah ABK tuna grahita yan jumlahnya mencapai 458 anak dimana 62% berjenis kelamin laki laki, dan jumlah autis mencapai 384 anak diman 84% nya berjenis kelamin laki-laki. Jumlah ABK autis meningkat tajam dimana pada tahun 2016 tercatat 29 ABK dimana 22 anak berjenis kelamin laki laki. Pada tahun 2017 sekolah inklusif di Daerah Istimewa Yogyakarta menurun drastis jumlahnya dibanding tahun -tahun sebelumnya. SD inklusi turun 55%, SLTP meningkat 43% dan SLT turun 19%. Kabupaten Gunungkidul adalah daerah yang paling banyak berkontribsi pada penurunan jumlah SD Inklusi juga pada peningkatan jumlah SLTP Inklusif. Dari sisi siswa , pada tahun 2017 terjadi penurunan jumlah siswainklusif di semua jenjang pendidikan. Namun Sleman memperlihatkan peningatan jumlah siswa inklusif di jenjang SLTP & SLTA pada kedua jenis kelamin, Bantul meningkat jumlah siswa inklusif di tingkat SLPT di kedua jenis kelamin, sementara Kota Yogyakarta mengalami peningkatan jumlah siswa inklusf baik laki-laki maupun permpuan di jenjang SLTA. Disemua jenjang pendidikan, lebih dari 60% siswa inklusif berjenis kelamin laki laki.
Jumlah guru pendamping sekolah inklusif yang mendapat bantuan pada jenjang TK smapai SLTP mengalami penurunan jumlah baik guru pendamping laki-laki maupun perempuan, namun di tingkat SLTA guru pendamping permpuan meningkat jumlahnyadari 9 menjadi 13. Jumlah guru pendamping ini sangat tidak sebanding dengan siswa inklusif yang jumlahnya paling banyak justru di jenjang SD dimana perbandingan guru pendamping dengan siswa inklusif adalah 95 berbanding 2.612. artinya rerata 1 guru pendamping harus mendampingi 27 sampai 28 siswa inklusif.
Sementara untuk sekolah luar biasanya, pada tahun 2017 terjadi peningkatan jumlah guru menjadi 1.622 orang dimana 62% guru SLB berjenis kelamin perempuan.
5. Meningkatnya kasus kekerasan di Sekolah
Kekerasan sebagaimana dalam Bab berikut terjadi baik di rumah tangga, tempat kerja, sekolah maupun lingkungan terbuka. Sekolah yang mestinya menjadi tempat yang aman, kenyataannya
6 Belum tersedia data ABK tahun 2016
Sumber Dinas Pendidikan DIY 489 431 193 35 35 50 23 23 19 2015 2016 2017
trend sekolah inklusif di DIY th 2015-2017