• Tidak ada hasil yang ditemukan

EDUCREATIVE: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak Volume 6 No 1 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EDUCREATIVE: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak Volume 6 No 1 Tahun"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 6 No 1 Tahun 2021 http://educreative.id/index.php/index

1

Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak

KREATIVITAS GURU BAHASA INGGRIS DALAM MENGAJAR DARING

Imam Tobroni, Abdul Wachid BS. IAIN Purwokerto

tobroni0607@gmail.com, abdulwachidbs33@gmail.com

ABSTRCAK

This study aims to determine the description of the creativity of teaching some English teachers in Yunior High School in Banyumas regency during pandemic covid-19, particularly in using online learning media. The method used in the research is descriptive qualitative. One of online learning challenge is boredom, less motivation, uninteresting learning, many homeworks, and also the students don’t go to school for a long time and they will disturb the learning effectivity. In this case, teachers creativity is primarly needed so teachers can manage online learning to be an interesting class and it will motivate students to study and in turn it will also improve students ’achievement. The results show that from 8 English Yunior High School teachers in Banyumas regency researched, found many various way of teaching online using online media. The creativity that has done is the planning, implementing, dan evaluation in teaching online. There are 3 online media used in planning & implementing, they are Whatsapp group, Google Classroom, and Video Converence (Zoom/Google meet). In addition there are 5 online media used in evaluation, they are Ms. Word, Google Forms, Quizizz, Ms. Forms. And Online Crossword. From this study concluded that English teachers creativity is very good in which each teacher has his/her own creativity adapted with the students’ situation & condition and it becomes the other choice of teaching online model for readers. Keywords: creativity, English teachers, teaching online, online learning media

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kreativitas mengajar beberapa guru bahasa Inggris SMP di kabupaten Banyumas pada masa pandemic covid-19 khususnya dalam pemanfaatan media pembelajaran daring. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Salah satu kendala pembelajaran daring adalah kebosanan, peserta didik kurang termotivasi karna pembelajaran yang kurang menarik, tugas yang menumpuk, mereka juga lama tidak bertatap muka dan tentu ini akan sangat mengganggu efektifitas pembelajaran untuk itulah kreativitas guru dalam pembelajaran daring sangat dibutuhkan sehingga guru bisa memanage pembelajaran daring menjadi kelas yang menarik sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar dan pada gilirannya hasil belajar juga akan meningkat. Dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 8 guru bahasa Inggris SMP di kabupaten Banyumas yang diteliti, ditemukan banyak variasi mengajar daring dengan media pembelajaran online. Adapun kreativitas yang dilakukan adalah yang pertama kreativitas dalam persiapan, pelaksanaan serta

(2)

2

Volume 6 Nomor 1 Tahun 2021

penilaian mengajar daring. Dalam persiapan dan pelaksanaan penulis membagi menjadi 3 kelompok yang pertama penggunaan aplikasi Whatsapp grup, yang kedua Perpaduan Google Classroom & WAG, dan yang ketiga Perpaduan Video Converence (Google Meet/Zoom) & WAG. Sedangkan dalam penilaian terdapat 5 media yang digunakan yakni, Ms.Word, Google Form, Quizizz, Ms. Forms, dan TTS online. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kreativitas guru sangat baik dimana masing-masing guru memiliki daya kreasi sendiri-sendiri sesuai dengan kondisi peserta didik yang bisa menjadi alternatif model pembelajaran daring bagi para pembaca. Kata kunci: kreativitas, guru bahasa Inggris, mengajar daring, media pembelajaran online

PENDAHULUAN

Pandemic Covid membuat pendidik harus mampu beradaptasi dengan segala keadaan yang baru, termasuk di dalamya yakni proses belajar mengajar. Sesuai dengan keputusan mentri pendidikan dan kebudayaan terkait proses belajar mengajar harus dilakukan secara daring atau online salama masa pandemi. Dengan keluarnya kebijakan tersebut, maka untuk sementara waktu atau sampai batas waktu yang belum dapat ditentukan guru dan murid harus melaksanakan prosses belajar mengajar dari rumah. Meskipun demikian tugas pokok seorang guru sebagai pendidik harus tetap berjalan, yakni melakukan pembelajaran meskipun harus dilaksanakan dari rumah atau sering kita sebut dengan pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh sendiri terbagi menjadi dua pendekatan yakni pembeajaran secara daring (dalam jaringan) dan juga luring (luar jaringan). Dalam penelitian ini penulis ingin lebih fokus mengeksplor tentang pembelajaran daring sebagai bagian dari Pembelajaran Jarak Jauh.

Menurut Bilfaqih & Qomarudin (2015:1) Pembelajaran daring adalah kegiatan belajar diamana pembelajaran dilakukan secara online guna menjangkau seluruh peserta didik. Dalam artian pembelajaran menggunakan media online untuk mempermudah peserta didik dalam mengaksesnya. Thorme dalam Kuntarto (2017:102) Pembelajaran daring merupakan proses atau keggaiatan belajar mengajar dimana dalam pelaksanaannya dibantu oleh media online atau virtual. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan berbagai tools daring dimana pembelajaran dapat dilaksanakan baik secara tetap muka maupun tanpa bertatap muka melalui aplikasi atau juga melalui jasa layanan komunikasi audio-visual untuk menjembatani komunikasi antar guru dan peserta didik. Pembelajaran daring memiliki kelebihan ditinjau dari segi ruang, guru dapat mengajar dari mana saja, dan peserta didik dapat belajar di mana saja, dari segi waktu pendidik dapat mengajar kapan saja dan peserta didik dapat belajar kapan saja. Skema interaksi pembelajaran daring adalah yang pertama pembelajaran Sinkronous, dimana antara pendidik dan peserta didik berinteraksi langsung dalam waktu yang sama (real time) dan yang

(3)

3

Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak kedua adalah pembelajaran Asinkronous yang berarti tidak berinteraksi secara langsung dalam waktu yang sama. Contoh pembelajaran Sinkronous ketika kita mengadakan konferensi dengan berbagai aplikasi video conference seperti webex, zoom, microsoft teams, google meet, Fb video conference, Wa video call dan lain sebagainya. Contoh Asinkronous adalah google classroom, chat whatsapp, telegram, instagram, facebook, line dsb. Pembelajaran daring yang dilaksanakan sekarang ini tentu juga memiliki kekurangan-kekurangan dalam praktik pelaksanaannya seperti literasi digital pendidik maupun peserta didik yang belum baik, literasi digital merupakan kunci dalam pembelajaran daring sehingga jangan sampai waktu habis hanya karena lemahnya pengetahuan aplikasi daring yang digunakan.

Dalam pembelajaran online dibutuhkan kreativitas guru yang baik agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara efektif dan efisien. Pembelajaran daring bukan memindahkan pembelajaran konvensional ke dalam online atau pembelajaran daring tidak sama dengan pembelajaran konvensional yang dionlinekan. Sehingga yang terjadi di lapangan pembelajaran daring berujung distribusi tugas yang menumpuk, pembelajaran menjadi membosahkan, tidak menarik dan ini akan melemahkan imun peserta didik di masa pandemic ini. Disinilah kreativitas guru dibutuhkan agar pembelajaran daring menjadi menarik dan tidak membosahkan. Dalam KBBI kreatif merupakan suatu kemampuan inndividu dalam mencipta. Kemudian pemaknaan kreativitas itu sendiri diartikan sebagai sebuah kemampuan individu dalam mencipta sesuat yang sebelumnya belum pernah ada atau sudah ada namun dapat mengkombinasikannya dengan yang baru. Selain itu pemaknaan kreativitas juga diartikan sebagai sebuah kemampuan interaksi seseorang dengan lingkungan yang ada. Dimana sifat atau sikap kreatif itu sendiri merupaakan sebuah hasil timbal bbalik antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Saat lingkungan seseorang mendukug perkembangan kreatifitas maka kreatifitas juga akan terbentuk dengan baik, begitupun sebaliknya. Harris dalam (Asep Saeful Hamdani, 2010:2) berpendapat bahwasanya orang yang kreatif merupakan orang yang mampu menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya, baik itu berupa ide atau gagasan ataupun bentuk temuan lainnya. Selain itu sikap pribadi yang kreatif juga lebih terbuka, mampu melihat sesuatu yang berbeda, dan pantang menyerah. Dari pengertian tentang kreativitas di atas dapat disimpulkan bahwa ada yang berbeda yang dilakukan guru ketika guru melakukan kreativitas. Media pembelajaran online hanyalah tools yang semua tools akan dieksekusi oleh manusia, dalam hal ini gurulah yang menjadi eksekutor terakhir dari sebuah media pembelajaran online. Antar sekolah satu dengan sekolah yang lain dan antar satu guru dengan guru yang lain ketika sama-sama memakai aplikasi whatsapp maka bisa berbeda hasilnya. Di tangan guru A aplikasi Whatsapp bisa menjadi sebuah media pembelajaran daring yang menarik sebaliknya di tangan guru B sebaliknya. Disinilah

(4)

4

Volume 6 Nomor 1 Tahun 2021

peran kreativitas guru agar penggunaan media online bisa disesuaikan dengan materi yang diberikan, kondisi siswa, kondisi sekolah dan kondisi juga kondisi lingkungan.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengeksplor sejauh mana kreativitas guru bahasa Inggris dalam mengajar daring di beberapa Sekolah Menengah Pertama di kabupaten Banyumas khususnya beberapa SMP sekolah binaan penulis dan beberapa sekolah lainnya. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rinto Hasibuah dari Institut Agama Kristen Negeri Kupang dengan judul “Kreativitas Mengajar Guru Pendidikan Agama Kristen di Masa Covid-19”, dalam hal ini perbedaan penelitian saya dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian saya fokus pada kreativitas dalam penggunaan media pembelajaran online. Adapun metode yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik studi dokumen, observasi & wawancara. Fokus dalam penelitian ini adalah gambaran deskriptif mengenai kreativitas mengajar daring guru bahasa Inggris di beberapa SMP di kabupaten Banyumas (SMPN 2 Purwokerto, SMPN 7 Purwokerto, SMPN 1 Cilongok, SMPN 3 Kedungbanteng, SMP Harapan Bunda Purwokerto, dan SMP Muhammadiyah Ajibarang).

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif. Dimana peneliti terjun langsung ke lapangan guna mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan. Dalam proses pengumpulan datanya peneliti menggunakan tiga metode, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. (Moleong, J.L.2002 : 3). Fokus dalam penelitian ini adalah gambaran deskriptif mengenai kreativitas mengajar daring guru bahasa Inggris di beberapa SMP di kabupaten Banyumas (SMPN 2 Purwokerto, SMPN 7 Purwokerto, SMPN 1 Cilongok, SMPN 3 Kedungbanteng, SMP Harapan Bunda Purwokerto, dan SMP Muhammadiyah Ajibarang

Dalam pengumpulan datanya, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa guru yakni, ibu Titik Ernawati, S.Pd., Emi Farida, M.Pd., Sri Purwati, S.Pd., Lies Ning Ujiyanti, S.Pd., Heni Herawati, S.Pd., Gesti Yuniawati, S.Pd. Ing., Eni Lestyowati, S.Pd., dan Witanti Azizah, S.Pd. Adapun observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran online melalui pengamatan screenshot chat whatsapp, chat voice note, chat google classroom, dan foto pembelajaran daring. Untuk mendukung data wawancara dan observasi, dalam penelitian ini juga meneliti dokumen. Dalam penelitian ini penulis meneliti dokumen berupa Sylabus, RPP, Bahan Ajar (PPT, Word, Video/link youtube), dan Hasil karya siswa ( video dan screenshot lembar kerja siswa). Setelah data terkumpul kemudian peneliti

(5)

5

Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak melakukan analisis, proses analisis yang dilakukan yakni melalui tiga tahap mulai dari redukasi, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2007).

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kreativitas

Solso, Maclin dan Maclin dan Maclin (2007:444) kreativitas merupakan kegiatan berpikir yang menghasilkan sebuah ide atau gagasan baru megenai sesuatu, baik itu sebuah permasalhan atau hal-hal lain. Sedangkan Harris dalam (Asep Saeful Hamdani, 2010:2) berpendapat bahwasnya kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yag belum pernah ada sebelumnya ataupun memiliki pandangan lain atas apa yang telah ada sebelumnya. Selain itu kreativitas juga erat kaitannya dengan sikap keterbukaan da mau menerima suatu perubahan atau sebuah kebaruan, berpandangan luas dan fleksibel. Guilford (dalam Ali & Asrori, 2006:41) menyebatkan ciri-ciri seseorang yang kreatif yakni berpikir konvergen dan divergen. Konvergen merupakan suatu pola pikir dimana hanya menganggap ada satu kebenaran atas sebuah permasalahan, sedangkan divergen bersifat terbalik, dimana emikiran divergen dalam meihat sebuah masalah lebih terbuka dan memiliki pola pikir ang lebih luas, oleh karena itu orang-orang yang kreatif biasanya lebih cenderung berpola pikir divergen.

Dari pengertian beberapa definisi kreativitas di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk mencipta/membuat sesuatu yang baru atau mungkin berbeda dari sebelumnya, orang yang kreatif akan selalu mencoba sesuatu yang baru, selalu memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan, dia tidak pernah puas dengan kondisi yang didapatkannya sehingga akan terus melakukan perbaikan-perbaikan ke arah yang lebih baik lagi. Dalam pembelajaran online dibutuhkan kreativitas guru agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara efektif dan efisien. Pembelajaran daring bukan memindahkan pembelajaran konvensional ke dalam online atau pembelajaran daring tidak sama dengan pembelajaran konvensional yang dionlinekan. Sehingga yang terjadi di lapangan pembelajaran daring berujung distribusi tugas yang menumpuk, pembelajaran yang membosahkan, monoton dan tidak menarik sehingga ke depan pembelajaran daring akan memiliki stigma negative dan akan mengalami resistensi. Untuk itulah kreatifitas guru dibutuhkan agar pembelajaran daring menjadi menarik, tidak membosahkan dan akan selalu dirindukan oleh peserta didik.

2. Guru Bahasa Inggris

Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel beberapa guru bahasa Inggris SMP di beberapa sekolah di kabupaten Banyumas. Hal ini dilakukan untuk mempermudah koordinasi penulis karna sudah ada grup guru bahasa

(6)

6

Volume 6 Nomor 1 Tahun 2021

Inggris akan tetapi ada beberapa alasan lain juga yang pertama guru bahasa Inggris memiliki banyak tantangan dalam pembelajaran daring khususnya guru kelas 7 karna kurikulum sekarang tidak ada mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar meskipun ada yang masih melaksanakan tetapi sebagian besar siswa SMP kelas 7 sekarang bahasa Inggris adalah mata pelajaran baru yang belum dikenal sebelumnya. Yang kedua guru bahasa Inggris idealnya memiliki kemampuan lebih dalam penguasaan media pembelajaran online ataupun dunia maya karna sebuah aplikasi sebagian besar instruksinya menggunakan bahasa Inggris pada awalnya.

3. Kreativitas Guru Bahasa Inggris Mengajar Daring

Penggunaan media pembelajaran daring dalam mengajar yang dilakukan oleh beberapa guru bahasa Inggris SMP di kabupaten Banyumas sangat bervariasi. Ada berbagai platform yang digunakan seperti whatsapps, google classroom, facebook, instagram, google meet, zoom, quiziz, youtube, video pembelajaran, ms teams dsb. (Nurita Putranti, 2013) berpendapat mengenai mdia belajar online merupakan sebuah kegiatan belajar mengajar anatara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan media gadget dan juga internet dalam proses pelaksanaannya. Media ini menjadi sebuah terubososan beru bagi dunia pendidikan khususnya di masa pandemi, dimana pembelajaran harus dilakukan jarak jauh.

Wawancara dilakukan terhadap 8 guru bahasa Inggris yang dilakukan lewat online, observasi melalui pengamatan selama proses pembelajaran dalam screenshot chat whatsapp atau google classroom/media lainnya, Studi dokumen dilakukan sebagai data penguat sekaligus pendukung fakta-fakta yang terjadi dalam wawancara. Observasi & studi dokumen dilakukan melalui:

a. Soft file Sylabus. b. Soft file RPP.

c. Soft file Rencana Penilaian.

d. Soft file Bahan ajar (PPT, Video, sway, link youtube).

e. Screenshot chat Whatsapp grup, chat google classroom, chat fb. f. Screenshot google classroom, quizzizz.

g. Screenshot penilaian google classroom, google form, quizizz, TTS online. h. Screenshot video conference (zoom, google meet, Wa Vidcall).

Selanjutnya hasil wawancara, observasi & studi dokumen di atas penulis

membagi kreativitas dalam 3 tahapan mengajar daring :

1. Kreativitas Dalam Perencanaan.

Dalam mengajar daring guru melakukan perencanaan berbagai platform dan yang paling banyak dipakai adalah aplikasi whatsapp, google form, google classroom, zoom, google meet, quizizz, video pembelajaran, youtube dan instagram. Dari hasil penelitian di atas, hampir semua guru menggunakan aplikasi

(7)

7

Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak

whatsapp akan tetapi penulis simpulkan ada 3 jenis perencanaan yang dilakukan guru dalam mengajar daring. Yang pertama adalah guru yang menggunakan aplikasi whatsapp sebagai aplikasi utama ditambah aplikasi lain sebagai pendukung dalam satu pembelajaran yang kedua guru yang menggunakan perpaduan aplikasi google classroom & whatsapp sebagai aplikasi pengantar dan yang ketiga perpaduan video conference (google meet/zoom) dalam satu kali pembelajaran.

a. Whatsapp Sebagai Aplikasi Utama.

Menurut Larasati, dkk (2013), WhatsApp adalah aplikasi android berbasis internet yang memungkinkan penggunanya untuk dapat saling bertukar informasi secra instan. Media ini menjadi salah satu media paling mudah digunakan dalam proses pembelajaran, selain itu media ini juga menjadi media paling efektif, hal ini dikarenakan selain mudah dalam mengoperasikannya, media ini juga memiliki banyak fitur yang menunjang. Dengan media ini guru dapat mengirim, pesan teks, gambar, suara, bahkan video. Beberapa guru menggunakan whatsapp sebagai media pembelajaran online dalam mengajar daring, ada yang masih sederhana namun sebagian besar sudah melakukan variasi, tetapi pembelajaran utama tetap menggunakan whatsapp. Adapun perencanaan mengajarnya sbb.:

1) Membuat Grup Whatsapp

Hal pertama yang dilakukan oleh guru sebelum melakukan pembelajaran menggunakan aplikasi whatssapp yakni dengan mengumpulkan seluruh peserta didik dalam satu grup belajar. melalui grup inilah guru akan memberikan seluruh informasi terkait pelajaran kepada anak, baik berupa teks, gambar, suara atau video. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai admin atau operator yang mengomandoi grup tersebut.

2) Memasukkan peserta didik

Setelah membuat grup, berikutnya adalah mengajak peserta didik untuk masuk. Guru biasanya memasukan satu persatu peserta didik kedalam grup tersebut, atau guru hanya memberi instruksi pada ketua kelas untuk kemudian pesrta didik lain bergabung dalam grup belajar tersebut.

3) Menyiapkan aturan pembelajaran.

Aturan pembelajaran ini sangat penting agar siswa tidak membuat kegaduhan selama pembelajaran, selain itu dengan adanya aturan ini akan membuat proses belajar lebih efektif. Sebagai contoh aturan yang dibuat oleh guru dalam menggunakan whatsapp grup seperti tidak boleh komen ketika peserta didik sedang diberikan waktu untuk membaca mater.

4) Membuat jadwal dan rencana belajari, dsb.

Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar menjadi lebih teratur, sehingga tidak ada materi yang tidak tersampaikan pada peserta didik.

(8)

8

Volume 6 Nomor 1 Tahun 2021

Selain itu dengan adanya jadwal ini peserta didik juga akan lebih terstruktur dalam melakukan proses belajar.

5) Membuat bahan ajar dalam bentuk file word/PPT/video pembelajaran/link youtube.

Ada beberapa guru yang masih menggunakan file word/PPT sebagai bahan ajar yang akan disharekan melalui WAG namun ada juga yang sudah mengeshare bahan ajar yang bervariasi seperti video pembelajaran/link youtube/sway.

6) Membuat soal dalam bentuk file word/google form/quizizz.

Ada beberapa guru yang masih menggunakan soal penilaian harian atau tugas dengan file word namun ada yang sudah menggunakan google form atau quiz atau bahkan ms forms 365.

7) Memberitahukan aplikasi tambahan yang akan digunakan.

Meskipun aplikasi whatsapp sebagai media utama akan tetapi sebagian guru memberitahukan aplikasi-aplikasi lain sebagai pendukung pembelajaran seperti google form, quizizz, dsb.

b. Perpaduan Google Classroom dan WAG.

Google classroom merupakan aplikasi belajar, dimana biasanya digunakan guna menatasi ruang kelas yang terbatas, sehingga pembelajaran dilakukan disebuah ruang online semacam kelas hanya saja dalam bentuk aplikasi(Blundo, 2011). Beberapa guru menggunakan aplikasi whatsapp hanya sebagai pengantar atau untuk memberikan informasi-informasi akan tetapi pembelajaran utamanya memakai google classroom. Adapun langkah-langkah persiapannya sbb.:

1) Membuat kelas di google classroom.

Ketika guru sudah membuat kelas di google classroom dengan nama kelas disesuaikan dengan nama kelas misal 8A bahasa Inggris maka berikutnya membagikan kode kepada peserta didik agar mereka masuk dalam kelas.

2) Memasukkan peserta didik.

Memasukan peserta didik ke dalam google classroom dengan mengshare kode kelas di dalam chat WAG.

3) Menyiapkan materi dan penugasan dalam google classroom.

Dari hasil penelitian sebagian guru yang menggunakan aplikasi google classroom sudah tentu harus menyiapkan aplikasi lain misal untuk penilaian memakai google form, ms form, quizizz, dsb. dan juga materi-materi dalam bentuk softfile word/PPT/video pembelajaran/youtube. c. Perpaduan Video Conference (Google meet/Zoom) dan WAG.

Google Meet merupakan salah satu fasilitas pengembangan dari aplikasi Gmai. Dimana google meet digunakan untuk melakukan pembelajaran dengan model konferensi atau seminar secara virtual. Dimana pemateri daapat menjelaskan secara langsung pada audience dan audience dpat melihat secara langsung sipemateri. Awalnya Google menjalankan Meet

(9)

9

Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak

sebagai layanan komersial; pada bulan April 2020 Google juga mulai meluncurkannya untuk membebaskan pengguna. Sebagian besar guru sekarang sudah mulai beralih ke google meet meskipun masih ada beberapa yang memakai zoom. Persiapan yang harus dilakukan ketika akan mengajar daring dengan video conference adalah sbb.:

1) Menjelaskan tentang penggunaan zoom/google meet.

2) Membuat link media pembelajaran online yang akan digunakan (zoom, google meet)

Persiapan lain ketika guru akan mengajar daring secara

sinkronous yakni tatap muka online (real time) maka dia harus membuat link zoom atau google meet terlebih dahulu.

3) Mengeshare link zoom/google meet kepada peserta didik. 2. Kreativitas Dalam Pelaksanaan.

Terdapat 3 tahap dalam pelaksanaan pembelajaran daring, yakni pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Dalam pelaksanaan ini saya bagi menjadi 3 yakni yang pertama yang menggunakan whatsapp sebagai media utama, yang kedua google classroom sebagai media utama, ketiga video conference (Google meet/Zoom) sebagai media utama . Dan dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa kreativitas pelaksanaan mengajar dengan daring sbb.:

a. Whatsapp Sebagai Aplikasi Utama. Pendahuluan:

1) guru mengucapkan salam lewat chat; 2) guru menanyakan kondisi siswa lewat chat;

3) guru mengabsen siswa dengan list di chat WAG/voice note/google form; 4) guru melakukan apersepsi, tujuan pembelajaran, dan rencana penilaian

melalui chat WAG;

5) guru memotivasi peserta didik bahwa hasil karya terbaik akan dijadikan status WAG/status Whatsapp guru.

Kegiatan inti:

1) Guru mengshare bahan ajar berupa file word/PPT/Video

pembelajaran/link youtube (interpersonal/transaksional teks);

2) guru memberi kesempatan beberapa menit kepada peserta didik untuk membaca file word/PPT;

3) guru memberi kesempatan beberapa menit kepada peserta didik untuk mengamati video pembelajaran/link youtube;

4) guru menyuruh peserta didik untuk menirukan pengucapan beberapa kosa kata yang diucapkan guru melalui voice note;

5) guru memfasilitasi peserta didik untuk berdiskusi, menganalisis, tanya jawab secara berkelompok tentang materi yang diberikan (beberapa pertanyaan dialog)

6) guru mengeshare emoticon motivasi, emoticon lucu-lucu sebagai ice breaking;

(10)

10

Volume 6 Nomor 1 Tahun 2021

7) guru memfasilitasi peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya melalui whatsapp video call;

8) guru memberikan apresiasi lewat chat berupa emoticon terima kasih dan motivasi.

Penutup (kegiatan penutup kembali ke WAG):

1) guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari itu lewat chat;

2) guru memberi penguatan materi pertemuan itu dengan voice note/whatsapp video call.

b. Perpaduan Video Conference (google meet/zoom) dan WAG (menghadirkan native speaker dalam zoom).

Pendahuluan:

1) Sebelumnya guru menginformasikan lewat WAG bahwa hari itu pembelajaran lewat google classroom;

2) guru memberi alamat link google meet/zoom lewat chat WAG; 3) guru mengucapkan salam lewat video conference google meet; 4) guru menanyakan kondisi siswa lewat video conference google meet; 5) guru mengabsen siswa dengan cara dipanggil satu persatu agar langsung

diketahui keberadaan siswa tersebut dan diakhir absen lagi memakai google form lewat link yang dibagikan dichat.

Kegiatan inti :

1) Guru memfasilitasi peserta didik mengamati bahan ajar PPT sambil memberikan penjelasan (transaksional teks “Asking & giving opinion”) 2) guru menyuruh siswa secara berkelompok untuk mempraktikan dialog; 3) guru mempraktekan dialog menanyakan pendapat masing-masing siswa

tentang covid-19 secara sukarelawan;

4) guru memperkenalkan teman native speaker dari Australia;

5) guru menyuruh peserta didik untuk menyimak kalimat perkenalan dari native speaker tersebut;

6) guru memfasilitasi peserta didik untuk masing-masing mengajukan pertanyaan apa saja terkait pendidikan di Australia (sambil mengabsen). Penutup:

1) guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari itu; 2) guru memberi penguatan materi pertemuan hari itu; 3) guru memberikan penugasan berupa file melalui chat WAG. 3. Kreativitas Dalam Penilaian.

Menurut buku Panduan Penilaian kurikulum 2013 cetakan ke-4 tahun 2017 dijelaskan bahwa menilai hasil belajar siswa bukan hanya untuk mengetahui hasil atau nilai siswa. Akan tetapi penilaian lebih ditujukan untuk bagaimana hasil penilaian tersebut dapat meningkatkan minat dan semangat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, penilaian hendaknya dilakukan menggunakan tiga pendekatan, yakni; penilaian akhir pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran, dan penilaian sebagai pembelajaran.

(11)

11

Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak

Dan berdasarkan hasil penelitian beberapa guru bahasa Inggris SMP di beberapa sekolah di kabupaten Banyumas dapat disimpulkan berbagai kreativitas penilaian pembelajaran daring sbb.:

a. Microsoft Word.

Penggunaan Ms. word memang yang paling praktis dan masih banyak digunakan oleh guru. Guru tinggal mengeshare soal bisa lewat WAG/google classroom/email/ chat lainnya.

b. Aplikasi Google Form.

Aplikasi google form dalam penilaian adalah yang paling banyak digunakan oleh sebagian besar guru. Google form bisa memfasilitasi soal yang bergambar dan berwarna-warni dengan soal yang bervariasi pula dan hasilnya bisa langsung diketahui dan dianalisis.

c. Aplikasi Quizizz (https://quizizz.com/)

Aplikasi quizizz dapat digunakan untuk penilaian proses/formative (assessment as learning) dan juga penilaian sumatif (assessment of learning). Beberapa guru sudah menggunakan aplikasi ini untuk menjadikan proses pembelajaran jauh lebih menarik, mengerjakan soal sambil bermain.

d. Aplikasi Ms Forms 365

Aplikasi ini belum banyak yang menggunakan tetapi sudah ada yang menggunakan. Aplikasi ini hampir mirip google form tapi sebetulnya tampilan soalnya lebih elegan dan enak dibaca dibandingkan google form.

e. Penggunaan TTS online dengan Classtools.net.crossword

(https://www.classtools.net/crossword/)

Aplikasi ini sangat praktis bisa dilakukan melalui hp android dan TTS online ini digunakan untuk penilaian formatif atau untuk sekedar game di tengah-tengah pelajaran. Bisa hanya dengan 5-10 soal hasilnya akan bisa langsung dilihat. Aplikasi online ini juga bisa untuk scrambled word atau kata acak sesuai dengan mata pelajaran bahasa Inggris juga untuk semua mapel. KESIMPULAN

Sebagian besar guru memiliki kreativitas masing-masing dalam mengajar online. Ini adalah tantangan bagi para guru khususnya guru-guru bahasa Inggris SMP agar di dalam memanage pembelajaran daring agar tidak membosankan, tidak monoton dan menarik di mata siswa, selain itu siswwa juga lebih bersemangat dan termotivasi untuk giat belajar. dari penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwasanya kreativitas guru dalam mengajar mata pelajaran di masa pandemi yakni dengan menggunakan berbagai aplikasi yang dapat menunjang pembelajaran, sehingga pembelajaran juga tidak terkesan monoton dan membosankan. Adapun beberapa aplikasi yang digunakan oleh guru yakni diantaranya, whatsapp, google class room, perpaduan whatsapp dan google class

(12)

12

Volume 6 Nomor 1 Tahun 2021

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori.2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Asep Saeful Hamdani, Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka ( Open Ended)., hlm. 2.

Bahauddin, A, dkk. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Materi Dimensi Tiga Kelas X Sma. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa. Vol. 5 No. 4.http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdp b/article/view/15020

Blundo, D. a. 2011. E-learning Methodologies. A Guide for Designing and Developing elearning Courses. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Bilfaqih, Yusuf dan Qomarudin, M.Nur. 2015. Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring. Yogyakarta:Deepublish.

Heryadi, dkk. 2017. “Penggunaan Multimedia Interaktif Berbasis Adobe Flash Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Kewirausahaan. Teknologi Pembelajaran.” Vol. 2 No. 1. https://journal.institutpendidikan.ac.id/in dex.php/tekp/article/view/10 Kuntarto, Eko. 2017. “Keefektifan Model Pembelajaran Daring Dalam Perkuliahan

Bahasa

Indonesia di Perguruan Tinggi” dalam Journal Indonesian Language Education and Literature Vol. 3, No. 1, Desember 2017.http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/jeill/ 99

Larasati, W.,dkk. 2013. “Efektivitas Pemanfaatan Aplikasi WhatsApp sebagai Sarana Diskusi Pembelajaran Pada Mahasiswa (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)”. DiaksesDari

https://www.academia.edu/10886930/Efektivitas_Pemanfaatan_Aplikasi_W hatsApp_sebagai_Sarana_Diskusi_Pembelajaran_Pada_Mahasiswa_Survei_ Pada_Mahasiswa_Ilmu_Komunikasi_Fakultas_Ilmu_Sosial_dan_Humaniora _Angkatan_2012_UIN_Sunan_Kalijaga_Yogyakarta_?auto=downl

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.

Nurita P. 2013.” Cara Membuat Media Pembelajaran Online Menggunakan Edmodo”. Jurnal

(13)

13

Educreative: Jurnal Pendidikan Kreativitas Anak Pendidikan Informatika dan Sains, Vol. 2, No. 2, Desember 2013.

https://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/ saintek/article/view/224/223 Solso, Robert L. ,Maclin, Otto H. dan Maclin M. Kimberly. 2009. Psikologi Kognitif.

Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

SE Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19

Tim Direktorat Pembinaan SMP, 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Cetakan Keempat, 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Trisno Yuwono, kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola hlm.330

Zubaidah, S. 2018. Mengenal 4C: Learning and Inovation skills untuk Menghadapi Revolusi Industri 4.0. Makalah: Disampaikan dalam seminar 2nd Science Education National Conference di Universitas Trunojoyo Madura 13 Oktober.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun Laporan Tugas Akhir dengan judul

9/6/PBI/2007 tanggal 30 Maret 2007 dengan mempertimbangkan evaluasi manajemen atas prospek usaha setiap debitur, kinerja (performance) dan kemampuan membayar setiap

Adapun beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain: pemerintah desa segera memetakan potensi ekowisata yang ada pada kawasan hutan Selelos dan merancang serta

Adapun pengertian media sosial menurut Ryan (2014, p. 151) adalah payung dalam hal software dan jasa berbasis web yang memungkinkan penggunanya untuk berkumpul,

Mesurement model merupakan pengukuran model yang bersifat reflective atau outer model reflective menunjukkan bagaimana variabel manifest atau observed variabel

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Dinamika Sosial Matteseng Pemilik Lahan dan Petani Penggarap di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekangini

Prioritas penelitian yang akan dikerjakan oleh Balai Besar Litbang SDLP dan keempat balai koordinasinya adalah identifikasi, karakterisasi, evaluasi, dan pengelolaan sumberdaya

Teorema kekonvergenan yang dibicarakan di sini terkait dengan konsep keterintegralan- serentak (equi-lntegrable). Diketahui {f,} barisan fungsi yang terdefinisi pada / dan bernilai