• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA MUARA-BINUANGEUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM DESA MUARA-BINUANGEUN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

66

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA MUARA-BINUANGEUN

4.1.

Potensi Umum

4.1.1. Sekilas Tentang Desa Muara

Desa Muara adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini merupakan desa pesisir dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagi nelayan. Jarak dari desa tersebut ke ibu kota kecamatan adalah 9 Km, dengan waktu tempuh + 1 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan jarak ke ibu kota kabupaten adalah 100 Km, dengan waktu tempuh + 5 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Desa tersebut juga merupakan pusat kegiatan jual beli hasil nelayan karena di wilayah tersebut terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pada awalnya, TPI berjumlah dua. Satu berada di desa Muara, kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak, dan satu lagi berada di desa Binuangen, kecamatan Cikeusik, kabupaten Pandeglang. Kedua tempat pelelangan ini dipisahkan oleh sungai yang juga menjadi pembatas dua kabupaten yaitu kabupaten Lebak dan kabupaten Pandeglang. Karena sesuatu hal dan untuk efisiensi transaksi jual beli nelayan, akhirnya TPI yang berada di desa Binuangen di non-aktifkan dan dipusatkan di desa Muara. Sehingga dari TPI tersebut berkembanglah sebuah pasar yang tidak hanya sebagai tempat penjualan ikan saja. Tetapi juga menjadi tempat jual beli berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya.

(2)

67 Pasar tersebut merupakan suatu bentuk eksternalisasi positif dari adanya TPI. Sehingga secara ekonomi, pendapatan masyarakat meningkat dan proses pemasaran ikan menjadi lebih mudah. Dari pasar ini juga, berkembanglah jenis-jenis usaha lain masyarakat diluar sebagai nelayan yaitu sebagai pedagang, tukang ojek, sopir angkot, usaha kerajinan tangan dari kulit kerang atau terumbu karang, jasa, pertanian dan sebagainya.

Sebagian besar dari luas wilayah desa Muara, dipergunakan untuk pemukiman masyarakat dan pekarangan rumah. Bentuk pemukiman masyarakat sekitar pantai, polanya tidak beraturan dan berkerumun pada wilayah-wilayah tertentu. Dimana wilayah-wilayah tersebut dekat dengan pantai dan merupakan wilayah yang ramai. Sementara masyarakat yang aksesnya dekat ke jalan raya, pola perkampungannya tersebar disepanjang pinggiran jalan raya.

Di dalam perkembangannya, desa tersebut saat ini berkembang menjadi desa wisata pantai. Desa Muara menyajikan berbagai wisata pantai dengan karakteristik tempat wisata yang bermacam-macam. Sehingga tidak heran jika liburan tiba, pantai-pantai tersebut dipenuhi oleh pengunjung. Tempat-tempat wisata pantai tersebut antara lain, wisata pantai Kembang Ranjang, pantai Karang Malang, pantai Sawah Kabayan, dan pantai Panto. Tempat-tempat ini memiliki keunikan masing-masing dan memiliki historys yang berbeda-beda. Misalnya pantai Karang Malang yang memiliki bentuk pesisir karang yang seolah lurus dan menghalangi debut ombak di pantai. Sehingga pada saat ombak datang, terlihat indah ketika menghantam karang. Sedangkan pantai Karang Sawah Kabayan memiliki keunikan bentuk karangnya yang menyerupai petakan sawah dimana jika kita turun untuk melihtnya lebih dekat, petakan tersebut tampak indah karena

(3)

68 terdapat banyak ikan hias liar dan berbagai tumbuhan laut (seperti akuarium alami). Berbeda dengan pantai Panto, masyarakat sekitar percaya bahwa disekitar pantai Panto tersebut terdapat buaya. Konon buaya ini sering naik kedarat pada saat musim hujan atau terjadi banjir dari laut. Sepentias menyeramkan, tetapi pantai ini sangat sejuk karena di sekitar pantai ini ditumbuhi pohon kelapa dan di pantainya sendiri banyak terlihat perahu dan bagang.

Objek wisata pantai ini juga telah menyumbang banyak pendapatan baik bagi masyarakat sekitar maupun Pemda setempat. Sayangnya, sejauh ini pengelolaan terhadap objek wisata tersebut belum berjalan secara maksimal. Hal ini terbukti dari pengelolaannya yang kurang terorganisir dengan baik dan hanya berjalan pada saat musim liburan saja. Akibatnya adalah selain kurangnya perawatan terhadap pantai, juga keuntungan dari tempat hiburan tersebut sering dinikmati oleh oknum-oknum tertentu saja.

Gambar 4.1. Tempat wisata di desa Muara-Binuangeun.

   

(4)

69 4.1.2. Batas Wilayah

Desa Muara sering disebut sebagai Binuangen. Padahal, Binuangen merupakan desa lain yang berbatasan langsung dengan desa Muara. Di sebelah utara, desa tersebut berbatasan dengan desa Cipedang, kecamatan Wanasalam. Sedangkan sebelah selatannya berbatasan dengan samudera Indonesia. Disebelah timur desa, berbatasan dengan desa Wanasalam, kecamatan Wanasalam, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Binuangen, kecamatan Cikeusik, kabupaten Pandeglang. Penetapan batas-batas desa ini diatur dalam Peraturan Desa (Perdes) setempat.

4.1.3. Luas Wilayah

Desa Muara memiliki luas wilayah + 3.546 Ha. Sebagian besar dari luas wilayah tersebut dipergunakan sebagai pemukiman (+ 1.210 Ha) dan pekarangan rumah (+ 1.100 Ha). Sementara sisanya digunakan untuk sarana umum (413,5 Ha), Perkantoran (312 Ha), taman (300 Ha), perkebunan (187 Ha), Persawahan (16 Ha) dan lahan yang digunakan untuk pekuburan umum (7,5 Ha).

Berdasarkan data diatas, terlihat jelas bahwa areal pertanian sawah sangat kecil. Seperti telah dijelaskan diawal bahwa usaha di bidang pertanian kurang begitu diminati oleh masyarakat. Masyarakat lebih tertarik untuk menjadi seorang nelayan. Di sisi lain, terlihat bahwa luas pekarangan jauh lebih luas daripada areal pertanian. Artinya adalah masyarakat sekitar masih memiliki lahan yang belum termanfaatkan secara maksimal. Hal ini terlihat bahwa ditempat sekitar pekerangan rumah penduduk selain sebagai tempat menjemur pakian, pekarangan tersebut dibiarkan kosong begitu saja. Sehingga memungkinkan jika diadakannya

(5)

70 upaya penyuluhan terhadap masyarakat, lahan tersebut bisa dimanfaatkan untuk lahan usaha ternak, tanaman di dalam pot dan sebagainya. sehingga dapat menambah produktifitas nelayan sekitar.

4.1.4. Pertanian dan Perkebunan Masyarakat

Berdasarkan iklimnya, desa Muara memiliki curah hujan + 260 mm dengan jumlah bulan untuk terjadinya hujan sebanyak 4 bulan. Sehingga dapat dikatakan curah hujan di desa tersebut cukup layak untuk pertanian. Akan tetapi berdasarkan tekstur tanahnya yang merupakan tanah pasir, maka bentuk pertanian untuk padi sawah kurang begitu baik. Sehingga tidaklah mengherankan jika data yang di peroleh menunjukan bahwa, hasil pertanian masyarakat desa Muara tidak memiliki angka yang sangat besar. Data dari pemerintah desa setempat untuk tahun 2008-2009 saja memperlihatkan bahwa 3 Ha dari luas keseluruhan lahan pertanian digunakan untuk tanaman ubi kayu. Sementara sisanya tidak diketahui apakah lahan tersebut dimanfaatkan untuk pertanian atau tidak.

Sementara untuk perkebunan sendiri, komoditas utamanya adalah kelapa. Berdasarkan data desa Muara, luas wilayah untuk perkebunan kelapa sebayak 15 Ha. Dari setiap hektarnya, menghasilkan produksi rata-rata sebanyak 26.300 kwintal setiap tahunnya. Sehingga kelapa banyak menyumbang pendapatan untuk masyarakat. Seluruh perkebunan kelapa ini merupakan milik pribadi masyrakat sekitar.

(6)

71 4.1.5. Peternakan dan Perikanan Masyarakat

4.1.5.1. Peternakan

Melihat keadaan tanah yang kurang baik dan kurang produktif untuk usaha pertanian, maka masyarakat lebih tertarik untuk melakukan usaha di bidang peternakan. Usaha-usaha ternak yang diupayakan masyarakat diantaranya adalah usaha ternak Sapi, Kerbau, Ayam Kampung, Bebek, Kambing dan Angsa. Hasil ternak masyarakat ini dijual langsung ke konsumen. Sedangkan untuk hewan kecil seperti ayam, pada umumnya hanya dapat mencukupi kebutuhan peternaknya saja. Berikut ini adalah tabel data jenis populasi ternak masyarakat desa Muara sampai dengan tahun 2009 :

Tabel 4.1. Data usaha peternakan masyarakat di desa Muara sampai Tahun 2009.

No .

Jenis Ternak Jumlah Pemilik (orang) Perkiraan Jumlah Populasi

(ekor) 1. Sapi 9 66 2. Kerbau 11 95 3. Ayam kampung 1.570 3.955 4. Bebek 8 340 5. Kambing 4 870 6. Angsa 1 5 4.1.5.2. Perikanan

Karena wilayahnya yang terletak di pantai, maka jenis perikanan yang paling utama dihasilkan oleh masyarakat adalah ikan dari laut. Akan tetapi ada juga jenis ikan air tawar yang di budi dayakan penduduk yaitu ikan mujair dan nila. Sejauh ini, alat-alat yang digunakan nelayan dalam menangkap ikan diantaranya adalah pukat sebanyak 17 unit dan jala sebanyak 21 unit (yang terdata oleh pemerintah desa tahun 2008). Hasil tangkapan

(7)

72 nelayan tersebut, ada yang dipasarkan langsung pada konsumen, ada yang di olah kembali menjadi ikan asin, dan ada juga yang langsung dijual pada tengkulak dan pengecer. Berikut ini adalah data jenis ikan yang ditangkap nelayan dan jumlah tangkapan setiap tahunnya.

Tabel 4.2. Data jenis ikan yang dihasilkan oleh masyarakat di desa Muara sampai Tahun 2009.

No. Jenis Ikan Hasil tangkapan (ton/tahun)

1. Tuna 2 2. Tongkol/ Cakalang 10 3. Hiu 2 4. Kakap 2 5. Tenggiri 1 6. Jambal 1 7. Pari 0,5 8. Kuwe 3 9. Blanak 4 10. Cumi 3 11. Sarden 4 12. Bawal 1 13. Kembung 2

14. Ikan ekor kuning 2

15. Kerapu / Sunuk 1 16. Teripang 0,5 17. Cucut 1 18. Layur 5 19. Udang/ Lobster 5 20. Tembang 2 21. Bandeng 3 22. Rajungan 0,2 23. Mujair 1 24. Nila 2 25. Rumput laut 5

(8)

73 4.1.6. Sumber Daya Air

Di desa Muara ini, terdapat satu sungai yang mengalir dari desa Cipedang sampai dengan ke desa Muara. Sungai ini bermuara di laut yang ada desa Muara. Sungai ini juga merupakan pembatas antara kabupaten Lebak dengan kabupaten Pandeglang. Nama ‘Muara’ sendiri di ambil dari sungai Cipedang yang bermuara di laut dekat desa tersebut. Debit aliran sungai ini cukup besar, bahkan pada saat musim penghujan datang terkadang air meluap dan menyebabkan banjir. Airnya sangat keruh dan tidak bisa digunakan untuk air minum.

Di dalam mencukupi kebutuhan air minum dan kebutuhan air rumah tangga, masyarakat sekitar membangun sumur gali dan sumur pompa secara pribadi. Sampai dengan saat ini, sumur gali terdapat 1.870 unit, dengan jumah pengguna sebanyak 2.521 Kepala Keluarga (KK). Sementara sumur pompa terdapat 7 unit dengan jumlah pengguna sebanyak 11 KK. Untuk memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan air minum, di desa ini terdapat 5 unit depot isi ulang air mineral, dengan jumlah pengguna sampai dengan saat ini sebanyak 2.415 KK.

4.2.

Potensi Sumber Daya Manusia

4.2.1.

Jumlah dan Tingkat Pendidikan Masyarakat

Desa Muara memiliki jumlah penduduk + 10.196 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 2.521 Kepala Keluarga. Berdasarkan jenis kelaminnya, jumlah laki-laki di desa ini sebanyak + 5.244 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak + 4.952 jiwa. Sesuai data yang diperoleh, seluruh masyarakat di desa Muara berkewarganegaraan Indonesa dan sebagian besar beragama Islam.

(9)

74 Sementara tingkat pendidikan masyarakat pada umumnya adalah hanya tamatan SD saja. Tingkat pendidikan tertinggi yang pernah dijalani oleh beberapa anggota masyarakat adalah S2. Hal ini menunjukan bahwa, tingkat pendidikan masyarakat sudah bisa dikatkan baik. Karena secara umum, masyarakat desa yang memiliki akses terbatas terhadap pendidikan sebagian besar hanya dapat mengenyam pendidikan sampai dengan setingkat SLTA. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang tidak tamat SD atau tidak pernah sama sekali duduk di bangku sekolahan. Berikut ini adalah data yang menyajikan tingkat pendidikan penduduk di desa Muara berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 4.3. Data tingkat pendidikan masyarakat di desa Muara berdasarkan jenis kelamin sampai Tahun 2009.

Tingkatan Pendidikan Laki-laki Perempuan

Tamat SD/Sederajat 952 640

Tamat SLTP/Sederajat 421 496

Tamat SLTA/ Sederajat 242 207

Tamat D-1/ Sederajat 75 56 Tamat D-2/ Sederajat 93 45 Tamat D-3/ Sederajat - - Tamat S1/ Sederajat 44 25 Tamat S2/ Sederajat 15 5 Tamat S3/ Sederajat - - 4.2.2. Etnis Penduduk

Masyarakat desa Muara sebagian besar merupakan etnis penduduk Sunda. Etnis lain yang memiliki jumlah yang lumayan banyak adalah etnis Jawa. Etnis Sunda merupakan penduduk asli atau penduduk pribumi desa Muara. Sementara etnis lain di luar etnis Sunda adalah penduduk pendatang yang mencoba mencari nafkah di desa tersebut. Etnis Jawa dan beberapa etnis lain seperti Aceh, Madura dan Makasar ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan. Dan

(10)

75 ternyata etnis pendatang ini lebih berhasil dan maju dalam bidang perekonomian. Hal ini terbukti dari sebagian besar pemilik perahu dan Langgan di desa itu adalah etnis diluar etnis Sunda.

Kenyataan yang terjadi dilapangan, kini pemerintah sulit mengidentifikasi etnis-etnis penduduk yang ada di wilayah tersebut. Penyebabnya adalah karena terjadinya perkawinan antar etnis sehingga menyebabkan masyarakat dengan etnis tertentu bercampur dengan etnis lain. Hal ini terlihat dengan hilangnya beberapa perkampungan yang mencerminkan etnis tertentu seperti kampung Jawa (milik etnis Jawa), dan kampung Bugis (milik etnis Bugis). Berikut ini data etnis penduduk yang dapat diperoleh dari lapangan sampai dengan tahun 2009 :

Tabel 4.4. Data etnis masyarakat di desa Muara berdasarkan jenis kelamin sampai Tahun 2009.

Etnis Penduduk Laki-laki Perempuan

Aceh 1 1 Sunda 3.852 4.210 Jawa 1.360 740 Madura 1 1 Makasar 25 3

4.2.3. Mata Pencaharian Penduduk

Masyarakat desa Muara sebagian besar bermata pencaharian sebagai Nelayan. Berdasarkan data pemerintahan desa, yang berprofesi sebagai Nelayan semuanya adalah kaum laki-laki. Sementara perempuan lebih banyak bekerja sebagai buruh tani dan sebagai pengusaha kecil dan menengah yang dikelola sendiri. Mata pencaharian yang kedua adalah menjadi pengusaha kecil dan menengah. Sementara bidang pertanian menempati peringkat ketiga. Data juga menunjukan bahwa ternyata buruh tani jumlahnya relatif lebih banyak dari pada

(11)

76 petani pemilik. Berikut ini akan disajikan tabel yang menunjukan jenis pekerjaan masyarakat berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 4.5. Data mata pencaharian masyarakat di desa Muara berdasarkan jenis kelamin sampai Tahun 2009.

No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1. Petani 305 100

2. Buruh Tani 556 285

3. Pegawai Negeri Sipil 201 69

4. Pengrajin industri rumah tangga 11 24

5. Pedagang keliling 47 103

6. Nelayan 5.530 -

7. Montir 25 -

8. Bidan swasta - 4

9. Pembantu rumah tangga - 120

10. TNI 6 -

11. POLRI 15 -

12. Pensiunan PNS/POLRI/TNI 22 35

13. Pengusaha kecil dan menengah 1.438 314

14. Dukun kampong terlatih - 5

15. Jasa pengobatan alternative 1 -

16. Dosen swasta 2 1

17. Pengusaha besar 16 1

18. Seniman 5 2

19. Kariyawan perusahaan swasta 52 18

20. Karyawan perusahaan pemerintah 3 2

(12)

77 4.3. Potensi Kelembagaan

Sampai dengan saat ini, desa Muara memiliki kelembagaan yang aktif diantaranya adalah kelembagaan pemerintahan, lembaga kemasyarakatan, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan, lembaga adat, dan lembaga keamanan desa. Berikut ini akan dijabarkan kelembagaan-kelembagaan tersebut.

4.3.1. Kelembagaan Pemerintahan dan Kemasyarakatan

Seperti halnya desa lain, desa Muara memiliki lembaga pemerintahan yang cukup memadai. Desa ini memiliki jumlah aparat desa sebanyak 6 orang dan perangkat desa sebanyak 4 unit kerja. Perangkat desa ini dipimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh 6 orang stafnya. Kepala desa Muara mengurusi sebanyak 7 RW yang terdiri dari 27 RT. Untuk mengawasi kinerja dan jalannya program kepala desa, di desa Muara ini juga di bentuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Anggota BPD sebanyak 13 orang dan merupakan perwakilan dari setiap kampung di desa tersebut. Lembaga kemasyarakatan lain yang juga ada selain RT dan RW di desa Muara ini adalah kelembagaan Karang taruna, kelompok tani / nelayan, dan organisasi keagamaan.

4.3.2. Lembaga Ekonomi Masyarakat

Di dalam membantu masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat, di desa Muara terdapat beberapa kelembagaan ekonomi. Di desa ini terdapat koperasi simpan pinjam dan kelompok simpan pinjam yang anggotanya adalah para nelayan di desa tersebut. Sayangnya koperasi ini kurang diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari jumlah anggota atau pengurus yang

(13)

78 terlibat hanya sekitar 7 orang untuk koperasi simpan pinjam dan 5 orang untuk kelompok simpan pinjam.

Masyarakat pada umumnya lebih tertarik untuk menggunakan jasa lembaga keuangan non-bank yaitu Langgan. Alasannya adalah proses peminjaman uang saat butuh lebih mudah kepada tengkulak dari pada ke koperasi atau Bank Perkreditan Rakyat serta Bank pemerintah yang terdapat di situ. Di samping itu, tengkulak tidak segan-segan membantu nelayan dengan jumlah yang sangat besar. Akan tetapi nelayan tersebut harus menjual hasil tangkapannya pada

Langgan yang memberi pinjaman padanya dengan harga yang ditetapkan

Langgan. Sampai dengan saat ini lembaga keuangan non-bank yang terdapat di desa Muara ada 3 unit.

Disisi lain, selain disektor Nelayan, masyarakat sekitar banyak yang berwira usaha dengan mendirikan industri makanan, pengolahan ikan, kerajinan tangan dari kulit kerang atau terumbu karang, restoran dan sebagainya. Ternyata sektor lain di luar nelayan juga banyak memberikan kontribusi besar dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Buktinya adalah sampai dengan saat ini terdapat 15 unit industri pengolahan makanan yang umumnya berbahan baku ikan, 6 industri bahan bangunan, 3 unit industri kerajinan tangan dan 9 unit restoran. Sektor lain yang juga dilirik masyarakat adalah usaha jasa seperti jasa transportasi, hiburan dan sebagainya.

4.3.3. Lembaga Pendidikan

Di dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia di desa, desa Muara memiliki sarana pendidikan baik formal maupun informal. Desa Muara memiliki

(14)

79 2 unit TK yang statusnya swasta dan 5 buah SD dengan status Negeri sebanyak 3 dan 2 diantaranya berstatus swasta. Adapun pendidikan formal yang ada di desa ini lebih diarahkan pada aspek keagamaan. Di desa ini selain pondok pesantren, juga terdapat Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.

4.3.4. Lembaga Adat

Kelembagaan adat yang ada di Desa Muara pada saat ini aktivitasnya lebih pada upacara-upacara adat nelayan. Kelembagaan adat ini dipimpin oleh seorang pemangku adat yang dibantu oleh kepengurusan dalam adat yang berkembang pada masyarakat setempat. Di dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan budaya setempat, biasanya pemangku adat tersebut mengadakan musyawarah adat. Kegiatan adat lainnya adalah upacara adat dalam perkawinan, dan upacara adat dalam bidang perikanan / laut. Adat masyarakat setempat merupakan bentuk adat suku sunda dan jawa. Dimana dalam prakteknya sama dengan yang dilakukan oleh masyarakat jawa / sunda yang memiliki tempat tinggal di sekitar pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan.

4.3.5. Lembaga Keamanan Desa

Keamanan suatu desa tentu saja menjadi salah satu faktor penting yang harus diutamakan untuk kelangsungan hidup masyarakat desa. Oleh sebab itu, desa Muara juga saat ini memiliki kelembagaan keamanan yang cukup baik. Untuk menjaga keamanan desa, maka di sediakan 23 orang hansip dan 27 pos kamling yang tersebar di seluruh kampung di desa tersebut. Disamping itu, untuk keamanan juga, pemerintah desa mengadakan kerjasama dengan TNI dan POLRI.

(15)

80

4.4.

Potensi Sarana dan Prasarana

4.4.1. Sarana Umum

Sarana dan prasarana yang terdapat di desa Muara diantaranya adalah sarana transportasi yang sudah cukup baik dimana jalan sudah di aspal dengan baik dan dapat dilalui oleh kendaraan darat apa saja. Disamping itu, karena sarana jalan raya yang cukup baik ini memudahkan akses masyarakat untuk beraktivitas seperti memasarkan hasil tangkapan ikan yang dilakukan nelayan, mengunjungi kerabat dan sebagainya. Di sisi lain, dengan akses jalan yang sudah cukup baik ini memudahkan para wisatawan untuk berkunjung ke pantai di desa Muara.

Sarana komunikasi yang berkembang di desa ini antara lain adalah telpon, baik telpon genggam maupun telpon rumah. Untuk kelancaran berkomunikasi, di desa tersebut juga terdapat telpon umum, warnet dan wartel. Sarana komunikasi lain yang juga tersedia diantaranya adalah kantor pos, radio / TV, Koran dan majalah. Di dalam memenuhi kebutuhan rohani terutama dalam hal peribadatan, di desa sudah terdapat 3 buah mesjid dan 19 surau atau langgar yang tersebar di desa. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, di desa sudah disediakan fasilitas lapangan sepak bola, bulu tangkis, volli dan sebagainya.

4.4.2. Sarana Kesehatan

Di dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan, saat ini terdapat sarana kesehatan diantaranya adalah puskesmas, poliklinik, apotik posyandu, rumah bersalin dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Sarana kesehatan ini didukung oleh tenaga medis yang cukup baik. Jumlah tenaga medis yang terdapat di Desa Muara sebanyak 5 orang dan 3 orang bidan. Selain itu juga

(16)

81 terdapat 5 orang dukun bersalin yang siap untuk membantu dalam persalinan. Di bawah ini di sajikan tabel prasarana kesehatan yang terdapat di desa Muara.

Tabel 4.6. Data sarana kesehatan di desa Muara sampai tahun 2009.

No. Jenis Parasarana Jumlah (unit)

1. Puskesmas 1

2. Poliklinik 1

3. Apotik 2

4. Posyandu 7

5. Rumah bersalin 1

Gambar

Gambar 4.1. Tempat wisata di desa Muara-Binuangeun.  
Tabel 4.1. Data usaha peternakan masyarakat di desa Muara sampai Tahun  2009.
Tabel 4.2. Data jenis ikan yang dihasilkan oleh masyarakat di desa Muara  sampai Tahun 2009.
Tabel 4.3. Data tingkat pendidikan masyarakat di desa Muara berdasarkan jenis  kelamin sampai Tahun 2009.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan desa untuk membantu tugas Pemerintah Desa dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan,

08 Persentase dukungan hubungan kelembagaan dan kemasyarakatan antara Presiden dan/atau Menteri Sekretaris Negara dengan lembaga negara, lembaga daerah, lembaga non

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (2) Peraturan Bupati Belitung Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Terdampak Bencana Non

Manfaat yang ingin saya capai adalah supaya orang yang membaca skripsi ini mengetahui lebih dalam mengenai ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip Bushido khususnya dari ajaran

Dalam area konservasi ex situ , provenans yang akan dipilih untuk ditanam dalam suatu lokasi sebaiknya merupakan kombinasi provenans yang memiliki kisaran nilai

Dengan menargetkan peningkatan kapasitas lembaga kemasyarakatan, pemerintahan desa, perekonomian masyarakat desa dan sarana prasarana perdesaan diharapkan dapat

Apa yang dipikirkan Plato memiliki kesamaan dengan Ajaran Islam, yaitu tentang konsep manusia yang memiliki dasar jiwa dan raga, keduanya adalah fasilitas yang diberikan

Diperdengarkan deskripsi pendek dan sederhana  tentang alat transportasi/rambu lalu lintas/dan alat-