• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN OBSERVASI PAGUYUPAN KESENIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN OBSERVASI PAGUYUPAN KESENIAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

123

(2)

PEDOMAN OBSERVASI PAGUYUPAN KESENIAN

KEARIFAN LOKAL KESENIAN REYOG DAN UPAYA UNTUK MEMPERTAHANKANNYA DI DESA SUMOROTO KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

No Objek Observasi Keterangan

1. Hubungan antar anggota dalam paguyupan 2. Kegiatan Latihan

paguyupan

3. Kelengkapan peralatan tari dalam paguyupan

4. Keikut sertaan paguyupan dalam pementasan

(3)

PEDOMAN OBSERVASI PENGRAJIN

KEARIFAN LOKAL KESENIAN REYOG DAN UPAYA UNTUK MEMPERTAHANKANNYA DI DESA SUMOROTO KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

No Objek Observasi Keterangan

1. Pembuatan kerajinan 2. Karyawan yang membuat

kerajinan

3. Keikutsertaan pengrajin dalam paguyupan pengrajin Reyog

(4)

PEDOMAN OBSERVASI MASYARAKAT

KEARIFAN LOKAL KESENIAN REYOG DAN UPAYA UNTUK MEMPERTAHANKANNYA DI DESA SUMOROTO KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

No Objek Observasi Keterangan

1. Ketertarikan masyarakat pada kesenian Reyog 2. Keterlibatan masyarakat

dalam kesenian Reyog 3. Pemahaman masyarakat

(5)

INSTRUMEN PENELITIAN PENGRAJIN REYOG Nama : Usia : Pendidikan : Alamat : Pekerjaan :

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah atau asal usul kesenian reyog secara umum? 2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog?

B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto 1. Apa saja bentuk kerajinan yang dibuat?

2. Adakah ketentuan untuk menjadi seorang penngrajin reyog? 3. Siapa saja yang ikut berperan dalam proses pembuatan kerajinan?

4. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto dan Di Ponorogo terus berkembang dengan baik?apa alasannya?

5. Apakah kesenian berupa kerajinan dari desa sumoroto dikenal hingga luar daerah Sumoroto?Dimana saja?

6. Bagaimana usaha anda dalam membuat kerajinan ini mampu bertahan hingga sekarang?

7. Apakah setiap kerajinan yang dibuat oleh beberapa pengrajin memiliki ciri khas masing-masing atau memiliki kebakuan bentuk kerajinan reyog?

8. Adakah paguyuban pengrajin di wilayah Desa maupun tingkat Kabupaten? Jika ada, apakah paguyuban tersebut aktif dalam kegiatan paguyuban dan kegiatan apa saja yang dilakukan dalam paguyuban tersebut?

C. Nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog 1. Nilai sosial apa yang terkandung dalam reyog?

(6)

3. Adakah aturan dasar pada pembuatan kerajinan reyog?siapa yang membuat aturan tersebut?

4. Norma apa yang terkandung dalam karakter reyog?

5. Apakah nilai dan norma tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari bagi pelaku kesenian?

6. Adakah ritual tertentu yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan pembuatan kerajinan tersebut?

7. Adakah sanksi yang diterapkan bagi orang yang melanggar norma pada kesenian tersebut?apa bentuk sanksi yang diberikan bagi pelanggarnya?

D. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran anda dalam memelihara kerajinan reyog agar tetap ada?dan apakah dilakukan oleh individu atau kelompok?

2. Apakah para generasi muda baik dari keluarga atau orang lain berminat akan meneruskan pembuatan kerajinan ini?

3. Bagaiamana cara anda untuk memperkenalkan dan menarik perhatian kerajinan reyog pada masyarakat luas dan generasi muda?

4. Kepada siapa saja kerajinan reyog ini diperkenalkan dan dilestarikan? 5. Siapa saja yang turut serta dalam proses memelihara kesenian ini?

6. Adakah peran masyarakat, paguyuban tari dan pemerintah untuk melestarikan kerajinan Reyog?bagaimana perannya?

7. Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam memelihara kerajinan reyog?dan bagaimana cara mengatasinya?

(7)

INSTRUMEN PENELITIAN KELOMPOK KESENIAN Nama : Usia : Pendidikan : Alamat : Pekerjaan :

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah atau asal usul kesenian reyog secara umum? 2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog?

B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto

1. Apa saja bentuk kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto?

2. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto dan Di Ponorogo terus berkembang dengan baik?apa alasannya?

3. Seberapa seringkah kelompok kesenian anda mendapat tawaran pementasan? 4. Berapa biaya yang dikenakan pada saat pementasan?

5. Apakah kesenian reyog di Desa Sumoroto dikenal tidak hanya di wilayah sumoroto saja?

6. Dimanakah kota terjauh dalam mengadakan kegiatan kesenian Reyog? 7. Kapan dan dimana tarian tersebut dapat dipentaskan?

8. Siapa saja yang terlibat dalam kesenian reyog di Desa Sumoroto?

9. Adakah paguyuban kesenian Reyog di wilayah Desa hingga Kabupaten?jika iya, apakah paguyuban tersebut aktif dalam kegiatan paguyuban dan kegiatan apa saja yang dilakukan dalam paguyuban tersebut?

10. Apakah setiap tarian pada kesenian reyog yang dibuat oleh beberapa paguyuban memiliki ciri khas masing-masing dan memiliki kebakuan bentuk kesenian reyog?siapa yang membuat cirri khas dan kebakuan dari tarian tersebut?

(8)

C. Nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog 1. Nilai sosial apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

2. Nilai-nilai lain apa yang terkandung dalam kesenian reyog? 3. Norma apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

4. Adakah aturan yang dikenakan pada setiap pemain Reyog?

5. Apakah nilai dan norma tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari bagi pelaku kesenian?

6. Adakah ritual tertentu yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan pementasan tersebut?

7. Adakah sanksi yang diterapkan bagi orang yang melanggar norma pada kesenian tersebut?apa bentuk sanksi yang diberikan bagi pelanggarnya?

D. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran anda dalam memelihara kesenian reyog agar tetap ada?

2. Kepada siapa saja kesenian reyog ini diperkenalkan dan dilestarikan?bagaimana caranya?

3. Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam memelihara kesenian reyog baik dari internal maupun eksternal paguyuban kesenian ini? dan bagaimana cara mengatasinya?

4. Siapa saja yang turut serta dalam proses memelihara kesenian ini?

5. Bagaiamana cara kelompok kesenian untuk memperkenalkan dan menarik perhatian kesenian reyog pada masyarakat luas dan generasi muda?

6. Adakah peran masyarakat, pengrajin dan pemerintah untuk melestarikan kerajinan Reyog?bagaimana perannya?

7. Bagaimana cara agar kesenian reyog pada kelompok ini dapat bertahan sampai sekarang?

(9)

INSTRUMEN PENELITIAN

DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Nama :

Usia :

Pendidikan : Alamat : Pekerjaan :

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah kesenian reyog secara umum? 2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog? B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di wilayah pedesaan seperti Desa Sumoroto dan Di Ponorogo terus berkembang dengan baik? Apa alasannya?.

2. Kenapa ada monumen bantarangin di Desa Sumoroto? 3. Kegiatan apa saja yang dilakukan di monumen tersebut?

C. Nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog 1. Nilai sosial apa yang terkandung dalam kesenian reyog?.

2. Nilai-nilai lain apa yang terkandung dalam kesenian reyog?. 3. Norma apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

4. Apakah nilai dan norma yang terkandung dalam kesenian reyog dapat dikenal oleh masyarakat luas di Ponorogo?

5. Adakah aturan yang dibuat pemerintah dalam pembuatan kerajinan maupun tarian pada kesenian Reyog?

6. Bagaimana penerapan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, apakah tidak membatasi kreatifitas para pelaku kesenian?

(10)

D. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran pemerintah dalam memelihara kesenian reyog agar tetap ada?

2. Bagaimana peran pemerintah agar kesenian reyog baik berupa tarian dan kerajinan di beberapa daerah tetap bertahan di tengah perkembangan jaman?

3. Kepada siapa saja kesenian reyog ini diperkenalkan dan dilestarikan?

4. Bagaiamana cara pemerintah untuk memperkenalkan dan menarik perhatian kesenian reyog pada masyarakat luas dan generasi muda?

5. Dimanakah biasanya kesenian ini dipentaskan? 6. Kapan saja kesenian ini diperkenalkan?

7. Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam memelihara kesenian reyog?dan bagaimana cara mengatasinya?

8. Siapa saja yang turut serta dalam proses memelihara kesenian ini?

9. Bagaimana menanggapi permasalahan yang dihadapi para pengrajin dan kelompok kesenian berupa kekurangan dana?

10. Apa tanggapan mengenai keinginan salah satu kelompok kesenian mengenai mengadakan Festival reyog antar kecamatan agar yang hidup tidak hanya reyog di wilayah Nasional tetapi tetap menghidupkan kelompok kesenian di daerah Ponorogo sendiri?

11. Apa program pemerintah kedepannya untuk kesenian reyog?

12. Apa tanggapan pemerintah mengenai persaingan antar pengrajin yang menyebabkan beberapa pengrajin rugi karena perbedaan harga kerajinan?

13. Adakah upaya pemerintah agar para pengrajin tidak meminjam uang dari pihak swasta yang memiliki bunga yang tinggi?

(11)

INSTRUMEN PENELITIAN MASYARAKAT DI DESA SUMOROTO

Nama :

Usia :

Pendidikan : Alamat : Pekerjaan :

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah kesenian reyog secara umum? 2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog? B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah anda mengetahui bentuk kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto? 2. Karakter apa yang anda ketahui dari kesenian reyog?

3. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto dan Di Ponorogo terus berkembang dengan baik? Apa alasannya?

4. Apakah anda pernah melihat kesenian reyog di Desa hingga wilayah lain?

5. Bagaimana menurut anda kesenian reyog baik kesenian tari maupun kerajinan yang ada di Desa Sumoroto? apakah sudah baik atau belum?

C. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran anda dalam memelihara kesenian reyog agar tetap ada? 2. Kepada siapa saja anda memperrkenalkan dan meletarikan kesenian ini? 3. Bagaiamana cara anda untuk memperkenalkan pada masyarakat luas?

4. Menurut anda apakah kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah setiap tahunnya mampu membuat kesenian reyog dikenal dan dilestarikan dengan baik?

(12)

INSTRUMEN PENELITIAN KEPALA DESA Nama : Usia : Pendidikan : Alamat : Pekerjaan :

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah kesenian reyog secara umum? 2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog? B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di wilayah pedesaan seperti Desa Sumoroto terus berkembang dengan baik? Apa alasannya?

C. Nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog

1. Apakah anda mengetahui nilai sosial yang ada pada kesenian reyog? jika iya, apa sajakah nilai sosial yang terkandung di dalamnya?

2. Apakah anda mengetahui nilai-nilai lain yang terkandung dalam kesenian reyog? misal nilai budaya?

3. Apakah anda mengetahui norma yang terkandung dalam kesenian Reyog? jika iya, apa sajakah norma yang terkandung di dalamnya?

D. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran anda sebagai kepala desa dalam memelihara kesenian reyog agar tetap ada?

2. Kepada siapa saja anda memperrkenalkan dan meletarikan kesenian ini? 3. Bagaiamana cara anda untuk memperkenalkan pada masyarakat luas?

4. Menurut anda apakah kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah setiap tahunnya mampu membuat kesenian reyog dikenal dan dilestarikan dengan baik?

(13)

5. Bagaimana menurut anda selaku kepala desa Sumoroto mengenai keadaan kesenian reyog? apakah wilayah Sumoroto memiliki peranan penting dalam kesenian reyog?

(14)

HASIL WAWANCARA PENGRAJIN REYOG

Nama : Bonaryanto Usia : 55 tahun Pendidikan : SMP

Alamat : Jl. Sabuk Janur

Pekerjaan : Perangkat desa/pengrajin (25 Mei 2014)

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah atau asal usul kesenian reyog secara umum? 2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog?

B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto 1. Apa saja bentuk kerajinan yang dibuat?

Jawaban: Kepala reyog/ barongan, dadak merak, topengganongan/ pujonggo anom, eblek/kuda lumping, topeng Klono Sewandhono, pecut samandiman, sabuk olor warok, souvenir besar dan kecil, untuk alat musiknya trompet, dan angklung.

2. Adakah ketentuan untuk menjadi seorang penngrajin reyog?

Jawaban: tidak ada ketentuan untuk menjadi pengrajin, kalau saya jadi pengrajin itu hanya untuk mencari kebutuhan ekonomi, dulu saya pernah ternak kambing, kalau ditanya kenapa pindah profesi saya selalu menjawabnya dengan bercanda, kalau ternak kambing saya harus member makan kambing itu, tapi kalau menjadi pengrajin saya tindak memberi makan reyog. dulu saya ternak kambing hasilnya Alhamdulillah tapi tetap kurang.

Awal saya menjadi pengrajin reyog dulu lebih dulu menjadi pengrajin kulit bintanag yang ikut acara pameran di alon-alon dengan ajakan Dinas Pariwisata berkumpul jadi satu dengan pengrajin reyog, karena saya satu stan dengan pengrajin reyog yang sudah tua, dan waktu itu satnnya lagi di tinggal keluar saya dikasi tahu untuk nunggu stan beliau dan diberi arahan harga kalau ada yang beli. Karena tahu hasil berjualan kerajinan reyog saya mencoba untuk menjual hasil kerajinan reyog dari bapak tersebut keluar kota. Dan saya menjual kerajinan tiap ada even keluar kota yang pasar malam dan saya coba-coba ternyata lumayan.

Membutuhkan kemampuan untuk menjadi seorang pengrajin, kalau tidak, tidak akan mungkin bisa membuat kerajinan seperti ini. Sampai saat ini saya juga mengajari kariawan saya 6 orang yang masih SMA dan SMP walaupun masih sebatas memberi pewarnaan dan memberi rambut pada topeng. Sebenarnya kalau saya menolong orang suka menyesal dan kadang juga tidak menyesal. Menyesal karena awalnya saya ajari membuat kerajinan terus membuka kerajinan sendiri dan menyaingi hasil jualan saya dengan harga yang lebih murah. Anggota saya banyak karena sudah berdiri sendiri untuk membuat kerajinan. Tetapi saya senangnya karena saya bisa menularkan ilmu

(15)

saya pada orang lain yang membutuhkan ilmu tersebut. Saya belajar membuat karakter karena saya mengamati karakter tiap kerajinan. Sebagai contoh kalau kita membuat karakter bujangganong kan itu seorang patih yang di suruh oleh prabuklonosewandhono, saya harus membuat rambutnya berwarna hitam karena sang paih yang masih muda, kalau saya membuat rambutnya berwarna putih itu sudah tidak sesuai karakternya. Tapi kadang ada yang membuat rambutnya berwarna putih. Tapi disisi lain itu adalah pakemnya rambut berwarna hitam, kadang saya keluar dari pakemnya kalau untuk dijual, karena banyak yang berminat dengan karakter bujangganong yang berrambut putih. Dilain sisi dibuat sedemikian rupa supaya orang yang melihat tidak bosan. Ketika saya membuat seperti itu, kadang juga banyak yang meniru apa yang saya buat. Sebagai contoh berpura-pura meminjam tutup bujangganong seperti ini tapi ternyata tempat saya ditiru orang, pura-pura beli juga ternyata mau ditiru.

Saya tahu karakter tiap reyog karena seperti ini karena awalnya pengamatan kemudian saya mengkreasikan rambut, contoh rambut pujonggo anom yang seperti ini saya beri nama bujangganong rebondingan, karena khusus rambut kuda 600 ribu. Yang khusus untuk pentas dan harganya sudah standar, dan membuat karakter sendiri.

Meskipun saya membuat kerajinan reyog saya juga membuat topeng-topeng dari luar ponorogo seperti leak dari bali, dan saya menjual juga laku. Saya terus mengamati dan belajar sehingga saya tahu bagaimana bentuk dan karakter dari tiap topeng. 3. Siapa saja yang ikut berperan dalam proses pembuatan kerajinan?

Jawaban: Saya jadi pengrajin sudah 17 tahun, anggota saya sudah 7-8 orang. Anak saya juga ikut membantu, kalau saudara saya membantu tetapi kurang memiliki kemampuan dalam bidang ini. Saya juga punya anggota dari luar kota Ponorogo untuk mencari barang yang lebih murah, karena disini sudah banyak saingan, saya mencari suatu trobosan. Jadi kalau saya bekerja sama denganorang luar kota untuk membuat topeng misalnya, dan sudah saya beri contoh nanti kalau tidak sesuai dengan apa yang saya contohkan nanti saya suruh refisi. Kalau barang sudah jadi nanti barang saya ambil, kalau masih belum sesuai saya perbaiki disini dan saya cat disini, kalau yang di luar kota hanya membuat ukiran saja.

4. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto dan Di Ponorogo terus berkembang dengan baik?apa alasannya?

Jawaban: saya merasa kalau diseluruh kabupaten lebih merasa kurang baik, kalau disini ya baik. Saya kalau di wilayah kabupaten sudah bosan untuk mengingatkan, saya sering usul di respon tapi tidak ya bagaimana lagi, contohnya saya memberi usulan kalau misalnya di Jogja atau di Magetan, ada pasar produk unggulan dan dijadikan satu komplek jalan, tapi kalau di sini tidak, banyak produk-produk kerajinan dijual di tempat yang terpisah dan kenapa malah tidak ditampung di satu tempat seperti pasar kerajinan. Tapi jawaban yang dibuat adalah dana daerah darimana? Masa orang daerah tidak tahu dana dari mana?. Padahal menurut saya produk andalan dari Ponorogo adalah Kesenian Reyog, bahkan terkenal hingga luar negeri.

Saya tidak pernah mendapat bantuan dana dari pemerintah, saya berharap dari pemerintah sendiri membina para pengrajin. Seperti diluar daerah seperti Jogja yang setiap 2 minggu membina, sebagai contoh supaya harga yang di buat oleh pengrajin

(16)

tidak rusak. Karena banyak harga kerajinan yang rusak diluar karena persaingan yang tidak sehat. Saya sering dikirim di acara keluar dan mendapatkan teropi dan penghargaan tapi saya belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Dan saya membuat dana pribadi. Saya merasa dirugikan ketika ada turis yang mencari rumah saya tetapi sama tukang ojek malah di puter-puter di tempat kerajinan orang lain dan tidak diantar di tempat saya, maksud saya juga untuk mengurangi hal-hal yang seperti itu. Saya berharap dengan adanya pasar tersebut mampu di jadikan satu komlek untuk mengurangi kecurangan-kecurangan seperti itu, saya pernah mengusulkan di satu tempat dimana tempat tersebut menjadi jalan keluar masuk orang dari luar kota tetapi tidak terwujud dan di tawari di tempatyang kurang stategis, akhirnya tidak ada titik temu.

5. Apakah kesenian berupa kerajinan dari desa sumoroto dikenal hingga luar daerah Sumoroto?Dimana saja?

Jawaban: Saya Alhamdulillah langganan sudah banyak di daerah bagian barat mulai dari Bandung, jogja, semarang, klaten. Kalau sampai keluar negeri itu yang ngambil orang dari sini lalu di bawa keluar negeri seperti Korea dan Malaysia. Kalau ditanya kapok atau tidaknya mengirim barang ke Malaysia, saya tidak kapok karena yang membeli sebenarnya hanya orang yang berasal dari sini dan di sana juga mendirikan kesenian seperti paguyupan reyog. ini semua berkat orang dari Ponorogo yang kerja di luar negeri.

6. Bagaimana usaha anda dalam membuat kerajinan ini mampu bertahan hingga sekarang?

Jawaban: saya selalu mentok dengan semua kerjaan yang saya kerjakan, saya merasa pekerjaan yang memang sesuai memang pengrajin ini. Karena dengan kerajinan ini pasti ada yang mencari, kalau saya butuh uang saya bisa menjual ke teman saya yang lain dan itu pasti terjual.

Walaupun saya tidak mempunyai tabungan, dan saya tidak pernah di beri bantuan dana dari pemerintah. Jadi saya benar-benar melakukan usaha saya sejak dahulu dan Alhamdulillah mempunyai banyak langganan, saya menumbuhkan harapan saya dengan dibangunan monumen bantarangin, yang saya perkirakan semakin ramai karena selalu ada acara. Saya juga memutar otak dengan meminjam pinjaman dari bank dan hasil dari kerajinan saya nanti mampu menutupi pinjaman saya. Sebenarnya saya ingin melepas pinjaman dari bank karena bunga yang banyak dan sebenarnya banyak sekali tawaran dari Semen gresik, Telkom, dan penggadaian yang lebih ringan pinjamannya. Kadang-kadang saya merasa diuntungkan kalau ikut pinjaman dari beberapa lembaga tersebut karena saya diajak keluar kota dan semua akomodasi seperti transportasi sudah dijamin, sehingga saya lebih seperti diikutkan binaan dari lembaga tersebut. Saya ikut Telkom untuk akhir-akhir ini.

7. Apakah setiap kerajinan yang dibuat oleh beberapa pengrajin memiliki ciri khas masing-masing atau memiliki kebakuan bentuk kerajinan reyog?

Jawaban: Reyog yang saya buat memiliki jumlah yang banyak, dan biasanya waktu saya jual di acara grebeg suro dan mendapat stan sendiri, kemudian barang yang saya jual habis tinggal 2 barang, saya mencoba membeli barang yang sama asalnya dari orang lain dengan ukuran yang sama tetapi yang berhasil terjual itu kerajinan milik saya padahal harga yang sama. Tetapi orang yang membeli tidak mau karena merasa kurang garang, saya sudah memperkirakan apa yang saya buat supaya terlihat hidup.

(17)

8. Adakah paguyuban pengrajin di wilayah Desa maupun tingkat Kabupaten? Jika ada, apakah paguyuban tersebut aktif dalam kegiatan paguyuban dan kegiatan apa saja yang dilakukan dalam paguyuban tersebut?

Jawaban: kalau sumoroto tidak ada paguyupan pengrajin, tetapi kalau lingkup kabupaten ada paguyupan pengrajin namanya HP3, kalau saya pernah ikut, namun saya sudah tidak aktif lagi karena saya merasa ketua nya tidak adil. Sebab tahu kalau saya adala saingan beratnya, saya sering tidak diikutkan di acara pameran di luar, kan surat dinas di berikan kepada ketua, yang kemudian saingan beratnya bertemu pada saat pameran itu saya sering tidak diikutkan. Yang sering diikutkan entah nanti dari tempat lain seperti jenis makanan Emping, yang tidak vocal, banyak yang keluardari peguyupan tersebut, HP3 singkatan dari Himpunan Paguyupan Pengrajin Ponorogo. Banyak yang keluar karena terlalu subjektif misal waktu pertemuan arisan inginnya di tempat dia saja.

Ada pasar murah dulu tapi tempatnya yang Cuma 2 meteran kurang mencukupi untuk tempat reyog.

C. Nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog 1. Nilai sosial apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

Jawaban: yang jelas ada, seperti guyup rukun.

2. Nilai-nilai lain apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

Jawaban: nilai budaya, nilai ekonomi untuk pendapatan yang didapat.

3. Adakah aturan dasar pada pembuatan kerajinan reyog?siapa yang membuat aturan tersebut?

Jawaban: kalau aturan seperti harus mencari hari baik, tidak seperti itu. Tetapi kita membuat membuat aturan ukuran yang sesuai dengan bentuknya. Dan memang bentuknya harus sesuai karakternya, supaya lebih sesuai. Tiap pengrajin berbeda bentuknya. Kalau reyog festival dan reyog yang digunakan untuk keperluan tarian biasa tidak berbeda ukuran, yang membedakan adalah kalau reyog festival reyognya lebih dilengkapi supaya lebih bagus, tetapi untuk reyog yang digunakan untuk keliling biasa karena dana yang dikeluarkan memang lebih murah dan tidak memberatkan yang membeli. Ukuran reyog liat buku

4. Norma apa yang terkandung dalam karakter reyog?

Jawaban: pengrajin lebih pada bagaimana berkehidupan dengan masyarakat saja dan melakukkan interaksi yang baik dengan masyarakat.

5. Apakah nilai dan norma tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari bagi pelaku kesenian?

Jawaban: kalau kita lebih terkait bagaimana sikap kita terhadap tetangga, apabila sikap kita tidak baik maka sikap tetangga akan tidak baik.

6. Adakah ritual tertentu yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan pembuatan kerajinan tersebut?

Jawaban: sekarang sudah tidak ada ritual, yang penting kalau sekarang apa yang mau dikerjakan ya dikerjakan saja. Kalau jaman dahulu memang ada yang puasa atau mencari hari baik, bahkan reyognya diisi supaya lebih terlihat garang. Bahkan kepala barongannya pada jaman dahulu kalau ditaruh diatas bisa turun sendiri.

7. Adakah sanksi yang diterapkan bagi orang yang melanggar norma pada kesenian tersebut?apa bentuk sanksi yang diberikan bagi pelanggarnya?

(18)

D. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran anda dalam memelihara kerajinan reyog agar tetap ada?dan apakah dilakukan oleh individu atau kelompok?

Jawaban: terus melestarikan kesenian yang ada. Khususnya sudah menjadi tugas dinas pariwisata harusnya untuk melakukan binaan kepada pengrajin.

Kalau masalah susah mencari bahan ya tidak, kalau meraknya memang susak, tapi sekarang tekhnologi sudah canggih. Saya sudah mempunyai langganan untuk membeli merak di Jakarta dan itu orang cina, saya membeli sebagai pihak ketiga. Kalau merak asalnya dari india, itu bisa terus ada karena tekhnologi yang bisa membuat bulu meraknya ronotk dan bisa tumbuh lagi. Dan mengenai kesulitan mencari kulit harimau sebenarnya tidak juga, karena yang penting pengrajin mempunyai uang untuk membeli kulit, pasti ada yang datang kerumah untuk menawari, semua pengrajin seperti itu. Harga kulit harimaunya ada yang 10-15 juta dan harus kes, dilihat dari besar kecil kulitnya dan kualitas dari kulitnya. Untuk

harga liat buku

2. Apakah para generasi muda baik dari keluarga atau orang lain berminat akan meneruskan pembuatan kerajinan ini?

Jawaban: saya mengajari ilmu saya ke orang-orang dan keluarga , baik orang yang berasal dari desa sini dan ada juga tetangga desa.

3. Bagaiamana cara anda untuk memperkenalkan dan menarik perhatian kerajinan reyog pada masyarakat luas dan generasi muda?

Jawaban: saya memperkenalkan hasil kerjinan saya lewat pameran ada di luar kota dan disini, juga lewat pasar malam dan membuka took kecil-kecilan di rumah.

4. Kepada siapa saja kerajinan reyog ini diperkenalkan dan dilestarikan?

Jawaban: kesemua orang, yang sudah saya sebutkan karena banyak anak kecil yang tertarik, dan juga saya sering ikut pameran kemana-mana sehingga saya bisa menunjukkan kerajinan yang saya buat.

5. Siapa saja yang turut serta dalam proses memelihara kesenian ini? Jawaban: menurut saya para pengrajin dan semua orang yang terlibat.

6. Adakah peran masyarakat, paguyuban tari dan pemerintah untuk melestarikan kerajinan Reyog?bagaimana perannya?

Jawaban: kalau masyarakat yang lebih antusias pada kerajinan ini adalah anak-anak bahkan mereka ingin belajar membuat, kalau orang-orang yang sudah dewasa dan memiliki pekerjaan kurang tertarik dan kalau diajari lebih susah. Ya karena memiliki minat dan bakat yang berbeda, selain itu juga membutuhkan modal.

Kalau para paguyupan tari di sini, pesan barang sudah dengan orang lain yang sesuai dengan keinginan mereka, dan bukan pada saya. Kembali lagi, kita sudah ada langganan masing-masing dan ya kita punya saingan lah mbak. Kalau pemerintah kurang perduli tentang nasib para pengrajin, kadang-kadang ya usul pengrajin ke bupati tidak tersampaikan karena yang diutus stafnya dan kadang mereka hanya menampung apa yang kami sampaikan.

7. Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam memelihara kerajinan reyog?dan bagaimana cara mengatasinya?

Jawaban: Pengembangan untuk kerajinan kurang dan dana juga kurang. Sebenarnya ada bantuan dari bupati memberikan dana 1,5 juta pada tiap desa agar tiap desa mempunyai kesenian reyog bukan pengrajin.

(19)

Hambatan terutama kurang dana, tidak ada bantuan dana tetapi kalau ada pembinaan harus ada sertifikat, kita tahu sebagai pengrajin seperti itu tanpa harus di beri peringatan seperti itu.

Kalau masalah pemasaran kita tidak masalah, yang lebih masalah harga yang kita buat dirusak oleh teman sesame pengrajin, ada yang menjual lebih murah supaya hasilnya cepat terjual dan lebih pada alasan ekonomi.

Saya hanya meminta pembinaan antar pengrajin juga supaya lebih ruku, dan tidak seenaknya sendiri menentukan harga yang natinya hanya akan menjatuhkan pengrajin iu sendiri.

(20)

HASIL WAWANCARA PENGRAJIN REYOG

Nama : Mulyono Usia : 46 tahun Pendidikan : SMP

Alamat : Jl. Sayang Ayu, Sumoroto

Pekerjaan : Pengrajin Topeng Reyog (29 Mei 2014)

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah atau asal usul kesenian reyog secara umum?

Jawaban: sejarah reyog ada dua versi, Prabu Klono Sewandhono ingin menikah dengan Dewi Songgolangit, dimana Dewi Songgolangit meminta 3 persyaratan berupa hiburan yang tidak ada di dunia, Prabu Klono Sewandhono mengutus Patihnya Pujonggo anom. Akhirnya menemukan persyaratan yang diminta oleh Dewi Songgolangit.

2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog? B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto

1. Apa saja bentuk kerajinan yang dibuat?

Jawaban: khususnya topeng Pujonggo Anom dan topeng Singo Barong. Untuk topeng Singo Barong saya hanya membuat kalau ada pesanan saja. Eblek saya ngambel dari tempat teman saya karena tidak telaten untuk membuat, jadi saya khusus topeng saja. Kalau untuk topeng saya menjual topeng Pujonggo Anom 30-500 ribu perbuahnya. Singobarong kalau kulitnya palsu atau dari kulit sapi 1,5 juta. Tetapi kalau kulit asli 8,5 keatas itu khusus topeng, kalau dhadhap meraknya saya tidak membuat lagi karena susah mencari bulu meraknya, dulu saya pernah membuat. Kalau ada pesanan saya mencari tempat teman, tempat teman dari nggolan, mbulu atau dari teman yang pengrajin.

2. Adakah ketentuan untuk menjadi seorang penngrajin reyog?

Jawaban: kalau ketentuan jadi pengrajin itu tidak ada, yang penting kita jadi pengrajin itu adalah membutuhkan ketelatenan.

Kalau untuk proses pembuatan saya ada yang membantu, khusus yang buat ya ada, untuk yang ngecat juga ada

3. Siapa saja yang ikut berperan dalam proses pembuatan kerajinan?

Jawaban: Yang bantu jumlahnya 2-4 orang, kalau yang bantu dari orang lain atau saudara juga ada. Orang dari sini ada dan dari luar juga ada yang pasti lingkup kab Ponorogo.

4. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto dan Di Ponorogo terus berkembang dengan baik?apa alasannya?

Jawaban: kalau kesenian Reyog juga sudah baik, ditambah lagi sekarang di monument Bantarangin ada sanggarnya jadi sudah ada pertambahanlah. Sanggar yang

(21)

mengatur itu dari Desa, kalau latihan di Gor belakang monument bantarangin, 1 minggu 2 kali latihan.

5. Apakah kesenian berupa kerajinan dari desa sumoroto dikenal hingga luar daerah Sumoroto?Dimana saja?

Jawaban: kalau kerajinan terkenal sampai kemana-mana, samapi jauh, ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dulu ada yang minta kirim ke Luar. Kalau dari luar ada yang minta, saya punya situs di Internet pesanan dari Amerika tapi saya tidak bisa menanggapi karena keterbatasan bahasa. Saya sudah menjadi pengrajin sekitar 10 tahunan lebih mbak.

6. Bagaimana usaha anda dalam membuat kerajinan ini mampu bertahan hingga sekarang?

Jawaban: karena banyak pesanan dari para penjual kerajinan, karena kerajinan sekarang mulai dilirik dari berbagai tempat di Indonesia sehingga mulai ada kegiatan. Ada pesanan dari sekolah-sekolah juga ada.

Saya dulu pernah ikut pameran, tapi kalau sekarang tidak berminat, saya membuat topeng. Sebab yang ikut pameran seperti itu adalah pengrajin yang membuat keseluruhan kerajinan reyog yang lengkap mulai dari aksesoris, perlengkapan dan mulai dari baju juga. Kalau saya pribadi terkendala modal.

7. Apakah setiap kerajinan yang dibuat oleh beberapa pengrajin memiliki ciri khas masing-masing atau memiliki kebakuan bentuk kerajinan reyog?

Jawaban: kalau ciri khas pasti ada, karena tiap pengrajin memiliki ciri khas masing-masing. Bedanya dengan pengrajin lain adalah dari bentuk, bentuk yang berbeda dari mata sampai mata lain. Kalau untuk bentuk hidung sama, untuk rambut secara umum sama tergantung yang memasang rambutnya. Kadang-kadang di buat rambutnya banyak dan kadang-kadang dibuat rambutnya sedikit, tapi kalau pemasangan hampir sama kalau untuk rambut.

8. Adakah paguyuban pengrajin di wilayah Desa maupun tingkat Kabupaten? Jika ada, apakah paguyuban tersebut aktif dalam kegiatan paguyuban dan kegiatan apa saja yang dilakukan dalam paguyuban tersebut?

Jawaban: kalau paguyupan lingkup desa tidak ada, kalau paguyupan lingkup kabupaten ada. Untuk sementara ini saya tidak ikut mbak, karena kebanyakan kerjaan. Yang saya kerjakan bukan hanya sebagai pengrajin tapi juga sebagai petani. Paguyupan pengrajin ada banyak mbak. Biasanya kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kondisi penjualan dan juga ada arisan. Tetapi tidak maju pesat,

Kita mengetahui karakter tersebut karena kita memiliki insting, dan kenyataan kita sendiri adalah orang Ponorogo asli. Kalau orang luar dari Ponorogo tidak akan tahu karakternya seperti apa. Saya belajar dengan melihat reyog terus membuat reyog, lama-kelamaan akan tahu kalau karakternya seperti apa.

Untuk masing-masing memiliki karakernya misal bujangganong, dia itu penampilan garang, kalau prabu Klono yang berwibawa, kalau singobarong memiliki karakter macan yang galak, kalau eblek hanya yang memegang adalah orang. Kalau dahulu kan yang memegang eblek adalah laki-laki tetapi karena di agama Islam dilarang, akhirnya yang memegang menjadi perempuan.

C. Nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog 1. Nilai sosial apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

(22)

2. Nilai-nilai lain apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

Jawaban: pendapatan yang saya dapat dari kerajinan yang saya buat selain bertani. 3. Adakah aturan dasar pada pembuatan kerajinan reyog?siapa yang membuat aturan

tersebut?

Jawaban: untuk aturan tdak ada, yang penting dari kita itu butuh ketelatenan, yang penting benar-benar di geluti pasti bisa jalan.

Tidak ada aturan-aturan antara pengrajin 1 dengan pengrajin lain, kalau memang mau ditiru oleh pengrajin lain itu tidak masalah. Hanya saja model yang kita buat bagus kemudian ditiru oleh pengrajin lain tidak ada masalah, tergantung kesukaan dari pengrajin itu sendiri. Sebenarnya semuanya tergantung pada pesanan dari orang, ada yang pesan dan minta dengan model yang berbeda. Kalau cirri khas ya tetap ada, kalau ada aturan nanti satu pengrajin dengan yang lain bisa berantem.

4. Norma apa yang terkandung dalam karakter reyog?

5. Apakah nilai dan norma tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari bagi pelaku kesenian?

Jawaban: kalau jadi pengrajin tidak ada hubungannya dengan hubungan yang ada di masyarakat. kalau misalnya kita jadi pengrajin di masyarakat kurang baik pasti masyarakat juga tidak akan baik dengan kita dan sebaliknya.

6. Adakah ritual tertentu yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan pembuatan kerajinan tersebut?

Jawaban: tidak ada ritual yang dilakukan untuk membuat kerajinan, yang penting dalam membuat kerajinan ritualnya perut kita kenyang. Kalau jaman dulu ada, biasanya dalam pembuatan topeng Singo Barong terutama mbak. Biasanya dikasih dupa, sekarang ditinggalkan karena jamannya modern, hasilnya yang menggunakan ritual jauh lebih bagus dan lebih hidup tetapi kalau kita meninggalkan karena kita hidup dijaman yang modern dan kita mempunyai agama. Sekarang kesenian itu bukan untuk berbuat hal-hal gaib.

7. Adakah sanksi yang diterapkan bagi orang yang melanggar norma pada kesenian tersebut?apa bentuk sanksi yang diberikan bagi pelanggarnya?

Jawaban: tidak ada sanksi, biasanya bersaing untuk harga. Biasanya ingin harga yang lebih rendah. Kalau kita menjual itu bukan hanya sebatas kayu, rambut dan cat, tetapi juga memikirkan kualitas. Saya secara pribadi tidak mau bersaing dengan harga yang rendah, masalahnya ini adalah barang seni, yang saya jual adalah seninya. Kalau hanya menjual barang, saya bisa memberikan kayu ini saja. Otomatis kalau sekarang semua harga serba naik, kalau mau bersaing dengan harga pasti tidak akan bertahan lebih lama.

D. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran anda dalam memelihara kerajinan reyog agar tetap ada?dan apakah dilakukan oleh individu atau kelompok?

Jawaban: minat saya sebagai pengrajin untuk kerajinan ini akan terus berkembang selama masih ada barang dan masih ada permintaan akan terus saya lakukan. saya akan terus mengembangkan ilmu yang saya miliki.

2. Apakah para generasi muda baik dari keluarga atau orang lain berminat akan meneruskan pembuatan kerajinan ini?

Jawaban: saya belum tahu menularkan kemampuan ini kalau ke keturunan saya karena semua anak saya perempuan, yang satu sudah kerja dan yang satunya lagi

(23)

masih kecil, kalau kemasyarakat saya memang menularkan ilmu saya. Kalau untuk saudara atau keluarga belum ada minat tetapi kalau pada tetangga memang banyak yang berminat.

3. Bagaiamana cara anda untuk memperkenalkan dan menarik perhatian kerajinan reyog pada masyarakat luas dan generasi muda?

Jawaban: saya memperkenalkan dan menarik kerajinan ini dengan seni yang saya buat, supaya barang tersebut tetap dilihat oleh orang lain.

4. Kepada siapa saja kerajinan reyog ini diperkenalkan dan dilestarikan? Jawaban: kepada masyarakat luas.

5. Siapa saja yang turut serta dalam proses memelihara kesenian ini? Jawaban: masyarakat sangat berpengaruh.

6. Adakah peran masyarakat, paguyuban tari dan pemerintah untuk melestarikan kerajinan Reyog?bagaimana perannya?

Jawaban: Kalau kesenian reyog banyak antusias dari masyarakat baik, kalau paguyupan disini sering pesen untuk reparasi mbak. Kalau untuk pemerintah sendiri tidak pernah di datang untuk memberi bantuan dana, tapi kalau pihak bank sering dating ke rumah untuk memberkan bantuan uang. Ada hal yang saya takutkan, karena jumlah uang yang dipinjamkan sangat besar, diatas 30 juta. Untuk cicilan bulanan dari pinjaman itu yang sangat susah, karena usaha ini belum menentu penghasilannya. Kalau pemerintah daerah saya kurang tahu kenapa tidak memberikan bantuan kepada pengrajin, seakan pemerintah mengabaikan pengrajin dan seakan-akan pengrajin seperti hidup sendiri. Bahkan pengrajin memiliki nasib yang sama.

Kita harus jeli memilih dana pinjaman dari bank, kalau tidak bisa melunasi cicilan pasti akan memberatkan kita.

Kalau pemerintah sering mengajak pengrajin untuk ikut, tapi tergantung pengrajin 7. Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam memelihara kerajinan reyog?dan

bagaimana cara mengatasinya?

Jawaban: kalau hambatan sebenarnya banyak sekali seperti kesenian tradisional seperti ini, lama kelamaan kalah dengan kesenian modern seperti band atau orkes, tapi sebenarnya kesenian reyog juga masih banyak diminati. Kaualu hambatan keuangan pasti, kalau untuk sukses juga tergantung permintaan, kalau pas rame kita Alhamdulillah, kalau pas sepi ya gimana lagi harus pandai-pandai untuk menabung. Kalau pas ramai itu pas ada perayaan, kalau pas sepi pas bulan-bulan 1,2,3 sebabnya musim hujan karena banyak wisata yang tidak ada. Kalau sepi saya cari kegiatan lain seperti di sawah.

Kalau untuk mengatasi masalah keuangan solusi saya menabung, kadang juga bingung kalau pas ramai kita menutupi hutang waktu sepi.

Bahan baku nya adalah kayu dhadhap dari daerah pacitan yang dekat hutan, Sampung sekarang sudah susah, kalau untuk rambut sapi dari mojokerto, jombang, batu. Kalau kulit macan cukup susah karena dilindungi, kalau darimana saya juga belum tahu, kalau dulu ada orang yang datang perbulan menawari kalau sekarang kadang setengah tahun kadang tidak ada yang menawari. Tapi kalau untuk pemenatasan benar-benar kulit macan. Saya kalau menawari orang seringnya bilang dari kulit harimau kandang atau sapi.

(24)

HASIL WAWANCARA KELOMPOK KESENIAN

Nama : Bapak Gatot Eka Triono, S. Pd (ketua Pujonggo Anom) Usia : 45 Tahun

Pendidikan : S1

Alamat : Dukuh Wetan Rt 3 Rw 3 Desa Sumoroto Pekerjaan : Guru SMA 1 Ponorogo (20 Mei 2014)

A. Sejarah kesenian reyog secara umum

1. Bagaimana sejarah atau asal usul kesenian reyog secara umum?

Jawaban: kalau yang di festivalkan itu kan Versi Bantarangin, itu Prabu Klonosewandana ingin melamar Dewi Sanggolangit, versi ini yang lebih diistimewakan, karena lebih dapat disesuaikan di kesenian Reyog kalau Versi Kutu lebih menceritakan tentang sindiran dan Versi Suryangalam intinya itu. Tidak ada yang menyalahkan dari versi yang ada, masyarakat dan semua pihak membenarkan dari semua versi karena semua versi yang ada lebih dianggap sebagai suatu legenda, karena tidak ada tahun tepat kejadian dan disampaikan dari nenek moyang secara turun temurun.

Untuk pemerintah Ponorogo lebih mengharuskan untuk pertunjukan atau pementasan di Festival menggunakan versi Bantarangin. Kalau dari yang saya tahu itu festival dimulai sekitar tahun 1993 sampai 1995. Sebenarnya untuk yang digunakan dalam pertunjukkan sendiri ,yang digunakan lebih sederhana dan tidak seperti sekarang yang ditampilkan di panggung-panggung, dulu hanya ada barongan, jaranan dan ganongan saja itu yang saya ketahui namun kebelakang saya juga kurang tahu. Dulu kenong (ketukan alat musik) sangat sederhana tidak seperti sekarang

2. Adakah sejarah lain mengenai sejarah kesenian reyog?

Jawaban: menurut yang saya tahu secara sederhana kesenian reyog memang sesederhana itu yang terdapat beberapa versi yang saya ceritakan di awal.

B. Keadaan nyata kesenian reyog di Desa Sumoroto

1. Apa saja bentuk kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto?

Jawaban: kalau yang di Sumoroto sendiri ya ada grup Reyog, ada pengrajin sendiri di desa sini, ada kepelatihan istilahnya regenerasi latihan grup rutin seminggu 1x tapi lebih kearah latihan tarian Reyog bukan seperti sanggar yang mengajarkan tarian yang beraneka macam seperti latih ganongan, latih barongan, latih jaranan, latih ganongan. Dan regenerasi itu kita menanamkan kepada anak itu menjadi pemain seniman reyog, dan pelatih bisa di lakukan di sekolahan

Ada lima jenis tari lepas dalam satu tarian Reyog yang ada di tarian festival dari tari Warok, bujang ngganong, jatilan, Singo barong dan Klono Sewandhono. Namun dalam sekitaran desa sendiri itu hanya joget, misal di sekitar desa kita berhenti depan

(25)

rumah punya orang itu yang maen atau yang nari jatilnya saja atau jaranannya saja, kemudian jalan lagi dan berhenti disuatu tempat lagi untuk maen warok atau bujang ngganong. Kalau dilombakan itu ada ceritanya ada alurnya, kalau keliling desa itu tidak ada alur cerita, pokoknya hanya menari. Cenderung membuat penonton itu tertawa, lucu, terus terkagum-kagum melihat barongannya itu kok kuat. Di panggun sendiri yang kita miliki adalah nilai penyajian yang sesuai dengan alur cerita. Batasan dari pemerintah untuk berkeatifitas mengenai tarian sendiri tidak ada. Pemerintah hanya member rambu-rambu ini lho ragam-ragam yang perlu dalam tari reyog, misalkan tari jaranan/jatilan, tari jaranan itu ada chongklang, ukel karno (maksudnya adalah gerakan tari) soal pengembangan lagi silahkan, intinya bakunya tari tradisi itu ada namun tidak harus seperti baku tersebut tanpa meninggalkan tradisinya. Kalo reyog dibakukan dan tidak dikembangkan berarti matilah kesenian, pemerintah tidak seperti itu, bisa dikembangkan dengan batas-batas masih membawa nilai-nilai yang asli.

2. Apakah menurut anda kesenian reyog yang ada di Desa Sumoroto dan Di Ponorogo terus berkembang dengan baik?apa alasannya?

Jawaban: kalo kesenian reyog di desa sumoroto sendiri lebih berkembang dengan baik justru lewat sekolah mbak, sekarang sekolah itu banyak merekrut guru-guru kesenian. Kenapa tidak dari masyarakat nmaun dari sekolah karena kalau membina anak dan itu lewat sanggar itu berat mbk, berat dalam arti misal saya buat sanggar saya sendiri dan membina anak dalam sanggar yang mempunyai jadwal hari minggu terus dia membayar, waktu latihan di sanggar saya ada pementasan. Terus yang mengajari anak dalam sanggar itu juga siapa, karena saya punya perasaan takutnya ada komentar wah ini Cuma bayarnya aja tapi pas latihan selalu ada keluar ke acara lain. Namun berbeda tentunya kalau di sekolahan tentuya ada jadwal yang tentunya saya ada rutinitas, karena saya juga ngajar di sd yaitu SD Sumoroto1 mengajar seni tari. Kalau membuat sanggar sendiri yang berat itu rutinitas, kalau kita pekerjaannya Cuma sanggar itu tidak masalah tapi kalau kita mempunyai pekerjaan lain, tanggung jawab untuk sanggar itu berat karena rutinitas itu sendiri, karena tari itu praktek dan praktek butuh tenaga dan apabila tenaga hanya satu pas ada pentas kita keluar berarti anak-anak yg di ajar libur dan misalnya itu kalau berangkat sendiri, nah kalau di antar oleh orang tuanya nanti orangtuanya Tanya ini pelatihnya mana. Dan di sanggar di Ponorogo itu minimal ada 5 pelatih lah, yang 2 pergi masih ada 3 pelatih dan seterusnya untuk mengurangi resiko tidak ada pelatih itu tadi. Sebenarnya saya ada niatan untuk melatih di luar sekolah namun pelatihnya itu sendiri yang tidak ada. Namun mengenai kesenian reyog di sini itu maju, tidak hanya itu tapi juga ada karawitan dan itupun juga lewat sekolahan, hal ini tidak lepas dari jadwal yang sudah ditetapkan oleh sekolahan apabila ada jadwal latihan enak untuk kumpul

3. Seberapa seringkah kelompok kesenian anda mendapat tawaran pementasan?

Jawaban: sering tapi tidak pasti ditentukan dalam waktu perbulan, kadang-kadang dalam satu bulan tidak ada pementasan sama sekali, kadang-kadang ya bisa 2 kali dalam 1 bulan, bahkan kadang bisa 2 bulan itu tidak ada pementasan sama sekali karena kenapa grup kesenian reyog di wilayah Ponorogo itu sendiri tidak hanya ada 1 atau 2 tapi ratusan. Kalau orang ponorogo itu ingin nanggap reyog 1 apa mungkin mau ngundang ratusan grup yang ada di Ponorogo kan itu tidak mungkin. Di pemerintahpun juga seperti itu, karena di Ponorogo itu banyak sanggar misalnya ada

(26)

even di luar daerah itupun juga di gilir, tidak pasti grupnya ini ini saja tapi juga beberapa grup yang dilihat mumpuni. Apabila grup ini ada pentas berarti diganti grup yang lain untuk even tersebut, supaya adil. Sehingga tidak bisa ditarget grup tersebut pentas setiap bulan berapa kali nya. Tidak seperti wayang yang bisa dihitung, karena di satu wilayah misal hanya ada dalang 5 terus yang nanngap orang 5 berarti bisa pentas kelima-limanya itu. Tapi kalau yang ada hampir ratusan grup, itu tidak mungkin bisa sejumlah grup itu pentas bareng.

4. Berapa biaya yang dikenakan pada saat pementasan?

Jawaban: kalau biaya itu tergantung permintaan pementasan, karena reyog itu luwes. Tergantung tempat dan kelengkapan, kalau jauh biasanya biaya yang ditambahkan adalah biaya transportasi dan konsumsi dimana dalam 1 grup itu 35-40 orang dan pergi ke Surabaya, kita makan sehari 3 kali, pulang pergi 6 kali lalu di kali 40 orang dan iu perorangnya berapa sudah tinggal menghitung dan biaya bus misalnya 3 juta kalau ke Surabaya misal 2 hari. Kalau kita ukur di wilayah Ponorogo saja kalau komplit, personal juga pengaruh misal warok 2, bujang ngganong 2, jatil 1, atau mau di tambahi jumlah lebih dari itu biaya juga sudah berubah. Paling tidak kalau di tempat sekiar 5 juta, hal itu tidak menghitung akomosasi transportasi, konsumsi. Hal itupun kalau misalnya makan atau minum biasanya yang menyediakan yang punya hajat dan apabola itu kita membeli makan dengan biaya 3 juta itu sudah tidak cukup. Dan biaya 5 juta itu bersih untuk pemain atau sewa alat, kalau saya tidak punya dadak berarti saya pinjam dadak di luar nanti biaya sewa 1 dadak 200-250 ribu, dan biasanya saya pinjam 2 dadak. Kalau berbicara mengenai keuntungan dari biaya 5 juta itu tergantung memanage keuangannya tidak bisa di patok 5 juta itu untung 2 juta, kadang-kadang habis atau kadang sisa, kalau kita menyisakan itu harus terbuka oleh grupnya. Dirembukkan kepada grup apabila ada dana sekian kemudian ada sisa sekian mau diapakan biasanya harus terbuka pada grup tersebut. Dan dalam rembukan tersebut kalau sisa digunakan untuk keperluan grup untuk membeli barang keperluan kesenian atau biaya perbaikan alat kesenian yang ada.

5. Apakah kesenian reyog di Desa Sumoroto dikenal tidak hanya di wilayah sumoroto saja?

Jawaban: Dulu kalau mau pentas keluar kota naiknya truk bukan bus, sekarang kalau pentas reyog dan naik truk kalau Cuma satu wil kabupaten mau, tapi kalau sudah ke luar kabupaten mintanya naik bus. Karena para personel grup beranggapan jaman sekarang kalau kita pentas keluar kota karena kerja dengan tenaga masak mau disiksa dengan naik truk. Orang sekarang pentas reyog dengn sekarang juga sudah beda, dulu orang-orang pentas reyog sangat antusias sekali, contoh besok mau pentas reyog keluar kota, hari ini sudah bingung untuk mencari uang saku ke tempat tujuan mau bawa uang saku berapa dan itu adalah uang saku pribadi. Kalau sekarang ada pentas reyog diluar kota yang dipikir sudah berbeda seperti berapa ya bayaran dari pementasanya, oleh karena itu reyog dapat dijual atau memiliki nilai ekonomi.

6. Dimanakah kota terjauh dalam mengadakan kegiatan kesenian Reyog?

Jawaban: grup pribadi yang ada disini atau grup yang ada di luar?karena saya punya grup itu banyak mbak, kalau grup pribadi disini, kalau dibali ataudi bintan jauh mana mbak? Bintan mbk kayaknya yang paling jauh itu pada tahun 1996, dimana pada waktu itu ikut pementasan pada saat peresmian pulau Bintan yang di resmikan oleh

(27)

Presiden Soeharto. Pada saat itu campur dengan pemain dari Kabupaten Wonogiri, karena banyak kita punya reyog 12 pada saat itu. Saya juga pernah mengirim grup reyog disini ke Pulau bali, tapi saya lupa tahunnya.

Kalau saya pribadi pernah pergi ke Sulawesi dan itu grup campuran, saya sering ganti-ganti pemain apabila yang saya butuhkan anak sekolah SMA 1 nanti saya gunakan pemain itu, kalau saya gunakan grup disini ya saya gunakan grup yang ada disini. Apabila itu ada yang tidak bisa dan yang bisa kita camur-campur pemain dari pemain lain.

Kalau untuk pemain yang ada di grup ini campuran dari Sumoroto dan kauman, ya pemain 3 des lah mbk, meskipun 2-3 desa rumahnya tidak jauh, karena jarak desa tidak berjauhan. Kalau misal anak sumoroto jatil/jaranan 4, dari desa kauman 2 total 6 dan begitu para pemain lainnya. Kalau itu hanya satu desa kesenian itu tidak bisa berjalan, karena tiap orang mempunyai keahlian masing-masing ada yang memiliki bakat menari ada yang bakat lain juga.

7. Kapan dan dimana tarian tersebut dapat dipentaskan?

Jawaban: yang pasti kalau ada pementasan, mengenai Festival itu digilir, Desa Sumoroto merupakan kecamatan Kauman untuk Festival Reyog Nasional di Alon-alon itu sifatnya yang digilir tadi. Pada tahun kemaren adalah kecamatan Kauman mendapatkan giliran, tahun ini misalnya Kecamatan Semanding, untuk tahun berikutnya yang mengikuti Festival tersebut di Tawarkan dari pemerintah Kabupaten ke wilayah Kecamatan dan ditawarkan ke Lurah-lurah apakah mau mewakili kecamatan ke Grebeg Suro di Alon-alon. Untuk hal tersebut perlu dipikrkan pula dari segi biaya untuk pementasan juga dari wilayah kecamatan tersebut. Tidak harus dari grup sini itu harus ikut lomba untuk festival, bisa dikatakan yang ikut pentas di alon-alon itu campuran.

8. Siapa saja yang terlibat dalam kesenian reyog di Desa Sumoroto? Jawaban: pelaku kesennian dan masyarakat.

9. Adakah paguyuban kesenian Reyog di wilayah Desa hingga Kabupaten?jika iya, apakah paguyuban tersebut aktif dalam kegiatan paguyuban dan kegiatan apa saja yang dilakukan dalam paguyuban tersebut?

Jawaban: adanya hanya 2 paguyupan di Desa Sumoroto,

10. Apakah setiap tarian pada kesenian reyog yang dibuat oleh beberapa paguyuban memiliki ciri khas masing-masing dan memiliki kebakuan bentuk kesenian reyog?siapa yang membuat cirri khas dan kebakuan dari tarian tersebut?

Jawaban: kalau jogged itu sebenarnya pernah disamakan kalau jatil/jaranan, tetapi tari reyog antara penari dan kendangan punya irama tersendiri. Jadi tidak ada patokan tersendiri, oh ini lho kalau reyog sumoroto iu seperti ini kalau reyog mana seperti ini karena pada umumnya sama. Kecuali pada saat festival itu tidak sama, karena pada saat festival diatur oleh penata tari masing-masing. Kalau reyog obyog atau yang keliling itu sama, maksudnya antara tukang gendang dan penari memiliki kerjasama dan bisa dilakukan dimana-mana tidak hanya di tempat itu saja.

Untu joged itu sama atau bakunya sama, misalnya kalau gerakan missal tahun 1995 nanti menyesuaikan dengan gerakan tersebut,sehingga tidak hanya di wilayah ini saja yang mengetahui gerakannya namun diwilayah yang laen juga bisa menyesuaikan. Apabila tariannya masal berarti itu juga membutuhkan kerjasama antara penari dan pengendangnya.

(28)

C. Nilai dan norma kearifan lokal yang terkandung pada kesenian Reyog 1. Nilai sosial apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

Jawaban: di dalam reyog sebenarnya terkandung nilai sosial seperti gotong-royong, tanpa gotong royong apa bisa pentas. Contoh lain misal pengrawit bunyi tapi tanpa musik apa bisa di senandungkan. Nilai pemersatu, contoh selain itu merias kemudian saling membantu untuk merias temannya yang lain, nilai kerjasama, nilai hiburan merupakan nilai no 1.

2. Nilai-nilai lain apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

Jawaban: reyog mempunyai makna yang jelas nguri-uri budaya atau melestarikan kebudayaan dari nenek moyang, agar kesenian Reyog tidak punah. Kita memberikan motivasi kepada anak didik supaya senang kepada kesenian reyog. reyog itu sulit untuk membuat generasi karena kenapa, karena saingan kita adalah alat elekronik yang modern. Secara nyata kita mengajak para generasi muda, ayo kita latihan reyog pada malam kamis atau malam sabtu, dan jawaban yang di berikan adalah anak itu ada acara untuk PS an. Hal-hal seperti itu yang kita lawan, dan mengajak bagaimana anak itu senang terhadap kesenian reyog. sesuatu yang berbau modern itu bukannya dilarang, melainkan lebih baik memiliki batasan, daripada kesenian kita mati yang ditakutkan apabila kita tidak ada yang meneruskan kesenian ini siapa nantinya kalau bukan generasi muda. Intinya membudayakan anak supaya dia ken dan cinta akan kesenian reyog. dan membuat anak cinta akan kesenian ini sangat sulit karena lawan kita sudah adalah yang berbau modern HP, PS, Internet, lawan yang paling berat. Dahulu ada yang di gemari oleh anak-anak muda untuk penerus kesenian yaitu adanya kelompok perguruan silat seperti SH Teratai, itu sangat sulit mencari anak, karena banyak anak yang nongkrong tidak ada kegiatan dan diajak latihan tidak mau. 3. Norma apa yang terkandung dalam kesenian reyog?

Jawaban: tidak ada norma atau larangan yang terkandung di dalam kesenian reyog. Tetapi pada jaman dahulu ada larangan-larangan yang diterapkan, karena pada jaman dahulu banyak hal-hal yang majis atau gaib, ada tuntutan-tuntuttan. Contoh kalau pas nari tarian barongan harus seperti ini dan itu, kalau jaman sekarang sudah tidak lagi, reyog jaman sekarang lebih seperti reyog biasa yang tidak ada isinya (hal-hal gaib). Larangan-larangan seperti ini sudah tidaklagi diterapkan karena anak-anak sekarang tidak mau mengikuti hal-hal yang berbau gaib. Kalau orang jaman dulu itu puasa, menjalani larangan tersebut, hal itu berbeda dengan jaman sekarang karena adanya kemalasan. Kalaupun ada mungkin hanya ada satu atau dua orang yang menjalankan hal-hal tersebut. Alasan lain kenapa tidak menjalankan iru karena pikiran yang lebih modern.

4. Adakah aturan yang dikenakan pada setiap pemain Reyog?

Jawaban: Aturan pada setiap pemain tidak ada untuk diterapkan, aturan lebih dibuat oleh grup, ketua grup biasanya memberikan kebebasan kepada pemain atau anak-anak yang sudah senior misal diajak oleh grup lain itu boleh dengan catatan kalau grup kita tidak main. Kalau grup kita tidak main di persilahkan untuk ikut grup lain, karena kita tidak mau membatasi anak itu.

Mengenai kelengkapan pakaian dan alat-alat yang digunakan sudah di persiapkan dari grupnya.

5. Apakah nilai dan norma tersebut mempengaruhi kehidupan sehari-hari bagi pelaku kesenian?

(29)

Jawaban: kalau nilainya terbawa seperti sifat gotong-royong itu mempengaruhi dan muncul dari Kesenian reyog ke masyarakat, dan masyarakat sendiri ke Kesenian Reyog. Kalau saya menilai lebih apa yang ada kebiasaan dia di kesenian terbawa ke masyarakat dalam berbuat seperti Gotong-royong tadi. Misalnya mengenai sopan santunan seorang anak yang sebelum ikut kesenian reyog kemudian menjadi anak yang lebih sopan satun ketika ikut grup kesenian menjadi lebih santun karena pergaulannya dengan orang-orang yang lebih tua, dan akhirnya terbawa ke masyarakat. ada yang dari masyarakat terbawa ke kesenian, misal dalam mengerjakan suatu hal yang terpecah-pecah antar anggota kemudian ada yang mengusulkan untuk dikerjakan bersama-sama agar lebih mudah. Ini lebih pada suatu hal yang memiliki sifat timbale balik

6. Adakah ritual tertentu yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan pementasan tersebut?

Jawaban: waktu dulu memang ada ritual-ritual sewaktu saya masih ikut grup lain,ritual-ritual ini bukan pada grupnya namun lebih kepada alat-alat yang digunakan untuk pementasan seperti barongan ataupun instrument-insrumen yang digunakan. Tetapi kalau kelompok saya lebih pada tidak mengikuti ritual-ritual.

Ritual yang dilakukan pada jaman dahulu dilakukan sehari sebelum pementasan dimana alat kesenian reyog, barongan terutama barongan di sandarkan di depan rumah di lantai terdapat bebakaran kemenyan, minyak wangi, bunga yang di taruh didalam gelas yang berisi air, kemudian kopi (seperti sesajen). Saya sering diajak untuk melakukan hal tersebut tetapi suatu ketika ada orang yang nanggap dan bertanya “Pak, nanti sajennya apa?”, kalau saya sendiri memilih yang enak, seperti ingkung, buceng, kuluban yang seperti kenduri, supaya nanti bisa dimakan bersama-sama, terus saya juga minta minyak dan rokok yang rokok itu di taruh diteling barongan. Saya hanya meminta pada teman saya yang paling tua dalam satu grup untuk melakukan doa khusus untuk barongannya sebagai syarat saja. Tetapi kalau misalnya yang punya hajat tidak bertanya alat-alat ritualnya ya, saya melaksanakan pementasan biasa saja tanpa ada ritual sama sekali, datang, istirahat, makan siang dan pentas begitu saja.

Kenapa dikasih sesajen, mungkin supaya auranya lebih keluar, karena orang jaman dahulu hal-hal yan majis seperti itu dicari, supaya waktu nari barong biar kuat, reyog biar keliatan bagus, auranya biar garang bagaimana ya pakai hal semacam itu. Karena reyog-reyog jaman dahulu itu sangat-sangat sacral sekali, berbeda dengan reyog pada jaman sekarang kalau ada ryog dipakai aja tanpa memikirkan hal yang seperti itu karena lebih berfikiran modern.

7. Adakah sanksi yang diterapkan bagi orang yang melanggar norma pada kesenian tersebut?apa bentuk sanksi yang diberikan bagi pelanggarnya?

Jawaban: sebenarnya tidak ada sangsi, sangsi yang diberikan kepada teman yang tidak datang pada saat acara sebelumnya adalah pada saat pementasan selanjutnya orang yang tidak hadir tersebut tidak akan diberi tahu. Awalnya sangsi yang di berikan hanya berupa peringatan saja, dan hal tersebut seperti hukum alam menurut saya. Misalnya ada dalam 1 kelompok terdapat 10 orang, kalau yang satu melanggar yang Sembilan orang tidak mau tahu, apabila kekurangan satu orang ya nanti mengambil orang dari kelomok lainnya. Dan sebaliknya, kita membebaskan anak tersebut main di tempat lain, dan disini juga bebas mau main, dan disini juga punya

(30)

hati yang terbuka untuk melepas anak itu untu main. Karena di sana tidak mungkin mau mengambil anak sini buat main ke sana kalau di sini juga sedang membutuhkan anak itu. Dan kalau di dua tempat tersebut maen kita mengambil ke tempat grup lain, dan hal yang terjadi seperti itu jarang sekali. Sangsinya ya hanya itu, sangsinya ya kita harus siap kalau grup kita tanggapan ya mending kita tidak diajak, terus kalau orang desa di sebut di hindari, disini dihindari dalam arti kesenian bukan dalam arti pergaulan yang nantinya tidak bertegur sapa ya bukan seperti itu. Jadi tetap berteman, namun kalau ada pementasan nanti akan ditinggal bahkan tidak diberi tahu supaya orang tersebut merasa. Tidak perlu di terangkan kamu salah ini dan itu, nanti dia akan tahu sendiri apa salahnya, dan sangsi yang diberikan tersebut secara lansung berjalan tanpa adanya proses diskusi dengan teman-teman satu grup kalau nanti ada pementasan anak itu tidak usah di ajak, tidak seperti itu, nantinya akan berjalan dengan sendiri. Atau biasanya dengan sindiran antar teman “kalau anak tersebut sudah ikut grup lain, tidak usah diikutin grup disini nanti takutnya grup yang sana nyariin”. Pada akhirnya orang tersebut akan terkucil, apa mungkin orang tersebut akan main terus di grup sana karena tempatnya itu di grup ini. Hal tersebut juga berlaku pada grup-grup yang lain, tidak hanya digrup sini.

D. Cara mempertahankan kesenian Reyog di Desa Sumoroto

1. Apakah peran anda dalam memelihara kesenian reyog agar tetap ada?

Jawaban: dengan mendirikan sanggar yang khusus untuk kesenian reyog di sekolah dasar. Selain itu saya menjadi pelatih, yang saya latih adalah anak-anak usia SD, nanti kalau sudah lulus dari SD, pas SMP saya ajak anak-anak tersebut untuk kumpul nutuk ikut pentas reyog sampe SMA dan seterusnya. Dan saya mengajak dan memulai itu dari anak SD, nanti kalau hanya memakai anak ini saja, terus terlena dan focus pada satu anak ini saja, setelah kuliah dia menikah yang mau meneruskan siapa lagi nanti tidak ada. Saya melatih lewat sekolahan mulai dari TK yaitu TK Pembina itu kesenian Reyog, dan di SD Sumoroto 1 juga Kesenian Reyog. anak-anak yang saya ajarkan juga anak-anak di Desa Sumoroto.

2. Kepada siapa saja kesenian reyog ini diperkenalkan dan dilestarikan?bagaimana caranya?

Jawaban: saya memperkenalkan Reyog kepada Anak-anak hingga generasi muda dengan mengajarkan tarian Reyog, masyarakat secara tidak senggaja akan paham karena mengapa, masyarakat yang anak-anaknya bersekolah juga anak di desa Sumoroto. Kalau di sekolah dia anak sekolah, kalau sudah di rumah dia adalah anggota masyarakat.

Masyarakat di sekitar Sumoroto sering nanggap pementasan reyog, sering denganadanya beberapa event, karena di Sumoroto banyak pementasan Reyog. meskipun di Alon-alon ada pementasan Reyog pada bulan purnama, di Desa Sumoroto juga ada acara pementasan bulan purnama tempatnya di Monumen Bantarangin, acara pementasan bulan purnama di alon-alon dan di Monumen Bantarangin tidak dilaksanakan bersamaan, waktunya ada jarak selisih 2 hari di monument ebih dahulu dimulai dan pada saat bulan purnama pementasan di alon-alon. Dan acara yang ada di Bantarangin tersebut di Gilir atau bergantian, sedangkan untuk bulan purnama bulan ini dilaksanakan oleh Kecamatan Sukorejo. Kalau untuk di Monumen Bantarangin sendiri Kecamatan yang turut serta dalam pementasan ada 6 yaitu kecamatan Kauman, Kecamatan Sukorejo, Sampung, Badegan, Jambon dan

(31)

yang terakhir Desa Sumoroto secara khusus. Dalam satu tahun karena bulan purnama terjadi 6 kali, dan sudah di bagi sedemikian rupa dalam waktu 2 bulan sekali.

Pementasan tersebut dilaksanakan dan diadakan oleh yayasan Kawedhanan yang berarti wilayah pembantu Bupati. Kalau sekarang kantor kawedhanan sudah tidak ada, kalau sekarang sudah diganti namanyamenjadi wilayah pembanti Bupati. Wilayah nya meliputi yang ada di barat Sungai yaitu yaitu kecamatan Kauman, Sukorejo, Sampung, Badegan, dan Jambon.

Sekarang saya lebih sering membawa anak-anak SMA kalau jaman sekarang karena sudah bisa, menyebar, dan memiliki berbagai kesibukan, tetapi bisa untuk dikumpulkan.

3. Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam memelihara kesenian reyog baik dari internal maupun eksternal paguyuban kesenian ini? dan bagaimana cara mengatasinya?

Jawaban: yang paling jelas hambatan yang dialami adalah pendanaan mulai dari pemeliharaan dari kabupaten baik dari kabupaten dan pemerintah daerah itu tidak ada, pergrup harus di beri pendanaan tiap 2 tahun tiap grup atau tiap desa itu tidak ada, karena biayanya itu adalahbiaya sendiri dan mencari pembiayaan sendiri hanya itu untuk pemeliharaan grup. Setiap organisasi memang membutuhkan dana, kalau danakurang berarti menghambat untuk gaji para pemain yang sifatnya memotong gaji para pemain. Kadang juga gaji yang sudah diperoleh sama sekali tidak ada dana untuk pemeliharaan, dengan kesepakatan bersama.

Yang ikut dalam proses memelihara alat-alat biasanya hanya para tetua yang ada di dalam grup, kalau anak-anak tidak akan memikirkan hal-hal yang seperti itu. Cara untuk mengumpulkan anggrannya kita melihat situasi terlebih dahulu dimana kita pentas, bagaimana hasil yang didapat, jumlah yang perlu dibagi dan lain-lain, setelah itu apabila ada pemotongan dana, apakah dana itu nanti habis atau bagaimana. Kalau memang tidak patut untuk di potong ya tidak perlu untuk dipotong, kalau misalnya hasil yang di dapatkan 150 ribu dan di potong 35 ribu untuk kas tentunya kita perlu Tanya pada anggota yang lai apakah menyetujui atau tidak.

4. Siapa saja yang turut serta dalam proses memelihara kesenian ini?

Jawaban: orang-orang yang tentunya ikut berpartisipasi dalam kesenian reyog, baik itu pemain, masyarak, pengrajin, pemerintah. Kalau semua tidak ikut dalam proses tersebut tidak akan berkembang kesenian ini.

5. Bagaiamana cara kelompok kesenian untuk memperkenalkan dan menarik perhatian kesenian reyog pada masyarakat luas dan generasi muda?

Jawaban: cara menarik perhatian kesenian reyog lebih pada ke pementasan, karena memiliki nilai hiburan itu sendiri. Pementasan kalau grupnya mementaskan dengan baik pasti orang akan menilai grup tersebut dengan baik. Tidak hanya menarik masyarakat tapi juga menarik orang-orang yang juga dikumpulkan. Dan cara menyebarkan bagaimana tampilan grup tersebut baik lebih pada omongan satu orang ke orang lain selain peningkata kualitas grup itu sendiri.

6. Adakah peran masyarakat, pengrajin dan pemerintah untuk melestarikan kerajinan Reyog?bagaimana perannya?

Jawaban: peran pemerintah melalu festival, dengan adanya itu reyog di kenal oleh orang yang di luar kabupaten bahkan di luar negeri, samapi reyog itu sampai pada luar negeri. Kalau pemerintah ke pengrajin itu karena ada acara keluar kota misalnya

(32)

pemerintah menanyakan pada pengrajin apakah akan ikut acara tersebut, dan kalau di ponorogo kalau ada festival para pengrajin di beri lahan pada pameran untuk memamerkan produk yang di buat. Tentunya pengrajin juga menyediakan produk-produk kesenian mereka untuk keperluan kelomok kesenian juga. Masyarakat terus menyukai kesenian reyog sama dengan masyarakat masih mampu jaga kesenian reyog.

7. Bagaimana cara agar kesenian reyog pada kelompok ini dapat bertahan sampai sekarang?

Jawaban: sebenarnya kalau cara kita hanya memberikan pelatihan khusus yang rutin, kumpul bersama grup kesenian, yang paling penting adalah kita terbuka denga anggota grup agar antar anggota grup tidak bertanya-tanya kemana dana maupun biaya ataupun kapan saat latihan. Jadi sebelum kita melakukan even atau acara, grup itu kita kumpulkan kita rembukan nanti pembagian dana bagaimana, memanggil para sesepuh, merencanakan akan adanya latihan untu pementasan itu sendiri. Lebih terbuka supaya grup itu tetap bertahan, kalau tidak saling terbuka pasti banyak pertanyaan dari anggota grup yang hanya disampaikan di belakang tanpa adanya konfirmasi yang jelas dan membuat anggota dalam grup tidak mempunyai pegangan dan menjadi bias dan tidak jelas. Anak jaman sekarang berbeda dengan orang pada jaman dahulu, kalau sekarang mendapatkan hasil dari pementasan kalau jaman dahulu malah mencari uang agar bisa pentas keluar kota. Dahulu tidak mendapat biaya dari hasil pementasan tapi kalau sekarang anak-anak di grup bertanya bayarannya berapa, jaman sekarang semuanya harus jelas dan banyak pertanyaan dari anak-anak untuk kejelasan, kalau tidak begitu akan membuat grup kesenian tidak bertahan karena menolak untuk ikut di grup tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

ü Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan kimia, energi dan air serta sekaligus untuk meningkatkan kinerja lingkungan, diperlukan suatu

AMPUS Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memiliki luas sebesar ± 187 ha yang terletak pada ketinggian berkisar antara 3-4 mdpl. Dalam memenuhi kebutuhan

Menurut ketentuan ayat (2) huruf b, apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak ternyata jumlah pajak

1) Sisi Internal SatKer (Satuan Kerja): jumlah SDM yang mengawasi dan mengerti penggunaan Alsus (Alat-alat Khusus) yang terbatas, peralatan-peralatan khusus baik primer

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat beban kerja subjek pada pengolahan tanah secara manual menggunakan alat tradisional tajak di lahan rawa lebak

Kampus hijau yang sudah terbentuk akan menjadi pusat kegiatan dan pemberdayaan pemangku kepentingan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Tempo,

Dari kegiatan pengabdian masyakat yang berjudul ”Sosialisasi dan Aplikasi Penggunaan Beberapa Tanaman Pengusir Nyamuk Kepada Masyarakat Kota Padang di Daerah yang