PENERAPAN
PENERAPAN
EVALUASI DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN DI DAERAH
Pengertian Daya Dukung
Pengertian Daya Dukung
K
d i
i
k
Kemampuan dari suatu sistem untuk
mendukung (support) suatu aktivitas sampai
pada level tertentu
Pengertian Daya Dukung
Pengertian Daya Dukung
(carrying capacity)
Dalam perspektif biofisik wilayah
Dalam perspektif biofisik wilayah,
daya dukung dapat didefinisikan
sebagai jumlah maksimum populasi
g j
p p
yang dapat didukung oleh suatu
wilayah, sesuai dengan kemampuan
y
g
p
teknologi yang ada (Binder and
Lopez, 2000).
Wildlife carrying i capacityKonsep‐konsep daya Dukung
Konsep konsep daya Dukung
f
daya dukung fisik (physical),
daya dukung lingkungan/ekologis (ecological),
daya dukung sosial (social),
Status C i C i E l i l F i Supply Side Demand Side Kebutuhan Air
per Kapita Status
DDL
Daya Dukung Lingkungan Carrying Capacity
Ecological Footprint
Pola Konsumsi
dan Kebutuhan Populasi
Kebutuhan Air (m3/tahun) Pasokan Air (m3/tahun) Neraca Air DDL Air Sumberdaya Penduduk Kebutuhan Lahan Setara Beras oPenggunaan Lahan (Ha) oKemampuan Potensi Lahan Setara Beras Status Kebutuhan Lahan per Kapita
o p Lahan (Ha) Produksi Potensial Setara Beras (ton/Ha) DDL Lahan o Penggunaan Lahan (Ha) Data Produksi Produksi Aktual Setara Beras (ton/Ha) Lahan (Ha) oAdministrasi Wilayah
2 Komponen
2 Komponen
Daya Dukung Lingkungan
(1) kapasitas penyediaan (supportive
capacity)
(2) kapasitas tampung (assimilative
(2) kapasitas tampung (assimilative
komponen penentu daya dukung
daya lenting ekosistem (ecosystem resilience),
tingkat teknologi,
g
g ,
preferensi konsumen,
permintaan sumberdaya
permintaan sumberdaya,
Isu‐isu distribusi dan pemerataan.
Ecological Footprint
Ecological Footprint
(Eco‐footprints)
= Jejak Ekologi (1/4)
= Jejak Ekologi (1/4)
Peneliti Bill Rees and Mathis Wackernagel
mengembangkan konsep ecological
mengembangkan konsep ecological
footprint: luas lahan yang diperlukan untuk
menyediakan segala sumberdaya and
menyediakan segala sumberdaya and
mengabsorb limbah yang diterjemahkan
sebagai luas tapak di bumi
g
p
Ecological Footprint (Eco‐footprints)
= Jejak Ekologi (2/4)
Jejak Ekologi (2/4)
Cara merepresentasikan dampak p p manusia pada lingkungan dengan “menterjemahkan” dampak pada luas lahan Luas lahan diperlukan untuk kebutuhan produksi pangan, bangunan (permukiman), mengabsorb limbah, dan lain‐lain. JE secara lebih sederhana merupakan ukuran luas lahan yang diperlukan oleh manusia
Ecological Footprint (Eco‐footprints)
Jejak Ekologi (3/4)
JE (j j k k l i= Jejak Ekologi (3/4)
JE (jejak ekologi ‐ ecological footprint) merupakan alat ukur dampak kegiatan manusia terhadap lingkungan alami, lingkungan alami, sebagai ukuran standar konsumsi s mberda a ang sumberdaya yang dapat diperbaharui (atau equivalensinya)Ecological Footprint
(Eco‐footprints)
= Jejak Ekologi (4/4)
Selisih JE dengan kapasitas biologi Selisih JE dengan kapasitas biologi (biocapacity) yang merupakan ukuran ketersediaan lahan menggambarkan ketersediaan lahan menggambarkan surplus/defisit sumberdaya lahan dalam mendukung kehidupan g p manusia. Semakin besar JE semakin buruk Semakin besar JE semakin buruk (rakus/boros) sumberdaya alam Konsummsi Bioproduk memerlukan Konsummsi Bioproduk memerlukan sekitar 50‐70% luas tapakIlustrasi
Kota London di Inggris memiliki tapak ekologi seluas 120 kali
tapak ekologi seluas 120 kali ukuran luas kotanya
Kota‐kota di Amerika dengan penduduk 650,000 jiwa membutuhkan tapak seluas 30,000 km2 untuk membutuhkan tapak seluas 30,000 km2 untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya‐sumberdaya yang dibutuhkan domestiknya (rumah tangga) tanpa memperhitungkan kebutuhan industrinya Sebagai Bandingan untuk kota‐kota di India dengan ukuran populasi yang sama hanya membutuhkan 2,800 km2 (1/11 kali)
Jejak Ekologi, Indeks Kerawanan Lingkungan (EVI) dan Status Lingkungan beberapa Negara di
Dunia, 2008
Negara Jejak Ekologi Sisa Ekologi EVI % Status Amerika Serikat A 9.40 -4.40 300. 94. VulnerableA k Australia Brazil China India 7.80 2.40 2.10 0.90 7.60 4.90 -1.20 -0.50 238. 281. 360. 385. 96. 94. 94. 92. At risk Vulnerable Highly vulnerable Extremely vulnerable Indonesia Jepang Korea Selatan Malaysia 0.90 4.90 3.70 2 40 0.40 -4.30 -3.00 0 30 316. 389. 373. 312 98. 94. 96. 98 y Highly vulnerable Extremely vulnerable Extremely vulnerable Vulnerable Malaysia Rusia Singapura Thailand 2.40 3.70 4.20 2.10 0.30 4.40 -4.10 -1.20 312. 273. 428. 308. 98. 88. 92. 100. Vulnerable Vulnerable Extremely vulnerable Vulnerable Sumber : Global Footprint Network. 2008‐10‐29
(http://www Footprintnetwork org/en/index php/GFN/page/data sources/ Retrieved on (http://www.Footprintnetwork.org/en/index.php/GFN/page/data_sources/. Retrieved on 2008‐10‐31).
Kartogram Konsumsi Dunia 2003
Kartogram Konsumsi Dunia 2003
Kontekstual Evaluasi Daya Dukung
Li
k
di I d
i
(1/2)
Lingkungan di Indonesia (1/2)
Walau Indonesia secara umum memiliki keseimbangan
Walau Indonesia secara umum memiliki keseimbangan
ekologi namun keseimbangan ekologi Indonesia terancam karena:
a. Sebagian sumberdaya alam (barang dan jasa) digunakan bukan untuk konsumsi domestik (untuk diekspor)
b. Daya beli (pendapatan) yang masih rendah menyebabkan kita tidak mampu bersaing membeli dan mengkonsumsi
b d l i
sumberdaya luar negeri
c. Masalah kita bukan pada besaran JE tapi masalah
keseimbangan kebutuhan ekspor dan domestik sehingga keseimbangan kebutuhan ekspor dan domestik, sehingga status “surplus ekologi“ sering tetap tidak memadai
Kontekstual Evaluasi Daya Dukung
Li
k
di I d
i
(2/2)
Lingkungan di Indonesia (2/2)
d. Sangat penting untuk memisahkan konsep daya dukung yang berspektif global, nasional, regional dan lokal
y g p g , , g
e. Berbagai Daerah mengalami defisit ekologi dalam artian sebenarnya karena
“supply” domestik & impor < “demand” domestik & ekspor Sd + Si << Dd + De
UU No. 32 Th 2009
UU No. 32 Th 2009
Da a d k ng lingk ngan hid p adalah Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia makhluk mendukung perikehidupan manusia, makhluk
hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanyay
Daya tampung lingkungan hidup adalah
k li k hid t k
kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Evaluasi Daya Dukung Lingkungan (DDL) dalam Penataan Ruang
3 Pendekatan Kajian
3 Pendekatan Kajian
Daya Dukung Lingkungan (DDL)
Pedoman Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Pedoman Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang
Wilayah (PERMEN LH No.17,Tahun 2009)
A.
Kajian DDL aspek Lahan
A 1 Berbasis Neraca Bioproduk
A.1. Berbasis Neraca Bioproduk
A.2. Berbasis Kemampuan Lahan
B. Kajian DDL aspek Air
j
Status C i C i l i l i Supply Side Demand Side Kebutuhan Air
per Kapita Status
DDL
Status
Daya Dukung Lingkungan Carrying Capacity
Ecological Footprint
Pola Konsumsi
dan Kebutuhan Populasi
Kebutuhan Air (m3/tahun) Pasokan Air (m3/tahun) Neraca Air Air Sumberdaya Penduduk Kebutuhan Lahan Setara Beras oPenggunaan Lahan (Ha) oKemampuan Potensi Lahan Setara Beras Status DDL Kebutuhan Lahan per Kapita
o p Lahan (Ha) Produksi Potensial Setara Beras (ton/Ha) DDL Lahan o Penggunaan Lahan (Ha) Data Produksi Produksi Aktual Setara Beras (ton/Ha) Lahan (Ha) oAdministrasi Wilayah
A 1
E
l
i
A.1. Evaluasi
Daya Dukung Lingkungan (DDL)
Berbasis Neraca Bioproduk
(1) Evaluasi Pemanfaatan Ruang (eksisting):
( ) g ( g)
Kajian DDL Kondisi Eksisting (2) Evaluasi Rancangan RTRW:
Cara Penghitungan
g
g
Penghitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan
1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan Rumus: tvb L P x Hb Hi x Pi S
( ) 1 Keterangan:SL = Ketersediaan lahan (ha)
SL = Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditas (satuan tergantung
kepada jenis komoditas).
Komoditas yang diperhitungkan adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.
p , , p , p
Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat
produsen.
Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen.
Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)
Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk non beras dengan beras adalah harga.
2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan R Rumus: L L N x KHL D Keterangan:
DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N = Jumlah penduduk (jiwa)
N Jumlah penduduk (jiwa)
KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk adalah kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktivitas beras total ebutu a dup aya pe pe dudu d bag p odu t tas be as tota
Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara beras/kapita/ton
Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal dapat menggunakan data rata-rata produktivitas nasional sebesar 2400 kg/ha/tahun
Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk p g g , y g g y p
Satuan Harga Produk Pertanian
g
(dominan sawah) unit basis lahan
Data Produktivitas Lokal
Data Produktivitas Lokal
Data Harga Komoditas
3.
Penentuan Status Daya Dukung Lahan
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan
(S ) ( )
antara ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL).
Ketentuan Permen 17/2009:
Bila SL > DL, maka daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL < DL maka daya dukung lahan dinyatakan defisit atau
Bila SL < DL, maka daya dukung lahan dinyatakan defisit atau
Implikasi Kebijakan Implikasi Kebijakan
1 I lik i li i d d k k bij k h b t
1. Implikasi analisis daya dukung: kebijakan hubungan antar daerah antara daerah penyangga dan daerah yang
didukungnya (kelembagaan insentif/disinsentif, bagi hasil, dan kompensasi)
2. Analisis DDL menjadi landasan Kebijakan tata ruang dan pengelolaan SDA di tingkat yang lebih tinggi