• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DI DAERAH ERNAN RUSTIADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DI DAERAH ERNAN RUSTIADI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN

PENERAPAN 

EVALUASI DAYA DUKUNG 

LINGKUNGAN DI DAERAH

(2)

Pengertian Daya Dukung

Pengertian Daya Dukung

K

 d i 

  i

 

Kemampuan dari suatu sistem untuk 

mendukung (support) suatu aktivitas sampai 

pada level tertentu

(3)

Pengertian Daya Dukung

Pengertian Daya Dukung

(carrying capacity)

Dalam perspektif biofisik wilayah  

Dalam perspektif biofisik wilayah, 

daya dukung dapat didefinisikan 

sebagai jumlah maksimum populasi 

g j

p p

yang dapat didukung oleh suatu 

wilayah, sesuai dengan kemampuan 

y

g

p

teknologi yang ada (Binder and 

Lopez, 2000). 

Wildlife carrying  i capacity

(4)

Konsep‐konsep daya Dukung

Konsep konsep daya Dukung

f

daya dukung fisik (physical), 

daya dukung lingkungan/ekologis (ecological), 

daya dukung sosial (social), 

(5)

Status  C i C i E l i l F i Supply Side Demand Side Kebutuhan Air

per Kapita Status

DDL

Daya Dukung LingkunganCarrying Capacity

Ecological Footprint

Pola Konsumsi

dan Kebutuhan Populasi

Kebutuhan Air (m3/tahun) Pasokan Air (m3/tahun) Neraca Air DDL Air Sumberdaya Penduduk Kebutuhan Lahan Setara Beras oPenggunaan Lahan (Ha) oKemampuan Potensi Lahan Setara Beras Status Kebutuhan Lahan per Kapita

o p Lahan (Ha) Produksi Potensial Setara Beras (ton/Ha) DDL Lahan o Penggunaan Lahan (Ha) Data Produksi Produksi Aktual Setara Beras (ton/Ha) Lahan (Ha) oAdministrasi Wilayah

(6)

2 Komponen

2 Komponen

Daya Dukung Lingkungan

(1) kapasitas penyediaan (supportive 

capacity) 

(2) kapasitas tampung (assimilative 

(2) kapasitas tampung (assimilative 

(7)

komponen penentu daya dukung 

daya lenting ekosistem (ecosystem resilience), 

tingkat teknologi, 

g

g ,

preferensi konsumen, 

permintaan sumberdaya  

permintaan sumberdaya, 

Isu‐isu distribusi dan pemerataan.

(8)

Ecological Footprint

Ecological Footprint 

(Eco‐footprints) 

= Jejak Ekologi (1/4)

= Jejak Ekologi (1/4)

Peneliti Bill Rees and Mathis Wackernagel 

mengembangkan konsep  ecological 

mengembangkan konsep  ecological 

footprint:  luas lahan yang diperlukan untuk 

menyediakan segala sumberdaya and 

menyediakan segala sumberdaya and 

mengabsorb  limbah yang diterjemahkan 

sebagai luas tapak  di bumi 

g

p

(9)

Ecological Footprint (Eco‐footprints) 

= Jejak Ekologi (2/4)

 Jejak Ekologi (2/4)

Cara merepresentasikan dampak p p manusia pada lingkungan dengan  “menterjemahkan” dampak pada luas  lahan  Luas  lahan diperlukan untuk  kebutuhan produksi pangan,  bangunan  (permukiman), mengabsorb  limbah, dan lain‐lain.  JE secara lebih sederhana merupakan  ukuran luas lahan yang diperlukan  oleh manusia

(10)

Ecological Footprint (Eco‐footprints) 

Jejak Ekologi (3/4)

JE (j j k  k l

= Jejak Ekologi (3/4)

JE (jejak ekologi ‐ ecological footprint)  merupakan alat ukur  dampak kegiatan  manusia terhadap  lingkungan alami,  lingkungan alami,  sebagai ukuran  standar konsumsi  s mberda a  ang  sumberdaya yang  dapat diperbaharui  (atau equivalensinya)

(11)

Ecological Footprint 

(Eco‐footprints) 

= Jejak Ekologi (4/4)

Selisih JE dengan kapasitas biologi Selisih JE dengan kapasitas biologi  (biocapacity) yang merupakan ukuran  ketersediaan lahan menggambarkan  ketersediaan lahan menggambarkan  surplus/defisit sumberdaya lahan  dalam mendukung kehidupan g p manusia.  Semakin besar JE semakin buruk Semakin besar JE semakin buruk  (rakus/boros) sumberdaya alam  Konsummsi Bioproduk memerlukan Konsummsi Bioproduk memerlukan  sekitar 50‐70% luas tapak

(12)

Ilustrasi

Kota London di Inggris memiliki tapak ekologi seluas 120 kali

tapak ekologi seluas 120 kali ukuran luas kotanya

Kota‐kota di Amerika dengan penduduk 650,000 jiwa  membutuhkan tapak seluas 30,000 km2 untuk  membutuhkan tapak seluas 30,000 km2 untuk  memenuhi kebutuhan sumberdaya‐sumberdaya yang  dibutuhkan  domestiknya (rumah tangga) tanpa  memperhitungkan kebutuhan industrinya  Sebagai Bandingan  untuk kota‐kota di India dengan  ukuran populasi yang sama hanya membutuhkan  2,800 km2  (1/11 kali)

(13)

Jejak Ekologi, Indeks Kerawanan Lingkungan (EVI) dan Status Lingkungan beberapa Negara di

Dunia, 2008

Negara Jejak Ekologi Sisa Ekologi EVI % Status Amerika Serikat A 9.40 -4.40 300. 94. VulnerableA k Australia Brazil China India 7.80 2.40 2.10 0.90 7.60 4.90 -1.20 -0.50 238. 281. 360. 385. 96. 94. 94. 92. At risk Vulnerable Highly vulnerable Extremely vulnerable Indonesia Jepang Korea Selatan Malaysia 0.90 4.90 3.70 2 40 0.40 -4.30 -3.00 0 30 316. 389. 373. 312 98. 94. 96. 98 y Highly vulnerable Extremely vulnerable Extremely vulnerable Vulnerable Malaysia Rusia Singapura Thailand 2.40 3.70 4.20 2.10 0.30 4.40 -4.10 -1.20 312. 273. 428. 308. 98. 88. 92. 100. Vulnerable Vulnerable Extremely vulnerable Vulnerable   Sumber : Global Footprint Network. 2008‐10‐29 

(http://www Footprintnetwork org/en/index php/GFN/page/data sources/  Retrieved on  (http://www.Footprintnetwork.org/en/index.php/GFN/page/data_sources/. Retrieved on  2008‐10‐31).

(14)

Kartogram Konsumsi Dunia 2003

Kartogram Konsumsi Dunia 2003

(15)

Kontekstual Evaluasi Daya Dukung

Li

k

di I d

i

(1/2)

Lingkungan di Indonesia (1/2)

 Walau Indonesia secara umum memiliki keseimbangan

 Walau Indonesia secara umum memiliki keseimbangan

ekologi namun keseimbangan ekologi Indonesia terancam karena:

a. Sebagian sumberdaya alam (barang dan jasa) digunakan bukan untuk konsumsi domestik (untuk diekspor)

b. Daya beli (pendapatan) yang masih rendah menyebabkan kita tidak mampu bersaing membeli dan mengkonsumsi

b d l i

sumberdaya luar negeri

c. Masalah kita bukan pada besaran JE tapi masalah

keseimbangan kebutuhan ekspor dan domestik  sehingga keseimbangan kebutuhan ekspor dan domestik, sehingga status “surplus ekologi“ sering tetap tidak memadai

(16)

Kontekstual Evaluasi Daya Dukung

Li

k

di I d

i

(2/2)

Lingkungan di Indonesia (2/2)

d. Sangat penting untuk memisahkan konsep daya dukung yang berspektif global, nasional, regional dan lokal

y g p g , , g

e. Berbagai Daerah mengalami defisit ekologi dalam artian sebenarnya karena

“supply”  domestik & impor <  “demand” domestik & ekspor Sd + Si  << Dd + De

(17)

UU No. 32 Th 2009

UU No. 32 Th 2009

Da a d k ng lingk ngan hid p adalah Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia makhluk mendukung perikehidupan manusia, makhluk

hidup lain, dan keseimbangan

antarkeduanyay

Daya tampung lingkungan hidup adalah

k li k hid t k

kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.

(18)

Evaluasi Daya Dukung Lingkungan (DDL) dalam Penataan Ruang

(19)

3 Pendekatan Kajian

3 Pendekatan Kajian

Daya Dukung Lingkungan (DDL)

Pedoman Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Pedoman Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang

Wilayah (PERMEN LH No.17,Tahun 2009)

A.

Kajian DDL aspek Lahan

A 1  Berbasis Neraca Bioproduk

A.1. Berbasis Neraca Bioproduk

A.2. Berbasis Kemampuan Lahan

B. Kajian DDL aspek Air

j

(20)

Status C i C i l i l i Supply Side Demand Side Kebutuhan Air

per Kapita Status

DDL

Status

Daya Dukung LingkunganCarrying Capacity

Ecological Footprint

Pola Konsumsi

dan Kebutuhan Populasi

Kebutuhan Air (m3/tahun) Pasokan Air (m3/tahun) Neraca Air Air Sumberdaya Penduduk Kebutuhan Lahan Setara Beras oPenggunaan Lahan (Ha) oKemampuan Potensi Lahan Setara Beras Status DDL Kebutuhan Lahan per Kapita

o p Lahan (Ha) Produksi Potensial Setara Beras (ton/Ha) DDL Lahan o Penggunaan Lahan (Ha) Data Produksi Produksi Aktual Setara Beras (ton/Ha) Lahan (Ha) oAdministrasi Wilayah

(21)

A 1

E

l

i

A.1. Evaluasi

Daya Dukung Lingkungan (DDL)

Berbasis Neraca Bioproduk

(1) Evaluasi Pemanfaatan Ruang (eksisting): 

( ) g ( g)

Kajian DDL Kondisi Eksisting (2) Evaluasi Rancangan RTRW: 

(22)

Cara Penghitungan

g

g

Penghitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan

1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan Rumus: tvb L P x Hb Hi x Pi S

( ) 1 Keterangan:

SL = Ketersediaan lahan (ha)

SL = Ketersediaan lahan (ha)

Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditas (satuan tergantung

kepada jenis komoditas).

Komoditas yang diperhitungkan adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.

p , , p , p

Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat

produsen.

Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen.

Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)

Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk non beras dengan beras adalah harga.

(23)

2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan R Rumus: L L N x KHL DKeterangan:

DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)

N = Jumlah penduduk (jiwa)

N Jumlah penduduk (jiwa)

KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk

Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk adalah kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktivitas beras total ebutu a dup aya pe pe dudu d bag p odu t tas be as tota

Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara beras/kapita/ton

Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal dapat menggunakan data rata-rata produktivitas nasional sebesar 2400 kg/ha/tahun

Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk p g g , y g g y p

(24)

Satuan Harga Produk Pertanian

g

(dominan sawah)  unit basis lahan

Data Produktivitas Lokal

Data Produktivitas Lokal

Data Harga Komoditas

(25)

3.

Penentuan Status Daya Dukung Lahan

Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan

(S ) ( )

antara ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL).

Ketentuan Permen 17/2009:

Bila SL > DL, maka daya dukung lahan dinyatakan surplus.

Bila SL < DL maka daya dukung lahan dinyatakan defisit atau

Bila SL < DL, maka daya dukung lahan dinyatakan defisit atau

(26)

Implikasi Kebijakan Implikasi Kebijakan

1 I lik i li i d d k k bij k h b t

1. Implikasi analisis daya dukung: kebijakan hubungan antar daerah antara daerah penyangga dan daerah yang

didukungnya (kelembagaan insentif/disinsentif, bagi hasil, dan kompensasi)

2. Analisis DDL menjadi landasan Kebijakan tata ruang dan pengelolaan SDA di tingkat yang lebih tinggi

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Memang dalam pengurusan KTP dan KK oleh masyarakat yang dilimpahkan kepada pengurus desa ini memunculkan biaya baru bagi masyarakat, akan tetapi biaya ini memang

Keterampilan yang dimilki oleh para sopir juga merupakan tanggung jawab perusahaan, sehingga jelas para sopir taksi tersebut diberikan pembinaan dan pelatihan yang cukup sesuai

1. Para peserta lomba wajib menaati ketentuan dan tata tertib yang telah ditetapkan oleh panitia. Keputusan juri adalah mutlak dan tidak dapat di ganggu gugat. Hal-hal yang

Tanaman selada yang di tanam pada media biasa (sekam padi bakar) dengan tambahan 0% BA mengalami pecah benih pada hari ke 3, sedangkan dengan penambahan prosentase BA sebanyak

 Strategi dalam pemasaran terdiri dari positioning (X 3 ) sehingga dari hasil penelitian dinyatakan bahwa strategi pemasaran yang paling mempengaruhi keputusan pembelian

Untuk itu dalam mencapai tujuan Bappeda sangat dibutuhkan sekali iklim organisasi yang baik dan menyenangkan demi kelancaran proses pelaksanaan program-kegiatan di Bappeda, sebab

Nilai / skor teknis TIDAK mencapai ambang batas nilai / skor teknis ( passing grade ) yaitu 70. Hal ini disebabkan oleh : 1 ) Unsur pengalaman perusahaan TIDAK dilengkapi referensi

Pada ulangan harian Bahasa Indonesia dengan materi Menulis Iklan Baris, di dapat rata-rata nilai sebesar 65,2 dari 30 siswa, padahal Kriteria Ketuntasan Minimalnya (KKM)