• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI JUFRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI JUFRI"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAYA MEROKOK PADA KEMASAN ROKOK TERHADAP SIKAP PEROKOK

(Studi Kasus Masyarakat Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto)

JUFRI

105650006015

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)
(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Jufri

Nomor Stambuk : 105650006015

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya 0 apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun ini pencabutan gelar akademik.

Makassar, 5 Mei 2021

yang Menyatakan,

(5)

v ABSTRAK

JUFRI. Pengaruh Komunikasi Visual Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Terhadap Sikap Perokok (Studi Kasus Masyarakat Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto) (dibimbing oleh Muhammad Yahya dan Indah Pratiwi Manggaga)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap sikap perokok di Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan cara membagikan Kuesioner ke 100 responden kemudian diolah ke dalam spss menggunakaan spearman rank.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok memiliki pengaruh terhadap sikap perokok di Dusun Kanang-Kanang. Berdasarkan output spss dapat dilihat bahwa N atau jumlah data penelitian adalah 100, kemudian nilai signifikan (2-tailed) adalah 0.010 dan 0.010>0.05. Sebagaimana dasar pengambilan keputusan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang rendah antara Gambar Kemasan Rokok dengan sikap perokok. Selanjutnya dari output dapat diketahui koefisien korelasi 0.925. Maka nilai ini menandakan hubungan yang rendah antara gambar kemasan rokok dan sikap perokok. Dari hasil temuan hubungan yang rendah dikaitkan dengan teori S-O-R bahwa responden mendapatkan stimulus (pesan) tentang gambar kemasan rokok. Stimulus (pesan) tersebut disampaikan secara persuasif kepada organism (responden) sehingga dari pesan yang disampaikan secara persuasif tersebut menimbulkan response (efek) yaitu berupa kesadaran dari responden terhadap bahayanya merokok. Adapun gambar kemasan rokok tersebut terbilang mampu mendapatkan perhatian dari responden walaupun rendah hubungannya, di karenakan ada variable lain yang memengaruhi rendahnya hubungan tersebut, seperti: 1) faktor harga produk (price of product), 2) faktor lingkungan sosial (kontrol orang tua atau pergaulan), 3) faktor perilaku ( nampak jantan atau maco).

Kata Kunci : Pengaruh, Kemasan Rokok, Sikap Perokok.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Tiada kata indah yang patut diucapkan seorang hamba kepada Sang Pencipta atas segala cinta kasih-Nya yang tak terhingga dan nikmat-Nya yang tak berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna dan memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Visual Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Terhadap Sikap Perokok (Studi Kasus Masyarakat Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto)”. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah tulus memberikan sumbangsih berupa fikiran, motivasi dan nasehat. Untuk semua itu dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

Teruntuk orang tua penulis, Ibu Hj. Sitti dan Bapak H. Jumakking, terimakasih telah membesarkan dan sabar dalam mendidik penulis dengan penuh cinta serta senantiasa mendukung setiap keputusan penulis serta tak pernah menyerah dalam memotivasi dan selalu mendoakan penulis yang tiada henti-hentinya.

Selanjutnya pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan semangat dan bantuannya, terutama kepada:

(7)

vii

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. 3. Bapak Dr. Muhammad Yahya, M.Si, selaku Pembimbing I, dan Ibu

Indah Pratiwi Manggaga, S.Sos, M.A selaku Pembimbing II yang selalu membantu dan mengarahkan penulis ditengah kesibukannya sebagai tenaga pengajar dan kesibukan lainnya. Beliau selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Penghargaan setinggi-tingginya kepada beliau atas dedikasinya sebagai pembimbing yang telah menjadi panutan bagi penulis.

4. Terimakasih banyak kepada staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah member pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman saya tercinta, Miftahul Reski, Ahmad Yani, Irsak Sirajuddin, suardi, Nur Alim Syarif, Usman Ali, Mawardi Saputra, Irmawati HN, Nuraeni HR, dan Jumrah yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.

Akhir kata, penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan

(8)

viii

dengan Ilmu Komunikasi. Semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan semua orang yang telah hadir dalam hidup penulis.

Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, 05 Mei 2021

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH …………... iv

ABSTRAK ………... v

KATA PENGANTAR ……… vi

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR TABEL ……… x DAFTAR GAMBAR ………... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ………...………... 1 B. Rumusan masalah …..………... 7 C. Tujuan penelitian ………... 8 D. Keguanaan penelitian ……….... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian terdahulu ……….... 10 B. Kerangka teori ……….... 11 C. Komunikasi Visual ………..………...… 15 D. Sikap………... 20 E. Periklanan ………... 29 F. Kerangka pemikiran………...………... 32

G. Defenisi fokus penelitian………..………. 34

H. Hipotesis …...………... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi penelitian ………... 37

B. Jenis dan tipe penelitian ………..……….. 37

C. Populasi dan sampel ………... 37

D. Teknik pengumpulan data gumpulan data ……… 40

E. Teknik analisis data ………... 40

F. Uji kualitas data ………... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian ……… 44

B. Analisis data ………. 52

C. Pembahasan ……….. 69

BAB V PENUTUP A. kesimpulan ……… 74

(10)

x

B. Implikasi penelitian ……… 74 DAFTAR PUSTAKA………... 76 LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jumlah Masyarakat Laki-laki Dusun Kanang-Kanang ……….40

Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Dusun Kanang-Kanang Berdasarkan Jenis Kelamin Usia ..…………...……….. 47

Tabel 4.2 : Responden Masyarakat Dusun Kanang-Kanang ………..49

Tabel 4.3 : Pertanyaan 1 ………..……… 55 Tabel 4.4 : Pertanyaan 2 ……… 56 Tabel 4.5 : Pertanyaan 3 ……… 57 Tabel 4.6 : Pertanyaan 4 ……… 58 Tabel 4.7 : Pertanyaan 5 ……… 59 Tabel 4.8 : Pertanyaan 6 ……… 60 Tabel 4.9 : Pertanyaan 7 ……… 61 Tabel 4.10 : Pertanyaan 8 ……… 62 Tabel 4.11 : Pertanyaan 1 ……… 63 Tabel 4.12 : Pertanyaan 2 ……… 64 Tabel 4.13 : Pertanyaan 3 ………. 65 Tabel 4.14 : Pertanyaan 4 ……… 66 Tabel 4.15 : Pertanyaan 5 ……… 68 Tabel 4.16 : Pertanyaan 6 ……… 69

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Garmbar 2.1 : Kerangka Teori S-O-R ………. 16 Gambar 2.2 : Kerangka Pikir Penelitian ……… 35 Gambar 4.1 : Gambar Kemasan Rokok ………. 72

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Merokok merupakan salah satu kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia, kebiasaan merokok dianggap sudah menjadi gaya hidup dari kaum mudah hingga tua, masyarakat menengah ke bawah hingga menengah ke atas, menurut Tjandra Yoga Aditama (2013) iklan rokok menyebabkan inisiasi perilaku merokok pada masyarakat. Iklan tersebut

dikemas dalam tampilan yang sangat menarik. Pesan yang menekankan

aspek rasa, lebih mudah menyentuh hati dan pikiran pemirsa. Nilai-nilai

percaya diri, setia kawan, kreativtas, tampan, dan berani, sangat cocok

dengan citra diri yang banyak diinginkan remaja, bahkan menurut data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) pada tahun 2018 jumlah perokok di Indonesia mencapai 33 persen (ketiga tertinggi di dunia) atau 1 dari 3 orang Indonesia merokok. Dengan perokok pria sebesar 63 persen atau 2 dari 3 pria Indonesia merokok. Yang menjadi perhatian penuh adalah perokok bagaimana jumlah perokok anak usia 10-18 tahun naik dari 7,2 persen (2013) menjadi 9,1 persen (2018), atau sudah hamper 1 dari 10 anak Indonesia merokok.

Fenomena di atas menarik perhatian banyak pihak untuk dibahas, ada yang menilai itu positif karena itu dapat menguntungkan petani cengkeh dan tembakau karena dengan meningkatnya konsumsi rokok maka itu juga secara tidak langsung meningkatkan permintaan tembakau dan cengkeh

(14)

sehingga harganya mejadi lebih stabil. Di sisi lain, Cukai Hasil Tembakau (CHT) menjadi sumber pendapatan negara yang tidak sedikit. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, penerimaan dari cukai rokok sebesar Rp44,68 triliun dan terus bertambah hingga Rp145,53 triliun pada 2016. Proporsi penerimaan cukai terhadap total penerimaan negara sebesar 6,31 persen pada 2007. Porsi ini meningkat menjadi 7,10 persen pada 2012 dengan total penerimaan cukai sebesar Rp95,03 triliun. Pada 2015, proporsinya sebesar 9,59 persen dari total penerimaan negara sebesar Rp144,64 triliun. Data terakhir tepatnya tahun 2019, penerimaan cukai meningkat menjadi Rp. 165,47 triliun, sehingga itu membuat industri rokok menjadi salah satu penyumbang pajak terbesar ke Negara. Adapun yang menilai fenomena itu negatif dari aspek kesehatan dan ekonomi. Dari aspek kesehatan, terdapat golongan yang berpendapat bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan baik bagi perokok aktif maupun pasif karena mengandung banyak zat beracun di dalamnya.

Menurut Kementrian Kesehatan (2011) terdapat banyak artikel ilmiah yang membuktikan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, sistem pernpasan, gangguan reproduksi dan kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena asap tembakau mengandung lebih dari 4000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (karsinogenik). Selain itu menurut riset kebiasaan merokok merupakan penyebab kematian 10 % penduduk di dunia. Pada aspek ekonomi, kebiasaan merokok dapat

(15)

menjadi salah satu penyebab turunnya kesejahteraan rumah tangga karena besarnya belanja rokok dan uang periksa kesehatan karena dampak merokok. Berdasarkan fakta di atas pemerintah dan kemenkes mengambil kesimpulan bahwa dampak negatif rokok jauh lebih besar dibantingkan dengan dampak positifnya.

Dalam perspektif Islam memang tidak ada nash yang jelas mengatakan bahwa rokok itu haram. Dalam kaidah ushul fiqhi syafi‟ dijelaskan bahwa segala sesuatu pada asalnya adalah mubah kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya. Karena tidak ditemukannya dalil baik dari al-Qur‟an maupun al-hadits yang mengharamkan rokok, maka pengambilan hukumnya dengan istish-hab (kembali ke hokum asalnya) yaitu mubah, yaitu hokum rokok adaalah mubah. Adapun beberapa ulama berpendapat rokok itu maakruh/mubah seperti fatwa Shaykh Hazim Abu Ghazalh ulama yordania yang menganngap rokok itu makruh, yang artinya hukum islam tentang rokok adalah tidak ada dalil eksplisit (qath’i) dalaam Qur’an atau Sunnah (hadits) naabi. Adaapun beberapa friman Allah salah satunya QS. Al-A’raf ayat 157 ini sangat umum dan sama sekali tidak mengarah pada rokok. Ayat ini mengaraah pada ayat yang terdapat pada perkaraa-perkara yang diharamkan seperti minum khamr (minuman keras), judi, zina, riba dan lain-lain.

Sebagian ulama mengharamkan rokok walaupun tidak ada dalil secara eksplisit yang mengharamkan rokok baik di dalam al-qur’an maupun sunnah (hadist), adapun ulama yang mengharamkan rokok mengatakan

(16)

bahwa agama Islam melarang perbuatan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Tidak

boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain,”. (HR. Baihaqi 6/69-70

dan al-Hakim 2/57-58). Rokok tidak diragukan lagi kebahayaannya, menurut penelitian, asap rokok terdiri atas 4000 bahan kimia yang sangat membahayakan bagi para perokok pasif (orang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok orang lain) sehingga menyebabkan kematian.

Selain itu di dalam al-Qur’an juga ada firmannya, Allah SWT. Berfirman,

„Dan janganlah jatuhkan diri sendir ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri”. (QS. Al- Baqarah.195).

Karena merokok dapat menjerumuskan dalam kebinasaan, yaitu merusak seluruh sistem tubuh (menimbulkan penyakit kanker, penyakit pernafasan, penyakit jantung, penyakit pencernaan, berefek buruk bagi janin, dan merusak sistem reproduksi), dari alasan ini sangat jelas rokok terlarang atau haram.

Selain itu, Anwar Abbas Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (2013) mengatakan organisasinya (Muhammadiyah) mengharamkan

rokok karena berdampak buruk bagi kesehatan diri sendiri dan orang lain

di sekitarnya. “Menghukumi sesuatu yang belum jelas perlu dua

(17)

menghalalkan segala sesuatu yang baik dan mengharamkan yang buruk.

Kemudian ia juga mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah rokok

merupakan barang yang baik atau buruk, sementara dalam Alquran tidak

ada ayat tentang rokok, maka perlu dilakukan kajian yang mendalam

secara empiris. Dia menyebutkan, hasil penelitian para ilmuwan

menyatakan rokok mengandung zat-zat yang berbahaya. Bahkan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan epidemik rokok telah

menyebabkan 4,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit karena

rokok.

Dalam kacamata ilmu komunikasi menurut Tjandra Yoga Aditama

(2013) iklan rokok menyebabkan inisiasi perilaku merokok pada

masyarakat. Iklan tersebut dikemas dalam tampilan yang sangat menarik.

Pesan yang menekankan aspek rasa, lebih mudah menyentuh hati dan

pikiran pemirsa. Nilai-nilai percaya diri, setia kawan, kreativtas, tampan,

dan berani, sangat cocok dengan citra diri yang banyak diinginkan remaja.

Dalam iklan Surya Pro Mild misalnya digambarkan bagaimana sekelompok pria muda berani melakukan aksi penyelamatan dengan cara berlari ke atas gedung untuk menahan robohan bangunan yang berada tepat di atas seorang wanita sehingga wanita itu tidak ditempah oleh robohan bangunan tersebut. Sehingga kesannya merokok seakan-akan dapat membuat seseorang menjadi solid, berani dan kuat dalam melakukan suatu kebaikan. Iklan model inilah yang sangat efektif memengaruhi persepsi remaja yang masih dalam tahap pencarian hari dirinya. Iklan

(18)

rokok di televisi disebut-sebut sebagi media penyampaian informasi yang manipulatif mengenai citra rokok. Dimana iklan rokok menawarkan citra seorang perokok yang tangguh, kreatif, penuh solidaritas, macho modern dan lain sebgaainya. Seingga remaja tertarik untk mengadopsi rokok tanpa menyaadari bahayanya. Selain itu dengan penayangan iklan rokok di televisi terutama yang menampilkan model-model anaak muda semakin membuat remaja tertarik untuk mencoba rokok dan meniru model dalam iklan terssebut.

Dusun Kanang-Kanang merupakan salah satu dusun di wilayah Desa Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Dusun ini terletak 15 KM dari kota jeneponto, 121 KM dari ibu kota Sulawesi selatan, Makasssar. Dengan menggunakan sepeda motor dusun ini bisa di tempuh 20 menit dari kota jeneponton dan 3 jam dari ibu kota Sulawesi selatan, Makassar. Jumlah penduduk dusun kanang-kanang hingga November 2019 tercatat sebanyak 958 jiwa. Terkait jumlah perokok belum ada data pasti berapa jumlah perokok karena belum ada yang peneliti baik dari pihak akademisi maupun kesehatan yang melakukan riset. Tetapi melalui pengamatan dan observasi peneliti bisa melihat hampir semua laki-laki mulai dari usia remaja sampai lanjut usia mengesumsi rokok, sehingga peneliti bisa mengambil kesimpulan bahwa jumlah perokok di dusun kanang-kanang sangat tinggi. Budaya merokok sudah membudaya dan dilakukan oleh masyarakat sejak lama, hampir seluruh masyarakat khususnya kaum pria merokok, sehingga itu

(19)

menyebabkan rokok bukan lagi hal yang negatif bagi masyarakat. Selain itu dengan membudayanya merokok bagi hampir semua masyarakat laki-laki itu menimbulkan kesan bahwa laki-laki-laki-laki identik dengan merokok, inilah salah satu yang penyebab timbulnya narasi yang mengatakan bahwa “kalau tidak merokok bukan laki-laki/jantan. Inilah salah satu penyebab yang mendorong masyarakat laki-laki di Dusun Kanang-Kanang cenderung merokok, Namun saat ini dengan adanya sosialisasi dan edukasi dari pemerintah terkait bahayanya merokok melalui komunikasi visual gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok sudah ada masyarakat yang mulai menyadari bahayanya merokok, mereka mulai menyadari bahwa kebiasaan merokok dapat membahayakan kesehatannya, bahkan sudah ada yang mulai mencoba berhenti merokok khususnya yang memiliki penyakit organ dalam. Itulah yang menjadi alasan sehingga saya memilih masyarakat dusun kanang-kanang untuk menjadi lokasi dan objek penelitian saya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat dilihat masalah yang akan diteliti yaitu :

1. Apakah komunikasi visual gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok berpengaruh terhadap sikap perokok di Dusun Kanang-Kanang Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto?

2. Seberapa besar pengaruh komunikasi visual gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok terhadap sikap masyarakat (perokok)

(20)

Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sikap masyarakat (perokok) Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto terhadap gambar peringatan bahaya merokok

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gambar peringatan bahaya merokok terhadap masyarakat (perokok) Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Diharapkan dalam penelitian ini dapat menambah manfaat praktis maupun teoritis

1. Manfaat teooritis

Secara teoritis penelitian ini diharakan dapat menambah khasanah keilmuan yang bermanfaat untuk mengembangkan ilmu komunikasi utamanya yang berkaitan dengan komunikasi visual, periklanan, iklan rokok dan pengaruh iklan rokok terhadap terhadap masyarakat (perokok)

2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh peringatan gambar kemasan rokok “merokok membunuhmu” terhadap masyarakat Kanang-Kanang.

(21)

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pemerintah dan kementrian kesehatan dalam mengambil cara yang efektif tentang sosialisasi bahaya rokok yang bisa pada tubuh seperti dalam kemasan rokok.

(22)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian tentang “pengaruh gambar kemasan rokok “Merokok Membunuhmu” terhadap sikap perokok pada masyarakat Dusun Kanang-Kanang Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto” perlu diuraikan perbandingannya dengan riset terdahulu berdasarkan hasil penelusuran literature kepustakaan. Beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan judul penelitian, Muh. hikram (2017) “Pengaruh gambar kemasan rokok terhadap minat perokok pada mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi UIN Alauddin Makassar”. Adapun hasil penelitiannya gambar kemasan rokok memiliki pengaruh terhadap minat merokok khususnya bagi mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar itu dikarenakan mahasiswa terpengaruh dengan gambar kemasan rokok yang menggambarkan bagaimana bahayanya merokok.

Penelitian yang lain yaitu di tulis oleh Ridhwan Harleyandi Sudibyo (2018) “Pengaruh terpaan iklan rokok terhadap minat beli konsumen rokok (studi kasus pada mahasiswa fakultas ekonomi universitas islam indonesia)”. Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara persial frekuensi berpengaruh positif dan ssignifikan terhadap minat beli konsumen.

Persamaan penelitian ini dengan Ridhwan Harleyandi Sudibyo dan Muh. Hikram adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh iklan bahaya

(23)

rokok terhadap perilaku merokok, sedangkan perbedaannya adalah meneliti tentang pengaruh sampul rokok pada minat konsumsi rokok di kalangan masyarakat Kanang-Kanang sedangkan Ridhwan harleyandi sudibyo meneliti tentang Pengaruh terpaan iklan rokok terhadap minat beli konsumen rokok (studi kasus pada mahasiswa fakultas ekonomi universitas islam Indonesia) dan Muh. Hikram meneliti tentang pengaruh gambar kemasan rokok terhadap minat perokok pada mahasiswa fakultas dakwah dan komunikasi UIN Alauddin Makassar.

B. KERANGKA TEORI

Dimulai pada tahun 1930-an, Hovland melahirkan suatu model klasik komunikasi yang banyak mendapat pengaruh teori psikologi, teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Respons. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi efeksi dan konasi. Menurut model ini, organism menghasilkan perilaku tertentu jika ada jika ada kondisi stimulus tertentu pula, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.

Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan laangsung terhadap komunikan. Stimulus Response Theory atau S-O-R Theory, model ini menunjukan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi. Artinya model ini berasumsi

(24)

bahwa kata-kata verbal, isyarat non verbal, symbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif, misalnya jika orang tersenyum akan dibalas tersenyum ini merupakan reaksi positif, namun jika tersenyum dibalas dengan palingan muka ini merupakan reaksi negatif. Model inilah yang kemudian mempengaruhi suatu teori klasik komunikasi yaitu Hypodermic needle atau teori jarum suntik. Asumsi dari teori ini pun tidak jauh berbeda dengan model S-O-R, yakni bahwa media secara langsung dan cepat memiliki efek yang kuat terhadap komunikan. Media diibaratkan sebagai jarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang (S) dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula. Jadi unsure model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa melalui semula. Dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu perhatian, pengertian dan penerimaan.

Respon atau perubahan sikap bergantung pada proses terhadap individu. Stimulus yang merrupakan pesan yang disampaikan kepada komunikan dapat diterima atau ditolak, kumunikasi yang terjadi dapat berjalan apabila komunikan memberikan perhatian terhadap stimulus yang

(25)

disampaikan kepadanya. Sampai pada proses komunikan tersebut memikirkannya sehingga timbul pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya. Perubahan sikap dapat terjadi berupa perubahan kognitif, afektif atau behavioral.

Adapun keterkaitan model S-O-R dalam penelitian ini adalah : 1. Srimulus yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan dalam

gambar kemasan rokok

2. Organism yang dimaksud adalah masyarakat (perokok) kanang-kanang

3. Response yang dimaksud adalah perubahan sikap perokok dikalangan masyarakat kanang-kanang

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsangan) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berartti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organism ini, factor reinforcement memegang peranan penting. Menurut pendapat Hovlan, Jannis dan Kelly (1953) mengatakan bahwa dalam menelah sikap yang baru, yang sama dengan peneliti lakukan diantaranya perhatian, pemahaman, pengetahuan dan penerimaan.

(26)

Kerangka Teori S-O-R Gambar 2.1

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organism, artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat

STIMULUS TEORISM - Perhatian - Pemahaman - Pengetahua n - penerimaan  Script Reading  RESPONSE Perubahan sikap

(27)

menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok masyarakat.

C. KOMUNIKASI VISUAL

1. Pengertian komunikasi visual

Komunikasi visual (visual communication) adalah proses penyampaian informasi atau pesan menggunakan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indra penglihatan. Bentuk komunikasi visual bersifat langsung (menggunakan bahasa isyarat) dan menggunakan media perantara yang lazim disebut media komuniikasi visual.

David Sless (1981) Komunikasi visual adalah komunikasi melalui bantuan visual dan digambarkan sebagai penyampaian ide dan informasi dalam bentuk yang dapat dibaca atau dilihat. Komunikasi visual sebagian atau seluruhnya bergantung pada penglihatan, dan terutama disajikan atau diekspresikan dengan gambar dua dimensi, meliputi: tanda, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, warna, dan sumber daya elektronik.

Menurut Christine Suharto Cenadi (1999 : 4) menjelaskan pengertian ruang lingkup komunikasi visual adalah desain yang mengkomunikasikan informasi dan pesan yang ditampilkan dengan menggunakan dan memadukan elemen rupa, huruf, dan citra sebagai bahasa untuk berkomunikasi secara visual dengan khalayak sasaran yang spesifik.

(28)

Berdasarkan definisi komunikasi visual dari beberapa ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi visual adalah komunikasi yang mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.

2. Fungsi komunikasi visual

Sebagaimana fungsi komunikasi pada umumnya, komunikasi visual berfungsi sebagai sarana informasi atau untuk menyampaikan pesan. Secara khusus, fungsi sekaligus tujuan komunikasi visual antara lain:

2.1. Identifikasi --mengarahkan pada pengenalan identitas 2.2. Informasi -- memberikan pengetahuan baru

2.3. Promosi -- termasuk provokasi 2.4. Persuasi – mempengaruhi orang lain

2.5. Propaganda, termasuk pencitraan (Michael kroeger, 1998) 3. Bentuk-bentuk komunikasi visual

Ada beberapa bentuk komunikasi visual, yaitu : 3.1. Desain grafis

3.2. Animasi

3.3. Desain multimedia (banner, backdrop, stiker) 3.4. Desain grafis media (buku, surat kabar, majalah)

3.5. Komik atau cerita bergambar (cergam, karikatur, poster) 3.6. Fotografi, tipografi dan ilustrasi

(29)

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam komunikasi visual : 4.1. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kesamaan distribusi dalam bobot. Mendesain dengan keseimbangan cenderung dirasakan keterkaitan bersama, kelihatan bersatu,dan perasaan harmonis. Simetris: yaitu terkesan resmi atau formal (sama dalam ukuran, bentuk, bangun dan letak dari bagian-bagian atau obyek-obyek yang akan disusun di sebelah kiri dan kanan garis suatu sumbu khayal.

4.2. Titik fokus

Prinsip titik fokus menonjolkan salah satu unsur untuk menarik perhatian. Misalnya antara merek dan ilustrasi. Keduanya merupakan dua unsur yang saling berebut perhatian. Agar tidak membingungkan konsumen maka diperlukan suatu penonjolan baik dari segi warna maupun dari segi ukuran. 4.3. Hirearki visual

Merupakan prinsip yang mengatur elemen-elemen mengikuti perhatian yang berhubungan secara langsung dengan titik fokus. Tiga pernyataan penting mengenai heirarki visual yaitu Mana yang anda lihat pertama, Mana yang anda lihat kedua dan Mana yang anda lihat ketiga.

(30)

4.4. Ritme

Prinsi Ritme merupakan pola yang diciptakan dengan mengulang atau membuat variasi elemen dengan pertimbangan yang diberikan terhadap ruang yang ada diantaranya dan dengan membangun perasaan berpindah dari satu elemen ke elemen lainnya.

4.5. Kesatuan

Mengorganisasi seluruh elemen dalam suatu tampilan grafis. Untuk mencapai kesatuan desainer harus mengerti tentang garis, bentuk, warna, tekstur, kontras nilai, format, keseimbangan, titik fokus dan ritme.

4.6. Proporsi

Proporsi adalah perbandingan antara satu bagian dari suatu obyek atau komposisi terhadap bagian yang lain atau terhadap keseluruhan obyek atau komposisi. Ada kemiripan pengertian dengan skala, hanya saja unsur proporsi tidak berdiri sendiri, melainkan selalu dikaitkan dengan ukuran obyek lain yang telah diketahui sebelumnya (Kusmiati, 1999).

4.7. Dominasi

Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa yang harus ada dalam karya seni dan deisan. Dominasi berasal dari kata Dominance yang berarti keunggulan . Sifat unggul dan istimewa ini akan menjadikan suatu unsure sebagai penarik dan

(31)

pusat perhatian. Dalam dunia desain, dominasi sering juga disebut Center of Interest, Focal Point dan Eye Catcher. Dominasi mempunyai bebrapa tujuan yaitu untuk menarik perhatian, menghilangkan kebosanan dan untuk memecah keberaturan.

4.8. Ilustrasi

Gambar untuk membantu memperjelas isi buku, atau karangan (Hasan Alwi, 2002). Pengertian ilustrasi menurut Maya Ananda, adalah sesuatu yang dapat menyemarakkan halaman-halaman buku atau media lainnya sebagai karya seni yang memiliki nilai estetis. Bentuk gambar ilustrasi dapat berupa : foto, karikatur, kartun, potret manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan.

4.9. Teks

Adalah sederetan kata atau kalimat yang menjelaskan suatu barang atau jasa untuk tujuan tertentu. Bahasa yang digunakan untuk penyusunan teks pada iklan hendaknya sederhana jelas, singkat, dan tepat serta memiliki daya tarik pada kalimatnya (Maya Ananda, 1986..

4.10. Tipografi

Tipografi merupakan suatu ilmu dalam memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang‐ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu,

(32)

sehingga dapat menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin (Danton Sihombing, 2001).

D. SIKAP

1. Pengertian sikap

Schifman dan kanuk (2004 : 222) menyatakan bahwa sikap adalah “predisposisi yang dipelajari dalam merespon suatu objek secara konsisten”. Schifman dan Kanuk memandang sikap sebagai respon yang konsisten baik positif maupun negatif terhadap suatu objek sebagai hasil dari proses belajar. Ajzen (2005) menganggap “sikap adalah disposisi untuk merespon secara favorable atau unfavorable terhadap benda, orang, institusi, atau kejadian, atau untuk setiap aspek perbedaan lain dalam kehidupan individu”. Ajzen lebih menitikberatkan sikap bersifat evaluatif yakni penilaian positif atau negatif, pro atau kontra terhadap suatu objek

Pendapat di atas sedikit berbeda dengan defenisi sikap menurut Secord dan Backman (dalam Azwar, 2000 : 5) yang menganggap sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), serta predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara respon dan objek yang bersangkutan. Respon inilah yang kemudian diklarifikasi ke dalam tiga macam, yakni respon kognitif, afeksi, serta konasi. Oleh karena itu,

(33)

dengan melihat salah satu saja dari tiga bentuk respon tersebut, maka sikap seseorang sudah dapat diketahui.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk merespon terhadap objek baik dalam dalam bentuk respon positif atau negatif sebagai bentuk kepercayaan, keyakinan, perasaan, dan kecenderungan bertindak yang ditunjukan pada objek yang sedang dihadapi dan akan senantiasa berubah sesuai dengan alasan-alasan tertentu. Jika kepercayaan adalah pengetahuan kognitif tentang sebuah objek, maka sikap merupakan tanggapan perasaan atau afeksi yang kita miliki tentang sebuah objek itu sendiri. Menurut Ajzen (2005 : 193), sikap terhadap perilaku ditentukan oleh belief (keyakinan) tentang konsekuensi dari sebuah perilaku yang disebut sebagai behavioral belief. Setiap behavioral belief menghubungkan perilaku dengan hasil yang bisa didapat dari perilaku tersebut. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh evaluasi individu mengenai hasil yang berhubungan dengan perilaku dan dengan kekuatan hubungan dari kedua hal tersebut. Secara umum semakin individu memiliki evaluasi bahwa suatu perilaku akan menghasilkan konsekuensi positif maka individu akan cenderung bersikap favorable terhadap perilaku tersebut; sebaliknya, semakin individu memiliki evaluasi negatif, maka individu akan cenderung bersikap unfavorable terhadap perilaku tersebut.

(34)

2. Struktur sikap

Sikap memiliki pandangan yang cukup luas terhadap suatu hal, sehingga kemudian diklarifikasikan ke dalam tiga domain yang membentuk struktur sikap seseorang, yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

2.1. Komponen kognitif

Komponen kognitif, berkenaan dengan pikiran atau rasio individu yang dihubungkan dengan konsekuensi yang dihasilkan oleh tingkah laku tertentu. Hal ini berhubungan dengan belief (kepercayaan), yaitu kepercayaan seseorang bahwa objek sikap mempunyai berbagai sifat dan bahwa perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil tertentu. Kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat, karena biasanya kepercayaan terbentuk dari kurang atau tidaknya informasi yang benar mengenai objek sikap.

2.2. Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional jubjektif atau menjelaskan evaluasi dan perasaan seseorang terhadap sebuah objek. Emosi dan perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat evaluatif sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseotang terhadap objek siakp secara langsung dan menyeluruh atau sampai dimana sesorang menilai objek sikap “menyenangkan” atau “tidak menyenangkan”,”bagus” atau “jelek”. Jadi, pada

(35)

umumnya, reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini banyak dipengaruhi oleh belief atau apa yang kita percayai yang dianggap benar dan berlaku bagi objek tersebut. Bila individu percaya bahwa narkoba membawa dampak negatif dan ancaman terhadap kesehatan, maka akan terbentuk perasaan tidak suka atau negatif terhadap narkoba pada individu tersebut.

2.3. Komponen konatif

Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku, intense, komitmen, dan tindakan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Sebagai contoh, orang melihat rokok atau melihat orang lain merokok lalu respon apa yang muncul dalam pikiran atau perasaannya, bisa saja orang tersebut tertarik, tidak tertarik, atau mungkin masa bodoh, hal ini lumrah bisa terjadi pada setiap orang. Orang setuju ada kecenderungan akan melakukan atau menirunya, tetapi bagi yang tidak setuju akan ada kecenderungan untuk menghindarinya.

Ketiga komponen tersebut cenderung konsisten, dalam arti bahwa perubahan salah satu komponen akan selalu diikuti oleh perubahan komponen-komponen lain. Bila seseorang dipengaruhi oleh sikap emosional (komponen afektif), maka pengaruh ini juga akan memengaruhi proses kognitif.

(36)

3. Formasi pembentukan sikap

Azwar (2000 : 30) menjelaskan bahwa pembentukan sikap terdiri beberapa factor, antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, serta media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional.

3.1. Pengalaman pribadi

Menurut Azwar (2000 : 30), agar menjadi dasar pembentukan sikap, maka pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat, sebab sikap akan lebih terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosianal, sehingga penghayatan terhadap pengalaman akan jauh mendalam dan lebih lama bertahan.

3.2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Azwar (2000 : 32) menjelaskan bahwa kecenderungan tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting. Orang-orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah Orang-orang tua, orang dengan status sosial lebih tinggi, teman sebaya, guru, istri dan suami, dan lain sebagainya.

(37)

3.3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan memberikan warna pada sikap anggota masyarakat, karena kebudayaan telah memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat.

3.4. Media massa

Pengaruh media massa memang tidak sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung, namun dalam proses pembentukan sikap dan perubahannya, media massa menjadi salah satu bentuk media yang memberikan informasi sugestif, pesan sugestif pada informasi yang cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal, sehngga terbentuk arah sikap tertentu.

3.5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga tersebut memiliki pengaruh dalam pembentukan sikap, karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara yang boleh dengan dilarang, diperoleh dari pendidikan dan ajaran-ajaran agama yang diyakini.

4. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi, namun juga oleh pernyataan yang didasari oleh

(38)

emosi yang yang berfungsi sebagai bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap yang demikian merupakan sikap yang sementara, akan tetapi bisa juga menjadi sikap yang bertahan lebih lama atau persisten. 5. Faktor-faktor perubahan sikap

Secara garis besar pembentukan atau perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor pokok, yaitu faktor dari individu itu sendiri dan faktor dari luar. Beberapa dari luar (eksternal) ada yang secara langsung maupun tidak langsung dalam memengaruhi perubahan sikap antara lain, adalah :

5.1. Teori Rosenberg (theory of affective-cognitive consistency)

Rosenberg (dalam walgito, 2003 : 136) menjelaskan bahwa, teori affective-cognitive consistency disebut juga sebagai teori dua faktor. Menurut Rosenberg, hubungan komponen afektif dan komponen kognitif konsisten, sehingga jika komponen afektifnya berubah, maka komponen kognitifnya juga akan berubah, demikian pula sebaliknya.

5.2. Teori Festinger (the cognitive dissonance theory)

Festinger (dalam walgito, 2003) mengemukakan bahwa, disonasi merupakan tidak cocoknya antara dua atau tiga elemen-elemen kognitif. Hubungan antara satu elemen-elemen dengan elemen-elemen lainnya dapat relevan, tetapi juga dapat tidak relevan. Beberapa cara untuk mengurangi disonasi, yaitu dengan merubah perilaku, mengubah lingkungan, dan menambah elemen baru.

(39)

Selain faktor mengubah sikap yang secara tidak langsung, terdapat pula faktor yang dapat mengubah sikap secara langsung, yaitu adanya hubungan yang yang langsung antara komunikator dan komunikan. Komunikasi persusif biasa dipilih untuk mengubah sikap agar lebih efektif.

6. pengukuran sikap

berbagai teknik dan metode telah dikembangkan oleh para ahli guna mengungkapkan sikap manusia dan memberikan interpretasi yang valid. Berawal dari metode-metode langsung yang sederhana sampai pada metode yang lebih komplit, terus berkembang sejalan dengan perkembangan konsepsi mengenai sikap itu sendiri. Azwar (2000 : 90) menjelaskan beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historis telah dilakukan yaitu:

6.1. observasi perilaku

Apabila individu menampakkan perilaku yang konsisten atau berulang misalnya seorang remaja yang suka merokok, meskipun masih menggunakan seragam sekolah, mungkin saja ia bersikap menerima kebiasaan merokok pada remaja walaupun perilaku merokok tersebut dilakukan oleh seseorang yang masih menggunakan seragam. Oleh karena itu, sangat masuk akal tampaknya apabila sikap bisa ditafsirkan dari bentuk perilaku yang tampak, tetapi kadang-kadang ada juga perilaku yang ditampakkan berbeda dengan sikap yang dimiliki oleh individu. Hal ini

(40)

dikarenakan individu menyembunyikan sikap yang sebenarnya dengan berbagai alasan.

6.2. Penanyaan langsung

Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung dalam pengungkapan sikap yang pertama yakni asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan yang kedua adalah asumsi bahwa manusia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka. Pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung memiliki keterbatasan dan kelemahan yang mendasar, misalnya individu tidak tahu hal yang sebenarnya tentang dirinya atau bahkan ia tidak memberikan jawaban yang sebenarnya.

7. Skala sikap

Metode pengungkapan sikap yang sering digunakan sampai sekarang adalah skala sikap. Skala sikap sampai saat ini masih dianggap sebagai metode pengungkapn sikap yang paling dapat diandalkan dan sederhana. Skala sikap menjadi metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalakn adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu.

(41)

Metode pengukuran terselubung sebenarnya berorientasi kembali kepada metode observasi perilaku, tetapi sebagai objek pengamatan perilaku yang tidak disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang, melainkan reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar kendali orang yang bersangkutan.

Dalam praktiknya, pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan terstruktur yakni pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek penelitian atau biasa disebut dengan skala sikap.

E. PERIKLANAN

Periklanan (advertising) dapat didefinisikan sebagai bentuk presentasi non-personal serta personal, ide-ide, barang-barang serta jasa-jasa yang dilakukan oleh seorang sponsor yang dapat diidentifikasi dan yang memberikan imbalan untuk tujuan tersebut.

Iklan adalah media komunikasi persuasif yang dirancang sedemikian

rupa untuk menghasilkan respon dan membantu tercapainya objektifitas

atau tujuan pemasaran (Gilson & Berkman, 1980)

Iklan merupakan proses komunikasi yang tujuannya untuk membujuk atau

menggiring orang agar mengambil tindakan yang menguntungkan bagi

pihak pembuat iklan (Durianto, 2003)

Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual

(42)

barang, memberikan layanan serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif (Wright, 1978)

Masyarakat periklanaan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk atau jasa yang disampaikan lewat media ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Iklan atau advertising berasal dari bahasa latin “avere” yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain. Iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.

Jadi berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklan adalah salah satu sarana dari berbagai kegiatan pemasaran dimana kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen baik berupa informan mengenai produk maupun jasa. Untuk itu bagian pemasaran harus mengetahui bagaimana cara memasarkan dan mengajukan penawaran yang lebih baik ke pasar dan calon konsumen baru serta mempunyai kemampuan mengantisipasi produk lain sebagai saingannya dalam pemasaran. Terdapat beberapa unsure iklan sebagai proses komunikasi, antara lain :

1. Informan dan persuasi

Informasi, to inform artinya memberitahu sesuatu kepada orang lain agar mengerti yang dimaksud oleh yang memberitahu. Kunci periklanan

(43)

justru terletak pada kecanggihan merumuskan informasi itu. persuasi dalam proses komunikasi juga penting karena aktifitas perpindahan informasi sebagaimana dilukiskan di atas harus mengandung daya tarik dan suatu perasaan tertentu. Untuk itu, hanya dengan memakai teknik persuasi saja periklanan bisa “menggoda” dan “meluluhkan” hati konsumen.

2. Informasi dikontrol

Karena informasi mengenai suatu produk tertentu akan disebarluaskan melalui media massa dan dan bersifat terbuka, maka sebelum dimasukkan ke media massa harus dikontrol melalui tahap-tahap cara-cara tertentu.

3. Teridentifikasinya informasi

Maksudnya di sini, informasi bukan hanya di control saja namun juga harus jelas siapa yang mempunyai informasi tersebut dan siapa sponsor yang membayar media (ruang dan waktu)

4. Media komunikasi massa iklan

Menggunakan komunikasi yang bersifat non-personal. Jadi iklan memakai media dengan menyewa ruang dan waktu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan sesuatu yang memiliki daya tarik bagi masyarakat. Dengan adanya iklan, selain dapat memberikan informasi tentang pengenalan terhadap produk-produk tertentu, iklan juga dapat mempersuasi orang agar memiliki ketertarikan terhadap produk yang diperkenalkan tersebut. Melalui

(44)

iklan, pihak-pihak tertentu juga dapat memberi informasi atau penerangan kepada masyarakat yang bertujuan untuk meminta partisipasi masyarakat. Iklan juga berperan untuk membuat audiens merasa memiliki peran, bukan sekedar memposisikan sebagai penonton.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan judul yang diteliti dengan acuan teori S-O-R, maka peneliti dapat memberikan gambaran mengenai kerangka pikir penelitian, gambaran tersebut sebagai berikut :

(45)

Pengaruh Komunikasi Visual Gambar Peringatan Bahaya Merokok Pada Kemasan Rokok Terhadap Sikap Perokok (Studi Kasus Masyarakat Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kec. Tarowang Kab. Jeneponto)

Gambar. 2.2 Kerangka Pikir Penelitian

Carl Hovlan TEORI S-O-R  Script Readi ng  STIMULUS Peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok RESPONSE - Sebagian besar perokok menyadari bahaya merokok

- Hanya sedikit dari perokok yang berhenti merokok merokok ORGANISM - Perhatian - Pemahaman - Pengetahuan & - Penerimaan perokok terhadap peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok

(46)

Kementrian kesehatan mengeluarkan peraturan baru terkait kemasan rokok. Dimana kementrian kesehatan mewajibkan perusahaan rokok untuk mencantumkan gambar bahaya merokok pada setiap kemasan rokok sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan atau informasi terkait dampak merokok. Pesan tersebut lamgsung disuntukkan pada kemasan rokok yang dimaksudkan sebagai peringatan bahaya rokok kepada masyarakat. Masyarakat akan menerima peringatan bahaya merokok melalui kemasan rokok, peringatan tersebut menjadi stimulus yang bisa diterima dan ditolak. Kalau peringatannya di terimah berarti proses penyampainnya peringatannya efektif, tetapi kalau peringatannya ditolak berarti penyampai peringatannya melalui kemasan rokok tidak efektif. Penolakan dan penerimaan itulah yang mempengaruhi sikap masyarakat. Bagi masyarakat yang menerimah peringataan itu maka ia akan bersikap takut terhadap bahaya merokok yang dicantumkan pada kemasan rokok, adapun bagi yang menolak ia akan tetap bersikap biasa-biasa saja terhadap peringatan yang bahaya merokok yang dicantumkan pdaa kemasan rokok. G. DEFINISI FOKUS PENELITIAN

Untuk mencegah timbulnya berbagai argumentasi dan berbagai macam penafsiran ketika membaca penelitian ini dan agar menghindari kesimpansiuran pembahasan dan inti masalah pada penelitian ini, sehingga penulis harus menjabarkan definisi operasional di bawah ini :

(47)

1. Gambar kemasan rokok adalah gambar yang dicantumkan oleh pihak produsen yang memuat gambar tentang dampak dari bahaya mengkonsumsi rokok.

2. Pengaruh adalah dampak yang timbul pada diri seseorang melalui informasi yang ia peroleh dari kemasan rokok. 3. Masyarakat dusun kanang-kanang desa tino kecamatan

tarowang kabupaten jeneponto adalah informan sekaligus yang menjadi objek dalam penelitian ini.

Adapunn yang menjadi ruang lingkup pada penelitian ini yaitu dua dua aspek variabel, yaitu “pengaruh gambar kemasan rokok (variabel bebas)” dan “persepsi pada masyarakat (variable terikat).” Adapun masyarakat yang dimaksud ialah responden penelitian yaitu masyarakat perokok dusun kanang-kanang desa tino kecamatan tarowang kabupaten jeneponto.

H. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang meru pakan jawaban sementara dari masalah yang dirumuskan. Hipotesis itu merupakan dugaan tentang apa-apa yang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Dengan hipotesis, penelitian tidak jadi mengambang karena ada acuan pada hipotesis tersebut.

(48)

Pada penelitian kuantitatif, pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian statistik sehingga relatif mendekati suatu kebenaran yang “diharapkan”. Dengan demikian, orang lebih mudah menerima suatu penjelasan pengujian, sa,pai mana hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adaalah :

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh antara gambar kemasan rokok dengan sikap konsumsi rokok pada masyarakat Kanang-Kanang

2. Ham : Terdapat pengaruh antara gambar kemasan rokok dengan sikap konsumsi rokok pada masyarakat Kanang-Kanang.

(49)

37 BAB III

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Waktu penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari- Februari 2021. Lokasi penelitian dilaksanakan di Dusun Kanang-Kanang Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

B. JENIS DAN TIPE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu sebuah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah di balik angka-angka tersebut. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data. Metode yang digunakan adalah metode survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi. Pada pelaksanaan survey digunakan kuesioner untuk mengkaji persepsi masyarakat perokok tentang gambar peringatan bahaya merokok pada kemasan rokok guna memperkaya pembahasan dalam tahap hasil penelitian.

C. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam

(50)

ruang lingkup yang akan diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat laki-laki Dusun Kanang-Kanang Desa Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto yang berjumlah 453 orang.

Table 3.1

Jumlah masyarakat laki-laki Dusun Kanang-Kanang adalah : No. Masyarakat Jumlah

1. Laki-laki 453

Sumber data dari database kependudukan Desa Tino.

Berdasarkan tabel jumlah populasi di atas maka dapat dlihat bahwa yang menjadi populasi dari peneltian ini adalah masyarakat laki-laki sebanyak 453 orang,

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara representative atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang diamati. Pengambilan sambel secara non-random karena perlu mempertimbangkan hal untuk memenuhi indikator sampel antara lain :

a. Masyarakat jenis kelamin laki-laki yang merokok.

b. Masyarakat yang mengerti bahasa Indonesia dan dapat berkomunikasi dengan baik.

(51)

Berdasarkan dari indikator diharapkan data yang didapatkan saat penelitian dapat dipertanggung jwawabkan oleh peneliti dan hasilnya merepresentasikan persepsi masyarakat perokok Dusun Kanang-Kanang.

Dalam menentukan jumlah sampel untuk penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin, yaitu :

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = batas toleransi kesalahan ( error tolerance ) yang di inginkan, yaitu sebesar 10% dengan tingkat kepercayaan sebesar 90%

(52)

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat laki-laki Dusun Kanang-Kanang sebanyak 100 orang.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Metode kuesioner (angket)

Kuesoner atau angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akaan diteliti. Untuk memperoleh data, kuesioner disebarkan kepada responden. Adapun jenis pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan dengan memberikan tanda.

2. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data pendukung tentang jumlah mahasiswa, dan data-dataa lainnya yang berkaitan dengan penelitian di masyarakat laki-laki Dusun Kanang-kanang Desa Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Salah satu langkah yang kritis dalam suatu penelitian adalah menganalisis data yang telah diperoleh di lapangan. Maka penelitian harus

menentukan pola analisis data yang digunakan. Berkaitan dengan

penelitian yang digunakan ini merupakan penelitian kuantitatif maka

(53)

statistik berbentuk angka-angka yang berupa penghitungan uji statistik

deskriptif.

Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis ke

dalam bentuk penyajian Korelasi Spearman Rank yang sebelumnya

digunakan Analisis Regresi Sederhana, namun mengalami perubahan.

1. Uji Korelasi Spearman Rank

Uji Korelasi Spearman Rank Untuk menguji hubungan dua yang diteliti dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknis korelasi tata jenjang atau rank correlation atau sering juga disebut uji korelasi Spearman Rank. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data dari instrument penelitian menggunakan skala likert hasilnya berupa data ordinal atau berjenjang. Adapun rumus Spearman Rank yaitu:

Rumus :

r

s



∑d

1

n(n

2

-1)

Dimana :

r = Koefisien Korelasi Rank Spearman

n = Banyaknya Ukuran Sampel

d1 = Selisih setiap Rank

F. UJI KUALITAS DATA

Uji kualitas data dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keakuratan dan konsistensi data yang dikumpulkan. Instrumen

(54)

(daftar pertanyaan) yang digunakan untuk mengumpulkan data primer harus memenuhi dua persyaratan yaitu reliabilitas dan validitas.

1. uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya kuesioner yang dibagikan. Kuesiner dikatakan valid apabila mampu mengungkapkan variable yang diteliti. Menurut sugiyono (2012:173) instrument yang valid adalah intrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas dalam peneelitian ini menggunakan SPSS dengan mengrelasikan setiap butir skor total yang merupakan jumlah dari tiap skor butir pertanyaan.

Rumus korelasinya sebagai berikut:

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

n = Jumlah responden X = skor item pertanyaan Y = skor total

Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai hitung r dengan nilai tabel r dengan ketentuan untuk degree of freedom (df) = n-2, dimana n adalah jumlah sampel.

Kriteria penilaian uji validitas, adalah:

(55)

dapat dikatakan bahwa butir pertanyaan valid

1.2. Apabila r hitung < r tabel (pada α 5%), maka dapat dikatakan dikatakan bahwa butir pertanyaan tidak valid.

2. Reliabilitas

Suatu kuesioer dinyatakan realabel atau andal jika instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (sugiyono, 2012:173). Dalam penelitian ini reliabilitas diukur dengan menggunkan teknik koofisien cronbach Alpha dan dianalisis dengan computer melalui program SPSS.

Rumus Cronbach Alpha sebagai berikut:

Keterangan:

α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah item

sj = varians responden untuk butir ke-j sx = jumlah varians skor total

Nilai Cronbach Alpha pada penelitian ini akan digunakan nilai 0.6 dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila nilai Cronbach Alpha ≥ 0.6 (Nunnally, 1969) dalam (Ghozali, 2001:133).

(56)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Profil Dusun Kanang-Kanang

1.1. Kondisi Geografis Dusun Kanang-Kanang

Penelitian ini dilakukan di Dusun Kanang-Kanang pada tanggal 20 Januari - 9 Februari 2021. Kanang-Kanang merupakan salah satu dari 3 Dusun yang berada di Desa Tino Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto. Dusun Kanang-Kanang yang terletak pada perbatasa Kabupaten Jeneponto - Bantaeng dan berjarak 15 km dari ibu kota Kabupaten Jeneponto dengan akses jalan raya provensi yang menghubungkan kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Selayar di Kabupaten Gowa.

1.2. Jumlah Penduduk Dusun Kanang-Kanang

Berdasarkan data administrasi pemerintah Desa Tino jumlah penduduk Dusun Kanang-Kanang yang tercatat secara administrasi berjumlah 958 jiwa pada tahun 2019.

Berikut jumlah pengelompokan jumlah penduduk di Dusun Kanang-Kanang

(57)

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Dusun Kanang-Kanang berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

No KK

Jenis kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 257 453 505 958

Sumber: Profil Desa Tino 2019 1.3. Mata Pencarian Penduduk Dusun Kanang-kanang

Di tinjau dari aspek mata pencarian masyarakat Dusun Kanang-kanang adalah berprofesi sebagai petani, letak dan iklim wilayah Dusun Kanang-kanang yang stategis pada sektor pertanian membuat hampir seluruh masyarakat Dusun Kanang-Kanang memilih untuk berprofesi sebagai petani, selain karena alasan geografis kebanyakan masyarakat juga tidak menempuh pendidikan di perguruan tinggi sehingga mereka tidak mempunyai banyak opsi pekerjaan selain bertani sehingga mereka didominasi oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani. menurut profil Desa Tino jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai petani di Dusun Kanang-Kanang sebanyak sekitar 94 %.

2. Objek penelitian

Responden dalam penelitian ini masyarakat perokok aktif di Dusun Kanang-Kanang yang dipilih secara acak oleh peneliti. Penelitian ini

(58)

dilakukan dengan cara membagikan koesioner kepada responden yang terpilih. Adapun uraian responden adalah Masyarakat laki-laki Dusun Kanang-Kanang yang berusia 10-lansia berjumlah 453 orang. Sampelnya 100 orang di ambil dari masyarakat laki-laki (perokok) di Dusun Kanang-Kanang.

(59)

Tabel 4.2

Responden Masyarakat Laki-laki Dusun Kanang-Kanang

No. Alamat Usia /Tahun Jumlah Rokok yang Dikonsumsi /Batang/Hari Status Perokok

1. Kanang-Kanang 12 16-20 Perokok Aktif 2. Kanang-Kanang 13 2-5 Perokok Aktif 3. Kanang-Kanang 14 3-6 Perokok Aktif 4. Kanang-Kanang 14 3-8 Perokok Aktif 5. Kanang-Kanang 14 3-5 Perokok Aktif 6. Kanang-Kanang 14 2-5 Perokok Aktif 7. Kanang-Kanang 15 5-8 Perokok Aktif 8. Kanang-Kanang 15 4-10 Perokok Aktif

9. Kanang-Kanang 16 6-10 Perokok Aktif

10. Kanang-Kanang 16 4-10 Perokok Aktif

11. Kanang-Kanang 18 6-12 Perokok Aktif 12. Kanang-Kanang 19 12-16 Perokok Aktif 13. Kanang-Kanang 19 12-20 Perokok Aktif

14. Kanang-Kanang 19 6-16 Perokok Aktif

(60)

16. Kanang-Kanang 20 12-16 Perokok Aktif 17. Kanang-Kanang 20 6-12 Perokok Aktif

18. Kanang-Kanang 22 4-10 Perokok Aktif

19. Kanang-Kanang 22 12-16 Perokok Aktif

20. Kanang-Kanang 22 6-14 Perokok Aktif

21. Kanang-Kanang 22 16-20 Perokok Aktif 22. Kanang-Kanang 22 10-16 Perokok Aktif 23. Kanang-Kanang 23 10-20 Perokok Aktif 24. Kanang-Kanang 23 8-16 Perokok Aktif 25. Kanang-Kanang 23 10-16 Perokok Aktif 26. Kanang-Kanang 23 12-16 Perokok Aktif

27. Kanang-Kanang 23 4-12 Perokok Aktif

28. Kanang-Kanang 23 6-16 Perokok Aktif

29. Kanang-Kanang 24 6-12 Perokok Aktif

30. Kanang-Kanang 24 12-16 Perokok Aktif 31. Kanang-Kanang 24 12-20 Perokok Aktif 32. Kanang-Kanang 24 6-12 Perokok Aktif 33. Kanang-Kanang 24 10-20 Perokok Aktif 34. Kanang-Kanang 24 12-20 Perokok Aktif 35. Kanang-Kanang 24 10-16 Perokok Aktif 36. Kanang-Kanang 24 12-20 Perokok Aktif

(61)

37. Kanang-Kanang 25 16-20 Perokok Aktif 38. Kanang-Kanang 25 16-20 Perokok Aktif 39. Kanang-Kanang 25 12-24 Perokok Aktif

40. Kanang-Kanang 25 6-12 Perokok Aktif

41. Kanang-Kanang 25 12-16 Perokok Aktif 42. Kanang-Kanang 25 16-20 Perokok Aktif 43. Kanang-Kanang 25 12-20 Perokok Aktif

44. Kanang-Kanang 25 6-12 Perokok Aktif

45. Kanang-Kanang 25 12-16 Perokok Aktif 46. Kanang-Kanang 25 12-20 Perokok Aktif 47. Kanang-Kanang 25 12-24 Perokok Aktif 48. Kanang-Kanang 25 12-20 Perokok Aktif 49. Kanang-Kanang 25 16-20 Perokok Aktif 50. Kanang-Kanang 27 10-20 Perokok Aktif

51. Kanang-Kanang 27 6-12 Perokok Aktif

52. Kanang-Kanang 27 8-16 Perokok Aktif

53. Kanang-Kanang 27 12-16 Perokok Aktif 54. Kanang-Kanang 27 12-20 Perokok Aktif 55. Kanang-Kanang 28 16-32 Perokok Aktif 56. Kanang-Kanang 28 12-24 Perokok Aktif 57. Kanang-Kanang 30 12-20 Perokok Aktif

(62)

58. Kanang-Kanang 30 16-24 Perokok Aktif 59. Kanang-Kanang 30 16-20 Perokok Aktif 60. Kanang-Kanang 31 12-18 Perokok Aktif 61. Kanang-Kanang 31 10-20 Perokok Aktif 62. Kanang-Kanang 31 12-16 Perokok Aktif

63. Kanang-Kanang 31 8-16 Perokok Aktif

64. Kanang-Kanang 34 12-20 Perokok Aktif 65. Kanang-Kanang 35 12-20 Perokok Aktif 66. Kanang-Kanang 35 16-20 Perokok Aktif 67. Kanang-Kanang 35 12-20 Perokok Aktif 68. Kanang-Kanang 35 12-24 Perokok Aktif 69. Kanang-Kanang 36 12-20 Perokok Aktif 70. Kanang-Kanang 36 12-16 Perokok Aktif

71. Kanang-Kanang 38 8-16 Perokok Aktif

72. Kanang-Kanang 40 12-20 Perokok Aktif 73. Kanang-Kanang 41 12-20 Perokok Aktif

74. Kanang-Kanang 41 6-12 Perokok Aktif

75. Kanang-Kanang 43 11-15 Perokok Aktif

76. Kanang-Kanang 43 6-12 Perokok Aktif

77. Kanang-Kanang 45 12-20 Perokok Aktif 78. Kanang-Kanang 45 12-20 Perokok Aktif

Gambar

gambar kemasan rokok
Gambar 4.1  Gambar Kemasan Rokok

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Di Indonesia sudah terdapat beberapa penelitian mengenai pemberian tanaman herbal untuk menurunkan derajat keparahan AV seperti penelitian yang dilakukan oleh Puguh

Hasil kajian menunjukkan bahawa keempat-empat pusat pendidikan awal kanak-kanak tersebut melaksanakan pendidikan awal kanak-kanak yang bersesuaian dengan asas-asas pendidikan

Pada masa pembangunan bangsa indonesia yang bergerak pada kemajuan teknologi yang meningkat dan pesat, serta adanya keinginan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak asing,

Oleh karena itu untuk memudahkan informasi tersebut dibuatlah suatu website mengenai parabola, dimana didalam website tersebut berisi produk apa saja yang bisa dilihat oleh

Dengan menggunakan fasilitas Microsoft Office 2002 terutama pada aplikasi Frontpagenya, penulis mencoba membuat Homepage sederhana mengenai salah satu Pemain Sepakbola yaitu

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)

Sistem pemasukan data atau yang biasa disebut dengan data entry yang digunakan oleh perusahaan Media Kreasi pada saat ini dapat dikatakan masih manual, dikarenakan perusahaan

Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK)