• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan

Disusun Oleh :

Melinda

J 210.110.024

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

(2)
(3)

NASKAH PUBLIKASI

Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien

Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Moewardi

Melinda*, Okti Sri Purwanti**, Vinami Yulian**

*Mahasiswa Keperawatan FIK UMS **Dosen Keperawatan FIK UMS ABSTRAK

Diabetes melitus merupakan penyakit yang kompleks yang mempengaruhi seluruh organ vital dalam tubuh. Diabetes melitus dikenal memiliki banyak komplikasi, dan yang sering muncul adalah luka kaki diabetes. Luka kaki diabetes ini dapat dipengaruhi oleh lima indikator yaitu neuropati, gangguan sirkulasi, riwayat ulkus sebelumnya, deformitas, dan pengetahuan mengenai perawatan kaki. Luka kaki diabetes melitus mampu mempengaruhi 15% dari komplikasi diabetes melitus. Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi luka kaki diabetes melitus mengalami peningkatan sebanyak 100% pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko terjadinya ulkus pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif. Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 yang memeriksakan diri di Poli Penyakit Dalam yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 43 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah checklist yang diadaptasi dari Registered Nurses Association of Ontario (RNAO) 2004, dan panduan wawancara terstruktur. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariate (analisa deskriptif). Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang mengalami risiko tinggi terjadi ulkus adalah 53,5% dan yang mengalami risiko rendah adalah 46,5%. Penelitian ini menunjukkan 51,2% responden memiliki pengetahuan perawatan kaki yang baik dan 48,8% memiliki pengetahuan yang kurang baik. Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar pasien berada pada kategori dengan risiko tinggi, namun sebagian besar responden menunjukkan tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini dimungkinkan karena adanya ketidakpatuhan responden dalam perawatan kaki meskipun memiliki pengetahuan yang baik tentang perawatan kaki. Rendahnya kepatuhan dalam perawatan kaki dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes.

Kata kunci : Diabetes melitus, ulkus diabetes, risiko ulkus, pengetahuan perawatan kaki

(4)

NASKAH PUBLIKASI

The Overview of Ulcer Occurrence Risk in Patients with

Diabetes Mellitus in District General

Hospital Dr. Moewardi

Melinda*, Okti Sri Purwanti**,

Vinami Yulian**

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a complex disease that affects all the vital organs in the body. It has been known that diabetic mellitus has many complications. One of the complications that often arise is diabetic foot wound. Diabetic foot wound could be influenced by five indicators: neuropathy, impaired circulation, a history of previous ulcers, deformities, and knowledge about foot care. Foot ulcer of diabetes mellitus may affect 15% of the complications of diabetes mellitus. General Hospital in the area Dr.Moewardi diabetic foot ulcer has increased by 100% in 2014 compared to 2013. The purpose of this study was to determine the level of risk ulcers in patients with diabetes mellitus in Dr. Moewardi Hospital. This research was a descriptive exploratory study. The study population were patients with diabetes mellitus type 1 and type 2 that examined in Internist Department for outpatient who met the inclusion criteria. The sample used were 43 respondents. The sampling technique used was simple random sampling. The instrument used was a checklist, adapted from Registeres Nurses Association of Ontario (RNAO) 2004, and a structured interview. The analysis used in this research was univariate (descriptive analysis). This study showed that respondents experienced a high risk of ulcers ware 53.5% and those with low risk ware 46.5%. This study showed 51.2% of respondents had good knowledge of deabrtic foot care and 48.8% had poor knowledge. Conclusions from this research was that most patients were at high-risk category, and most of the respondents had the good level of knowledge. This was possible because of the disobedience of respondents in foot care, despite having good knowledge about foot care. The low compliance in foot care may increase the risk of complications of diabetes.

Keywords: Diabetes mellitus, diabetic ulcers, the risk of ulcers, foot care knowledge

(5)

PENDAHULUAN

Diabetes melitus merupakan penyakit yang kompleks yang mempengaruhi seluruh organ vital dalam tubuh (Nabyl, 2009). Angka kejadian diabetes melitus pada tahun 2013, menunjukkan bahwa 382 juta dari orang dewasa menderita diabetes melitus, jumlah penderita diabetes melitus akan meningkat sebanyak 592 juta dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun, dan 5,1 juta orang meninggal karena penyakit ini. Dari pasien yang terkena diabetes melitus, 80% pasien berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Indonesia menempati peringkat ke 7 terbesar dengan angka kejadian diabetes melitus sebanyak 8,5 juta orang pada 2013 (Internasional Diabetic Federation, 2013).

Di Jawa Tengah angka pasien yang terkena diabetes mencapai 125.075 jiwa (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2011). Angka kejadian diabetes melitus pada tahun 2014 di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta mencapai jumlah 251.584 pasien rawat jalan dan 45.074 pasien rawat inap (Rekam Medik Rumah Sakit Dr. Moewardi, 2015).

Diabetes melitus dikenal memiliki banyak komplikasi baik akut maupun kronik. Terbentuknya zat kompleks yang terdiri dari gula dalam pembuluh darah mengakibatkan penebalan pembuluh darah, sehingga pembuluh darah mengalami kebocoran, mengakibatkan aliran darah berkurang. Berkurangnya aliran darah pada penderita diabetes akan memudahkan terjadinya ulkus diabetes karena kurangnya suplai darah ke arah distal khususnya ekstremitas bawah yang biasa disebut neuropati (Nabyl, 2009).

Neuropati akan menyebabkan pasien tidak dapat merasakan rangsangan eksternal sehingga saat terluka pasien tidak mampu merasakan walaupun kaki telah terluka parah (Kariadi, 2009). Komplikasi yang berupa luka pada kaki pasien diabetes melitus yang biasa disebut diabetic foot ulcer (DFU) mempengaruhi lebih kurang 15% dari penderita diabetes melitus. Luka pada kaki diabetes melitus sering berakhir dengan amputasi. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 38% dari semua amputasi disebabkan oleh diabetes melitus (Singh, Pai, & Yuhhui, 2013). Menurut Registered Nurses Association of Ontario (RNAO) (2004), ada lima faktor utama yang mempengaruhi risiko terjadinya ulkus yaitu adanya sejarah ulkus, berkurangnya sensasi perlindungan, kelainan bentuk atau kelainan struktural, gangguan sirkulasi dan kurang nya perawatan kaki.

Pasien diabetes melitus sangat dianjurkan untuk selalu memperhatikan perawatan kaki (Kariadi, 2009). Perawatan kaki yang tidak rutin dapat berisiko 12,936 kali terjadi ulkus kaki dibandingkan dengan pasien yang melakukan perawatan kaki rutin (Purwanti, 2013). Hasil dari survey pendahuluan yang peneliti lakukan, angka kejadian ulkus diabetik di Rumah Sakit Dr. Moewardi meningkat dari 444 pasien pada tahun 2013 meningkat menjadi 886 pasien pada tahun 2014 (Rekam Medik Rumah Sakit Dr.Moewardi, 2015). Dari hasil tersebut terjadi kenaikan 100% dari tahun sebelumnya sehingga perlu untuk diberikan pencegahan.

Tingginya risiko ulkus pada pasien diabetes melitus menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan

(6)

penelitian yang berjudul “Gambaran Risiko Terjadinya Ulkus Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta”.

TINJAUAN PUSTAKA Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya hiperglikemia akibat sekresi insulin terganggu, kerja insulin terganggu atau keduanya (Goldenberg & Punthakee, 2013). Diabetes militus memilki beberapa tipe antara lain tipe 1, tipe 2 dan tipe gestasional. Pada seseorang dengan diabetes melitus tipe 1 ditandai dengan penurunan imun dan kerusakan sel-β sehingga mengakibatkan individu menjadi ketergantungan insulin eksogen seumur hidup (Chiang, Kirkman, Laffel, & Peters, 2014).

Berbeda dengan diabetes tipe 1 pada diabetes tipe 2 pasien tidak tergantung dengan pengunaan insulin dari luar karena insulin masih diproduksi, namun kerja insulin yang tidak efektif karena adanya hambatan dari kinerja insulin itu sendiri atau yang biasa disebut resistensi insulin (Kariadi, 2009). Selain dua tipe tersebut adapula diabetes gestasional atau diabetes pada saat kehamilan. Diabetes melitus gestasional (DMG) ini hampir serupa dengan dm tipe 2, dan biasanya glukosa akan kembali normal setelah kelahiran (Dixon & Salamonson, 2010).

Tanda gejala yang sering muncul pada pasien DM adalah poliuria, rasa haus berlebih, dan nafsu makan yang meningkat. Diabetes melitus juga terkenal dengan komplikasi-komplikasi yang sering muncul, diantaranya adalah DKA (diabetic ketoacidosi), pada seseorang dengan komplikasi DKA dapat diketahui dengan tanda yang

biasa muncul yaitu biasanya pasien stupor, dengan nafas cepat, nafas berbau buah atau keton, terkadang muncul hipotermi (masharani, 2012), selain itu komplikasi lainnya adalah gangguan pada jantung, gangguan pada jantung biasanya terjadi karena adanya sumbatan pada pembuluh darah besar jantung (Kariadi, 2009), komplikasi lain adalah neuropati, neuropati merupakan sekelompok penyakit yang menyerang saraf pada pasien diabetes melitus, yang berawal dari hiperglikemia yang berkepanjangan (Subekti, 2006), dan ada juga komplikasi berupa luka kaki diabetes.

Ulkus Diabetes

Ulkus diabetik adalah salah satu komplikasi yang sering muncul pada penderita diabetes melitus, ulkus diabetik ini memerluka waktu yang lama dalam pengobatan nya dan sering berkaitan dengan komplikasi maedis yang serius seperti osteomyelitis dan amputasi tungkai bawah (Kirsner et al, 2010). Penyebab dari ulkus kaki diabetik adalah adanya penebalan pada dinding pembuluh darah besar (makroangiopati) yang biasa disebut dengan aterosklerosis (Kariadi, 2009). Diabetic foot ulcer sering ditandai dengan trias klasik yaitu, neuropati, iskemik, infeksi. Pada pasien diabetes melitus terjadi gangguan mekanisme metabolisme sehingga terdapat peningkatan risiko infeksi dan penyembuhan luka yang buruk, karena mekanisme yang meliputi sel dan faktor pertumbuhan mengalami penurunan respon, sehingga berkurangnya aliran darah perifer dan penurunan angiogenesis lokal (Singh, Pai, & Yuhhui, 2013).

Ulkus kaki diabetes biasanya disebabkan oleh beberapa faktor antara lain neuropati, neuropati berperan menyebabkan ulkus

(7)

diabetes sebesar 60% (Singh, Pai, & Yuhhui, 2013), selain itu adanya deformitas, riwayat ulkus sebelumnya, gangguan sirkulasi berpesan dalam menyebabkan ulkus diabetes. Hal lain yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ulkus kaki adalah kurangnya perawatan kaki, merokok, aktifitas fisik, dan usia .

Pertanyaan Penelitian

1. Berapa persentase terjadinya neuropati pada pasien diabetes melitus?

2. Berapa persentase adanya gangguan sirkulasi pada pasien diabetes melitus?

3. Berapa persentase dari riwayat trauma sebelumnya pada pasien diabetes melitus?

4. Berapa persentase adanya deformitas pada pasien diabetes melitus?

5. Berapa persentase dari risiko terjadinya ulkus diabetes? 6. Berapa persentase dari

pengetahuan dalam perawatan kaki pada pasien diabetes melitus?

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian dengan jenis penelitian deskriptif eksploratif dengan mengunakan pendekatan survei morbiditas yaitu suatu survei yang bertujuan untuk mengetahui kejadian dan distribusi penyakit dalam masyarakat atau populasi (Notoatmodjo, 2010).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus tipe 1 dan 2 tanpa ulkus diabetikum di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 43 responden.

Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan cheklist dari Registered Nurses Association of Ontario (2004) untuk mengukur risiko terjadinya ulkus pada pasien, dan mengunakan panduan wawancara untuk mengukur pengetahuan perawatan kaki pasien. Panduan wawancara diadaptasi dari Registered Nurses Association of Ontario (2004) dan dikembangkan oleh peneliti.

Analisa Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariate yaitu dengan cara mendeskripsikan tingkat risiko terjadinya ulkus dan faktor yang mungkin mempengaruhinya.

HASIL PENELITIAN

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada 43 responden di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi, didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Data Karakteristik Karakteristik f ∑ (%) ∑ Pekerjaan Tidak bekerja 13 43 30,2 100 Petani 5 11,6 Wiraswasta 18 41,9 PNS 7 16,3 Usia 44-50 17 43 39,5 100 51-75 26 60,5 Lama menderita DM 2-7 tahun 25 43 58,1 100 8-10 tahun 18 41,9

Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta (41,9%), sebagian besar responden berusia 44-50 tahun yaitu sebesar 60,5% dan responden yang menderita DM 2-7 tahun sebanyak 25 responden atau sebesar 58,1% responden.

(8)

Tabel 2. Distribusi Indikator Penyebab Ulkus Karakteristik f ∑ (%) ∑ neuropati neuropati 23 43 53,5 100 Tidak neuropati 20 46,5 gangguan sirkulasi : Mengalami gangguan sirkulasi 16 43 37,2 100 Tidak mengalami gangguan sirkulasi 27 62,8 Riwayat ulkus sebelumnya : Mengalami ulkus sebelumnya 5 43 11,6 100 Tidak mengalami ulkus sebelumnya 38 88,4 Deformitas : Deformitas 3 43 7 100 Tidak deformitas 40 93

Tabel 2 menunjukkan bahwa indikator yang mayoritas dialami pasien adalah neuropati yaitu 23 (53,5%) responden. Sebagian besar responden tidak mengalami gangguan sirkulasi (62,8%), tidak ada riwayat ulkus sebelumnya (88,4%), dan tidak mengalami deformitas (93%).

Tabel 3. Distribusi Risiko Terjadinya Ulkus

Risiko terjadinya ulkus f (%) Risiko tinggi 23 53,5 Risiko rendah 20 46,5

Total 43 100

Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa 53,5% atau 23 responden memiliki risiko tinggi untuk terjadinya ulkus diabetes, dan 20 (46,5%) responden mengalami risiko rendah.

Tabel 4. Diatribusi Pengetahuan Perawatan Kaki Pengetahuan perawatan kaki f (%) Pengetahuan kurang 21 48,8 Pengetahuan baik 22 51,2 Total 43 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik (51,2%). PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Hasil penelitian karakteristik pada 43 responden menunjukan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai wiraswasta (18 orang). Jenis pekerjaan dan kondisi pekerjaan seseorang dapat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang (Marmot, 2010). Individu dengan pekerjaan yang tetap dan mapan akan mempengaruhi status ekonomi sehingga dapat mendukung seseorang dalam memenuhi kebutuhan jasmani, baik perawatan kesehatan maupun pencegahan terjadinya komplikasi-komplikasi (Sarwono, 2000).

Sebagian besar responden berusia 51-75 tahun sebanyak 26 orang, namun hanya selisih 9 orang dengan yang berusia 44-50 tahun. Penelitian dengan hasil senada menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia > 50 tahun terhadap terjadinya ulkus (Sugiarto, 2013). Selain faktor usia, lama pasien menderita diabetes melitus juga menjadi faktor yang memungkinkan terjadinya komplikasi-komplikasi yang dapat muncul. Penelitian yang dilakukan di India menunjukkan bahwa menderita penyakit diabetes melitus dalam waktu > 8 tahun merupakan faktor risiko untuk terjadinya ulkus diabetikum (Shahi, 2012).

(9)

Neuropati

Masalah kesehatan kaki yang sering muncul pada pasien diabetes melitus adalah neuropati. Pada penelitian ini didapatkan bahwa 53,5% pasien mengalami neuropati. Penelitian lain menunjukkan bahwa adanya hubungan antara neuropati sensorik dengan kejadian ulkus, dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa 85,3% responden dengan ulkus mengalami neuropati dan 47,1% pasien tanpa ulkus mengalami neuropati (Purwanti, 2012). Neuropati dapat disebabkan karena adanya penumpukan gula di dalam pembuluh darah yang mampu mengakibatkan penurunan sensasi perifer (Singh, Pai, & Yuhhui, 2013). Gangguan Sirkulasi

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 16 (37,2%) pasien mengalami gangguan sirkulasi darah. Pembuluh darah yang sering terkena adalah arteri tibialis dan arteri peroneus serta percabangannya. Gangguan sirkulasi tidak dapat secara langsung berpengaruh terhadap terjadinya ulkus diabetes, penyakit arteri perifer ini dapat menyebabkan ulkus jika berkombinasi dengan neuropati perifer (Merza & Tesfaye, 2003). Literatur lain menyebutkan bahwa penyakit arteri perifer merupakan faktor utama untuk terkenanya ulkus diabetes (p = 0.004) (Hokkam, 2009).

Riwayat Ulkus Sebelumnya

Terjadinya ulkus diabetik juga dapat disebabkan oleh adanya riwayat ulkus sebelumnya, seperti penelitian oleh Peters and Lavery (2001) yang menunjukkan bahwa pasien yang pernah mengalami ulkus atau amputasi berisiko 17,8 kali mengalami ulkus berulang. Pada penelitian ini diperoleh 5 pasien

yang mengalami ulkus sebelumnya. Adanya riwayat ulkus sebelumnya dapat mempengaruhi terjadinya perubahan bentuk pada kaki, terjadinya perubahan bentuk pada kaki dapat menyebabkan distribusi abnormal sehingga menyebabkan pembentukan ulkus (Armstrong, 2008).

Deformitas

Saat seseorang mengalami kelainan bentuk pada kaki, sudah sepantasnya pasien tersebut mengunakan alas kaki yang sesuai. Penggunaan alas kaki yang sesuai dapat mengurangi tekanan pada plantar kaki dan melindungi kaki agar tidak tertusuk (Armstrong, 2008). Namun pada kenyataannya pasien menggunakan alas kaki yang tidak sesuai dengan bentuk kaki mereka. Responden yang mengalami gangguan deformitas dan ditemui pada saat penelitian tidak ada yang menggunakan alas kaki yang sesuai dan sepatu pasien tidak menutupi jari-jari kaki, sehingga menambah risiko terjadinya ulkus pada pasien tersebut.

Risiko Terjadinya Ulkus

Hasil dari penelitian terkait risiko terjadinya ulkus pada 43 pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa 23 responden atau sebesar 53,5% mengalami risiko tinggi untuk terkena ulkus diabetes. Tingginya risiko terjadinya ulkus yang peneliti dapatkan dalam penelitian ditandai dengan munculnya neuropati pada responden, dari 43 responden 23 diantaranya mengalami neuropati. Neuropati yang hadir bersama dengan adanya gangguan sirkulasi mengakibatkan tingginya risiko

(10)

terjadinya ulkus. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan memperoleh hasil bahwa dari 23 responden yang mengalami neuropati, 16 diantaranya juga mengalami gangguan sirkulasi.

Penyebab lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi risiko terjadinya ulkus adalah riwayat ulkus sebelumnya. Adanya riwayat ulkus sebelumnya dapat mengakibatkan ulkus yang berulang, hal tersebut senada dengan penelitian Ferawati (2014) yang menunjukkan bahwa pasien dengan riwayat ulkus sebelumnya memiliki risiko 5,867 kali untuk terjadinya ulkus berulang. Seseorang yang mengalami ulkus sebelumnya akan mengakibatkan perubahan bentuk pada kaki (Armstrong, 2008). Hasil dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami neuropati, gangguan sirkulasi, riwayat ulkus sebelumnya, dan deformitas berjumlah 3 orang.

Hal tersebut dapat diperparah karena kurangnya informasi yang diterima pasien mengenai kesehatan kaki dan komplikasi yang akan dialami pasien menjadi salah satu sebab pasien kurang memperhatikan kesehatan kaki (Kariadi, 2009). Sebagian besar pasien memeriksakan diri ke Rumah Sakit untuk cek kadar gula darah dan jarang sekali memeriksakan kesehatan kaki pasien. Tingginya angka neuropati pada pasien mengakibatkan tingginya risiko terjadinya ulkus sehingga pasien harus menerima pendidikan untuk pencegahan dan perawatan kaki (Boulton, 2005).

Pengetahuan Perawatan Kaki Hasil dari penelitian mengenai perawatan perawatan kaki, menunjukkan bahwa 22 (51,2%) dari responden memiliki

tingkat pengetahuan baik tentang perawatan kaki namun hanya selisih 1 orang dengan hasil yang didapat untuk pengetahuan kurang yaitu sejumlah 21 orang. Hal ini disebabkan dari kurangnya sosialisasi oleh petugas kesehatan yang mengakibatkan informasi yang diterima pasien dan keluarga kurang maksimal. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan kaki mengakibatkan kurangnya perawatan pada kaki. Padahal tindakan yang dasar dilakukan untuk mencegah terjadinya ulkus adalah dengan melakukan perawatan kaki secara teratur (Kurniawan, 2011), salah satunya adalah dengan mengunakan alas kaki yang sesuai (Johnson, 2005).

Pada dasarnya pasien tidak mengetahui jika menggunakan alas kaki harus dengan alas kaki yang mampu menutupi semua jari sehingga dapat melindungi jari-jari kaki. Pada kebanyakan pasien wanita, kurangnya pengetahuan mengenai alas kaki yang rata menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan sirkulasi. Mayoritas pasien tidak mengetahui cara untuk mencegah terjadinya luka sehingga pasien tidak melakukan pencegahan meskipun yang sederhana misalnya, pasien hanya mengunakan alas kaki saat berpergian dan tidak mengunakan alas kaki saat dirumah. Hasil dari penelitian Purwanti (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan antara perawatan kaki yang tidak rutin dengan kejadian ulkus, dengan kemungkinan 12,936 kali terjadinya ulkus kaki dibanding pasien yang melakukan perawatan kaki secara teratur.

(11)

Keterbatasan Penelitian

Tidak adanya ruang khusus untuk melakukan penelitian, sehingga peneliti menggunakan tempat secara bergantian dengan dokter jika ruangan sedang tidak digunakan.

SIMPULAN dan SARAN Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas pasien mengalami neuropati hal ini disebabkan karena kurangnya perawatan kaki dan kurangnya pemeriksaan pada kaki pasien. Indikator lain yang mengambarkan tingginya risiko terjadinya ulkus adalah adanya gangguan sirkulasi, riwayat ulkus sebelumnya dan deformitas yang dialami pasien. Indikator yang hadir bersamaan pada pasien menjadikan pasien lebih berisiko terhadap munculnya ulkus diabetes, misalnya, gangguan sirkulasi yang disertai neuropati mengakibatkan kaki lebih tinggi risiko terjadinya ulkus.

berdasarkan indikator tersebut

didapatkan hasil sebagai beriku

t:

1.

Pasien yang mengalami

neuropati sebanyak 53,5%.

2.

Pasien yang mengalami

gangguan sirkulasi 37,2%.

3.

Pasien yang mengalami riwayat

ulkus sebelumnya sebesar 11,6%.

4.

Pasien yang mengalami deformitas sebanyak 7%.

5.

Pasien yang memiliki risiko tinggi ulkus diabetes sebanyak 53,5% dan yang memiliki risiko rendah ulkus diabetes sebesar 46,5%.

6.

Pengetahuan perawatan kaki pasien yang baik sebanyak 51,2%, sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 46,5%.

Saran

1. Bagi pasien diabetes melitus Diharapkan agar pasien dan keluarga lebih memperhatikan kesehatan kaki, memeriksakan kesehatan kaki dan mampu merawat kaki agar dapat mengurangi risiko terjadinya ulkus.

2. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, institusi pelayanan kesehatan bisa memfasilitasi pasien untuk pemeriksaan kaki rutin khususnya deteksi dini risiko ulkus dan mampu mensosialisasikan bahwa perawatan kaki penting.

3. Bagi institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan

hendaknya mampu

mengaplikasikan pengkajian risiko terjadinya ulkus dalam metode belajar mengajar dan dapat dijadikan publikasi ilmiah. 4. Bagi peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar dalam penelitian yang lebih luas mengenai ulkus diabetikum. DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, D. G. (2008). The effectiveness of footwear and offloading interventions to prevent and heal foot ulcers and reduce plantar pressure in diabetes: a systematic review. Diabetes Metabolism Resarch and reviews. Boulton, A. J. (2005). Management of Diabetic Peripheral Neuropathy. Clinical Diabetes , Vol 23, 9-15.

Chiang, J. L., Kirkman, M. S., Laffel, L. M., & Peters, A. L. (2014). Type 1 Diabetes Throught the Life. American Diabetes Association , 2034-2054.

(12)

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2011). Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2011.

Dixon, K., & Salamonson, Y. (2010). Gangguan pada Sistem Endokrin. In E. Chang, J. Daly, & D. Elliott, Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan (pp. 99-129). Jakarta: EGC.

Ferawati, I. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Ulkus Diabetes Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Skripsi .

Goldenberg, R., & Punthakee, Z. (2013). Definition, Classification and Diagnosis of Diabetes, Prediabetes and Metabolic Syndrome. Canadian Journal of Diabetes , Vol 37, S8-S11.

Hokkam, E. (2009). Assesment of Risk Factors in Diabetic Foot Ulceration and Their Impact on the Outcome of the Disease. Primery Care Diabetes 3 , 219-224.

International Diabetic Federation. (2013). Executive Summary. 1-16.

Johnson, M. (2005). Diabetes terapi dan pencegahannya. Bandung: Indonesia Publishing Hous. Kariadi, S. H. (2009). Diabetes?

Siapa Takut!! Bandung: Qanita. Kirsner, R. S., Erman, W. H.,

Funnell, M. M., & Nelson, J. P. (2010). Assessment of Diabetic Foot Ulcer. The Standard of Care For Evaluation and Treatment of Diabetic Foot Ulcer , 1-28.

Kurniawan, V. E. (2011). Pengaruh konseling terhadap penetahuan,

sikap dan perilaku penderita diabetes mellitus tentang perawatan kaki di wilayah kerja puskesmas kabuh jombang. Tesis.

Marmot, M. (2010). Fair Society, Healthy Live. The Marmot Review Executive Summary. The Marmor Review .

Masharani, U. (2012). Diabetes Mellitus and Hypoglycemia. In S. J, & M. A, Current Medical Diagnosis & Treatment (pp. 1161-1212). America: Mc Graw Hill. Merza, Z., & Tesfaye, S. (2003).

Reveiw the risk factors for diabetic foot ulceration. The Foot, 13 : 125- 129

Nabyl. (2009). mengenal diabetes. jakarta: gramedia pustaka utama. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.

Peters, E. J., & Lavery, L. A. (2001). Effectiveness of the diabetic foot risk classification system of the internasional working group on the diabetic foot. Diabetic Care , 1442-1447.

Purwanti, O. S. (2012). Hubungan Faktor Risiko Neuropati dengan Kejadian Ulkus Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di RS Dr Moewardi Surakarta.

Purwanti, O. S. (2013). Analisis Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus di RSUD Dr. Moewardi. Tesis .

Registered Nurses Association of Ontario. (2004). Diabetes Foot : Risk Assessment Education Program.

(13)

Rekam Medik Rumah Sakit Dr. Moewardi . (2015). Data Penderita Diabetes Melitus. Sarwono. (2000). Teori-teori

Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Shahi, S., Kumar, A., Singh, K. S., & Grupta, K. S. (2012). Pravalence of Diabetic Foot Ulcer and Associated Risk in Diabetic Patients From North India. The Journal of Diabetic Foot Complication .

Singh, S., Pai, D. R., & Yuhhui, C. (2013). Diabetic Foot Ulcer-Diagnosis and Management. Clinical Research on Foot and Ankle , vol 1, 1-9.

Subekti, I. (2006). Neuropati Diabetik. In A. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. A. K., & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (III ed.). Jakarta: Interna Publishing.

Sugiarto, I. (2009). Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya ulkus diabetik pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Skripsi .

*

Melinda : Mahasiswa S1 Keperawatan UMS. Jln A.Yani Tromol Pos 1 Kartasura

** Okti Sri Purwanti S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.M.B. Dosen Keperawatan UMS Jln A.Yani Tromol Pos 1 Kartasura

** Vinami Yulian S.Kep., Ns., M.Sc. Dosen Keperawatan UMS Jln A.Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penelitian ini menggunakan empat ekor landak Jawa yang berasal dari Tawangmangu yang terdiri dari tiga ekor jantan dan satu ekor betina yang memiliki bobot badan antara 6-8

Dalam hal ini, Penulis mencoba membuat aplikasi Penjualan dan stok barang pada Softcore Distro menggunakan Visual Basic 6 dan Microsoft Access, agar data-data barang yang keluar

dalam arahannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada jajaran Polda Bali yang telah mengantisipasi peningkatan aktivitas Gunung Agung dengan Operasi Aman Nusa II yang sudah dari

Aplikasi Multimedia ini dibuat atas dasar ketertarikan penulis untuk dapat membuat alat bantu belajar khususnya di bidang bahasa, yaitu bahasa Inggris. Mengingat bahasa Inggris

Menurut AKP Masri indak pidana pencurian barang berupa besi Rantai alat stasim mill (alat untuk mengilas tebu) yang bukan haknya di dalam lokasi pabrik gula PTPN VII Cinta Manis

Aplikasi yang dibuat ini adalah sebuah aplikasi untuk memantau dan mengontrol data buku yang masuk dan buku yang keluar pada perpustakaan, sehingga informasi tentang buku yang masuk

Polda Bali - Para pengungsi berasal dari Banjar Dinas Batu Dawe, Tulamben, Kubu yang menempati pos pengungsian di Banjar Babakan, Purwakerti, Abang, Karangasem diajak berakti tas