• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

7 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Proses penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung turut memperkaya hidup kita. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan diperoleh melalui kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi seperti membaca surat kabar, mendengarkan radio, melihat film atau televisi (Soekanto,2000).

(2)

2.1.2 Pentingnya Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Dari pengalaman penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Ini berarti sikap subyek mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya

(3)

terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.

2.1.3 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

(4)

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan bagi kasus-kasus yang ada. 4. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi

(5)

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesa (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, menggunakan, meringkaskan dan menyesuaikan suatu teori dan rumusan yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan krteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

(6)

subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut:

1) Umur

Umur responden sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, karena semakin bertambah usia semakin banyak pula pengetahuannya.

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan pola pikir dan wawasan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan stok modal pengetahuan meningkat. Pendidikan memiliki peran penting dalam kualitas. Lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan.

3) Sumber Informasi

Menurut Notoatmodjo (2005), informasi adalah data yang diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat ini atau

(7)

keputusan mendatang, informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Selain itu informasi dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, non-media seperti, keluarga, teman, tenga kesehatan.

4) Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :

a) Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan 1. Cara coba-salah ( Trial and Error)

Cara ini telah dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan sebelum adanya peradaban. Cara coba salah dilakukan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, apabila kemungkinan tersebut gagal, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.

(8)

Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasar fakta empiris maupun berdasarkan penalaran sendiri.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi juga dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

4. Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan (Notoatmodjo 2005).

(9)

b) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Dallen yang mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamatinya. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah atau scientific research method (Notoatmodjo, 2005).

5) Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya (Notoatmodjo, 2005). Cara mengukur pengetahuan seseorang menggunakan alat bantu kuesioner dengan cara menilainya dengan

(10)

dikategorikan baik, cukup, dan kurang. Pengetahuan dinyatakan baik bila 76-100% pertanyaan dijawab benar, cukup bila 56-75% pertanyaan dijawab benar dan kurang bila pertanyaan dijawab benar <56% (Arikunto,2006).

2.2 Kesiapan

2.2.1 Pengertian Kesiapan

Kesiapan berasal dari kata siap yang menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mempunyai definisi “sanggup menjalankan atau melaksanakan”. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi (Slameto, 1995). Menurut Slameto (1995), kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya bagi seseorang untuk dapat berinteraksi dengan cara tertentu. Penyesuaian pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respon. Kondisi individu mencakup setidaknya tiga aspek, yaitu:

a) Kondisi fisik, mental dan emosional b) Kebutuhan-kebutuhan, motif, dan tujuan c) Keterampilan dan pengetahuan

(11)

Menurut Slameto (1995) terdapat beberapa prinsip kesiapan, yaitu:

a. Semua aspek perkembangan ini berinteraksi (saling mempengaruhi)

b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dan pengalaman

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dan masa perkembangan

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan

Kesiapan merupakan suatu sikap psikologis yang dimiliki seseorang sebelum melakukan sesuatu, dimana kesiapan ini dapat dipengaruhi oleh dirinya sendiri atau oleh pihak luar. Berikut yang dapat mempengaruhinya yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian yaitu jasmaniah dan rohaniah (psikologis), dimana keduanya mempengaruhi individu menjadi terampil. Yang termasuk ke dalam faktor jasmani adalah

(12)

kondisi fisik dan panca indera. Sedangkan kondisi psikologis adalah minat tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. Semua ini akan berpengaruh pada kesiapan seseorang (individu). Aspek-aspek psokilogis yang dapat mempengaruhi kesiapan adalah sebagai berikut:

1) Kematangan

Kematangan adalah suatu kondisi yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan.

2) Kecerdasan

Kecerdasan adalah daya pikir yang merupakan salah satu aspek penentu keberhasilan seseorang dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan. Seseorang yang memiliki kecerdasan normal atau di atas normal akan lebih siap dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dibanding dengan orang yang kecerdasannya di bawah normal.

3) Keterampilan

Keterampilan adalah keadaan psikomotorik yang merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki

(13)

oleh seseorang agar dapat mengembangkan dirinya dan lebih kreatif dalam segala hal.

4) Kemampuan dan minat

Kemampuan dan minat merupakan aspek yang harus dimiliki seseorang, karena kita harus mengetahui dan menyadari kemampuan dan minat yang ada dalam diri terhadap sesuatu yang dilakukan.

5) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai suatu tujuan.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri sesorang, contoh: faktor lingkungan.

2.2.3 Kesiapan menghadapi menarche

Kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) dapat diartikan suatu keadaan yang menunjukkan bahwa seorang anak perempuan siap untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu datangnya menstruasi pertama (menarche) dan memberikan respon melalui cara tertentu.

(14)

Menurut Yusuf (2002) ada tiga aspek mengenai kesiapan, yaitu:

a) Aspek Pemahaman, yaitu kondisi dimana seseorang mengerti dan mengetahui kejadian yang dialaminya bisa dijadikan sebagai salah satu jaminan bahwa dia akan merasa siap menghadapi hal-hal yang terjadi. b) Aspek Penghayatan, yaitu sebuah kondisi psikologis

dimana seseorang siap secara alami bahwa segala hal yang terjadi adalah sesuatu yang wajar, normal, dan tidak perlu dikhawatirkan.

c) Aspek Kesediaan, yaitu suatu kondisi psikologis dimana seseorang sanggup atau rela untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mengalami secara langsung segala hal yang seharusnya dialami, sebagai salah satu proses kehidupan.

2.3 Pubertas

Pubertas adalah waktu dari diferensiasi sel reproduksi secara besar-besaran. Pada tahapan ini terdapat perubahan organ reproduksi dan perubahan karakter seks yang kedua, bentuk tubuh dan ukuran, perubahan proporsi otot, lemak tubuh dan tulang, dan psikologis. Masa remaja adalah masa

(15)

dimana terjadi perubahan yang meningkat secara psikologis maupun tingkah laku (Tanner, 1977).

Pada masa pubertas ini terjadi dua perubahan mencolok yaitu perubahan fisik dan psikologis. Menurut Imran (1998) dalam Retnowati, perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sistem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder.

Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, dan pinggul.

Menarche yang terjadi saat pubertas ini adalah suatu indikator tanda-tanda kematangan organ seksualitas pada remaja (Deluzio, 2003). Oleh karena itu, remaja mengalami dorongan seks dalam dirinya yang dipengaruhi oleh

(16)

perubahan hormonal. Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Menurut Bourgeois and Wolfish (1994) dalam Retnowati, remaja mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.

Salah satu perubahan pada masa pubertas bagi remaja putri adalah terjadinya menarche. Selama masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis, sebelum akhirnya nanti mengalami penurunan fungsi pada saat awal masa lanjut usia (Myles dkk, 1993). Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan (Retnowati).

(17)

2.4 Menarche

2.4.1 Definisi Menarche

Pengertian menarche adalah perdarahan pertama dari uterus yang terjadi pada seorang wanita (Wiknjosastro, 2005). Menarche adalah peristiwa ketika seorang anak perempuan mengalami haid atau datang bulan yang pertama kali (BKKBN, 1997).

Menarche merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya produksi hormon yang normal yang dibuat oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan pada ovarium dan uterus. Selama sekitar dua tahun hormon-hormon ini akan merangsang pertumbuhan tanda-tanda seks sekunder seperti pertumbuhan payudara, perubahan-perubahan kulit, perubahan siklus, pertumbuhan rambut ketiak dan rambut pubis serta bentuk tubuh menjadi bentuk tubuh wanita ideal (Proverawati, A. 2009). Munculnya ciri-ciri kelamin sekunder pada awal pubertas merupakan kulminasi interaksi yang aktif dan mapan yang terjadi pada hipotalamus, kelenjar pituitaria dan gonad pada masa pubertas. Mekanisme umpan balik positif di antara ketiganya berkembang ke arah meningkatnya kadar estrogen pada pertengahan siklus yang menyebabkan

(18)

kenaikan Luteinizing Hormon (LH) yang signifikan (Garilbadfi, 2008).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga seseorang menopause (biasanya terjadi usia 45-55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3-7 hari (Biohealthworld).

Dalam Epigee Article (2008) dan Health Parenting Article (2007) menstruasi merupakan peristiwa pengeluaran darah dari vagina yang berlangsung selama 3-7 hari setiap bulan. Jarak antara satu haid dengan haid berikutnya disebut siklus haid antara 21-35 hari, akan tetapi kebanyakan remaja putri mengalami siklus haid antara 25-30 hari, bahkan ada pula siklus haid antara 21-40 hari. Menarche yang dialami oleh remaja putri adalah suatu perubahan untuk kesiapan peralihan dari masa remaja muda menjadi wanita dewasa seutuhnya yang ditandai dengan kesiapan alat reproduksi untuk dibuahi sehingga dapat menghasilkan seorang bayi.

(19)

2.3.2 Fisiologi menstruasi

Pada masa kanak-kanak indung telur (ovarium) dikatakan masih berisirahat dan baru bekerja pada masa pubertas (Wiknjosastro, 2005). Pada siklus haid endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum setelah terjadi ovulasi, di bawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium : estrogen dan progesteron. Proses ovulasi harus ada suatu kerja sama yang harmonis antara korteks serebri, hipotalamus, hipofise, dan ovarium selain itu juga dipengaruhi oleh glandula tiroidea, korteks adrenal, dan kelenjar endokrin lain. Pada tiap siklus haid FSH (follicle stimulating hormone) dikeluarkan oleh lobus anterior hipofise yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium. Folikel ini akan berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofise dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (luteinizing hormone).

Produksi kedua hormon gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormones (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofise. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Selain itu juga mendapat pengaruh

(20)

dari luar, seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal-hal psikologik. Bila penyaluran releasing hormones berjalan baik maka produksi gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de Graaf selanjutnya makin lama makin menjadi matang dan makin banyak berisi likuor follikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi disebut masa proliferasi. Di bawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum, yang akan menjadi korpus luteum di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones). Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi (masa sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium. Tampak dilatasi dan statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Setelah itu

(21)

terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis (Wiknjosastro, 2002).

2.5 Kebersihan Alat Genital Wanita selama Menstruasi 2.5.1 Kebersihan organ reproduksi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) disebutkan bahwa bersih berarti bebas dari kotoran. Sedangkan kata kebersihan yaitu keadaan yang menurut kepercayaan, keyakinan, akal atau pengetahuan manusia dianggap tidak mengandung noda atau kotoran.

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Hidayat, 2009).

Organ reproduksi adalah salah satu bagian terpenting dalam tubuh manusia yang memiliki peran besar dan tidak dapat digantikan oleh organ lain. Bagian utama pada manusia yang berfungsi memperoleh keturunan. Sistem inilah yang menjadi salah satu penyebab berbagai macam konflik, baik psikis, masalah rumah tangga, hingga hubungannya dengan sosial masyarakat (Dita, 2009).

(22)

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah yang berasal dari dinding rahim. Jadi higienis saat menstruasi adalah menjaga kebersihan diri, terutama menjaga kebersihan organ reproduksi/alat kelamin. (Sarwono, 2009).

a. Cara dalam menjaga kebersihan diri disaat menstruasi adalah sebagai berikut :

1) Harus selalu bersih.

2) Saat membersihkan vagina, bilas dari arah depan ke belakang. Cara ini dilakukan untuk menghindari terbawanya kuman dari anus ke vagina. Lebih baik air untuk membersihkan langsung ditadah dari kran biasa atau dengan air semprot. Air yang terkumpul di ember bisa terkontaminasi air kencing orang lain, spora, jamur, atau kuman (Prasetyaningtyas, 2007). 3) Menjaga organ kelamin agar tidak lembab setelah buang air kecil atau buang air besar. Membilas vagina sampai bersih, kemudian keringkan sebelum memakai celana dalam. Mengusahakan agar daerah kemaluan dan selangkangan selalu bersih dan kering, karena suasana lembab sangat disukai jamur (Prasetyaningtyas, 2007).

(23)

4) Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut.

5) Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan yang lembut, menyerap dengan baik serta tidak membuat alergi pada celana dalam.

6) Ganti pembalut sesering mungkin saat menstruasi. Darah yang keluar bisa menjadi media tumbuhnya kuman apabila terlalu lama tidak diganti. Idealnya mengganti pembalut 4 jam sekali (Proverawati, 2009).

7) Memilih celana dalam dari bahan alami (katun) dan tidak ketat, sehingga dapat menyerap keringat. 8) Panty liner sebaiknya hanya digunakan antara 2-3

jam (Prasetyaningtyas, 2007).

9) Mengganti celana dalam 2 kali/lebih dalam sehari untuk menjaga kelembaban yang berlebihan.

10) Cukur rambut kemaluan secara rutin/berkala. Bagi yang memiliki rambut kemaluan panjang sebaiknya melakukan pangkas rambut kemaluan untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri.

11) Tidak membersihkan bagian liang senggama dengan bahan kimia atau sabun.

(24)

12) Bila ada kelainan misalnya terlalu banyak darah keluar dan tidak teratur, periksakanlah ke dokter. (Siswono, 2001)

b. Hal yang mempengaruhi higienis saat menstruasi

Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan diri, terutama menjaga kebersihan organ reproduksi. Udara panas cenderung lembab dan berkeringat membuat tubuh menjadi lembab, terutama daerah alat reproduksi yang menyebabkan bakteri lembab, terutama alat reproduksi. Daerah yang menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap yang dan mudah menimbulkan penyakit (Solin, 2000).

Tampon dan pembalut wanita sangat mempengaruhi kebersihan saat menstruasi. Hampir semua gadis lebih suka memakai pembalut saat menstruasi karena mudah penggunaannya, sehingga tidak perlu memasukkannya kedalam vagina. Selain itu juga pembalut sangat efektif. Pembalut umumnya diproduksi dengan alat penyerap untuk menjaga agar tidak menyebabkan infeksi pada vagina, maka hendaknya mengganti pembalut 4 atau 5 kali dalam sehari.

(25)

Untuk jenis tampon, hanya sedikit wanita yang dapat menyangkal bahwa mereka lebih lupa ketika memakai tampon dibandingkan dengan jika memakai pembalut Bila tampon dibiarkan terlalu lama dalam vagina, serat-seratnya dapat menjadi tempat persemaian infeksi vagina. Tampon sebisa mungkin harus diganti setiap 4 jam sekali karena tampon lebih cenderung memberikan efek kering yang tidak alamiah pada vagina, sehingga membuat vagina peka terhadap infeksi. (Solin, 2000). c. Cara Mencegah Infeksi Selama Menstruasi

Menurut beberapa ahli cara mencegah dari infeksi jamur selama menstruasi dengan menjaga kebersihan daerah kelamin, serta melakukan perawatan organ reproduksi, selama haid sebaiknya melakukan beberapa hal berikut:

1) Mengganti pembalut secara teratur 2-3 kali atau setelah mandi dan buang air kecil (Andira, 2010). 2) Mengggunakan pembalut berbahan lembut,

menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (parfum dan gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam (Baradero, dkk, 2007).

(26)

3) Pembalut perlu diganti sebanyak 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut ke dalam vagina (Baradero, dkk, 2007).

4) Jika membuang pembalut sebaiknya dibungkus sebelum dibuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya (dari kain) sebaiknya sebelum dicuci, direndam terlebih dahulu memakai sabun pada tempat tertutup (Andira, 2010).

d. Cara untuk menghindari alergi kulit organ intim saat menstruasi

Cara untuk menghindari alergi kulit organ intim saat menstruasi (Dwikarya, 2005) sebagai berikut :

1) Mengganti jenis atau merek pembalut jika terjadi alergi atau iritasi kulit, mungkin saja iritasi tersebut karena pembalut yang digunakan.

2) Saat mandi, daerah radang atau iritasi tidak diperbolehkan dibilas dengan air ledeng, gunakan air aquadest.

3) Menghindari pemakaian sabun untuk sementara waktu hingga radang atau iritasi mereda.

(27)

5) Menggunakan sabun cuci pakaian yang lembut untuk mencuci celana dalam dan oleskan krim anti alergi dengan lembut dan hati-hati.

6) Tidak menggaruk daerah iritasi jika terasa gatal. Sebagai ganti garukan, kompres menggunakan handuk yang dicelup air es pada bagian gatal. 7) Menghindari penyebab alergi dan iritasi.

e. Dampak kesehatan reproduksi dengan tidak menjaga kebersihan alat kelamin wanita saat menstruasi.

Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal jika berlarut-larut akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya. Infeksi vagina yang umum terjadi, seperti vaginitis bacterial, trichomonas vaginalis, dan kandidiasis vulvovaginal dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita.

Di daerah yang cukup panas membuat tubuh kita sering berkeringat, keringat ini meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama sekali pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi. Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina dan dipengaruhi oleh dua faktor

(28)

utama yaitu : Estrogen dan Laktobasilus (bakteri baik). Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri patogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, vagina mampu mempunyai bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi dapat menimbulkan bau yang mengganggu seperti bau yang tidak sedap, menyengat dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi di vagina ini dibiarkan bisa masuk sampai ke dalam rahim (Bobak, 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Sacharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang paling banyak digunakan pada fermentasi pembuatan alkohol karena cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol

Pada suhu yang lebih tinggi, asam lemak bebas yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut bersama-sama uap panas dan terpisah

Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan tumbuhan dengan beberapa sifat yaitu sangat mudah menguap bila dibiarkan diudara terbuka, memiliki bau yang

Sebenarnya bakteri tidak berbahaya akan tetapi jika tumbuh dan berkembang baik pada pangan sampai mencapai jumlah yang sangat tinggi dapat mengakibatkan kerusakan

Sampah dalam jumlah cukup besar akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan kotoran yang terdapat dalam sampah tersebut akan mengundang bakteri yang berpotensi menimbulkan

Kelebihan dari bahan logam yaitu tidak memiliki mikroporus yang dapat menjadi tempat melekatnya plak dan bakteri yang menghasilkan bau mulut, lebih nyaman dipakai (karena

Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria adalah kemampuan sejenis parasit untuk terus hidup dalam tubuh manusia, berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit walaupun

Bio-toilet banyak memiliki manfaat, antara lain menghilangkan bau yang tidak sedap pada septic tank, menekan mikroba patogen dalam tinja atau air limpasan