• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, dapat diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memusakan, dapat dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, serta menunjukkan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinayatakan dengan hasil yang dicapai.

Menurut Mishadin (2012: 7) efektivitas berarti ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab dan dapat membawa hasil. Sedangkan menurut Abdurahmat (2003: 92) efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Pendapat lain juga dikemukan oleh Hidayat (1986) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.

b. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Dunne (1996: 12) efektivitas pembelajaran memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan. Kedua, bahwa ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai, seperti guru, pengawas, dan tutor atau murid sendiri.

Menurut Sinambela (2006: 76), pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan

(2)

pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Beberapa indikator keefektifan pembelajaran :

1) Ketercapaian ketuntasan belajar.

2) Ketercapaian keefektifan aktivitas siswa (yaitu pencapian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran).

3) Ketercapian efektivitas kemampuan guru mengelola pembelajaran, dan respons terhadap pembelajaran yang positif.

Menurut Popham dan Baker dalam Hosnan (2014: 187) proses pembelajaran yang efektif terjadi jika guru dapat mengubah kemampuan dan persepsi siswa dari yang sulit mempelajari sesuatu menjadi lebih mudah mempelajarinya. Keberhasilan proses pembelajaran, tentunya memerlukan pengelolaan kelas yang baik agar tercapai pembelajaran yang efektif. Uzer Usman (2013: 21) juga mengatakan bahwa guru berperan sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Pembelajaran dapat dikatakan lebih efektif jika hasil belajar menjadi lebih baik atau meningkat kualitasnya.

Meurut Hake (1999: 1), efektivitas dapat dilihat dari skor gain yang dihasilkan. Skor gain adalah nilai hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan nilai maksimal yang dapat diperoleh peserta didik dalam tes. Skor gain diperoleh dari nilai pretest (sebelum diberikan perlakukan) dan nilai posttest (sesudah diberi perlakuan). Hake membagi skor gain menjadi 3 kategori, yakni kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi.

Adapun strategi guru untuk dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di dalam kelas, Sutikno Sobry (2008: 87) memaparkan sebagai berikut :

(3)

Gambar 2.1 Upaya Dalam Peningkatan Efektivitas Pembelajaran

2. E-learning

a. Pengertian E-learning

Stockley dalam Prawiradilaga, dkk (2013: 33) mendefinisikan e-learning sebagai penyampaian program pembelajaran, pelatihan, atau pendidikan dengan menggunakan sarana elektronik seperti komputer atau alat elektronik lain seperti telepon genggam dengan berbagai cara untuk memberikan pelatihan, pendidikan atau bahan ajar (www.derekstockley.com.au).

Senada dengan Stockley, Naidu dalam Prawiradilaga, dkk (2013: 33) mendefinisikan e-leraning sebagai penggunaan secara sengaja jaringan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar dan mengajar. Istilah lain yang mengacu pada hal yang sama, yaitu online learning, virtual learning, distributed learning, dan network atau web-based learning.

(4)

Secara fundamental, e-learning adalah proses pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjembatani kegiatan belajar dan pembelajaran, baik secara asinkronous maupun sinkronis.

Clark dan Mayer dalam Prawiradilaga, dkk (2013: 34) mendefinisikan e-learning sebagai pembelajaran yang disampaikan dengan menggunakan komputer melalui CD-ROM, internet atau intranet. Karakteristik lainnya adalah :

1) Adanya konten atau materi pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

2) Menggunakan metode pembelajaran yang sesuai.

3) Menggunakan media pembelajaran dalam berbagai format seperti teks, visual, video, multimedia, dan lain-lain.

4) Dapat terjadi secara sinkronis maupun asinkronous. b. Fungsi dan Manfaat E-learning

1) Fungsi E-learning

Terdapat tiga fungsi e-learning dalam kegiatan pemeblajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen (tambahan) yang sifatnya pilihan (opsional), pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan, 2003).

a) Suplemen (tambahan)

E-laerning berfungsi sebagai suplemen (tambahan), yaitu: peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi e-learning atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi e-learning. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

b) Komplemen (pelengkap)

E-learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu: materinya diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran

(5)

yang diterima peserta didik di dalam kelas. Di sini berarti materi e-leraning diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (penguatan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

Materi e-learning dikatakan sebagai enrichment (pengayaan), apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/ memahami materi pelajaran yang disampaikan pendidik secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi e-learning yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan pendidik di dalam kelas.

Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan pendidik secara tatap muka di kelas peserta didik yang memahami materi dengan lambat (low learners) diberikan kesempatan untuk memnafaatkan materi e-learning yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan pendidik di kelas.

c) Substitusi (pengganti)

Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para peserta didiknya. Tujuannya agar para peserta didik dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas sehari-hari peserta didik. Ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu:

(1) Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional)

(2) Sebagaian secara tatap muka dan sebagaian lagi melalui internet

(6)

(3) Sepenuhnya melalui internet 2) Manfaat E-learning

Soekarwati (2003), mengemukakan manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh, antara lain :

a) Tersedianya fasilitas e-Moderating, di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomukasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.

b) Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar untuk petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c) Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

d) Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses internet secara mudah.

e) Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti oleh sejumlah peserta, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. f) Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi

aktif.

g) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari pendidikan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya.

(7)

3. Schoology

a. Pengertian Schoology

Schoology merupakan salah satu platform inovatif yang dibangun berdasarkan inspirasi dari media sosial facebook dengan tujuan untuk kepentingan pendidikan. Platform ini dikembangkan pada tahun 2009 di New York (Besana S.: 2012). Schoology juga merupakan salah satu Learning Manajement System yang memberikan fasilitas kepada guru dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam lingkungan belajar melalui jejaring sosial online. Dengan schoology nantinya para peserta didik dapat mendownload materi pelajaran, mengerjakan kuis, ujian, diskusi, dan mengumpulkan tugas yang siberikan oleh guru. Namun sebelum bergabung dengan kelas di schoology, peserta didik harus mendaftar/registrasi terlebih dahulu.

Menurut Maharani dalam juniarti (2014: 16), dengan menggunakan schoology guru dapat mengasah pola pikir peserta didik untuk berfikir secara kritis dan kreatif. Schoology juga dapat berfungsi untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran di sekolah melalui komunikasi. Teori kognitif secara langsung terlibat dalam penggunaan schoology ini. Dengan memberikan pelatihan kepada peserta didik, mereka akan berfikir tentang jawaban bagi perpertanyaan tersebut. Kemudian mereka akan berdiskusi dan bebas memberikan pendapat serta jawaban tentang persoalan tersebut. Di akhir pembelajaran, guru memberikan umpan balik.

Amiroh dalam Juniarti (2014: 17) berpendapat bahwa dalam schoology juga terdapat fasilitas attandance/absensi, yang digunakan untuk mengecek kehadiran siswa, dan juga fasilitas untuk melihat semua aktivitas siswa pada setiap course, assignment, discussion dan aktivitas lain yang kita siapkan untuk siswa.

b. Kelebihan Schoology

Juniarti (2014) Schoology memiliki banyak kelebihan untuk mendukung dalam kegiatan pembelajaran. schoology memungkinkan guru

(8)

untuk melanjutkan pembelajaran siswa mereka di luar kelas. Schoology membantu guru memberikan kesempatan kepada siswa ke dalam lingkungan online untuk mengambil bagian dalam diskusi, proyek kelompok, dan meningkatkan kemampuan guru dan kesiapan untuk berkomunikasi dan bekerjasama satu sama lain di samping menyelesaikan setiap kesulitan yang timbul tentang pemahaman suatu topik pembelajaran. selain itu, schoology juga memiliki banyak fitur dan fungsi yang beragam dan menarik untuk dimanfaatkan oleh peserta didik. Apalagi schoology didukung oleh berbagai bentuk video, audio dan gambar yang dapat menarik minat siswa dan mendorong siswa mengaplikasikan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Schoology juga menyediakan fasilitas blog untuk memfasilitasi user yang ingin melakukan posting blog pada akun schoology. Secara khusus schoology juga memiliki fasilitas untuk berkirim surat/message dan hanya melalui direct post, sehingga bisa berkirim surat kemanapun melalui fasilitas massage yang tersedia.

Menurut Suprihanto (2016) kelebihan menggunakan media schoology guru tidak harus memeriksa pekerjaan/tugas siswa. Dan soal-soal itu (berbentuk tugas) bisa dikerjakan dirumah, guru tinggal mengontrol dari jarak jauh.

Menurut Schuetz (2012) menyebutkan lima alasan mengapa menggunakan schoology, antara lain :

1) LMS schoology menawarkan sarana yang digunakan oleh guru untuk mendukung kegiatan pembelajaran online.

2) Schoology menyediakan “resource” kurikuler dan kelompok kolaborasi bagi siswa dan guru untuk membangun dan terlibat dengan jaringan pembelajaran pribadi mereka.

3) Schoology dapat dijalankan pada web browser apa saja, termasuk pada aplikasi Mobile seperti android dan ios.

4) Schoology merupakan API (Application Programming Interface) yang berarti bahwa aplikasi lain dapat terhubung dan berinteraksi dengan program schoology, misal google Drive, twitter dan facebook.

(9)

5) Merupakan komponen instruksional yang gratis untuk guru dan siswa. c. Fitur-fitur Schoology

Suprihanto (2016) schoology memiliki fitur yang sangat mendukung aktivitas pembelajaran. adapun fitur-fitur yang dimiliki oleh schoology adalah sebagai berikut :

1) Courses (Kursus), yaitu fasilitas untuk membuka kelas mata pelajaran, misal mata pelajaran Matematika, Fisika, dan lain sebagainya. Fasilitas courses ini juga ada di moodle.

2) Group (Kelompok), yaitu fasilitas untuk membuat kelompok dalam pengelompokkan suatu tugas yang dikerjakan berdasarkan kelompok-kelompok dalam tema yang berbeda atau pengelompokkan kelas. Fasilitas ini juga ada di moodle maupun di facebook.

3) Resources (Sumber Belajar), yaitu fasilitas yang berfungsi untuk menyajikan sumber belajar ke pribadi maupun kelompok.

Di dalam menu course guru juga bisa membuat kuis atau soal (ini yang tidak dimiliki oleh facebook) dengan berbagai jenis yaitu pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, isian singkat, dan lain sebagainya. Selain itu guru juga tidak harusmembuat soal untuk banyak kelas yang diampunya, tetapi dengan fitur import soal. Untuk pembuatan soal di schoology ini, dilengkapi gambar, symbol, dan equation dapat ditulis di schoology.

4. Discovery Learning

a. Pengertian Discovery Learning

Keaktifan suatu pembelajaran tidak terlepas dari metode atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan metode atau model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan. Metode berasal dari kata “metodhos” yang artinya cara atau jalan yang ditempuh. Metode merupakan suatu cara atau alat yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan. Metode pembelajaran adalah

(10)

upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2009: 125).

Sund yang dikutip oleh Roestiyah (2012: 20) mengungkapkan discovery adalah proses mental siswa hingga mampu megasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat simpulan dan sebagainya. Pada pengajaran penemuan, isi dari apa yang harus dipelajari tidak disajikan oleh guru, tetapi ditemukan oleh siswa selama bekerja (mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat simpulan dan sebagainya) memalui situasi masalah yang diatur oleh guru.

Pendapat lain dikemukan oleh Hanafiah dan Suhana (2012: 77), discovery learning merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku.

b. Prosedur Discovery Learning

Syah (2005: 244) mengemukakan bahwa terdapat enam prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar untuk mengaplikasikan discovery learning, yaitu:

1) Stimulasi

Pada tahapan ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya tanpa pemberian generalisasi untuk menimbulkan keinginan siswa untuk menyelidiki sendiri. Tahapan ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulasi kepada

(11)

siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengekploarsi dapat tercapai.

2) Pernayataan Masalah

Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran punuk kemudian dijadikan hipotesis salah satunya.

3) Pengumpulan Data

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dengan membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan ujicoba, dan sebagainya.

4) Pengolahan Data

Pada tahap ini siswa mengelola data dan informasi yang diperoleh. Data tersebut diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, dan dihitung dengan cara tertentu. Dari proses tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif/penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5) Pembuktian

Siswa melakukan pemeriskaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang diterapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

6) Penarikan Kesimpulan

Tahapan ini adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Sutman et.al (2008: 77) mengemukakan bahwa dalam implementasi pembelajaran discovery terdapat enam prosedur yang harus dilakukan, seperti dijelaskan pada tabel dibawah ini.

(12)

Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Discovery

Tahap Perilaku Guru Perilaku Siswa

Tahap I Pemberian rangsangan Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri

Siswa memperhatikan guru

Tahap II Identifikasi maslah

Guru memberikan contoh permasalahan dikehidupan nyata

Siswa mengidentifikasi maslah, merumuskan hipotesis, dan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk

membuktikan hipotesis Tahap III

Pengumpulan data

Guru membimbing siswa dalam pengumpulan data

Siswa mengumpulkan data untuk mendukung hipotesis yang dibuat siswa

Tahap IV Pengolahan data

Guru menjadi fasilitator dan membimbing jalannya pengolahan data

Siswa berekperimen untuk membuktikan hasil data yang diemukan untuk menunjang hipotesis yang dibuat

Tahap V Pembuktian

Guru memfasililitasi siswa untuk membuktikan hasil temuan

Siswa melakukan

pembuktian atas hipotesis yang dibuat

Tahap VI Kesimpulan

Guru membantu menyimpulkan

Siswa menyimpulkan hasil penemuan dari eksperimen Dikembangkan dari sumber: Sutman et.al (2008: 77)

c. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning

Setiap bentuk pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Discovery learning. Adapun kelebihan Discovery learning menurut Roestiyah (2012: 20-21), yaitu:

1) Membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa.

(13)

2) Membantu siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat Koh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

3) Membangkitkan kegairahan belajar siswa.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk berkembang dan maju sesuai kemampuannya asing-masing.

5) Mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

7) Membuat pembelajaran berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.

Selain mempunyai kelebihan, Roestiyah (2012: 20) menjelaskan bahwa terdapat pula kelemahan yang perlu diperhatikan dari discovery learning, yakni:

1) Siswa harus ada kesiapan mental untuk cara belajar ini.

2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. 3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan

pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.

4) Kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berfikir kreatif.

5. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah dua kata yang digabungkan menjadi satu kalimat yang memiliki arti berbeda, yaitu prestasi dan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indinesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasioanal, 2007: 895). Sedangkan belajar menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya

(14)

belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya adalah sesuatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya. Selain itu, Syah (2003: 136) dalam bukunya psikologi belajar mengatakan bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Dalam Kamus Besar Bahas Indonesia pengertian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 895). Hamalik (1983: 11) prestasi belajar adalah sebagai hasil yang dicapai dari usaha seseorang untuk mengubah dirinya dengan jalan memperoleh kecakapan baru dan hasil perubahan itu diperoleh melalui latihan dan pengalaman. Pendapat lain dikemukakan oleh Sudjana (1991: 22) prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Dan menurut Djamarah (1994: 20-21), dalam bukunya prestasi belajar dan kompetensi guru yang mengutip dari mas’ud Hasanah Abdul Qahar, bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah dapat di ciptakan, dihasilkan oekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

b. Faktor – faktor yang Memperngaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2003: 54-55) faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum pada garis besarnya faktor internal dan faktor eksternal. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

a) Faktor jasmani, yaitu kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis, sekurang – kurangnya terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan.

(15)

2) Faktor Eksternal

a) Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh keluarga berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarganya, keadaan sosial ekonom keluarga dan suasana rumah tangga.

b) Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar itu mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan murid, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan sebagainya.

c) Faktor masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keadaan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Syah (2003: 145), ada tiga faktor yang ,mempengaruhi prestasi belajar, yaitu :

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani.

2) Keadaan eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach do learning) yaitu meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

6. Sistem Komputer

Sistem komputer merupakan suatu jaringan elektronik yang terdiri dari hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) yang melakukan tugas tertentu baik menerima input, memproses input, dan menyediakan output dalam bentuk informasi.

Selain itu sistem komputer dapat juga diartikan sebagai sebuah elemen yang saling terhubung untuk menjalankan suatu perintah atau aktivitas dengan menggunakan komputer. Elemen dari sistem komputer terdiri dari :

(16)

a. Brainware atau user adalah orang yang mengoperasikan komputer, karena jika tidak ada orang yang mengoperasikan maka tidak akan dapat digunakan. Brainware merupakan sumber inspirasi utama bagi terbentuknya suatu sistem komputer.

b. Software atau perangkat lunak adalah sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat berupa program atau instruksi yang akan menjalankan suatu perintah.

c. Hardware atau perangkat keras adalah perangkat yang dapat kita lihat dan dapat kita sentuh secara fisik, seperti perangkat masukan, perangkat pemproses, maupun perangkat keluaran.

B. Kerangka Berpikir

Media e-learning adalah media pembelajaran yang berbasis elektronik. Dimana siswa dapat melakukan pemebelajaran kapan saja dan dimana saja dengan syarat adanya fasilitas internet. Media e-learning berbasis schoology lebih menarik perhatian siswa karena selain siswa bisa mengakses media tersebut melalui komputer atau laptop, siswa juga dapat megunduh aplikasinya di smarthphone dan ios yang mereka miliki, lalu menginstalnya sehingga siswa bisa lebih mudah mengakses kegiatan belajar seperti mengunduh tugas, mendownload materi serta mengupload tugas melalui smartphone. Selain itu siswa juga bisa memanfaatkan fasilitas chatting yang ada pada media tersebut untuk bertanya kepada guru saat menemukan permasalahan yang tidak dapat dipecahkan sendirian dan hal tersebut membuat siswa menjadi lebih aktif. Maka dari itu, apabila siswa mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif dapat dipastikan bahwa siswa akan menghasilkan pengetahuan materi yang cukup tinggi serta berdampak kepada prestasi belajar siswa.

Model discovery learning yaitu model yang lebih dapat memberdayakan siswa dalam belajar, selain itu model ini juga lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Karena model ini berpusat sepenuhnya kepada siswa dan guru hanya

(17)

menjadi fasilitator. Pada model ini siswa tidak dituntut untuk mengerahkan fikiran saat pembelajaran dikelas berlangsung. Namun siswa cukup menguasai, menerpakan dan menemukan hal-hal yang dirasa sangat bermanfaat untuk siswa tersebut sehingga siswa dapat merasakan kepuasan tersendiri dari hasil yang telah didapatkan dan siswa akan berperan lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang relevan oleh Ramdhani (2012), bahwa efektivitas penggunaan media pembelajaran E-Learning berbasis web lebih tinggi daripada menggunakan media pembelajaran konvensional. Selain itu, penelitian yang relevan lainnya oleh Rahmalia (2014), bahwa terdapat perbedaan hasil pada ranah afektif dan ranah kognitif antara siswa eksperimen yang menggunakan model discovery learning dengan siswa kelas kontrol.

Adapun skema kerangka berpikir yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan treatment penggunaan e-learning berbasis schoology dengan menggunakan discovery learning pada mata pelajaran sistem komputer kelas X Multimedia di SMK Negeri 6 Surakarta.

(18)

2. Penggunaan e-learning berbasis schoology dengan menggunakan model discovery learning efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sistem komputer kelas X multimedia SMK Negeri 6 Surakarta.

Gambar

Gambar 2.1 Upaya Dalam Peningkatan Efektivitas Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian tersebut menggunakan data penjualan mulai dari tahun 2005 sampai 2010 (Gambar 6), fungsi aktivasi yang digunakan adalah sigmoid, banyaknya neuron pada hidden layer yaitu

Analisis yang sering digunakan oleh para peneliti hubungan internasional adalah konsep kepentingan nasional, sebab konsep kepentingan nasional merupakan dasar bagi

Bahan makanan yang baik terbebas dari kerusakan dan pencemaran termasuk pencemaran oleh bahan kimia seperti pestisida (Kusmayadi, 2008). Ciri-ciri bahan makanan yang baik. a)

A VILÁG, AZ EU ÉS MAGYARORSZÁG BORTER- ME LÉSE A­világ­bortermelése­az­évjárati­ingadozások­miatt

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA.. JALAN MANYAR

47 Pendidikan massa yang diterapkan pada santri dalam meningkatkan kemampuan santri dalam membaca dan menulis pegon pada pelajaran kitab ngudi susilo di Madrasah

Berdasarkan hasil penelitian aspek afektif diketahui bahwa kelas yang memiliki peningkatan nilai aspek afektif paling tinggi adalah kelas eksperimen I (Tabel 2),