Lampiran 2. Bagan penanaman pada plot
25 cm
30 cm 25 cm
X = Tanaman Sampel
X
X
X X X
X
200 cmLampiran 3. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian
Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Penyulaman X
Penyakit Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Lampiran 4. Deskripsi ubijalar Varietas Sari Dilepas tanggal : 22 Oktober 2001
SK Mentan : 525/Kpts/TP.240/10/2001
No. induk : MIS 104-1
Bentuk kerangka daun : Segitiga samasisi
Kedalam cuping daun : Tepi daun berlekuk dangkal Jumlah cuping daun : Bercuping lima
Panjang tangkai daun : Sangat pendek
Bentuk umbi : Bulat telur melebar pada ujung umbi Pertumbuhan umbi : Terbuka
Panjang tangkai umbi : Sangat pendek Warna kulit umbi : Merah
Kadar betakarotin : 380,92 μg/100 g Kadar vitamin C : 21,52 mg/100 g
Ketahanan thd hama : Agak tahan boleng (Cylas formicarius) dan tahan hama penggulung daun
Ketahanan thd penyakit : Tahan kudis (S.batatas) dan bercak daun (Cercospora sp.)
Lampiran 5. Deskripsi Varietas Ubijalar Varietas Antin 1 Nama Klon Harapan : MSU 01022-12
Asal :Turunan dari hasil persilangan bersari bebas dari varietas samarinda (lokal blitar) dan kinta (lokal papua)
Tipe tanaman : Menyebar
Umur panen : 4-5 bulan
Diameter buku ruas : Tipis Panjang buku ruas : Pendek
Warna dominan sulur : Hijau dengan beberapa bercak ungu Warna sekunder sulur : Ungu pada buku-buku
Bentuk kerangka daun : Segitiga sama sisi Ukuran daun dewasa : Sedang
Warna tulang daun permukaan bawah: Semua tulang daun berwarna ungu Warna helaian daun dewasa : Hijau
Warna helaian daun muda : Hijau bagian atas ungu bagian bawah Pigmentasi pada tangkai daun : Hijau bercak ungu sepanjang tangkai Panjang tangkai daun : Pendek
Bentuk umbi :Bulat telur lebar pada pangkal umbi
(obovate) Susunan pertumbuhan umbi : Terbuka Panjang tangkai umbi : Pendek
Warna kulit umbi : Putih
- Gula total : 1,73%
- Amilosa : 25,21%
- Abu : 3,41%
- Antosianin : 33,89 mg/100g
Ketahanan terhadap hama/penyakit : Agak tahan penyakit kudis (Sphaceloma batatas) dan agak tahan boleng (Cylas formicarius)
Rata-rata hasil : 25,8 t/ha
Potensi hasil : 33,2t/ha
Keterangan lain :Toleran kekeringan warna umbi
menarik, sangat cocok untuk keripik dan di tanam di tanah tegalan sawah.
Pemulia : M, Yusuf, St. A Rahayuningsih dan
T.S Wahyuni
Peneliti :Erliana Ginting, Sri Wahyuni,
Sumartini
Lampiran 8. Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST
Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 2MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 2 MST
Lampiran 9. Pertambahan Panjang Tanaman 3MST Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 3MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Transformasi √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 3 MST
Lampiran 10. Pertambahan Panjang Tanaman 4MST
Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 4MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 4 MST
Lampiran 11. Pertambahan Panjang Tanaman 5MST Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 5MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Transformasi √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 5 MST
Lampiran 12. Pertambahan Panjang Tanaman 6MST
Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 6MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 6 MST
Lampiran 13. Pertambahan Panjang Tanaman 7MST
Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 7MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Transformasi √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Lampiran. Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 7 MST
Lampiran 14. Pertambahan Panjang Tanaman 8MST (cm) Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 8MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 8 MST
Lampiran 15. Pertambahan Panjang Tanaman 9MST
Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 9MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Transformasi √X + 0,5
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 9 MST
Lampiran 16. Pertambahan Panjang Tanaman 10MST
Data Pengamatan Pertambahan Panjang Tanaman 10MST (cm)
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN BLOK TOTAL RATAAN
Sidik Ragam Pertambahan Panjang Tanaman 10 MST Lampiran 17. Bobot Umbi per sampel
Data Pengamatan Bobot Umbi per sampel (gram)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
Transformasi √X + 0,5
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Sidik ragam Bobot Umbi per sampel
Lampiran 18. Jumlah Umbi per sampel (umbi) Data Pengamatan Jumlah Umbi per sampel (umbi)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
Sidik ragam jumlah umbi per sampel Lampiran 19. Panjang Umbi per sampel
Data Pengamatan Panjang Umbi per sampel (cm)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
Transformasi √X + 0,5
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Sidik ragam panjang umbi per sampel
Lampiran 20. Diameter Umbi per sampel (mm) Data Pengamatan Diameter Umbi per sampel (mm)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
1 2 3 4
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
Sidik ragam Diameter Umbi per sampel Lampiran 21. Bobot Umbi per plot
Data Pengamatan Bobot umbi per plot (gram)
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
Transformasi √X + 0,5
PERLAKUAN ULANGAN TOTAL RATAAN
1 2 3 4
Sidik ragam Bobot Umbi per plot
Lampiran 22. Umbi Varietas Antin-1 dan Varietas Sari
DAFTAR PUSTAKA
Ardian. 2012. Pertumbuhan Akar dan Tunas Stek Batang Mini Tanaman Ubi Kayu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 8 hal.
Balitkabi.2010. Teknologi kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubijalar. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. .2012. Sari Varietas Ubijalar, Diminati Industri. Balai Penelitian
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.
.2013. Deskripsi Varietas Unggul Ubijalar. Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang.
Belehu, T. and P. S. Hammes. 2004. Effect of temperature, soil moisture contentand type of cutting on establishment of sweet potato cuttings. African Journal Plant Soil 21(2): 85-89.
BPS Sumatera Utara. 2015.Produksi Padi dan Palawija Sumatera Utara (Angka Sementara Tahun 2014). Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. Medan. Sumatera Utara.
BPTP. 1999. Metodologi Pengkajian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Deptan. 2012. Ubijalar Varietas Antin-1 (Antin-1 Sweet Potato Variety) Badan Litbang Pertanian.Kementrian Pertanian - Republik Indonesia.
Ginting, E., J.S. Utomo, R. Yulifianti, dan M. Yusuf.2011. Potensi Ubijalar Ungu Sebagai Pangan Fungsional. IPTEK Tanaman Pangan 6(1):116-138.
Hartman, H.T., D.E. Kester,. F.T. Davies dan R.L. Geneve. 1997. Plant Propagation. Principles and Practices. 770p.
Jeremy.2009.Sweetpotato. Kootenay Local Agricultural Society. Castlegar.
Koswara, S.2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian. Southeast Asian Food And Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center Research and Community Service Institution.Institut Pertanian Bogor.Bogor.Jawa barat.
Kurniatusolihat. N. 2009. Pengaruh Bahan Stek dan PemupukanTerhadap Produksi Terubuk(Saccharum edule Hasskarl). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Machfud, M dan Sulistyowati. 2009. Pendugaan Aksi Gen dan Daya Waris Ketahanan Kapas terhadap Amrasca biguttula. Jurnal Littri Vol. 15 (3) : 131–138.
Onggo, T.M. 2008. Perubahan Komposisi Pati dan Gula Dua Jenis Ubijalar Cilembu Selama peyimpanan. Fakultas Pertanian UNPAD. Padang.
Prihatman, K.2000.Ubijalar / Ketela Rambat ( Ipomoea batatas ). Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. ITB Press. Bandung. Sibusisiwen.2011. Sweetpotato (Ipomoea batatas L.) production.agriculture,
forestry & fisheries. Republic Of South Africa.
Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University press. Yogyakarta.
Stansfield, W. D., 1991. Genetika. Alih Bahasa M.Affandi danL. T. Hardy. Erlangga. Jakarta.
Steel,R.G.D. dan J.H.Torrie, 1993.Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Steenis, C.G.G.J.V., D. Hoed, S. Bloembergen dan P.J. Eyma. 2003. Flora Untuk Sekolah Indonesia. Edisi Kesembilan. PT Prandya Paramita. Jakarta.
Suharno. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Organik TerhadapProduksi (BeratUmbi) Ubijalar (Ipomea Batatas L) Clon Madu. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Vol.3 no,1 : 72-77.
Tonglum, A., P. Suriyanapan, and R.H. Howeler. 2001. Cassava agronomy research and adoption of improved practices in Thailand – major achievement during the past 35 years. Cassava’s potential in Asia in the 21st century: Present situation and future research and development needs. Proc. Of the Sixth Regional Workshop, held in Ho Chi Minch City, Vietnam;p.228-258.
Traynor, M. 2005. Sweetpotato Production Guide for the Top End. Department Of Primary Industry, Fisheries and Mines Crops, Forestry and Horticulture Division. Northen Territory Government.
Widowati, E.H.2008. Upaya Diversifikasi Konsumsi Ubijalar Dan Ubikayu Sebagai Sumber Karbohidrat. Balitbang Provinsi Jawa Tengah.
Wilson, J.E.1998. Sweetpotato (Ipomoea batatas) Planting Material.Institute for Research, Extension and Training in Agriculture with financial assistance. Western Samoa.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dilahan masyarakat desa Amplas, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan juni sampai dengan oktober 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan ialah bibit stek pucuk ubijalar varietas Antin 1dan Sari sebagai perlakuan, pupuk urea, KCL dan sp36 sebagai pupuk rekomendasi, pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit, air untuk menyiram tanaman dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan yakni cangkul untuk mengolah tanah, pacak sampel, pacak perlakuan, gembor, alat ukur seperti meteran dan timbangan, buku data, alat tulis, camera beserta alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 faktor yaitu:
Faktor 1 = Varietas (V) dengan 2 taraf yaitu: V1 = Varietas Antin 1 ( Ungu )
V2 = Varietas Sari ( Kuning )
Faktor 2 = Jumlah Ruas (R) dengan 2 taraf yaitu: R1 = Jumlah Ruas 2
Faktor 3 = Sudut Tanam (S) dengan 2 taraf yaitu: S1 = Sudut 00
S2 = Sudut 45 Maka diperoleh 8 kombinasi
0
V1R1S1 V2R1S1 V1R1S2 V2R1S2 V1R2S1 V2R2S1 V1R2S2 V2R2S2
Jumlah ulangan : 4
Jumlah plot : 32
Jarak antar tanaman : 30 cm Jumlah tanaman per plot : 6 tanaman Jumlah tanaman seluruh nya : 192 tanaman Jumlah sampel per plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 128 tanaman Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm Model linier yang digunakan adalah:
τ
lα
= Pengaruh ulangan ke l
i
β
= Pengaruh aditif dari jumlah ruas ke-i
j
γ
= Pengaruh aditif sudut tanam taraf ke-j
k
αβ
= Pengaruh aditif dari penggunaan varietas ke-k
ij
αγ
= Interaksi antara jumlah ruas ke-l dengan sudut tanam taraf ke-j
ik
αβγ
= Interaksi antara jumlah ruas ke-j dengan varietas ke-k
jk
ε
= Interaksi antara jumlah ruas ke-i dengan sudut tanam ke-j pada varietas ke-k
ijkl
Data dianalisis dengan analisis sidik ragam, sidik ragam yang nyata di lanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf α = 5 % (Steel dan Torrie, 1993).
= Galat dari varietas ke-k ulangan ke-l yang diberi perlakuan jumlah ruas ke-i dan sudut tanam ke-j.
Heritabilitas
Untuk menganalisis apakah hasil peubah amatan merupakan keragaman fenotip disebabkan linkungan atau genotip, maka di gunakan heritabilitas yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
menurut Stansfield (1991) kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut : Heritabilitas tinggi > 0.5
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari gulma setelah itu dilakukan pengemburan menggunakan cangkul. Kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 200 x 100 cm, jarak antar plot 30 cm, jarak antar blok 50 cm dan parit drainase sedalam 30 cm untuk mengindari genangan.
Persiapan Bibit
Bibit yang digunakan berasal dari Balitkabi Malang dengan panjang stek batang + 25 cm dan ukuran bibit relatif sama. Kemudian dipotong sesuai dengan perlakuan yaitu 2 ruas dan 3 ruas.
Penanaman
Penanaman stek ubijalar dilakukan dengan 2 sudut kemiringan yaitu 450 dan 00
Pemupukan Dasar
sedalam 10 cm dengan menyisakan 2 dan 3 ruas dengan jarak tanam 30 cm. Penanaman dilaksanakan pada sore hari.
Pemupukan dasar dilakukan satu minggu setelah tanam (MST). Pupuk yang diberikan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk ubijalar yaitu Urea 200 kg/ha (40g/plot) dan SP36 100 kg/ha (20g/plot). Pupuk diaplikasikan secara larikan dan ditutupi kembali dengan tanah.
Pemupukan Lanjutan
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari. Bila hujan tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Penyulaman
Penyulaman dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama, penyakit ataupun tanaman yang mati.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah sebelum terbentuk umbi. Penyiangan dilakukan setiap minggu. Pembumbunan dilakukan agar umbi dapat terbentuk secara sempurna.Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pemupukan lanjutan dan bersamaan dengan penyiangan.
Pengangkatan batang
Pengangkatan batang bertujuan untuk mencegah terbentuknya umbi-umbi kecil. Pengangkatan batang dilakukan setiap MST.
Pengendalian hama dan penyakit
Panen
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 16 MST untuk varietas Sari dan 18 MST untuk varietas Antin-1. Pemanenan dilakukan dengan mencabut umbi dan dibersihkan dari tanah yang menempel. Umbi dipotong dari batang dan akar tanaman.
Parameter Pengamatan
Pertambahan panjang tanaman (cm)
Pertambahan panjang tanam diukur mulai pangkal batang (diatas permukaan tanah) hingga ujung yang duluruskan, dan dilakukan pada 1 MST sampai 10 MST kemudian dihitung selisihnya.
Jumlah umbi per sampel (umbi)
Jumlah umbi per sampel dihitung dengan menghitung jumlah umbi setelah panen. Kriteria umbi yang dihitung adalah umbi yang sudah membengkak dan bentuknya lebih besar dari akar.
Bobot umbi per sampel (g)
Bobot umbi per sampel ditimbang dengan timbangan dan dilakukan setelah panen. Bobot umbi ditimbang setelah umbi dibersihkan dari akar dan kotoran-kotoran yang menempel.
Bobot umbi per plot (g)
Diameter umbi per sampel (mm)
Diameter umbi per plot diambil dengan menggunakan jangka sorong dengan cara menngukur lingkar tengah sebanyak 2 kali dengan posisi berbeda dan di rata-ratakan.
Panjang umbi per sampel ( cm)
Panjang umbi diukur dari pangkal umbi sampai ujung umbi menggunakan meteran dan dilakukan setelah panen.
Uji organoleptik
Uji organoleptik atau uji rasa di lakukan setelah panen dengan cara menguji dengan kriteria kemanisan dan tekstur sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria uji organoleptik
Kemanisan skor Tekstur Skor
Tidak Manis 1 Remah 1
Sedang 2 Sedang 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil analisis secara ststistik menunjukkan bahwa perlakuan varietas, ruas, sudut tanam, interkasi antara varietas dan ruas, interaksi antara varietas dan sudut tanam, interaksi antara ruas dan sudut tanam berpengaruh nyata terhadap parameter pertambahan panjang tanaman, bobot umbi per sampel, panjang umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, diameter umbi per sampel dan bobot umbi perplot. Terhadap parameter pertambahan panjang tanaman pada umur 2 MST semua perlakuan tidak berpengaruh nyata.
Pertambahan panjang tanaman 3 MST
Data pengamatan dan sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada 3 MST dapat dilihat pada Lampiran 9. Rataan pertambahan panjang tanaman pada 3 MST dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan pertambahan panjang tanaman 3 MST (cm)
Varietas Ruas Sudut Tanam Rataan V
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pertambahan panjang tanaman 4 MST
Data pengamatan dan sidik ragam pertambahan panjang tanaman pada 4 MST dapat dilihat pada Lampiran 10. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan : varietas, interaksi antara ruas dan sudut tanam sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : ruas, sudut tanam, interaksi antara varietas dan ruas, interaksi antara varietas dan sudut tanam, interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Rataan pertambahan panjang tanaman 4 MST pada interaksi antara faktor ruas dengan sudut tanam dapat dilihat pada Tabel 3 dan interaksi antara faktor varietas, ruas dan sudut tanam dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Rataan pertambahan panjang tanaman 4 MST (cm) pada interaksi antara faktor ruas dengan sudut tanam.
Perlakuan Sudut Tanam Rataan
S1 S2
Ruas
R1 9.80 a 3.58 b 6.69
R2 3.10 b 6.75 ab 4.93
Rataan 6.45 5.17 5.81
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan R1S1 berbeda nyata dengan R1S2 dan R2S1 dan tidak berbeda nyata dengan R2S2.
Tabel 4. Rataan pertambahan panjang tanaman 4MST pada interaksi antara faktor Varietas, Ruas dan Sudut Tanam.
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V1(8,77cm) dan terendah pada V2 (2,84cm).
Pertambahan panjang tanaman 5 MST
Data pengamatan dan sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada 5 MST dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan : varietas, interaksi antar varietas, ruas dan sudut tanam, sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : ruas, sudut tanam, interaksi antara varietas dan ruas, interaksi antara varietas dan sudut tanam. Rataan pertambahan panjang tanaman pada 5 MST pada interaksi antara ruas dengan sudut tanam dapat dilihat pada Tabel 5 dan interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 5. Rataan pertambahan panjang tanaman 5MST (cm) pada interaksi antara ruas dengan Sudut Tanam.
Perlakuan Sudut Tanam Rataan
S1 S2
Ruas
R1 9.80 a 3.58 b 6.69
R2 3.10 b 6.75 ab 4.93
Rataan 6.45 5.17 5.81
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 6. Rataan pertambahan panjang tanaman 5MST (cm) pada interaksi antara varietas dengan sudut tanam
Perlakuan Sudut Tanam Rataan
S1 S2
Varietas
V1 16,70a 19,00a 17,85a
V2 7,27b 3,44b 5,35b
Rataan 11,98 11,22 11,60
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V1 (17.85 cm) dan terendah pada V2 (5.35 cm). Perlakuan V1S1 berbeda nyata dengan V2S1 dan V2S2 namun tidak berbeda nyata dengan V1S2.
Pertambahan panjang tanaman 6 MST
Tabel 7. Rataan pertambahan panjang tanaman 6 MST (cm)
Perlakuan Varietas Rataan
V1 V2
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V1 (24.92 cm) dan terendah pada V2 (8.81cm). Pada interaksi antara varietas dan ruas telihat V1R1 berbeda nyata dengan V2R1 dan V2R2 namun tidak berbeda nyata dengan V1R2. Pada interaksi antara varietas dan sudut tanam didapat bahwa V2S1 berbeda nyata dengan V1S1 dan V1S2 namun tidak berbeda nyata dengan V2S2.
Pertambahan panjang tanaman 7 MST
Tabel 8. Rataan pertambahan panjang tanaman 7 MST (cm)
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V1 (22.35 cm) dan terendah V2 (9.69 cm).
Pertambahan panjang tanaman 8 MST
Data pengamatan dan sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada 8 MST dapat dilihat pada Lampiran 14. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan : varietas, sudut tanam dan interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : ruas, interaksi antara varietas dan ruas, interaksi antara varietas dan sudut tanam, interaksi antara ruas dan sudut tanam. Rataan pertambahan panjang tanaman pada 8 MST dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rataan pertambahan panjang tanaman 8 MST (cm)
Varietas Ruas Sudut Rataan V
S1 S2
V1 R1 20.39 de 40.15 a 33.09 a
R2 34.94 abc 36.88 ab
nilai tertinggi pada S2 (33.34 cm) dan terendah pada S1 (23.18 cm). Pada interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam, V1R1S2 berbeda nyata dengan V1R1S1, V2R1S1, V2R1S2, dan V2R2S1 namun tidak berbeda nyata dengan V1R2S1, V1R2S2 dan V2R2S2.
Pertambahan panjang tanaman 9 MST
Data pengamatan dan sidik ragam dari pertambahan panjang tanaman pada 9 MST dapat dilihat pada Lampiran 15. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan : interaksi antara varietas dengan ruas, interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : varietas, ruas, sudut tanam, interaksi varietas dan sudut tanam, interaksi antara ruas dan sudut tanam. Rataan pertambahan panjang tanaman 9 MST pada interaksi antara varietas dengan ruas dan interaksi varietas dengan sudut tanam dapat dilihat pada Tabel 10 dan interaksi antara varietas ,ruas dan sudut tanam dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 10. Rataan pertambahan panjang tanaman 9MST (cm) pada interaksi varietas dengan ruas dan interaksi antara varietas dengan sudut tanam
Perlakuan Varietas Rataan
V1 V2
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
varietas dan sudut tanam, perlakuan V1S1 berbeda nyata dengan V2S2 namun tidak berbeda nyata dengan V1S2 dan V2S1.
Tabel 11. Rataan pertambahan panjang tanaman 9MST (cm) pada interaksi antara faktor varietas, ruas dan sudut tanam.
Varietas Ruas Sudut Rataan V
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan V2R1S1 berbeda nyata dengan V1R1S1, V2R1S2, V2R2S1, dan V2R2S2 namun tidak berbeda nyata dengan V1R1S2, V1R2S1, dan V1R2S2.
Pertambahan panjang tanaman 10 MST
Tabel 12. Rataan pertambahan panjang tanaman 10MST pada interaksi antara varietas dengan ruas.
Perlakuan Sudut Tanam Rataan
V1 V2
Ruas
R1 19.95 b 25.68 a 22.82
R2 24.67 a 20.28 ab 22.48
Rataan 22.31 22.98 22.65
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan V1R2 berbeda nyata dengan V1R1 dan V1R2 namun tidak berbeda nyata dengan V2R1.
Tabel 13. Rataan pertambahan panjang tanaman 10MST (cm) pada interaksi antara faktor Varietas, Ruas dan Sudut Tanam.
Varietas Ruas Sudut Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pertambahan panjang tanaman dari 2 MST sampai 10 MST dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik pertambahan panjang tanaman tanaman per perlakuan (cm) Bobot umbi per sampel (gram)
Data pengamatan dan sidik ragam pada bobot umbi per sampel dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan varietas. Sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : ruas, sudut tanam, interaksi antara varietas dan ruas, interaksi varietas dan sudut tanam, interaksi antara ruas dan sudut tanam, interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Rataan pada bobot umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 14
Tabel 14 menunjukkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V2 (55.63 gram) dan terendah pada V1 (23.75 gram).
Jumlah umbi per sampel (umbi)
Data pengamatan dan sidik ragam pada jumlah umbi per sampel dapat dilihat pada Lampiran 18. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan varietas. Sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : ruas, sudut tanam, interaksi antara varietas dan ruas, interaksi varietas dan sudut tanam, interaksi antara ruas dan sudut tanam, interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Rataan jumlah umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Rataan jumlah umbi per sampel (umbi)
Varietas Ruas Sudut Rataan V
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 15 menunjukkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V2 (2.02 umbi) dan terendah pada V1 (0.63 umbi).
Panjang umbi per sampel (cm)
tanam, interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Rataan panjang umbi per sampel dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rataan panjang umbi per sampel (cm)
Varietas Ruas Sudut Rataan V
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 16 menunjukkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V2 (8.38 cm) dan terendah pada V1 (4.70 cm).
Diameter umbi per sampel (mm)
Data pengamatan dan sidik ragam pada diameter umbi per sampel dapat dilihat pada Lampiran 20. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan varietas. Sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : ruas, sudut tanam, interaksi antara varietas dan ruas, interaksi varietas dan sudut tanam, interaksi antara ruas dan sudut tanam, interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Rataan diameter umbi per sampel dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Rataan diameter umbi per sampel (mm)
Varietas Ruas Sudut Rataan V
Tabel 17 menunjukkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V2 (58.58 mm) dan terendah pada V1 (9.97 mm).
Bobot umbi per plot
Data pengamatan dan sidik ragam pada bobot umbi perplot dapat dilihat pada Lampiran 21. Dari sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang berpengaruh nyata adalah perlakuan varietas. Sedangkan perlakuan yang tidak berpengaruh nyata adalah perlakuan : ruas, sudut tanam, interaksi antara varietas dan ruas, interaksi varietas dan sudut tanam, interaksi antara ruas dan sudut tanam, interaksi antara varietas, ruas dan sudut tanam. Rataan bobot umbi perplot dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Rataan bobot umbi perplot (gram)
Varietas Ruas Sudut Rataan V
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 18 menunjukkan perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 dengan nilai tertinggi pada V2 (1188.75 gram) dan terendah pada V1 (95.00 gram).
Uji organoleptik
Tabel 19. Uji organoleptik
Penguji V1 V2
Kemanisan tekstur Kemanisan tekstur
A 1 1 3 3
Tabel 19 menunjukkan hasil uji rasa yang dilakukan pada 10 responden diperoleh rasa umbi dari varietas Sari pada kriteria kemanisan diperoleh 80% mengatakan manis dan 20% mengatakan sedang serta pada kriteria tekstur daging umbi 20% mengatakan bertekstur remah dan 80% mengatakan bertekstur padat sedangkan pada varietas Antin-1 60% mengatakan tidak manis dan 40% mengatakan sedang pada kriteria kemanisan umbi dan pada kriteria tekstur 100% mengatakan bertekstur remah.
Heritabilitas
Tabel 20. Nilai heritabilitas pada msing-masing parameter
Parameter Nilai Heritabilitas Kriteria pertambahan panjang tanaman 3 MST (cm) 0.44 Sedang pertambahan panjang tanaman 4 MST (cm) 0.32 Sedang pertambahan panjang tanaman 5 MST (cm) 0.34 Sedang pertambahan panjang tanaman 6 MST (cm) 0.55 Tinggi pertambahan panjang tanaman 7 MST (cm) 0.85 Tinggi pertambahan panjang tanaman 8 MST (cm) 0.38 Sedang pertambahan panjang tanaman 9 MST (cm) 0.52 Tinggi pertambahan panjang tanaman 10 MST (cm) 0.68 Tinggi
Bobot umbi per sampel (gram) 0.95 Tinggi
Jumlah umbi per sampel (umbi) 0.91 Tinggi
Panjang Umbi per sampel (cm) 0.59 Tinggi
Diameter umbi per sampel (mm) 0.95 Tinggi
Bobot umbi per plot (gram) 0.91 Tinggi
Tabel 20 menunjukkan bahwa heritabilitas tinggi terdapat pada parameter pertambahan panjang tanaman 6 MST, 7 MST, 9 MST dan 10 MST, bobot umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel, diameter umbi per sampel dan bobot umbi per plot. Heritabilitas sedang pada pertambahan panjang tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST dan 8 MST. Nilai heritabilitas tertinggi pada parameter bobot umbi per sampel dan diameter umbi per sampel dengan nilai 0.95 dan nilai terendah pada parameter pertambahan panjang tanaman 4MST dengan nilai 0.32.
Pembahasan
Pengaruh varietas dengan parameter pertumbuhan dan produksi
pada umur 8 MST, bobot umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel, diameter umbi per sampel dan bobot umbi perplot.
Adanya perbedaan respon pertambahan panjang tanaman menunjukkan bahwa antara varietas yang diuji yaitu Varietas Sari dan Varietas Antin-1 menujukkan perbedaan yang nyata dalam fase pertumbuhan vegetatif dimana Varietas antin-1 lebih tinggi di bandingkan Varietas Sari. Hal ini dipengaruhi oleh genetik dari setiap varietas yang menyebabkan keragaman dalam penampilan. Hal ini didukung pendapat Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda sehingga menyebabkan munculnya berbagai sifat pada tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman. Keragaman penampilan tersebut dapat timbul sekalipun bahan tanaman tersebut berasal dari jenis tanaman yang sama.
V2 (Sari) hal ini disebabkan pada varietas Antin-1 sebagian besar tanaman tidak menghasilkan umbi hal ini diduga karena pertumbuhan vegetatif yang sangat tinggi dan tidak dilakukan pemangkasan sehingga menghambat proses pembentukan umbi. Hal ini didukun pendapat Harjadi (2000) yang menyatakan bahwa rendahnya produksi terjadi disebabkan karena faktor tanaman itu sendiri yaitu, fase pertumbuhan ubijalar didominasi oleh fase pertumbuhan vegetatif yang mengakibatkan pertumbuhan bagian atas yaitu daun dan batang yang berlebihan, bersamaan dengan kurangnya pembentukan umbi. Akibatnya sedikit sekali karbohidrat yang tersisa untuk perkembangan umbi. Jika fase vegetatif dan reproduktif seimbang, penggunaan dan penumpukan seimbang juga, secara praktis karbohidrat yang dipakai dan disimpan sama banyaknya. Tanamannya yang mempunyai pertumbuhan vegetatif yang sedang maka akan berumbi banyak. Pengaruh perlakuan Sudut Tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
horizontal (mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti stek yang ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.
Interaksi antara Varietas dan Ruas terhadap pertumbuhan dan produksi Hasil penelitian menunjukan bahwa interaksi antara varietas dan ruas hanya berpengaruh nyata pada parameter pertambahan panjang tanaman pada 6MST, 9MST dan 10MST. Hal ini menunjukkan bahwa varietas memberikan respon yang positif terhadap jumlah ruas pada pertambahan panjang tanaman. Hal ini disebabkan karena jumlah ruas yang berbeda memiliki kandungan cadangan makanan yang berbeda sehingga mempengaruhi pertumbuhan panjang tanaman ubijalar. Hal ini didukung oleh pendapat Hartman et al (1997) yang menyatakan bahwa panjang stek berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas. Semakin panjang stek maka persediaan cadangan makanan bagi stek semakin besar sehingga akar yang dihasilkan nantinya akan semakin banyak
Interaksi antara Varietas dan Sudut Tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
yang ditanam dengan posisi vertikal (tegak) dengan kedalaman sekitar 15 cm memberikan hasil tertinggi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman stek dengan posisi vertikal juga dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam dengan posisi miring atau horizontal (mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti stek yang ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.
Interaksi antara Ruas dan Sudut Tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara ruas dan sudut tanam hanya berpengaruh nyata pada parameter pertambahan panjang tanaman 4MST dan 5MST. Hal ini menunjukkan bahwa ruas memberikan respon positif terhadap sudut tanam pada pertumbuhan panjang tanaman. Hal ini disebabkan panjang stek dengan jumlah ruas yang banyak akan lebih panjang dibandingkan jumlah ruas yang sedikit sehingga kandungan cadangan makanan lebih banyak maka panjang stek dengan jumlah ruas yang banyak jika ditanam dengan sudut 450
Interaksi antara Varietas, Ruas dan Sudut Tanam terhadap pertumbuhan dan produksi
pembentukan akar akan lebih baik sehingga mempengaruhi pertumbuhan tunas dan panjang tanaman. Hal ini didukung pendapat Hartman et al. (1997) yang menyatakan bahwa Panjang stek berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas. Semakin panjang stek maka persediaan cadangan makanan bagi stek semakin besar sehingga akar yang dihasilkan nantinya akan semakin banyak.
tanaman 8MST, 9MST dan 10MST. Hal ini menunjukkan bahwa varietas memberikan respon positif terhadap ruas dan sudut tanam pada pertumbuhan panjang tanaman. Hal ini disebabkan karena pada varietas Antin-1 memiliki bantang yang lebih besar di bandingkan varietas Sari maka dengan jumlah ruas yang sama cadangan makanan pada kedua stek akan berbeda, stek yang lebih besar akan lebih cepat tumbuh dengan mendistribusikan cadangan makanan tersebut untuk membentuk akar agar dapat mengambil unsur hara dalam tanah, stek yang ditanam vertikal akan membentuk akar secara merata dan dapat lebih banyak mengambil unsur hara untuk pertumbuhan tunas dan panjang tanaman. Hal ini didukung pendapat Hartman et al. (1991) yang menyatakan bahwa Panjang stek berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas. Semakin panjang stek maka persediaan cadangan makanan bagi stek semakin besar sehingga akar yang dihasilkan nantinya akan semakin banyak. Dan Literatur Tongglum et al. (2001) yang menyatakan penanaman stek dengan posisi vertikal juga dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam dengan posisi miring atau horizontal (mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti stek yang ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.
3MST, 4MST, 5MST dan 8MST. Nilai heritabilitas tertinggi pada parameter bobot umbi per sampel dan diameter umbi per sampel (0.95) dan nilai terendah pada parameter pertambahan panjang tanaman 4MST (0.34) Hal ini disebabkan adanya pengaruh varian genetik lebih besar sedangkan varian lingkungannya lebih kecil menyebabkan heritabilitas tinggi. Nilai heritabilitas rendah menunjukkan bahwa faktor lingkungan lebih berperan dibandingkan faktor genetik sedangkan jika, heritabilitas sedang faktor lingkungan dan genetik sama besar pengaruh nya. Hal ini didukung pendapat Machfud dan Sulistyowati (2009) yang menyatakan bahwa heritabilitas atau daya waris suatu sifat dari tanaman merupakan proporsi besaran ragam genetik ditambah ragam lingkungannya, artinya nilai heritabilitas akan memberi gambaran suatu karakter dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungannya, yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan genetik antara tetua dengan keturunannya.
Uji Organoleptik
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Varietas menunjukkan respon yang nyata pada pertambahan panjang tanaman 3 MST, 4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST dan 8 MST, bobot umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel, diameter per sampel dan bobot umbi per plot.
2. Sudut tanam menunjukkan adanya respon yang nyata pada pertambahan panjang tanaman 8 MST.
3. Interkasi antara varietas dan ruas menunjukkan pengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman 6 MST, 9 MST dan 10 MST. Interkasi antara varietas dan sudut tanam menunjukkan pengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman 6 MST dan 9 MST. Interkasi antara ruas dan sudut tanam menunjukkan pengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman 4 MST dan 5 MST. Interkasi antara varietas, ruas dan sudut tanam menunjukkan pengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman 4 MST, 5 MST, 8 MST, 9 MST dan 10 MST.
4. Umbi varietas sari lebih diminati karena rasa yang lebih manis dibandingkan dengan varietas Antin-1.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Steenis et al., (2003) kedudukan tanaman ubijalar dalam tata nama (sistematika) sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Sub-diivisio : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Convolvulales , Famili : Convolvulaceae, Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lamb
Sistem perakaran ubijalar terdiri dari akar serabut yang menyerap nutrisidan air,akar penyimpanan yaitu akar lateral, dimanatempat penyimpan produk fotosintesis. Sistem akar tanaman diperoleh dari perbanyakan vegetatif dimulai dengan akar adventif yang berkembang menjadi akar berserat utama, yang bercabang keakar lateral. Tanaman dewasa memiliki akar pensil tebal yang memiliki beberapa lignifikasi. Akar lain yang tidak memiliki lignifikasi, berdaging dan menebal disebut akar penyimpanan. Tanaman tumbuh dari benih yang benar membentuk akar khas dengan poros tengah dengan cabang lateral. Kemudian, fungsi poros tengah sebagai akar penyimpanan (Jeremy, 2009).
Batang ubijalar berbentuk silinder dan panjang, seperti halnya pada ruas tergantung pada pertumbuhan kultivar dan ketersediaan air dalam tanah. Kultivar tegak memiliki panjang sekitar1m, sedangkan yang menyebar dapat mencapai panjang lebih dari 5m. beberapa kultivar memiliki batang dengan karakteristik melilit. Panjang ruas dapat bervariasi dari pendek sampai sangat panjang, dan diameter batang bisa tipis atau sangat tebal
Daun sederhana dan spiral diatur secara bergantian pada batang dalam pola phyllotaxis 2/5 (ada 5 daun spiral diatur dalam 2 lingkaran di sekitar batang untuk setiap dua daun berada pada bidang vertikal yang sama pada batang).
Bentuk garis besar daun ubijalar dapat bulat, reniform (berbentuk ginjal), berbentuk hati , segitiga, hastate (trilobular dan tombak berbentuk dengan dua basal), berbentuk lengkung dan hampir terbagi (Jeremy, 2009).
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3 – 4 cm, berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu, menyerupai warna bunga ‘mekar pagi’ (morning glory). Bunga mekar pada pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Biji berbentuk dalam kapsul, sebanyak 1 – 4 biji. Biji matang berwarna hitam, bentuknya memipih, dan keras, dan biasanya memerlukan
pengausan (skarifikasi) untuk membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Gambar 1. Stek ubijalar
Sumber : Koleksi pribadi Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman ubijalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah yang paling ideal untuk budidaya ubijalar adalah daerah yang bersuhu
21-27oC.Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah
Ubijalar termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik di daerah sub tropis. Disamping iklim, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ubijalar
adalah jarak tanam, varietas dan lokasi tanam. Suhu rata-rata optimal 24-25o
Tanah
C
dengan distribusi hujan yang baik pada kisaran curah hujan 750-1250 mm (Koswara, 2013).
Ubijalar menyukai tanah liat berpasir remah yang berdrainase baik, dengan aerase yang memadai. Pemadatan tanah berpengaruh buruk terhadap bentuk dan ukuran umbi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995).
Topografi antara lain tinggi tempat dataran rendah sampai 1500 m dari permukaan laut, akan tetapi diatas 1000 m dpl pertumbuhan akan lambar, batang bercabang, ruasnya pendek, daun sering berubah bentuk kadang menjadi kecil,
tanaman cepat berbunga, berbuah, berbiji dan umbi ukuran nya kecil (Suharno et al., 2010).
Varietas
Indonesia merupakan pusat keanekaragaman ubijalar kedua setelah Amerika Latin. Ubijalar berdaging umbi jingga adalah salah satu sumber β -Karoten atau provitamin A. Meskipun potensinya cukup besar, tetapi studi
genetika sebagai dasar pengembangan kultivar masih terbatas. Salah satu penyebabnya karena ubijalar (Ipomoea batatas) merupakan tanaman heksaploid (2n = 6x = 90) serta mempunyai sistem ketidakserasian sendiri
(self-incompatibility) dan ketidakserasian silang (cross- incompatibility)
(Onggo, 2008).
Varietas ubijalar di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari ribuan jenis, namun masyarakat awam pada umumnya mengenal ubijalar berdasarkan warna umbinya. Secara umum terdapat tiga jenis umbi berdasarkan warnanya, yakni warna putih, kuning, merah hingga keunguan. Kulit ubi maupun dagingnya mengandung pigmen karotenoid dan antosiannin yang menentukan warnanya. Komposisi dan intensitas yang berbeda dari kedua zat kimia tersebut menghasilkan warna pada kulit dan daging ubijalar. Dari sisi umurnya, ada ubijalar yang berumur pendek (dapat dipanen pada usia 4–6 bulan) dan ada yang
berumur panjang (baru dapat dipanen setelah 8–9 bulan) (ILO-PcDP UNDP, 2015).
Jenis daging kering sering disukai oleh konsumen di Asia dan Hispanik. Karena beberapa kultivar memerlukan musim tanam yang panjang (Wright, 2014 ).
Menurut Balitkabi (2013) varietas sari dilepas pada tanggal 22 oktober 2001 memiliki daya hasil sebesar 30 – 35 ton/ha dengan umur panen 3,5-4 bulan, tipe pertanaman semi kompak, diameter buku ruas sangat tipis, panjang buku ruas pendek, bentuk umbi bulat telur melebar pada ujung umbi, pertumbuhan umbi terbuka, panjang tangkai umbi sangat pendek, warna kulit umbi merah dan warna danging umbi kuning tua serta rasa umbi enak dan manis dan kandungan
betakarotin sebesar 380,92 μg/100 g.
Ubijalar Antin-1 merupakan hasil persilangan antara varietas lokal samarinda dari blitar dengan varietas lokal papua. Varietas ini toleran terhadap kekeringan, mengandung zat antosianin 33,89 mg/100 g dan memiliki corak warna yang atraktif yakni berwarna ungu bercampur putih pada daging umbi. Potensi hasil mencapai 33,2 ton/ha dengan umur panen 4-4,4 bulan. Keuntungan varietas ini memiliki potensi tinggi dan toleran kekeringan (Deptan, 2012).
mengakibatkan pertumbuhan bagian atas yaitu daun dan batang yang berlebihan, bersamaan dengan kurangnya pembentukan umbi. Akibatnya sedikit sekali karbohidrat yang tersisa untuk perkembangan umbi. Jika fase vegetatif dan reproduktif seimbang, penggunaan dan penumpukan seimbang juga, secara praktis karbohidrat yang dipakai dan disimpan sama banyaknya. Tanamannya yang mempunyai pertumbuhan vegetatif yang sedang maka akan berumbi banyak (Harjadi, 2000).
Bahan Tanam Ubijalar
Petani memperbanyak ubijalar secara vegetatif, menggunakan stek batang yang merambat. Stek dari pucuk yang merambat adalah bahan tanam terbaik. Stek dari tengahnya dan pangkal dapat digunakan, tetapi biasanya menghasilkan hasil yang lebih rendah. Juga, stek dari pangkal lebih sering membawa kumbang penggerek. Stek pucuk yang berukuran panjang cenderung menghasilkan hasil yang lebih baik daripada yang pendek, tetapi umumnya stek berukuran 30 sampai 40cm (12 sampai 16 inci) panjang yang dianjurkan. Jika ruas (jarak antara daun) yang pendek atau rata-rata, digunakan potongan yang panjangnya 30cm. Jika ruas yang panjang, stek yang digunakan sekitar 40cm
Teknik perbanyakan tanaman ubijalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk. Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(Wilson, 1988).
1. Bibit berasal dari varietas atau klon unggul. 2. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
4. Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
5. Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari. (Jayanto, 2009).
Panjang stek berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas. Semakin panjang stek maka persediaan cadangan makanan bagi stek semakin besar
sehingga akar yang dihasilkan nantinya akan semakin banyak (Hartman et al.,1997).
Buku pada stek batang merupakan tempat tumbuhnya tunas. Peningkatan jumlah buku stek batang sebagai perlakuan akan meningkatkan kecepatan bertunas stek mini akan tetapi peningkatan pemberian NAA sampai 2.000 ppm akan menurunkan kecepatan bertunas stek mini (Ardian, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Belehu dan Hammes (2004) stek ubijalar tiga
buku menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak dari stek satu buku dan panjang
akar tertinggi per tanaman diperoleh dari stek tiga buku secara vertikal dan yang
terpendek diperoleh dari stek satu buku secara horizontal
Posisi Tanam Ubijalar
Berdasarkan hasil penelitian Tongglum et al., (2001) Stek yang ditanam dengan posisi vertikal (tegak) dengan kedalaman sekitar 15 cm memberikan hasil tertinggi baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Penanaman stek dengan posisi vertikal juga dapat memacu pertumbuhan akar dan menyebar merata di lapisan olah. Stek yang ditanam dengan posisi miring atau horizontal (mendatar), akarnya tidak terdistribusi secara merata seperti stek yang ditanam vertikal pada kedalaman 15 cm dan kepadatannya rendah.
Kerapatan tanaman yang optimal tergantung pada kultivar, tetapi biasanya sekitar 40.000 tanaman per hektar. Baris dapat bervariasi dari 1 sampai 1,25m terpisah dalam baris jarak biasanya 25 sampai 30cm. Jumlah stek yang dibutuhkan untuk menanam 1ha bervariasi antara 30000 dan 60000, tergantung pada jarak tertentu yang digunakan
Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air. Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan. Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm. Untuk areal seluas 1 ha dibutuhkan bibit stek kurang lebih 36.000 batang. Penanaman ubijalar dilahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal (Prihatman, 2000).
(Sibusisiwen, 2011).
dilakukan dengan tangan. Letak tanam stek dapat miring atau mendatar. Tanam ubijalar dengan letak miring akan menghasilkan umbi besar-besar, tetapi sedikit, sedangkan tanam dengan letak mendatar menghasilkan umbi jumlah banyak tetapi kecil- kecil (BPTP, 1999).
Heritabilitas
Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hsil kombinasi genotipe dan pengaruh linkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini di harapkan terjadi kombinasi genetic yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif dan epistasis. Nilai heritabilitas secara toritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh varasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 1991).
Heritabilitas atau daya waris suatu sifat dari tanaman merupakan proporsi besaran ragam genetik ditambah ragam lingkungannya, artinya nilai heritabilitas akan memberi gambaran suatu karakter dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungannya, yang dapat digun akan untuk mengetahui hubungan genetik antara tetua dengan keturunannya. Di samping itu besaran nilai heritabilitas dapat digunakan untuk mengetahui kemajuan genetik dan juga sebagai landasan untuk
menentukan metode seleksi lebih lanjut pada suatu populasi tanaman (Machfud dan Sulistyowati, 2009).
PENDAHULUAN Latar Belakang
Ubijalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubijalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubijalar adalah Amerika Tengah. Ubijalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubijalar ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia (Jayanto, 2009).
Di Indonesia ubijalar sebagai komoditas pangan belum setaraf dengan padi dan jagung. Selama ini masyarakat masih menganggap ubijalar sebagai bahan pangan dalam situasi mendesak. Potensi ekonomi dan sosial ubijalar cukup tinggi, sebagai bahan pangan dimasa datang. Di Jepang, ubijalar sebagai makanan tradisional yang kepopulerannya setaraf dengan pizza dan hamburger, sedangkan
di Amerika, makanan ini dapat dijadikan sebagai pengganti kentang (Widowati, 2008).
berpeluang dimanfaatkan sebagai sumber pangan alternatif (non beras), bahkan dengan beberapa keunggulannya (mengandung betakaroten, antosianin, senyawa fenol, dan serat pangan serta nilai indeks glisemiknya (Glycemic Index), kedepan ubijalar difungsikan juga sebagai makanan untuk kesehatan (functional food) (Ginting et al., 2011)
Ubijalar (Ipomoea batatas L.) merupakan sumber karbohidrat, vitamin A, C, dan mineral. Ubijalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak mengandung anthocyanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubijalar yang daging umbinya berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A (Balitkabi, 2010).
Ubijalar yang memiliki daging ungu salah satunya adalah varietas Antin-1 yang merupakan hasil persilangan antara varietas lokal samarinda dari blitar dengan kinta varietas lokal papua. Varietas ini memiliki potensi hasil tinggi dan toleran terhadap kekeringan. Corak warna umbi unggu bercampur putih yang atraktif cocok dibuat menjadi kripik.mengandung zat antosianin sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas yang menyebabkan penuaan, kanker dan penyakit-penyakit degenerativ lainnya (Balitkabi, 2013).
Produksi ubijalar pada tahun 2014 sebesar 146.622 ton, naik sebesar 29.951 ton dibanding produksi tahun 2013. Kenaikan produksi disebabkan oleh kenaikan luas panen sebesar 2.029 hektar atau 22,29 persen dan hasil per hektar
mengalami kenaikan sebesar 3,54 ku/ha atau 2,76 persen (BPS provinsi Sumatera Utara, 2015).
Pada tahun 2014, luas panen ubijalar di Sumatera utara sekitar 11.130 Ha dengan produktivitas 13,174 ton/Ha (BPS provinsi Sumatera Utara, 2015) sedangkan potensi hasil ubijalar dapat mencapai lebih dari 30 ton/ha seperti varietas sari yang memiliki daya hasil 30-35 ton/ha (Balitkabi, 2013) dan varietas Antin-1 memiliki potensi hasil mencapai 33,2 ton/ha (Deptan, 2012).
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produksi umbi ubijalar antara lain disebabkan: populasi tanaman rendah per satuan luas, teknik budidaya masih jarang dilakukan, pemanfaatan lahan intensitasnya tinggi sehingga terjadi kehilangan unsure hara tanah yang terbawa hasil panen maupun erosi tanah, terjadinya serangan OPT utama yaitu hama boleng apabila musim tanamnya tidak sesuai (Suharno, 2007).
Dalam peningkatan produksi ubijalar maka diperlukan teknik budidaya yang tepat yaitu pemilihan bahan stek yang tepat, cara bertanam yang tepat dan pemilihan varietas yang sesuai karena setiap varietas memiliki potensi produksi yang berbeda.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti teknik budidaya menggunakan bahan stek yaitu berdasarkan jumlah ruas serta sudut tanam
terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas ubijalar (Ipomoea batatas L.)
Tujuan Penelitian
Lamb.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah ruas dan sudut tanam terhadap pertumbuhan dan produksi berbagai varietas ubijalar. Hipotesa Penelitian
Adanya pengaruh jumlah ruas, sudut tanam dan varietas serta interaksi antara varietas, jumlah ruas dan sudut tanam terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi ubijalar.
Kegunaan Penulisan
ABSTRAK
MUHAMMAD ISA, 2015. Pengaruh Jumlah Ruas dan Sudut Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubijalar (Ipomoea batatas L.)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah ruas dan sudut tanam terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas ubijalar. Penelitian ini dilaksanakan dilahan masyarakat amplas, Sumatera Utara, Medan, Indonesia dengan ketinggian tempat +25 m diatas permukaan laut, yang dilaksanakan pada bulan juni 2015 sampai dengan oktober 2015 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan tiga faktor perlakuan yaitu : varietas (Antin-1 dan Sari), jumlah ruas ( jumlah ruas dua dan jumlah ruas tiga) dan sudut tanam (45
Lamb, dibimbing oleh Hot Setiado dan Lollie Agustina P Putri
0
dan 00
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, bobot umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel, diameter umbi per sampel, bobot umbi per plot. Interkasi antara varietas dan ruas berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman. Interkasi antara varietas dan sudut tanam berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman Interkasi antara ruas dan sudut tanam berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman. Interkasi antara varietas, ruas dan sudut tanam berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman.
). Parameter yang diamati adalah pertambahan panjang tanaman, bobot umbi persampel, jumlah umbi persampel, panjang umbi persampel, diameter umbi persampel, bobot umbi perplot dan uji organoleptik.
ABSTRACT
MUHAMMAD ISA, 2015. The effects of internode’s number and the planting angle towards the growth and production of several varieties of sweet potato (Ipomoea batatas L.) Lamb, mentored by Hot Setiado and Lollie Agustina P Putri
This aims of this research is to know the effects of internode’s number and planting angle towards the growth and production of several varieties of sweet potatoes. This research was carried out in the community field of amplas, North Sumatera, Medan, Indonesia with an altitude of place + 25 m above sea level, which was carried out in June 2015 to October 2015 using a randomized block design with three factors which is variety (Antin-1 and Sari ), internode’s number (two segment internode’s and three segment internode’s) and planting angle (450 and 00
The results showed that the variety significantly affect plant’s length extend, weight, numbers, length, diameter of tuber per sample, and tubers’ weight per plot. The interaction between variety with planting angle significantly affect plant’s length extend. The interaction between internode’s number with planting angle significantly affect plant’s length extend. The interaction between variety, internode’s number and planting angle is significant affect on plant’s length extend.
). The parameters observed were plant’s length extend, weight, numbers, length, diameter of tuber per sample, tubers’ weight per plot, and organoleptic test.
PENGARUH JUMLAH RUAS DAN SUDUT TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBIJALAR ( Ipomoea batatas L.) Lamb
SKRIPSI
Oleh : MUHAMMAD ISA
PENGARUH JUMLAH RUAS DAN SUDUT TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBIJALAR (Ipomoea batatas L.) Lamb
SKRIPSI
Oleh : MUHAMMAD ISA
110301053 / PEMULIAAN TANAMAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Pengaruh Jumlah Ruas dan Sudut Tanam Terhadap pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubijalar (Ipomoea batatas L.)
Nama : Muhammad Isa
Lamb NIM : 110301053
Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Pemuliaaan Tanaman
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
(Ir. Hot Setiado, MS. ) (
Ketua Anggota
Dr.Ir.Lollie Agustina P.Putri, M.Si.)
Mengetahui :
(
ABSTRAK
MUHAMMAD ISA, 2015. Pengaruh Jumlah Ruas dan Sudut Tanam Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubijalar (Ipomoea batatas L.)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah ruas dan sudut tanam terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas ubijalar. Penelitian ini dilaksanakan dilahan masyarakat amplas, Sumatera Utara, Medan, Indonesia dengan ketinggian tempat +25 m diatas permukaan laut, yang dilaksanakan pada bulan juni 2015 sampai dengan oktober 2015 menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan tiga faktor perlakuan yaitu : varietas (Antin-1 dan Sari), jumlah ruas ( jumlah ruas dua dan jumlah ruas tiga) dan sudut tanam (45
Lamb, dibimbing oleh Hot Setiado dan Lollie Agustina P Putri
0
dan 00
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tanaman, bobot umbi per sampel, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel, diameter umbi per sampel, bobot umbi per plot. Interkasi antara varietas dan ruas berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman. Interkasi antara varietas dan sudut tanam berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman Interkasi antara ruas dan sudut tanam berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman. Interkasi antara varietas, ruas dan sudut tanam berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tanaman.
). Parameter yang diamati adalah pertambahan panjang tanaman, bobot umbi persampel, jumlah umbi persampel, panjang umbi persampel, diameter umbi persampel, bobot umbi perplot dan uji organoleptik.
ABSTRACT
MUHAMMAD ISA, 2015. The effects of internode’s number and the planting angle towards the growth and production of several varieties of sweet potato (Ipomoea batatas L.) Lamb, mentored by Hot Setiado and Lollie Agustina P Putri
This aims of this research is to know the effects of internode’s number and planting angle towards the growth and production of several varieties of sweet potatoes. This research was carried out in the community field of amplas, North Sumatera, Medan, Indonesia with an altitude of place + 25 m above sea level, which was carried out in June 2015 to October 2015 using a randomized block design with three factors which is variety (Antin-1 and Sari ), internode’s number (two segment internode’s and three segment internode’s) and planting angle (450 and 00
The results showed that the variety significantly affect plant’s length extend, weight, numbers, length, diameter of tuber per sample, and tubers’ weight per plot. The interaction between variety with planting angle significantly affect plant’s length extend. The interaction between internode’s number with planting angle significantly affect plant’s length extend. The interaction between variety, internode’s number and planting angle is significant affect on plant’s length extend.
). The parameters observed were plant’s length extend, weight, numbers, length, diameter of tuber per sample, tubers’ weight per plot, and organoleptic test.
RIWAYAT HIDUP
Muhammad Isa dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Desember 1991 dari ayahanda Paiman dan ibunda Janiah. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh :
- Lulus dari Sekolah Dasar Swasta Bahagia Medan pada tahun 2004.
- Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Swasta Sutomo 2 Medan pada tahun 2007.
- Lulus dari Sekolah Menengah Atas Swasta Sutomo 2 Medan pada tahun 2010.
Pendidikan informal yang pernah ditempuh diantaranya :
- Tahun 2014-2015 menjadi Asisten Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian USU, Medan.
- Tahun 2015 menjadi Asisten Laboratorium Genetika Populasi dan Kuantitatif Fakultas Pertanian USU, Medan.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2011 melalui jalur tertulis SNMPTN.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Jumlah Ruas dan Sudut
Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubijalar (Ipomoea batatas L.)
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda paiman dan ibunda janiah yang telah membesarkan, mendidik dan
membimbing penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Ir. Hot Setiado, MS. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, M.Si., selaku Anggota komisi pembimbing
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Agroekoteknologi stambuk 2011 yang telah memmberikan dukungan kepada penulis.
Lamb” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
DAFTAR ISI
Bahan Tanam Ubijalar ... 11
Posisi Tanam ... 12
Heritabilitas ... 14
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 16
Pemupukan Dasar ... 20
Pengendalian hama dan penyakit... 21
Panen ... 22
Pengamatan Parameter ... 22
Pertambahan panjang tanaman (cm) ... 22
Jumlah umbi per sampel (umbi) ... 22
Bobot umbi per sampel (gram) ... 22
Bobot umbi per plot (gram) ... 22
Diameter umbi per sampel (mm) ... 23
Panjang umbi per sampel (cm) ... 23