• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Kelekatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Kelekatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelekatan

Kelekatan adalah pertalian afeksi kasih sayang yang mempersatukan satu orang dengan yang lain pada setiap waktu dan tempat (Gribble 2006). Brooks (2001); Yunita (2009) juga menyatakan bahwa kelekatan merupakan ikatan psikologis yang kuat pada seseorang yang menjadi sumber rasa aman dan memberikan dukungan emosi. Dirunut dari bahasa psikologi perkembangan, kelekatan adalah hubungan antara figur sosial yang istimewa yang merefleksikan karakteristik unik dari suatu hubungan. Kesimpulannya kelekatan adalah ikatan emosional yang dekat antara anak dan pengasuh (Santrock 1997).

Kelekatan tidak hanya hubungan yang sementara melainkan hubungan yang berlangsung lama (Santrock 1997). Kelekatan didukung oleh tingkah laku lekat yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Tingkah laku lekat adalah beberapa bentuk perilaku yang dihasilkan dari usaha seseorang untuk mempertahankan kedekatan dengan seseorang yang dianggap mampu memberikan perlindungan dari ancaman lingkungan terutama saat seseorang merasa takut, sakit, dan terancam (Durkin 1995 diacu dalam Ervika 2005).

Kelekatan terjadi melalui proses interaksi terus-menerus antara anak dan ibu yang bersifat saling mencintai dan saling memenuhi secara emosional dan saling membutuhkan (Small 1998). Kelekatan ibu dan anak terjadi karena ada kecenderungan pada manusia untuk membentuk ikatan afeksional yang kuat terhadap orang-orang tertentu. Kelekatan dapat dipandang sebagai proses homeostatis yang digunakan untuk mempertahankan kontak dengan orang-orang yang memberikan rasa aman (Fadilla 2004). Ciri-ciri yang menunjukkan kelekatan adalah hubungan bertahan cukup lama, ikatan tetap ada walaupun figur lekat tidak tampak dalam jangkauan mata anak (Ervika 2005).

Kelekatan pada awal masa kehidupan akan membangun internal working model. Anak membangun model kerja tentang apa yang diharapkan dari sang ibu. Selama ibu memberi respon yang sama, model tersebut bertahan. Bila tingkah laku ibu berubah secara konsisten maka anak akan merevisi model tersebut dan perasaan aman anak mungkin berubah (Papalia et al. 2009).

(2)

Teori kelekatan

Teori kelekatan menjelaskan dasar-dasar ikatan afeksional seseorang dengan orang lain (Favila 1998). Berlandaskan pernyataan Erikson mengenai hubungan antara ibu dan anak maka berkembanglah teori kelekatan. Teori ini dipelopori Bowlby (1951) yang berasal dari penelitiannya terhadap hewan dalam melihat perkembangan secara evolusi. Menurut Bowlby (1951) diacu dalam Damon (1998), teori kelekatan merupakan kombinasi beberapa teori yaitu :

1. Teori etologi menyatakan adanya kesamaan tingkah laku sejak lahir pada semua jenis spesies yang berasal dari faktor biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tingkah laku mengekor/imprinting merupakan mekanisme yang kuat dalam keterikatan seorang terhadap ibunya. Tingkah laku mengekor ini sama dengan yang dilakukan bayi yang disebut kelekatan. 2. Teori evolusi biologi menyatakan bahwa kelekatan timbul dari beberapa tipe

sistem perilaku untuk bertahan sebagai adaptasi biologi sehingga memotivasi anak untuk mencari orang dewasa di dekatnya untuk menjadi pelindung sehingga memberikan rasa aman, khususnya saat keadaan tertekan dan bahaya. Sistem perilaku ini menentukan perilaku eksplorasi.

3. Teori kontrol sistem menyatakan bahwa perilaku kelekatan adalah sesuatu cara mencari perlindungan pada pengasuhnya dengan cara memberikan sinyal menangis, merangkak, melekat dan cara lain. Kelekatan merupakan perkembangan anak dalam mempelajari pemahaman sosial.

Periode Kelekatan

Tujuan utama pengasuhan pada periode usia dini yaitu membentuk kelekatan yang aman (Brooks 2001). Menurut Hastuti (2006), ikatan yang kuat antara pengasuh dan anak terbentuk pada masa kritis sehingga akan sulit untuk dilupakan. Usia balita (bawah lima tahun) merupakan masa penting terjadinya keterikatan dengan orang tua atau tokoh khususnya seperti ibu karena usia ini merupakan awal perkembangan kepribadian anak. Kelekatan akan terbentuk mulai dari anak usia bawah lima tahun. Menurut Bowlby (1951) diacu dalam Brooks (2001), kelekatan berkembang dari hal yang tidak terarah kemudian menjadi terarah dan sesuai dengan meningkatnya usia.

(3)

Tabel 1. Ciri umum dan ciri khusus kelekatan berdasarkan usia anak Umur Ciri Umum Ciri khusus

0-3 bulan Tidak ada

perbedaan jawaban

Orientasi sosial dan sinyal sebagai tanda tanpa diskriminasi atau pembedaan pada orang lain Senyuman yang mempunyai arti sosial.

3-6 bulan Mengarahkan pada pribagi yang dikenal

Kemampuan sosial untuk membedakan orang atau diskriminasi. Bayi mulai mengenal wajah-wajah tertentu. 6 bulan -3 tahun Mempertahan-kan hubungan dengan tokoh tertentu

Adanya kelekatan yang tepat, ketika dipisahkan dengan pengasuh. Reaksinya aktif mengikuti kepergian tokoh. 3 tahun – masa akhir anak Membentuk kerjasama

Anak memperoleh pemahaman tentang perasaan dan motivasi orang dewasa, jadi dapat mengatur hubungan mutual.

Sumber : Damon (1998).

Pada usia tiga tahun perkembangan anak mencapai 90% sehingga pada usia ini anak membuat sistem dan struktur yang bertanggungjawab bagi fungsi perilaku, sosial emosi dan psikologis anak (Henningsen 2004 diacu dalam Hastuti 2008). Menurut Brooks (2001), pada masa prasekolah pengasuhan akan meningkatkan perasaan aman. Sama seperti saat bayi dan baduta, bermain dengan orang tua akan menimbulkan kesenangan dan kesempatan untuk belajar. Tapi dengan meningkatnya pengertian anak mengenai orang, meluasnya lingkungan tempat anak berinteraksi, meningkatnya perkembangan bahasa, maka anak akan semakin belajar untuk mempercayai orang tuanya melalui observasi yang dilakukan anak. Perasaan tentang rasa aman juga didapatkan dari negosiasi konflik orang tua dengan anak, kesediaan untuk melakukan kompromi dan menghargai otonomi anak maka anak akan menumbuhkan rasa aman.

Tipe-tipe kelekatan

Kelekatan anak dengan pengasuhnya dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1. Kelekatan yang aman yaitu anak merasa nyaman pada kehadiran orang tua,

merasa takut ketika dia ditinggalkan oleh orang tua, mencari ibu saat dibutuhkan, namun berusaha mengeksplorasi lingkungannya saat ditinggalkan. Saat ibu pulang atau hadir kembali maka anak merasa gembira dan menginginkan kedekatan kembali (Brooks 2001). Dasar dari kelekatan

(4)

yang aman yaitu menyeimbangkan antara mencari seseorang yang dekat dengannya dan perilaku bereksplorasi (Bost 1998). Anak yang memiliki kelekatan yang aman akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sosial khususnya dengan pengasuh utamanya atau ibu. Kemampuan ibu untuk merasa sinyal anak dengan tepat dan meresponnya dengan sesuai dengan kebutuhannya adalah penentu kelekatan yang aman (Ainsworth 1978 diacu dalam Ijzendoorn et al. 2004).

2. Kelekatan yang tidak aman yaitu anak bersikap tidak konsisten, dan tidak lekat terhadap ibu, sedikit gelisah dan stres saat ibu pergi. Saat ibu kembali, anak kurang merespon, kadang mengabaikan, menghindar atau menolak. Anak gagal dalam mencari sosok yang lekat dengannya. Ibu dari anak tipe ini kurang sensitif terhadap sinyal yang diberikan anak, kaku, canggung, jarang melakukan kontak fisik dengan anak, ibu berinteraksi dengan kemarahan, mengabaikan dan berperilaku menolak anak (Brooks 2001; Gribble 2006).

Sensitivitas Ibu

Sensitivitas adalah kemampuan untuk menerima sinyal-sinyal yang diberikan anak dan meresponnya dengan segera sesuai dengan yang dibutuhkan anak. Pada masa balita, orang tua memenuhi perannya melalui sensitivitas dalam menyediakan kebutuhan dasar dan memberikan rasa aman bagi anak. Kualitas akhir dalam pengasuhan pada masa balita adalah kemampuan orang tua dalam menyesuaikan perilaku dengan kepribadian dan kebutuhan anak (Brooks 2001).

Menurut Kemppinen (2007), sensitivitas ibu adalah pola perilaku ibu yang menyenangkan bagi anak, meningkatkan kenyamanan, memberikan perhatian dan mengurangi kesulitan yang dirasakan anak. Ainsworth (1978) diacu dalam Kemppinen (2007) mengatakan bahwa sensitivitas ibu adalah kesediaan dan kesiapan ibu pada setiap waktu untuk merespon sinyal anak secara konsisten dan tepat dengan tingkat kontrol yang sesuai dan dapat berunding ketika ada suatu konflik. Sensitivitas anak sebagai dasar interaksi ibu dan anak akan menjadi dasar untuk perkembangan psikologi anak. Melalui interaksi yang sensitif, anak akan

(5)

belajar bagaimana menarik perhatian orang tua untuk mendapatkan perlindungan dan kenyamanan.

Konsep sensitivitas ibu berakar dari teori psikoanalisis, terutama dalam teori kelekatan. Salah satu tokoh psikoanalisis yaitu Bowlby (1951) diacu dalam Kemppinen (2007) menyatakan bahwa sensitivitas ibu adalah konsep sentral yang digunakan dalam teori kelekatan untuk menggambarkan interaksi awal antara ibu dan anak. Pada teori kelekatan, sensitivitas ibu kepada anak adalah kontribusi utama dari ibu dalam perkembangan kelekatan yang aman. Pengasuhan yang sensitif akan mengurangi perilaku negatif anak (Damon 1998; Santrock 1997; Mills 2007; Brooks 2001).

Menurut Hastuti (2008), orang tua berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak baik berupa kebutuhan-kebutuhan instrumental maupun ekspresif. Interaksi antara ibu dan anak meliputi pemberian kasih sayang, pemenuhan kebutuhan dan pengarahan perlindungan. Menurut Crittenden (2010), sensitivitas ibu terdiri atas lima aspek yaitu ekspresi wajah, ekspresi bicara, posisi dan kontak fisik, ekspresi kasih sayang, dan pengendalian disiplin.

Riwayat Perkembangan Anak Riwayat Kehamilan

Masa prenatal atau kehamilan merupakan periode perkembangan yang pertama dalam rentang kehidupan manusia dengan waktu yang singkat yaitu berkisar dari 180-344 hari mulai dari fertilisasi sampai melahirkan. Perkembangan sebelum kelahiran ini dapat diramalkan dan terbagi dalam tiga tahapan yaitu zigot, embrio dan janin/ fetus (Santrock 2009).

Tahap pertama adalah pembentukan zigot terjadi pada dua minggu pertama setelah konsepsi. Tahap kedua adalah periode embrio terjadi pada dua sampai delapan minggu sejak konsepsi. Kehidupan embrio di dalam rahim didukung oleh suatu sistem yang terdiri atas amnion, umbilical cord dan placenta. Pada dua bulan pertama terjadi organogenesis yaitu proses pembentukan organ. Pada pembentukan organ ini adalah periode yang paling rentan terhadap perubahan lingkungan. Tahap ketiga dimulai dari dua bulan setelah konsepsi sampai bulan ke sembilan yang disebut periode fetus/ janin. Setelah tiga sampai empat bulan

(6)

setelah konsepsi, janin mulai aktif dan bergerak sehingga ibu dapat merasakan gerakan kaki dan lengan janin. Janin terus berkembang sampai akhirnya ia mampu bertahan di luar kandungan (Santrock 2009).

Periode kehamilan adalah suatu periode yang rentan. Ilmu yang mempelajari mengenai kelainan pada kehamilan dan kelahiran adalah teratology. Teratogen adalah agen yang berpotensi untuk menyebabkan kelainan pada kehamilan yang berasal dari obat, polutan, penyakit infeksi, kekurangan gizi, stres ibu, dan ibu yang berusia tua. Teratogen sangat rentan pada awal masa prenatal khususnya pada masa pembentukan organ dan berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya (Santrock 2009). Papalia et al. (2009) menjelaskan bahwa terdapat bahaya fisik dan psikologi yang dapat dialami janin. Bahaya fisik adalah hal yang menimbulkan kelainan pada fisik janin. Salah satu bahaya psikologi yaitu kepercayaan tradisional, pantangan, mitos atau anjuran dari nilai-nilai kebudayaan yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap janin.

Riwayat Persalinan

Persalinan merupakan proses bayi berpindah dari tempat bernaung berupa lingkungan yang terlindungi menuju dunia luar yang sulit untuk diprediksi. Biasanya setelah 38 minggu setelah terjadi fertilisasi, seorang wanita yang hamil akan mengalami labor/persalinan (Vasta et al. 1999). Menurut Santrock (2009), proses persalinan terdiri tiga tahap. Tahap pertama dimulai dari kontraksi pertama dengan melebar leher rahim/ serviks sampai serviks melebar secara penuh. Tahap kedua dimulai ketika fetus memulai untuk keluar melalui serviks dan berakhir ketika seluruh anggota badan bayi telah keluar. Tahap ketiga yaitu proses keluarnya plasenta.

Menurut Hurlock (1980), terdapat beberapa jenis persalinan yaitu:

a. Alamiah atau spontan yaitu bayi memiliki posisi dan besar janin yang dapat mempermudah bayi lahir secara normal dengan posisi kepala di bawah. b. Sungsang yaitu bokong keluar lebih dahulu disusul oleh kaki dan kepala. c. Melintang yaitu posisi janin melintang dalam rahim ibu.

d. Alat yaitu jika janin terlampau besar sehingga tidak dapat keluar secara spontan sehingga harus dipergunakan alat untuk membantu persalinan

(7)

e. Pembedahan caesar yaitu jika menunjukkan terjadinya komplikasi bila bayi keluar melalui saluran lahir, sehingga bayi harus dikeluarkan dari rahim ibu melalui pembedahan dinding perut ibu.

Menurut Nurdianti (2010), gangguan atau kelainan itu antara lain adalah :

1. Persalinan prematur yaitu persalinan yang terjadi belum pada waktunya, dimana janin sudah keluar pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

2. Persalinan lewat waktu atau postmatur yaitu persalinan yang berasal dari kehamilan melewati waktu 294 hari atau 42 minggu.

3. Plasenta previa atau pusar melilit yaitu plasenta yang letaknya abnormal, berada di bagian segmen bawah uterus sehingga menghalangi jalan lahir. 4. Distosia yaitu kelambatan atau kesulitan persalinan.

5. Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban atau robeknya selaput ketuban yang kemudian diikut dengan memancarnya cairan, sebelum atau diawal munculnya tanda-tanda persalinan.

6. Infeksi intrapartum yaitu infeksi yang terjadi dalam persalinan.

7. Anoxia adalah gangguan dalam penyediaan oksigen untuk otak sebelum atau selama proses persalinan karena bayi tidak bisa bernafas.

8. Berat bayi lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang memiliki berat badan kurang dari 2,5 kg ketika lahir. Bayi BBLR biasanya memiliki berbagai resiko komplikasi kesehatan dan kemungkinan untuk bertahan hidup lebih kecil.

Budaya juga menunjukkan perbedaan dalam hal persalinan. Hal ini dikarenakan perbedaan kebiasaan dan modernisasi pada setiap budaya yang berbeda. Terdapat kepercayaan yang dianut oleh masyarakat tradisional tentang persalinan, misalnya tentang kepercayaan baik tidaknya waktu kelahiran dan sebagainya. Jasa persalinan yang membantu ibu selama kelahiran bervariasi di setiap budaya (Santrock 2009); (Vasta et al. 1999)

Riwayat Pemberian ASI

Air susu ibu atau ASI adalah makanan alamiah untuk bayi. ASI mengandung nutrisi-nutrisi dasar dengan jumlah yang sesuai untuk pertumbuhan bayi yang sehat. Memberikan ASI kepada bayi bukan hanya memberikan kebaikan bagi bayi

(8)

melainkan juga keuntungan untuk ibu. Memberikan ASI juga membina ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Suririnah 2004). Pemberian ASI memberikan manfaat secara psikologis terhadap kelekatan ibu dan anak (Afifah 2007).

Pemberian ASI terdiri atas kualitas dan kuantitas. Kualitas pemberian ASI dilihat dari interaksi antara ibu dan anak selama pemberian ASI. Interaksi ini merupakan suatu aspek yang penting dalam membina hubungan dengan anak. Pemberian ASI sebagai interaksi sosial yang intim antara ibu dan anak berdampak pada produksi hormon selama menyusui yang dapat menstabilkan kadar glukosa darah, temperatur, laju pernafasan, hormon penyebab stres, dan tekanan darah (Gribble 2006).

Berikut kuantitas pemberian ASI yang dilakukan oleh ibu kepada bayi: 1. Inisiasi Menyusui Dini atau IMD adalah proses membiarkan bayi menyusu

sendiri segera setelah kelahiran. Bayi memiliki kemampuan yang disebut breast crawl untuk menemukan puting susu ibu dan memutuskan kapan ia menyusui dengan sendirinya ketika ia dilekatkan di perut ibu setelah melahirkan (Gangal et al. 2007).

2. Pemberian kolostrum dilakukan saat inisiasi menyusui dini dilakukan. Di beberapa masyarakat tradisional, kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi (Afifah 2007).

3. Pemberian ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain sampai usia 6 bulan karena ASI memberi energi dan gizi yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama (Afifah 2007).

4. Pemberian prelaktal yaitu pemberian minuman atau susu formula sebelum bayi diberikan ASI. Pemberian prelaktasi ini juga beraneka ragam sesuai dengan kebudayaan (Afifah 2007).

5. Pemberian MP-ASI merupakan makanan pendamping ASI yang baik diberikan setelah anak berusia 6 bulan (Afifah 2007).

Faktor yang Berhubungan dengan Sensitivitas Ibu Karakteristik Keluarga

Menurut Bronfenbreneur diacu dalam Brooks (2001), keluarga merupakan mikro sistem anak yang berinteraksi secara langsung dan mempengaruhi

(9)

perkembangan anak. Karakteristik keluarga terdiri atas kepribadian orang tua, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga. Sosok orang tua yang lebih banyak berinteraksi dengan anak adalah seorang ibu. Menurut Kemppinnen (2007), terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan karakteristik ibu. Sensitivitas ibu berkaitan dengan kemampuan ibu untuk mengamati perubahan kondisi mental anak. Seorang ibu yang sensitif memiliki pengalaman dengan figur yang lekat kepadanya ketika kecil.

Menurut Jacobson et al. (1991) ibu yang usianya telah matang memiliki ego yang matang pula sehingga meningkatkan perasaan empati dalam mengasuh karena mereka lebih menyesuaikan diri pada nasehat mengenai norma sosial. Berdasarkan penelitian Hartoyo dan Hastuti (2004) di Kabupaten Indramayu, orang tua yang memiliki pendidikan lebih tinggi berinteraksi lebih sering dan mampu membiayai kebutuhan anak. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan pengasuhan.

Ibu yang bekerja biasanya memiliki alokasi waktu yang lebih sedikit dalam pengasuhan dan sensitivitasnya terhadap anak. Beban kerja di luar rumah, stress dunia kerja, stres kehidupan pernikahan dan kurangnya dukungan suami akan mempengaruhi interaksi ibu pada anak (Hastuti 2008). Pasangan yang telah mapan dan stabil secara ekonomi akan memiliki peluang untuk dapat memberikan interaksi yang relatif lebih baik. Tekanan ekonomi yang sulit, ketidakmampuan memberikan nafkah, pengangguran akan mempengaruhi pengasuhan yang diberikan kepada anak. Berdasarkan teori “resource dilution model”, bahwa kualitas sumberdaya yang menurun karena pertambahan anggota keluarga membuat orang tua dan keluarga menurunkan perhatian, waktu dan jumlah materi yang dapat diterima setiap anak (Hastuti 2008).

Karakteristik Anak

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dengan karakteristik anak. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap sensitivitas ibu adalah kemampuan anak untuk berinteraksi aktif dengan ibu, temperamen anak, prematur, cacat, penyakit kronis. Setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga memerlukan pengasuhan yang berbeda, selain itu sensitivitas ibu berbeda pada satu anak dan anak lainnya (Kemppinnen 2007).

(10)

Pandangan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan, akan mengakibatkan sensitivitas yang berbeda pula karena orang tua cenderung melakukan pengasuhan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan (Sevon 2009).

Karakteristik Budaya

Lingkungan budaya merupakan faktor yang berhubungan dengan kelekatan. Sesuai dengan Teori Model Ekologi menurut Bronfenbrenner diacu dalam Bern (1993), anak dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang mempengaruhi anak terdiri atas lingkungan mikro, meso, ekso dan makro. Sistem yang paling luas adalah lingkungan makro seperti etnik budaya. Menurut Koentjaraningrat (1979) diacu dalam Wahyuni (2002), kebudayaan adalah sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan cara mempelajarinya.

Kebudayaan yang berada di Kampung Adat Urug yang merupakan sisa peradaban masa silam yang masih mempertahankan nilai – nilai ketradisiannya sampai saat ini. Kampung Adat Urug ini merupakan kampung adat yang masih memegang kuat budaya pada setiap aspek kehidupannya. Kebudayaan yang ditanamkan pada individu melalui proses interaksi antara orang tua dan anaknya kemudian akan membentuk pengasuhan yang khas (Hakim 2010).

Menurut Froelich et al. (2008), terdapat perbedaan yang signifikan dalam sensitivitas ibu pada berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Davies (1999) menuturkan bahwa norma budaya diperoleh dari proses sosialisasi melalui pengasuhan yang sensitif. Anak mengidentifikasikan nilai-nilai budaya pada orang tua dan pengasuh utamanya melalui verbal maupun nonverbal.

Riwayat Perkembangan Anak

Berdasarkan penelitian Kemppinnen (2007) menunjukkan bahwa ibu yang memiliki sensitivitas yang rendah memiliki depretion symptoms setelah kehamilan dan kelahiran. Ibu yang mengalami depresi setelah kelahiran akan menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya responsif dan pengendalian disiplin perilaku ibu ketika berinteraksi dengan anak. Ibu yang memiliki interaksi yang intim selama kehamilan maka akan membentuk sikap sensitif ibu pada periode selanjutnya.

(11)

Menurut (Gribble 2006), pemberian ASI juga akan meningkatkan sensitivitas ibu hal ini dikarenakan psikologi dan perilaku ibu dipengaruhi oleh meningkatnya hormone oxytocin, prolactin dan cholecystokinin selama menyusui. Menyusui juga berkaitan dengan sistem syaraf pusat yang dapat mempengaruhi psikologi dan perilaku ibu menjadi lebih positif. Ibu yang menyusui dapat menurunkan tekanan darah, mengatur emosi dan mengurangi stres, dan lebih tenang dibanding dengan ibu yang tidak menyusui. Ibu yang tidak stress dapat meningkatkan interaksi sosial kepada anak, lebih sensitif dan responsif dibanding dengan ibu yang tidak menyusui.

Faktor yang Berhubungan dengan Kelekatan

Menurut Santrock (1997), faktor utama yang berhubungan kelekatan emosi yaitu sensitivitas ibu dan riwayat perkembangan anak. Berikut merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kelekatan emosi antara ibu dan anak.

Sensitivitas Ibu

Sensitivitas ibu merupakan faktor yang paling mempengaruhi kelekatan antara ibu dan anak. Ainsworth (1978) diacu dalam Santrock (1997) mengemukakan bahwa kelekatan yang aman dipengaruhi oleh sensitivitas seorang pengasuh dalam hal ini ibu terhadap sinyal yang diberikan anak. Menurut Kuczynski (2004) diacu dalam Hastuti (2008), menciptakan keterikatan yang aman antara anak dan ibu dapat dilakukan dengan memberikan respon atau memebuhi kebutuhan anak, memberikan kenyamanan, perhatian dan komunikasi.

Anak dengan kelekatan yang aman memiliki ibu yang lebih peka, menerima, dan ekspresif dengan penuh kasih sayang, sedangkan anak dengan kelekatan yang tidak aman memiliki ibu yang tidak sensitif, jarang melakukan kontak fisik, berinteraksi dengan kemarahan, dan menolak anak. Pengasuh yang tidak menyenangkan akan membuat anak tidak percaya dan mengembangkan kelekatan yang tidak aman (Santrock 2009). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mills (2007) dan Ijzendoorn et al. (2004) bahwa ibu yang sensitif akan membentuk kelekatan yang aman sedangkan ibu yang tidak sensitif memiliki anak dengan kelekatan yang tidak aman.

(12)

Menurut Damon (1998), dari berbagai penelitian terdapat hubungan antara sensitivitas ibu dan kelekatan dipengaruhi oleh konteks yang terjadi ketika pengamatan. Sensitivitas ibu ketika anak mengalami tekanan atau ketakutan akan lebih meningkatkan kelekatan yang aman dibandingkan pada keadaan anak saat kurang tertekan seperti ketika makan atau bermain.

Riwayat Perkembangan Anak

Riwayat perkembangan anak yang mempengaruhi kelekatan terdiri atas riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan riwayat pemberian ASI. Menurut Kemppinen (2007), kehamilan dan persalinan adalah fase yang penting untuk menyiapkan bayi untuk menyesuaikan diri pada kehidupan pascanatal. Menurut Illingworth (1974), kelahiran yang sulit mempengaruhi perilaku ibu dalam merawat anaknya sehingga meningkatkan ikatan emosi antara ibu kepada anaknya sehingga ibu berusaha memberikan rasa aman bagi anak dan terjalinlah kelekatan yang kuat antara ibu dan anak.

Riwayat pemberian ASI berhubungan dengan pembentukan kelekatan karena melalui pemberian makanan akan terjadi kontak yang nyaman antara ibu dan anak. Menurut Freud, seorang ahli psikoanalisis, bayi akan membentuk kelekatan dengan seseorang ketika bayi merasakan kepuasan oral sejak bayi mendapatkan makanan dari ibu melalui pemberian ASI (Santrock 1997). Gribble (2006) mengungkapkan interaksi antara ibu dan anak selama menyusui dapat berperan secara signifikan dalam perkembangan kelekatan antara ibu dan anak karena dapat memberikan ketenangan, relaksasi, menghilangkan stres dan dampak analgesik ketika anak disusui.

Gambar

Tabel 1. Ciri umum dan ciri khusus kelekatan berdasarkan usia anak  Umur  Ciri Umum  Ciri khusus

Referensi

Dokumen terkait

Korelasi yang lemah antara curah hujan dan ketinggian muka air di stasiun lebung Suak Buayo (stasiun 3) diduga disebabkan Suak Buayo merupakan lebung yang memiliki

Dari 30 % pasien dengan pengetahuan dan perilaku diet kurang, di akibatkan informasi mengenai diet DM kurang begitu jelas serta kejenuhan pasien terhadap makanan

Kun Tuhka5%- ruokavalioon lisättiin sinimailanen, hampaan kiilteeseen syntyi naarmujen osalta eniten ohuita naarmuja ja kuoppien osalta eniten pieniä kuoppia (Kuva 21.),

[r]

Secara kasat mata perempuan dan anak-anak sebagai korban atas jual beli manusia yang pada umumnya adalah untuk tujuan eksploitasi seksual, banyak dari mereka yang dilacurkan untuk

Błoński nie- jako broni się przed tym, co go pociąga; prowadzi rachunek zysków i strat, ale tak naprawdę oczekuje, aż ktoś nim zawładnie; lubi posmakować tego, co zakazane,

[r]

Hasil survei yang besar terhadap jumlah pemelihara anjing di Jakarta membuat penulis ingin meriset untuk mengetahui dari mana responden mendapatkan anjing peliharaannya.. Pet shop