• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anestetika

Anestesi atau disebut dengan keadaan tidak peka terhadap rasa sakit, sangat berguna untuk melakukan suatu tindak pembedahan karena agar hewan tidak menderita dan demi efisiensi kerja, karena hewan menjadi diam sehingga suatu tindak pembedahan dapat dikerjakan dengan lancar dan aman.

Anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu “An” yang berarti tidak dan “Aesthesis” yang berarti rasa atau sensasi. Sehingga anestesia berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi adalah keadaan tanpa rasa tetapi bersifat sementara dan akan kembali kepada keadaan semula, karena hanya merupakan penekanan kepada fungsi atau aktivitas jaringan syaraf baik lokal maupun umum (Sudisma dkk, 2006).

Dalam Anestesiologi dikenal Trias Anestesi “The Triad of Anesthesia” yaitu sedasi (kehilangan kesadaran), Analgesia (mengurangi rasa sakit), dan Relaksasi otot (Kurnia dkk., 2010). Secara umum anestesi berarti kehilangan perasaan atau sensasi.

Tujuan penggunaan anestesi pada dasarnya adalah untuk membuat agar hewan tidak merasakan rasa sakit atau tidak sanggup bergerak. Anelgesia yang memadai (analgesia) adalah sebuah syarat mutlak untuk teknik pembedahan dalam menyelesaikan tujuan dilakukan pembedahan (Sudisma, 2006).

Anestesi terdiri dari :

1. Anestesi terbatas, yaitu yang disebabkan oleh anestetika yang daya pengaruhnya slektif, menyebabkan paralisa sementara pada saraf-saraf sensoris dan ujung-ujung saraf, tergantung cara melakukananestesi ini menurut luas daerah anestesi yang dicapai ada yang disebut lokal dan anestei regional.

2. Anestesi umum, yaitu anetesi yang ditimbulkan oleh anestetika yang mendepres hingga menyebabkan paralisa sementara pada susunan saraf pusat dan

(2)

akan menghasilkan hilangnya kesadaran dan refleks otot disamping hilangnya perasaan sakit seluruh tubuh. Sebelum anestesi umum dilakukan, biasanya diberi preanestesi atau premedikasi, yaitu suatu subtansi yang teridiri dari sedativa atau tranquliser sebagai penenang dan subtansi anti kholinergik yang berguna untuk menekan produksi air liur agar hewan tidak mengalami gangguan bernafas selama pembiusan.

Anestesi umumnya digunakan untuk pereda rasa nyeri dalam dunia kedokteran terutama dalam Ilmu bedah. Anestesi umumnya diklasifikasikan berdasarkan rute penggunaannya, yaitu 1) Topikal misalnya kutaneus atau membran mukosa; 2) Injeksi seperti intravena, subkutan, intramuskular, dan intraperitoneal; 3) Gastrointestial secara oral atau rektal; dan 4) Respirasi atau inhalai melalui saluran nafas (Tranquilli dkk., 2007). Dalam Anestesiologi dikenal trias anestesi “ The Triad of Anesthesia”, yaitu Sedasi (kehilangan kesadaran), Analgesia (mengurangi rasa sakit), dan Relaksasi otot (Latief dkk., 2002). Anestesi yang baik adalah Anestesi yang dapat memenuhi 3 kriteria tersebut. 2.1.1 Sedasi

Mengukur pupil dan respon terhadap cahaya. Apabila cahaya terang dipantulka pada pupil hewan yang normal, pupil akan merespon dengan konstriksi sehingga diameternya akan lebih kecil dari normal. Apabila hewan ditempatnya pada daerah yang gelap, pupil akan terdilatasi sehingga diameternya akan lebih besar. Apabila pupil kiri dipantulka cahaya secara langsung, akan terjadi konstruksi, begitu juga sebaliknya. Terjadinya respon sedasi pada hewan ditandai dengan hilangnya respon palpebral dan hilangnya respon pupil (Sudisma dkk, 2006).

2.1.2 Relaksasi

Reflek adalah tanda yang paling awal digunakan untuk menentukan kedalaman anestesi umum. Dikombinasikan dengan tanda-tanda vital yang lainnya dapat digunakan untuk menentukan hewan dalam keadaan sehat atau aman selama periode anestesi. Salah satu syarat anestesi umum adalah terjadinya relaksasi, yaitu suatu keadaan berkurang atau hilangnya ketegangan otot (Sudisma dkk, 2006). Pasien yang sudah terkena anestesi umum, biasanya akan tertidur

(3)

dengan otot yang berelaksasi (Rani, dkk 2015). Terjadinya respon relaksasi pada hewan ditandai dengan lemasnya rahang bawah (Sudisma dkk, 2006).

2.1.3 Analgesia

Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah hilangnya koordinasi anggota gerak, hilangnya rasa sakit atau respon syaraf perasa. Salah satu syarat Anestesi umum adalah terjadinya nalgesia, yaitu suatu keadaan hilangnya sensibillitas terhadap rasa nyeri. Terjadinya analgesia pada hewan ditandai dengan hilangnya respon nyeri apabila dilakukan ransangan cubit (Sudisma dkk, 2006).

Pengaruh obat anestesi menimbulkan efek trias anestesi, pasien akan mengalami keadaan tidak sadar, reflek-reflek proteksi menghilag akibat mati rasa dan kelumpuhan otot rangka termasuk otot perafasan. Di samping pengaruh trias anestesi tersebut pasien juga menderita manipulasi bedah, mulai dari derajat ringaan sampai berat. Sehigga pada keadaan demikia pasien sangat memerlukan tindakan bantuan kehidupan selama prosedur anestesi/diagnostik (Mangku dkk., 2010; Rani dkk., 2012).

Semua pasien yang dianestesi harus diawasi dan dipantau dengan memperhatikan reflex, denyut jantung, respirasi dan suhu tubuh. Tingkat kesadaran, reaksi atau respon terhadap rangsangan rasa sakit, respon menelan, reflek palpebral, pedal, dan corneal digunakan sebagai parameter yang harus dipantau selama periode induksi. Reflex corneal, ketegangan otot rahang, ukuran pupil, posisi bola mata dan respon terhadap rasa sakit harus dipantau selama periode pemeliharaan, tetapi perubahan cordiopulmonary adalah indikator yang lebih penting dipantau pada masing-masing plane anestesia. Frekuensi nafas dan jantung, karakter pulsus dan pernafasan harus diawasi selama seluruh anestesia (Sudisma dkk, 2006).

Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah hilangnya koordinasi anggota gerak, hilangnya respon syaraf perasa dan pendengaran, hilangnya tonus otot, terdepresnya medulla oblongata sebagai pusat respirasi dan vosomotor, bila terjadi overdosis hewan akan mati.

Stadium anestesi umum sangat perlu dipahami bagi operator dalam menjalankan operasi, karena dengan memonitor tahapan stadium operasi akan

(4)

berjalan lancar dan aman. Namun tidak semua anestesi umum dapat menunjukkan tahapan stadium ini, hanya anestesi inhalasi menggunakan eter akan lebih nyata teramati pada stadium anestesi ini (Sudisma dkk, 2006).

Proses kerja anestesi umum melewati beberapa stadium yaitu : 1. Staduim I (Stadium Analgesia/eksitasi bebas/stadium induksi) 2. Stadium II (Stadium eksitasi tidak bebas/stadium induksi)

3. Stadium III (Stadium operasi), terjadi dari 3 tingkat/plae : plane (dengkal), pale 2 (medium), dan plane 3 (dalam)

4. Stadium IV (Stadium over dosis) 2.2 Daun Kecubung

Menurut Tjitrosoepomo (1994), kecubung berasal dari Asia dan Afrika, dan tersebar luas sampai ke Amerika. Kecubung ini tumbuh di daratan rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Kecubung diketahui berasal dari alam populasi liar ( Maheshwarim Nee raj o, dkk. 2013). Kecubung tumbuh di tempat-tempat terbuka, dengan tanah yang terdapat pasir dan tidak lembab dengan iklim yang kering.Dhatura metel dapat ditemukan Asia Timur atau India, dan digunakan tradisional Bangladesh herbal untuk kedokteran (Wang dkk., 2008).

Dhatura metel dapat tumbuh pada semua jenis tanahtapi lebih suka tanah yang kaya alkali tapi hampir tidak bertahan di bawah naungan.Dhatura metel lebih menyukai suhu yang hangat dan banyak tumbuh di daerah hangat di belahandunia (Drake dkk., 1996). Dhatura metel mungkin dariAsal Amerika dan banyak dibudidayakan di semuadaerah tropis dan subtropis untuk yang indahbunga (Glotter dkk., 1973). Dhatura metel juga bisa ditemukan di Asia Timur atau India, dan digunakan dalamjamu tradisional Bangladesh. Di Pengobatan Tradisional Cina, bunga-bunga Dhatura metel dikenal sebagai baimantuoluo dan digunakan untuk peradangan kulit dan Psoriasis (Wang dkk., 2008).

Dhatura metel L., dengan nama bengali lokal"Dhutura", adalah semak tegak dengan menyebarkan cabang. Sebuah tumbuhan perdu tahunan, termasuk keluarga Solanaceae dapat mencapai ketinggian 1.5 m. Bentuk daun sederhana,

(5)

alternatif, hijau tua, luas bulat telur. Bunga besar, soliter, dan berbentuk terompet dengan aroma manis biasanya pada pagi hari dan malam hari, dengan berbagai warna, mulai dari putih kekuningan terang sampai ke gelap ungu. Bunganya hermaprodit dan diserbuki oleh serangga. Buah ini dalam bentuk kapsul tertutup dengan duri pendek.

Menurut Tjitrosoepomo (1994) dalam Palopo (2006), kedudukan taksonomi tanaman kecubung adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub kelas : Sympetalae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Dhatura

Spesies : Dhatura metel L.

Dhatura metelL., dengan nama lokal “Dhutura”, adalah suatu semak belukar lurus dengan penyebaran cabang.Suatu tumbuhan hijau Herbaceous famili Solanaceae. Kecubung termasuk jenis tumbuhan yang mempunyai pokok batang kayu yang tebal, bercabang banyak, tumbuh dengan tinggi kurang dari 2 meter.

Daun kecubung berwarna hijau berbentuk bulat telur, tunggal, tipis, dan pada bagian tepinya berlekuk-lekuk tajam dan letaknya berhadapan. Ujung dan pangkal daun meruncing dan pertulangannya menyirip (Tampubolon, 1995). Bunga tunggal menyerupai terompet dan berwarna putih atau lembayung, panjang bunga tunggal menyerupai terompet dan berwarna putih dan ungu atau lembayung panjang bunga lebih kurang 12-18 cm, bunga bergerigi 5-6 dan pendek sekitar 3-5 cm. Tangkai bunga sekitar 1-3 cm, kelopak bunga bertajuk 5 dengan tajuk runcing. Mempunyai bentuk tabung mahkota berbentuk corong, rusuk kuat, dan tepian bertajuk 5. Benang sari tertancap pada ujung dari tabung mahkota dan sebagai bingkai berambut mengecil ke bawah. Bunga mekar di malam hari, dan

(6)

membuka menjelang matahari tenggelam dan menutup pada sore berikutnya (Palopo, 2009).

Gambar 2.1 Tanaman kecubung dengan bunga berwarna putih dan ungu (Palopo, 2009). Keterangan: 1. pokok batang 2. kelopak bunga 3. kuncup bunga 4. mahkota bunga 5. daun

Berbagai kandungan dari kecubung, kandungan tersebut meliputi alkaloida, flavonoid, zat asam karbol, samak, saponin dan sterols. Solanaceous alkaloida hiostiamin dan skopolamin terbukti dapat diisoasi dari kecubung (Chopra dkk., 1986, Oliver-Bever, 1986). Kandungan alkaloida berbeda setiap bagian dari tanaman kecubung (Adekomi dkk., 2010).Kandungan dari tanaman kecubung sendiri yaitu atropin, hiostiamin, dan skopolamin. Atropin bekerja pada sistem saraf perifer, senyawa ini mempunyai kerja merangsang dan menghambat sistem saraf pusat. Gejala keracunan yang ditimbulkan pada pemakaian atropin adalah mulut kering, kesulitan buang air, sakit mata dan sensitif pada cahaya (Anggara, 2003). Menurut Wijayakusuma (1992), alkaloid atropin merupakan zat

(7)

yang dapat menimbulkan efek bius bila masuk ke dalam darah melalui saluran pernafasan. Dalam ekstrak, atropin tetap dalam bentuk padat.

Skopolamin (hyoscin) merupakan ∫- hiosiamin yang terepoksida (atom O membentuk segitiga dengan atom C) pada tropanol (Sastrapradja, 1978). Secara farmakologi kegunaan skopolamin berbeda dengan atropin, bahwa senyawa inihanya bekerja menekan sistem saraf pusat.Efek perifer skopolamin dan atropin secara kualitatif memang sama tetapidilihat dari segi kuantitatif terdapat perbedaan yang cukup besar, yaitu efek menghambat sekresi dari skopolamin lebih kuat sedangkan efek menaikkan frekuensi jantung lebih lemah dari pada atropin (Mustchler, 1991). Menurut Anggara (2003), skopolamin sering digunakan sebagai obat mabuk laut, selain itu dapat berfungsi sebagai Analgesik (tahan sakit) danSaporific (mengantuk).

Senyawa alkaloid ini banyak terkandung dalam tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun – daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selaindaun– daunan senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji ranting, dan kulit kayu. Seperti tanaman kecubung yang mengandung alkaloid pada akar, daun, buah, biji dan bunganya (Dalimartha, 1999).Menurut Ariens (1996) rancangan kimia langsung yang terjadi pada jaringan disebabkan oleh adanya zat yang mudah bereaksi dengan berbagai jaringan. Zat tersebut akan bereaksi langsung pada tempat jaringan pertama yang dilewati, salah satu jaringan tersebut adalah jaringan epitel. Pemberian zat kimia yang reaktif secara oral dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan maupun organ. Kerusakan oleh bahan kimia secara langsung sering disertai dengan rangsangan lokal, pengikisan atau nekrosis tergantung pada kualitas dari zat kimia (Sugiarso, 1986).

Daun kecubung dapat digunakan untuk analgesik, anodyne, antiasma, antipasmodic, anti-tussive, bronchodilator, dan halusinogen (Duke dan Ayensu 1985; Ali dan Shuab, 1996; Dabur dkk., 2004; Okwu dkk., 2006). Menurut Sastrapraja (1978) Alkaloid dalam tumbuhan kecubung yang terkandung dalam daun berkisar antara 0,2-0,3%. Kandungan alkaloid kecubung bervariasi

(8)

tergantung organnya, pada daun muda kandugan Alkaloid 0,813%, daun tua 0,038% (Hyene, 1987).

Alkaloid tersendiri adalah senyawa basa yang mengandung satu atau dua lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik yang bentuknya bervariasi (Hyene, 1987). Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dengan bahaya yang mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam pengobatan (Salisbury dan ross, 1995). 2.3 Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Tikus putih merupakan spesies yang paling sering ditemukan di daerah perkotaan. Hewan ini banyak digunakan sebagai hewan percobaan (Khon dan Barthold, 1987). Dalam penelitian, hewan-hewan percobaan yang paling banyak digunakan dalam uji farmakologi diantaranya adalah mencit (Mus musculus), tikus (Rattus rattus), dan kelici (Lepus sp) (Ngatijan, 1990).Pemilihan hewan uji didasarkan pada kenyataan bahwa penelitian menggunakan hewan uji tersebut sudah lama dilakukan sehingga data atau informasi yang diperlukan mudah diperoleh dan hewan uji juga mudah didapat (Ngatijan, 1990). Pemilihan uji menurut Ngatijan (1990) didasarkan atas kedekatan ciri atau sifat tertentu dengan sistem metabolisme manusia, di antaranya :

a. Mekanisme proses absorbsi, metabolisme, dan eliminasi obat yang mirip dengan mekanisme yang terjadi pada manusia.

b. Transmisi obat dan metabolitnya melalui plasenta.

c. Tahap perkembangan embrio maupun fetus mirip dengan manusia (Palopo, 2009).

Dalam pemeliharaan sistem perkandangan tikus putih sangat sederhana, cukup dikandangkan pada kandang yang kuat dan guna menjaga kesehatan tikus, maka sekam yang digunakan harus diganti selama 3 hari sekali dan untuk pakan tikuspun mudah untuk didapat (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus dipilih sebagai hewan coba karena tikus putih merupakan hewan yang mudah dipegang dan ukuran yang lebih besar daripada mencit membuat tikus lebih disukai umtuk penelitian. Ada 2 karakteristik dari tikus yang membedakannya dengan hewan percobaan lainnya yaitu tikus dapat muntah dan

(9)

dapat menelan kembali makanan karena bentuk anatomi yang tidak biasa dimana esopagus dari tikus bergabung dengan perut, dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Rogers, 1979).

Pemilihan tikus jenis jantan dikarenakan secara hormonal lebih stabil. Berkaitan dengan kegunaan kolesterol sebagai pembentuk hormon seks (yang sangat penting bagi perkembangan dan fungsi organ seksual), tikus jantan dewasa lebih tepat digunakan sebagai hewan percobaan untuk penelitian ilmiah yang berkaitan denga sistem metabolisme (Palopo, 2009).

2.4 Kerangka Konsep

Tanaman herbal mempuyai keuntungan tersediri yaitu toksisitasnya rendah, mudah diperoleh, murah dan mempunyai efek samping yang rendah (Suparman, 2011). Namun perlu diketahui bahwa kebanyakan obat herbal bersifat toksik bila digunakan dalam jumlah yang besar. Secara toksikologi bahan yang berbahaya adalah bahan (baik alami atau sintesis, organik atau anorganik) yang karena komposisi, dosis dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh hewan.

Menurut Anggara (2003) kandungan dari tanaman kecubung sendiri yaitu atropin, hiostiamin, dan skopolamin. Atropin bekerja pada sistem saraf perifer, senyawa ini mempunyai kerja merangsang dan menghambat sistem saraf pusat. Alkaloid atropin merupakan zat yang dapat menimbulkan efek bius. Sedangkan skopolamin sering digunakan sebagai obat mabuk laut, selain itu dapat berfungsi sebagai analgesia (tahan sakit) dan saporific (mengantuk). Daun dan biji secara luas digunakan sebagai anestesi, antispasmodic, antitusif, bronkodilator dan sebagai halusinogenic ( Adipati dan Ayensu, 1985).Pada penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2008) membuktikan pemakaian ekstrak daun kecubung dapat membius ikan koi saat proses pengangkutan.Atropin, hiosiamin, dan skopolamin yang terkandung dalam kecubung bersifat antikholinergik.Skopolamin punya aktivitas depresen pada susunan saraf pusat dan digunakan sebagai obat mabuk perjalanan.

Untuk mengetahui efek analgesia, sedasi, dan relaksasi ekstrak daun kecubung yang diberikan secara injeksi intra peritoneal pada tikus putih, maka

(10)

faktor di luar dosis akan dikendalikan seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan pakan (Suparman, 2011). Di bawah ini merupakan diagram kerangka konsep yang akan dilakukan dalam penelitian ini :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian 2.5 Hipotesis

Pemberian ekstrak daun kecubung (Dhatura metel L.)mempunyai efek analgesia, sedasi, dan relaksasi yang diberikan secara injeksi intra peritoneal pada tikus.

Gambar

Gambar 2.1 Tanaman kecubung dengan bunga berwarna putih dan ungu (Palopo,  2009).  Keterangan:   1
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian  2.5  Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

1) Kekuatan otot, yaitu kemampuan untuk memindahkan bagian tubuh dengan cepat bersamaan dengan melakukan kerja otot secara maksimal. 2) Daya tahan otot, yaitu kemampuan

Aksi otot pada satu sisi akan menghasilkan fleksi kepala dan lateral fleksi leher, juga menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan.. Otot ini mudah dipalpasi pada sisi

Grading skala refleks dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan pasien yang akan diberikan stimulus tegangan yaitu pada pasien arefleksia (tidak ada kontraksi otot dan

Massage adalah suatu teknik manipulasi pada jaringan lunak tubuh yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi darah, relaksasi otot, mengurangi nyeri, meregangkan

Menurut Anggoro (2015) , kekuatan otot adalah kemampuan untuk menghasilkan tegangan dan resultan gaya berdasarkan permintaan didalam otot. Jika kekuatan otot berkurang,

Body Image negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk tubuh individu, perasaan yang bertentangan dengan kondisi.. tubuh individu sebenarnya, individu merasa

Penyebab yang paling umum atau secara luas LBP/ nyeri punggung yaitu terjadinya peregangan pada otot atau posisi tubuh pada saat bekerja yang tidak benar, kebiasaan para pekerja

perut, otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan yang berperan dalam mekanisme persalinan, melenturkan persendian yang berhubungan dengan proses persalinan, membentuk sikap