• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN PERSALINAN (PARTUS) 1. Persiapan perlindungan diri : celemek plastik sepatu boot masker Handuk bersih kacamata penutup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN PERSALINAN (PARTUS) 1. Persiapan perlindungan diri : celemek plastik sepatu boot masker Handuk bersih kacamata penutup"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN PERSALINAN (PARTUS) 1. Persiapan perlindungan diri :

· celemek plastik · sepatu boot · masker · Handuk bersih · kacamata · penutup kepala

· mencuci tangan 7 langkah 2. Persiapan Ibu dan Bayi

· 1 buah handuk · Alas bokong

· Selimut untuk mengganti · Softes dan celana dalam · Pakaian ibu

· Kain/sarung yang bersih dan kering (±5 buah) · Pakaian bayi

· 2 buah washlap

3. Peralatan steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang berpenutup) : · 2 klem Kelly/ klem kocher

· Gunting tali pusat

· Benang tali pusat / klem plastik · Kateter nelaton

· Gunting episiotomi · Klem 1⁄2 kocher · 2 pasang sarung tangan · Kasa atau kain kecil 5 bh

· Gulungan kapas basah (1 kom kapas kapas DTT, 1 kom alat DTT) · Tabung suntik 2,5 atau 3 ml

· Penghisap lendir De Lee

· 4 kain bersih (bisa disiapkan oleh keluarga ) 4. Heacting set (penjahitan episiotomi)

· Tabung suntik 10 ml beserta jarum suntik · 1 Pinset anatomi dan 1 pinset sirurgi · Pegangan jarum / nald pooder

· 2-3 jarum jahit tajam/ nald (kulit dan otot) · Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0 · 1 pasang sarung tangan DTT atau steril 5. Peralatan tidak steril

(2)

· Stetoskop · Tensimeter

· Pita pengukur / meteran · Pinnards, fetoskop atau dopler · Bengkok

· Piring plasenta · Timbangan bayi · Pengukur panjang bayi · Gunting ferband

· Sarung tangan rumah tangga · Wadah untuk larutan klorin 0,5 % · Wadah untuk air DTT

· Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah) 6. Obat-Obat dan bahan habis pakai

· Oksitosin (simpan di lemari pendingin dengan suhu 2-8 ℃) · Lidokain 1%

· Cairan infus R/L,Nacl, dan Dext 5% · Selang infus

· Kanula IV no 16-18G · Metal ergometrin maleat · MgSO4 40% (25 gr)

· Amoxicillin / ampisilin tab 500 gr atau IV 2 gr · Vitamin K

· salep mata tetrasilklin 1 % 7. Peralatan resusitasi

· Meja yang bersih, datar dan keras · 1 buah kain untuk mengalas meja

· 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi · 1 buah kain di gelar di atas perut ibu · Lampu sorot 60 watt

· Alat penghisap lendir (bola-bola karet/ de lee) · Balon dengan sungkupnya

· Jam dinding

8. Formulir yang disiapkan

· Formulir informed consent · Formulir partograf

· Formulir persalinan / nifas dan KB · Formulir rujukan

· Formulir surat kelahiran · Formulir permintaan darah · Formulir kematian

(3)

7. Bahan-bahan yang bisa disiapkan oleh keluarga · Makanan dan minuman untuk ibu

· Beberapa sarung bersih (3-5) · Beberapa kain bersih (3-5) · Beberapa celana dalam bersih · Pembalut wanita, handuk, sabun · Pakaian ibu dan bayi

· Washlap 2 buah

· Kantong plastik untuk plasenta Definisi Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, d a l a m h a l i n i a d a l a h m i k r o o r g a n i s m e ( p r o t o z o a , f u n g i , b a k t e r i , m y c o p l a s m a , virus) yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent a t a u p r o s e s f i s i k d e n g a n t u j u a n u n t u k m e m b u n u h a t a u m e n g h i l a n g k a n mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipemikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membranmikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi,2006).

Tujuan

1. Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai 2. Mencegah peralatan cepat rusak

3. Mencegah terjadunya infeksi silang 4. Menjamin kebersihan alat

5. Menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien. Cara Sterilisasi

Cara sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1.Terminal Sterlization (sterilisasi akhir). Menurut PDA Technical Monograph dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Overkill Method

, y a i t u m e t o d e s t e r i l i s a s i m e n g g u n a k a n p e m a n a s a n d e n g a n u a p p a n a s p a d a s u h u 1 2 1 C s e l a m a 1 5 m e n i t . Penggunaan metode ini biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan metode ini adalah karenalebih efisien, cepat, dan aman.

b. Bioburden Sterilitation

, merupakan suatu metode sterilisasi yang dilakukan dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum m e n j a l a n i p r o s e s s t e r i l i s a s i l a n j u t a n d e n g a n t i n g k a t s t e r i l i t a s y a n g dipersyaratkan SAL 10-6. Dalam metode ini digunakan suatu zat yangdapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yangsangat tinggi. Sebagai contoh adalah penggunaan Dextrose yang bila dipanaskan dapat menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang merupakan suatu senyawa hepatotoksik.

2 . A s e p t i c P r o c e s s i n g

(4)

m e n g g u n a k a n s a r i n g a n d e n g a n f i l t e r k h u s u s u n t u k b a h a n o b a t s t e r i l a t a u b a h a n b a k u steril yang diformulasi dan dimasukkan kedalam kontainer steril dalamlingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telahterkontrol sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada levelyang dapat diterima dalam clear zone.

Pelaksanaan

(1)Sterilisasi dengan cara rebus

Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Misalnya peralatan dari logam, kaca dan karet. (2)Sterilisasi dengan cara stoom

Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan waktu, suhu dan tekanan tertentu. Misalnya alat tenun, obat-obatan dan lain-lain.

(3)Sterilisasi dengan cara panas kering

Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi. Misalnya peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat tertentu.

(4)Sterilisasi dengan cara menggunakan bahan kimia

Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas. Misalnya sarung tangan, kateter, dan lain-lain.

(5) Sterilisasi dengan radiasi

Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat digunakan untuk mensterilkan jaringan yang telah diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang dikeringkan secara liofilisasi, sterilisasi radiasi dilakukan pada temperatur kamar (proses dingin) dan tidak mengubah struktur jaringan, tidak meninggalkan residu dan sangat efektif untuk membunuh mikroba dan virus sampai batas tertentu. Sterilisasi jaringan beku dilakukan pada suhu -40 derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk diaplikasikan pada jaringan biologi.

(6) Sterilisasi dengan penyaringan

Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.

(7) Sterilisasi gas

Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan serbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan dibunuh. Sterilisasi gas biasanya digunakan untuk bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas dan tidak tahan radiasi atau cahaya.

Beberapa proses sterilisasi

Cara sterilisasi tabung reaksi dan gelas ukur:

(5)

2. Bungkusan kapas dimasukkan ke mulut tabung reaksi dan labu ukur

3. Kemudian permukaannya ditutup dengan alumunium foil dan diikat menggunakan benang kasur agar tidak lepas

4. Selanjutnya tabung reaksi dimasukkan ke dalam autoclave Cara sterilisasi gelas kimia dan labu takar :

1. Permukaan gelas kimia dan labu takar ditutup dengan alumunium foil 2. Selanjutnya gelas kimia dan labu takar dimasukkan ke dalam autoclave Cara Sterilisasi cawan petri :

1. Seluruh permukaan cawan petri dibungkus dengan kertas HVS 2. Kemudian dimasukkan kedalam autoclave

Cara Sterilisasi pipet volume :

1. Kapas dibungkus kain kasa dan diikat menggunakan benang kasur 2. Bungkusan kapas dimasukkan kedalam mulut pipet volume 3. Ujung mulut ditutup menggunakan alumuniun foil

4. Kemudian pipet volume dibungkus dengan kertas HVS secara menyeluruh 5. Masukkan kedalam autoclave

Perhatian :

(1)Sterilisator harus dalam keadaan siap pakai. (2)Peralatan harus bersih dan masigh berfungsi.

(3)Peralat yang dibungkus harus diberi label yang dengan jelas mencantumkan : nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan.

(4)Menyusun peralatan didalam sterilisator harus sedemikian rupa, sehingga seluruh bagian dapat disterilkan.

(5)Waktu yang diperlukan untuk mensterilkan setiap jenis peralatan harus tepat (dihitung sejak peralatan disterilkan).

(6)Dilarang memasukkan atau menambahkan peralatan lain kedalam sterilisator, sebelum waktu untuk mensterilkan selesai.

(7)Memindahkan peralatan yang sudah steril ketempatnya harus dengan korentang steril. (8)Untuk mendinginkan peralatan steril dilarang membuka bungkus maupun tutupnya. (9)Bila peralatan yang baru disterilkan terbuka, peralatan tersebut harus disterilkan kembali.

Asupan Makanan Untuk Bumil 1. Bangun tidur: minumlah 1 gelas air 2. Pagi : waktu: jam 7-8

Menu :

(6)

- telur 1

- goreng tempe 1 iris

- tumis sayur 1 mangkok kecil

- boleh kerupuk tapi jangan yang berwarna - minum air putih 1 gelas

- 1 pisang Jam : 10.00 Menu : snack

contoh: 1 potong kue lapis/ 1 potong brownies, minum air putih 1 gelas

3. Siang : waktu: 12.00-13.00 Menu :

- nasi putih 1 gelas - tahu 1

- ikan mas 1 / sesuai selera - sayur asem 1 mangkok kecil

- minum air putih 1 gelas/ air teh 1 gelas - 1 jeruk

Jam : 16.00

Snack : bubur kacang ijo 1 mangkok kecil, minum air putih 1 gelas

4. Malam : waktu: 19.00 Menu :

- nasi putih 1 gelas - goreng tempe 1 iris

- sayur sop 1 mangkok kecil - goreng emping 6 biji - ayam goreng

- minum 1 gelas air putih - 1 apel

5. Sebelum tidur minum 1 gelas susu untuk ibu hamil.

*semua sayur, lauk pauk, dan buah-buahan bersifat opsional (pilihan sesuai selera)

Sumber: http://ibuhamil.com/diskusi-umum/28608-asupan-makanan-untuk-bumil.html#ixzz2leV5kXqW

DTT dan Sterilisasi (Proses Peralatan Bekas Pakai)

Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif dalam situasi tersebut: DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali merupakan metode DTT yang paling sederhana dan efisien.

(7)

Agar proses DTTatau sterilisasi menjadi efektif, terlebih dulu lakukan dekontaminasi dan cuci bilas peralatan secara seksama sebelum melakukan proses tersebut”

DTT dengan Cara Merebus

• Gunakan panci dengan penutup yang rapat • Ganti air setiap kali mendesinfeksi peralatan

• Rendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air • Mulai panaskan air

• Mulai hitung waktu saat air mendidih

• Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah penghitungan waktu dimulai

o. Rebus selama 20 menit

o. Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus

o Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum

digunakan

Disinfeksi Tingkat Tinggi Sarung Tangan dengan Menggunakan Uap Air

Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap untuk DTT menggunakan uap panas (jangan ditaburi dengan bubuk talk)

• Gunakan panci perebus dengan tiga susun nampan kukus

• Gulung bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai sarung tangan dapat dipakaikan tanpa membuat terkontaminasi baru

• Letakkan sarung tangan pada nampan pengukus yang berlubang di bawahnya. Agar mudah dikeluarkan dari bagian atas nampan pengukus, letakkan 5-15 pasang sarung tangan dengan bagian jarinya mengarah ke tengah nampan. Agar proses DTT berjalan efektif, harap perhatikan jumlah maksimal sarung tangan dalam satu nampan (tergantung dari diameter nampan)

• Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor

• Letakkan penutup di atas nampan pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan ini merupakan pemborosan bahan bakar

• Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah perhitungan waktu. Catat pengukusan sarung tangan dalam buku khusus

• Kukus sarung tangan selama 20 menit, buka tutup panci dan letakkan dalam posisi terbalik

• Angkat nampan pengukus paling atas yang berisi sarung tangan dan goyangkan perlahan-lahan agar air yang tersisa pada sarung tangan dapat menetes keluar

• Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah kompor • Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya agar sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi (tuang air perebus ke

(8)

dalam wadah DTT)

"Ingat:Jangan menempatkan nampan pengukus berlubang yang berisi sarung tangan di atas meja atau tempat lain karena sarung tangan dapat terkontaminasi oleh cemaran dari luar melalui lubang bawah nampan”

• Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan sampai kering di dalam nampan selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan)

• Jika sarung tangan tidak akan dipakai segera, setelah kering gunakan penjepit atas pinset disinfeksi tingkat tinggi untuk memindahkan sarung tangan. Letakkan sarung tangan tersebut dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi lalu tutup rapat (sarung tangan bisa disimpan di dalam panci pengukus yang berpenutup rapat).

Sarung tangan tersebut bisa disimpan sampai satu minggu. DTTKimiawi

Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan glutaraldehid (Cidex®). Alkohol, iodine dan indofor tidak digolongkan sebagai disinfektan tingkat tinggi. Alkohol tidak membunuh virus dan spesies pseudomonas bisa tumbuh dalam larutan iodine. Larutan-larutan tersebut hanya boleh digunakan sebagai disinfektan jika disinfektan yang dianjurkan tidak tersedia. Lysol®, Karbol® dan Densol® (asam karbolik 5% atau fenol 1-2%) digolongkan sebagai disinfektan tingkat rendah dan tidak dapat digunakan untuk dekontaminasi atau proses DTT. Tablet formalin hanya efektif dalam suhi tinggi dan dalam bentuk gas jenuh, Penggunaan tablet formalin sangat tidak dianjurkan. Meletakkan tablet bersama sarung tangan, bahan-bahan atau perlengkapan dalam botol kaca yang tertutup tidak akan bekerja secara efektif. Formaldehid (formalin) merupakan bahan karsinogenik sehingga tidak boleh lagi digunakan sebagai disinfektan.

Larutan disinfektan tingkat tinggi yang selalu tersedia dan tidak mahal adalah klorin. Karena larutan klorin bersifat korosif dan proses DTT memerlukan perendaman selama 20 menit makan peralatan yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera dibilas dengan air matang. Lihat gambar rumus yang digunakan dalam membuat larutan.

Langkah-langkah kunci pada disinfeksi tingkat tinggi secara kimiatermasuk:

• Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi dan cuci bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan

“Ingat:

Jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat mengurangi daya kerja atau efektifitasnya”

• Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia • ‘Rendam peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia • Rendam peralatan selama 20 menit

• Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus

• Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup

(9)

disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat. DTT kateter secara kimiawi:

• Persiapkan larutan klorin 0,5% (lihat gambar rumus)

• Pakai sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah tangga pada kedua tangan • Letakkan kateter yang sudah dicuci dan dikeringkan dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas bagian dalam kateter dengan menggunakan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan

• Biarkan kateter terendam selama 20 menit

• Gunakan tabung suntik steril atau DTT untuk membilas kateter dengan air DTT • Kateter dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan setelah ini dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah DTT yang bersih

“Ingat:

Selalu ikuti prinsip-prinsip pemrosesan peralatan yang benar. Sebelum menggunakan kembali benda atas peralatan yang terkontaminasi, lakukan:

Dekontaminasi

Cuci, bilas dan keringkan jika perlu Sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi

Gunakan segera atau simpan dalam wadah yang sesuai” Sumber referensi:

Buku Acuan Palatihan Klinik, Asuhan Persalinan Normal; Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir; JNPK-KR, Departemen Kesehatan RI, 2008

Sampah Medis dan Pengelolaannya

Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung , masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis.

Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah ayng dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik

a. Limbah Benda Tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif

b. Limbah Infeksius

Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

(10)

mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ). c. Limbah Jaringan Tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.

d. Limbah Jaringan Tubuh

Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.

e. Limbah Citotoksik

Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc

f. Limbah Farmasi

Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.

g. Limbah Kimia

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik

h. Limbah Radio Aktif

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.

i. Limbah Plastik

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

(11)

Perawatan Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker , bungkus/botol obat, dlsb Bedah Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker , bungkus/botol obat , pisau bedah, jaringan tubuh, kantong darah Laboratorium Alat suntik , pot sputum, pot urine/faeces, reagent, chemicals, kaca slide Poliklinik Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker ,

bungkus/botol obat, dlsb

Farmasi Dos, botol obat plastik/kaca, bungkus plastik, kertas, obat kedaluarsa, sisa obat. Radiologi Cartrige film, film, sarung tangan , kertas, plastik .

IGD Alat suntik , tabung infus , kasa, kateter, sarung tangan, masker , bungkus/botol obat, dlsb Dapur Sisa bahan makanan (sayur, daging, tulang, bulu,dlsb), sisa

makanan, kertas, plastik bungkus

Laundry Kantong plastik

Kantor Sisa bahan makanan (sayur, daging, tulang, bulu,dlsb), sisa makanan, kertas, plastik bungkus

KM / WC Pembalut, sabun, odol Pengelolaan Sampah Medis

Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

a. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

b. Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”

c. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta

(12)

petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

d. Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

♣ Incinerasi

♣ C)°Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 ♣ Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde) ♣ Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai desinfektan)

♣ Inaktivasi suhu tinggi

♣ Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60 ♣ Microwave treatment

♣ Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

♣ Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit antara lain : ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi incinerator dari bahaya kebakaran.

Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah.

Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu).

Hasil pembakaran berupa residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang sesuai.

Membuat larutan klorinDalam setiap tindakan, wajjjjibb hukumnya bagi setiap tenaga medis untuk memperhatikan tentang pe-I (pencegahan infeksi). Maka dari itu, wajjjjibb pula untuk mengetahui setiap langkah dari pe-I itu sendiri. Hal dasar yang wajjjjib

(13)

dimengerti oleh para tenaga medis mengenai pe-I, salah satunya adalah bagaimana membuat laruan klorin0,5 %. Nah, di bawah ini, iang akan share sedikit tentang bagaimana cara membuat larutanklorin tersebut, mudah-mudahan dapat bermanfaat! Untuk membuat larutan klorin, yang pertama harus dilakukan adalah menentukan dulu jenis konsentratnya. Karena, lain jenis lain pula cara perhitungnnya. Hanya dibutuhkansedikit perhitungan yang sangat sederhana..1. Bila jenis konsentrat yang digunakan adalah bubuk, maka rumus perhitungannya . ..2. Jika jenis kosentrat yang digunakan cair, maka rumusnya..Contoh:1. Cara membuat larutan klorin 0,3% dari konsentrat klorin bubuk 15% yaituUntuk membuat larutan klorin 0,3% dari konsentrat klorin15% adalah denganmenlarutkan 20 gr bubuk klorin konsentrat dalam 1 Liter air DTT.2. Cara membuat larutan klorin 0,1% dari konsentrat klorin cair 5%Untuk membuat larutan klorin 0,1% dari konsentrat klorin5% adalah dengan menlarutkan1 bagian klorin dalam 49 bagian air DTT.II. Proses Pencegahan Infeksi (pe-i)Alat tidak habis pakai yang sudah digunakan langsung didekontaminasi denganmerendam hingga seluruh bagian alat terendam ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10menit. Setelah dekontaminasi dilakukan, kemudian peralatan di cuci dengan sabun (bila perlu disikat) hingga bersih lalu dibilas dengan air. Untuk proses selanjutnya peralatan

(14)

Referensi

Dokumen terkait

- Kelengkapan APD seperti Gown, Sarung Tangan, Sepatu Boot, Kacama Google, masker, dan Helm pelindung Semua pengendalian ini dapat menurunkan tingkat risiko dari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk hubungan terapi mandi air hangat sebelum tidur dengan penurunan kejadian Insomnia pada usia lanjut di desa Tanjungan, Wedi,

alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan... Jenis-jenis APD

Hal tersebut nantinya dapat memotivasi kelompok pengerajin anyaman bambu dalam menjalankan usaha mereka dengan lebih profesional karena kelompok pengerajin tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Bentuk partisipasi sosial perempuan dalam pembangunan desa lasiai yaitu melalui tiga tahap yang Pertama yaitu tahap perencanaan adalah

Dari pengertian dan batasan keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

Tengkorak ini memiliki permukaan yang relatif kasar karena terdapat banyak rigi dan penjuluran tulang yang diduga berfungsi sebagai tempat pertautan (origo atau insertio)

4eluhan tersebut sembuh tetapi sering hilang timbul, /i%ayat penyakit keluarga yang serupa dengan pasien disangkal oleh pasien, /i%ayat alergi disangkal  pasien, /i%ayat