• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SEMINAR TUGAS AKHIR 7

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP GEDUNG INDUSTRI TENUN IKAT

Pada bab ini akan menguraikan landasan teori yang berhubungan dengan gedung industri, dengan cara menguraikan secara umum hingga khusus, seperti tinjauan umum industri, dan tinjauan umum kain tenun ikat. Pada bab ini juga berisikan sub-bab mengenai hasil dari tinjauan proyek sejenis dan spesifikasi umum Industri Tenun Ikat.

2.1 Tinjauan Umum Gedung Industri

Tinjauan umum akan membahas mengenai pengertian gedung, industri, jenis industri, peralatan dalam industri, ruang dalam industri, pengguna industri, kebutuhan ruang industri.

2.1.1 Pengertian Gedung

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Secara umum gedung dapat diartikan sebagai gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya (Poerwadarminta, 1976:303).

(2)

SEMINAR TUGAS AKHIR 8 2.1.2 Pengertian Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan (Godam, 2006).

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya (UU No.5 Tahun 1986 Tentang Perindustrian).

Suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dana tau barang yang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir (BPS).

Pengertian industri secara luas, yaitu kegiatan manusia memanfaatkan sumberdaya, sedangkan dalam arti sempit industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang jadi atau setengah jadi.

Jadi, pengertian industri dapat disimpulkan, yaitu suatu kegiatan mengolah bahan mentah dengan harga serendah mungkin menjadi barang yang memiliki nilai yang lebih tinggi nilainya.

2.1.3 Klasifikasi Industri

Pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.

Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing, adalah sebagai berikut.

(3)

SEMINAR TUGAS AKHIR 9

A. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku

Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda, tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut. Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan industri hasil kehutanan. b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain.

Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan, dan industri kain.

c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain. Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.

B. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat

orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.

b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang,

Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99

orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri tekstil, industri konveksi, dan industri keramik.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Ciri

industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

(4)

SEMINAR TUGAS AKHIR 10 C. Klasifikasi industri berdasarkan produksi yang dihasilkan

Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang tidak perlu

pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung. Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan minuman.

b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda yang

membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri baja, dan industri tekstil.

c. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau benda yang dapat

dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan, industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.

D. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi

Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang

setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi

sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri tekstil, industri konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.

E. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian

Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:

a. Industri Kimia Dasar (IKD)

Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut:

(5)

SEMINAR TUGAS AKHIR 11

1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri bahan kimia tekstil.

2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam sulfat, dan industri

kaca.

3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri pestisida.

4) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp, dan industri ban.

b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)

Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin traktor, mesin hueler,

dan mesin pompa.

2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu, buldozer, excavator,

dan motor grader.

3) Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan mesin pres.

4) Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.

5) Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.

6) Industri kereta api, misalnya: lokomotif dan gerbong.

7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan suku cadang

kendaraan bermotor.

8) Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.

9) Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri alumunium, dan

industri tembaga.

10) Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.

11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi, peralatan pabrik, the

blower, dan kontruksi. c. Aneka Industri (AI)

Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

1) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.

2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan mesin jahit, televisi,

dan radio.

(6)

SEMINAR TUGAS AKHIR 12

4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan makanan

kemasan.

5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu lapis, dan marmer.

d. Industri Kecil (IK)

Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

e. Industri Pariwisata

Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya: melihat pusat pemerintahan, pusat produksi, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat hiburan).

2.1.4 Manajemen Industri

Manajemen Industri ini berkaitan dengan bagaimana sebuah industri memproduksi atau proses pembuatan suatu barang. Manajemen Industri/production management terdiri atas dua kata yaitu production dan management. Produksi adalah segala hal pekerjaan yang menimbulkan guna, memperbesar guna yang ada dan membagikan guna itu diantara orang banyak. Sedangkan manajemen merupakan kegiatan yang menggunakan keahlian khusus untuk menyelesaikan suatu hal dengan penentuan tujuan dan pengawasan dari berbagai aktivitas. Oleh karena itu, Production Management adalah suatu kegiatan untuk memproses suatu barang dengan melakukan penentuan tujuan produksi dan pengawasan dari segala aktivitas. Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen industri adalah kegiatan produksi, pembiayaan dan pemasaran. Dalam kegiatan produksi harus di manajemen dengan baik agar barang yang dihasilkan memiliki kualitas baik dan memiliki biaya produksi yang minumun sehingga mendapatkan keuntungan yang tinggi. Selain itu, pemasaran harus memiliki manajemen untuk menjualkan barang tersebut agar dikenal masyarakat umum bahkan wisatawan.

(7)

SEMINAR TUGAS AKHIR 13 2.1.5 Proses Produksi, Mesin dan Peralatan

Proses Produksi merupakan segala hal yang menimbulkan guna untuk menciptakan suatu barang mentah menjadi barang yang siap dipergunakan oleh masyrakat. Proses produksi dibedakan berdasarkan waktu persiapan dan pengaturan peralatan produksi, diantaranya Continuous Processes dan Batch Processes. Continuous Processes adalah suatu kegiatan produksi yang terus menerus dan dalam waktu jangka panjang. Sedangkan Batch Processes adalah kegiatan produksi yang terputus-putus dan memiliki jangka waktu yang pendek. Hal ini dikarenakan sistem ini memungkinkan terjadinya perubahan tujuan dari produksi suatu industri.

Dalam industri terdapat mesin dan peralatan yang digunakan untuk membantu pekerja dalam memproduksi suatu barang. Dalam proses produksi kain tenun ikat ini, berikut merupakan alat – alat yang digunakan:

A. Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Gambar 2.1 Alat Tenun Bukan Mesin merupakan alat yang akan digunakan untuk menenun benang yang sudah siap ditenun menjadi sehelai kain tenun ikat.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ada pun bagian-bagian dari Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yaitu: a) Bum (Dii)

Merupakan gulungan benang yang digunakan sebagai bahan baku untuk kain yang melintang (panjang kain/benang lungsi).

(8)

SEMINAR TUGAS AKHIR 14 Gambar 2.2 Bum merupakan alat yang digunakan untuk menggulung benang yang melajur.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

b) Guun

Merupakan alat untuk mengatur benang, Terdiri atas 2 bagian, yaitu guun depan dan guun belakang.

Gambar 2.3 Guun berfungsi untuk memasukkan benang-benang yang melajur ke dalam serat sisir. Sumber: Dokumentasi Pribadi

c) Sisir

Sisir merupakan alat untuk menyisir dan memadatkan benang pakan supaya benang pakan menjadi rapat sehingga hasil tenunan juga rapat. Sisir digunakan berdasarkan ketebalan benang, semakin halus benang yang digunakan, maka nomor sisir yang digunakan juga semakin tinggi, Nomor sisir yang umum digunakan adalah sisir nomor 60,70 ataupun 80 inchi.

(9)

SEMINAR TUGAS AKHIR 15 Gambar 2.4 Sisir berfungsi untuk mengatur jumlah benang sesuai ketebalan kain.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

d) Injak-injak

Penggunaan injak-injak disesuaikan dengan letak teropong. Apabila teropong berada di sebelah kanan, maka injak-injak yang diinjak juga injak-injak yang sebelah kanan; begitu juga sebaliknya.

Gambar 2.5 Injak-injak berfungsi untuk mengatur memegang benang yang melintang. Sumber: Dokumentasi Pribadi

B. Alat Bantu Tenun

a) Teropong

Teropong merupakan tempat untuk meletakkan palet. Palet adalah gulungan benang yang digunakan sebagai bahan baku untuk benang yang membujur pada kain (lebar kain/benang pakan). Benang yang diisikan pada palet disesuaikan dengan benang yang digunakan pada bum. Misalnya benang yang digunakan pada bum adalah benang sutera, maka sebaiknya benang yang digunakan pada palet adalah benang katun. Apabila benang yang digunakan pada palet juga benang sutera, disamping akan menyulitkan penenun saat proses pengerjaan, kain yang dihasilkan juga terlalu licin dan berkilau.

(10)

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 Gambar 2.6 Teropong berfungsi untuk memegang benang pakan yang melintang ke kanan dan ke kiri.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

b) Palet

Palet adalah alat bantu untuk menggulung benang yang digunakan untuk membuat motif panjang pada kain tenun.

Gambar 2.7 Palet berfungsi untuk menggulung benang pakan yang akan ditaruh di teropong. Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.1.6 Perencanaan Industri

Perencanaan industri ini akan memfokuskan pada proses penentuan tata letak/layout plan. Dalam perencanaan ini sangat diperlukan kesesuaian dan kesepakatan dari tujuan pengolahan tentang proses produksi dan fasilitas–fasilitas yang disediakan. Proses perencanaan bangunan industri harus paham atau mengerti betul akan type bangunan, jenis konstruksi bangunan, pertimbangan yang diperlukan untuk pembuatan desain bangunan dan cara – cara meperoleh fleksibilitas dari bangunan. Berikut merupakan beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan industri adalah bahan yang diolah, proses pengolahan, mesin atau peralatan yang digunakan, material handling, fleksibilitas, keamanan dari bahaya musibah, kekuatan lantai bangunan serta tipe dan konstruksi dari bangunan.

Susunan tata letak bangunan industri adalah suatu kegiatan untuk meletakkan fasilitas, mesin dan ruang-ruang yang mewadahinya agar memiliki efesiensi dan mempermudah dari aktivitas untuk mengolah suatu bahan. Berikut merupakan tahapan dalam penentuan

(11)

SEMINAR TUGAS AKHIR 17

layouting, yakni plan inventory (mendata segala mesin yang akan digunakan dalam pabrik), group outline (mengelompokan mesin), Alat – alat pembantu (menentukan peralatan tambahan), ruang gerak produksi, ruang maintenance (bengkel khusus), machine blok plan (pengaturan mesin sesuai dengan proses produksi) dan shop foor layout.

A. Ruang Dalam Industri Tenun Ikat

a) Ruang Pertenunan

Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk menenun melakukan pembuatan kain Tenun Ikat yang dilakukan oleh para pengerajin kain.

b) Ruang Pengolahan Benang

Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk melakukan segala jenis akrivitas yang berhubungan dengan pengolahan benang, baik itu penggulungan benang, pengikatan benang, pewarnaan benang, dan lain-lain.

c) Ruang Penyimpanan Kain Tenun Ikat

Tempat untuk menyimpan kain yang sudah jadi dan siap dipasarkan. Ruang ini berada ditempat yang tertutup, tetapi harus diperhatikan kelembapannya sehingga harus mememiliki ventilasi udara yang cukup.

d) Ruang Pembuatan Desain

Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk melakukan segala jenis akrivitas yang berhubungan dengan pembuatan motif dan desain kain tenun ikat.

e) Gudang Bahan Baku

Tempat untuk menyimpan benang yang datang dari supplyer. Ruang ini berada di tempat yang tertutup, tetapi harus diperhatikan kelembapannya sehingga harus mememiliki ventilasi udara yang cukup.

f) Ruang Pelatihan Tenun Ikat

Ruang ini merupakan ruangan yang dipergunakan untuk melakukan domenstrasi mengenai cara pembuatan kain Tenun Ikat yang dilakukan oleh para pengerajin.

(12)

SEMINAR TUGAS AKHIR 18

g) Ruang Kantor Pengelola

Tempat ini untuk menaungi kegiatan administrasi dari pengelola dalam mengatur proses produksi dan pemasaran. Ruang ini berada dekat dengan pintu masuk utama dan berhubungan langsung dengan pabrik.

h) Ruang Pameran

Pada ruangan ini merupakan ruangan yang ditujukan untuk melakukan fungsi pelestarian, pengenalan, promosi dan penjualan hasil karya dari pengerajin dan para desainer yang terkait dengan kain tenun ikat.

i) Lobby

Merupakan ruang yang digunakan sebagai ruang peralihan dari ruang luar menuju fasilitas lainnya dan ruangan ini juga digunakan sebagai pusat informasi mengenai bangunan atau fasilitas di dalam Industri Kerajinan Tenun Ikat di Kabupaten Gianyar.

j) Cafetaria

Ruangan yang digunakan sebagai tempat beristirahat oleh pengunjung, pengerajin, pengelola, dan terbuka untuk umum.

k) Ruang Pagelaran Busana

Ruangan yang digunakan sebagai tempat mengadakan pagelaran busana yang berbahan dasar kain tenun ikat.

l) Ruang Ganti dan Rias

Ruangan yang digunakan sebagai tempat melakukan aktivitas para peraga busana, baik itu untuk make-up dan pergantian busana.

m) Ruang Serbaguna

Ruangan ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan seperti seminar, pelatihan, diskusi mengenai sejarah dan produksi kain tenun ikat.

(13)

SEMINAR TUGAS AKHIR 19

n) Ruang Studio Desainer

Ruangan ini digunakan oleh desainer untuk mendesain model busana berbahan dasar tenun ikat.

o) ATM Centre p) Ruang MEP q) Toilet r) Parkir

B. Pengguna Industri Tenun Ikat 1. Kategori Pengunjung

a. Kelompok Umum/Pengunjung Biasa/Masyarakat Sekitar, merupakan masyarakat

Kabupaten Gianyar, dan masyarakat Bali.

b. Kelompok Pelajar dan Mahasiswa, berkunjung ke industri dengan tujuan menambah

pengetahuan dan informasi terkait kain Tenun Ikat.

c. Kelompok Para Ahli dan Peneliti, berkunjung ke industri untuk membagi ilmu

pengetahuan lewat seminar dan pelatihan.

d. Designer dan Seniman, berkunjung ke industri untuk menuangkan ide atau kreativitas

untuk perkembangan kain Tenun Ikat.

e. Kelompok Turis/Wisatawan, merupakan wisatawan mancanegara, dan wisatawan

domestik yang berkunjung ke Bali.

2. Kategori Pengelola

a. Direktur (pimpinan), bertugas untuk mengelola industri kerajinan/memimpin

pengelolaan industri kerajinan.

b. Sekretaris, bertugas mengurusi administratif yang menunjang kegiatan operasional

industri, meliputi pengetikan, penanganan telepon, pengelolaan surat dan arsip lainnya, penanganan agenda, penggandaan, dan lain-lain.

c. Bendahara, bertugas untuk mengolah keuangan industri.

d. Kepala Bagian Pertenunan (Produksi), bertugas untuk mengontrol pekerja dan

mengoreksi jika ada kesalahan.

e. Bagian Administrasi Tata Usaha, bertugas untuk mengelola urusan administrasi dan tata

(14)

SEMINAR TUGAS AKHIR 20 f. Bagian Pameran, bertugas untuk pengelolaan pameran, mulai dari penyeleksian koleksi

hingga perawatan koleksi pameran.

g. Bagian Pemasaran, bertugas untuk memasarkan hasil produk tenun ikat ke pasar-pasar. h. Bagian Gudang, bertugas mengatur semua bahan baku yang akan digunakan di dalam

industri.

i. Bagian Personalia, bertugas dalam recruitment pekerja di industri dan memelihara

hubungan dengan lembaga-lembaga penghasil calon pekerja, seperti sekolah tinggi, akademi, universitas, balai latihan kerja, dan lain-lain.

j. Bagian Operasi Cafetaria, bertugas dalam mengawasi dan mengurusi

kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh cafeteria.

k. Bagian Publikasi, bertugas untuk mempromosikan industri kerajinan, baik melalui media

elektronik maupun melalui media cetak.

l. Bagian Workshop, bertugas untuk membuat karya kerajinan dan memamerkannya kepada

pengunjung.

m. Bagian MEP, bertugas untuk memasang dan memperbaiki peralatan yang berhubungan

dengan MEP.

n. Bagian Keamanan, bertugas menjaga keamanan lingkungan industri kerajinan.

o. Bagian Kebersihan, bertanggungjawab terhadap kebersihan lingkungan industri

kerajinan.

2.2 Tinjauan Umum Kain Tenun Ikat

Tinjauan umum akan membahas mengenai pengertian kain tenun ikat, jenis-jenis alat tenun, pengertian motif, jenis-jenis motif, keanekaragaman kain tenun ikat, proses pembuatan kain tenun ikat.

2.2.1 Pengertian Kain Tenun Ikat

Tenun merupakan hasil kerajinan yang berupa bahan atau kain yang dibuat dari benang (kapas, serat, sutera) dengan menggunakan pakan secara melintang pada lungsi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998)

Tenun adalah bahan kerajinan berupa bahan kain yang dibuat dari benang serat, kapas, sutera. Dengan cara memasukkan pakan secara melintang pada lungsi dua kelompok benang yang membujur disebut lungsi, sedangkan benang yang melintang disebut pakan. (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1991)

(15)

SEMINAR TUGAS AKHIR 21

Tenun merupakan teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan prinsip yang sederhana yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Dengan kata lain bersilangnya antara benang lungsi dan benang pakan secara bergantian.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tenun adalah kain yang dibuat dari benang kapas, sutera yang terjadi diselembaran kain dengan proses persilangan benang-benang memanjang (lungsi) dan melebar (pakan) berdasar suatu pola tertentu dengan bantuan alat tenun.

Pakaian tradisional dari kain tenun mempunyai fungsi yang beragam, hal tersebut menunjukkan identitas daerah maupun identitas marga atau tingkatan status dalam masyarakat dikarenakan setiap daerah menganut adat khas yang dicerminkan dalam karya tenun tersebut. Selain itu juga makna yang terkandung dalam pakaian itu sendiri dalam kehidupan masyarakat yang memakainya sebagai pendukung dari kebudayaan itu sendiri.

Tenun sebagai pakaian adat selain berfungsi sebagai penutup dan pelindung tubuh juga berperan penting sebagai bahan pelengkap dalam acaraacara adat. Hal ini dikarenakan dalam sebuah karya tenun tidak saja memiliki nilai fungsi dan keindahan semata, namun lebih penting lagi terdapat sesuatu yang dihubungkan dengan adat yaitu makna simbolik, yang terkandung di dalam motif dan warna yang terdapat pada tenunan itu sendiri. Kebiasaan yang sudah menjadi tradisi mempercayainya bahwa warna dan motif mempunyai kekuatan magis dan berfungsi sebagai perantara bagi penganut adat istiadat dengan leluhur maupun sang pencipta.

Selain itu juga di dalan kehidupan sosial, pemakaian tenun merupakan simbol kekayaan dan prestise seseorang dalam masyarakat, disamping hal-hal tersebut tenunan juga sebagai pakaian yang memiliki nilai tinggi dan menunjukkan status sosial dalam masyarakat. Kebudayaan ini masih dijumpai di beberapa daerah di Indonesia sampai sekarang. Adapun jenis tenun ikat, yaitu:

a. Tenun Ikat Pakan

Tenun ikat pakan yaitu bagian benangnya diikat kearah pakan untuk mendapatkan ragam hias pada tenun. Ragam hias tenunnya terdapat pada benang pakan.

b. Tenun Ikat Lungsi

Tenun ikat lungsi yaitu bagian benangnya diikat kearah lungsi untuk mendapatkan ragam hias pada tenun.

(16)

SEMINAR TUGAS AKHIR 22

Tenun ikat ganda atau tenun ikat dobel yaitu ragam hias pada tenun didapat dari mengikat kedua benangnya, yakni benang lungsi dan benang pakan. Tenun ikat dobel pengerjaanya jauh lebih sulit daripada tenun ikat lungsi dan tenun ikat pakan. Pengrajin tenun ikat dobel harus memperhitungkan terlebih dahulu persilangan benang dengan motif yang diinginkan, sehingga pada waktu menenun tidak terjadi persilangan yang menyimpang. Daerah yang terkenal dengan tenun ikat ganda atau dobel ini adalah terdapat di Desa Tenganan Bali, yang lebih dikenal dengan geringsingan. Dalam nama jenis-jenis tenun tersebut disesuaikan dengan teknik proses pembuatan tenun untuk memproleh motif yang telah diinginkan.

Untuk membuat motif tenun ikat dapat diketahui juga jenis peralatan tenun.

Berdasarkan model-model peralatannya, teknologi pertenunan itu dapat dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut:

a. Tenun Cagcag

Gambar 2.8 Alat Tenun Cagcag merupakan alat tenun tradisional pertama di Bali. Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tenun cagcag yaitu peralatan tenun yang masih menggunakan peralatan tradisional dan cara penggunaanya dengan cara memangku alat tersebut.

b. Tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin)

Gambar 2.9 ATBM merupakan alat tenun yang digunakan saat ini untuk menenun. Sumber: Dokumentasi Pribadi

(17)

SEMINAR TUGAS AKHIR 23

Tenun ATBM yaitu peralatan tenun yang tingkat teknologi pertenunan yang sudah lebih maju yang menggunakan peralatan rangka kayu yang gerakkan teknisinya masih dilakukan dengan tenaga.

Masing-masing peralatan tenun di atas mempunyai karakteristik dan cara kerja yang berbeda satu sama lain, hal ini juga mempengaruhi dalam tingkat produksi, terutama menyangkut kepaduan untuk mengoprasikan alat, serta sesuai prosedurnya berupa tenunan kain dari segi kualitas maupun kreatifitasnya. Alat tenun cagcag dan ATBM dioperasionalkan dengan tangan secara manual tentunya memerlukan waktu yang lama untuk membuat satu lembar kain, namun disisi lain ada nilai tambah tersendiri di dapat dari alat tenun cagacg dan ATBM, untuk mendapatkan hasil yang baik di samping ketangkasan yang dimiliki oleh pengrajin dalam membuat karyanya. Jadi tidak mengherankan untuk membuat satu lembar kain dibutuhkan waktu berbulan-bulan, ketelitian inilah yang menyebabkan tenun buatan manual mempunyai nilai yang tinggi, baik ditinjau dari segi estetis maupun segi ergonomi terhadap pemakaiannya.

2.2.2 Sejarah Tenun Ikat dan Pengaruh dari Luar

Para ahli membuktikan bahwa persebaran daerah tenun ikat pakan secara teknis berbeda dengan persebaran tenun ikat lungsi. Tenun ikat pakan berada pada periode yang relatit baru dibandingkan tenun ikat lungsi. Dengan kata lain, ada daerah-daerah di wilayah Nusantara vang tidak tersentuh oleh jenis tenun ikat lungsi. Daerah ini kemudian mendapat pengaruh dari luar yang membawa teknologi baru berupa teknik pertenunan benang pakan. Pengaruh tersebut berasal dari pedagang India dan Cina yang singgah di Nusantara. Mereka menukar barang dagangannya dengan kain-kain songket benang emas dan perak, serta kain tenun ikat pakan yang telah dikenal di Nusantara sejak masa kerajaan Hindu, mulai pada abad ke 4 Masehi sampai masuknya Islam pada sekitar abad ke 14-15 Masehi.

Selain benang emas dan perak juga terjadi impor benang sutera. Jenis-jenis benang impor itu dikenal melalui hubungan perdagangan dengan Cina dan India. Letak Indonesia memang strategis bagi singgahnya pedagang-pedagang dari Asia yang mempertukarkan hasil rempah-rempah dan dengan kain-kain impor beserta jenis-jenis benang sutera, emas, dan perak. Sebuah catatan dokumen Cina pada abad ke 6 Masehi menyatakan bahwa seorang raja di Sumatra menggunakan pakaian dari bahan sutera yang berasal dari Cina. Pada masa itu di Sumatra maupun di Jawa belum ada kain sutera. Setelah kerajaan Sriwijaya berdiri pada

(18)

SEMINAR TUGAS AKHIR 24

sekitar abad ke 10 Masehi, kain sutera mulai dikenal secara luas. Sebaliknya bagi bangsa Cina kain-kain katun dari benang kapas dianggap pakaian yang luar biasa mengagumkan. Kain tenun dari katun diperoleh dengan mendatangkannva dari Sumatra, Jawa, dan Bali. Kain-kain tenun katun itu juga diberikan oleh raja-raja Nusantara kepada raja-raja Cina sebagai hadiah.

Hubungan Nusantara dengan Cina terkenal dalam sejarah, bahkan ada masa ketika Cina dan Sriwijaya meningkatkan hubungan agama dan dagang pada sekitar abad ke 7 hingga 12. Sriwijaya dijadikan pusat persebaran agama Budha dan kerajaan Sriwijaya menjadi tempat singgah pedagang-pedagang Cina. Ketika itulah tukar-menukar rempah-retnpah dengan kain dan benang sutera Cina banyak terjadi. Setelah beberapa waktu kain sutera tidak hanya didatangkan dari Cina. Benang sutera diupayakan untuk dibuat di Nusantara sendiri. Oleh karena itu ada upaya untuk menanam pohon murbei yang cukup banyak di Palembang untuk menjadi makanan ulat dan tempat hidup ulat sutera. Setelah Palembang, ternak ulat sutera ini dikembangkan di Sulawesi Selatan. Ulat sutera diternakkan, kepompong dan seratnya diambil untuk diolah menjadi benang sutera.

Dalam perkembangannya benang sutera yang berasal dari Cina ini menjadi kekayaan khazanah tenunan di Indonesia. Unsur budaya Cina tidak hanya terwujud pada benang sutera dan kain suteranya, melainkan pada jenis-jenis kesenian lainnya seperti seni musik, seni tari, seni pertunjukkan, hingga seni memasak dan makanan yang sudah terpadu dengan traadisi-tradisi yang telah ada dalam budaya Indonesia.

Di Pulau Jawa, ada kemungkinan pernah memiliki teknik tenun ikat, yang jauh lebih lama sebelum dikenalnya batik. Hal ini dapat dilihat dari dasar kain batik dibuat dari bahan tenunan benang kapas. Kalau pada tenun ikat pencelupan warna dilakukan dengan cara ikat pada helaian benang sebelum ditenun, maka pada batik pencelupan wama dilakukan pada benang yang sudah ditenun. Rouffaer, salah seorang ahli peneliti batik, mengatakan bahwa berdasarkan tulisan di dalam lontar, teknik batik tulis baru dikenal pada sekitar abad ke 16 Masehi.

Salah satu kain dengan teknik ikat yang telah lama dikenal sebelum batik dan khusus dibuat bagi kalangan istana raja-raja di Jawa adalah kain kasang dan kain cinde. Kain ini dipakai di kalangan istana dalam upacara-upacara ritual.

Ragam hias benang emas dan perak yang dikombinasikan dengan tenun ikat pakan dan penggunaan benang sutera merupakan bentuk-bentuk seni tenun yang diperkaya oleh hubungan akulturasi budaya dari luar yaitu dari Cina, India, dan kemudian dari Timur Tengah yang timbul setelah masuknya pengaruh agama islam. Suatu ciri khas dari tenun ikat yang

(19)

SEMINAR TUGAS AKHIR 25

terpengaruh adalah motif flora atau tumbuh-tumbuhan menjadi sumber inspirasi. Salah satu alasan yang lebih penting dalam penggunaan motif flora ini adalah karena pengaruh ragam hias Islam melarang penggambaran manusia. Jenis fauna juga beberapa kali tampak digunakan. Akulturasi ragam hias Hindu dan sesudahnya tampak pada penggambaran burung pada tenun ikat dari Palembang. Penggambarannya pun hanya mengambil penggambaran sayap burung dan bukan motif burung seutuhnya.

Di antara motif flora yang paling menonjol adalah motif sulur daun yang merambat menghias hiasan tepi kain maupun bidang tengah. Di Sumatra Barat motif sulur daun yang sering digambarkan adalah kaluak paku atau sulur daun pakis, yang serba guna dalam keseharian hidup masyarakat di tempat tersebut. Motif flora yang juga menjadi salah satu ciri khas tenun songket dan tenun ikat pakan adalah motif pucuk rebung atau gigi barong. Bambu merupakan tanaman yang serbaguna dalam kehidupan masyarakat. Motif pucuk rebung ini juga mendapat pengaruh dari unsur Hindu, yang digayakan dari hentuk Dewi Sri, lambang kesuburan, istri dewa Wisnu sang peelihara alam semesta. Di Bali unsur Hindu ini tampak diterapkan pada kain endek dan di Lombok pada kai n songket.

2.2.3 Perkembangan Kain Tenun Ikat

Kain merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dalam menjalakan hidupnya, selain makanan dan tempat berlindung (rumah). Kain tenun ikat memiliki peranan yang cukup penting dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan di Bali, contohnya saja bagi kegiatan upacara-upacara keagaman. Masyarakat Bali dikenal dengan kentalnya kebudayaan dan kepercayaannya terhadap tradisi-tradisi keagamaan. Sejak baru lahir, hingga meninggal, mulai pagi sampai matahari terbenam masyarakat Bali menjalani hidupnya dengan beraneka ragam upacara-upacara keagamaan. Setiap upacara keagamaan selalu dilengkapi dengan kesenian ataupun pertunjukan-pertunjukan seni, seperti wayang, tari-tarian, kekidungan, dan masih banyak lainnya. Dalam upacara ataupun pertunjukan-pertunjukan masyarakat Bali wajib menggunakan kain-kain atau pakaian tradisional. Kain tenun ikat selain memiliki fungsi keagamaan, kain ini juga sering dikembangkan dengan menjadikannya berbagai pakaian, ataupun asesoris yang stylish dan trendi. Kain tenun ikat yang sering dimodifikasi menjadi pakaian yang lebih modern yaitu kain Endek, kain tenun rang-rang, kain songket dan masih banyak lagi. Dengan menjadikan kain tenun ikat menjadi sesuatu yang lebih modern dapat menaikan daya tarik dan daya jual terhadap kain tersebut. Dengan demikian mampu memperkenalkan dan mempromosikan kain tenun ikat Bali ke seluruh kalangan masyarakat

(20)

SEMINAR TUGAS AKHIR 26

dan kaum muda tidak takut lagi dicap ”ketinggalan jaman/kuno” gara-gara mengenakan busana dari kain tenun ikat.

Pesatnya perkembangan kain tenun ikat khas Bali menjadi tantangan besar bagi masyarakat Bali untuk menjaga kelestariannya. Masyarakat Bali juga harus ajeg, tetap memperhatikan aturan penggunaan kain tersebut. Terutama untuk motif-motif kain endek yang disakralkan, jangan sampai digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Hal tersebut akan merusak nilai sakral dan budaya dari kain endek itu sendiri.

2.2.4 Pengertian Motif

Motif merupakan ornamen (hiasan), ornamen berasal dari kata Yunani yaitu dari kata ornare yang artinya hiasan atau perhiasan. Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk garis atau elemen-elemen, yang terkadang sangat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi benda alam dengan gaya dan irama yang khas. Setiap motif dibuat dengan bentuk-bentuk dasar sebagai garis, misalnya garis berbagai segi (segitiga, segiempat), garis ikal atau spiral, melingkar atau berkelok-kelok (horizontal, vertikal), garis berpilin-pilin dan saling menjalin dan saling menjalin, garis tegak, garis miring, dan banyak bentuk lainnya.

Motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk situasi alam, benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri.

Motif-motif yang terdapat pada kain tenun di Indonesia sangat beragam, hal tersebut dikarenakan masing-masing daerah mempunyai latar belakang yang berbeda dalam mengungkapkan bentuk motif pada kain tenun yang mereka buat. Perbedaan motif tidak saja berasal dari kepercayaan berbeda yang melatar belakangi penciptaan motif, melainkan disebabkan adanya faktor teknis penciptaan lingkungan setempat serta fungsi motif dalam kehidupan sehari-hari sehingga motif antara daerah satu berbeda dengan motif pada daerah lain. Dimasa sekarang motif tenun ikat tidak hanya terbatas pada motif tradisional saja, perkembangan zaman dan permintaan pasar sangat menentukan dalam pengelohan motif untuk dimodifikasikan atau dikembangkan tanpa meninggalkan bentuk aslinya.

Motif hiasan yang disusun secara teratur yang berulang-ulang penerapan motif pada suatu karya seni hiasan yang diterapkan pada gaya dan dekorasi (penyederhana) bentuk-bentuk yang ada di alam seperti tumbuhan, binatang dan manusia.

Menurut Soedarso (1976:7) Motif adalah gambaran pokok dalam suatu karya dan gambaran pokok tersebut disebarluaskan sehingga terwujud suatu karya yang harmonis. Motif

(21)

SEMINAR TUGAS AKHIR 27

secara umum adalah penyebaran garis dan warna dalam suatu bentuk ulang tertentu. Motif merupakan awal dari pencapaian sebuah tujuan dalam penggambaran atau sebuah karya, dan motif juga merupakan gambar yang menunujukan sifat dan corak dari suatu perwujudan. Peranan motif memang sangat menentukan baik dan tidaknya suatu hasil tenun, disamping pewarnaan dan keterampilan memproses tenun. Tidak dapat dipastikan dengan ukuran teori, kemungkinan susunan motif-motif tersebut yang saling berjauhan, berdekatan, bersinggungan, dan bertumpukan, baik dan tidaknya akan ditentukan oleh keberhasilan mengatur komposisi bidang dan warna sesuai dengan kegunaan warna, kain tenun ikat kebanyakan bermotif alam tumbuh-tumbuhan, terutama yang berbentuk bunga-bungaan. Disamping itu terdapat juga komposisi motif lain yang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi lima bagian yang pertama yaitu:

a. Motif geometris adalah ragam hias ilmu ukur terdiri dari garis lurus, garis patah, lingkaran, kotak-kotak (poleng), jajaran, genjang, belah ketupat, zig zag, segi enam, dan segi tiga.

b. Motif tumbuh-tumbuhan adalah stiliran dari bentuk daun, bunga, buah, tangkai dan lain-lain.

c. Motif binatang dan fauna jenis binatang yang sering dijadikan motif diantaranya lembu, singa, gajah, burung merak dan burung cendrawasih.

d. Motif manusia adalah motif yang diwujudkan berupa wayang dan wajah.

e. Motif kombinasi (prembon) motif prembon merupakan perpaduan dari berbagai motif. Perpaduan tersebut di buat sedemikian rupa sehingga dapat menambah keindahan kain. Contoh diantaranya motif tumbuh-tumbuhan dipadukan dengan motif geometris, motif manusia dengan motif binatang, motif tumbuh-tumbuhan dengan motif manusia dan lain sebagainya.

Ada beberapa jenis motif yang dihasilkan dari tenun ikat, diantaranya: 1. Motif Tumbuh-tumbuhan

(22)

SEMINAR TUGAS AKHIR 28

a. Motif Bun-bunan

Gambar 2.12 Motif Bun-bunan Sumber: Dokumentasi Pribadi

b. Motif Bunga Pucuk

Gambar 2.13 Motif Bunga Pucuk Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Motif Binatang

a. Motif Udang-udangan

Gambar 2.14 Motif Udang-udangan Sumber: Dokumentasi Pribadi

(23)

SEMINAR TUGAS AKHIR 29

3. Motif Geometris a. Motif Wajik-wajikan

Gambar 2.16 Motif Wajik-wajikan Sumber: Dokumentasi Pribadi

2.2.5 Pembuatan Motif dengan Hak Cipta

Kain tenun ikat saat ini sudah mulai mengalami perkembangan dalam hal motif. Banyak motif dengan ide-ide baru yang bermunculan. Seniman sekaligus dosen di Institut Seni Indonesia Anak Agung Anom Mayun yang berhasil saya wawancarai banyak memaparkan mengenai karya yang beliau ciptakan yang sudah di hak ciptakan. Sosok seniman yang juga berkecimpung dalam dunia pertenunan ini sudah berhasil membuat kurang lebih 4 motif yang dipesan secara khusus. Motif yang dibuat bersifat khusus hanya untuk perusahan yang memesan kepada beliau. Di dalam pembuatan motif ini beliau mengatakan bahwa motif yang dibuat harus khusus, harus serasi dengan warna, bahan, dan disesuaikan dengan karakter perusahaan. Motif yang dibuat nantinya akan bersifat limited dan tidak diperjualbelikan di pasaran. Sudah banyak perusahan-perusahan ternama yang sudah beliau buatkan motif dan desain untuk kostum kerjanya. Misalnya saja, Hotel Bali Hyatt, Hotel Nusa Dua Beach, dan masih banyak lagi. Desain yang beliau buat harus mencerminkan identitas dan karakter dari perusahaan yang nantinya akan dijadikan kostum kerja perusahaan. Desain inilah yang akan dibuat menjadi kain tenun ikat yang selanjutnya dimodifikasi menjadi pakaian kerja perusahaan. Agar desain tidak ditiru oleh seniman-seniman lain, makan desain ini dibuatkan hak cipta yang semuanya diurus dan dipegang oleh perusahaan. Sehingga hanya perusahaan itu saja yang berhak memperbanyak produksi kain tenun ikatnya.

Di dalam pembuatan motif untuk sebuah desain kain tenun ikat membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai berbulan-bulan agar menghasilkan kain tenun ikat

(24)

SEMINAR TUGAS AKHIR 30

dengan kualitas yang baik. Tentu saja di dalam proses pembuatannya banyak menemukan kendala. Adapaun kendala yang dimaksud, yaitu:

a) Cuaca, dalam hal ini cuaca sangat memegang peranan penting di dalam proses pembuatan tenun ikat karena memerlukan proses penjemuran benang setelah mengalami pencelupan. Jika cuaca kurang bagus, maka akan menghambat proses pembuatan, sehingga memakan waktu yang lebih lama lagi.

b) Motif yang Dibuat Harus Sedetail Mungkin, tujuan pembuatan motif sedetail mungkin agar para pengerajin paham dan mengerti dengan motif yang diinginkan desainer.

c) Suhu, dalam hal ini suhu memegang peranan penting di dalam perebusan warna yang pas. Jika suhu api dalam kompor terlalu besar atau kecil, maka akan berpengaruh terhadap perubahan warna yang signifikan. Sehingga dalam proses ini dibutuhkan ketelitian agar warna yang dihasilkan sesuai keinginan.

d) Pencampuran Warna yang Pas, dalam pencampuran perlu diperhatikan setetes saja warna lebih maka tidak akan mendapatkan warna yang kita inginkan.

2.2.6 Keanekaragaman Jenis Kain Tenun Ikat A. Kain Endek

Kain endek merupakan kain tradisonal Bali yang dibuat dengan teknik tenun ikat. Saat ini teknik pembuatan endek mengalami perkembangan dengan melakukan penyempurnaan ragam hias pada kain dibagian-bagian tertentu. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan menambahkan coletan yang disebut nyantri. Nyantri merupkan teknik penambahan warna pada kain dengan goresan kuas dari bambu, seperti orang yang sedang melukis. Pembuatan pola nyantri ini ditekankan pada penyempurnaan ragam hias warna dan motif kain endek, seperti motif yang mengambil bentuk flora atupun fauna, serta motif-motif dari mitologi dan wayang Bali. Keanekaragaman warna dan motif inilah yang menjadi ciri khas dari kain endek.

Gambar 2.19 Contoh Kain Endek Sumber: Foto Observasi 2016

(25)

SEMINAR TUGAS AKHIR 31 B. Kain Songket

Kain songket merupakan kain tradisonal Bali yang tergolong kain tenun ikat dan memiliki nilai sosial dan prestise yang tinggi. Kain ini dibuat dengan cara menenun dan menyisipkan benang warna-warni, benang emas dan benang perak untuk membentuk suatu motif tertentu. Prinsip penggunaan benang tambahan inilah yang disebut dengan songket, karena dihubungkan dengan proses menyungkit atau mengjungkit benang lungsi dalam membuat pola hias. Pada umumnya ragam hias motif yang di goreskan yaitu bentuk bunga teratai, tetumbuhan, burung, bentuk swastika, dan lainnya. Pada jaman dahulu kain ini hanya merupakan aktifitas bagi warga Puri. Kegiatan tenun kain songket hanya dilakukan di Puri-puri saja.

Gambar 2.20 Contoh Kain Songket

Sumber: https://kaintenunsongketbali.files.wordpress.com

3. Kain Gringsing

Kain gringsing merupakan satu-satunya kain tradisional yang dibuat menggunakan teknik dobel ikat, dan proses pembuatan kain ini memakan waktu hingga 2-5 tahun. Kain ini berasal dari Desa Tenganan Bali. Kata gringsing berasal dari gring yang berarti ‘sakit’ dan sing yang berarti ‘tidak’, sehingga bila digabungkan menjadi ‘tidak sakit’. Maksud yang terkandung di dalam kata tersebut adalah penolak bala. Kain tenun yang berwarna gelap alami ini digunakan oleh masyarakat Tenganan dalam ritual keagamaan yang dipercayai memiliki kekuatan magis. Kain ini juga dipercayai mampu menyembuhkan penyakit dan menangkal pengaruh buruk.

Proses pembuatan kain gringsing mulai dari proses penataan benang, pengikatan, dan pewarnaan dilakukan pada kedua sisi kain yaitu pada sisi lungsi dan pakan, sehingga teknik tersebut disebut dobel ikat.

(26)

SEMINAR TUGAS AKHIR 32 Gambar 2.21 Contoh Kain Gringsing

Sumber: https://kaintenunsongketbali.files.wordpress.com

2.2.7 Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat

A. Pengkelosan

Penggulungan benang ke dalam kones/kelosan untuk mempermudah di dalam proses pemidangan. Menyiapkan benang 1 pak (5 kg), lakukan pengkelosan menjadi 30 kones.

Gambar 2.23 Pengelosan Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

B. Pemidangan

Penentuan jumlah benang yang diinginkan. Benang yang sudah dikelos (30 kones) dimasukan ke dalam rak benang, kemudian ditata ke dalam penamplik/pemidangan untuk menghitung jumlah putaran/tumpukan dengan tujuan untuk menentukan besar kecilnya motif yang kita inginkan (yang biasa dipakai di Bali putaran/tumpukan 2 dan 5).

Gambar 2.24 Pemidangan Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

(27)

SEMINAR TUGAS AKHIR 33

C. Pengikatan

Pembentukan motif/desain. Proses pengikatan menggunakan tali rapia sesuai dengan motif yang telah di tentukan atau menyesuaikan dengan pesanan.

Gambar 2.25 Pengikatan Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

D. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan

Pewarnaan sesuai yang diinginkan. Setelah proses pengkelosan/pengikatan selesai, di lakukan proses pencelupan untuk warna dasar atau sesuaikan dengan keinginan pelanggan. Pertama benang yang akan dicelup direbus terlebih dahulu selama 30 menit agar penyerapan warna merata. Kemudian menyiapkan campuran pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan takaran yang sesuai.

Gambar 2.26 Pencelupan Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

E. Penganihan Untuk Lungsi

Penggulungan benang yaitu melakukan proses pemindahan benang dari kelosan ke dalam suatu alat yang di sebut molen dengan tujuan perhitungan benang sesuai dengan panjang atau lebarnya kain yang akan kita produksi (seperti yang lazim adalah 3600 helai benang).

(28)

SEMINAR TUGAS AKHIR 34 Gambar 2.27 Penganihan untuk lungsi

Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

F. Pencoletan Untuk Pakan

Pemberian warna sesuai yang diinginkan. Apabila benang yang sudah di celup dasar sudah kering, lalu ikatan di buka terlebih dahulu, kemudian dilakukan pencoletan/pengisian warna (disesuaikan dengan warna yang diinginkan/motif yang ditentukan). Setelah semua terisi warna lalu di jemur sampai kering.

Gambar 2.28 Pencoletan Untuk Pakan Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

G. Pengobatan/Fixasi

Penguatan warna. Sesudah kering, Siapkan baskom dan air bersih sebanyak 2 liter, masukkan pixanol 150 gr, aduk sampai larut. Masukkan benang hasil coletan yang sudah kering kedalam baskom, rendam selama 5 menit sambil diaduk, ngkat benang, cuci dengan air bersih, jemur sampai kering.

(29)

SEMINAR TUGAS AKHIR 35 Gambar 2.29 Pengobatan/fixasi

Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

H. Pengginciran

Pemilahan benang. Benang yang sudah kering tadi di tata dengan cara menggulung ke dalam suatu alat pengginciran, tujuannya untuk mempermudah dalam tahap pemaletan.

Gambar 2.30 Pengginciran Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

I. Pemaletan

Penggulungan benang ke dalam sekoci. Benang yang sudah selesai di gincir, kemudian di gulung lagi ke dalam palet agar memudahkan memasukan benang ke dalam sekoci, untuk selanjutnya ditenun.

(30)

SEMINAR TUGAS AKHIR 36 Gambar 2.31 Pemaletan

Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

J. Pencucukkan

Memasukkan benang ke guun dan serat/sisir. Siapkan benang lungsi yang sudah di bum, pasang bum pada posisinya, ambil ujung benang yang ada di bum, kemudian masukkan ke guun dengan cara; satu orang memberi umpan benang, orang lainnya mengkait benang dan memasukkan ke dalam guun sampai benang habis. Lakukan pencucukkan di sisir dengan cara yang sama.

Gambar 2.32 Pencucukan Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

K. Penenunan

Pasang benang pakan yang sudah dipalet ke dalam sekoci, pasang sekoci di bedag tenun, periksa posisi sekoci dengan cara menenun, lakukan penenunan. Selama penenunan, lakukan pengendalian/pengecekan terhadap kemungkinan putus benang lungsi dan pakan dengan cara mengamati selama proses penenunan. Hasil tenunan (kain) di lepas dari gulungan kain, kemudian di periksa kesesuaiannya.

(31)

SEMINAR TUGAS AKHIR 37 Gambar 2.33 Penenunan

Sumber: Dokumentasi Tenun Putri Ayu

2.3 Proses Pengolahan Air Limbah Bekas Pencelupan Tenun Ikat

Proses pengolahan air limbah yang akan digunakan di dalam pengolahan limbah hasil pencelupan pada Industri Tenun Ikat ini, yaitu menggunakan biofilter eceng gondok yang dapat menyaring kotoran, kandungan logam berat, dan zat kimia sehingga mengubah air limbah yang kotor menjadi air bersih yang jernih. Dengan pemanfaatan eceng gondok ini, selain dapat menghemat biaya produksi pengolahan limbah tekstil, juga dapat menghemat waktu dalam pengolahan limbah tersebut.

2.3.1 Eceng Gondok

Enceng gondok memiliki daya transpirasi yang besar terhadap berbagai macam hal yang ada di sekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng gondok dapat hidup di tanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak mengandung makanan. Selain itu daya tahan eceng gondok juga dapat hidup di tanah asam dan basa.

Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di atas permukaan air dan berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Selain itu, dalam waktu 8 bulan, Setiap 10 tanaman eceng gondok mampu berkembangbiak hingga 600.000 tanaman baru. Hal inilah membuat eceng gondok banyak dimanfaatkan guna untuk pengolahan air limbah. Kemampuan tanaman inilah yang banyak di gunakan untuk mengolah air limbah, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air limbah dengan tingkat efisiensi yang tinggi.

(32)

SEMINAR TUGAS AKHIR 38

1. Transpirasi

Jumlah air yang digunakan dalam proses pertumbuhan hanyalah memerlukan sebagian kecil jumlah air yang diadsorpsi atau sebagian besar dari air yang masuk ke dalam tumbuhan dan dikeluarkan meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan proses transpirasi, sebagian menyerap melalui batang tetapi kehilangan air umumnya berlangsung melalui daun. Laju hilangnya air dari tumbuhan dipengaruhi oleh kwantitas sinar matahari dan musim penanaman. Laju transpirasi akan ditentukan oleh laju eceng gondok yang terbuka lebar yang memiliki stomata yang banyak sehingga proses transpirasi akan besar dan beberapa actor lingkungan seperti suhu, kelembaban, udara, cahaya, dan angin.

2. Fotosintesis

Fotosintesis adalah sintesa karbohidrat dari karbondioksida dan air oleh klorofil. Menggunakan cahaya sebagai energi dengan oksigen sebagai produk tambahan. Dalam proses fotosintesi ini tanaman membutuhkan CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari akan menghasilkan glukosa dan senyawa organik lain. Karbondioksida yang digunakan dalam proses ini berasal dari udara dan energi matahari.

3. Respirasi

Sel tumbuhan dan hewan mempergunakan energi untuk membangun dan memelihara protoplasma, membran plasma, dan dinding sel. Energi terebut dihasilkan melalui pembakaran senyawa-senyawa. Dalam respirasi molekul gula atau glukosa (C6H12O6) diubah menjadi zat-zat sederhana yang disertai dengan pelepasan energy.

2.3.2 Penyerapan Oleh Eceng Gondok

Tumbuhan ini mempunyai daya regenerasi yang cepat karena potongan-potongan vegetatifnya yang terbawa arus akan terus berkembang menjadi eceng gondok dewasa. Eceng gondok sangat peka terhadap keadaan yang unsur haranya di dalam air kurang mencukupi, tetapi responnya terhadap kadar unsur hara yang tinggi juga besar. Proses regenerasi yang cepat dan toleransinya terhadap lingkungan yang cukup besar, menyebabkan eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pengendali pencemaran lingkungan. Sel-sel akar tanaman umumnya mengandung ion dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari pada medium sekitarnya yang biasanya bermuatan negatif. Penyerapan ini melibatkan energi, sebagai konsekuensi dan keberadaannya, kation memperlihatkan adanya kemampuan masuk ke dalam sel secara pasif ke dalam gradient elektrokimia, sedangkan anion harus diangkut secara aktif ke dalam sel akar tanaman sesuai dengan keadaan gradient konsentrasi melawan gradient elektrokimia. Di

(33)

SEMINAR TUGAS AKHIR 39

dalam akar, tanaman biasa melakukan perubahan pH kemudian membentuk suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor. Zat inilah yang kemudian mengikat logam kemudian dibawa ke dalam sel akar. Agar penyerapan logam meningkat, maka tumbuhan ini membentuk molekul rediktase di membran akar. Sedangkan model tranportasi di dalam tubuh tumbuhan adalah logam yang dibawa masuk ke sel akar kemudian ke jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem, kebagian tumbuhan lain. Sedangkan lokalisasi logam pada jaringan bertujuan untuk mencegah keracunan logam terhadap sel, maka tanaman akan melakukan detoksofikasi, misalnya menimbun logam ke dalam organ tertentu seperti akar. Menurut Grady, terdapat dua cara penyerapan ion ke dalam akar tanaman :

1. Aliran massa, ion dalam air bergerak menuju akar gradient potensial yang disebabkan oleh transpirasi.

2. Difusi, gradient konsentrasi dihasilkan oleh pengambilan ion pada permukaan akar. Dalam pengambilan ada dua hal penting, yaitu pertama , energi metabolik yang diperlukan dalam penyerapan unsur hara sehingga apabila respirasi akan dibatasi maka pengambilan unsur hara sebenarnya sedikit. Dan kedua, proses pengambilan bersifat selektif, tanaman mempunyai kemampuan menyeleksi penyerapan ion tertentu pada kondisi lingkungan yang luas.

2.3.3 Mekanisme Kerja Bak Biofilter Eceng Gondok

Sistem kerjanya adalah bak yang dibangun terbagi menjadi 4 tempat yaitu bak 1, bak 2, bak 3, dan bak 4. Setelah itu memilih dan mempersiapkan bahan yang akan digunakan yaitu air limbah tekstil, eceng gondok, dan gula sebagai inang bakteri yang terdapat pada eceng gondok. Pada bak pertama di masukkan air limbah sebanyak 200 liter yang kemudian dialirkan ke bak ke-2 yang diisi eceng gondok dan plurutan tanah pada akar eceng gondok kemudian ditambah gula sebanyak 200 liter dan diamkan air limbah ini dalam bak 2 selama 2 hari. Kemudian dialirkan dalam bak 3 yang terisi eceng gondok dan diamkan terendam selama 2 hari. Terakhir adalah bak ke-3 di alirkan dalam bak 4 dan diperoleh air bersih yang kemudian bisa dibuang tanpa mencemari lingkungan atau bisa dimanfaatkan untuk aktivitas lain.

2.4 Tinjauan Kebijakan Pemerintah

Tinjauan kebijakan pemerintah berisikan mengenai peraturan-peraturan wilayah mengenai Kabupaten Gianyar yang berpengaruh terhadap rancangan pengadaan Industri

(34)

SEMINAR TUGAS AKHIR 40

Tenun Ikat di Gianyar. Data peraturan pemerintah ini dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu kebijakan mengenai kain tradisional Bali, tata ruang dan tata bangunan. Pengelompokan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.4.1 Kebijakan Kain Tenun Ikat Bali

Kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai penggunaan kain tenun ikat menjadi peluang bagi Industri Tenun Ikat karena kebijakan ini dapat menaikan popularitas dari kain tenun ikat, selain itu dengan adanya kebijakan ini maka semakin banyak masyarakat yang mulai tertarik dan mengetahui jenis-jenis kain tenun ikat. Berikut merupakan kebijakan pemerintah terkait kain tenun ikat:

a. Kebijakan kain tenun ikat ini dikeluarkan oleh Gubernur Bali melalui Surat Edaran No. 04/ 2015 tentang penggunaan pakaian endek di Lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. b. Kebijakan Walikota Denpasar melalui Surat Edaran No. 3272 Tahun 2015 tentang

penggunaan pakaian kerja di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar yang isinya:

• Para pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS menggunakan pakaian kerja berbahan endek (salah satu kain tenun ikat) berwarna dan bercorak bebas pada hari kerja : Rabu, Kamis dan Jumat;

• Bagi para pelajar menggunakan pakaian sekolah berbahan endek (salah satu kain tenun ikat) berwarna dan bercorak bebas pada hari sekolah : Rabu, Kamis dan Jumat.

2.4.2 Kebijakan Mengenai Industri

Dalam Pasal 49 mengenai Kawasan Peruntukan Industri dijelaskan bahwa:

A. Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) huruf f terdiri atas:

a. kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan; b. kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah bahan bangunan;

c. pengembangan kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah kreatif; dan d. kawasan peruntukan agroindustri.

B. Kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan perak di Kecamatan Sukawati; b. industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan bambu di Kecamatan Blahbatuh; dan c. industri mikro, kecil dan menengah khusus kerajinan rakyat lainnya di Kecamatan Ubud.

(35)

SEMINAR TUGAS AKHIR 41

C. Kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah bahan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berada di Kecamatan Gianyar.

D. Pengembangan kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah kreatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa industri kerajinan, makanan olahan, dan unggulan lainnya berada di kawasan permukiman yang tersebar di seluruh kecamatan.

E. Kawasan peruntukan industri mikro, kecil dan menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) dapat dikembangkan dengan kegiatan pemusatan industri dengan luas paling sedikit 5 (lima) Hektar.

F. Kawasan peruntukan agroindustri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berada di Kawasan Agropolitan Payangan.

Dalam Pasal 103 mengenai ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 94 huruf f meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan: pendirian bangunan industri, industri pengolahan, penyediaan dan penataan fasilitas industri seperti pasar seni, pusat inovasi, pusat pengembangan dan pelatihan SDM serta kegiatan penunjangnya;

b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan selain kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan peruntukan industri antara lain hunian, rekreasi serta perdagangan dan jasa;

c. kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi selain kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan industri dengan prioritas untuk mengolah bahan baku lokal menggunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat dan kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b yang dapat mengganggu fungsi kawasan peruntukan industri dan dapat mengganggu kelestarian lingkungan;

d. penerapan intensitas pemanfaatan ruang pada kawasan peruntukan industri meliputi penerapan ketentuan KDB paling tinggi 60 (enam puluh) persen, ketinggian bangunan paling tinggi 3 (tiga) lantai, dan KDH paling rendah 10 (sepuluh) persen;

e. penerapan penyediaan IPAL pada kegiatan industri atau sentra industri;

f. pemanfaatan ruang kawasan peruntukan industri menerapkan ciri khas arsitektur Bali; dan

g. kegiatan industri yang berpotensi mencemari lingkungan diarahkan untuk mengelola dan memantau limbahnya lebih intensif dan/atau dialihfungsikan menjadi jasa.

(36)

SEMINAR TUGAS AKHIR 42 2.5 Kajian Terhadap Fasilitas Sejenis

2.5.1 Pertenunan Putri Ayu

Gambar 2.34 Pertenunan Putri Ayu Sumber: Foto Observasi 2016

a. Lokasi dan Gambaran Umum

Pertenunan Putri Ayu merupakan home industry yang bergerak dalam industri tenun ikat. Perusahaan ini merupakan perusahan swasta milik Ida Bagus Adnyana. Pertenunan ini terletak di Jalan Lapangan Astina Jaya No. 03, Blahbatuh - Gianyar.

Gambar 2.35 Layout Pertenunan Putri Ayu

b. Tinjauan Non-Arsitektural 1. Jenis Produk

Jenis produk yang dihasilakan adalah kain tenun ikat dengan jenis motif yang beragam, mulai dari tenun ikat dengan teknik ikat pakan, teknik ikat lungsi, teknik ikat ganda, dan teknik air brush. Produk yang dihasilkan atau kain yang sudah jadi akan dipajang dan

(37)

SEMINAR TUGAS AKHIR 43

dipamerkan di ruangan khusus secara eksklusif yang nantinya akan dipasarkan ke konsumen yang sudah memesan atau konsumen yang datang langsung kesana dengan sasaran pembelinya merupakan para wisatawan domestik maupun internasional.

2. Alat Pengolahan

Secara umum pertenunan ini menyediakan seluruh proses pengolahan kain dari pemintalan benang sampai jadi sehelai kain. Sehingga alat yang ada meliputi, alat kelosan, pemidangan, molen, pengginciran, sekoci, alat tenun bukan mesin, alat tenun mesin, kompresor, dan alat lainnya yang mendukung kegiatan.

3. Bahan Baku Pengolahan

Perusahan ini menggunakan benang sutera untuk pembuatan kain tenun ikat yang didatangkan dari luar, seperti India.

4. Proses Pembuatan A. Proses Tenun Ikat

Proses yang dilakukan di dalam pertenunan masih dengan teknologi tradisional yang memanfaatkan alat tenun bukan mesin yang masih dikerjakan oleh tenaga manusia. Adapun alur proses pembuatan kain tenun ikat, yaitu:

1. Pengelosan 2. Pemidangan 3. Pengikatan

4. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan 5. Penhanihan (Untuk Lungsi)

6. Pencoletan Untuk Pakan 7. Pengobatan/Fixasi 8. Pengginciran 9. Pemaletan 10. Pencucukkan 11. Penenunan

B. Proses Tenun Ikat Air Brush

(38)

SEMINAR TUGAS AKHIR 44 2. Pemidangan 3. Pemberian Warna 4. Pengginciran 5. Pemaletan 6. Pencucukkan 7. Penenunan

5. Pengelolaan Pertenunan Putri Ayu

Pertenunan Putri Ayu ini memiliki tenaga kerja yang semuanya kewarganegaraan Indonesia dengan jumlah 60 orang belum termasuk dari direktur utama dan pengurus lainnya.

c. Tinjauan Arsitektural

Fasilitas – fasilitas yang disediakan dari bangunan ini seperti, ruang penyimpanan kain, ruang tempat tenun, ruang pengolahan benang, dan kantor pengelola.

1) Galeri Kain

Di dalam galeri ini penataan kain tenun ikat masih kurang tertata dengan rapi. Pencahayaan pada kain masih sangat kurang. Terlihat ada beberapa titik lampu sorot yang mati, sehingga membuat kain yang dipajang kurang terlihat jelas motifnya. Penghawaan yang terjadi di dalam ruangan juga masih terbilang kurang. Karena ketika saya berada di dalam galeri ini sangat terasa panas dan gerah.

2) Ruang Pengolahan Benang

Di dalam ruang pengolahan benang perletakkan alat dan furniture masih kurang tertata sehingga menyebabkan sirkulasi yang terjadi di dalam ruangan menjadi terganggu. 3) Ruang Alat Tenun Bukan Mesin

Pada ruang ini besaran ruang berbanding terbalik dengan jumlah alat. Karena jumlah alat yang begitu banyak menyebabkan alat-alat diletakkan terlalu berdempetan sehingga membuat sirkulasi menjadi terganggu dan ruangan menjadi panas.

(39)

SEMINAR TUGAS AKHIR 45

Gambar 2.36 Eksterior tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi Sumber: Foto Observasi 2016

Gambar 2.37 Interior tempat menyimpan kain tenun ikat yang sudah jadi Sumber: Foto Observasi 2016

Gambar 2.38 Ruang untuk melakukan kegiatan menenun Sumber: Foto Observasi 2016

Gambar 2.39 Ruang pengolahan benang Sumber: Foto Observasi 2016

(40)

SEMINAR TUGAS AKHIR 46 2.5.2 Pertenunan Wisnu Murti

Gambar 2.40 Pertenunan Wisnu Murti Sumber: Foto Observasi 2016 a. Lokasi dan Gambaran Umum

Pertenunan Wisnu Murti merupakan home industry yang bergerak dalam industri tenun ikat. Perusahaan ini merupakan perusahan swasta milik I Nyoman Lugra. Pertenunan ini merupakan binaan dari Bank Indonesia dan pernah mendapatkan dana dari bank Indonesia. Pertenunan ini terletak di Jalan Selukat, Keramas - Gianyar.

(41)

SEMINAR TUGAS AKHIR 47 b. Tinjauan Non-Arsitektural

1. Jenis Produk

Jenis produk yang dihasilakan adalah kain tenun ikat dengan jenis motif yang beragam, mulai dari tenun ikat dengan teknik ikat pakan, teknik ikat lungsi, dan teknik ikat ganda. Produk yang dihasilkan atau kain yang sudah jadi akan dipajang dan dipamerkan di ruangan khusus secara eksklusif yang nantinya akan dipasarkan ke konsumen yang sudah memesan atau konsumen yang datang langsung kesana dengan sasaran pembelinya merupakan para wisatawan domestik maupun internasional.

2. Alat Pengolahan

Secara umum pertenunan ini menyediakan seluruh proses pengolahan kain dari pemintalan benang sampai jadi sehelai kain tetapi dalam skala kecil. Sehingga alat yang ada meliputi, alat kelosan, pemidangan, pengginciran, sekoci, alat tenun bukan mesin, dan alat lainnya yang mendukung kegiatan.

3. Bahan Baku Pengolahan

Perusahan ini menggunakan benang sutera untuk pembuatan kain tenun ikat yang didatangkan dari India.

4. Proses Pembuatan Tenun Ikat

Proses yang dilakukan di dalam pertenunan masih dengan teknologi tradisional yang memanfaatkan alat tenun bukan mesin yang masih dikerjakan oleh tenaga manusia. Adapun alur proses pembuatan kain tenun ikat, yaitu:

1. Pengelosan 2. Pemidangan 3. Pengikatan

4. Pencelupan Untuk Lungsi Dan Pakan 5. Penhanihan (Untuk Lungsi)

6. Pencoletan Untuk Pakan 7. Pengobatan/Fixasi 8. Pengginciran 9. Pemaletan 10. Pencucukkan

Gambar

Gambar 2.3  Guun berfungsi untuk memasukkan benang-benang yang melajur ke dalam serat sisir
Gambar 2.5 Injak-injak berfungsi untuk mengatur memegang benang yang melintang.
Gambar 2.7 Palet berfungsi untuk menggulung benang pakan yang akan ditaruh di teropong
Gambar 2.8 Alat Tenun Cagcag merupakan alat tenun tradisional pertama di Bali.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu melalui perancangan branding kain tenun ikat sutra Garut, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal dan menggunakan kain tenun ikat sutra Garut sebagai

Untuk memperkenalkan kain tenun ikat endek Bali dikalangan anak muda diperlukan media promosi yang menarik agar anak muda mau Mengenal dan memakai kain tenun

Kelangsungan usaha industri tenun ikat diukur dengan perkembangan produksi, tenaga kerja, dan bahan baku yang digunakan pada industri tenun ikat tradisional tersebut..

Penulis menggunakan kain tenun ikat sebagai bahan dasar dalam pembuatan busana pengantin karena selama ini kain tenun ikat hanya digunakan sebagai bahan dasar sarung dan

Untuk masalah permodalan, komunitas pengrajin kain tenun ikat masih banyak yang kesulitan dalam hal itu sebab mereka mencari modal sendiri, tenaga kerja atau karyawan lebih

proses pembuatan tenun ikat ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) sarung goyor, serta motif atau ragam hias yang terdapat pada tenun ikat ATBM(Alat Tenun Bukan Mesin) sarung

Penelitian ini bertujuan untuk membuat kain tenun ATBM dobby dan kombinasi ikat dari motif batik tradisional yaitu motif khas Kota Bandung yang dikembangkan dan disesuaikan dengan

Koleksi- koleksi yang dipajang pada galeri ini terdiri dari kain tenun endek dengan motif yang beragam, kain songket, dan beberapa kerajinan yang menggunakan bahan kain tenun,