BAB I
KASUS
I. IDENTITAS PASIENNama : Tn. S
Usia : 32 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Subali Makam IIRt 04/ II Kapyak, Semarang
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Buruh
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
No RM : 507193
Masuk rumah sakit : 22 Juni 2016 (IGD) II. ANAMNESIS
Primary survey A : Adekuat
B : RR : 22 x /menit
C : TD : 110/75 mmHg, N : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup, akral hangat, capp refill < 2
D : GCS 15 (E4M6V5), Pupil isokor 3mm/3mm
E : Suhu : 36,70C, Didapatkan jejas pada bahu kiri, vulnus excoriatum pada punggung tangan kanan dan punggung kaki kanan.
Secondary survey
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 26 Juni 2016, pukul 14.00, di Bangsal Anggrek kamar nomor 10.1 RSUD Tugurejo Semarang.
Keluhan Utama : Nyeri pada bahu kiri Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan nyeri pada bahu kiri post kecelakaan lalu lintas. Sebelumnya, pasien terjatuh dari sepeda motor, pasien terjatuh sendiri saat akan menghindari batu di depannya. Kemudian pasien mengerem mendadak dan akhirnya pasien terpelanting kedepan dengan posisi bahu kiri terbentur trotoar. Saat kejadian, kepala pasien tidak terbentur sesuatu, Pasien sadar, tidak mual muntah dan tidak pusing. Kesemutan pada daerah bahu sampai jari-jari tangan (-), keluar darah dari telinga maupun hidung disangkal. Nyeri dirasakan terus menerus, nyeri dirasakan bertambah ketika bahu digerakkan. Jari-jari tangan pasien masih bisa digerakkan.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat AMPLE
Alergi : obat (disangkal), makanan (disangkal)
Medicine : obat (disangkal), alkohol (diakui), merokok (diakui) Past Illness :
Riwayat Kecelakaan : post KLL 1 jam sebelum masuk RS
Riwayat Operasi : disangkal
Riwayat Kencing Manis : disangkal
Riwayat Darah tinggi : disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Last meal : makan nasi (sekitar jam 15.00 WIB) sebelum kecelakaan. Event/Environment : pasien jatuh di jalan beraspal
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal dikeluarganya ada yang menderita asma, darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, alergi obat, dan alergi makanan.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai buruh, tinggal bersama keluarga. Biaya pengobatan menggunakanan Jamkesda. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan namun pasien mengkonsumsi alkohol dan rokok.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaa fisik dilakukan tanggal 26 Juni 2016, pukul 14.20, di Bangsal Anggrek kamar nomor 10.1 RSUD Tugurejo Semarang.
Keadaan Umum : Tampak kesakitan
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5) Tanda vital :
TD : 110/75 mmHg
Nadi : 82x / menit (reguler, isi dan tegangan cukup)
RR : 22 x /menit (reguler)
T : 36,7°C (axiler) Status Gizi :
BB : 56 kg
TB : 165 CM
Kesan gizi : 20,56 kg/m2 (Normal)
Status Generalisata
Kepala : Mesosefal, vulnus laceratum (-), vulnus excoriatum (-)
Mata : Corpus alienum (-/-), konjungtiva anemis (-/-), edem palpebra (-/-), hematoma palpebra inferior (-/-), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+), pupil isokor (3mm/3mm).
Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-), jejas (-), rhinorea (-/-) Telinga : Jejas (-), othorea (-/-), battle sign (-/-)
Mulut : Lembab (+), sianosis (-), perdarahan (-)
Leher : Tiroid (Normal), Jejas (-), deviasi trakea (-), deformitas (-), pembengkakan (-), JVP (Normal)
Thorax : Paru
Paru depan Paru belakang Inspeksi Statis Dinami s Normochest, simetris, kelainan kulit (-/-), sudut arcus costa dalam batas normal, ICS dalam batas normal Pengembangan pernafasan paru normal Normochest, simetris, kelainan kulit (-/-) Pengembangan pernapasan paru normal
Palpasi Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-), ICS dalam batas normal, taktil fremitus sulit dinilai
Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-), ICS dalam batas normal, taktil fremitus sulit dinilai Perkusi
Kanan Kiri
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru.
Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru. Auskultasi Suara dasar vesicular, Ronki
(-/-), Wheezing (-/-)
Suara dasar vesicular, Ronki (-/-),Wheezing (-/-)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
SD : vesikuler SD : vesikuler
ST : Ronki (-), wheezing (-) ST: Ronki (-), wheezing (-) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi :
Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistra
Konfigurasi jantung (dalam batas normal)
Auskultasi : Regular, suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler. Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV(-). Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar
Auskultasi : Bising usus 15 kali/menit (normal)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, pekak sisi (+) normal, peka alih (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), supel, Tidak teraba pembesaran organ
Ekstremitas Superior Inferior Warna kulit Vulnus laserasi Vulnus excoriatum Hematom Oedem Akral Capillary Refill Parestesi Nyeri Pulsasi Gerak aktif Gerak pasif Kekuatan
(sama dengan kulit sekitar / sama dengan kulit
sekitar) (-/-) (+/-) (-/-) (-/-) (hangat / hangat) (< 2 detik / < 2 detik) (-/-) (-/-) (-/-) (bebas / tebatas) (bebas / terbatas) (5555 / 5555)
(sama dengan kulit sekitar / sama dengan kulit
sekitar) (-/-) (-/+) (-/-) (-/-) (hangat / hangat) (< 2 detik / < 2 detik) (-/-) (-/-) (-/-) (bebas / bebas) (bebas / bebas) (5555 / 5555)
Status Lokalisata Regio clavicula sinistra
Look : tampak jejas luka pada clavicula sinistra, tak tampak penonjolan abnormal, oedema (+), perdarahan (-).
Feel : nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat (+).
Move : gerakan aktif dan pasif terhambat, gerakan abduksi lengan kiri terhambat, gerakan rotasi sendi bahu terhambat, nyeri bila digerakkan (+). IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium (22 Juni 2016) Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Leukosit L 11,70 10^3/ul 3,8-11 Eritrosit 5,89 10^6/ul 4,4-5,9 Hb 15,70 g/dl 13,2-17,2 Hematokrit 43,40 % 40-52 MCV L 73,70 Fl 80 – 100 MCH 26,70 Pg 26 – 34 MCHC H 36,70 g/Dl 32 – 36 Trombosit 267 10^3/ul 150-440 RDW 14,20 % 11.5-14.5
Eosinofil absolut 0,07 10^3/ul 0,045 – 0,44
Basofil absolut 0,05 10^3/ul 0 – 0,2
Netrofil absolut H 8,85 10^3/ul 1,8 – 8
Limfosit absolut 1,96 10^3/ul 0,9 – 5,2
Monosit absolut 0,77 10^3/ul 0,16 – 1
Eosinofil L 0,60 % 2 – 4
Basofil 0,40 % 0 – 1
Neutrofil H 75,60 % 50 -70
Limfosit L 16,80 % 25 - 40
Monosit 6,60 % 2 –8
Kimia klinik (serum) B
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
normal
Kalium 3,80 mmol/L 3,5-5,0
Natrium 142,0 mmol/L 135-145
Chlorida H 105,2 mmol/L 95,0-105
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
GDS 97 ml/dL <125 SGOT 20 U/L 0-30 SGPT 14 U/L 0-32 Ureum 27,5 mg/dL 10-50 Creatinin 1,09 mg/dL 0,60-0,90 Calsium 138 mmol/L 135-145 2. Foto rontgen
- Tampak fraktur clavicula sinistra region 1/3 media, kedudukan tulang tidak segaris, tampak interposisi, dan tampak avulsi fraktur
- Sela sendi akromio clavicular baik - Jaringan lunak baik
Kesan : fraktur clavicula sinistra region 1/3 medial, kedudukan tulang tidak segaris.
X foro rontgen clavicula sinistra AP (post ORIF 27 Juni 2016)
- Tampak terpasang plate & screw pada clavicula sinistra dengan
gambaran fraktur clavicula sinistra region 1/3 tengah kedudukan tulang baik
- Sela sendi akromio clavicular baik - Jarigan lunak baik
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo Semarang dengan keluhan nyeri pada bahu kiri post kecelakaan lalu lintas. Sebelumnya, pasien terjatuh dari sepeda motor, pasien terjatuh sendiri saat akan menghindari batu di depannya. Kemudian pasien mengerem mendadak dan akhirnya pasien terpelanting
kedepan dengan posisi bahu kiri terbentur trotoar. Saat kejadian, kepala pasien tidak terbentur sesuatu, Pasien sadar, tidak mual muntah dan tidak pusing. Kesemutan pada daerah bahu sampai jari-jari tangan (-), keluar darah dari telinga maupun hidung disangkal. Nyeri dirasakan terus menerus, nyeri dirasakan bertambah ketika bahu digerakkan. Jari-jari tangan pasien masih bisa digerakkan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak kesakitan, kesadran CM. TD 110/75 mmHg, HR 82 x/menit, RR 22 x/menit, T 36,70C. Status generalisata dalam batas nomal.
Pada status lolakis region clavicula sinistra tampak jejas luka pada clavicula sinistra, oedema (+), nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat (+), gerakan aktif dan pasif terhambat, gerakan abduksi lengan kiri terhambat, gerakan rotasi sendi bahu terhambat, nyeri bila digerakkan (+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil laboratorium leukosit H 11,70, MCV L 73,70, MCHC H 36,20, neutrofil absolute H 8,85, eosinofil L 0,60, neutrophil H 75,60, limfosit L 16,80, chloride H 105,2. Foto Rongten AP hasil Tampak fraktur clavicula sinistra region 1/3 media, kedudukan tulang tidak segaris, tampak interposisi, dan tampak avulsi fraktur, Sela sendi akromio clavicular baik, Jaringan lunak baik. Kesan : fraktur clavicula sinistra region 1/3 medial, kedudukan tulang tidak segaris.
VI. INITIAL PLAN
Diagnosis kerja : Fraktur clavicula kominutif 1/3 medial sinistra a. Ip Tx:
- Pasang spalk pada regio femur melewati dua sendi - Infus RL 20 tpm
- Injeksi ceftriaxone 1 gram IV, skin test terlebih dahulu - Injeksi dexketoprofen 1 ampul
- Pasang mitela
- Rujuk bedah ortopedi pro ORIF b. Ip Mx:
- Keadaan umum - Tanda vital
- Perbaikan tanda dan gejala - Hasil pemeriksaan penunjang - Kondisi luka operasi
- Perbaikan movement c. Ip. Ex :
- Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang penyakit yang dialami pasien
- Bahu kiri pasien jangan banyak digerakkan terlebih dahulu - Menjelaskan kemungkinan perlunya tindakan operasi.
- Menjelaskan komplikasi jika patah tulang tidak segera di perbaiki - Mengikuti fisioterapi teratur
- Menjaga kebersihan luka - Minum obat teratur VII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, harus diketahui keadaan fisik tulang dan keadaaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Fraktur klavikula adalah kerusakan dari tulang klavikula (biasanya disebut dengan tulang selangka). Tulang tersebut menghubungkan sternum ke bahu.3
Fraktur klavikula dapat terjadi pada tiga tempat :
• Pertengahan klavikula : merupakan tempat yang paling sering terjadi. • Sepertiga distal : ujung dari klavikula yang menghubungkan klavikula
dengan bahu.
• Sepertiga medial : ujung klavikula yang menghubungkan klavikula dengan sternum.3
Osteologi
Pada potongan koronal, tulang klavikula merupakan tulang yang kecil dan tipis, lebih lebar pada sisi medial dan terlihat jelas lebih tipis pada sepertiga lateral. Pada potongan axial, struktur tiga dimensi tulang klavikula semakin jelas telihat. Tulang klavikula berbentuk seperti huruf S, pada ujung sisi medial berbentuk cembung dan ujung sisi lateral berbentuk cekung. Pada proyeksi axial, tulang klavikula baik sisi medial maupun lateral mempunyai permukaan yang datar, dihubungkan oleh bagian tengah klavikula yang berbentuk seperti tabung dan tipis. Area transisi pertengahan tulang klavikula menunjukkan struktur penghubung yang lemah. Pertengahan klavikula, merupakan daerah yang paling sering terjadi fraktur. Pada akhirnya, jika terlihat pada potongan sagital, luas daerah transisi tulang klavikula dari anterior ke posterior dapat terlihat dengan jelas.1
Gambar 1. Osteologi Klavikula. Ligamen medial
Bulbus-bulbus pada ujung medial klavikula menyokong sendi
sternoclavicular. Terdapat beberapa lapis dari ligamen tersebut yang mendukung
sendi tersebut, yang sangat diperlukan secara anatomis apabila terjadi fraktur dan pergeseran tulang.
Penebalan yang spesifik pada sendi sternoclavicular menunjukkan suatu ligamen kapsul. Penebalan ini terdapat pada sisi anterosuperior dan posterior dari kapsul. Ligamen-ligamen ini mungkin merupakan persendian sternoclavicular yang paling kuat dan yang menghambat pergeseran superior dari sisi medial klavikula, dan pergeseran inferior pada sisi ujung lateral klavikula. Kapsul posterior ditetapkan sebagai struktur yang paling penting dalam menahan pergeseran/translasi ke arah anterior maupun posterior pada sendi
sternoclavicular.
Gambar 2. Ligamen sternoclavicular yang kuat menopang klavikula pada posisi yang tepat.1
Gambar 4. Ligamen Sternoclaviular. Ligamen interclavicula
Ligamen-ligamen yang kuat terbentang dari medial klavikula sampai sisi superior sternum sampai kontralateral dari klavikula. Ligamen tersebut merenggang pada saat bahu diangkat tetapi menghambat pergeseran yang menurun dari ujung lateral klavikula.
Ligamen costoclavicula
Ligamen costoclavicula merupakan ligamen yang kuat yang berjalan dari bagian atas dari iga pertama dan bagian yang berdekatan dari sternum sampai bagian inferior dari klavikula. Kadang-kadang, ligamen tersebut keluar dari bagian medial klavikula yang menjadi tempat perlengketan fossa rhomboid. Untuk tujuan studi tentang anatomi, serat-serat ligamen costoclavicular menstabilkan medial klavikula melawan rotasi keatas dan kebawah.
Ligamen coracoclavicular
Ligamen trapezoid dan conoid merupakan ligamen yang tebal, dan kuat yang berjalan dari dasar dari processus coracoid dari scapula sampai bagian inferior dari lateral klavikula. Ligamen trapezoid menempel pada tonjolan tulang yang spesifik, sedangkan ligamen conoid yang lebih medial berinsersi pada
conoid tubercle. Ligamen-ligamen ini memberikan fungsi yang penting sebagai
Ligamen Acromioclavicular
Kapsul dari sendi acromioclavicular membentuk ligamen-ligamen
acromioclavicular. Pada bagian superior, dan pada bagian posterosuperior,
ligamen tersebut menahan pergeseran anteroposterior dari distal klavikula. Studi biomekanis yang terbaru menyebutkan bahwa kapsul acromioclavicular menahan translasi anterior-posterior.
Anatomi otot
Beberapa otot yang penting mempunyai origo dan insersi di klavikula. Pada bagian medial, terdapat origo dari pectoralis mayor dan sternohyoid. Sudut dari fraktur klavikula yang paling penting, yaitu pada superomedial klavikula dengan origo pada sternocleidomastoid. Pada fraktur pertengahan klavikula, origo tersebut di konversikan kepada insersi, sternocleidomastoid menjadi elevator medial klavikula. Pada permukaan bawah pertengahan klavikula merupakan titik insersi dari otot subclavius. Pada bagian lateral, anterior klavikula merupakan tempat dari origo deltoid bagian anterior dengan klavikula bagian posterosuperior juag menjadi insersi tambahan dari otot trapezius. Otot lain yang penting yang berhubungan dengan anatomi klavikula yaitu platysma. Otot platysma berlokasi pada jaringan subcutan pada fascia cervical, platysma mempunyai origo diatas deltoid dan pectoralis mayor dan menyilang pada permukaan anterior superfisial klavikula sebelum berinsersi pada mandibula, kulit, dan otot mulut.1
Anatomi Neurovaskular
Dari segi sudut pandang untuk kepentingan bedah, anatomi neurovaskular dibagi menjadi anterior dan posterior. Pada bagian anterior, struktur yang paling utama yaitu saraf supraclavicular. Percabangan dari pleksus cervical, saraf tersebut berorigo sebagai trunkus pada batas posterior dari sternocleidomastoid. Trunkus tersebut dibagi menjadi anterior, pertengahan, dan saraf posterior yang melintasi permukaan superfisial dari bagian dalam klavikula sampai platysma.
Jupiter dan Ring merekomendasikan lokasi dan preservasi saraf supraclavicular
selama pendekatan bedah pada pertengahan klavikula.
Tulang klavikula mempunyai fungsi yang penting sebagai tulang pelindung pleksus brakhialis, vena jugular dan subclavia. Secara spesifik, permukaan superior dari pertengahan klavikula membentuk batas inferior dari segitiga posterior leher. Isi dari sgitiga tersebut yang penting adalah pleksus brachialis dan arteri subclavia.1
C. Mekanisme trauma Trauma tidak langsung
Pada penjelesan awal dari klasifikasi fraktur, Allman menjelaskan bahwa mekanisme trauma fraktur klavikula yaitu jatuh dengan tangan terulur atau jatuh dengan bahu sebagai tumpuan. Berdasarkan data-data terbaru, trauma langsung merupakan penyebab utama fraktur klavikula. Stanley et al meneliti 122 pasien yang terkena fraktur klavikula, 87% terjadi dengan bahu sebagai tumpuan, dan hanya 6% yang jatuh dengan tangan terulur. Tidak ditemukan hubungan antara lokasi fraktur dan mekanisme trauma. Mekanisme utama penyebab fraktur klavikula adalah kompresi. Untuk sebagian besar fraktur klavikula, diperlukan ruda paksa secara langsung pada bagian lateral bahu. Kecuali bila lengan atas secara signifikan terulur ke bahu, akan menyebabkan ketegangan dan bukan kompresi yang menyebabkan fraktur klavikula.4,5
Gambar 6. Mekanisme trauma paling sering terjadi pada fraktur klavikula adalah trauma pada superolateral bahu.
Trauma langsung
Oleh karena jaringan subcutan klavikula yang tipis, membuat klavikula rentan terhadap trauma. Dengan posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna. Mekanisme tersebut dapat terjadi baik karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Karena trauma langsung tidak tergantung dari kekuatan otot atau posisi lengan atas, semua regio klavikula mudah terkena. Aktivitas olahraga dapat menyebabkan trauma langsung terhadap klavikula termasuk bersepeda maupun bermain ski. Berdasarkan studi terbaru dari swedia didapat bahwa bersepeda merupakan penyebab utama terjadinya fraktur klavikula baik pada laki-laki maupun perempuan.4,5
Beberapa grup peneliti dari Jepang memeriksa 3103 kasus fraktur ekstremitas atas atau dislokasi pada pemain ski salju dan ski. Fraktur klavikula banyak terjadi pada pemain ski (32%) sedangkan pemain ski salju paling banyak terkena fraktur pada pergelangan tangan (62% dari jumlah seluruhnya).4,5
D. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur clavicula adalah tulang pertama yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio pada minggu ke lima dan enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian proksimal dan tulang scapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada bagian proximal tulang clavicula bergabung dengan sternum disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC).6
Pada bagian distal clavicula (AC), patah tulang pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang clavicula adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak dibawah kulit maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang clavicula terjadi akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke
bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan fraktur.6
E. Klasifikasi
Secara umum fraktur clavicula menurut Armis (2002) diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu:4
1. Fraktur pada sepertiga tengah clavicula (insiden kejadian 75% - 80%). Pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya terjadi pada pasien muda. 2. Fraktur atau patah tulang clavicula terjadi pada distal ( insiden kejadian
15%).
3. Fraktur clavicula pada sepertiga proksimal (5% pada kejadian ini berhubungan dengan cidera neurovaskuler).
F. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada fraktur klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Fraktur klavikula sangat mudah didiagnosa dengan pemeriksaan fisik karena jaringan subkutis yang sangat tipis. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen fraktur. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Trauma pada pleksus brakhial yang berhubungan dengan fraktur klavikula dapat terjadi. Kerusakan vaskular walaupun jarang tetapi dapat terjadi terutama pada arteri subklavia.4,5,6,7
G. RADIOLOGIS
Diagnosis fraktur klavikula biasanya terlihat dari radiografi proyeksi AP. Pada keadaan emergensi, ahli bedah dapat hanya menggunakan foto dada dengan
proyeksi AP untuk mendiagnosis fraktur klavikula. Untuk visualisasi yang lebih baik, radiografi dengan proyeksi oblik dapat membantu. Untuk mendapatkan visualisasi tersebut, arah sinar datang dari sudut 20 derajat dari arah cephalad, dengan posisi lengan abduksi 135 derajat.8
A. Proyeksi AP. B. Proyeksi oblik.
Gambar 7. Gambaran radiologis fraktur klavikula H. PENANGANAN
Pada prinsipnya penangan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk. Kebanyakan patah tulang klavikula telah berhasil ditangani dengan metode tanpa operasi. Perawatan nonoperative dengan cara mengurangi gerakan di daerah patah tulang.
Tujuan penanganan adalah menjaga bahu tetap dalam posisi normalnya dengan cara reduksi tertutup dan imobilisasi. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap
pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.8.9
Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligament
coracoclavicular atau acromioclavicular dapat ditangani dengan sling dan
pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen coracoclavicular, akan terjadi pergeseran, yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna.
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
Fraktur terbuka.
Terdapat cedera neurovaskuler.
Fraktur komunitif.
Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).2
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Obat obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat.
Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan 1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan kemudian setiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang).
Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali normal.6,7
Gambar 8. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal pada fraktur klavikula.5 I. KOMPLIKASI
1. Komplikasi dini
Cedera pembuluh darah
Hal ini jarang terjadi , biasanya terjadi karena trauma awal atau tekanan sekunder dari kallus atau deformitas yang tersisa.
Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik, dimana fungsi dari bahu masih normal.
Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang lebih dari 15 mm
dapat menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk memperbaiki deformitas tersebut. Didiagnosa dari jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi selama 4 sampai 6 bulan.
Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar 0,9
% sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak adekuat, fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur terbuka, dan adanya refaktrur.5,6,7
Pneumouthorax
Haemothorax
Cedera pleksus Brachialis5 2. Komplikasi lanjut
Malunion: Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal. Biasanya berupa pemendekan dengan adanya angulasi. Sebagian besar merupakan masalah kosmetik, dimana fungsi dari bahu masih normal.
Eskola melaporkan bahwa pemendekan yang lebih dari 15 mm dapat
menimbulkan nyeri oleh karena adanya penonjolan dari fragmen tulang. Diperlukan osteotomy, cangkok tulang, dan fiksasi untuk memperbaiki deformitas tersebut.
Nonunion: Didiagnosa jika tidak ada penyambungan tulang secara radiografi selama 4 sampai 6 bulan. Daerah yang paling sering terkena yaitu pada pertengahan klavikula karena hanya sedikit jaringan lunak yang menempel. Insidensi sekitar 0,9 % sampai 4 %. Faktor predisposisinya yaitu karena immobilisasi yang tidak adekuat, fragment fraktur yang terlalu bergeser, lokasi daerah fraktur, fraktur terbuka, dan adanya refaktrur.5
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadiwidjaja, Satimin. 2004. Anatomi Extremitas (Suatu Pendekatan Anatomi
Regional) Jilid 2 Sei Extremitas Inferior. Sebelas Maret University Press.
Surakarta
2. Moore, Keith L, 2002. Essential Clinical Anatomy. Hipokrates: Jakarta.
3. Richard, S.S, 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6, RGC : Jakarta
4. De Jong, 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih Bahasa : TIM Penerbit Ilmu
Kedokteran, editor : Sjamsuhidajat, R, Edisi 2, EGC : Jakarta.
5. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue.
6. Helmi, Z.N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskletal, Jakarta: Salemba
Medika.
7. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC. 8. Skinner, Harry B. 2006. Current Diagnosis & Treatment In Orthopedics. USA: