• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) terhadap Keberhasilan Program Pengembangan USAha Agribisnis Pedesaan (Puap) di Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) terhadap Keberhasilan Program Pengembangan USAha Agribisnis Pedesaan (Puap) di Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

430

PERANAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN (PPL) TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

DI KECAMATAN SUNGKAI SELATAN, KABUPATEN LAMPUNG UTARA (The Roles of Agricultural Extension Workers (AEW) Towards The Successof Rural Agribusiness

Development Program (PUAP) in Sungkai District of North Lampung Regency) Riyando Ardika Aria, Tubagus Hasanuddin, Rio Tedi Prayitno

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145, Telp: 085768390005, e-mail: riyandoardika@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study are to analyzethe success level of PUAP program, the level of the AEW’roles on PUAP program, and the factors related to the success of the PUAP program. This research was conducted in Sungkai District of North Lampung Regency. The samples are 52 farmers selected randomly and 12 Agricultural Extension Workers selected purposively. The data analysis methods used are qualitative-descriptive analysis, tabulation, and Rank Spearman correlation. The results showed that the PUAP program has been successful, inrelation to output, outcome, benefit, and impact.The level of AEW’sroles towards the success of PUAP program was in good category, in the roles as the diseminator of information/inovation, facilitator, supervisor, monitoring, and evaluator. The factors related to the successof PUAP Program were the level ofAEW’sroles, the level of farmer’s participation, the level of managementfunds received by farmers, and farmers' level of knowledge about PUAP program.

Key words: Agricultural Extension Worker,PUAP program, role, success PENDAHULUAN

Upaya pengentasankemiskinan petani dimulai pada tahun 2008 melalui Progam Pengembangan Agribisnis Perdesaan (PUAP) di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat (Kementan 2008). Sejak tahun 2008 dan 2009, PUAP ditingkat nasional telah dilaksanakan di 20.426 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai pusat pertumbuhan agribisnis dipedesaan. Diharapkan melalui Gapoktan PUAP dapat menumbuhkan tingkat keswadayaan masyarakat petani sesuai dengan kebijakan PNPM-Mandiri (Deptan 2008).

Keberhasilan program PUAP dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pemberdayaan petani serta peningkatan kelembagaan ekonomi petani melalui kemitraan lembaga keuangan merupakan salah satu usaha dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa serta memajukan kesejahteraan rakyat sebagaimana tertuang dalam undang-undang.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam pembangunan pertanian mempunyai mandat untuk menyelenggarakan pendidikan non formal bagi petani–nelayan, keluarga tani dan masyarakat luas khususnya di pedesaan (Djari 2008). Tujuan penyuluhan pertanian adalah mengubah perilaku sasaran. Perubahan perilaku tersebut adalah perubahan tingkat pengetahuan petani yang lebih luas dan mendalam, perubahan kecakapan atau keterampilan tehnis dan perubahan sikap yang lebih progresif (Mardikanto 1993).

Kegiatan penyuluhan pertanian sebagai proses belajar, bagi petani–nelayan melalui pendekatan kelompok dan diarahkan untuk terwujudnya kemampuan kerjasama yang lebih efektif. Sehingga mampu menerapkan inovasi, mengatasi berbagai resiko kegagalan usaha, menerapkan skala usaha yang ekonomis untuk memperoleh pendapatan yang layak. Serta sadar akan peranan serta tanggung jawabnya sebagai pelaku pembangunan, khususnya pembangunan pertanian. Adanya program PUAP dan kehadiran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di tengah-tengah masyarakat tani di desa masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumberdaya manusia (petani) sehingga mampu mengelola sumberdaya alam

(2)

yangada secara intensif demi tercapainya peningkatan produktifitas dan pendapatan atau tercapainya ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi.

Salah satu kabupaten yang terus mengembangkan sektor pertanian yaitu Kabupaten Lampung Utara khususnya Kecamatan Sungkai Selatan. Program PUAP di Kabupaten Lampung Utara merupakan program terobosan Departemen Pertanian (2008) untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor.

Penyuluhan pertanian sangat penting artinya dalam memberikan modal bagi petani dan keluarganya, sehingga memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan dalam memperbaiki kesejahteraan hidup petani dan keluarganya, tanpa harus merusak lingkungan di sekitarnya (Djari 2008). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana peranan penyuluh pertanian lapang (PPL) dalam program PUAP di Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara. Secara rinci, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Tingkat keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara, Tingkat peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) terhadap Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara, dan Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Sungkai Selatan.Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (daerah yang menjalankan program PUAP). Jumlah sampel ditentukan secara sengaja yaitu semua PPL yang ada di desa Banjar Ketapang dan Labuhan Ratu Pasar yaitu berjumlah 12 responden, dan petani yang diambil dari dua desa tersebut yang terdiri dari 13 kelompok tani. Responden masing-masing kelompok tani adalah ketua, sekretaris, dan 2 anggota kelompok dengantotal petani responden berjumlah 52 petani. Sehingga diperoleh jumlah total responden berjumlah 64 responden.

Klasifikasi data lapangan dirumuskan berdasarkan pada rumus Sturges dalam Dajan (1996) dengan rumus : K Y -X   Keterangan : Z = Interval kelas X = Nilai tertinggi Y = Nilai terendah

K = Banyaknya kelas atau kategori Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik korelasi peringkat Rank Spearman dengan SPSS 16.0 (Statistical Package For Social Science). Adapun rumus uji koefisien korelasi Rank Spearman (Siegel 1997) adalah sebagai berikut:

3 n 1 i 2 s n di 6 1 r  

 Keterangan :

rs = Penduga koefisien korelasi

di = Perbedaan setiap pasangan rank n = Jumlah responden

Pengujian hipotesis ini sejalan dengan pengujian hipotesis yang dilakukan Ningsih (2014) yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Jika terdapat rank kembar baik pada variabel X maupun pada variabel Y digunakan faktor koreksi t. Kaidah pengambilan keputusan adalah :

(1) Jika nilai signifikasi ≤ α pada α=0,01 atau α=0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak,

artinya terdapat hubungan yang nyata antara kedua variabel.

(2) Jika nilai signifikasi > α pada α=0,01 atau α=0,05 maka H1 ditolak dan H0 diterima,

artinya tidak ada hubungan yang nyata antara kedua variabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Variabel Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Keberhasilan Program PUAP

Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan keberhasilan program PUAP pada penelitian ini

(3)

432

meliputi : (1) Tingkat Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), (2) Tingkat Partisipasi petani, (3) Tingkat Pengelolaan Dana PUAP Yang Diterima Petani, dan (4) Tingkat Pengetahuan Petani Tentang Program PUAP.

1. Tingkat Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan

Penyuluh pertanian lapangan (PPL) harus mampu berperan aktif dalam hal diseminasi informasi, melakukan fasilitasi, melakukan supervisi, melakukan pemantauan, dan melakukan evaluasi tentang Program PUAP tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tingkat peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) masuk dalam klasifikasi baik. Modus dari tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) diperoleh darinilai yang paling banyak atau yang sering muncul dalam hal diseminasi informasi/ inovasi, melakukan fasilitasi, melakukan supervisi, melakukan pemantauan, dan melakukan evaluasi tentang Program PUAP. Tingkat peranan PPL dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel tingkat peranan penyuluhan pertanian lapangan (PPL) tergolong dalam klasifikasi baik, yaitu sebanyak 5 indikator. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hadi (2013) yang menyatakan bahwa tingkat peranan KPMD dalam program PNPM-MP masuk dalam klasifikasi sedang artinya KPMD dalam menjalankan peranannya sudah baik. Peranan PPL dalam hal melakukan diseminasi informasi/inovasi termasukpadaklasifikasi baik. Artinya,tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam melakukandiseminasi informasi/inovasi sudah baik yaitu dalam hal seperti saat PPL melakukan penyebaran informasi, pengamatan langsung setelah menyebarkan informasi, memberikan solusi terhadap permasalahan pertanian yang terjadi di dalam menyampaikan suatu informasi, memenuhi kebutuhan dalam bentuk suatu informasi untuk kebutuhan program PUAP kemudian dicarikan solusinyaoleh PPLdan masyarakat tani.

Peranan PPL dalam hal melakukan fasilitasi termasuk pada klasifikasi baik. Artinya, menurut responden penyuluh pertanian lapangan (PPL) sudah memfasilitasi petani dengan baik, baik dalam hal membantu dalam setiap kegiatan yang sudah diadakan/dilakukan, serta dalam memberikan keterampilan-keterampilan khusus yang menunjang terhadap program, menjadi

mediator atau penengah dalam memecahkan suatu masalah yang dialami, memfasilitasi (baik berupa sarana dan prasarana informasi), danmemfasilitasi pada saat penyuluhan seperti tempat serta fasilitas lainnya mendukung untuk dilakukannya suatu penyuluhan.

Peranan PPL dalam hal melakukan supervisi termasuk pada klasifikasi baik. Artinya,tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam melakukan supervisi sudah baik yaitu dalam halseperti saat PPL melakukan pengawasan berupa pemantauan, menilai tentang kekurangan dan kelebihan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), mengajak petani bersama-sama memberikan solusi alternatif. Dalam hal supervisi ini petani juga diberikan hak suara dalam memberikan solusi dalam pemecahan masalahan.

Peranan PPL dalam hal melakukan pemantauan termasuk pada klasifikasi baik. Artinya, tingkat peranan PPL dalam melakukan pemantauan sudah baikyaitu dalam hal seperti saat PPLmelakukan absensi kepada petani didalam kelompok tani baik saat penyuluhan, saat ada kegiatan dari tim teknis, pengontrolan dan pendampingan petani saat melakukan musyawarah antar kelompok tani diluar waktu penyuluhan, dan tindakan selanjutnya pemantauan kembali.

Peranan PPL dalam hal melakukan evaluasi termasuk pada klasifikasi baik. Artinya, tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam melakukan evaluasi sudah baik yaitu dalam hal seperti saat PPL melakukan evaluasi mengenai program, dan ikut serta dalam pembuatan laporan pertanggung jawaban.

2. Tingkat Partisipasi Petani

Tingkat partisipasi petani dalam program PUAP dilihat dari beberapa indikator, meliputi patisipasi dalam: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) evaluasi terhadap program PUAP. Modus dari tingkat partisipasi petani diperoleh dari nilai yang paling banyak atau yang sering muncul pada tingkat partisipasi petani. Tingkat partisipasi petani dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa variabel tingkat partisipasi petani dalam program PUAP tergolong dalam klasifikasi baik yaitu sebanyak 3 indikator. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Batubara (2016) yang menyatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam program GSMK

(4)

masuk dalam kategori sangat tinggi.Tingkat partisipasi petani dalam tahap perencanaan termasuk ke dalam klasifikasi baik. Artinya,tingkat partisipasi petani dalam tahap perencanaan sudah baikyaitu dalam hal seperti saat petani ikut serta dalam kegiatan pelatihan PUAP, sosialisasi Program PUAP, rapat PUAP, pengambilan keputusan setiap rapat PUAP dan petani juga menyampaikan bahwa metode dalam pengambilan keputusan adalah dengan musyawarah.

Tingkat partisipasi petani dalam tahap pelaksanaan termasuk ke dalam klasifikasi baik. Artinya,tingkat partisipasi petani dalam tahap pelaksanaan sudah baik yaitu dalam hal seperti saat petani ikut serta dalam kegiatan pengajuan Rancangan Usaha Anggota (RUA), penyusunan Rancangan Usaha Bersama (RUB), penyaluran dana PUAP, penggunaan dana PUAP, pengembalian dana PUAP, dan penyusunan laporan program PUAP. Tingkat partisipasi petani dalam tahap evaluasi termasuk ke dalam klasifikasi baik. Artinya, tingkat partisipasi petani dalam tahap evaluasi sudah baik yaitu dalam hal seperti saat petani ikut serta dalam kegiatan rapat evaluasi program PUAP, pembuatan laporan pertanggung jawaban bersama, memberikan penilaian terhadap program PUAP dalam rapat evaluasi.

3. Tingkat Pengelolaan Dana PUAP yang Diterima

Tingkat pengelolaan dana PUAP yaitu dilihat dari kesesuaian dana, waktu penerimaan dana dan hasil yang didapat dari penggunaan dana. Data yang didapat dari wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada petani. Rincian data dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan tingkat pengelolaan dana PUAP yang diterima petani termasuk ke dalam klasifikasitinggi dengan modus 9meliputi 41 responden (78,85%) dan sebanyak 11 responden (21,15%) masuk dalam klasifikasisedang.Artinya, tingkat pengelolaan dana PUAP yang diterima petani tergolong tinggi yaitu dilihat dari kesesuaian dana sudah sesuai, waktu penerimaan dana sudah tepat waktu dan penggunaan dana yang diterima petani sudah digunakan dengan baik.

4. Tingkat Pengetahuan Tentang Program PUAP

Tingkat pengetahuan tentang program PUAP yaitu dilihat dari sejauh mana responden memiliki

pengetahuan yang berhubungan dengan program PUAP. Data yang didapat dari wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada petani. Rincian data dapat dilihat dari Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan tingkat pengetahuan petani tentang program PUAP termasuk ke dalam klasifikasi sedang dengan modus 6meliputi 36 responden (69,23%) dan sebanyak 12 responden (23,08%) masuk dalam klasifikasi rendah dan sebanyak 4 responden (7,69%) masuk dalam klasifikasi tinggi. Di mana tingkat pengetahuan petani tentang program PUAP tergolong sedang yaitu dilihat dari yang diketahui tentang program PUAP, tujuan diadakannya program PUAP, dan sasaran program PUAP. Secara umum petani tidak terlalu mengetahui dengan benar tujuan dan sasaran dari program PUAP yang sesuai dengan yang tertulis dalam pedoman program PUAP.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Meizari (2015) yang menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tentang program PUAP akan lebih sadar dalam melaksanakan kewajiban dan pengambalian kredit pinjaman dana program PUAP.

Tabel 1. Tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan dalam program PUAP

Tabel 2. Tingkat partisipasi petani dalam program PUAP

Tabel 3. Tingkat pengelolaan dana PUAP Tingkat pengelolaan dana PUAP Klasifikasi Jumlah Sampel Persentase (%) 3,00-5,00 5,01-7,00 7,01-9,00 Rendah 0 0 Sedang 11 21,15 Tinggi 41 78,85 Jumlah 52 100 Modus = 9 (Tinggi)

Tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan dalam

program PUAP

Klasifikasi Diseminasi informasi/inovasi Baik

Fasilitasi Baik

Supervisi Baik

Pemantau Baik

Evaluasi Baik

Tingkat partisipasi petani

dalam program PUAP Klasifikasi

Perencanaan Baik

Pelaksanaan Baik

(5)

434

Tabel 4. Tingkat pengetahuan tentang program PUAP Tingkat pengetahuan tentang program PUAP Klasifikasi Jumlah Sampel Persentase (%) 3,00-5,00 5,01-7,00 7,01-9,00 Rendah 12 23,08 Sedang 36 69,23 Tinggi 4 7,69 Jumlah 52 100 Modus = 6(Sedang)

5. Variabel (Y) Kebehasilan Program PUAP Keberhasilan Program PUAP dalam penelitian ini memiliki beberapa indikator meliputi : (1) Output, (2) Outcome, (3) Benefit, dan (4) Impact. Modus dari tingkat keberhasilan program PUAP diperoleh dari nilai yang paling banyak atau yang sering muncul pada tingkat keberhasilan program PUAP. Keberhasilan program PUAP dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan variabel keberhasilan program PUAP tergolong dalam klasifikasi tinggi yaitu sebanyak 3 indikator dan klasifikasi sedang sebanyak 1 indikator. Keberhasilan output

termasuk ke dalam klasifikasi tinggi. Artinya keberhasilan output tergolong tinggi yaitu dilihat dari hasil dalam peningkatan kemampuan:

1. Sumber daya ( sumber daya manusia, lahan, dan produksi).

2. Pengetahuan (bercocok tanam, hama, pupuk, sarana dan prasarana pemasaran).

3. Kapasitas (lahan, tenaga kerja, dan faktor produksi) untuk menjalankan kegiatan agribisnis.

Tabel 5. Tingkat keberhasilan program PUAP Tingkat keberhasilan program

PUAP Klasifikasi

Output (sumber daya, pengetahuan,

dan kapasitas) Tinggi

Outcome (kemampuan,

kegiatan,dan pendapatan) Tinggi

Benefit (usaha agribisnis dan usaha

ekonomi) Tinggi

Impact (peningkatan kesejahteraan dan penurunan tingkat

penggangguran)

Sedang

Keberhasilan outcome termasuk ke dalam klasifikasi tinggi. Artinya, keberhasilan outcome tergolong tinggi yaitu dilihat dari hasil dalam: 1. Peningkatan kemampuan (cara bercocok tanam,

pengelolaan lahan, dan pemberian pupuk dan pestisida yang efektif dan efisien).

2. Peningkatan kegiatan agribisnis (panen dan pasca panen, penyediaan input, dan proses produksi).

3. Peningkatan pendapatan (50% sampai 70% pendapatan) dari sebelum hingga sesudah mengikuti program PUAP.

Keberhasilan benefit termasuk ke dalam klasifikasi tinggi. Artinya, keberhasilan benefit tergolong tinggi yaitu dilihat dari hasil perkembangan dalam:

1. Usaha agribisnis (perkebunan, sawah, dan ladang).

2. Usaha ekonomi (warung, dan industri) setelah mengikuti program PUAP, dan manfaat dari program PUAP untuk gapoktan yang dikelola. Keberhasilan impact termasuk ke dalam klasifikasi sedang. Artinya, keberhasilan impact tergolong sedangyaitu dilihat dari peningkatan kesejahteraan ekonomi dalam menjalankan usaha agribisnis dan usaha ekonomi, dan penurunan tingkat pengangguran petani yang menjalankan usaha agribisnis dan usaha ekonomi setelah mengikuti program PUAP untuk gapoktan yang dikelola. Pengujian Hipotesis

Penelitian tentang peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam program PUAP dilakukan menggunakan uji korelasi Rank Spearman menggunakan SPSS 16.0. Hasil pengujian antara variabel X dan Y dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 dapat dilihat dari hasil perhitungan untuk mencari nilai signifikansi pada pengujian korelasi Rank Spearman maka dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang berhubungan nyata adalah tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan, tingkat partisipasi petani, tingkat pengelolaan dana PUAP yang diterima petani, dan tingkat pengetahuan petani tentang program PUAP. Berikut ini merupakan uraian dari hubungan setiap variabel.

(6)

Tabel 6. Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kebehasilan program PUAP

Keterangan:

X1 : Tingkat Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) X2 : Tingkat partisipasi petani

X3 : Tingkat pengelolaan dana PUAP

X4 : Tingkat pengetahuan tentang program PUAP Y : Keberhasilan program PUAP

Hasil pengujian antara faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) untuk hipotesis pertama menunjukkan bahwa tingkat peranan PPL dalam hal melakukan desiminasi informasi, melakukan fasilitasi, melakukan sepervisi, melakukan pemantauan, dan melakukan evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP. Adapun nilai koefisien korelasi Rank Spearman (rs) adalah sebesar 0,499 dan tingkat

signifikansi 0,000 < α (0,05).

Hal ini dikarenakan peranan PPL dalam menyukseskan keberhasilan program sudah sangat baik, dibuktikan dengan diseminasi informasi/inovasi sudah baik, seperti saat PPL menanyakan kepada petani tentang kendala-kendala dalam menjalankan program PUAP dilapanganyangkemudian dibahas bersama ketika dilakukan penyuluhan dipertemuan selanjutnya yang kemudian dicarikan solusinyaoleh PPLdan masyarakat tani. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) sudah memfasilitasi petani dengan baik, baik dalam hal membantu dalam setiap kegiatan yang sudah diadakan/dilakukan, serta dalam memberikan keterampilan-keterampilan khusus yang menunjang terhadap program, menjadi mediator atau penengah dalammemecahkan suatu masalah yang dialami, memfasilitasi (baik berupa sarana dan prasarana informasi), danmemfasilitasi padasaat penyuluhanseperti tempatserta fasilitas lainnya mendukung untuk dilakukannya suatu penyuluhan. PPL sudah sangat baik melakukan supervisi dengan sesuainya program PUAP dilaksanakan di Kecamatan Sungkai Selatan, dan PPL sangat aktif dalam melakukan evaluasi baik dalam memberikan penilaian, pendampingan rapat dan pemberian solusi.

Tingkat partisipasi petani dan keberhasilan program PUAP untuk hipotesis kedua menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP. Adapun nilai koefisien korelasi Rank Spearman ( ) adalah sebesar 0,541 dan tingkat signifikansi 0,000 < α (0,05)makaH1diterima

danH0ditolak.

Tingkat pengelolaan dana dan keberhasilan program PUAP untuk hipotesis ketiga menunjukkan bahwa tingkat pengelolaan dana yang diterima petani berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP. Adapun nilai koefisien korelasi Rank Spearman ( ) adalah sebesar 0,742 dan tingkat signifikansi 0,000 < α (0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Tingkat pengetahuan petani tentang program PUAP dan keberhasilan program PUAP untuk hipotesis keempat menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani tentang program PUAP berhubungan nyata dengan keberhasilan program PUAP.Adapun nilai koefisien korelasi Rank Spearman ( ) adalah sebesar 0,351 dan tingkat signifikansi 0,011 < α (0,05) makaH1diterima

danH0ditolak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara sudah berhasil, baik dalam kaitannya dengan aspek output (sumber daya, pengetahuan, dan kapasitas), outcome (kemampuan, kegiatan, dan pendapatan), benefit (usaha agribisnis dan usaha ekonomi), maupun impact (peningkatan kesejahteraan dan penurunan VariabelX Variabel Y r korelasi

Spearman Nilai Signifikansi α Keterangan X1 Y 0,499** 0,000 0,05 Terima H1 X2 0,541** 0,000 0,05 Terima H1 X3 0, 742** 0,000 0,05 Terima H1 X4 0, .351* 0,011 0,05 Terima H1

(7)

436

tingkat penggangguran). Tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) terhadap keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara sudah baik, dalam hal melakukan diseminasi informasi/inovasi, fasilitasi, supervisi, pemantauan, dan evaluasi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara adalah tingkat peranan penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam program PUAP, tingkat partisipasi petani dalam program PUAP, tingkat pengelolaan dana yang diterima petani dalam program PUAP, dan tingkat pengetahuan petani tentang program PUAP.

DAFTAR PUSTAKA

Batubara RH, Effendi I, dan Prayitno, RT. 2016. Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Serentak MembangunKampung (GSMK) di Kecamatan Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang. JIIA4 (1): 111-117.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA /article/view/1221/1118. [23September 2016]

Dajan A. 1996. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES: Jakarta.

Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri PertanianNomor:61/permentan/ot.140/11/ 2008 Tentang Pedoman Pembinaan Penyuluh Pertanian Swasta dan Penyuluh Pertanian Swasta.

Djari MNH.2008.Penyuluh Pertanian vsPertanian Berkelanjutan. Artikel. http://www.Elearning.unej.ac.id.[22April 2014].

Hadi AR, Effendi I, dan Hasanuddin, T. 2013.Peranan Kader Pemberdayaan MasyarakatDesa (KPMD) dan partisipasi masyarakatpada Program Nasional PemberdayaanMasyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) diKecamatan Wonosobo KabupatenTanggamus. JIIA1(1): 66-72. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/arti cle/view/133/137. [23September 2016] Kementan [Kementerian Pertanian]. 2008.

Pedoman Umum Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) tahun 2008.

Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret Universit y Press.Surakarta.

Meizari K, Ismono RH dan Soelaiman, A. 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Usaha Kelompok dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)di Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah. JIIA3 (4): 354-362.http://jurnal.fp. unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1084/ 989. [23September 2016]

Ningsih R, Effendi I dan Sadar S. 2014. Peranan Penyuluh Sebagai Dinamisator dalam Bimbingan Teknologi SL-PTT(Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu) Padi Inhibrida di DesaTegal Yoso Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. JIIA2 (2): 174-181.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA /article/view/742/683. [23September 2016] Siegel S. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk

Ilmu-Ilmu Sosial. Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta.

Gambar

Tabel 1.  Tingkat  peranan  penyuluh  pertanian  lapangan dalam  program PUAP
Tabel  5  menunjukkan  variabel  keberhasilan  program  PUAP  tergolong  dalam  klasifikasi  tinggi  yaitu  sebanyak  3  indikator  dan  klasifikasi  sedang  sebanyak  1  indikator
Tabel 6.  Hasil  analisis  hubungan  antara  faktor-faktor  yang  berhubungan  dengan  tingkat  kebehasilan  program PUAP

Referensi

Dokumen terkait

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah game android untuk meningatkan minat belajar matematika Siswa Sekolah Dasar.. Pengembangan produk yang digunakan

Pada tahun 2015, Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Boyolali Dari 5 (lima) sasaran dengan 12 (dua belas) indikator kinerja yang

PARAS WONOREJO PONCOKUSUMO KAB.. RAYA SEGENGGENG RT.20 RW.04

[r]

Syifa,Dava,Elvin ) Kesya, Reyhan, ,Dava).. 15 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi yang berhubungan dengan rancangan peningkatan anak

Jenova, R., 2009, Uji Toksisitas Akut yang diukur dengan Penentuan LD 50 Ekstrak Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) terhadap Mencit BALB/C , Falkutas Kedokteran

konkret dapat meningkatkan pembelajaran pecahan siswa kelas V SD Negeri 1 Waluyorejo Tahun Ajaran 2012/2013, menggunakan 4 langkah yang terdiri dari: (a) penomoran,

Penggambaran karakter guru pada cerpen-cerpen mereka sangat menarik dan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh guru ini juga merupakan permasalahan yang sering