• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penulis menjabarkan tentang beberapa Aspek yang menjadi pisau Analisis dalam memperkuat Argumentasi Hukum terkait Pasal 122 huruf I UU MD3 sebagai berikut:

A. Hak Asasi Manusia

Negara hukum demokratis berciri khas adanya pengakuan serta jaminan terhadap persamaan di hadapan hukum (Equality Before The Law). Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Maksud pasal tersebut adalah semua orang diperlakukan sama di depan hukum. secara tersurat bahwa konsep Equality before the Law telah diakui oleh konstitusi Indonesia. Persamaan di hadapan hukum itu merupakan hak asasi manusia yang termaktub di konstitusi. Oleh sebab itu maka tiap-tiap warga negara seharusnya diperlakukan sama satu sama lain secara adil guna memperoleh hak. Negara Indonesia memiliki dua pengertian berbeda antara hak konstitusional dengan hak asasi manusia. perbedaan ini disampaikan oleh Jimly Asshiddiqie bahwa Hak Konstitusional tercantum dalam Konstitusional (artinya merujuk pada Undang-Undang Dasar NRI 1945) berbeda dengan Hak Asasi Manusia yang merujuk pada Peraturan perundang-undangan di bawah UUD NRI 1945. Sebagai konklusi,

(2)

18

Jimly berpendapat bahwa legal right tidak termasuk dalam hak konstitusional.1 Dari narasi diatas dapat diperoleh gambaran bahwa secara teori Mahkamah Konstitusi mengandalkan satu sumber hak konstitusional yaitu UUD NRI 1945. Namun dalam Praktik, Mahkamah Konstitusi pernah membuat keputusan tentang hak konstitusional yang tidak tercantum secara implisit dalam UUD NRI 1945 yaitu hak konstitusional untuk memperoleh bantuan hukum dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-II/2004.2

Hak konstitusional terbukti sinkron dengan Hak Asasi Manusia. sebagaimana disebutkan oleh rumusan Pasal 7 ASEAN Human Rights Declaration (AHRD) 2012 itu adalah:

“All human rights are universal, indivisible, interdependent and interrelated. All human rights and fundamental freedoms in this Declaration must be treated in a fair and equal manner, on the same footing and with the same emphasis. At the same time, the realization of human rights must be considered in the regional and national context bearing in mind different political, economic, legal, social, cultural, historical and religious backgrounds.”

Artinya secara ringkas ialah Hak Asasi Manusia adalah hal yang fundamental dalam sebuah peraturan. Namun di lain pihak pelaksanaan dari Hak Asasi Manusia tersebut menyesuaikan dengan latar belakang suatu wilayah meliputi konteks perbedaan politik, ekonomi, hukum, sosial, sejarah dan agama. Kemudian dilakukan pembatasan pearturan meliputi keamanan nasional, kepentingan publik,

1

Jimly Asshiddiqie, “Hak Konstitusional Perempuan dan Tantangan Penegakannya”, Makalah pada Dialog Publik dan Konsultasi Nasional “Perempuan dan Konstitusi di Era Otonomi Daerah:

Tantangan dan Penyikapan Bersama” diselenggarakan oleh Komnas Perempuan, Jakarta, 27 Nopember 2007, hlm. 1-2 sebagaimana dicantumkan dalam Bisariyadi, “Menyibak Hak

Konstitusional yang Tersembunyi”, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jurnal Hukum Ius Qiua Iustum Volume 24 Nomor 4 Bulan Oktober 2017, hlm. 509 – 534

2

Putusan MK Nomor 006/PUU-II/2004 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, hlm. 29.

(3)

19

keamanan publik, norma sosial, dan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 8 AHRD yaitu:

“The human rights and fundamental freedoms of every person shall be exercised with due regard to the human rights and fundamental freedoms of others. The exercise of human rights and fundamental freedoms shall be subject only to such limitations as are determined by law solely for the purpose of securing due recognition for the human rights and fundamental freedoms of others, and to meet the just requirements of national security, public order, public health, public safety, public morality, as well as the general welfare of the peoples in a democratic society.”

Berdasarkan pembatasan yang diberikan oleh Pasal 7 AHRD dan Pasal 8 AHRD mengenai Kebebasan Berpendapat maka dapat dibatasi dengan kondisi Politik Lokal suatu negara. Misalnya Kebebasan Berpendapat mengenai Lembaga Negara DPR maka hal tersebut telah diatur Pasal 122 huruf I UU MD3. Terkait Hak Politik, DPR berhak mengajukan usul RUU sesuai fungsi legislasi yaitu berkaitan dengan wewenang DPR dalam membentuk UU.

Kemudian UU Nomor 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum memberikan pembatasan pada pasal 1 bahwa yang dimaksud dengan

“kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas, bertanggung jawab, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Frasa sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku merujuk pada UU MD3 apabila berpendapat mengenai DPR. Pembatasan ini sesuai dengan tujuan dirumuskan UU Nomor 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan mengeluarkan pendapat di muka umum yaitu:

(4)

20 Pasal 4 huruf c Mewujudkan iklim yang kondusif bagi perkembangan partisipasi dan kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan demokrasi.

Pasal 4 huruf d Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.

Selain itu juga harus sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 23, yang berbunyi :

“Setiap orang bebas berpendapat …. Dengan memperhatikan nilai nilai agama kesusilaan, ketertiban , kepentingan umum dan keutuhan bangsa.”

B. Teori Demokrasi

Demokrasi dalam pengertian yang lebih partisipatif demokrasi bahkan disebut sebagai konsep kekuasaan dari, oleh, untuk, dan bersama rakyat.Artinya kekuasaan itu pada pokoknya diakui berasal dari rakyat, dan karena itu rakyatlah yang sebenarnya menentukan dan memberi arah serta yang sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan kenegaraan.3Penegakan kedaulatan rakyat menjadi aspek fundamental dalam konstitusi sesuai Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar NRI 1945 yang berbunyi kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Prinsip ini merupakan hal yang mendasari demokrasi konstitusional (constitutional democracy).4

Jimly Asshiddiqqie menyatakan bahwa supremasi pemerintahan adalah supremasi yang didelegasikan dan berpegang pada kepercayaan dari Rakyat.

3

Jimly Asshiddiqie, 2012, Hukum tata negara dan pilar-pilar demokrasi, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 293.

4

Jimly Asshiddiqqie, Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm.. 10 – 11.

(5)

21

Kembali lagi ke Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. dihubungkan dengan Pasal 1 ayat (2) dan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, maka kedua Pasal tersebut menyatakan bahwa demokrasi adalah wujud kedaulatan rakyat tidak bisa dilandasi kekuatan politik saja. 5Asas demokrasi dikaitkan asas negara hukum (nomokrasi). Oleh Jimly Asshiddiqqie disebut negara hukum demokratis (democratische rechtsstaat) atau dengan istilah lain yaitu contitutional democracy. Ciri khas negara hukum demokrasi adalah pelaksanaan prinsip negara hukum dan prinsip-prinsip kedaulatan rakyat secara bersamaan. 6

Menurut Titik Triwulan Tutik, bahwa “demokrasi sendiri secara etimologis (tinjauan bahasa) terdiri dari dua kata berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat (penduduk suatu tempat) dan “cretein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan (kedaulatan).”7

Kemudian demokrasi menurut Joseph A. Schemeter berpendapat bahwa “demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.8Pengertian secara sempit, Demokrasi menurut Joseph Schumpeter, bahwa “demokrasi merupakan mekanisme politik untuk memilih pimpinan politik.Yang

5

Jimly Asshiddiqie, Op Cit., hlm. 339.

6

Jimly Asshiddiqqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hlm. 57.

7

Titik Triwulan Tutik, 2010, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD

1945, Jakarta, Prenada Media Group, hlm. 67.

8

(6)

22

memilih pemimpin-pemimpin politik yang bersaing untuk mendapat suara ialah warga negara dan itu berlangsung dalam pemimpin berikutunya.”9

Demokrasi yang secara umum ditafsirkan sebagai “rakyat yang berkuasa” merupakan bentuk konsensus antar individu dalam suatu pemerintahan.Di satu sisi, rakyat membuat permufakatan untuk membentuk suatu pemerintahan bersama yang dapat menjamin terpenuhinya hak-hak dasar setiap individu untuk mencapai sebuah kebaikan.Disisi lainnya, rakyat memiliki kewajiban untuk mematuhikeputusan-keputusan pemerintahan yang dibentuk selama penyelenggaraannya didasarkan pada kehendak rakyat.

Hal ini mengindikasikan bahwa demokrasi mendukung terhadap konsep hak asasi manusia.Seperti diketahui masalah hak asasi manusia serta perlindungan terhadapnya merupakan bagian penting dari demokrasi.10

Kebebasan dan kesetaraan memiliki peran penting untuk menerapkan konsep demokrasi. Kesetaraan dalam kebebasan merujuk pada kebebasan sebagai anugerah alam yang diberikan secara sama kepada seluruh umat manusia.11Demokrasi pada hakikatnya menghendaki adanya kebebasan dan kesetaraan bagi setiap individu untuk menjamin partisipasi rakyat dapat tersalurkan.Di sini pentingnya negara demokrasi menghormati nilai-nilai HAM, yakni kemedekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers,

9

Georg Sorensen, 2014, Demokrasi Dan Demokratisasi (Proses dan Prospek dalamSebuah Dunia yang berubah), Yogyakarta, Pustakapelajar, hlm. 14.

10

MiriamBudiardjo. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm 211.

11

Firdaus. 2015. Constitutional Engineering: Desain Stabilitas Pemerintahan Demokrasi dan Sistem Kepartaian. Bandung: Yrama Widya. Hlm 48.

(7)

23

berorganisasi, kebebasan berbicara, kebebasan memilih wakil, bebas dari rasa takut, kebebasan memeluk agama dan lain-lain.12Prinsip-prinsip yang bisa menjadi tolak ukur dalam menilai sistem politik pemerintahan yang demokratis terdiri dari 4 pilar utama, yaitu:

1) Lembaga legeslatif/parlemen sebagai wakil rakyat;

2) Lembaga eksekutif sebagi penyelenggara pemerintahan dalam arti sempit;

3) Lembaga yudikatif sebagai tempat pemberi putusan hukum dan keadilan dalam pelaksanaan undang-undang;

4) Pers sebagai alat kontrol masyarakat; 13

Kemudian ukuran dalam menilai sistem politik pemerintahan yang demokratis, sekurang-kurangnya harus terdapat 3 prinsip dasar sebagai berikut:

1) Ditegakkannya etika dan integritas serta moralitas dalam politik pemerintahan sehingga menjadi landasan kerja bagi sistem politik, ekonomi, dan sosial di dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2) Digunakannya prinsip konstitusionalisme dengan tegas dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dan kepatuhan terhadap supremasi hukum yang berlaku.

12

Hidajat Imam. 2009. Teori-Teori Politik. Malang: Setara Press. Hlm 86.

13

Septi Nur Wijayanti dan Nanik Prasetyoningsih, 2009, Politik Ketatanegaraan, Yogyakarta, Lab Hukum Fakultas Hukum UMY, hlm. 40.

(8)

24

3) Diberlakukannya akuntabilitas publik, dimana orang-orang yang memegang atau menduduki jabatan publik pemerintahan harus dapat dimintakan pertanggung jawaban oleh rakyat. 14

Jenis-jenis Model Demokrasi yang dijabarkan oleh David Heid yaitu:

1) Demokrasi klasik adalah warga negara seharusnya menikmati kesetaraan politik agar mereka bebas memerintah dan diperintah secara bergiliran. 2) Republika protektif adalah partisipasi politik sebuah kondisi yang

penting bagi kebebasan pribadi. Jika para warga negara tidak bisa menguasai mereka sendiri, mereka akan di dominasi oleh yang lain. 3) Republikanisme dan perkembangan adalah para warga harus

memenikmati persamaan politik dan ekonomi agar tak seorang yang dapat menjadi penguasa bagi yang lain dan semua yang dapat menikmati perkembangan dan kebebasan yang sama dalam proses tekad diri bagi kebaikan bersama.

4) Demokrasi protektif yaitu para penduduk membutuhkan perlindungan dari pemimpin, begitu pula dari sesamanya untuk memastikan bahwa mereka yang dipimpin dapat melaksanakan kebijakan-kebijakan yang sepadan dengan kepentingan-kepentingan secara keseluruhan.

5) Demokrasi developmental yaitu pastisipasi dalam kehidupan politik penting tidak hanya bagi perlindungan individu, namun juga bagi pembentukan rakyat yang tahu , mengabdi, dan berkembang.

14

(9)

25

Keterlibatan politik penting bagi peningkatan kapasitas individu yang tertinggi dan harmonis. 15

Sedangkan Sklar mengenalkan model demokrasi yaitu:

1) Demokrasi liberal yaitu pemerintahan dibatasi oleh undang-undang dan pemilihan umum bebas yang diselenggarakan dalam waktu yang ajeg. 2) Demokrasi terpimpin. Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan

mereka di percaya rakyat tetapi menolak pemilihan umum yang bersaing sebagai kendaraan untuk menduduki kekuasaan.

3) Demokrasi sosial adalah demokrasi yang meletakkan pada kepedulian keadilan soasial dan egalitarianisme bagi persyaratan untuk memperoleh kepercayaan politik.

4) Demokrasi partisipasi yang menekankan hubungan timbal balik antara penguasa dan yang dikuasai.

5) Demokrasi constitusional menekankan proteksi khusus bagi kelompok-kelompok budaya yang menekankan kerja sama yang erat di antara elit yang mewakilinya bagian budaya masyarakat utama. 16

Menurut Jimly, Demokrasi atau dengan kata lain kedaulatan rakyat bentuknya dapat berupa hak atas kebebasan berpendapat dan hak asasi lainnya yang dijamin konsitusi.17 Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum dalam rangka mewujudkan Sistem konstitusional.18 Kedaulatan rakyat merupakan

15

Ni‟matul Huda, 2010, Ilmu Negara, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 208

16

Septi Nur Wijayanti dan Nanik Prasetyoningsih. Op Cit., hlm. 47

17

Jimly Asshiddiqie. Op Cit., hlm. 59

18

(10)

26

inti dari Demokrasi menurut pandangan Rozak.19Demokrasi Pancasila yang asli dari Indonesia adalah gagasan Bung Karno. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui Pembukaan UUD NRI 1945 dan Batang Tubuh UUD NRI 1945 pada bab perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial.20

Indonesia sendiri sebagai negara yang telah mengalami tiga dekade era pemerintahan, yaitu era pemerintahan orde lama, era pemerintahan orde baru, dan era pemerintahan reformasi, telah mengalami 4 periode perkembangan demokrasi, yaitu:

1. Masa republik Indonesia I, yaitu masa demokrasi konstitusional yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat dinamakan demokrasi parlementer.

2. Masa republik Indonesia II, yaitu masa demokrasi terpimpin yang dari banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara formil merupakan landasan dan menunjukkan beberapa aspek demokrasi rakyat.

3. Masa republik Indonesia III, yaitu masa demokrasi pancasila yang merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensiil, dan pelaksanaan UUD1945, GBHN, dan pancasila secara murni dan konsekuen, atau juga disebut demokrasi Orde Baru.

19

Ahmad Ubaidillah dan Abdul Rozak, 2006, Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, ICCE UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, hlm. 131.

20

(11)

27

4. Masa republik Indonesia IV, yaitu demokrasi reformasi dimana kedaulatan rakyat dikembalikan. 21

Indonesia menggunakan dua cara penyaluran kehendak rakyat:

a. Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang mengikut sertakan rakyat secara langsung dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara atau peraturan perundang-undangan. contohnya Rapat Dengar Pendapat (Hearing) Warga Masyarakat saat Rancangan Peraturan Perundang-undangan.

b. Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Dalam penentuan kebijakan umum negara rakyat menyerahkan kepada wakil-wakilnya yang duduk di lembaga perwakilan rakyat. Demokrasi tidak langsung dilaksanakan atas dasar pertimbangan jumlah penduduk yang banyak, wilayah negara yang luas, dan persoalan negara yang semakin kompleks. Contohnya adalah Pemilu Legislatif.

Secara umum, demokrasi disebut juga suatu konsep politik, yaitu konsep kemasyarakatan yang mengacu kepada masalah makro penyelenggaraan negara.22Definisi demokrasi pada masa Yunani Kuno, yaitu demokrasi sebagai kekuasaan atau rakyat, yakni pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.23 Semua konsep ini memakai istilah demokrasi yang menurut asal kata berarti rakyat

21

Septi Nur Wijayanti dan Nanik Prasetyoningsih. Op Cit., hlm. 48.

22

Wiradi Gunawan. 2015. Menilik Demokrasi. Yogyakarta: Tanah Air Beta. Hlm 3.

23

(12)

28

berkuasa atau government by the people (kata Yunani demosberarti rakyat,

kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa).24

Adapun indikator suatu negara dikatakan sebagai negara demokrasi setidaknya dapat diukur dengan sejumlah prasyarat, diantaranya yaitu:

1. Akuntabilitas. Dalam demokrasi, setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya. Hal ini harus dilakukan karena hakikatnya sebuah jabatan yang diemban seseorang merupakan amahan dari rakyat.

2. Rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan terjadinya kekuasaan harus ada, dan dilakukan secara teratur dan damai. Rotasi kekuasaan selain menghindari kekuasaan yang absolut, hal ini juga sebagai manifestasi kebebasan dan kesetaraan setiap orang.

3. Rekruitmen politik. Untuk memungkinkan adanya rotasi kekuasaan, diperlukan suatu sistem rekruitmen politik yang terbuka. Dalam hal ini, demokrasi memungkinkan bahwa setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam pemerintahan.

4. Pemilihan umum. Dalam suatu negara demokrasi, pemilu dilaksanakan secara teratur. Setiap warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih.

5. Menikmati hak-hak dasar. Dalam suatu negara demokratis, setiap warga masyarakat dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas,

24

(13)

29

termasuk di dalamnya adalah hak untuk menyatakan pendapat (freedom

of expression), hak untuk berkumpul dan berserikat (freedom og

assembly), dan hak untuk menikmati pers yang bebas (freedom of the

press).25

Kelima indikator harus ada sehingga demokrasi terlaksana dengan benar.

C. Teori Negara Hukum

Negara Indonesia memiliki sistem peraturan perundang-undangan yang hierarkis dan tertulis.26 Oleh karena itu Negara Indonesia dikatakan sebagai Negara Hukum.27 Indonesia sebagai Negara Hukum terbukti dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi: “Negara Indonesia adalah Negara hukum”.

Demokrasi erat kaitannya dengan Teori Negara Hukum. Negara Hukum ialah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik. Demikian pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar warga negaranya.28

Menurut Aristoteles:

25

Gaffar Afan. 1999. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm 7-9.

26

Maria Farida Indrati, 2007, Ilmu Perundang-undangan 1, Kanisius, Yogyakarta hlm. 69.

27

Jimly Asshiddiqie. Op Cit., hlm. 128.

28

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar Bakti, Jakarta 1988, hlm., 153.

(14)

30

“Yang memerintah dalam negara bukanlah manusia sebenarnya, melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan yang akan menentukan baik tidaknya suatu peraturan undang-undang dan membuat undang-undang adalah sebagian dari kecakapan menjalankan pemerintahan negara. Oleh karena itu Menurut aristoteles bahwa yang pentinng adalah mendidik manusia menjadi warga negara yang baik, karena dari sikapnya yang adil akan terjamin kebahagiaan hidup warga negaranya”29

Teori Negara Hukum menyebutkan bahwa suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila memiliki peraturan perundang-undangan tertulis. Berkaitan dengan hal tersebut, Jimly memberikan pernyataan sebagai berikut:

“Hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku menjamin kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa terkecuali. Negara hukum yang dikembangkan adalah democratische rechstaat atau negara

hukum yang demokratis.”30

.

Mengenai Peraturan Perundang-undangan harus bersifat tertulis dikarenakan menurut pendapat Maria Farida dinyatakan bahwa:

“Pelegalisasian kekuasaan dapat dilakukan dengan menuangkan norma ke dalam peraturan. Tujuannya agar norma-norma hukum yang terdapat dalam hukum dasar (Verfassungnorm) dapat berlaku sebagaimana mestinya maka norma-norma hukum itu harus terlebih dahulu dituangkan ke dalam Peraturan Perundang-undangan (Gesetzbungsnorm) oleh karena norma

hukumnya bersifat umum dan dapat mengikat seluruh warganegara.”31

Selain bersifat tertulis, Peraturan Perundang-undangan juga harus bersifat hierarkis. Jenjang norma secara teoritis dipengaruhi oleh dua Teori yaitu Teori Stufen oleh Kelsen dan Theorie vom Stufenaufbao der Rechtsordnung oleh Nawiasky-Kelsen.32Hierarki peraturan-perundang-undangan pertama dijelaskan melalui teori Stufenbau yang diperkenalkan oleh Hans Kelsen. Teori Stufenbou

29

Ibid., hlm., 154.

30

Jimly Asshiddiqie. Op Cit., hlm. 132

31

Maria Farida Indrati. Op Cit., hlm. 68

32

(15)

31

dikembangkan oleh muridnya yang bernama Hans Nawiasky.33 Teori ini menjelaskan bahwa norma hukum merupakan suatu susunan berjenjang dimana norma hukum yang lebih rendah memperoleh kekuatan hukum dari norma hukum yang tingkatnya lebih tinggi.34Teori tersebut dibuktikan dengan pengesahan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. kekhususan yakni terdapat pada Pasal 7 (1) Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan tentang Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Penjelasan demikian secara sederhana menjelaskan bahwa Norma hukum tertinggi adalah UUD NRI 1945 sedangkan Norma terendah adalah Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota. Kemudian Peraturan dibawah harus menyesuaikan atau sinkron dengan Peraturan diatasnya. Misalnya suatu Undang-Undang haruslah sinkron dengan UUD NRI 1945. Sebagaimana dijelaskan oleh Maria Farida, apabila dilihat dengan seksama maka:

33

Abdul Rasyid Thalib. 2006, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 367.

34

(16)

32 “Aturan yang ada dalam UUD NRI 1945 merupakan sumber dan dasar bagi pembentukan aturan-aturan dalam Ketetapan MPR dan juga sekaligus

merupakan sumber dan dasar bagi pembentukan Undang-Undang.”35

Contoh dari Stufenbou Theorie adalah Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang disahkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang MD3. Kemudian UU MD3 berdasarkan Undang-Undang Dasar NRI 1945.

Sistem negara hukum Indonesia dipengaruhi oleh tiga jenis sistem hukum yaitu: sistem Hukum Islam, Hukum Barat dan Hukum Adat.36 Konsep Konstitusi Indonesia lebih berorientasi pada sistem hukum Eropa dimana kemudian Negara Indonesia mengadakan modifikasi untuk disesuaikan dengan kultur hukum di Indonesia guna memberikan dan menjamin hak asasi manusia37 serta hak konstitusional.38

D. Kewajiban Rakyat Menjaga Kehormatan Lembaga Negara

Selain diberikan hak, setiap warga negara juga diberi Kewajiban.Kewajiban merupakan suatu konsekuensi dari adanya hak. Pelaksanaan kewajiban selain terhadap diri sendiri juga terhadap orang lain. Kehormatan dapat disebut juga harga diri. Harga diri juga merupakan kesadaran akan seberapa besar nilai yang

35

Maria Farida Indrati. Op Cit., hlm. 65-66

36

Andy Omara, 2017, Legal Systems of Asia: A Short Guide, Introduction to Indonesian Law, Korea Legislation Research Institute, Korea. hlm. 71.

37

Pasal 28 UUD NRI 1945

38

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

(17)

33

diberikan kepada diri sendiri.39Harga diri tidak hanya dimiliki orang pribadi namun juga orang dalam arti lembaga atau kelompok orang. Suatu lembaga akandinilai baik apabila kehormatannya terjaga dalam arti dipercaya oleh masyarakatnya.

Peraturan perundangundangan menetapkan pula kewajiban yang bersifat azasi kepada manusia. Kewajiban tersebut adalah :

a. Patuh kepada peraturan perundang-undangan, hukum tertulis dan hukum Internasional mengenai HAM yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia.

b. Ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

c. Menghormati HAM orang lain, moral, etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-Undang.

Hak dan kewajiban berasal dari suatu mekanisme Keadilan. Aristoteles membedakan sebagai berikut:

- Keadilan distributif yaitu keadilan yang berhubungan denga distribusi jasa dan kemakmuran menurut kerja dan kemampuannya

- Keadilan komutatif yaitu keadilan yang berhubungan dengan persamaan yang diterima oleh setiap orang tanpa melihat jasa-jasa

- Keadilan kodrat alam yaitu keadilan yang bersumber pada hukum kodrat alam

39

Sekar Purbarini Kawuryan, Bahan Ajar MataKuliah Konsep Dasar PKN, PPSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2008 hlm. 124.

(18)

34

- Keadilan konvensional yaitu keadilan yang mengikat warga Negara

Keadilan dapat terwujud apabila suatu negara terutama pejabat publik danaparat penegak hukumnya mampu memperlakukan warganya dengan adil dalam segala bidang maka rasa memiliki (sense of belonging ) dan rasa tanggung jawab (sense of responsibility) warga negara memperkukuh persatuan dan kesatuan dapat terwujud.

Pembatasan oleh Pasal 122 Huruf l merupakan implementasi dari Hak-hak Politik yang dimiliki oleh Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud pada Pasal 25, yang berbunyi :

“Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan, tanpa pembedaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan tanpa pembatasan yang tidak wajar, untuk:

(a) Ikut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik secara langsung maupun melalui perwakilan yang dipilih secara bebas;”

Satu-satunya ketentuan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik tentang hak-hak politik dalam pengertian ketat kata tersebut ialah yang tertera dalam Pasal 25. Komite Hak Asasi Manusia menunjukkan bahwa: „Penyelenggaraann pemerintahan, yang dirujuk dalam paragraf (a), adalah konsep luas yang berhubungan dengan pelaksanaan wewenang politik, khususnya pelaksanaan wewenang legislatif, eksekutif dan administratif. Ia melingkupi semua aspek administrasi publik, dan perumusan dan pelaksanaan kebijakan pada tingkat internasional, nasional, regional dan lokal. Alokasi wewenang dan sarana-sarana yang dengannya tiap-tiap warga negara menjalankan hak untuk ikut serta

(19)

35

dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dilindungi oleh Pasal 25 harus ditetapkan oleh konstitusi dan hukum-hukum lain‟.40

Penting untuk dicatat bahwa hak-hak politik, berbeda dengan hak-hak sipil, tidak berlaku pada setiap orang melainkan hanya pada warga dari suatu Negara tertentu. Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik tidak menentukan kriteria kewarganegaraan Negara-negara Pihak pada Kovenan, tapi Komite Hak Asasi Manusia telah menunjukkan bahwa „laporan-laporan Negara harus memberikan garis besar ketentuan-ketentuan hukum yang mendeinisikan kewarganegaraan dalam konteks hak-hak yang dilindungi oleh Pasal 25‟, dan bahwa „tidak boleh ada pembedaan di antara warga negara untuk menikmati hak-hak ini berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal usul kebangsaan atau sosial, status kekayaan, kelahiran, atau status-status lainnya‟. 41Terbukti UU MD3 tidak membatasi siapapun untuk berpendapat melainkan secara bertanggungjawab.

40

Mashood A. Baderin, Hukum Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Jakarta2010. hlm. 149

41

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan grafik pertumbuhan spat tiram pedaging mengalami penambahan setiap minggunya pada setiap perlakuan untuk parameter panjang mutlak dan lebar mutlak, yang mana

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini akan menganalisa lebih lanjut mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba dan

Seiring dengan masuk dan berkembangnya ajaran agama Islam dalam kehidupan masyarakat Banjar, maka terjadilah proses akulturasi antara ajaran yang dibawa oleh para penyebar

Perubahan jenis pembangkit untuk beberapa sistem kecil / isolated (sebagian PLTU Merah Putih dan PTMPD) menjadi system Hybrid dengan PLTD maupun PLTMG. Bahan bakar dapat berupa CPO,

Untuk meningkatkan efisiensi pengolahan dan kinerja IPAL maka dapat dilakukan dengan cara: mengurangi konsentrasi minyak dan lemak yang terkandung dalam air limbah, pembuatan

Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penggunaan otoritas politik

Akuntan Muda Halaman 5 Pendekatan dalam perhitungan fair value dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu pendekatan pasar, pendekatan pendapatan dan pendekatan

Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) atau rasuah adalah