• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Februari 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Februari 2021"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

A.

Monitoring Dinamika Atmosfer

Januari 2021 di Banyuwangi

ondisi cuaca di Kabupaten Banyuwangi ikut dipengaruhi oleh fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk variabilitas cuaca dan iklim. Berikut pemantauan kondisi fenomena tersebut selama Januari 2021:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Pada Januari 2021, anomali suhu muka laut Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan anomali suhu negatif dengan nilai mingguan terakhir -0.73°C dan nilai bulanan Januari 2021 adalah -0.8 dan termasuk kategori La Nina lemah. Sedangkan dari suhu bawah laut Pasifik terutama bagian tengah hingga timur di kedalaman 0 – 200 m

menunjukkan anomali suhu dingin (warna biru) yang masih bertahan. Dan anomali angin pasat terpantau masih menguat daripada rata-ratanya, kondisi ini meningkatkan suhu air hangat di Samudera Pasifik bagian barat yang mendukung proses penguapan dan pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

Untuk nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada Januari 2021 tercatat +16.5 yang menunjukkan nilai positif, yaitu perkembangan dan intesnitas La Nina di Samudera pasifik masih bertahan dan memberikan kemungkinan wilayah Indonesia lebih basah dari biasanya.

Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih dingin diprediksi kondisi La Nina lemah masih berlangsung pada Februari dan bertahan hingga Maret 2021, kemudian mulai meluruh pada April hingga Juli 2021.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial hingga akhir Januari 2021 (Sumber : BMKG dan BoM)

(2)

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia pada Januari 2021 menunjukkan penurunan dan penaikan nilai dan tetap pada kisaran Netral, dengan Indeks minggu terakhir tercatat +0.07. Kondisi tersebut membuat angin barat stabil dan berkontribusi adanya penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI Netral ini diprediksi bertahan pada Februari dan setidaknya hingga April 2021.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Januari 2021 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO sempat aktif pada pertengahan bulan Januari 2021 yang berkontribusi pada meningkatnya sebaran awan di wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) bagian barat.

Gambar 3. Siklus posisi MJO (Sumber : BoM) Dari anomali OLR selama Januari 2021 terlihat warna biru mendominasi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menunjukkan wilayah Indonesia cenderung lebih basah terkait meningkatnya daerah liputan awan pada Januari 2021 dan khusus wilayah Banyuwangi

menunjukkan dominan Negatif (basah). Warna biru hingga merah adalah OLR negatif, menunjukkan wilayah basah atau hujan sedangkan warna kuning hingga coklat tua menunjukkan wilayah kering atau kurang liputan awan.

Gambar 4. Citra OLR terkini dan prediksi ke depan (Sumber : NOAA)

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada Januari 2021, seluruh wilayah Indonesia didominasi angin Baratan dan bervariasi dari Baratdaya – Baratlaut akibat tumbuhnya daerah tekanan rendah di selatan ekuator. Kondisi yang sama diprediksi terjadi juga pada bulan Februari 2021 dimana monsun baratan stabil dan berdampak pada masih tingginya peluang kejadian hujan.

Prediksi indeks AUSMI menunjukkan tidak aktif artinya tidak menghambat pembentukan awan di wilayah selatan Indonesia. Dengan stabilnya angin Baratan dan banyaknya pertemuan angin (konvergensi), didukung suhu muka laut yang hangat maka dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan, serta perlu diwaspadai terhadap kejadian angin kencang dan petir pada musim penghujan ini.

Gambar 5. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen

(3)

3

Angin Zonal dan Meridional

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi selama Januari 2021 didominasi angin baratan (positif), terutama di selatan garis ekuator. Sedangkan aliran massa

udara komponen meridional (Utara – Selatan) di mayoritas Jawa Timur didominasi dari arah selatan (positif). Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur khususnya Banyuwangi selama Januari 2021..

Gambar 6. Analisis angin zonal dan meridional Januari 2021 lapisan 850 mb (sumber: ESRL NOAA)

Suhu Muka Laut Perairan Indonesia

Pemantauan suhu muka laut rata-rata bulan Januari 2021 wilayah Indonesia berkisar 26 – 31 °C, dan cukup hangat di perairan wilayah Indonesia bagian timur dan perairan baratlaut Sumatera. Kondisi ini menunjukkan potensi penguapan cukup tinggi dalam pembentukan awan hujan.

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Januari 2021 berkisar

antara -1.5 hingga +1.5º C. Untuk wilayah perairan Laut Jawa dan Samudera Hindia selatan Jawa kondisinya cenderung dingin atau anomali negatif dibanding klimatologisnya.

Hangatnya suhu di perairan Indonesia menjadi salah satu faktor meningkatnya pertumbuhan awan selama Januari 2021, ditambah faktor lainnya.

(4)

4

Seruakan Dingin Asia (Cold Surge)

Analisis kejadian fenomena seruakan dingin (cold surge) dari Asia yang diidentifikasikan dari nilai gradien atau perbedaan tekanan antara Gushi-Hongkong disajikan pada grafik di bawah ini. Aktifitas aliran massa udara dingin dari Asia ini bisa dilihat dari seberapa besar nilai indeksnya. Ketika nilai indeksnya ≥10 mb, dan suhu di

Hongkong turun 5ºC maka massa udara dingin dari Asia berpeluang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar wilayah Indonesia selatan ekuator dengan asumsi tidak adanya gangguan tropis di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang

cukup kuat menghambat proses cross

equatorial flow. Hal ini dapat dilihat dari peta analisa garis arus angin / streamline.

Gambar 8. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) dan peta streamline (Sumber data; Ogimet.com dan BMKG)

Indikasi kejadian seruakan dingin dengan indeks ≥10 mb terjadi pada awal dasarian pertama dan dasarian kedua bulan Januari 2021. Di Hongkong terjadi penurunan suhu hingga 5ºC. Dilihat dari peta arus angin terlihat angin dari Laut China Selatan masuk hingga ke Selatan Ekuator sehingga seruakan dingin Asia telah terjadi.

Kondisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kondisi cuaca di Jawa. Apabila diasumsikan penjalaran massa

udara dingin dari Asia membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai ke wilayah tengah Indonesia di selatan ekuator, maka efek dari seruakan dingin tersebut juga diasumsikan bisa dirasakan di wilayah Jawa Timur sekitar 2-3 hari berikutnya dari kejadian indeks ≥10 mb. Bahwa pada tanggal 18 Januari 2021 curah hujan di Banyuwangi meningkat. Namun hal ini hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor lainnya dalam membentuk hujan di wilayah Jawa Timur.

(5)

5

Gangguan Tropis

Selama Januari 2021 terpantau 7 aktifitas siklon tropis terbentuk di Selatan ekuator, yaitu Siklon DANILO, IMOGEN, JOSHUA, KIMI, ELOISE, LUCAS dan ANA. Lokasi siklon yang jauh dengan Indonesia

kurang berdampak langsung terhadap

kemungkinan cuaca ekstrem yang ditimbulkan. Namun secara umum Siklon yang terbentuk di perairan Australia membuat monsun Baratan

menguat di wilayah Indonesia yang

menyebabkan banyak terjadi pertemuan massa

udara. Adanya daerah tekanan rendah di Selatan ekuator dan tingginya perbedaan tekanan dengan Utara ekuator berdampak pada meningkatnya kecepatan angin dan tinggi gelombang di perairan. Di wilayah Banyuwangi kejadian hujan secara umum dipengaruhi oleh

faktor aktifnya monsun Asia (musim

penghujan), adanya daerah belokan angin dan pertemuan angin serta didukung hangatnya suhu muka laut.

Gambar 9. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Januari 2021 (sumber: ECMWF)

Kelembaban Udara

Kelembaban udara relatif selama Januari 2021 di Banyuwangi tergolong basah dengan rata-rata kisaran 81-85 %. Dari peta klimatologisnya terlihat wilayah Banyuwangi pada bulan Januari cenderung basah, dimana

hal ini berkorelasi positif dengan mulai aktifnya monsun Asia dan meningkatnya sebaran pertumbuhan awan hujan selama Januari 2021 di wilayah Banyuwangi.

Gambar 10. Kelembaban Udara Relatif pada level 850 mb Januari 2021 dan Klimatologisnya (Sumber: ESRL NOAA)

(6)

6

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Januari 2021 sebagian besar wilayah Banyuwangi telah terjadi hujan dengan kategori Menengah, Tinggi dan Sangat Tinggi. Hujan kategori Menengah terjadi di Banyuwangi

Kota, Dadapan/Kabat, Genteng, Glenmore, Kebondalem/Bangorejo, Tegaldlimo,

Karangdoro/Tegalsari, Kalibaru, Blambangan/Muncar. Kategori Tinggi terjadi di Licin, Jambu, Rogojampi, Bayulor, Songgon, Sukonatar/Srono, Purwoharjo, Jambewangi, dan Pesanggaran. Sedangkan kategori Sangat Tinggi terjadi di Alasmalang/Singojuruh.

Kondisi hujan pada Januari 2021 jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan tersebut secara spasial hujan yang terjadi memiliki sifat hujan Bawah Normal terjadi di Glenmore, Rogojampi, Kebondalem/Bangorejo, Karangdoro/Tegalsari, Kalibaru. Sifat hujan Normal terjadi di Banyuwangi Kota, Licin, Dadapan/Kabat, BayuLor/Songgon, Genteng, Jambewangi/Sempu, Blambangan/Muncar. Sedangkan sifat hujan Atas Normal terjadi di Jambu, Rogojampi, Alasmalang/Singojuruh, Songgon, Sukonatar/Srono, Tegaldlimo, Purwoharjo, dan Pesanggaran.

Secara Normal Musim, Banyuwangi Kota berada pada masa musim Hujan, demikian pula wilayah banyuwangi lainnya. Pada Januari-Februari 2021 secara Normal Musim merupakan Puncak Musim Hujan. Hal yang perlu di waspadai saat musim hujan adalah terjadinya hujan lebat yang dapat mengakibatkan terjadinya longsoran tanah (daerah dataran tinggi) dan banjir (daerah cekungan dan dataran rendah), petir, angin kencang dan putting beliung. Kondisi ini akan lebih sering terjadi saat siang hingga sore dan jelang malam. Hujan lebat, Petir dan terkadang disertai angin kencang dapat di tandai dengan adanya pertumbuhan awan Cumulunimbus/Cb yang memiliki ciri puncak awan menjulang tinggi ke atas dan berbentuk seperti kembang kol.

Kondisi cuaca untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi pada Februari 2021 di prediksi akan sering terjadi hujan, petir dan terkadang disertai dengan angin kencang dan perlu diwaspadai pula terjadinya gelombang tinggi.

B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan Januari 2021 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Januari 2021 menunjukan bahwa wilayah Banyuwangi Kota berada pada masa Musim Hujan. Hal tersebut di tandai dengan terjadinya hujan sedang hingga lebat yang disertai petir.

Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Tenggara, dengan kecepatan 2 – 14 knots. Kondisi cuaca berawan dan hujan sedang hingga lebat. Angin maksimum terjadi pada 11 Januari 2021 yaitu dari arah Barat Laut dengan kecepatan maximum 14 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan 249.6 mm/bulan

(Normal). Suhu tertinggi 33.3 °C terjadi pada 14 Januari 2021, suhu terendah sebesar 23.6 ºC

terjadi pada 25 Januari 2021.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan J a n u a r i 2 0 2 1 , di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

(7)

7

(8)
(9)

9

Gambar 13. Ikhtisar Cuaca Bandara Banyuwangi Bulan Januari 2021

Gambar 12. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Januari 2021 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Januari 2021 mencapai 121.3 mm dengan rata-rata harian 3.9 mm, penguapan tertinggi 7.6 mm terjadi pada 19 Januari 2021.

Penyinaran matahari rata-rata Januari 2021 a d a l a h 4 2 % . P e n y i n a r a n M a t a h a r i r a t a - r a t a 8 2 % .

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 0 7 . 8 m b , tertinggi 1009.6 mb pada 24 Januari 2021 dan terendah 1006.0 mb pada 16 Januari 2021.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Januari 2021 adalah 8 2 % dengan RH tertinggi 90% pada 05 Januari 2021, dan RH terendah 70% pada 14 Januari 2021.

Angin dominan bertiup dari arah Tenggara. Kecepatan angin antara 2 – 8 knots sebesar 25.1%, kecepatan angin 8 – 13 knot sebesar 3.6%. Kecepatan angin tertinggi 14 knots, terjadi pada tanggal 11 Januari 2021 dari arah Barat Laut.

C.

Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi

Petugas BMKG Banyuwangi juga melakukan pengamatan unsur-unsur cuaca di Bandar Udara Banyuwangi (IATA:

BWX, ICAO: WADY). Pengamatan ini dilakukan selama 24 Jam setiap hari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan petugas BMKG di Bandara Banyuwangi suhu udara rata-rata 26.4 °C dengan suhu maksimum absolute mencapai 33.4 °C yang terjadi pada tanggal 12 Januari 2021

sedangkan suhu minimum absolute

mencapai 22.0 °C yang terjadi pada tanggal 9 Januari 2021.

Kelembaban udara relatif bervariasi dengan nilai maksimum mencapai 100% dan nilai minimum 60%. Nilai rata-rata kelembaban udara pada bulan ini 89.7%.

Tekanan udara (QNH) rata-rata 1008.1 mb, dengan nilai tertinggi 1011.3 mb dan terendah 1004.3 mb.

(10)

10

Curah hujan maximum sebesar 58.3 mm yang terjadi pada tanggal 30 Januari 2021. Total curah hujan pada bulan ini sebesar 322.3 mm dengan rata-rata 10.7 mm. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan 40% hujan terjadi siang hari antara 06.00 UTC hingga 11.00 UTC atau pukul 13.00 WIB hingga 18.00 WIB. Kondisi ini berkorelasi positif terhadap penurunan jarak pandang mendatar (visibility). Jumlah kejadian Visibility kurang dari 5 kilometer terbanyak terjadi di siang hari yaitu sebesar 65% atau sebanyak 11 kejadian.

Arah angin dominan dari selatan yaitu sebanyak 20.83%. Dengan kecepatan terbanyak berkisar antara 1 sampai 5 knot dengan frekuensi kejadian sebanyak 50.1%. Kecepatan angin tertinggi 17 knot terjadi pada tanggal 11 Januari 2021 dari arah utara.

Gambar 14. Prosentase Kejadian hujan Gambar 15. Prosentase Visibility

(11)

11

D.

Evaluasi Kondisi Cuaca Pelabuhan Penyeberangan Selat Bali

Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Januari 2021 angin dominan dari arah Selatan - Barat Daya dengan kecepatan angin bervariasi 2 – 17 knot. Suhu berkisar antara 22.3 – 30.8 °C, Kelembaban Udara Relatif 63.5 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1003.5 – 1010.6 mb. Kondisi cuaca dominan Hujan Ringan - Sedang. Curah hujan tercatat 184 milimeter. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

(12)

12

E.

Analisa Hujan Januari 2021 Daerah Banyuwangi

Berdasarkan data curah hujan bulan Januari 2021 dari stasiun BMKG dan pos-pos hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Jumlah Curah hujan tertinggi 504 mm/bulan, terjadi di Alas Malang/Singojuruh (18 hari hujan) dengan sifat hujan Atas Normal. Sementara curah hujan terendah 187 mm/bulan yang terjadi di Karangdoro/Tegalsari dengan sifat hujan Bawah Normal. Sedangkan curah hujan di Banyuwangi Kota 249.6 mm/bulan dengan sifat hujan Normal.

Gambar 18. Peta Distribusi Curah Hujan Januari 2021 dan Sifat Hujan Januari 2021 di Banyuwangi (Sumber: BMKG)

Dari peta yang dapat dilihat pada Gambar 18 bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada bulan Januari 2021 telah terjadi hujan. Hujan yang terjadi masuk dalam kategori Menengah dan Tinggi. Curah Hujan kategori Menengah (100-300 mm/bln) terjadi Banyuwangi Kota, Songgon, Kalibaru, Glenmore, Genteng, Gambiran, Tegalsari, Cluring, Muncar, Siliragung, dan Pesanggaran. Kategori Tinggi (300-500 mm/bln) terjadi di Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Giri, Glagah, Kabat, Rogojampi, Singojuruh, Sempu, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, dan Tegaldlimo.

(13)

13

F.

Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 19. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Januari 2021 di Banyuwangi (Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta di atas terlihat bahwa secara spasial seluruh wilayah Banyuwangi pada bulan Januari 2021 telah terjadi hujan. Hasil monitoring hari tanpa hujan di wilayah Banyuwangi masuk dalam klasifikasi Sangat Pendek. Klasifikasi masih ada hujan terjadi di Rogojampi, Singojuruh, Songgon, Pesanggaran, Glenmore, Bangorejo, Tegaldlimo, Kalibaru, Purwoharjo. Klasifikasi Sangat Pendek (1-5 hari tidak terjadi hujan) terjadi di Banyuwangi Kota, Licin, Rogojampi, Sukonatar/Srono, Genteng, Kabat, dan Siliragung. Pada Januari 2021 wilayah banyuwangi seluruhnya telah memasuki puncak musim hujan. Kecenderungan jumlah curah hujan yang terjadi akan cenderung meningkat seiring perkembangan kondisi dinamika Atmosfir. Puncak Musim Hujan wilayah Banyuwangi di prediksi masih terjadi hingga Februari 2021. Waspadai terjadinya tanah longsor (dataran tinggi), banjir akibat luapan sungai, dan genangan (daerah cekungan dan dataran rendah).

(14)

14

A.

Prediksi Dinamika Atmosfer

Februari 2021 di Banyuwangi

emantauan perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan kondisi La Nina masih bertahan di Februari 2021. Sementara itu Dipole Mode Indeks

(DMI) yang terpantau netral, diprediksi tetap netral hingga April 2021. Kondisi ini mengindikasikan adanya penambahan massa uap air dari Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia.

Suhu muka laut (Sea Surface

Temperature/ SST) perairan Indonesia pada Februari hingga Juli 2021 diprediksi normal di sebagian besar perairan Indonesia dan khususnya Banyuwangi.

Madden Jullian Oscillation pada Januari 2021 aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), dan diprediksi tidak aktif hingga dasarian II Februari 2021. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR wilayah Indonesia bagian barat cenderung kering hingga dasarian II Februari 2021, sedangkan wilayah Indonesia bagian tengah dan timur terutama Banyuwangi cenderung basah terkait meningkatnya pertumbuhan awan hujan.

Pada skala regional seiring pergerakan semu matahari secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Februari 2021 akan masih muncul di Belahan Bumi Selatan (BBS). Kondisi ini menyebabkan stabilnya monsun Baratan yang berdampak terhadap

pertumbuhan awan konvektif dan peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.

Melihat perkembangan dinamika

atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan khususnya Banyuwangi, dapat disimpulkan bahwa wilayah Banyuwangi seluruhnya pada bulan Februari 2021 berada pada puncak musim penghujan. Potensi peningkatan pertumbuhan awan konvektif sering terjadi baik di daratan dan perairan dikarenakan aktifnya Monsun Asia yang membawa pasokan massa udara basah yang kemudian membentuk pola pertemuan

massa udara yang didukung faktor

menghangatnya suhu muka laut. Kondisi ini berpotensi memicu cuaca ekstrem dengan didukung faktor La Nina, dan terbentuknya gangguan tropis di BBS pada Februari 2021. Tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrem di puncak musim penghujan terutama curah hujan intensitas lebat, kilat/petir, angin kencang dan dampak

yang ditimbulkan dari bencana

hidrometeorologi. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai peningkatan kewaspadaan maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan Februari 2021 sebagian wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi rata-rata / normalnya, dan sebagian wilayah lainnya berada pada kondisi atas normalnya.

(15)

15

Gambar 20. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : IRI, KMA )

(16)

16

B.

Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi Bulan Februari 2021

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Februari 2021 diprakirakan sebagai berikut:

Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 301 mm hingga > 500 mm

Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan di Atas Normal

(17)

17

C.

Prakiraan Potensi Banjir Februari 2021

Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Februari 2021. Dari peta terlihat wilayah di Banyuwangi potensi banjirnya diprediksi masuk kategori menengah. Pada bulan Februari 2021 wilayah Banyuwangi memasuki puncak musim hujan.

Gambar 22. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Februari 2021 (Sumber:BMKG)

KEJADIAN CUACA EKSTRIM JANUARI 2021

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim di yakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/ iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 1. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Januari 2021 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari Karang Tambak 108 mm

Tanah Longsor -

Banjir Bandang -

(18)

18

Waterspout

aterspout identik dengan fenomena puting beliung hanya saja terjadi di atas permukaan air yang luas. Fenomena waterspout terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus (CB). Namun demikian, tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena tersebut, tergantung pada kondisi labilitas atmosfer.

Keberadaan awan CB juga dapat mengindikasikan adanya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dan pada kondisi tertentu dapat menimbulkan potensi puting beliung/waterspout.

Karakteristik fenomena waterspout adalah sebagai berikut: 1. Kejadiannya bersifat lokal

2. Terjadi dalam periode waktu yang singkat, umumnya sekitar kurang lebih 10 menit 3. Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari

4. Hanya muncul dari sistem awan Cumulonimbus (CB), tetapi tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena waterspout

5. Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama dalam waktu yang dekat

Gambar 23. Foto Ilustrasi Waterspout

W

(19)

19

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

(20)

20

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :

a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20

c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya

Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi.

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitasnya.

Gambar

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik  Ekuatorial hingga akhir Januari 2021 (Sumber : BMKG dan BoM)
Gambar 3. Siklus posisi MJO (Sumber : BoM)
Gambar 7. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Januari 2021 (sumber: NOAA)
Gambar 8. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) dan peta streamline  (Sumber data; Ogimet.com dan BMKG)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dan sitokin yang memicu produksi MMP oleh keratinosit (Quan et al. Setelah diberikan krim ekstrak jagung ungu secara topikal maka kadar MMP-1 mengalami penurunan. Hal

Tabel XXII PSPEC Input Data Pembelian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada populasi atau sampel

Fungsi diatas merupakan pilihan yang ada pada mode penyiraman tanaman 2 yang berada pada sisi kanan.Void pot2() { untuk mendefinisikan variable pot 2 atau

Dalam penelitian ini model prakriraan debit masa depan yang digunakan adalah model diskrit Markov serta model korelasi spasial hujan dan debit (model kontinu),

Kesalahan dari segi tata tulis/ejaan yang masih terdapat dalam surat undangan yang disusun oleh organisasi kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Menyetor selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan atas transaksi bulan sebelumnya dan melapor selambatnya tanggal 20 pada bulan yang sama dengan bulan penyetoran

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan dalam perusahaan yang