• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. PERANCANGAN BANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. PERANCANGAN BANGUNAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

23

3. PERANCANGAN BANGUNAN

3.1. Konsep Perancangan Bangunan

Konsep perancangan bangunan adalah kekuatan mendominasi kelembutan. Konsep ini diambil dari literatur buku berjudul “John. Need, Greed, or Freedom” karangan Whitmore. Dalam buku ini dikatakan orang trauma akan mengalami stress dan depresi. Untuk menyelesaikannya digunakan 2 exsercise yaitu Assertion exsercise dan Inclusian exsercise. Dan melalui 2 exsercise ini dilakukan terapi fisik dan psikis yang paling baik yaitu sport dan team work.

Assertion exsercise adalah latihan yang masih dapat dilakukan oleh korban sendiri dalam proses penyembuhan karena masi dalam tahap belum parah, sehingga assertion ini dapat dipulihkan dengan terapi sport (kekuatanÆ karena korban harus berjuang sendiri dalam penyembuhan).

Inclusion exsercise adalah latihan yang membutuhkan orang lain dalam proses penyembuhan korban. Terapi yang dapat digunakan oleh exsercise ini adalah terapi team work (kelembutan Æ karena korban harus bekerja sama dengan korban lain yang harus saling menguatkan dan saling menjaga perasaan).

Gambar 3.1. Skema Konsep Trauma (Stress Æ Depresi)

Assertion Exsercise : korban secara pribadi masi dapat menanggulagi traumanya itu sendiri (Stress).

Inclusion Exsercise : korban sudah tidak dapat mengatasi traumanya sendiri sehingga membutuhkan orang lain untuk menolongnya (Depresi).

Sport

(kekuatan Æ garis tegas)

Team Work

(2)

3.2. Metode Perancangan Bangunan

Bentukan bangunan ini menggunakan bentukan lengkung dan garis. Lengkung mewakili kelembutan dan garis mewakili kekerasan

Gambar 3.2. Site Plan

Bila kita lihat dari Site Plan sangat mendominasi sekali bentukan lengkung yang mewakili kelembutan karena bangunan ini dikhususkan untuk wanita yang hampir selalu identik dengan kelemutan, tetapi dalam skala pandang manusia bentukan bangunan ini sangat tegas dan kaku sehingga benar-benar terasa kekuatannya lebih mendominasi dari kelembutan. Kekuatannya dapat kita rasakan dari sudut-sudut bangunan yang ada dan kisi-kisi. Sedangkan kelembutan dapat kita rasakan dari warna bangunan yang soft.

(3)

Gambar 3.4. Tampak Tenggara

Pada tampak dapat kita lihat bentukan yang sangat formal dan tegas dan bangunan ini memiliki kisi-kisi yang juga terlihat tegas. Bentukan itu mewakili kekuatan tetapi di samping kekuatan sebenarnya terasa juga kelembutan dari bentukan kisi-kisi yang melengkung, dinding yang melengkung dan warna yang soft.

Karena konsepnya adalah ”Kekuatan Mendominasi Kelembutan” sehingga pada bangunan ini yang dirasakan pertama kali adalah kekuatannya dahulu baru setelah ditelusuri akan terasa kelembutannya.

(4)

Gambar 3.6. Bangunan Utama

Bentukan bangunan utama ini banyak didominasi dengan bentukan lengkung karena bangunan utama ini ingin menunjukkan wanita sebenarnya. Fungsi bangunan utama adalah gareli yang isinya merupakan wadah yang mempekerjakan korban yang sudah sembuh dari trauma.

Gambar 3.7. Bangunan penunjang

Bentuk atap segi 6, dan penggunaan bahan atap tegola memberikan kesan kekuatan kelembutan karena bentuka yang melingkar. Begitu juga dengan fasade kisi-kisi memberikan kesan kekuatan. Tetapi warna bangunan dan kisi-kisi yang

(5)

soft tetap memberikan kesan kelembutan. Bila dilihat dari tampak bentuk atap dan kisi-kisi sangat mendominasi dari pada warna bangunan.

3.3. Pendekatan Perancangan

Pendekatan perancangan yang akan digunakan adalah pendekatan prilaku yang disesuaikan dengan para pasien. Pendekatan prilaku ini digunakan sebagai dasar perancangan karena melihat kondisi mental para wanita hamil bermasalah yang berbeda dengan kondisi wanita hamil pada umumnya, maka diperlukan adanya peletakan massa dan sirkulasi yang nyaman agar para wanita-wanita hamil yang datang ke tempat ini dapat merasakan kenyamanan, percaya diri dan juga akan menyukai tempat ini. Fasilitas-fasilitas yang ada juga disesuakan dengan kondisi mental sehingga proyek memperhatikan kondisi mental para wanita hamil yang sudah bermasalah sehingga masih dapat menerima keberadaan dirinya dan janinnya meskipun dirinya sudah tidak memiliki pasangan.

3.4. Pendalaman Perancangan

Pendalaman yang dipilih adalah karakter ruang dimana pendalaman ini bertujuan untuk mendukung pendekatan yang diambil untuk menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi.

Pendekatan karakter ruang tersebut meliputi warna, tekstur, dan suasana ruang. Warna yang diambil adalah warna-warna soft sebagai lambing kelembutan. Material yang digunakan adalah material batu sebagai lambing kekuatan. Dan suasana ruang diciptakan melalui bentukan furniture yang melengkung sehingga berkesan welcome.

(6)

Gambar 3.8. Karakter Ruang

Kolom-kolom yang menghalangi jalan menuju galeri memberikan suasana yang banyak rintangan. Kolom ini muncul karena korban memiliki masa lalu yang banyak cobaan. Tetapi setelah memasuki ruang itu akan menemukan kelegaan (Galeri).

Penggunaan warna dari gelap ke terang membuat para pengunjung lebih ingin mengarah / menuju ke arah yang terang. Pada bangunan ini warna terang melambangkan wanita dan warna gelap adalah masa lalunya.

Bentukan furnitur yang mengumpul ingin meciptakan suasana yang saling menyatu dan saling menguatkan (kebersamaan)

Penggunaan bahan batu dengan warna soft menyadarkan kita khususnya wanita berada dalam dunia yang keras dan banyak cobaan (batu), tetapi sebenarnya didalam diri wanita terdapat banyak kelembutan (warna soft).

(7)

3.5. Struktur dan Utilitas

3.5.1. Sistem Struktur Bangunan

Struktur pada bangunan menggunakan sistim struktur rangka. Mengingat ketinggian bangunan antara 2-3 lantai, maka struktur rangka kolom balok menggunakan konstruksi beton. Sedangkan untuk rangka atap menggunakan konstruksi rangka baja. Pada rangka ini juga digunakan konsol sepanjang ± 3 M.

Gambar 3.9. Axonometri

3.5.2. Sistem Utilitas

3.5.2.1.Sistem Distribusi Air Bersih

Menggunakan sistem up feed and down feed, dengan penimbangan sebagai berikut, fasilitas yang dirancang merupakan massa banyak dan penggunaan fasilitas yang hanya efektif pada jam-jam tertentu saja, terkecuali pada fasilitas penginapan. Karena tapak cukup luas dan terdapat 6 massa bangunan, maka dipakai 1 buah tendon bawah dan 2 buah tendon atas serta 3 buah pompa.

(8)

Tandon bawah yang terletak dalam bangunan servis yang melayani bangunan utama dan bangunan servis itu sendiri. Sedangkan tendon atas 1 melayani bangunan terapi dan hunian, dan tendon atas 2 melayani bangunan terapi dan banguna pengelola.

Aliran air bersih, pertama dari PDAM menuju meteran dan tendon utama (tendon bawah), kemudian pompa akan mengalirkan ke 2 tandon atas menuju lainnya.

PDAM Meteran Air Tandon Utama (tendon Bawah)

Pompa Tandon Atas

Kran, Katup Gelontor

Gambar 3.10. Skema Distribusi Air Bersih

3.5.2.2.Sistem Pembuangan Air Kotor Dan Kotoran

Mengingat fasilitas yang dirancang merupakan massa banyak maka air kotor dan kotoran dibuang pada saptiktank dan sumur resapan yang terletak pada masing-masing masa bangunan.

Gambar 3.11. Skema Distribusi Air Kotor

Gambar 3.12. Skema Distribusi Kotoran Kloset Æ Septiktank Æ Sumur Resapan Wastafel, floor drain Æ Sumur Resapan

(9)

3.5.2.3.Sistem Pembuangan Air hujan.

Air hujan dibuang dari talang dan pipanya diletakkan dalam kolom dan dibungkus water resistant gypsum. Setelah itu disalurkan pada bak kontrol dan kemudian dibuang ke saluran kawasan (got) dan dilanjutkan ke saluran kota.

Talang Atap Æ Pipa Talang Æ Bak Kontrol Æ Saluran Kawasan (selokan) Æ Saluran kota

Gambar 3.13. Skema Distribusi Air Hujan

3.5.2.4.Sistem Pembuangan Sampah

Sampah dibuang ke tong sampah dan kemudian oleh staff kebersihan dibawa ke tempat pembuangan sementara di area servis. Sampah tersebut akan diambil setiap hari oleh truk pengangkutan sampah melalui jalur loading dock. Setelah itu baru dibawa ke tempat pembuangan akhir.

3.5.2.5.Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan ruang yang digunakan sistem perghawaan aktif, dimana menggunakan pendingan ruangan (AC) dengan sistim multisplit. Unit pendingin ruangan (AC) yang dugunakan adalah yang menggunakan sistim ionisasi untuk membunih bakteri dan kuman yang ada di udara, agar kesehatan para ibu hamil dapat tetap terjaga.

3.5.2.6.Sistem Pencahayaan

Untuk ruang bersama yang kebanyakan berada pada bagian tengah bangunan menggunakan pencahayaan alam lewat sky light tapi tetap dibantu dengan pencahayaan buatan.

3.5.2.7.Sistem Distribusi Listrik

Untuk melayani kebutuhan listrik, diambil dari PLN serta dilakukan penyedian genset, untuk menjaga jika ada pemadaman listril PLN.

(10)

Tiang Listrik PLN Genset

Ruang PLN Ruang Tafo MDP

Panel Bangunan

Panel Bangunan

………. dst

Gambar 3.14. Skema Distribusi Listrik

3.5.2.8.Sistem Pemadam Kebakaran

Fasilitas yang dirancang ini termasuk kelas C dalam klasifikasi bangunan menurut ketentuan sistim struktur terhadap api, dimana struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam, untuk keperluan evakuasi. Untuk pemadaman kebakaran disediakan:

Portable Fire Extinguisher (Pemadam Api Ringan / PAR) ditempatkan pada setiap bangunan, yaitu disediakan 1 unit untuk setiap 100m2

• Hidran halaman diletakkan setiap jarak 60 m. Air berasal dari tandom bawah yang tersedia, dimana tendon tersebut dibagi menjadi 2 bangian, yaitu untuk keperluan distribusi air bersih dan air pemadam kebakaran. Pompa air dari tendon ke hidran disediakan 2 buah sebagai cadangan bila salah satu rusak. • Tidak digunakan sistim splingker dalam ruang karena mengingat bangunan

hanya memiliki ketinggian 2-3 lantai.

• Lebar tangga dalam 1 massa bangunan, dibuat lebar selebar 2-2.5 m, untuk mempermudah evakuasi bila terjadi kebakaran.

• 3 bagian sisi tapak dapat dikelilingi oleh mobil pemadan kebakaran, sehingga mempermudah proses pemadam kebakaran.

(11)

3.5.2.9.Sistem Penangkal Petir

Sistim penangkal petir yang digunakan adalah sistim konvensional yaitu sistim tongkat franklin (Franklin Rod system). Batang yang runcing dari bahan copper spit dipasang dipuncak atap setiap massa bangunan dan dihubungkan ke batang tembaga menuju elektroda yang ditanamkan. Batang elektroda pentanahan dibuat bak control untuk memudahkan pemeriksaan dan pengesetan. Untuk keamanan, kabel dari atap ditanam dalam kolom, sehingga tidak membahayakan pengguna fasilitas bangunan.

3.6. Pola Peletakan Massa Bangunan

Peletakan massa pada bangunan ini sangat dibutuhkan keprivasiannya, sehingga entrance didesign menjorok ke dalam dan bangunan dikelilingi pepohonan sebagai penghalang pandangan dari luar ke dalam. Pembagian zoning adalah zoning publing dan zoning privat. Dengan pengghalang ruang konsultasi sementara.

Gambar 3.15. Kebutuhan Privasi

Dikelilingi pepohonan untuk menjaga privasi.

Entrance ke dalam bangunan didesign menjorok kedalam

(12)

Gambar 3.16. Zoning

3.7. Sistem Sirkulasi

3.7.1. Pejalan kaki

Sirkulasi untuk pejalan kaki dirancang terpisah dari sirkulasi kendaraan agar tidak terjadi konflik satu dengan yang lain. Dengan adanya sirkulais tersebut maka dapat menciptakan kenyamanan bagi pejalan kaki.

Peletakkan sirkulasinya berada pada Jl. Raya Darmo Permai III (dekat Darmo Grand) karena banyak pejalan kaki yang melewati daerah tersebut, selain itu berdekatan pula denga kawasan resindetial sehingga pencapaian ke dalam bangunan menjadi lebih mudah.

3.7.2. Kendaraan Tamu dan Staff • In & Out

Entrance in & out diletakkan pada 1 jalan (Jl. Raya Darmo Permai III) dan letaknya agak jauh untuk mencapainya. Entrance disenganja seperti ini karena fasilitas ini akan didatangi oleh wanita-wanita hamil yang bermasalah dan kebanyakan wanita ini tidak ingin diketahui kedatangannya. Dan entrance ini diletakkan di jalan Raya Darmo Permai III karena arus kendaraan tidak seberapa padat sehingga kemacetan akan sangat jarang terjadi.

Zoning Privat

(13)

3.7.3. Kendaraan Servis

• In / Out : Jl. Raya Darmo Permai III

Peletakkan sirkulasi kendaraan service dan karyawan dirancang sama dengan entrance tapi memiliki akses sendiri yang lebar jalannya lebih kecil dari main entrance.

Gambar 3.17. Sirkulasi

3.8. Bentuk dan Penampilan Bangunan

Bentukan massa pada bangunan disesuaikan dengan konsep dan arah orientasi yang diinginkan. Mengingat konsep dari proyek ini kekuatan mendominasi kelembutan. Kekuatan diwakilkan dengan bentukan yang tegas dan kelembutan diwakilkan dengan bentukan yang lengkung, maka dirancang dengan permainan massa persegi dan lengkung yang disatukan sehingga kekuatan mendominasi kelembutan nampak pada bangunan.

Bentuk yang tercipta dari aksis yang ada dan penyesuaian terhadapa topografi setempat. Bangunan ini merupakan banyak masa dan bentuk bangunan dibuat melengkung sehingga tercipta ruang terbuka di bagian tengah site. Dimana ruang luar dapat berinteraksi dengan ruang dalam.

Kendaraan Service

Kendaraan Tamu dan Staff

(14)

Potensi dari bentukan ini merupakan bukaan maksimal menghadap ruang luar sebagai best view, mengingat kurangnya penghijauan dan view di sekitar site. Penampilan bangunan diciptakan seolah-olah tidak terpaku pada bentukan yang tertutup dan masif yang terkesan monoton. Pengolahan fasade terdapat tonjolan-tonjolan massa yang keluar untuk mengekspresikan kesan dinamis.

3.9. Penataan Ruang

Pada proyek ini diperlukan suasana kekeluargaan sehingga banyak digunakan ruang-ruang luas yang digunakan untuk berkumpul-kumpul dan berbincang-bincang, dan tidak hanya ruang-ruang dalam bangunan saja yang dibuat seperti itu tetapi ruang terbuka hijau yang tercipta pada tengah-tengah site juga dibuat sangat nyaman supaya wanita-wanita itu merasa nyaman dan “homy” berada di bangunan ini.

Gambar 3.18. Zoning Ruang Bersama Ruang Bersama

(15)

3.10. Pendaerahan

System pendaerahan dalam tapak terjadi dalam zona-zona yang didasarkan pada manfaat ruang-ruang yang terjadi. Zona-zona tersebut meliputi : unit umum,unit galeri, unit terapi psikis, unit terapi fisik, unit klinik dan unit hunian.

Gambar 3.19. Pembagian ruang

Lt 1. Unit Terapi Fisik Lt 2. Unit Hunian Lt 1. Unit Terapi Fisik

Lt 2. Unit Klinik

Unit Terapi Psikis Unit Umum

(16)

3.11. Lansekap

Design lansekap yang terjadi berupa ruang-ruang hijau terbuka yang bermanfaat sebagai barier karena bangunan ini membutuhkan privasi yang tinggi. Sedangkan lansekap yang ada di bagian dalam bangunan bermanfaat sebagai media pendukung bagi para penderita.

Gambar 3.20. Ruang Hijau

Pohon-pohon sebagai barier Pohon-pohon sebagai barier

Pohon-pohon sebagai barier

Gambar

Gambar 3.1. Skema  Konsep Trauma (Stress Æ Depresi)
Gambar 3.3. Tampak Barat Daya
Gambar 3.4. Tampak Tenggara
Gambar 3.6. Bangunan Utama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengujian hipotesis sesuai pada Tabel 9 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh pada variabel penghargaan finansial, pelatihan

Pada metode problem solving ini dapat menghidupkan suasana belajar karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa diberikan tugas dalam bentuk

Analisis lingkungan pengendalian merupakan tahapan awal dalam penyusunan desain penyelenggaraan SPIP yang terdiri dari penilaian lingkungan pengendalian dan penilaian risiko

Kelompok ini merupakan target penjualan jangka panjang, setelah kRiDow “keripik dower” telah mendapat tempat di hati para penikmat kudapan pedas di kalangan

Sistem ini menyediakan jalur untuk pemeliharaan dan penurunan berat badan yang sehat dirancang untuk membantu membuang kilogram secara alami memberikan tubuh Anda vitamin

Abstrak : Penelitian tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keterampilan berhitung dan hasil belajar siswa kelas II pada pembelajaran matematika dengan menggunakan media Realia

Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan merek produk yang ditawarkan

Lebih lanjut lagi, dengan adanya Space Force tersebut dapat dianggap sebagai tindakan yang bertentangan dengan isi Pasal 4 the Outer Space Treaty 1967 (The OST 1967) yang