• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN KEKERUHAN AIR LIMBAH SECARA ELEKTROKOAGULASI BERTENAGA SEL SURYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENURUNAN KEKERUHAN AIR LIMBAH SECARA ELEKTROKOAGULASI BERTENAGA SEL SURYA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

141

PENURUNAN KEKERUHAN AIR LIMBAH SECARA

ELEKTROKOAGULASI BERTENAGA SEL SURYA

Sutanto1, Danang Wijayanto2,Hidjan3

1,2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta, Kampus UI, Depok16425

3) Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Jakarta, Kampus UI, Depok16425

E-mail : stanto09@gmail.com ABSTRACT

The content pollutants in wastewater that are not controlled can cause environmental pollution. The waste water with high content of pollutants must be reduced until to be safe for the environment. The regulation of health minister of the Republic Indonesia No. 416/Menkes/Per/IX/1990 used as an approach to the treatment of pollutants in waste water. Based on that regulation is mentioned that the safe to environment for maximum content of heavy metals and the other parameter in waste water are: 1.0 mg / l for iron (Fe), 0.05 mg / l for manganese (Mn), 500 mg / l for hardness (CaCO3), 0.5 mg/l for arsen (As), 200 mg / l for sodium (Na), 0.5 mg/l for lead (Pb), 25 NTU for turbidity, 6.5 - 9.0 for pH 10 mg/l for organic matter. If the content of heavy metals and turbidity in excess of Based on that regulation is mentioned that maximum content of heavy metals and the other parameter in waste water are: 1.0 mg / l for iron (Fe), 0.05 mg / l for manganese (Mn), 500 mg / l for hardness (CaCO3), 0.5 mg/l for arsen (As), 200 mg / l for sodium (Na), 0.5 mg/l for lead (Pb), 25 NTU for turbidity, 6.5 - 9.0 for pH 10 mg/l for organic matter. If the turbidity in the water is over of such provision, then the water must be treated until approach like as recommended by of health minister of the Republic Indonesia. One of the processing carried out in this research is to apply the electrocoagulation process with solar energy as activator.The research is conducted by flowing water of 4.5 liters of industrial waste water into the bath electrocoagulation process that equipped accumulator (45 Ah, 12Volt) as source of direct current. The accumulator is activated by solar cells (50 Wp, 12 Volt). The process is run with an electric current 0.05, 0.1 and 0.2 amperes with intervals of 20 minutes for observation turbidity. The turbidity is analyzed by turbidimetry. The results showed that turbidity is reduced from 44.1 NTU to 23,1 NTU at 60 minutes on the use current of 0.1 ampere.

Keywords:Waste water, Turbidity, Solar Cell, Electrocoagulation,Reduction of Turbidity

ABSTRAK

Kandungan polutan dalam air limbah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan polusi lingkungan. Air limbah dengan kandungan polutan tinggi harus diturunkan sampai memenuhi ambang batas aman, sehingga tidak merusak lingkungan. Untuk menjamin kandungan polutan dalam air limbah memenuhi batas aman bagi lingkungan digunakan pendekatan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990. Dalam peraturan Menteri tersebut dinyatakan bahwa kandungan maksimum logam berat dan parameter lain dalam air limbah masing-masing adalah:1,0 mg/l untuk besi (Fe), 0,5 mg/l untuk mangan (Mn), 500 mg/l untuk kesadahan (CaCO3), 0,05 mg/l untuk arsen (As), 200 mg/l untuk natrium (Na) dan 0,5 mg/l untuk timbal (Pb),

kekeruhan 25 NTU, 6,5 -9,0 untuk pH dan 10 mg/l untuk bahan organik. Jika kekeruhan melebihi dari ketentuan tersebut, maka air harus diolah sampai memenuhi peraturan Menteri Kesehatan RI. Salah satu proses pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menerapkan proses elektrokagulasi dengan pengaktif tenaga surya. Penelitian dilakukan dengan mengalirkan air limbah industri sebanyak 4,5 liter kedalam bak elektrokoagulasi yang dilengkapi dengan accumulator (45 Ah, 12 Volt) dengan pengaktif sel surya (50 Wp, 12 Volt). Proses elektrokoagulasi dijalankan menggunakan arus 0,05, 0,1 , 0,2 amper dan interval waktu pengamatan 20 menit untuk menurunkan kekeruhan. Analisis kekeruhan diakukan dengan turbidimetry. Hasil analisis pada air hasil pengolahan menunjukkan bahwa kekeruhan turun dari 44,1 NTU menjadi 23,1 NTU dengan waktu proses 60 menit pada penggunaan arus 0,1 amper.

(2)

PENDAHULUAN

Air limbah sebelum dibuang kelingkungan sebaiknya telah terkontrol kandungan logam berat, kekeruhan dan bahan organik yang ada didalamnya supaya tidak menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan. Bagi manusia air banyak dimanfaatkan sebagai sarana untuk transportasi, irigasi, mencuci dan mandi. Selain dari pada itu air juga dimanfaatkan oleh manusia untuk keperluan minum, karena kekurangan air dapat menyebabkan dehidrasi yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. Untuk keperluan air minum ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain: jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung logam berat (timah, tembaga, seng, besi, aluminium,arsen, kalsium, magnesium dan sebagainya) dan tidak boleh mengandung kuman yang membahayakan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990. Dalam peraturan Menteri tersebut dinyatakan bahwa kandungan maksimum logam berat dan parameter lain dalam air limbah masing-masing adalah:1,0 mg/l untuk besi (Fe), 0,5 mg/l untuk mangan (Mn), 500 mg/l untuk kesadahan (CaCO3), 0,05 mg/l

untuk arsen (As), 200 mg/l untuk natrium (Na) dan 0,5 mg/l untuk timbal (Pb), kekeruhan 25 NTU, 6,5 -9,0 untuk pH dan 10 mg/l untuk bahan organik. Untuk menjamin keamanan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan sebaiknya air tersebut telah diolah, sehingga bisa mendekati standard seperti yang dipersyaratkan oleh Menteri Kesehatan tersebut. Bila ditemukan satu jenis logam berat atau lebih dan bahan organik dengan kadar diatas batas maksimum seperti yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan Rerpublik Indonesia, maka kadar logam dan bahan organik tersebut harus diturunkan sampai memenuhi standar yang dijinkan. Hal ini dimaksudkan untuk

mengantisipasi kemungkinan terjadinya keracunan atau akibat lain yang berdampak kurang baik bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu metoda yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah penerapan prinsip elektrolisis yang dikenal sebagai proses elektrokoagulasi (Sutanto dkk,2010)[1].

Menurut Carmona dkk (2006)[2], dalam proses elektrokoagulasi yang menggunakan anoda dan katoda dari bahan aluminium terjadi reaksi sebagai berikut :

reaksi pada anoda (oksidasi):

2 Al 2 Al+3 + 6 e- (1) reaksi pada katoda (reduksi):

6H2O + 6 e- 6 OH - + 3H2 + (2)

2 Al + 6 H2O 2 Al(OH)3+ 3H2 (3)

Dari Pers.(3) nampak terbentuk Al(OH)3

yang berperan sebagai bahan koagulan, sehingga akan memudahkan polutan dalam air teperangkap membentuk flok atau gumpalan yang mudah terendapkan. Prinsip kerja proses elektrokoagulasi dapat dilihat pada gambar 1.

Untuk keperluan perancangan yang berhubungan dengan pembentukan ion logam Al+3 dalam proses elektrokoagulasi menurut Chen dkk (2000)[3] dibutuhkan persamaan-persamaan perancangan. Bila proses dilakukan secara kontinyu, maka persamaan waktu tinggal air dalam bejana adalah:

t = (s)(A)/Q (4) dengan t: waktu tinggal air limbah dalam bejana (det), A : luas penampang bejana (cm2), Q: debit air limbah ( cm3/det),S:

(3)

143 tinggi bejana (cm). Persamaan untuk waktu proses elektrolisis menurut hukum Faraday pertama adalah:

t = [(96.500)(m)(n)]/[(ar)(I)] (5) dengan t: waktu proses (det), m: massa Al+ 3 yang dilepaskan oleh anoda (gram), n: perubahan bilangan oksidasi, ar: massa atom relatif, I: arus listrik (amper).

Jika Pers. (4) dimasukkan ke Pers. (5), maka didapat persamaan:

(s)(A)/Q=(96.500)(m)(n)/[ar)(I)] (6) Sehingga persamaan untuk massa ion logam Al+3 yang dihasilkan selama proses elektokoagulasi adalah:

m =(s)(A)(ar)(I)/[(Q)(96.500)(n) (7) Harga n (perubahan bilangan oksidasi Al) dan ar (massa atom relatif Al), dalam hal ini n =3 dan ar = 27. Berdasarkan Pers. (7) dapat dijelaskan jika arus yang digunakan pada proses elektrokoagulasi semakin besar, maka terbentuknya Al(O)3 semakin

banyak. Akibatnya persediaan bahan koagulan Al(OH)3 menjadi semakin

meningkat, sehingga kecepatan dan kesempatan untuk mengendapkan polutan dalam air limbah menjadi semakin meningkat pula.

Contoh proses elektrokoagulasi dengan elektroda aluminium dilakukan pada penanganan limbah cair yang mengandung polutan timbal (Pb). Pada proses ini dihasilkan lumpur yang mengandung Pb bersama-sama dengan Al(OH)3 dan

dikeluarkan lewat bagian dasar bak proses, sedangkan cairan bening dikeluarkan lewat bagian atas bak proses. Pada percobaan yang dilakukan tersebut digunakan limbah

cair dengan kadar awal kontaminan Pb 10,00 ppm dan zat padat terlarut (TSS) sebesar 200 ppm. Percobaan dilakukan secara aliran kontinyu dengan debit sebesar 1,5 liter /menit, kuat arus bervariasi dari 1,0 sampai 5,0 amper dan variasi waktu operasi dari 60 sampai 120 menit. Analisis Pb dalam filtrat hasil akhir dilakukan dengan menggunakan perangkat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) dan analisis TSS menggunakan metode gravimetri. Dari percobaan diperoleh nilai efisiensi elektrokoagulasi kontaminan Pb sebesar 99,16 % dan TSS sebesar 80,24 % pada kuat arus 5,0 amper dan waktu operasi 120 menit (Sutanto dkk, 2010)[1].

Pada pengolahan limbah cair dari limbah rumah potong hewan (RPH) secara elektrokoagulasi pernah dilakukan secara batch dengan menempatkan cairan limbah didalam sel elektrolisis. Proses dijalankan selama waktu tertentu untuk menurunkan kadar total suspended solid (TTS), total disolved solid (TDS), pH dan turbidity. Dari hasil penelitian didapatkan kadar TSS dan TDS yang semakin turun dan efisisensi removal yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa air limbah tersebut memiliki kualitas yang semakin baik (Bayramoglu dkk, 2006)[4].

Pada penelitian elektrokoagulasi menggunakan empat buah elektroda yang terbuat dari bahan aluminium (Al) dan besi (Fe) ternyata proses membutuhkan waktu operasi lebih pendek untuk mencapai efisiensi removal (penghilangan) TTS dan TDS yang maksimum dari pada hanya menggunakan dua buah elektroda. Pada penggunaan empat buah elektroda dibutuhkan waktuoperasi 70 menit dengan kemampuan penghilangan TSS dan TDS mencapai 99%, sedangkan pada penggunaan dua buah elektroda dibutuhkan waktu operasi 90 menit dengan kemampuan penghilangan TSS dan TDS maksimum hanya mencapai 98 % (Ardhani dkk, 2007)[5].

(4)

METODE PENELITIAN

Bahan

Elektroda aluminium (HTC 16-35) dan air limbah dengan kondisi fisik dan kimia seperti ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Kondisi fisik dan kimia air limbah

Parameter Hasil pengukuran Tembaga (Cu) 3,52 mg/L Aluminium (Al) Tidak terdeteksi Khrom (Cr) Tidak terdeteks Besi (Fe) 1,21 mg/L pH (derajad keasaman) 7,64 Kekeruhan (turbiditas) 44,10 NTU Minyak dan lemak 27 mg/L

Alat-alat pendukung

Pompa air, avometer, accumulator, sel surya, contoller, detektor ion logam

Tempat pelaksanaan

Laboratorium Elektronika, T. Elektronika PNJ

Laboratorium Afiliasi Kimia, FMIPA -UI

Rangkaian alat penelitian

Sket rangkaian alat penelitian dapat dilihat pada gambar 2. Alat proses terdiri atas sumber DC, Avometer, bak penampung air limbah, bak proses elektrokoagulasi, controller bak pengendap kotoran dan bak penampung air hasil olahan. Sebagai sumber DC digunakan accumulator 45Ah. Avometer digunakan untuk mengukur arus listrik dan tegangan. Penelitian dilakukan dalam ruang yang cukup menerima sinar matahari untuk mengaktifkan sel surya berkapasitas 50Wp dengan tegangan 12 Volt. Arus 4,8 amper yang dihasilkan oleh sel surya dipakai untuk mengisi ulang accumulator secara otomatis. Bak penampung air limbah berukuran panjang 40 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm. Bak proses elektrokoagulasi berbentuk persegi tersusun atas tiga sel. Masing - masing sel berukuran lebar 5 cm,

panjang 20 cm dan tinggi 25 cm yang dilengkapi anoda dan katoda dari bahan aluminium masing-masing berukuran lebar 7 cm dan panjang 10 cm. Bak pengendap kotoran berbentuk persegi dengan ukuran tinggi 50 cm, panjang 50 cm dan lebar 50 cm. Bak penampung air hasil olahan berbentuk kubus dengan panjang sisi 50 cm.

Pelaksanaan penelitian

Urutan pelaksanaan penelitian dilakukan sebagai berikut:

a. Air limbah dialirkan dari bak penampung/pengumpan ke detektor ion logam dengan bantuan pompa

b. Aliran air yang menuju ke detektor ion logam dihentikan setelah mencapai volume 800 cc dan sumber DC dihidupkan pada arus 1 amper selama 1-2 menit untuk mengetahui jenis logam dalam air limbah

(5)

145 c. Air limbah sebanyak 4,5 liter

dialirkan dari bak penampung ke bak elektrokoagulasi

d. Sumber DC dihidupkan pada arus 0,05 amper untuk mengoperasikan proses elektrokoagulasi dengan membaca ampermeter yang terpasang

e. Sumber DC dimatikan setelah proses berjalan 20 menit

f. Semua air dari bak

elektrokoagulasi dialirkan ke bak pengendap untuk memisahkan kotoran

g. Dilakukan analisis perubahan kekeruhan dengan turbidimetry h. Pengulangan langkah a sampai

dengan g kembali dilakukan dengan waktu pengamatan 40, 60, 80, 100, 120 dan 140 menit Untuk penelitian berikutnya digunakan arus listrik 0,1 dan 0,2 amper dengan variasi waktu pengamatan 20, 40, 60, 80, 100, 120 dan 140 menit.

HASIL dan PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 disebutkan bahwa kandungan logam berat dalam air limbah terdiri atas tembaga (Cu) sebanyak 3,52 mg/L, besi (Fe) sebanyak 1,21 mg/L dan tingkat kekeruhan 44,`10 NTU. Artinya kandungan kedua logam dan kekeruhan tersebut belum memenuhi peraturan

Menteri Kesehatan RI No

416/Menkes/Per/IX/1990.Pada pembahasan ini sebenarnya hanya akan dibatasi pada pengamatan perubahan kekeruhan saja. Akan tetapi, mengingat kandungan logam besi (Fe) yang terkandung dalam air limbah juga belum aman terhadap lingkungan, maka pembahasan penelitian ditambah dengan pengamatan perubahan kandungan logam besi yang terdapat dalam air hasil proses. Sedangkan logam tembaga tidak dibahas, karena berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 / Menkes / Per / IX / 1990 belum mencantumkan secara pasti nilai batas aman untuk kandungan tembaga dalam air limbah. Oleh

karena itu untuk sementara tidak dilakukan pembahasan untuk pengamatan perubahan kandungan tembaga dalam air limbah. Hasil penelitian perubahan kandungan atau kadar logam besi (Fe) dari proses elektrokoagulasi pada campuran air limbah industri pembuat komponen elektronik dan rumah potong ayam ditunjukkan pada tabel 2 dan gambar 3.

Pengukuran kandungan atau kadar besi (Fe) pada tabel 2 dilakukan dengan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Berdasarkan data pada tabel 2, ditunjukkan bahwa pada penggunaan waktu yang semakin lama mengakibatkan terjadinya penurunan kadar besi semakin signifikan. Ditunjukkan pula bahwa pada penggunaan arus yang semakin besar dengan waktu proses yang sama, ternyata terjadi penurunan kadar besi yang cukup signifikan juga. Sebagai gambaran, pada hasil pengamatan proses elektrokoagulasi selama 120 menit atau 2 jam dengan arus 0.05 amper terjadi penurunan kandungan besi dari 1,21 mg/L menjadi 0,31 mg/L. Demikian juga pada hasil pengamatan proses elektrokoagulasi yang dalakukan dengan waktu yang tetap selama 120 menit, sedangkan arus yang digunakan ditingkatkan dari 0,05 amper menjadi 0,1 amper, maka terjadi penurunan kandungan atau kadar besi (Fe) dari 0,31mg/L menjadi

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar besi dalam air limbah setelah proses secara elektrokoagulasi, [mg/L] Wkt,men. Arus 0,05A Arus 0,1A Arus 0,2A 0 1,21 1,21 1,21 20 1,10 0,98 0,89 40 0,97 0,73 0,58 60 0,74 0,51 0,37 80 0,56 0,39 0,18 100 0,42 0,25 0,09 120 0,31 0,11 0,02 140 0,18 0,08 0,005

(6)

Gambar 3. Kurva perubahan kadar besi terhadap waktu

0,11 mg/L. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan pembentukan Al(OH)3 pada waktu proses semakin lama

dilankan atau arus yang digunakan semakin ditingkatkan. Dalam hal ini Al(OH)3

merupakan senyawa koagulan yang berperan sebagai bahan penggumpal dan penyerap besi dalam air limbah, sehingga membentuk senyawa kompleks dengan berat molekul yang lebih besar dan mudah diendapkan. Dari tabel 2 terlihat bahwa untuk memenuhi standar air limbah dengan kadar besi 1,0 mg/L atau dibawahnya dibutuhkan waktu masing-masing 40 menit untuk arus 0,05 amper, 20 menit untuk arus 0,1 amper dan 20 menit untuk arus 0,2 amper. Mengingat perbedaan biaya yang agak mahal antara penggunaan arus 0,1 amper dan 0,2 amper dan tidak ada perbedaan waktu untuk mencapai kondisi standar air limbah yang aman, maka sebaiknya proses dipilih pada arus 0,1 amper dan waktu 20 menit. Sedangkan untuk arus 0,05 amper tidak diperlukan. Karena untuk mencapai standar air limbah yang memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990 ternyata proses berjalan terlalu lama, sehingga kecepatan produksi atau produktifitas pengolahan air limbah sangat rendah. Gambar 3 memperkuat pernyataan dari hasil penelitian, bahwa ada kecenderungan penurunan kandungan logam besi (Fe) pada saat proses dijalankan dengan arus tetap tetapi waktu yang

digunakan semakin lama. Dari gambar 3 juga dapat diiinformasikan, bahwa ada kecenderungan penurunan kandungan logam besi (Fe) pada saat proses dijalankan dengan waktu tetap tetapi arus yang digunakan semakin ditingkatkan.

Hasil penelitian perubahan kekeruhan (turbiditas) dari proses elektrokoagulasi pada campuran air limbah industri pembuat komponen elektronik dan rumah potong ayam ditunjukkan pada tabel 3 dan gambar 4. Hasil pengukuran perubahan kekeruhan air pada tabel 3 dilakukan menggunakan turbidimetry.

Berdasarkan tabel 3 dan gambar 4, terlihat bahwa kekeruhan air semakin berkurang pada saat proses dilakukan semakin lama. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan pembentukan Al(OH)3. Dalam

Tabel 3. Hasil pengukuran kekeruhan air limbah setelah proses elektrokoagulasi, [NTU]

Wkt,men. Arus 0,05 A Arus 0,1 A Arus 0,2 A 0 44,1 44,1 44,1 20 40,0 37,2 33,5 40 35,0 32,3 28,2 60 30,0 23,1 20,1 80 26,0 18,3 15,3 100 21,6 12,1 8,8 120 15,5 8,9 4,9 140 11.3 4,2 2,3

Gambar 4. Kurva perubahan kekeruhan terhadap waktu 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 0 100 200 K ad ar b e si ( Fe) , m g/ l Waktu, menit arus 0,05 A arus 0,1 A arus 0,2 A 0 10 20 30 40 50 0 100 200 K eke ru h an (tu rb id itas), N TU Waktu, menit arus 0,05 A arus 0,1 A arus 0,2 A

(7)

147 hal ini Al(OH)3 merupakan senyawa

koagulan yang berperan sebagai bahan penggumpal dan penyerap berbagai polutan baik organik maupun anorganik yang terdapat dalam air limbah, sehingga membentuk senyawa kompleks dengan berat molekul yang lebih besar dan mudah diendapkan. Dengan semakin banyaknya endapan yang terbentuk menyebabkan penurunan jumlah polutan dalam air, sehingga semakin lama air nampak semakin jernih atau tingkat kekeruhannya semakin berkurang. Dari tabel 3 terlihat, bahwa untuk memenuhi standar air limbah dengan kekeruhan 25 NTU atau dibawahnya dibutuhkan waktu masing-masing 100 menit untuk arus 0,05 amper, 60 menit untuk arus 0,1 amper dan 60 menit untuk arus 0,2 amper. Mengingat perbedaan biaya yang agak mahal antara penggunaan arus 0,1 amper dan 0,2 amper dan tidak ada perbedaan waktu untuk mencapai kondisi standar air limbah dengan kekeruhan yang aman, maka sebaiknya proses dipilih pada arus 0,1 amper dan waktu 60 menit. Sedangkan untuk arus 0,05 menit tidak diperlukan. Karena untuk mencapai standar air limbah yang memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/Menkes/Per/IX/1990 ternyata proses berjalan terlalu lama, sehingga kecepatan produksi atau produktifitas pengolahan air limbah sangat rendah. Dengan mempertimbangkan efisiensi waktu, biaya operasional, persyaratan kandungan logam dan tingkat kekeruhan air seperti yang dinyatakan dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No 416 / Menkes / Per / IX /1 990, maka penggunaan arus listrik 0,1 amper dengan waktu proses antara 60 menit dapat direkomendasikan sebagai parameter yang memenuhi syarat untuk pengolahan air limbah menjadi air yang aman terhadap lingkungan. Pada penggunaan waktu 60 menit dan arus 0,1 amper akan didapat kandungan besi 0,51 mg/L (kurang dari 1,0 mg/L) dan kekeruhan air 23,1 NTU (kurang dari 25 NTU).

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada DP2M - DIKTI yang telah memberikan dana penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tahun pertama.

KESIMPULAN

Proses elektrokoagulasi dengan elektroda aluminium dapat menurunkan kadar besi dan kekeruhan dalam air limbah. Semakin lama penggunaan waktu proses atau arus yang digunakan semakin tinggi, maka kadar besi dan kekeruhan air limbah semakin turun. Kondisi proses terbaik adalah arus listrik 0,1 amper dan waktu proses 60 menit dengan tenaga sel surya 50 Wp. Pada kondisi tersebut kadar besi dapat diturunkan dari 1,21, mg/L menjadi 0,51 mg/L dan kekeruhan dapat diturunkan dari 44,1 NTU menjadi 23,1 NTU.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sutanto dkk. 2010. Pengaruh Perubahan Arus Listrik terhadap Penurunan Kadar Lemak dan Minyak dalam Air Limbah melalui Proses Elektrokoagulasi. Jurnal Poli-Teknologi, Vol. 2, No. 2, hlm 94-

[2] Carmona M., dkk. 2006. A Simple Model to Predict the Removal of Oil Suspensions from Water Using the Electrocoagulation Technique. Chemical Engineering Science, 61, pp.1237 – 1246.

[3] Chen X., dkk.2000. Separation of Pollutants from Restaurant Wastewater by Electrocoagulation. Sep. Purif. Technol. 19, pp. 65–76. [4] Bayramoglu M., dkk. 2006. Technical and Economic Analysiso of Electrocoagulation for the

Treatment of Poultry

Slaughterhouse Wastewater. Separation and Purification Technology, 51, p. 404.

(8)

[5] Ardhani A.F., dkk. 2007. Penanganan Limbah Cair Rumah Pemotongan Hewan dengan Metode Elektrokoagulasi. Makalah Penelitian Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,Universitas Diponegoro, Semarang.

Gambar

Tabel 1. Kondisi fisik dan kimia air  limbah
Tabel 2. Hasil    pengukuran  kadar   besi                 dalam air limbah setelah   proses                   secara elektrokoagulasi, [mg/L]    Wkt,men
Tabel 3. Hasil    pengukuran   kekeruhan                  air     limbah     setelah     proses                  elektrokoagulasi, [NTU]

Referensi

Dokumen terkait

2.1.2.2 Karakteristik Gas Biogenik Gas biogenik merupakan hidrokarbon yang berat dan sejarah yang rumit, dimana menjadi produk dari aktivitas mikroba pada kedalaman dangkal dan

sebelum manusia diyakinkan bahwa semua masalah mereka datang karena ketentuan Allah, maka tidak akan pernah terlintas dalam pikiran mereka untuk memohon kepada-Nya kelepasan.”

Dengan posisi diri yang (di)lemah(kan) ini, masyarakat kolonial harus mengikuti keinginan mereka agar siap di-peradab-kan melalui sejumlah regulasi. Meskipun diakui, selain

Hipotesis dari penelitian ini adalah dengan penerapan metode pembelajaran probing prompting yang dipadukan dengan complete sentence dapat berpengaruh terhadap kualitas belajar

Karena Perusahaan tidak dapat mengontrol metode, volume, atau kondisi aktual penggunaan, Perusahaan tidak bertanggung jawab atas bahaya atau kehilangan yang disebabkan dari

f. fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang perencanaan pembangunan nasional;.. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

Penelitian yang telah selesai dikerjakan ini bertujuan untuk mengetahui prospek ke depan pembukaan cafe “Aku Cinta Tegal” yang jarang ditemui di Kota Semarang.Penelitian

Kita akan membuat database dalam SQL dengan nama system_akademik, dapat digunakan perintah CREATE seperti berikut :.. hasil dalam bentuk tabel yang disimpan di dalam suatu