• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit di Dalam Piringan di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada Pola Pemupukan Kelapa Sawit di Dalam Piringan di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Distribusi Unsur Hara dan Perakaran pada

Pola Pemupukan Kelapa Sawit di Dalam

Piringan di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi

Jambi

1

Setiari Marwanto,

2

Supiandi Sabiham,

2

Untung Sudadi, dan

1

Fahmuddin

Agus

1

Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114. e-mail: setiari_mr@yahoo.com

2

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. M eranti, Kampus IPB Dramaga, Bogor

Abstrak. Pe mupukan yang tepat (cara, bentuk, dosis, waktu) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi serapan hara pupuk oleh tanaman. Penelit ian ini bertujuan untuk me mpe laja ri distribusi unsur hara dan akar pada pola pe mupukan di da la m p iringan. Penelit ian dila ksanakan pada perkebunan kelapa sawit rakyat umur 15 tahun dengan ketebalan gambut 575,3± 65,7 c m dan jara k tana m 8x9 m di Desa Su mber Agung, Keca matan Sungai Gela m, Kabupaten Muaro Jambi pada bulan Januari-Maret 2012. Penelit ian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengindentifikasi sifat tanah yang telah diberi pupuk dan kapur oleh petani d i dala m piringan yang berjara k 2 m dari pusat batang sawit. Se mbilan pohon kelapa sawit yang tersebar di tiga transek telah dipilih sebagai pewakil. Pengamb ilan contoh akar dan gambut dilaku kan 3 bulan setelah pengapuran dan 2 bulan setelah pemupukan , masing-masing pada jarak 1m, 1,5 m, 2 m, 2,5 m, 3 m, 3,5 m, 4 m dan 4,5 m dari pusat batang kelapa sawit pada kedalaman 0 -15 c m dan 15-30 c m. Para meter sifat tanah yang dia mati meliputi total unsur hara N, P, K, Ca, Mg, K, Na , Fe, A l, B, Mn, Cu dan Zn. Sedangkan parameter akar yang dia mati adalah kerapatan akar dengan empat kelas dia meter, ya itu: <0,5 mm, 0,5-2,5 mm, 2,5-5 mm dan >5 mm. Da ri hasil penelit ian dapat diketahui bahwa ja rak penga mbilan contoh dari pusat batang me miliki hubungan nyata dengan konsentrasi unsur hara (p<0,05) kecuali pada unsur N, Fe dan Mn pada kedalaman 0-15 c m dan unsur N, Mg, Fe dan Mn pada kedala man 15-30 c m. Se ma kin kec il u kuran aka r, ma ka kerapatan nya semakin tinggi. Kerapatan akar yang tertinggi adalah a kar kuarter ( Ø<0,5 mm) disusul oleh aka r tersier (Ø 0,5-2,5 mm), sekunder (Ø2,5-5 mm) dan prime r (Ø>5 mm). Ja rak pengambilan contoh menghasilkan koefisien regresi linear yang tinggi dengan kerapatan akar kuarter dan tersier (R2 =>0,8). Hasil ini me mbu ktikan bahwa distribusi akar berhubungan erat dengan tingkat konsentrasi hara. Pola pe mupukan di dala m piringan kelapa sawit menghasilkan pola distribusi unsur hara yang sama dengan pola distribusi kerapatan akar, dimana konsentrasi hara dan kerapatan aka r tert inggi terdapat pada jara k terdekat dengan batang dan menurun secara berangsur pada jarak yang sema kin jauh.

Kata k unci: Distribusi, unsur hara, akar, ga mbut, pemupukan, ke lapa sawit

Abstract. Broadcasting fertilizer into the circle of oil palm was effected on nutrient and roots distribution. This research was aimed at studying distribution of both nutrient and roots in the site where fertilizer applied into the circle of oil palm. Research was

(2)

conducted at 15 year of oil palm plantation with 575.3±65.7 depth of peat and 8x9 m of planting distance, during January-March 2012. Administratively laid on Sumber Agung Village, Sungai Gelam Sub District, Muaro Jambi District, Jambi Province. This research was considered as descriptively research to identified soil properties which obtained fertilizer and lime within 2 m of circle of oil palm radius fro m the center of the trunk . Nine oil palm trees within three transect was choose as representative point. Peat sampling, conducted 3 months after fertilizing and 2 months after liming, was carried on the distance of 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4 and 4.5 m from the centre of the trunk there are 0 -15 and 15-30 cm. was sampled at each sampling point for chemical properties and root analysis. Chemical soil analysis consist of N, P, K, Ca, Mg, K, Na, Fe, Al, B, Mn, Cu, and Zn. Roots were washed and separated from peat material then dried oven at 700C as long as 48 hours. Finally, four size class of root diameter was determined then weighted . Research results significant correlation (at p<0.05) between soil sampling distance and all nutrient concentration except N, Fe, and Mn at 0-15 cm depth, and N, Mg, Fe, and Mn at 15-30 cm depth. The smaller root size the higher its activity. The highest root density was quaternary roots (Ø <0.5 mm), following with tertiary roots (Ø 0.5-2.5 mm), secondary roots (Ø 2.5-5 mm) and primary roots (Ø >5 mm) respectively. Soil sampling distance was resulted high linear coefficient with quaternary and tertiary roots density (R2 = >0.8). In this research we also knew that roots distribution has strong correlation with nutrient concentration. Placing fertilizer onto the surface of circle of oil pal m was effected on the equality pattern between nutrient distribution and roots distribution. At the nearest point from the trunk has the highest nutrients concentration and roots density, where decrease gradually with the increasing distance.

Keywords: Distribution, nutrient, root, peat, fertilizing, oil palm

PENDAHULUAN

Pe mupukan di dalam p iringan kelapa sawit merupakan prakte k yang sangat umum diju mpai, baik di perkebunan rakyat maupun perusahaan. Pupuk dan amelioran disebar di sekitar batang (piringan) sejak b ibit mu lai ditana m h ingga usia produksi. Pe mupukan dila kukan untuk me mberikan unsur tersedia bagi perakaran tanaman. Beberapa unsur hara juga dibutuhkan oleh mikroba dala m mendeko mposisi tanah gambut seperti N, P, Mg, Fe, Co, Ni dan Mn (Yavitt et al. 2004. Keberadaan unsur hara yang diberikan ke tanah sangat dipangaruhi oleh reaksi biologi, fisik dan kimiawi, sehingga menyebabkan konsentrasi unsur hara yang diberikan akan mengala mi perubahan. Proses fisik yang me mpengaruhi perubahan konsentrasi hara disebabkan oleh serapan akar, suhu, aliran air dan pengolahan lahan (Bassirirad, 2000; Be rtol et al. 2003). Pe manasan tanah menyebabkan unsur hara mobil akan tervolat ilisasi. Pencucian (leaching) menyebabkan unsur hara terdistribusi ke arah vertika l atau ke ba wah lapisan gambut (van Bee k et al. 2007). Erosi akibat aliran permu kaan menyebabkan unsur hara terdistribusi ke a rah horisontal dan lateral (Subagyono and Tanaka, 2007; Faucette et al. 2004).

Akar sangat vital sebagai organ penyerap unsur hara secara selektif pada tanaman (Xing dan Xiu, 2006). Pada kebun ke lapa sawit di tanah minera l, a kar tu mbuh ke arah

(3)

horisontal hingga >4,5 m dan terkonsentrasi pada kedala man 30 c m (Harahap, 1999). Pertu mbuhan kontinyu akar ke lapa sawit menyebabkan diversifikasi u kuran dan fungsinya. Dari pangkal batang akan tumbuh akar yang terus membesar dan meman jang me mbentuk a kar p rimer. Bagian yang lebih kecil a kan me mbentuk aka r sekunder, tersier hingga kwarter. Penyerapan hara dan air oleh kelapa sawit dila kukan oleh akar tersier dan kwa rter. A kar p rimer me miliki ukuran 6-10 mm, a kar sekunder tumbuh pada ukuran 2-4 mm, sementara a kar te rsier d ite mukan pada ukuran 0,7-2 mm dan a kar kuarter pada ukuran 0,1-0,3 mm (Tinke r, 1976; Hartley, 1977; Fat mawaty dan Ginting, 1987).

Pada umur puncak produksi, radius piringan dari pangkal batang kelapa sawit di lahan gambut rata-rata mencapai 2 m, sedangkan distribusi perakaran ke lapa sawit mencapai >4 m. Pe mberian pupuk dan kapur di dala m p iringan men imbulkan pertanyaan apakah hara yang diberikan dapat terserap oleh tanaman secara efisien atau tidak. Untuk men ingkatkan efisiensi pemupukan, ma ka distribusi unsur hara pada pola pemupukan di dala m piringan yang selama in i dila kukan di lo kasi penelitian, menjad i sangat penting untuk diteliti. Penelitian in i bertujuan untuk me mpela jari distribusi hara dan distribusi perakaran pada pola pe mupukan di dala m piringan ke lapa sawit d i lahan gambut.

METODE PENELITIAN

Penelit ian dila ksanakan pada bulan Januari-Maret 2012 di perkebunan kelapa sawit rakyat (dike lola mula i tahun 1996) pada lahan gambut Desa Su mber Agung, Keca matan Sungai Gela m, Kabupaten Muaro Jambi dengan titik koordinat bumi 10 43’ 0,7” LS 1030 52’ 56,7” BT. Lo kasi berada di dalam satu blok kebun (planting block) yang dibatasi oleh saluran drainase dimana satu blok kebun berukuran 200x1.000 m, sedangkan jarak tana m 9x8 m dengan umur sawit sekitar 16 tahun.

Pe mupukan, pengapuran dan perawatan dilaku kan secara intensif oleh pemilik kebun. Kebun sawit tersebut diberi kapur dolo mit dengan dosis 1,1 kg per pohon setiap 6 bulan sekali. Pupuk yang digunakan terdiri dari NPK dengan dosis 1,1 kg per pohon setiap 3 bulan sekali. Se lain NPK, pupuk yang pernah diberikan adalah Phonska, TSP dan urea tergantung dari modal dan ketersediaan pupuk tersebut. Pemberian pupuk dan amelioran dila kukan di dala m p iringan kelapa sawit yang me miliki dia meter 4 m dengan cara ditebar. Seja k penanaman bib it ke lapa sawit hingga umur kelapa sawit 10 tahun, tanah di dala m piringan pernah diurug/ditimbun dengan tanah gambut dari sekitarnya sebanyak dua kali. Ha l ini dila kukan untuk me mpe rkuat daerah perakaran di dekat batang sehingga menghindari resiko rebahnya pohon kelapa sawit akibat rendahnya daya topang tanah (bearing capacity) gambut. Pengamatan dan pengambilan contoh tanah dilaksanakan 3 bulan setelah pemberian ame lioran berupa kapur dolomit dan 2 bulan setelah pemupukan NPK.

(4)

Penelit ian ini d ila ksanakan pada 3 transek pewakil (T1, T2 dan T3) yang

masing-masing me miliki 3 tit ik pengamatan berupa pohon (P1, P2 dan P3) dimana ja rak rata-rata

dari saluran drainase ke P1 adalah 12 m, P2 54 m dan P3 99 m. Ju mlah pohon pengamatan

adalah: (T) 3 x (P) 3 =9 pohon. Pada setiap pohon pengamatan ditentukan titik pengamatan sebanyak 8 tit ik (S) dengan interval jara k dari pusat batang kelapa sawit adalah 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 dan 4,5 m (Ga mbar 1). Ju mlah tit ik pengamatan adalah: (T) 3 x (P) 3 x (S) 8 =72 tit ik.

Para meter yang dia mati langsung pada setiap titik pengamatan (S) adalah mikrotopografi piringan sawit, yang dilaku kan dengan menggunakan prinsip waterpass dimana jara k terjauh (4,5 m) menjad i benchmark pengukuran. Pada masing-masing titik tersebut diamb il contoh tanah pada 2 kedalaman (D) yaitu 0-15 c m dan 15-30 c m untuk diketahui sifat kimia tanah dan kerapatan akarnya. Secara keseluruhan, ju mlah conto h tanah dan perakaran sebanyak:(T) 3 x (P) 3 x (S) 8 x (D) 2 = 144 contoh.

Ga mbar 1. Ilustrasi lokasi delapan titik pengamatan (S) pada berbagai interval jara k dari pangkal batang pada satu pohon pengamatan

Contoh tanah untuk analisis kerapatan akar dia mbil dengan menggunakan alat pengambil a kar (root auger). Alat tersebut ditusukkan ke dala m tanah gambut hingga kedala man mata bor (15 c m), ke mudian diangkat h ingga tanah gambut beserta akar yang berada di dala mnya dapat terambil. Pengamb ilan contoh daerah perakaran tersebut dila kukan pada dua kedalaman yaitu 0-15 dan 15-30 c m. Contoh tanah ditempatkan pada kantong kertas untuk dibawa ke laboratoriu m. Setiap contoh tanah gambut utuh dicuci menggunakan ember berisi a ir bersih dan dila kukan pe misahan antara akar dan tanah gambut. Pe misahan akar dari tanah gambut dilaku kan berdasarkan kenampa kan visual dengan bantuan alat penyaring dan pinset. Setelah akar terku mpul, dilaku kan pengeringa n menggunakan oven pada suhu 700C sela ma 48 ja m hingga mencapai berat konstan. Jaringan akar yang telah kering oven tersebut dipisahkan lagi berdasarkan diameter akar fungsional sebagai berikut: (i) a kar primer (Ø>5 mm), (ii) a kar sekunder (Ø 2,5-5 mm), (iii) a kar tersier (Ø 0,5– 2,5 mm) dan (iv) aka r kuarter (Ø <0,5 mm).

(5)

Contoh tanah terganggu yang diambil untuk mengetahui konsentras i hara, pada kedala man 0-15 dan 15-30 c m dila kukan secara komposit. Analisa yang dilakukan me liputi analisis pH H2O, total unsur hara makro dan total mikro. Unsur hara makro total

me liputi N, P, K, Ca, Na, dan Mg. Unsur hara mikro total yang dia mati me liputi Fe, Al, B, Mn, Cu, dan Zn. Sebelu m dianalisis, contoh tanah komposit terleb ih dahulu dikeringanginkan dan disaring hingga lolos ayakan ukuran 2 mm. Analisis laboratoriu m dila ksanakan di laboratoriu m kimia dan fisika tanah Ba la i Pene lit ian Tanah, Bogor.

Data hubungan jarak dari pangkal batang kelapa sawit dan para meter yang dia mat i, dianalisis menggunakan matriks korelasi (Uji Pearson). Perbandingan parameter yang berbeda nyata dilakukan dengan analisis perbandingan rata -rata. Pengolahan data dila kukan dengan MS. Exce l dan STATISTICA 7.0 (Statsoft. Inc).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi Unsur Hara

Pe mupukan kelapa sawit te lah dila kukan dua bulan sebelum pengamatan sehingga pada saat pengambilan contoh tanah sebagian unsur hara sudah berkurang me lalu i proses penguapan (volatilization), diserap parakaran tanaman (adsorbtion), larut dala m a ir (leaching) dan terbawa aliran permu kaan (run off). Konsentrasi hara P, K, Ca, Mg, Na, S, Al, Cu, Zn dan B pada kedalaman 0-15 cm ini berkorelasi nyata dengan jarak dari batang, dimana sema kin de kat dengan pangkal batang maka se makin t inggi konsentrasi hara, ke mudian menurun secara gradual seiring dengan jauhnya jarak dari batang kelapa sawit (Ga mbar 2 dan 3). Piringan kelapa sawit dengan radius 2 m merupakan daerah dengan rata-rata konsentrasi unsur hara yang lebih besar dibanding daerah lain di luar piringan.

Ga mbar 2. Rata-rata kandungan hara P, K, Mg, Na, S, Fe, A l, B, Zn, Cu dan Mn pada setiap titik penga matan terhadap jarak dari pangka l batang kelapa sawit pada kedala man tanah 0-15 c m (n=72)

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

Jarak dari pangkal pohon (m)

K andung an ha ra ( % ) 0 200 400 600 800 1000 1200 K andung an ha ra ( ppm ) P (%) K (%) Mg (%) Na (%) S (%) Fe (%) Al (%) B (ppm) Zn (ppm) Cu (ppm) Mn (ppm)

(6)

Konsentrasi unsur hara yang tinggi terdapat pada tanah yang memiliki pH t inggi juga. Pe mberian a me lioran berupa kapur di dala m p iringan kelapa sawit dapat men ingkatkan pH tanah. Dengan pH yang lebih tinggi akan me mbantu me mperba iki reaksi kimia d i dala m tanah khususnya dalam penyediaan unsur hara. Penelitian pada tanah gambut di Serawak, Malaysia menyimpulkan bahwa tanah yang diberi kapur akan men ingkatkan serapan Cu dan Zn (Abat et al. 2012).

Ga mbar 3. Rata-rata p H H2O, pH KCl, N dan Ca pada setiap titik pengamatan terhadap

jara k dari pangkal batang kelapa sawit pada keda la man tanah 0-15 c m (n=72)

Tabel 1. Konsentrasi rata-rata, standar deviasi dan koefisien korelasi unsur hara terhadap jara k dari batang kelapa sawit (kedala man ga mbut 0 -15 c m)

Analisis/Unsur Satuan Rata-rata Standar Deviasi Koefisien korelasi (r) pH H2O 3,81 0,70 -0,71* pH KCl 3,11 0,94 -0,78* N % 2,23 0,56 0,19 P % 0,12 0,27 -0,48* K % 0,03 0,04 -0,32* Ca % 1,77 2,28 -0,67* M g % 0,08 0,06 -0,42* Na % 0,01 0,01 -0,40* S % 0,13 0,06 -0,34* Fe % 0,20 0,20 -0,21 Al % 0,15 0,11 -0,33* M n ppm 52,90 73,93 0,02 Cu ppm 348,61 722,59 -0,47* Zn ppm 166,95 243,38 -0,56* B ppm 28,62 18,12 -0,52* Keterangan: Angka rata-rata yang diberi tanda asterik adalah berbeda nyata pada p<0,05 (n =72)

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

Jarak dari pangkal pohon (m)

pH 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 K andung an ha ra ( % ) pH H2O pH KCl N (%) Ca (%)

(7)

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa unsur hara yang tidak berhubungan dengan jara k dari pangka l batang adalah N, Fe, dan Mn. Unsur N me rupakan unsur yang sangat dibutuhkan tanaman dan sangat mudah menguap serta terbawa aliran air, sementara unsur Fe dan Mn mungkin telah diserap kuat oleh akar atau mengala mi retensi kuat pada beberapa titik jara k sehingga jeja k konsentrasinya tidak simultan seperti unsur yang lain. Standar deviasi yang tinggi pada beberapa unsur hara ma kro dan mikro menunjukkan sebaran data pada unsur tersebut terjadi pada rentang yang lebar terhadap nilai rata -ratanya

Tabel 2. Konsentrasi rata-rata, standar deviasi dan koefisien korelasi unsur hara terhadap jara k dari batang kelapa sawit (kedala man ga mbut 15-30 c m)

Analisis/Unsur Unit Rata-rata Standar deviasi Koefisien korelasi (r) pH H2O 3,45 0,24 -0.41* pH KCl 2,60 0,43 -0.64* N % 1,99 0,45 -0.09 P % 0,05 0,13 -0.38* K % 0,02 0,03 -0.30* Ca % 0,78 0,96 -0.59* M g % 0,05 0,02 -0.07 Na % 0,01 0,01 -0.28* S % 0,13 0,05 -0.36* Fe % 0,13 0,15 -0.17 Al % 0,09 0,06 -0.38* M n ppm 22,50 17,34 -0.04 Cu ppm 147,96 500,65 -0.27* Zn ppm 91,54 139,22 -0.62* B ppm 25,39 15,56 -0.34* Keterangan: Angka yang diberi tanda asterik adalah berbeda nyata pada p<0,05 (n masing-masing

unsur = 72)

Konsentrasi sebagian besar unsur hara pada lapisan atas lebih besar dibandingkan pada lapisan bawah. Kondisi ini sa ma dengan hasil penelit ian Gao et al. (2010) pada lahan basah di Delta Sungai Kuning, Cina. Pe mberian pupuk dan amelioran di dala m piringan dengan cara ditebar di permukaan tanah menyebabkan perbedaan tingkat konsentrasi di kedua lapisan. Pola variasi konsentrasi unsur hara terhadap jarak dari pangkal batang pad a kedala man ga mbut 0-15 c m juga terjad i pada kedalaman 15-30 c m meskipun tidak sekuat pada lapisan atas (Tabel 2). Hubungan konsentrasi unsur hara terhadap jarak dari pangkal batang pada lapisan atas menghasilkan nilai r yang lebih tinggi dibandingkan deng an nilai r pada lap isan 15-30 c m. Hubungan tersebut nyata pada p<0,05 kecuali pada unsur N, Mg, Fe dan Mn. Faktor yang me mpengaruhi konsentrasi unsur hara pada lapisan 15-30 c m ini sama dengan faktor pada lapisan atas. Unsur Mg kemungkinan diserap kuat ole h akar atau juga bisa mengala mi retensi kuat sehingga tidak terdistribusi ke lapisan bawah dengan baik.

(8)

Pada kedala man 15-30 c m ini konsentrasi unsur hara tertinggi juga terdapat pada titik terdekat dengan batang dan semakin jauh dari pangkal batang menyeb abkan konsentrasi semakin turun. Dengan pola pemupukan di dala m p iringan dengan cara ditebar di permu kaan tanah, unsur hara masih makro dan mikro dapat terdistribusi dengan baik pada arah vertikal ke bawah, horisontal dan lateral. Piringan kelapa sawit pad a tanah gambut tampa k lebih jelas dibandingkan pada tanah mineral. Hal ini d ika renakan pada tanah gambut terdapat bentuk gundukan yang merupakan hasil t imbunan dari tanah gambut di sekelilingnya ataupun karena tanah di sekeliling pohon kelapa sawit sudah mengala mi penurunan (subsidence). Gundukan dibuat oleh petani untuk meningkatkan daya sangga (bearing capacity) gambut. Hasil pengukuran dari 72 tit ik pengamatan menunjukkan bahwa mula i ja rak 3 m dari pangkal batang, permukaan gambut meninggi hingga tepi batang kelapa sawit (Ga mba r 5). Mikrotopografi piringan kelapa sawit yang berbentuk cembung tersebut menghasilkan ke lerengan yang ma mpu men ingkatkan energi aliran air dala m mengangkut unsur hara ke tempat yang lebih rendah. Mikrotopografi dan faktor penyebab erosi oleh air ke mungkinan menjadi sebab utama terjadinya distribusi gradual unsur hara dari piringan ke lapa sawit.

Ga mbar 5. Mikrotopografi permukaan tanah pada berbagai interval jara k dari pangka l batang kelapa sawit. Batang (bars) pada titik rata-rata adalah nilai standar deviasi (n=72)

Distribusi Perakar an

Pada kedala man 0-15 c m a kar kuarter (Ø <0,5 mm) berke mbang paling dominan. Konsentrasi hara yang lebih tinggi di lapisan atas menjad i salah satu penyebab tingginya pertumbuhan akar kuarter. Sebagai akar paling aktif dala m menyerap hara dan air, akar kuarter sangat dibutuhkan tanaman untuk mencukupi kebutuhan terhadap dua unsur tersebut di atas. Dengan interval waktu pemupukan 3 bulan sekali, ma ka konsentrasi hara pada lapisan atas akan tetap terjaga dan tidak terangkut seluruhnya ke lapisan bawah

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

Jarak dari pangkal batang (m)

Mi k r o to p o g r a fy (c m )

(9)

akibat pencucian. Kerapatan akar kuarter h ingga radius 4,5 m dari pangkal batang rata-rata berkisar antara 0,19-1,87 g dm-3. Pada Ga mba r 6 diperlihatkan bahwa penurunan kerapatan akar kuarter terhadap jara k dari pangka l batang mengikuti pola linear dengan R2 =0,82. A kar tersier (Ø 0,5-2,5 mm) juga mengikuti pola seperti pada akar kuarter dengan R2 = 0,90. Kerapatan akar tersier leb ih rendah dibandingkan akar kuarter yaitu rata -rata berkisar antara 0,06–1,49 g d m-3. Kerapatan akar paling tinggi berada pada jarak terdekat dari pangkal batang sedangkan kerapatan akar terendah berada pada jara k terjauh atau di tengah jarak tanam kelapa sawit (4,5 m). Se ma kin jauh dari pangkal batang kelapa sawit, kerapatan akar tersier akan semakin menurun. Kerapatan akar sekunder (Ø 2,5-5 mm) berkisar antara 0,06 – 0,65 g dm-3. Hubungan kerapatan akar dengan jarak dari pangkal batang sangat lemah dengan R2 = 0,15. Pada kedala man 0-15 t idak diju mpai a kar prime r. Akar ini ke mungkinan tu mbuh di lapisan lebih da la m karena lebih dibutuhkan sebagai penopang pohon kelapa sawit.

Ga mbar 6. Rata-rata kerapatan akar Ø <0,5 mm, 0,5-2,5 mm, 2,5-5,0 mm pada setiap titik pengamatan terhadap jara k dari pangkal batang ke lapa sawit pada kedala man tanah 0-15 c m (n masing-masing ukuran a kar = 72) -0.5 0 0.5 1 1.5 2 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

Jarak dari pangkal batang (m)

K e ra p a ta n a k a r (g d m -3)

(10)

Ga mbar 7. Rata-rata kerapatan akar Ø <0,5 mm, 0,5-2,5 mm, 2,5-5,0 mm dan Ø > 0,5 mm, pada setiap titik pengamatan terhadap jara k dari pangka l batang kelapa sawit pada kedala man tanah 15-30 c m (n masing-masing ukuran a kar = 72)

Kerapatan akar pada kedala man 15-30 c m juga lebih rendah dibandingkan pada lapisan 0-15 c m ba ik pada akar kuarter, tersier maupun sekunder. Kondisi in i sangat sesuai dengan kons entrasi hara yang juga lebih rendah pada lapisan ini dibandingkan dengan lapisan atasnya. Pada akar kuarter, ke rapatan akar berkisar antara 0,10–1,56 g dm

-3

sedangkan akar tersier berkisar antara 0,04-0,92 g d m-3. Pertu mbuhan akar pada kedala man 15-30 c m me miliki pola yang hampir sama dengan akar pada kedala man 0 -15 cm dimana kerapatan tertinggi pada daerah peraka ran terdekat dari pangka l pohon dan menurun secara gradual dengan bertambahnya jarak (Ga mbar 7). Ha l ini terlihat dari koefisien regresi yang tinggi antara kerapatan akar kuarter (R2 = 0,84) dan akar tersier (R2 =0,87) dengan jarak daerah peraka ran. Pada a kar sekunder, ke rapatan akar hanya diju mpai pada jarak 1,0 m (0,10 g dm-3), 2,0 m (0,41 g dm-3) dan 2,5 m (0,114 g dm-3) dari pangkal batang sawit. Akar ke lapa sawit terbukti dapat beradaptasi dengan baik terhadap distribusi lateral unsur hara. Kerapatan akar dan konsentrasi unsur hara di dekat batang kelapa sawit me miliki nilai tertinggi dan ke mud ian menurun secara gradual dengan bertambahnya jarak dari batang.

KESIMPULAN

1. Dengan pola pemupukan di dala m piringan, unsur hara makro dan mikro terd istribusi nyata (p<0,05) sepanjang titik pengamatan dari 1 m h ingga 4,5 m dari pangkal batang kelapa sawit kecuali unsur N, Fe dan Mn pada kedala man 0-15 c m dan N, Mg, Fe dan Mn pada kedalaman 15-30 c m. Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik terdekat dengan pangkal batang dan menurun dengan semakin jauh ja rak dari pangkal batang.

-0.5 0 0.5 1 1.5 2 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

Jarak dari pangkal batang (m)

K e ra p a ta n a k a r (g d m -3)

(11)

2. Konsentrasi hara yang tinggi diikuti dengan kerapatan akar yang tinggi, begitu pula sebaliknya dan semakin kec il dia meter akar ma ka kerapatan akar pun semakin tinggi dibandingkan dengan akar yang dia meter lebih besar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada pihak yang telah me mbiayai penelitian ini me la lui kegiatan kerjasama REDD-A LERT (Reducing Emission from De forestation and Degradatio n through Alternative Landuses in Rainforest of the Tropics) di Ba lai Penelitian Tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Abat, M., McLaughlin MJ, Kirby JK, Stacey SP. 2012. Adsorption and desorption of copper and zinc in tropical peat soils of Sarawa k, Malaysia. Geoderma 175-176, 58-63.

Bassirirad, H. 2000. Kinetics of nutrient uptake by roots: responses to global change. Revie w New Phytol. (2000), 147, 155±169.

Bertol, I., Mello EL, Guadagnin JC, Zaparolli A LV, Carrafa MR. 2003. Nutrient Losses by Water Erosion. Sc ientia Agricola, v.60, n.3, p.581-586.

Fatma waty dan Ginting G. 1987. Morfologi ke lapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Pusat Penelit ian Marihat, Pe matang Siantar, Indonesia. h: 37-51.

Faucette, L.B., Risse LM, Nearing MA, Gaskin JW, West LT. 2004. Runoff, erosion, and nutrient losses from co mpost and mulch blan kets under simulated rainfa ll. Journa l of Soil and Water Conservation Vol 59 No 4.

Gao, H., Bai J, Wang Q, Huanga L, Xiao R. 2010. Profile distribution of soil nutrients in unrestored and restored wetlands of the Ye llo w River De lta, China. Procedia Environmental Sc iences 2: 1652-1661.

Harahap, E.M. 1999. Pe rke mbangan akar tanaman kelapa sawit pada tanah terdegradasi di Sosa, Tapanuli Selatan, Su matera Uta ra. Disertasi Doktor (Unpublised). Progra m Pascasarjana (S3) IPB.

Hartley, C.W.S. 1977. The oil pa lm. Second edition. Tropical ag ricu lture series. Long man. London and New York. p: 806.

Subagyono, K. and Tanaka T. 2007. The role of subsurface flow dynamic on spatial and temporal variation of water che mistry in a headwater catchment. Indonesian Journal of Agricultural Sc ience 8(1): 17-30.

(12)

Tinke r, P.B. 1976. Soil require ments of the oil palm research. Cort ley, R.H.V., Ha rdon, J.J. and Wood, B.J. (Ed). Elseiver Sc ientific Publishing Co mpany. Amsterdam. p : 165-181.

van Beek, C.L., Droogers P, van Hardeveld HA, van den Ee rtwegh GAPH, Ve lthof GL, Oene ma O. 2007. Leaching of Solutes from an Intensively Managed Peat Soil to Surface Water. Water Air Soil Po llut 182:291-301. DOI 10.1007/s11270-007-9339-7.

Xing, S.H. and Xiu LS. 2006. Root function in nutrient uptake and soil water effect on NO3--N and NH4+-N mig ration. Agricu ltural Sc iences in China. 5(5):377-383.

Yavitt, J., Willia ms C, Wieder R. 2004. Soil che mistry versus environmental controls on production of CH4 and CO2 in northern peatlands. European Journal of So il

Gambar

Tabel 1.  Konsentrasi rata-rata, standar deviasi dan koefisien korelasi unsur hara terhadap  jara k dari batang kelapa sawit (kedala man ga mbut 0 -15 c m)
Tabel 2.  Konsentrasi rata-rata, standar deviasi dan koefisien korelasi unsur hara terhadap  jara k dari batang kelapa sawit (kedala man ga mbut 15-30 c m)

Referensi

Dokumen terkait

Mekanika Fluida adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari mengenai zat fluida (cair, gas dan plasma) dan gaya yang bekerja padanya. Mekanika fluida dapat

setelah dilakukan tes yaitu 25 dan skor minimum yang dicapai peserta didik yaitu 9 serta skor rata-rata yaitu 18,62 dengan standar deviasi yaitu 4,43. Berdasarkan Tabel

Media sosial Instagram @watuamben sejauh ini menurut pengelola digunakan sebagai media untuk mengunggah keadaan di Wisata alam Watu Amben dan juga sebagai media

Keterhubungan antar ruang pada elemen yang berlawanan yaitu melalui pemisahan antara ruang publik dan ruang privat, diekspresikan dengan dinding kaca solid. Keterhubungan

‘Umdat al-Muhtajîn ilâ Suluk Maslak al-Mufradîn merupakan salah satu dari karya-karya al-Râuf al-Sinkîlî yang ditulis dalam bahasa Jawa (baca: Melayu) supaya

Wild Abortive , Kalinga, dan Gambiaca memiliki umur berbunga dengan kategori genjah, serta memiliki karakter bunga yang lebih baik dibandingkan dengan IR58025A, antara lain

Justeru, berdasarkan kepada senario permasalahan dan persoalan tentang bahasa Melayu di atas, kajian terbaru ini dilakukan bagi meninjau tahap keyakinan tenaga akademik di IPT

Tanggapan responden item (6) tentang Setelah menonton iklan televisi Samsung Galaxy SIV saya mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut Diketahuibahwa 36 responden