BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif. Penelitian
asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua
variabel atau lebih. Dalam penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori
yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu
gejala (Sugiyono 2012:36).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, pada perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan situs resmi
www.idx.co.id dan www.bi.go.id seperti annual report dan laporan tahunan masing-masing bank.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan oktober 2016 sampai dengan Desember 2016.
3.3. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas yang diukur
dengan Return on Assets (ROA)
2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah, kecukupan modal yang
to Deposit Ratio (LDR), Risiko kredit diukur dengan Non Performing Loan
(NPL) dan Efisiensi operasional yang diukur dengan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).
3.4 Definisi Operasional Variabel
Menurut Erlina (2008:57) definisi operasional adalah menjelaskan
karakteristik dari objek kedalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan kedalam penelitian dan
untuk menguji penelitian ini digunakan variablel dependen atau terikat (Y),
variabel independen atau bebas (X). Definisi operasional variabel penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.4.1. Variabel Dependen (Y)
Variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen atau menjadi akibat
karena adanya variabel independen.Dalam penelitian ini variabel dependen yang
digunakan yaitu Profitabilitas (ROA).
Profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA. Return On Assets (ROA) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROA dihitung dengan
menggunakan rumus (Syahyunan, 2013:93):
ROA = � ℎ
3.4.2 Variabel Independen (X)
Variabel yang memperngaruhi atau menjadi sebab terjadinya perubahan
variabel independen. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen
yang digunakan yaitu :
1. Capital Adequancy Ratio (X1)
Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan
usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam
operasional bank. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya
kredit yang diberikan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Pandia 2012:72)
:
CAR = Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menuru t Risiko (ATMR ) x 100%
2. Loan to Deposit Ratio (X2)
LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan Total
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan
menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga
yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Rasio ini dirumuskan sebagai
berikut (Pandia, 2012:119):
LDR = Jumlah Kredit yang Diberikan
3. Non Performing Loan (X3)
Non Performing Loan merupakan rasio perbandingan antara jumlah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit kurang lancar, diragukan dan macet
terhadap seluruh kredit yang diberikan. Dalam rasio NPL ini, kredit yang
diperhitungkan adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut (Pandia, 2012:119) :
NPL= Jumlah Kredit Bermasalah
Total Kredit X 100%
4. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (�4)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber
daya yang ada diperusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Pandia,
2012:73) :
BOPO = Biaya beban Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Defenisi Indikator Skala Ukur
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005:72). Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2012:398).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum
konvensional yang ada di Indonesia yang terdaftar dalam Direktori Perbankan
42 (Empat Puluh Dua). Metode yang digunakan untuk memilih sampel adalah
dengan menggunakan metode populasi sasaran yang dipilih dengan
mempertimbangkan kriteria tertentu, menurut ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Adapun kriteria bank yang kemudian diambil untuk dijadikan
sebagai sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seluruh Bank Umum konvensional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
2. Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
tahun penelitian 2010-2014
3. Bank Umum Konvensional yang menerbitkan laporan keuangan secara
lengkap berdasarkan variabel-variabel penelitian selama tahun 2010-2014
Berdasarkan kriteria yang telah diajukan di atas, maka jumlah sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 31 (Tiga Puluh Satu) bank.
Berikut merupakan Tabel 3.2 yang menyajikan kriteria pengambilan sampel serta
jumlah sampel yang memenuhi kriteria untuk digunakan dalam penelitian :
Tabel 3.2
Kriteria Pengambilan Sampel
No Kriteria Penelitian Jumlah Sampel 1 Seluruh Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek
3 Bank konvensional yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama periode 2010-2014
(1)
Jumlah 31
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang berupa data laporan keuangan tahunan dengan periode penelitian yang
dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2014 pada Bank umum yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi yaitu www.idx.co.id dan
www.sahamok.com yang berupa annual report bank umum yang listing di bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.
3.7 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka
danstudi dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan beberapa
jurnal ekonomi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Kemudian setelah itu dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu peneliti
mengumpulkan data sekunder dari situs www.idx.co.id.
3.8 Teknik Analisis Data
Untuk mengolah dan menganalisis data, peneliti menggunakan bantuan
program statistik, software E-Views for Windows. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
berlaku untuk umum dan generalisasi (Sugiyono, 2012:206). Penyajian data pada
statistik deskriptif dapat berbentuk tabel, diagram, ukuran, dan gambar.
3.8.2 Pemilihan Model Data Panel
Data panel adalah data yang terdiri atas beberapa variabel seperti pada data
seksi silang, namun juga memiliki unsur waktu seperti pada runtut waktu
(Winarno, 2015:10.2). Data panel merupakan suatu kumpulan data yang terdiri
dari sejumlah data cross-section dari suatu rentang waktu tertentu (time series).
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa
pendekatan yang ditawarkan yaitu:
1. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)
Pendekatan ini cukup sederhana. Tekniknya hampir sama seperti membuat
regresi dengan data cross section atau time series. Namun untuk data panel, perlu mengkombinasikan data cross section dengan data time series terlebih dahulu sebelum memulai regresi. Metode ini bisa menggunakan Ordinary Least Square
(OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.
2. Fixed Effect Model
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa adanya variabel-variabel yang tidak
semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intersep yang
tidak konstan. Artinya intersep ini mungkin berubah untuk setiap individu dan
waktu.
3. Random Effect Model
Jika pada model efek tetap perbedaan antar individu atau waktu dicerminkan
Teknik ini juga memperhitungkan bahwa gangguan mungkin berkorelasi
sepanjang time series dan cross section.
Adapun langkah-langkah untuk pemilihan model data panel adalah sebagai
berikut:
1. Estimasi dengan Fixed Effect Model
2. Uji Chow (Pooled Least Square atau Fixed Effect Model) Dengan kriteria pengujian:
H0 = Pooled Least Square
H1 = Fixed Effect Model
Tolak H0 jika p-value < nilai signifikansi (0,05); maka H1 diterima.
3. Estimasi dengan Random Effect Model
4. Uji Hausman (Random Effect Model atau Fixed Effect Model) Dengan kriteria pengujian:
H0 = Random Effect Model H1 = Fixed Effect Model
Tolak H0 jika p-value < nilai signifikansi (0,05); maka H1 diterima (Maria, 2015).
3.8.3 Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear
berganda ini ditujukan untuk menentukan hubungan linear antara beberapa
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) seperti Untuk menguji pengaruh
terhadap Return on Assets (ROA) yang menggunakan regresi linier bergada (multiple linier regression). Adapun model persamaan regresi linier pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y= ∝ + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + � Dimana:Y = Return on Assets (ROA)
α = Konstanta
X1 = Capital Adequecy Ratio (CAR) X2 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
X3 = Non Performing Loan (NPL)
X4 = Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) b1 -b4 = Koefisien regresi variabel bebas
� = Term of error
Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti pengaruh
beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji. Teknik analisis ini
sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan
kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah. Untuk menganalisis pengaruh
antara variabel X terhadap variabel X terhadap variabel Y maka digunakan tingkat
taraf signifikansi α = 0,05 yang berarti memiliki derajat kesalahan sebesar 5%.
3.9 Uji Hipotesis
Suryadi dan purwanto (2013:225) mengungkapkan bahwa untuk melihat
apakah variabel bebas (independen) mampu secara menyeluruh bersama-sama
menggunakan uji F. Sedangkan uji t digunakan untuk mengetahui apakah setiap
variabel bebas juga berpengaruh terhadap variabel terikat.
3.9.1 Uji Parsial (Uji t)
Uji t atau uji parsial digunakan untuk menguji apakah suatu variabel bebas
berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat.Untuk mengetahui apakah suatu
variabel secara parsial berpengaruh atau tidak digunakan uji t atau t-student
(Suharyadi dan Purwanto, 2013:228). Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
1. H0 : bi = 0, Artinya variabel bebas Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variabel Return on Asset (ROA)
2. H1 : bi ≠ 0, Artinya variabel bebas Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to
Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap variabel terikat Return on Asset (ROA).
Selanjutnya pada penelitian ini nilai F-hitung akan dibandingkan dengan
tabel pada tingkat signifikan (α) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t
ini adalah sebagai berikut:
a. Jika Sig < 0,05 dan thitung>ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Jika Sig > 0,05 dan thitung<ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak.
3.9.2 Uji Simultan (Uji F)
Menurut Suharyadi dan Purwanto (2013:225), pengujian ini bertujuan
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Ketentuan-ketentuan dalam uji F adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai Sig F > tingkat Sig 0,05 maka tidak ada pengaruh signifikan dari
variabel bebas Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR),
Non Performing Loan (NPL) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Return on Asset (ROA).
2. Jika nilai Sig F < tingkat Sig 0,05 maka ada pengaruh signifikan dari variabel
bebas Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara bersama-sama terhadap variabel terikat Return on Asset (ROA).
3.9.3 Uji Koefisien Determinasi (��)
Koefisien determinasi (R2) adalah ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan antara dugaan atau garis regresi dengan data sampel dengan kata
lain koefisien determinasi adalah kemampuan variabel X (Independen)
mempengaruhi variabel Y (dependen). Semakin besar koefisien determinasi
menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y (Suharyadi dan
Purwanto, 2013:162). Pengujian koefisien determinasi dalam penelitian ini
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
4.1.1 Profil Singkat Perusahaan Perbankan 1. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak disektor perbankan dan merupakan anak perusahaan
dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). PT bank Rakyat Indonesia Agroniaga
berdiri pada tanggal 27 September 1989 dan mulai terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sejak 8 Agustus 2003 dengan kode saham AGRO. Komposisi
kepemilikan saham perusahaan sebesar 88,19% oleh PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk, dana pensiun perkebunan sebesar 9,19% dan 2,62% dimiliki oleh
publik.
2. Bank MNC Internasional Tbk
PT Bank MNC Internasional Tbk berdiri pada tanggal 31 Juli 1989 dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 15 Juli 2002 dengan kode saham BABP.
Komposisi kepemilikan saham sebanyak 39,34% dimiliki oleh PT. MNC Kapital
Indonesia Tbk, 12,83% dimiliki oleh RBC Singapore - Clients A/C, 5,43%
dimiliki oleh Bank Julius Bear and Co. Ltd. Singapore dan sisanya sebanyak
42,39% dimiliki oleh publik.
3. Bank Capital Indonesia Tbk
PT Bank Capital Bank Capital Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 20
saham BACA. PT Bank Capital Indonesia Tbk mulai terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sejak 4 Oktober 2007. Komposisi kepemilikan saham PT Bank Capital
Indonesia Tbk sebesar 28,49% dimiliki oleh bapak Danny Nugroho, 15,89%
dimiliki oleh Inigo Investment, Ltd., 9,49% dimiliki oleh Zem Gem Investment,
Ltd, dan sisanya sebesar 46,13% dimiliki oleh publik.
4. Bank Ekonomi Raharja Tbk
PT Bank Ekonomi Raharja Tbk Bank Ekonomi Raharja Tbk didirikan
pada tanggal 15 Mei 1989 dengan PT Bank Mitra Raharja dan telah beroperasi
secara komersial sejak 8 Maret 1990 dengan kode saham BAEK. Bank Ekonomi
Raharja mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 8 Januari
2008. Komposisi kepemilikan saham PT Bank Ekonomi Raharja Tbk sebesar
98,94% dimiliki oleh HSBC Asia Pacific Holding UK Limited, 1% dimiliki oleh
PT Bank Central Asia Tbk, dan sisanya sebesar 0,06% dimiliki oleh publik.
5. Bank Central Asia Tbk
PT Bank Central Asia Tbk berdiri pada tanggal 10 Agustus 1995 dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 31 Mei 2000 dengan kode saham
BBCA. Komposi kepemilikan saham PT Bank Central Asia adalah 45,58%
dimiliki oleh UOB Kay Hian Private Limited For Farindo Investment dan 54,42%
dimiliki oleh publik.
6. Bank Bukopin Tbk
PT Bank Bukopin Tbk berdiri pada tanggal 10 Juli 1970 dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 10 Juli 2006 dengan kode saham BBKP.
Corporindo, 18,27% dimiliki oleh Koperasi pegawai Bulog Seluruh Indonesia
(Kopelindo), 11,55% dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan sisanya
sebesar 39,88% dimiliki oleh publik.
7. Bank Negara Indonesia Tbk
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbkdidirikan 5 Juli 1946 di Indonesia
sebagai Bank Sentral dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 25
November 1996 dengan kode saham BBNI. Sebagai salah satu bank milik negara,
Komposisi kepemilikan saham yang dimiliki oleh Negara Republik Indonesia
sebesar 60,61%, dan sisanya sebesar 39,39% dimiliki oleh publik.
8. Bank Nusantara Parahyangan Tbk
PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk berdiri pada tanggal 18 Januari 1972
dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 10 Januari 2001 dengan kode
saham BBNP. Komposisi kepemilikan saham sebesar 60,82% dimiliki oleh Acom
Co. Ltd, 9,45% dimiliki oleh The Bank of Tokyo-Mitsubhisi UFJ Ltd, 6,41%
dimiliki oleh PT Hermawan Sentral Investama, dan 17,32% dimiliki oleh publik.
9. Bank Rakyat Indonesia Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk didirikan 16 Desember 1895
dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 10 November 2003 dengan kode
saham BBRI. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu
bank milik negara dengan komposisi kepemilikan saham sebesar 57,32% dimiliki
10. Bank Tabungan Negara Tbk
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk didirikan 9 Februari 1950dan
mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 17 Desember 2009 dengan kode
saham BBTN. Komposisi kepemilikan saham sebesar 60,74% dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia dan sisanya sebesar 39,26% dimiliki oleh publik.
11. Bank Mutiara Indonesia Tbk
PT Bank Mutiara Tbk didirikan pada tanggal 30 Mei 1989dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 25 Juni 1997 dengan kode saham BCIC.
Kepemilikan saham sepenuhnya dimiliki oleh PT Mutiara Tbk.
12. Bank Danamon Indonesia Tbk
PT Bank Danamon Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 16 Juli 1956 dan
dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 8 Desember 1989 dengan kode
saham BDMN. Komposisi kepemilikan saham sebesar 67,37% dimiliki oleh Asia
Financial (Indonesia), Pte, Ltd., JPMCB-Franklin Templeton Investment Funds
sebesar 6,79% dan sisanya sebesar 25,84% dimiliki oleh publik.
13. Bank Pundi Tbk
PT Bank Pundi Tbk didirikan pada tanggal 11 September 1992 dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 13 Juli 2001 dengan kode saham BEKS.
Komposisi kepemilikan saham sebesar 67,50% dimiliki oleh PT. Recapital
Securities, 13,48% dimiliki oleh Citibank Hong Kong S/A IF Services, 10,82%
dimiliki oleh Pershing LLC Main Custody Account dan sisanya sebesar 8,21%
14. Bank Jawa Barat dan Banten
PT Bank Jawa Barat dan Banten TbkBank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Tbk didirikan pada tanggal 8 April 1999. Bank Jawa Barat dan
Banten telah mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 8 Juli 2010 dengan kode seham BJBR. Komposisi kepemilikan saham
Bank Jawa Barat dimiliki oleh Pempov Banten sebesar 5,37%, Pemov Jawa Barat
sebesar 46,02%, Investor Ritel sebesar 5,8%, Investor Luar Negeri sebesar
13,44% dan sisanya 29,37% dimiliki oleh piblik.
15. Bank QNB Kesawan Indonesia Tbk
PT Bank QNB Kesawan Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 28 April
1913 dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 21 November 2002
dengan kode saham BKSW. Komposisi kepemilikan saham sebesar 83,43%
dimiliki oleh Qatar National Bank, 8,26% dimiliki oleh PT Bosowa Kapital, dan
sisanya sebesar 8,31% dimiliki oleh publik.
16. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk didirkan pada tanggal 2 Oktober 1998.
Bank Mandiri didirikan melalui penggabungan Usaha PT Bank Bumi Daya
(Persero), PT Bank Dagang Negara (Persero), PT Bank Ekspor Impor Indonesia
(Persero) (BankExim) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero). Bank
Mandiri (Persero) Tbk mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 2 Juni 2003
dengan kode saham BMRI. Komposisi kepemilikan saham sebesar 60% dimiliki
17. Bank Bumi Arta Tbk
PT Bank Bumi Arta Tbk berdiri pada tanggal 3 Maret 1967dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1 Juni 2006 dengan kode saham BNBA.
Komposisi kepemilikan saham sebesar 45,91% dimiliki oleh PT. Surya Husada
Investment, 27,55% dimiliki oleh PT. Dana Graha Agung, 18,37% dimiliki oleh
PT. Budiman Kencana Lestari, dan 8,17% dimiliki oleh publik.
18. Bank CIMB Niaga Tbk
PT Bank CIMB Niaga Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dan
mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 29 November 1989 dengan kode
saham BNGA. Komposisi kepemilikan saham sebesar 56,10% dimiliki oleh
CIMB Group Sdn Bhd, 16,65% dimiliki oleh Santubong Ventures Sd Bhd., 2,58%
dimiliki oleh Greatville Pte. Ltd., Pemerintah Republik Indonesia Sebesar 0,78%
dan sisanya sebesar 23,89% dimiliki oleh publik.
19. Bank MayBank Indonesia Tbk
Bank Maybank Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 15 Mei 1959 dan
mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 2 Oktober 1989 dengan kode saham
BNII. Komposisi kepemilikan saham sebesar 45,02% dimiliki oleh Sorak
Financial Holdings, Pte, Ltd, 33,96% dimiliki oleh Maybank Ofshore Corporate
Services (Labuan) Sdn Bhd, 18,31% dimiliki oleh UBS AG London, dan sisanya
2,71% dimiliki oleh publik.
20. Bank Permata Tbk
Bank Permata Tbk berdiri pada tanggal 17 Desember 1954 dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 15 Januari 1990 dengan kode saham
Internasional Tbk, 45,01% dimiliki oleh Standard Cahartered Bank, dan sisanya
sebesar 9,98% dimiliki oleh publik.
21. Bank Sinarmas Tbk
PT Bank Sinarmas Tbk berdiri pada tanggal 18 Agustus 1989.Bank
Sinarmas melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 13 Desember 2010 dengan kode saham BSIM. Komposisi kepemilikan
saham Bank Sinarmas sebesar 52,99 dimiliki oleh PT Sinarmas Multiartha Tbk,
2,57% dimiliki oleh PT Shinta Utama, dan sisanya sebesar 44,44% dimiliki oleh
publik.
22. Bank Swadesi Tbk
PT Bank of India Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 28 September 1968
dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 1 Mei 2002 dengan kode saham
BSWD. Komposisi kepemilikan saham sebesar 76,77% dimiliki oleh Bank Of
India, 18,18% dimiliki oleh PT. Panca Mantra Jaya dan sisanya sebesar 5,05%
dimiliki oleh publik.
23. Bank Tabungan Pensiunan Negara Tbk
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk didirikan 16 Februari
1985dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 12 Maret 2008 dengan
kode saham BBKP. Komposisi kepemilikan saham sebesar 40,40% dimiliki oleh
GSI-Sumitomo Mitsui Corporation, 20,20% dimiliki oleh Summit Global Capital
Management BV, 8,46% dimiliki oleh TPG Nusantara S.A.R.I dan sisanya sbesar
24. Bank Victoria Tbk
PT Bank Victoria International Tbk didirikan 28 Oktober 1992 dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 30 Juni 1999 dengan kode saham BVIC.
Komposisi kepemilikan saham sebesar 39,74% dimiliki oleh PT. Victoria
Investama, 12,47% dimiliki oleh Suzanna Tanojo, 8,27% dimiliki oleh Atrium
Asia Investment Mangement Pte, Ltd, 5,92% dimiliki oleh PT. Suryayudha
Investindo Cipta, dan sisanya sebesar 33,61% dimiliki oleh publik.
25. Bank Artha Graha Internasional Tbk
PT Bank Artha Graha Internasional Tbk didirikan pada tanggal 7
September 1973 dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 23 Agustus
1990 dengan kode saham INPC. Komposisi kepemilikan saham sebesar 16,86%
dimiliki oleh PT. Sumber Kencana Graha, 10,20% dimiliki oleh Cerana Artha
Putra, 6,37% dimiliki oleh Arthamuia Sentosajaya, 6,37% dimiliki Pirus Platinum
Murni, 6,37% Puspita Bisnispuri, 5,50% dimiliki oleh Karya Nusantara Permai
dan sisanya sebesar 48,32% dimiliki oleh publik.
26. Bank Mayapada Internasional Tbk
PT Bank Mayapada Internasional Tbk berdiri pada tanggal 10 Januari
1990 dan dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 2 Agustus 1997
dengan kode saham MAYA. Komposisi kepemilikan saham sebesar 26,29%
dimiliki oleh PT. Mayapada Karunia Corporindo, 25,15% dimiliki oleh
JPMCB-Cathay Life Insurance Co, Ltd, , 15,26% dimiliki oleh Briliant Bazaar Pte. Ltd,
10,10% dimiliki oleh Standard Chartered Bank Singapore, 7,38% dan sisanya
27. Bank Windu Kentjana Tbk
PT Bank WinduKentjana International Tbk didirikan pada tanggal2 April
1974 dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 3 Juli 2007 dengan kode
saham MCOR. Komposisi kepemilikan saham sebesar 46,20% dimiliki oleh
Jhonny Wiraatmadja, 14,97% dimiliki oleh UBS AG Singapore Non-Treaty
Omnimbus Accoutan, 8,63% dimiliki oleh PT. Mitra Wadah Kencana, 8,41%
dimiliki oleh PT. Blue Cross Indonesia, dan sisanya sebesar 21,79% dimiliki oleh
publik.
28. Bank Mega Tbk
PT Bank Mega Tbk didirikan pada tanggal 15 April 1969 dengan nama
Bank Karman dan pada tahun 1992 diubah menjadi Bank Mega dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 17 April 2000 dengan kode saham MEGA.
Komposisi kepemilikan saham sebesar 99,99% dimiliki oleh Bapak Chairul
Tanjung melalui PT CT Corporan dan sisanya sebesar 0,01% dimiliki oleh PT.
PARA Rekan Investama.
29. Bank OCBC NISP Tbk
PT Bank OCBC NISP Tbk berdiri pada tanggal 4 April 1941 dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 20 Oktober 1994 dengan kode saham
NISP. Komposisi kepemilikan saham sebesar 48,77% dimiliki oleh OCBC
Overseas Investment Pte dan sisanya sebesar 14,06% dimiliki oleh publik.
30. Bank Panin Tbk
PT Bank Panin Tbk berdiri pada tanggal 17 Agustus 1971 dan mulai
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 29 Desember 1982 dengan kode saham
Financial Tbk, 39,22% dimiliki oleh Votraint No. 1103 Pty, Ltd., dan sisanya
sebesar 14,26% dimiliki oleh publik.
31. Bank Woori Saudara Indonesia Tbk
PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk berdiri pada tanggal 15 Juni
1974 dan mulai terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 15 Desember 2006 dengan
kode saham SDRA. Komposisi kepemilikan saham sebesar 74,77% dimiliki oleh
Woori Bank, 12,58% dimiliki oleh Arifin Panigoro, dan sisanya sebesar 6,12%
dimiliki oleh publik.
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum dan generalisasi (Sugiyono, 2012:206). Variabel yang
digunakan untuk melihat statistik deskriptif dari penelitian ini adalah Profitabilitas
(Y), Capital adequacy ratio (X1), Loan to deposit ratio (X2), Non performing loan (X3), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X4). Berdasarkan
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif dari Profitabilitas,Capital adequacy Ratio,Loan to Deposit ratio,Non Performing Loan, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
Tabel 4.1 menunjukkan output statistik deskriptif variabel penelitian dari
tahun 2010 sampai dengan 2014. Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan
statistik deskriptif sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Profitabilitas
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
Variabel Profitabilitas (Y) dengan 155 data observasi memiliki nilai
maksimum sebesar 0,051500 yang dimiliki oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
dengan kode saham (BBRI) pada tahun 2012 diposisi kedua ditempati oleh bank
Woori Saudara dengan kode saham SDRA pada tahun 2013 yaitu sebesar
0,051400, dan diposisi ketiga ditempati oleh Bank Rakyat Indonesia pada tahun
2013 dengan nilai sebesar 0,050300. Nilai maksimum pada sisi Profitabilitas
dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk. Hal ini terjadi akibat adanya perbaikan
pada sisi Non Performing Loan yang mengalami penurunan sebesar 1,83% dari
No Nama Bank Maksimum No Nama Bank Minimum Mean Median Std. Dev
1 Bank Rakyat Indonesia 0,051500 1 Bank Pundi -0,129000
0,018197 0,017900 0,020226
2 Bank Woori Saudara 0,051400 2 Bank Mutiara -0,075900
tahun sebelumnya sebesar 2,23%. Selain itu jumlah total asset juga mengalami
kenaikan yang cukup baik yaitu sebesar 17,15%, pendapatan bunga bersih juga
mengalami kenaikan sebesar 5,97% dari tahun sebelumnya. Disamping itu, Bank
Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank yang memiliki reputasi yang baik
dikalangan masyarakat dan memiliki pangsa pasar yang cukup luas. Menurut data
yang dikeluarkan Bank Dunia pada tahun 2014, jumlah nasabah BRI pada tahun
2014 mencapai 52 juta jiwa dari total 250 juta jiwa masyarakat di Indonesia.
Pada posisi kedua terdapat Bank Woori Saudara dengan nilai 0,051400 di
tahun 2013. Tingginya nilai Profitabilitas Bank, disebabkan oleh peningkatan
jumlah portofolio kredit sebesar 17,84% dari Rp.5,26 trilliun di tahun 2012
menjadi Rp.6,20 trilliun di tahun 2013. Peningkatan ini terutama merupakan
akibat dari keberhasilan pihak bank menghimpun dana dan mengelola dana
dengan baik.
Pada posisi ketiga terdapat Bank Rakyat Indonesia dengan nilai 0,050300
pada tahun 2013. Bank Rakyat indonesia merupakan salah satu bank yang
memperoleh pangsa pasar yang cukup luas di indonesia. Tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap Bank juga cukup baik. Selain itu pengelolaan sumber dana
terhadap aktivitas operasional perusahaan juga selalu baik dilihat dari kualitas
laba perusahaan dari tahun ke tahun tidak pernah mengalami kerugian yang fatal.
Nilai minimum sebesar-0,129000 dimiliki oleh PT Bank Pundi Tbk
dengan kode saham (BEKS) pada tahun 2010, diposisi kedua ditempati oleh Bank
Mutiara Indonesia Tbk dengan kode saham BCIC pada tahun 2013 dengan nilai
kode saham BCIC pada tahun 2014 dengan nilai – 0,049600. Pada tahun 2010
merupakan kondisi yang kurang menggembirakan bagi Bank Pundi Indonesia
(BEKS), hal ini dilihat dari kinerja keuangan bank. Kredit yang disalurkan
mengalami penurunan sebesar 40,09%, dalam hal funding juga mengalami penurunan sebesar 11,39% yaitu dari 1,30 trilliun di tahun 2009 menjadi 1,15
trilliun di tahun 2010 dan meskipun pada jumlah rugi bersih mengalami
penurunan, namun masih mengalami kerugian sebesar 88,64 milliar dari tahun
sebelumnya sebesar 134,87 milliar.
Pada posisi kedua terdapat Bank Mutiara dengan nilai variabel
Profitabilitas sebesar -0,075800 pada tahun 2013. Rendahnya nilai Profitabilitas
bank disebabkan oleh setoran modal saham Bank Mutiara kepada pihak investor,
pencadangan Legacy Bank dan pencadangan untuk Hutang pajak Legacy Century. Pada posisi ketiga Bank Mutiara denga nilai variabel profitabilitas sebesar
-0,0496000 pada tahun 2014. Meskipun keadaan Profitabilitas Bank Mutiara
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, namun keadaan profitabilitas
masih berada dalam kategori rugi. Dikarenakan semua dana telah digunakan untuk
pembiayaan dari kegiatan Operasional Bank. Nilai rata-rata Profitabilitas sebesar
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif Capital Adequacy Ratio (CAR)
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
Variabel Capital adequacy ratio (X1) dengan 155 data observasi memiliki nilai maksimum sebesar0,464900 yang dimiliki oleh PT Bank QNB Kesawan
Tbk dengan kode saham (BKSW) pada tahun 2011. Diposisi kedua ditempati oleh
Bank Woori Saudara dengan kode saham (SDRA) pada tahun 2012 dengan nilai
0,425200 dan diposisi ketiga ditempati oleh Bank Pundi Indonesia Tbk dengan
kode saham (BEKS) dengan nilai 0,41,4200.
Semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio sebuah bank, akan
mengakibatkan kenaikan pada sisi laba bank. Hal ini terjadi karena dengan dana
yang cukup besar pihak manajemen dapat melakukan kegiatan-kegiatan
operasional dengan maksimal karena bank telah memiliki sejumlah dana yang
cukup untuk digunakan sebagai modal memperoleh keuntungan dari aktivitas
operasional yang dilakukan bank. Tingginya nilai Capital Adequacy Ratio Bank QNB Kesawan pada tahun 2011 disebabkan oleh strategi yang dilakukan bank
yaitu dengan melakukan Strategic Right issue di akhir tahun 2010 dan pada awal tahun 2011 dengan efektif terjadi penambahan modal perusahaan. Pada akhir 2011
jumlah modal yang disetor mencapai 890,45 milliar atau naik signifikan 468,5%
dari tahun 2010 sebesar 156,63 milliar hal ini ditopang dengan naiknya
penyaluran kredit, peningkatan dana pihak ketiga perusahaan dan nilai NPL bank
mengalami penurunan sebesar 1,1 % dari 1,91% menjadi 0,81% pada tahun 2011.
No Nama Bank Maksimum No Nama Bank Minimum Mean Median Std. Dev
1 Bank QNB Kesawan 0,464900 1 Bank Mutiara 0,094100
0,166544 0,157000 0,051211
2 Bank Woori Saudara 0,425200 2 Bank QNB Kesawan 0,099200
Pada posisi kedua terdapat Bank Woori Saudara, dengan nilai variabel
Capaital Adequacy Ratio sebesar 0,425200 di tahun 2012. Tingginya nilai Capital Adequacy Ratio bank Woori Saudara di tahun 2012 disebabkan oleh penerbitan obligasi demi menguatkan sisi permodalan bank, dan peningkatan saldo laba
akibat pengakuan laba bersih tahun berjalan.
Pada posisi ketiga terdapat Bank Pundi Indonesia, dengan nilai variabel
Capital Adequacy Ratio sebesar 0,414200 di tahun 2010. Tingginya rasio Capital Adequacy Ratio disebabkan oleh adanya suntikan dana baru bagi investor bank yaitu PT Recapital Securities. Dengan adanya suntikan dana dari pemegang saham
bank pundi mengalami peningkatan yang cukup besar dari sisi permodalan bank.
Nilai minimum pada posisi pertama dimiliki oleh Bank Mutiara sebesar
0,094100 pada tahun 2011. Diposisi kedua ditempati oleh bank Bank QNB
Kesawan Tbk dengan kode saham BKSW pada tahun 2010 dengan nilai 0,099200
dan diposisi ketiga ditempati oleh Bank Pundi Indonesia Tbk dengan kode saham
BEKS pada tahun 2014 dengan nilai 0,100500.
Rendahnya nilai Capital Adequacy Ratio pada Bank Mutiara disebabkan oleh meningkatnya beban operasional perusahaan yaitu pembiayaan dan
perbaikan infrastruktur bank sejalan dengan itu inflasi yang terjadi pada bank
Mutiara juga merupakan salah satu faktor sehingga jumlah biaya operasional
lainnya mengalami peningkatan sebesar 16,1% dari Rp. 308,57 milliar pada tahun
2010 menjadi Rp. 358,40 milliar di tahun 2011. Disamping itu pendapatan
operasional juga mengalami penurunan sebesar 23,5% dari 92,62 milliar menjadi
Mutiara sebesar 0,094100 masih tergolong baik, dikarenakan berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 menyatakan standar
minimum Capital Adequacy Ratio bank minimum sebesar 8%.
Pada posisi kedua diduduki oleh Bank QNB Kesawan dengan nilai
variabel Capital Adequacy Ratio sebesar 9,92000 pada tahun 2010. Rendahnya nilai Capital Adequacy Ratio Bank QNB Kesawan disebabkan oleh penurunan laba bersih akibat pembayaran pajak. Namun angka rasio Bank QNB masih
berada di atas angka minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar
8%.
Pada posisi ketiga diduduki oleh Bank Pundi Indonesia pada tahun 2014
dengan nilai variabel Capital Adequacy Ratio sebesar 0,100500. Rendahnya nilai
Capital Adequacy Ratio disebabkan oleh kerugian yang dialami oleh bank Pundi Indonesia, yaitu nilai total kredit mengalami penurunan dari Rp.6,79 trilliun tahun
2013 menjadi Rp.6,58% di tahun 2014. Disamping itu Kondisi perekonomian
nasional juga telah menyebabkan tidak tercapainya NIM (Net Interest Margin) akibat dari memburuknya kualitas kredit dan tingginya beban bunga sebagai
dampak ketatnya likuiditas. Konsekuensinya, Bank Pundi harus mengalami
kerugian net sebesar Rp. 119,17 miliar setelah dipotong pajak, yang akhirnya
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Loan to Deposit Ratio
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
Variabel Loan to deposit ratio (X2) dengan 155 data observasi memiliki nilai maksimum sebesar 1,407200 yang dimiliki oleh PT Bank Woori Saudara
Tbk dengan kode saham (SDRA) pada tahun 2013. Diposisi kedua masih
diduduki oleh Bank Woori Saudara Tbk pada tahun 2012 dengan nilai 1,181000,
dan pada posisi ketiga diduduki oleh Bank QNB Kesawan dengan kode saham
BKSW pada tahun 2013 dengan nilai 1,133000. Semakin tinggi nilai Loan to Deposit Ratio Bank, maka akan berdampak baik terhadap laba sebuah bank. Hal ini terjadi karena pihak bank melakukan kegiatan-kegiatan operasional yang dapat
memperoleh keuntungan dari pihak nasabah sebuah bank sehingga laba akan
mengalami kenaikan.
Tingginya nilai Loan to Deposit Ratio Bank Woori Saudara tahun 2013 ini disebabkan oleh pertumbuhan portofolio kredit konsumer bank mengalami
peningkatan sebesar 21,91% atau sebesar Rp. 824,95 milliar dan pertumbuhan
kredit pensiunan yang mengalami pertumbuhan sebesar 35,37% yaitu sebesar
Rp.759,22 milliar.
Pada posisi kedua diduduki oleh Bank Woori Saudara dengan nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 1,181000 pada tahun 2012. Tingginya nilai Loan to Deposit Ratio Bank Woori Saudara disebabkan oleh keadaan Dana Pihak Ketiga dan total asset yang mengalami kenaikan masing-masing sebesar 20% dan 19%
1 Bank Woori Saudara 1,407200 1 Bank Victoria 0,402200
0,821697 0,838800 0,137538 2 Bank Woori Saudara 1,181000 2 Bank Capital Indonesia 0,442400
dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu Capital Adequacy Ratio mengalami peningkatan pula sebesar 17,3%.
Pada posisi ketiga diduduki oleh Bank QNB Kesawan tahun 2013 dengan
nilai variabel Loan to Deposit Ratio sebesar 1,133000. Bank QNB Kesawan merupakan Bank yang kurang Familiar ditengah-tengah masyarakat, dikarenakan
sedikitnya kantor cabang yang ada di Indonesia dan kurangnya promosi bank
kepada masyarakat luas. Walaupun demikian, variabel Loan to Deposit Ratio
Bank QNB Kesawan menduduki nilai terbesar ketiga. Hal ini disebabkan oleh
optimalnya kegiatan operasional bank yang mampu memperoleh keuntungan lebih
baik dari tahun sebelumnya. Dimana pihak bank mampu untuk melakukan
kegiatan penyaluran kredit bank dengan baik dan berpegang pada prinsip
kehati-hatian, kemudian nilai NPL juga dapat terjaga dengan baik.
Nilai minimum Loan to Deposit Ratio dimiliki oleh Bank Victoria dengan kode saham (BVIC) sebesar 0,402200 pada tahun 2010. Pada posisi kedua
diduduki oleh bank Capital Indonesia dengan kode saham BACA pada tahun 2011
dengan nilai 0,442400 dan diposisi ketiga juga masih diduduki oleh Bank Capital
Indonesia dengan kode saham BACA dengan nilai 0,506000.
Besaran nilai Loan to Deposit Ratio Bank Victoria sebesar 0,402200 berada dibawah batas minimum nilai Loan to Deposit Ratio < 50%. Jika nilai LDR bank berada di bawah batas minimum tersebut maka bank tersebut dikatakan
kurang efektif dalam penyaluran kredit. Meskipun kredit mengalami pertumbuhan
sebesar 24,21% dengan penyaluran kredit sebesar Rp. 3,54 trilliun di tahun 2010
Deposit Ratio Bank Victoria belum mencapai batas minimum yang ditetapkan oleh Peraturan Bank Indonesia.
Pada posisi kedua diduduki oleh Bank Capital Indonesia tahun 2011
dengan nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 0,442400. Menurut Bank Indonesia standar minimum LDR bank jika berada pada posisi dibawah 50% atau < 50%
maka bank dikatakan kurang efektif dalam menyalurkan kredit. Pada bank Capital
dalam penyaluran total kredit bank pada tahun 2011 mengalami penurunan. Pada
tahun 2010 jumlah total kredit yang berhasil disalurkan sebesar 1,830 trilliun, dan
pada tahun 2011 sebesar 1.759 trilliun.
Posisi ketiga diduduki juga oleh Bank Capital Indonesia tahun 2010
dengan nilai Loan to Deposit Ratio sebesar 0,506000. Pada tahun 2010 Bank Capital Indonesia mengalami kenaikan pada jumlah penyaluran kredit dari tahun
sebelumnya. Pada tahun 2009 total kredit bank Capital Indonesia sebesar 1.217
trilliun meningkat di tahun 2010 menjadi sebesar 1.830 trilliun. Dengan naiknya
penyaluran kredit bank diharapkan mampu untuk memperoleh laba yang besar
pada bank tersebut.
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Non Performing Loan
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
Variabel Non Performing Loan (X3) dengan 155 data observasi memiliki nilai maksimum sebesar 0,509600 yang dimiliki oleh PT Bank Pundi Tbk dengan
kode saham (BEKS) pada tahun 2010, diposisi kedua ditempati oleh Bank
Mutiara Indonesia Tbk dengan kode saham BCIC dengan nilai 0,248400 pada
tahun 2010, diposisi ketiga ditempati oleh Bank Mutiara Tbk dengan kode saham
BCIC dengan nilai 0,122800 pada tahun 2013. Nilai Non Performing Loan yang tinggi akan menyebabkan penurunan pada jumah laba sebuah perusahaan
dikarenakan terjadinya pembiayaan akibat kredit-kredit bermasalah dalam
aktivitas operasional perusahaan.
Pada posisi kedua diduduki oleh Bank Mutiara dengan kode saham BCIC
pada tahun 2010 dengan nilai 0,248400. Tingginya tingkat Non Performing Loan
disebabkan oleh kurang ketatnya pihak manajemen bank dalam memperhatikan
resiko-resiko kredit dan kriteria-kriteria dalam pengajuan kredit, sehingga
banyaknya pihak yang tidak mampu dalam membayar kembali iuran kredit yang
dipinjam. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat Non Performing Loan
Perusahaan. Pada Bank Mutiara, walaupun keadaan Non Performing Loan nya
menduduki posisi kedua tertinggi, namun pada tahun 2010, Bank Mutiara
mencapai hasil yang cukup baik dengan total dana pada tahun 2010 mencapai
1 Bank Pundi indonesia 0,509600 1 Bank Swadesi 0,014000
0,027412 0,020400 0,046826
2 Bank Mutiara 0,248400 2 Bank Bumi Arta 0,021000
Rp.8,9 trilliun dan menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar
49,61% dari Rp.5,9 trilliun pada tahun 2009.
Pada posisi ketiga masih diduduki oleh Bank Mutiara dengan kode saham
BCIC pada tahun 2013 dengan nilai 0,122800. Pada tahun 2013, secara umum
kinerja keuangan Bank Mutiara sudah cukup baik, hal ini ditandai dengan nilai
CAR 14,03%, ROA (7,58), laba (1.136) trilliun, total asset 14,589 trilliun, dan
total kredit Rp.11,132 trilliun, namun demikian peningkatan kinerja Bank Mutiara
masih terganjal dengan tingginya tingkat Non Performing Loan sehingga pada 31 Desember 2013 Bank Mutiara membukukan rugi sebesar Rp.1.136 trilliun, hal ini
disebabkan oleh pembebanan pembentukan cadangan PPA yang merupakan
warisan eks Bank Century sebesar Rp.1.016 trilliun dan pembayaran hutang pajak
periode tahun 2005-2008 sebesar 110 yang juga merupakan peninggalan eks
Legacy Bank Century.
Nilai minimum sebesar 0,014000 dimiliki oleh PT Bank Swadesi Tbk
dengan kode saham (BSWD) pada tahun 2012, diposisi kedua ditempati oleh
Bank Bumi Arta Tbk pada tahun 2011 dengan kode saham BNBA dengan nilai
0,210000, dan diposisi ketiga ditempati oleh Bank Victoria Tbk pada tahun 2012
dengan kode saham BVIC dengan nilai 0,023000. Semakin kecil nilai Rasio Non Performing Loan maka semakin baik pula keadaan sebuah bank.
Pada Bank Swadesi Tbk pada tahun 2012 dengan nilai 0,014000
menunjukkan bahwa pengoptimalan yang dilakukan bank dalam pengelolaan
Kredit bermasalah berjalan dengan baik, prinsip prasyarat dalam mengelola kredit
melunjak naik, akan mengakibatkan kondisi laba akan menurun akibat tingginya
rasio Non Performing Loan.
Pada posisi kedua diduduki oleh Bank Bumi Arta pada tahun 2011 dengan
kode saham BNBA dengan nilai 0,021000 dan Pada posisi ketiga diduduki oleh
Bank Victoria pada tahun Indonesia dengan kode saham BVIC dengan nilai
0,023000.
Semakin tinggi nilai Non Performing Loan sebuah bank, menandakan
kurang efisien dan efektifnya pihak bank dalam menjalankan kegiatan kredit,
namun berbeda dengan keadaan Bank Bumi Arta, rendahnya nilai Non Performing Loan menandakan kegiatan kredit bank berjalan dengan baik, hal ini terjadi karena pihak manajemen menjalankan kegiatan kredit dengan melakukan
seleksi pemberian kredit secara efisien. Dengan efisiennya pihak manajemen
dalam menyeleksi para Debitur dapat menekan jumlah kredit macet akibat kegiatan kredit yang dilakukan bank.
Nilai rata-rata Non Performing Loan sebesar 0,027412 dan nilai standar deviasi sebesar 0,046826.
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X4) dengan
155 data observasi memiliki nilai maksimum sebesar 1,738000 yang dimiliki oleh
No Nama Bank Maksimum No Nama Bank Minimum Mean Median Std. Dev
1 Bank Pundi indonesia 1,738000 1 Bank Swadesi 0,332800
0,827252 0,827300 0,165678
2 Bank Mutiara 1,575000 2 Bank Bumi Arta 0,424100
PT Bank Mutiara Indonesia Tbk pada tahun 2013 dengan kode saham (BCIC),
diposisi kedua ditempati oleh Bank Pundi Indonesia Tbk dengan kode saham BEKS
pada tahun 2010 dengan nilai 1,575000, dan diposisi ketiga ditempati oleh Bank
Mutiara Indonesia pada tahun 2014 Tbk dengan kode saham BCIC dengan nilai
1,359100.
Semakin tinggi nilai Rasio BOPO, maka akan mengakibatkan menurunnya
laba perusahaan akibat besarnya pembiayaan-pembiayaan operasional perusahaan,
begitupun sebaliknya. Keadaan Biaya operasional Bank Mutiara Tbk pada tahun
2013 mengalami peningkatan dari Rp. 382,32 milliar tahun 2012 menjadi Rp.
506,09 milliar pada tahun 2013. Peningkatan terjadi pada beberapa komponen.
Biaya umum dan adminisrasi meningkat sebesar 17,27%, beban promosi meningkat
sebesar 39,10%, biaya personalia juga meningkat 16,52% dan akibat kerugian
transaksi kurs mata uang asing juga meningkat.
Pada posisi kedua diduduki oleh Bank Pundi Indonesia dengan kode
saham BEKS dengan nilai 1,575000 pada tahun 2010. Keadaan Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional Bank Pundi sangat cukup besar, namun dalam
pendapatan bersih tidak sama sekali menguntungkan, justru mengalami kerugian
yang cukup besar Rp.88,64 milliar. Namun melihat keadaan pada tahun
sebelumnya, dibandingkan tahun 2010 keadaan kinerja keuangan bank mengalami
peningkatan.
Pada posisi ketiga diduduki oleh Bank Mutiara dengan kode saham BCIC
dengan nilai 1,359100. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional Bank
manajemen bank, hal ini dapat dilihat melalui jumlah profitabilitas yang masih
mengalami kerugian sebesar -4,96% pada tahun 2014.
Nilai minimum sebesar 0,332800 dimiliki oleh PT Bank Woori Saudara
dengan kode saham (SDRA) pada tahun 2013, diposisi kedua juga masih ditempati
oleh Bank Woori Saudara dengan kode saham SDRA pada tahun 2012 dengan nilai
0,424100, dan diposisi ketiga ditempati oleh Bank Tabungan Pensiunan Negara
dengan kode saham BTPN tahun 2010 dengan nilai 0,453300. Rendahnya nilai
BOPO Bank Woori Saudara Tbk tidak menunjukkan adanya perbaikan dari biaya
operasional dan pendapatan operasional perusahaan pada tahun 2013. Melihat
kinerja yang terjadi pada tahun 2013 jumlah pendapatan operasional perusahaan
mengalami penurunan sebesar 4,48% dari Rp.50,80 milliar menjadi Rp.48,48
milliar disamping itu jumlah Beban Operasional perusahaan justru mengalami
peningkatan pula dari tahun 2012 sebesar Rp.66,69 milliar menjadi Rp.351,80
milliar dengan komponen terdiri dari beban umum dan administrasi sebesar
Rp.187,29 milliar dan beban tenaga kerja Rp.164,51 milliar. Hal ini mengakiatkan
banyaknya pembiayaan-pembiayaan yang terjadi pada aktivitas operasional
perusahaan.
Nilai Rata-rata Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional adalah
4.2.2 Pemilihan Model Data Panel
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat tiga
teknik yang dapat digunakan yaitu antara lain, Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model
(REM).
4.2.2.1 Penentuan Model Estimasi antara Common Effect Model (CEM) dan Fixed Effect Model (FEM) dengan Uji Chow
Untuk menentukan model estimasi apakah yang digunakan antara CEM
dan FEM dalam membentuk model regresi, maka digunakan uji Chow dengan hipotesis yang diuji sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
H1: Fixed Effect Model (FEM)
Aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis sebagai berikut:
Jika nilai probabilitas cross-section F ≤ 0,05, maka �0 ditolak.
Jika nilai probabilitas cross-section F > 0,05, maka �0 diterima.
Berikut hasil berdasarkan Uji Chow:
Tabel 4.7 Hasil Uji Chow
Sumber : Hasil Penelitian 2016(Data diolah) Redundant Fixed Effects Tests
Pool: VALENTINO
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 1.781603 (30,120) 0.0153
Berdasarkan hasil Uji Chow pada tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas sebesar 0,0153. karena nilai probabilitas sebesar 0,0153 < 0,5 maka �0ditolak.
Maka model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).
4.2.2.2 Penentuan Model Estimasi antara Fixed Effect Model (FEM) dan Random Effect Model (REM)
Untuk menentukan model estimasi apakah yang digunakan antara FEM
dan REM dalam membentuk model regresi, maka digunakan uji Hausman dengan hipotesis yang diuji sebagai berikut:
�0: Random Effect Model (REM)
�1: Fixed Effect Model (FEM)
Aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis sebagai berikut:
Jika nilai probabilitas cross section random ≤ 0,05, maka �0 ditolak.
Jika nilai probabilitas cross section random > 0,05, maka �0 diterima.
Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: VALENTINO
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 3.408200 4 0.4920
Sumber : Hasil Penelitian 2016 (Data diolah)
Berdasarkan dari hasil uji Hausman pada Tabel 4.8, maka dapat diketahui bahwa nilai probabilitasnya adalah 0,4920. Karena nilai probabilitas > 0,05, maka
terima H0. Model estimasi yang digunakan adalah Random Effect Model (REM).
4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda Model Data Panel
Analisis regresi berganda model data panel digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel Capital Adequacy Ratio (X1), Loan to Deposit Ratio (X2), Non Performing Loan (X3), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X4) terhadap Profitabilitas (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.9
Pengujian Regresi Berganda Model Data Panel
Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 01/18/17 Time: 13:09
Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections included: 31
Total pool (balanced) observations: 155
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.114027 0.006066 18.79748 0.0000
CAR? -0.043812 0.011798 -3.713602 0.0003
LDR? -0.003882 0.004778 -0.812481 0.4178
NPL? -0.096240 0.015133 -6.359682 0.0000
BOPO? -0.099976 0.004432 -22.55658 0.0000
Cross-section random 0.002719 0.1470
Idiosyncratic random 0.006551 0.8530
Weighted Statistics
R-squared 0.861475 Mean dependent var 0.013337
Adjusted R-squared 0.857781 S.D. dependent var 0.017336
S.E. of regression 0.006538 Sum squared resid 0.006411
F-statistic 233.2093 Durbin-Watson stat 1.261245
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.881630 Mean dependent var 0.018197
Sum squared resid 0.007457 Durbin-Watson stat 1.084321
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
Berdasarkan pengelolaan data, maka pada Tabel 4.9 pada kolom
Coefficients, diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y= 0,114027 – 0,043812X1– 0,0038827X2– 0,096240X3– 0,099976X4
dimana:
Y = Return on Assets
X1 = Capital Adequacy Ratio
X2 = Loan to Deposit Ratio
X3 = Non Performing Loan
X4 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Berdasarkan persamaan linier berganda yang telah dibuat, maka dapat
diinterpretasikan bahwa:
1. Konstanta sebesar 0,114027 artinya, walaupun seluruh variabel independen
2. Koefisien Capital Adequacy Ratio yaitu sebesar –0,043812, artinya, jika
Capital Adequacy Ratio mengalami kenaikan sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan maka nilai Return on Assets perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0,043812.
3. Koefisien Loan to Deposit Ratio yaitu sebesar –0,003882, artinya, jika Loan to Deposit Ratio mengalami kenaikan sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan maka nilai Return on Assets akan mengalami penurunan sebesar 0,003882.
4. Koefisien Biaya Non Performing Loan yaitu sebesar –0,096240, artinya, jika
Non Performing Loan mengalami kenaikan sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan maka nilai Return on Assets akan mengalami penurunan sebesar 0,096240.
5. Koefisien Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional yaitu sebesar –
0,099976, artinya, jika Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
mengalami kenaikan sebesar 1% dan variabel lain dianggap konstan maka nilai
Return on Assets akan mengalami penurunan sebesar 0,099976.
4.2.4 koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah suatu nilai dalam regresi linier yang
dijadikan sebagai acuan kecocokan model regresi (Sarwono, 2016:30). Pengujian
koefisien determinasi dalam penelitian ini menggunakan adjusted�2, untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh
regresi semakin besar. Jika nilai adjusted�2mendekati 0, berarti menandakan model regresi semakin tidak layak.
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.9, diketahui nilai koefisien
determinasi adjusted�2 adalah sebesar 0,857781 atau sama dengan 85,77%. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional mampu menjelaskan atau mempengaruhi nilai
perusahaan sebesar 0,857781 atau sama dengan 85,77%, sedangkan sisanya
0,142319 atau sebesar 14,23% dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
4.2.5 Uji Hipotesis
Suharyadi dan Purwanto (2013:225) mengungkapkan bahwa untuk melihat
apakah variabel bebas (independen) mampu secara menyeluruh bersama-sama
menjelaskan tingkah laku variabel terikat (dependen) adalah dengan
menggunakan uji F. Sedangkan uji t digunakan untuk mengetahui apakah setiap
Tabel 4.10
Nilai Statistik dari Uji t, Uji F Dependent Variable: ROA?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 01/18/17 Time: 13:09
Sample: 2010 2014 Included observations: 5 Cross-sections included: 31
Total pool (balanced) observations: 155
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.114027 0.006066 18.79748 0.0000
CAR? -0.043812 0.011798 -3.713602 0.0003
LDR? -0.003882 0.004778 -0.812481 0.4178
NPL? -0.096240 0.015133 -6.359682 0.0000
BOPO? -0.099976 0.004432 -22.55658 0.0000
Random Effects (Cross)
Idiosyncratic random 0.006551 0.8530
Weighted Statistics
R-squared 0.861475 Mean dependent var 0.013337
Adjusted R-squared 0.857781 S.D. dependent var 0.017336
S.E. of regression 0.006538 Sum squared resid 0.006411
F-statistic 233.2093 Durbin-Watson stat 1.261245
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.881630 Mean dependent var 0.018197
Sum squared resid 0.007457 Durbin-Watson stat 1.084321
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data diolah)
4.2.5.1 Uji t (Uji Parsial)
Uji t atau uji parsial digunakan untuk menguji apakah suatu variabel bebas
berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. Uji t dalam penelitian ini
menggunakan nilai signifikansi 0,05 (α = 5%). Adapun ketentuan mengenai
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. Ini berarti bahwa secara
parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H1 diterima. Ini berarti bahwa secara parsial
variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
Kesimpulan yang dapat diambil dari Tabel 4.4 adalah sebagai berikut:
a. Capital Adequacy Ratio
disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Return on Assets.
b. Loan to Deposit Ratio
Nilai koefisien variabel Loan to Deposit Ratio adalah –0,003882 dengan nilai probabilitas sebesar 0,4178 lebih besar dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Loan to Deposit Ratio berpengaruh namun tidak signifikan terhadap Return on Assets.
c. Non Performing Loan
Nilai koefisien variabel Non Performing Loan adalah –0,096240 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa Non Performing Loan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Return on Assets.
d. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Nilai koefisien variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional adalah –0,099976 dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000
lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap Return on Assets.
4.2.5.2 Uji F (Uji Simultan)
Berdasarkan hasil uji F pada Tabel 4.10, diketahui nilai probabilitas dari
uji F (Prob(F-statistic)) adalah sebesar 0,000000. Nilai probabilitas tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Berdasarkan
disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Return on Assets.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio Terhadap Return on Assets
Capital Adequacy Ratio memiliki nilai koefisien sebesar –0,043812 dan nilai probabilitas 0,0000 < 0,05. Artinya, Capital Adequacy Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Clorinda (2013), Prasnanugraha (2007) dan Sabir et. al
(2011) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan, dan bertentangan dengan penelitian Purnamawati (2014)
yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Return on Assets.
Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka Return on Asset
(ROA) yang diperoleh bank akan semakin kecil. Capital Adequacy Ratio bank Umum konvensional yang tinggi dapat mengurangi kemampuan bank dalam
melakukan ekspansi aktivitas operasional bisnisnya seperti penyaluran kredit
karena semakin besarnya modal yang dicadangkan untuk menutupi risiko
kerugian. Tingginya Capital Adequacy Ratio mengindikasikan adanya sumber daya finansial (modal) yang idle. Tingginya nilai Capital dequacy Ratio mungkin disebabkan oleh sebagian besar dana yang telah diperoleh dari aktivitas perbankan
dialokasikan pada cadangan minimum bank atau digunakan untuk menutupi
Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset bank Umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.
4.3.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio Terhadap Return on Assets
Loan to Deposit Ratio memiliki nilai koefisien sebesar –0,003882 dan nilai probabilitas 0,4178 > 0,05. Artinya, Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset. Secara konsep teori Loan to Deposit Ratio menunjukkan bahwa jika kemampuan bank dalam menyalurkan kredit terhadap dana pihak ketiga yang terkumpul adalah tinggi, maka semakin
tinggi pula kredit yang diberikan pihak bank dan juga akan meningkatkan laba
bank yang bersangkutan, dengan kata lain kenaikan Loan to Deposit Ratio akan meningkatkan Return on Assets, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif
sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil).
Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi Loan to Deposit Ratio akan semakin tinggi Return on Assets. Namun pada hasil penelitian ini,
Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif dan signifikan. Hal ini terjadi karena bank memberikan kredit dengan hati-hati dikarenakan jumlah kredit macet
semakin besar dan lebih menekankan pada pendanaan sehingga Return on Assets
semakin menurun. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan