BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
ASEAN Economic Community (AEC) adalah realisasi pasar bebas di Asia
Tenggara yang akan diberlakukan pada tahun 2015 diarahkan kepada
pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan mengurangi biaya
transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta
meningkatkan daya saing sektor UMKM. Pembentukan AEC adalah hasil dari
kesepakatan negara-negara anggota ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan
pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi, dan
secara ekonomi terintegrasi dengan regulasi efektif untuk perdagangan dan
investasi, yang di dalamnya terdapat arus bebas lalu lintas barang, jasa, investasi,
dan modal serta difasilitasinya kebebasan pergerakan pelaku usaha dan tenaga
kerja. Hal ini dapat memberikan ancaman atau peluang bagi UMKM Indonesia.
(http://setneg.go.id/)
Pemberlakuan AEC menimbulkan kekhawatiran terhadap ancaman bagi
UMKM, hal ini tidak terlepas dari meningkatnya jumlah produk asing dipasar
Indonesia yang dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah kompetitor produk
dengan varian yang sama dipasar lokal. Dengan demikian produk lokal akan
bertarung bebas dengan produk negara lain, jika tidak sebanding dalam hal
kualitas dan harga maka bukan tidak mungkin produk lokal akan kalah dipasar
UMKM berperan penting bagi perekonomian Indonesia dikarenakan
UMKM berkontribusi secara signifikan terhadap pembentukan PDB, penyedia
mayoritas lapangan kerja, dan sumber devisa. Dari total PDB-harga berlaku tahun
2012 (Rp 8.241,9 triliun), sebanyak 59,08% berasal dari UMKM (Usaha Mikro:
35,81%, Usaha Kecil: 9,68%, Usaha Menengah: 13,59%), sedangkan dari Usaha
Besar adalah 40,92%. Dari total unit usaha (56,5 juta), sebanyak 99,9%
merupakan UMKM (Usaha Mikro: 98,79%, Usaha Kecil: 1,11%, dan Usaha
Menengah: 0,09%), sedangkan Usaha Besar hanya 0,01%. Dari total tenaga kerja
(110,8 juta), sebanyak 97,16% terserap di sektor UMKM (Usaha Mikro: 90,12%,
Usaha Kecil: 4,09%, Usaha Menengah: 2,94%), sedangkan Usaha Besar hanya
sebesar 2,84%. (http://depkop.go.id/)
Pertumbuhan UMKM terbilang sangat cepat dan terus meningkat, hal ini
dikarenakan tingginya populasi usia produktif di Indonesia yang tak berbanding
lurus dengan ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan, mendorong orang
Indonesia berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya
saing demi memajukan perekonomian masing-masing. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Kementerian Koperasi dan UKM, pertumbuhan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terus meningkat dari tahun ke tahun
sehingga mampu mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan yang saat ini
(2014) jumlah UMKM mencapai 56,5 juta unit, dan 98,9 persen adalah usaha
mikro.(http://antaranews.com/)
Data Biro Pusat Statistik dan Kementerian Koperasi dan UMKM tahun
penyerapan 79,6 juta tenaga kerja. Medan sebagai salah satu kota besar di
Indonesia tentu memiliki jumlah UMKM yang besar. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Medan menunjukkan jumlah UMKM di Kota Medan sampai
tahun 2011 berjumlah 222.133 pelaku usaha mencapai hampir 500 kali lipat dari
jumlah usaha besar. Sedangkan kontribusi UMKM terhadap PDRB (Produk
Domestri Regional Bruto) Kota Medan masih terbatas, hanya mencapai 39,8
persen sedangkan usaha besar mencapai 60,2 persen hal ini menunjukkan kuatnya
sektor usaha besar dan masih terbatasnya sektor UMKM.(BPS Sumatera
Utara,2014; http://waspada.co.id/).
Menurut UMKM Center lebih kurang 40% UMKM di Kota Medan
bergerak di sektor kuliner atau makanan dan minuman
(http;//medanbisnisdaily.com/). Maka tidak mengherankan hampir di seluruh
wilayah Kota Medan terdapat UMKM kuliner. Walaupun belum terdapat angka
pasti berapa kontribusi dan penyerapan tenaga kerja oleh UMKM di sektor
tersebut namun, dapat diprediksi kontribusinya akan cukup besar.UMKM kuliner
biasanya banyak ditemukan seperti disekitar wilayah padat penduduk dan pusat
perbelanjaan. Di kota Medan, di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan
Sunggal menjadi tempat yang strategis untuk usaha kuliner.Pertumbuhan jumlah
pelaku usaha maupun kontribusi UMKM terhadap perekenomian tentu diukur dari
kinerja UMKM.
Kinerja usaha mengacu pada kesuksesan yang dirasakan oleh pelaku usaha
(Kader,dkk, 2009) kinerja usaha adalah hasil yang telah dicapai dari apa yang
dan Wilson (dalam Prakoso, 2005) mendefinisikan kinerja usaha sebagai sukses
produk baru dan pengembangan pasar, dimana kinerja usaha dapat diukur melalui
pertumbuhan penjualan dan porsi pasar. Kinerja akan menghasilkan nilai tambah
baik bagi usaha maupun pelaku usaha sebagai pemilik.
Sementara itu Entrepreneurial networking berkontribusi untuk tujuan
entrepreneurial pelaku usaha maka entrepreneurial networking menjadi modal
sosial mereka. Hubungan ini mungkin berhasil memperluas jaringan profesional
melingkupi teman, kolega, dan lain-lain (Burt, 1992). Menurut Grave dan Salaff
(2003), jaringan mempunyai beberapa manfaat untuk para pelaku usaha. Manfaat
pertama ialah seberapa besar jaringan. Pelaku usaha dapat memperluas jaringan
utnuk mendapatkan informasi penting sebaik-baiknya. Hal tersebut membantu
untuk pengembangan bisnis di masa yang akan datang. (Burt, 1992) mencatat
bahwa jaringan sosial dapat menghubungkan dan mengatur diri mereka sendiri,
berkembangnya peluang yang tersedia yang dapat dimanfaatkan bagi pelaku
usaha.
Jaringan sosial dapat dilekatkan sebagai cara yang menghubungkan antara
individu, kelompok atau organisasi (Dubini dan Aldrich, 1991), serta memiliki
kemampuan untuk memfasilitasi atau aktivitas penghalang bagi individu atau
kelompok (Aldrich dan Zimmer, 1986). Kewirausahaan sendiri memandang
jaringan atau networking harus digunakan pengusaha sebagai penghubung dari
berbagai sumber daya yang berbeda untuk kesuksesan bisnis (Dubini dan Aldrich,
1991). Dengan menerapkan jaringan sosial, peneliti telah menunjukkan secara
ikatan yang kuat atau lemah memberikan perusahaan akses menguntungkan untuk
sumber daya jaringan, yang mempengaruhi kinerja perusahaan (Zaheer dan Bell,
2005).
Keunggulan bersaing adalah hasil dari nilai yang diciptakan oleh
perusahaan bagi pelanggan. Respatya (dalam Mohebi dan Sakineh, 2014)
menyatakan bahwa konsep keunggulan bersaing harus dipertimbangkan oleh
perusahaan atau organisasi yang menghasilkan barang dan jasa untuk
kelangsungan hidup dan keuntungan. Hall (dalam Mohebi dan Sakineh, 2014)
berpendapat bahwa keunggulan bersaing memiliki tiga dimensi: daya tahan lama,
sulit untuk ditiru dan menjadi identik.
Suyati dan Lestari (2013) berpendapat bahwa nilai lebih untuk
membangun keunggulan bersaing tidak bisa mengesampingkan variabel jejaring
agar perusahaan dapat bertahan dan tetap unggul dalam persaingan di era
globalisasi. Oleh karena itu, dengan jejaring yang kuat sangat membantu bagi
pelaku usaha dalam memperoleh keunggulan bersaing. Hal ini juga berarti bahwa
jejaring dapat memberikan kemudahan bagi pelaku usaha guna mempertahankan
keunggulan bersaing.
Keunggulan bersaing diharapkan membawa dampak bagi kinerja usaha.
Tentunya dampak tersebut dapat memberikan kemudahan pada pelaku usaha
untuk kelanjutan usahanya dalam menghadapi persaingan. Hal itu diperkuat oleh
Day dan Wensley (dalam Yuni, 2011) yang menyatakan keunggulan bersaing
dapat diperkirakan menghasilkan kinerja pasar yang unggul dan kinerja finansial
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas terlihat semakin tingginya
persaingan pada pasar UMKM yang mengharuskan setiap pelaku usaha
menggunakan keunggulan bersaing untuk mencapai kinerja usaha yang baik bagi
kelangsungan UMKMnya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul ”Pengaruh Entrepreneurial NetworkingTerhadap Kinerja Usaha UMKM Melalui Keunggulan Bersaing (Studi Kasus Pada UMKM di Bidang Kuliner di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan)“.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitan ini, maka permasalahan yang ingin
dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah entrepreneurial networking berpengaruh terhadap kinerja usaha
UMKM yang bergerak di bidang kuliner di Kecamatan Medan Helvetia
dan Kecamatan Sunggal Kota Medan.
2. Apakah keunggulan bersaing memediasi pengaruh antara entrepreneurial
networking terhadap kinerja usaha UMKM yang bergerak di bidang
kuliner di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Sunggal Kota
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh entrepreneurial networking terhadap kinerja
usaha UMKM yang bergerak di bidang kuliner di Kecamatan Medan
Helvetia dan Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.
2. Untuk menganalisis hubungan entrepreneurial networking dan kinerja
usaha UMKM yang dimediasi oleh keunggulan bersaing yang bergerak di
bidang kuliner di Kecamatan Medan Helvetia dan Kecamatan Medan
Sunggal Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat menjadi tambahan dan memperluas wawasan peneliti khususnya
dalam bidang kewirausahaan dan pengaruh entrepreneurial networking
terhadap kinerja usaha UMKM melalui keunggulan bersaing pada UMKM
yang bergerak di bidang kuliner di Kecamatan Medan Helvetia dan
Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan.
2. Bagi Peneliti lainnya
Memberi manfaat untuk memperluas gambaran atau menjadi studi
pembanding maupun penunjang dalam penelitian selanjutnya.
3. Bagi Pelaku Usaha khususnya UMKM
Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam
UMKM yang ingin memperbaiki kinerja usaha dan mengembangkan
bisnisnnya.
4. Bagi Masyarakat Luas
Sebagai sumber informasi tentang pengaruh entrepreneurial networking
terhadap kinerja usaha UMKM melalui keunggulan bersaing pada UMKM
yang bergerak di bidang kuliner diKecamatan Medan Helvetia dan